LAPORAN TEKNOLOGI FERMENTASI HASIL PERKEBUNAN “Inokulum Ragi Tempe”
Disusun oleh
SANDY TINDAON HOTMA ARTA SINAGA JHON BOSCO TOKAN DIMAS AINUL KHAKIM
PRODI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan laporan Teknologi Hasil Permentasi Hasil Perkebunan yang berjudul “Inokulum Ragi Tempe” Dalam penulisan laporan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan Kapita Selekta ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi bahan pemikiran bagi yang membutuhkan, khususnya khususnya bagi penulis. Dalam Penulisan laporan ini
masih jauh dari kata sempurna, mengingat
akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan ini. ini . Guna untuk proses pembelajaran untuk kedepannya karena penulis juga masih tahap pembelajaran.
Samarinda, 24 Maret 2017
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...............................................................................
i
DAFFTAR ISI ...........................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................
1
1.2 Tujuan.......................................................................................
2
BAB II TIJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ragi .........................................................................
3
2.3 Pengertian Kedelai ....................................................................
3
2.3 Pengertian Ragi .........................................................................
4
2.4 Rhizopus Orizae ........................................................................
5
2.5 Nilai Gizi Pada Tempe Kedelai .................................................
5
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat ..................................................................
8
3.2 Alat dan Bahan .......................................................................
8
3.3 Prosedur Kerja ..........................................................................
8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil .......................................................................................
10
4.2 Pembahasan............................................................................
10
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .............................................................................
15
5.2 Saran ......................................................................................
15
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Zaman
semakin
berkembang
dengan
pesat,
teknolohi
semakin
berkembang begitu juga dengan ilmu pengetahuan. Ilmu bioimia saat ini sedang mengalami perkembangan khususnya di negara Indonesia. Pernan i lmu biokimia bagi kehidupan manusia sangat luar biasa bahkan hampir mencakup semua aspek kehidupan. Contohnya adalah produk pangan. Tempe meruakan bahan makanan hasi fermentasi kacang kedelai atau jenis kacang-kacangan lainnya menggunakan jamur Rhizopus Oryzae. Tempe umumnya dibuat secara tradisional dan meruakan sumber protein nabati. Di indonesia pembuatan tempe sudah menjadi industri rakyat. Tempe mengandung beberapa nutrisi yang diperukan oleh tubuh, seperti protein, lemak, karbohidrat dan mineral. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap dan dimanfaatkan tubuh. Hal ini dikarenakan kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawasenyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang dicerna oleh manusia (kasmidjo,1990).
Bioteknologi
adalah
pemanfaatan
mikroorganisme
agar
dapat
memperoleh suatuprodukyang bisa dimanfaatkan oleh manusia. Bioteknologi dibagi menjadi dua yaitu bioteknologi konvensiona, (tradisional) dan bioteknologi modern. Bioteknologi konvensional biasanya memanfaatkan mikroorganisme
berupa
bakteri,jamur,dan
lain
sebagainya
yang
dapt
membantu kita dalam proses pengkloningan kultur jaringan. Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar didunia dantelah menjadi pasar kedelai terbesar di asia. Sebanyak 50 % darikonsumsi kedelai diindonesia diperoleh dalam bentuk tempe (kasmidjo,1990). Tempe adalah produk fermentasi yang amat dikenal oleh masyarakat indonesia dan mulai digemari pula oleh berbagai kelompok masyarakat barat. Tempe dapat dibuat dari berbagai bahan. Tetapi yang biasa dikenal sebagai
1
tempe oleh masyarakat pada umumnya ialah tempe yang dibuat dari kedelai (kasmidjo,1990).
Tempe mempunyai ciri-ciri memiliki warna putih,tekstur kompak. Pada dasarnya carapembuatan tempe meliputi tahapan sortasi danpembersihan biji, hidrasi atau fermentasi asam,pengemasan,inkubasi dan pengundukan hasil (Rahayu 1988).
Tahapan proses yang melibatkan jamur dalam pembuatan tempe adalah saat inokulasi atau fermentai. Inokulum adalah salh satu faktor yang penting dalam proses fermentasi tempe. Inokulum yang umumnya digunakan dalam fermentasi tempe adalah seperti usar dan inokulum bubuk. Inokulum bubuk dibuat dengan berbagai jenis substrat yaitu seperti beras,kedelai,dan onggok yang dimasak dan diinokulasi dengan spora kapang dari biakan murni atau tempe yang telah dikeringkan. Ragi tempe merupakn bibit yag sangat penting peranannya dalam pembuatan tempe. Ragi ini mengandumg jamur Rhizopus sp.
Pada dasarnya jamur atau tempe biasanya diperoleh dari daun pisang bekas pembungkus tempe.namun cara tradisional ini tidak sanggup menjawab produksi tempe dalam skala besar. Karena itu dibutuhkan cara membuat ragi tempe lainnya yang bisa digunakan untuk produksi tempe dalam skala besar.
1.2 Tujuan
Mengetahui proses pembuatan ragi tempe dengan penambahan Nasi dan tepung beras.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Tempe
Tempe adalah salah satu makanan tradisional khas Indonesia. Di tanah air, tempe sudah lama dikenal selama berabad-abad silam. Makanan ini diproduksi dan dikonsumsi secara turun temurun, khususnya di daerah Jawa Tengan dan sekitarnya. Kata “tempe” diduga berasal dari bahasa Jawa Kuno. Pada masyarakat Jawa Kuno terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang disebut tumpi. Makanan bernama tumpi tersebut terlihat memiliki kesamaan dengan tempe segar yang juga berwarna putih. Boleh jadi, ini menjadi asal usul dari nama kata “tempe” berasal.Tempe merupakan makanan yang terbuat dari biji kedelai dengan menggunakan jamur Rhizopus oligosporus dan Rhizopus oryzae atau beberapa bahan lain yang diproses melalui fermentasi yang dikenal sebagai “ragi tempe”. Lewat proses fermentasi ini, biji kedelai mengalami proses penguraian menjadi senyawa sederhana sehingga mudah dicerna.
2.2 Pengertian Kedelai
Pengertian kedelai, Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe (kadang-kadang ditambah "kacang" di depan namanya). Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500 tahun yang lalu di Asia Timur.Kedelai dikenal dengan berbagai nama: sojaboon (bahasa Belanda), soja, soja bohne (bahasa Jerman), soybean (bahasa Inggris), kedele (bahasa Indonesia sehari-hari, bahasa Jawa), kacang ramang, kacang bulu, kacang gimbol, retak mejong, kaceng bulu, kacang jepun, dekenana, demekun, dele, kadele, kadang jepun, lebui bawak, lawui, sarupapa tiak, dole, kadule, puwe mon, kacang kuning (Sumatera bagian utara) dan gadelei.
3
Berbagai nama ini menunjukkan bahwa kedelai telah lama dikenal di Indonesia.Kedelai berasal dari wilayah Cina. Masyarakat Cina telah membudidayakan kedelai sejak berabad – abad tahun yang lalu. Di Cina, kedelai dianggap sebagai salah satu dari lima macam tanaman terpenting dalam kehidupan masyarakat. Kedelai yang tergolong genus Glycine mempunyai banyak spesies yang merupakan susunan genom diploid (2n) dengan 20 pasang kromosom antara lain spesies Glycine clandestina, Glycine falcata, Glycine Tabacina. Klasifikasi kacang kedelai Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Class
: Dicotyledoneae
Family
: Leguminoseae
Genus
: Glycine
Spessies
: Glycine max
2.3 Pengertian Ragi
Jamur Rhizopus orizae merupakan jamur yang sering dimanfaatkan dalam pembuatan tempe (soetrisno ,1996)jamur Rhizopus oryzae aman dikonsumsi karena tidak menghasilkan asam laktat (purwoko dan pamudyanti,2004). Jamur Rhyzopus oryzae mempunyai kemampuan mengurai lemak kompleks menjadi trigliserida dan asam amino (Septiani,2004) selain itu jamur Rhyzopus oryzae dapat menghasilkan protease (Margiono,1992). Rhizopus sp tumbuh baik pada kisaran pH 3-6 pada penelitian semakin lama waktu fermentasi,Ph tempe semakin meningkat sampai Ph 8,4 sehingga jamur akan semakin menurun karena PH tinggi kurang sesuai untuk pertumbuahan jamur .secara umum jamur jamur akan memerlukan air dalam pertumbuahannya,tetapi kebutuhan air air jamur lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri.(Soeroson dan Hesseltine 1986). selain pH dankadar air yang kurang sesuai dalam
4
pertumbuahan jamur ,jumlah nutrien dalam bahan,juga dibutuhkan oleh jamur.
2.4 Rhizopus Orizae
Rhizopus Orizae merupakan jamur yang digunakan dalam proses pembuatan tempe. Jamur ini aman dikonsumsi karena tidak mengandung toksin dan mampu menghasilkan asam laktat. Rhizopus Orizae mempunyai kemampuan untuk menguraikan lemak kompleks menjadi trigliserida dan asam amino. Selain ini jamur ini juga mampu menghasilkan protease. Menurut Sorenson dan Hesseltine (1986), Rhizopus Orizae mampu tumbuh baik dengan kisaran Ph 3,4 - 6. Pada penelitian semakin lama waktu fermentasi yang dilakukan,PH tempe akan meningkat sampai PH 8,4, sehingga jamur semakin menurun karena Ph tinggi kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur. Secara umum jamur juga membutuhkan air untuk pertumbuhannya, tetapi kebutuhan air pada jamur lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri. Selain Ph dan kadar air, jumlah nutrien dalam bahan juga dibutuhkan oleh jamur. Ciri-ciri Koloni berwarna putih berangsur-angsur menjadi abu-abu,stolon halus
atau
sedikit
kasar
dan
tidak
berwarna
hingga
kuning
kecoklatan,sporangiofora tumbuh dari stolon dan mengarah ke udara,baik tunggal atau kelompok (hingga 5 sporangiofora).Rhizoid tumbuh berlawanan dan terletak pada posisi yang sama dengan sporangiofora,sporangia atau sub globus dengan dinding berspinulosa (duri-duri pendek),yang berwarna coklat gelap sampai hitam bila telah masak,kolumela oval hingga bulat dengan dinding halus atau sedikit kasar Spora bulat,oval atau berbentuk elips atau slinder.
2.5 Nilai Gizi Pada Tempe Kedelai
Tempe sebagai makan dengan nilai kandungan gizi yang tinggi, sudah lama diakui. Sejumlah penelitian yang diterbitkan pada tahun 1940-an sampai dengan 1960-an menyimpulkan bahwa banyak tahanan Perang Dunia II pada
5
zaman pendudukan Jepang di Indonesia berhasil terhindar dari disentri dan busung lapar karena tempe. Penelitian terhadap nilai gizi tempe terus dilakukan dan dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa tempe mengandung elemen yang berguna bagi tubuh, yakni: asam lemak, vitamin, mineral, dan antioksidan. 1.
Asam Lemak
Proses fermentasi pada tempe meningkatkan derajat ketidakjenuhan terhadap lemak. Akibat proses ini, asam lemak tidak jenuh majemuk pada tempe meningkat jumlahnya. Asam lemak tidak jenuh ini mempunyai efek penurunan terhadap kandungan kolesterol serum, sehingga dapat menetralkan efek negatif sterol di dalam tubuh.
2.
Vitamin
Dua kelompok vitamin terdapat pada tempe, yaitu larut air (vitamin B kompleks) dan larut lemak (vitamin A, D, E, dan K). Tempe merupakan sumber vitamin B yang sangat potensial. Jenis vitamin yang terkandung dalam tempe antara lain vitamin B1, B2, asam pantotenat, asam nikotinat, vitamin B6, dan B12. Vitamin B12 umumnya terdapat pada produk-produk hewani dan tidak dijumpai pada makanan nabati (sayuran, buah-buahan, dan bijibijian), namun tempe mengandung vitamin B12 sehingga tempe menjadi satu-satunya sumber vitamin yang potensial dari bahan pangan nabati. Kenaikan kadar vitamin B12 paling mencolok pada pembuatan tempe. Kadar vitamin B12 dalam tempe berkisar antara 1,5 sampai 6,3 mikrogram per 100 gram tempe kering. Jumlah ini telah dapat mencukupi kebutuhan vitamin B12 seseorang per hari. Dengan adanya vitamin B12 pada tempe, para vegetarian tidak perlu merasa khawatir akan kekurangan vitamin B12, sepanjang mereka melibatkan tempe dalam menu hariannya.
6
3.
Mineral
Tempe mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang cukup. Jumlah mineral besi, tembaga, dan zink. Kapang tempe dapat menghasilkan enzim fitase yang akan menguraikan asam fitat (yang mengikat beberapa mineral) menjadi fosfor dan inositol. Dengan terurainya asam fitat, mineral-mineral tertentu (seperti besi, kalsium, magnesium, dan zink) menjadi lebih tersedia untuk dimanfaatkan tubuh.
4.
Antioksidan
Di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk isoflavon yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan reaksi pembentukan
radikalbebas.
Dalam
kedelai
terdapat
tiga
jenis
isoflavon, yaitu daidzein, glisitein, dan genistein. Pada tempe, di samping ketiga jenis isoflavon tersebut juga terdapat antioksidan faktor II (6,7,4trihidroksi isoflavon) yang mempunyai sifat antioksidan paling kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam kedelai. Antioksidan ini disintesis pada saat terjadinya proses fermentasi kedelai menjadi tempe oleh bakteri micrococcus luteus dan coreyne Bacterium.
7
BAB III METODELOGI PRAKTIKUM
3.1. Tempat Dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, maret 2017 pukul 08;0012;00 WITA di laboratorium Mikrobiologi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan. Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 3.2. Alat Dan Bahan
Alat
Bahan
1. Daun pisang
1. Tempe
2. Pisau
2.Tepung beras
3. Nampan
3. Nasi
4. Spatula
4. Tepung tempe
5. Kompor gas 6. Wajan 7. Blender
3.3. Prosedur Kerja A. ACARA I
1. Disiapkan alat dan bahan 2. Diiris atau tempe dipotong-potong sebanyak 500 gr dengan tipis menggunakan pisau 3. Dituangkan kedalam nampan dan di taburkan secara merata 4. Dikeringkan dengan menggunakan sinar matahari 5. Dihaluskan menggunakan blender 6. Dikemas kedalam toples atau plastik B.ACARA II
1. Dicuci beras dicuci,dimasak,dan didinginkan 2. Ditaburi tepung tempe sampai merata 3. Ditaruh ditampah dan dialasi daun pisang
8
4. Ditutup dengan menggunakan daun pisang 5. Difermentasikan selama 5 hari 6. Dijemur hingga kering 7. Diblender atau ditumbuk hingga halus 8. Disaring menggunakan ayakan 9. Dicampur dengan tepung beras yang telah disangrai 10. Dikemas ragi tempe yang telah jadi
9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1Hasil
Tabel Hasil 1.1 Tabel Hasil Percobaan BERAT BAHAN
HASIL TEPUNG TEMPE
No
(TEMPE)
(RAGI)
1
500 gr
430 gr
Tabel Hasil 1.2 Tabel Hasil Percobaan BERAT BAHAN (RAGI
BERAT TEPUNG
HASIL RAGI TEMPE
TEMPE)
(gr)
(gr)
50 gr
250 gr
280 gr
Tabel Hasil 1.3 Tabel Hasil Percobaan Bahan
Hasil
Aroma
Warna
Ragi dan nasi
berhasil
Tape
Kekuningan
No
1
3.2 Pembahasan 3.2.1 Pembahasan I
Proses pembuatan tempe kebanyakan dilakukan oleh industri skala kecil dan rumah tangga. Metode dalam memproduksi tempe umumnya menggunakan cara-cara yang tradisional. Artinya, masih belum menerapkan teknologi modern. Pada dasarnya, cara membuat tempe terdiri dari 2 bagian besar, yaitu proses pemasakan kedelai dan dilanjutkan dengan proses fermentasi(Kasmidjo, 1990). Tempe adalah produk fermentasi yang amat dikenal oleh masyarakat Indonesia dan mulai digemari pula oleh berbagai kelompok masyarakat Barat. Tempe dapat dibuat dari berbagai bahan. Tetapi yang
10
biasa dikenal sebagai tempe oleh masyarakat pada umumnya ialah tempe yang dibuat dari kedelai (Kasmidjo, 1990). Pada praktikum pembuatan ragi tempe kali ini bahan yang kami gunakan adalah tempe yang biasa dijual di pasaran. Tempe tersebut kami gunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan ragi. Prinsip kerja pembuatan ragi tempe yaitu dengan cara melakukan proses pengeringan secara alami (sinar matahari) sampai tempe kering keseluruhan. Tempe yang sudah kering akan mengalami proses penghalusan dengan menggunakan blender. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dan mempercepat proses fermentasi pada nasi.
Kandungan zat gizi tempe kedelai dalam 100 gram No
Zat gizi
Tempe kedelai
Kedelai kuning
Kedelai hitam
1
Energi
149,0 kalori
400,0
kalori
385,0
kalori
2
Air
64,0
gram
10,2
gram
12,3
gram
3
Protein
18,3
gram
35,1
gram
33,3
gram
4
Lemak
4,0
gram
17,7
gram
15,0
gram
5
Karbohidrat
12,7
gram
32,0
gram
35,4
gram
6
Serat
-
4,2
gram
4,3
gram
7
Abu
1,0
gram
4,0
gram
4,0
gram
8
Kalsium
129,0 mg
226,0
mg
213,0
mg
9
Besi
10,0
mg
8,5
mg
9,5
mg
10
Vitamin B1
0,17
mg
0,66
mg
0,65
mg
11
Vitamin B2
-
0,22
mg
0,23
mg
11
Komposisi asam amino tempe kedelai (mg/gr nitrogen total) No
Asam amino
Tempe
Kedelai
kedelai
kuning
Kedelai hitam
1
Nitrogen (gr)
8,52
5,99
5,96
2
Isolensin
333
290
253
3
Leusin
529
494
473
4
Lisin
370
391
350
5
Metionin
71
84
57
6
Sistin
100
81
68
7
Fenilalanin
305
341
293
8
Treonin
245
247
272
9
Triptofan
77
76
86
10
Valin
332
291
254
11
Arginin
407
428
2.098
12
Histidin
169
168
900
13
Alanin
283
279
1.716
14
Asam aspartat
715
728
4.422
15
Asam glutamat
987
1.185
8.529
16
Glisin
266
259
1.615
17
Prolin
308
332
1.257
18
Serin
271
309
2.014
3.2.2 Pembahasan 2
Pada praktikum ini diperoleh hasil yaitu pada percobaan ketpertama dengan 500 gram tempe di iris tipis tipis mendapat hasil gagal dan warnya hitam karena kesalahan perlakuan yaitu pada pengirisan tempe di iris di lab sehingga tempe tersebut tidak langsung di keringkan melainkan di bungkus dengan plastik, setelah pulang dari lab tersebut di letakkan di atas plastik kemudian di hemparkan begitu
12
saja sehingga pada keseokan harinya tempe tersebut langsung menghitam. Kemungkina yang lain pda saat di hemparkan di atas plastik, plastik tersebut basah sehingga membuat tempe langsung menghitam karena basah. Pada percobaan kedua bahan ragi tersebut di taburkan ke nasi 200 gr kemudian di didamkan selama 5 hari dan setiap sekali 24 jam di poto untuk melihat perbandingan yang terjadi, pada percobaan ini dinyatakan berhasil. Pada praktikum kali ini yang akan dilakukan adalah pembuatan inokulum tempe. Inokulum merupakan salah satu faktor yang penting dalam proses fermentasi tempe. Inokulum yang umumnya digunakan pada fermentasi tempe adalah seperti usar dan inokulum bubuk. Inokulum bubuk dibuat dengan menggunakan berbagai macam substrat seperti beras, kedelai, dan onggok yang dimasak dan diinokulasi dengan spora kapang dari biakan murni atau dari tempe yang telah dikeringkan. Sample yang digunakan pada pembuatan inokulum tempe adalah beras dan sample yang digunakan pada pembuatan ragi tape adalah tepung beras ditambah bawang putih serta tepung beras ditambah rempah-rempah (bawang putih, cabe rawit, kayu manis, lada, dan jahe). Praktikum ini dilakukan pengamatan pada hari ke-4 dan hari ke-7, untuk inokulum tempe pada hari ke-4 suhunya dinaikkan yang tadinya 30 oC men jadi 40 oC. Berikut akan dibahas mengenai perbedaan karakteristik inokulum tempe dan ragi mulai dari warna, aroma,kekerasan dan kenampakan. Berdasarkan hasil pengamatan, pada pembuatan ragi, komponen ragi bawang putih yang pertama terdapat jamur kehitaman yang meliputi seluruh ragi. Lalu pada komponen ragi bawang putih yang kedua hanya terdapat jamur yang meliputi sebagian ragi. Pada komponen ragi jahe, kayu manis, lada, cabe rawit, bawang putih, terdapat beberapa jamur yang hinggap di permukaan ragi, namun ada
13
beberapa ragi yang tidak dihinggapi jamur. Kemudian pada komponen ragi bawang putih yang ketiga terdapat jamur yang meliputi keseluruhan ragi. Pada komponen ragi jahe, kayu manis, lada, cabe rawit, bawang putih yang kedua, terdapat jamur yang meliputi keseluruhan ragi. Lalu pada komponen ragi jahe, kayu manis, lada, cabe rawit, bawang putih yang ketiga, tidak terdapat jamur pada ragi.
14
BAB IV PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Adapun hasil dari preaktikum fermentasi pembuatan ragi tempe ini yaitu : 1. Faktor membuat inokulum tempe berwarna coklat kekuningan adalah akibat dari suhu pemanasan dan mempunyai bau basi disebabkan oleh hilangnya flavor karena proses pemanasan berlangsung dan hinggapnya bakteri yang membuat bau basi.
2.
Salah Satu Faktor keberhasilan fermentasi ragi tempe, suhu sangat berpengaruh terhadap proses fermentasi ragi tempe
5.2
Saran
Dalam pembuatan ragi tempe sebaiknya kita menggunakan tempe yang baik agar ragi tempe yang kita hasilkan juga sempurna dan dalam melakukan
proses
pembuatanragi
tempe
harus
berhati-hati
dan
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan fermentasi agar produk tidak mengalami kegagalan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Shurtleff, W.; Aoyagi, A. (1986), Tempeh production: a craft and technical manual (2nd ed.), Lafayette: The Soyfoods Center, ISBN 0933332238 (lihat di Penelusuran Buku Google) Steinkraus, K. H. (Penyunting) (1996), Handbook of indigenous fermented foods (2nd ed.), New York: Marcel Dekker, Inc., ISBN 0824793528 (lihat di Penelusuran Buku Google) Hermana & Karmini, M. (1999) The Development of Tempe Technology. Di dalam Agranoff, J (editor dan penerjemah), The Complete Handbook of Tempe: The Unique Fermented Soyfood of Indonesia, hlm. 80 – 92. Singapura: The American Soybean Association.
http://juliannk.blog.upi.edu/2015/11/01/laporan-praktikum-pembuatan-inokulumtempe/ http://www.pintarbiologi.com/2015/10/praktikum-cara-membuat-ragi-tempe.html http://bkpausm.blogspot.co.id/2011/05/membuat-ragi-tempe.html http://www.academia.edu/6960655/PEMBUATAN_RAGI_TEMPE_and_TEMPE
16
LAMPIRAN FERMENTASI
GAMBAR 1. Nasi ditambahkan tepung tempe
GAMBAR 1. Nasi ditambahkan ragi tempe GAMBAR 1. Nasi ditambahkan ragi tempe
GAMBAR 2. Nasi ditambahkan tepung tempe
17
GAMBAR 3. Tepung Tempe dicampur nasi telah ditumbuhi jamur
18