BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu pengendalian aktivitas mikroba adalah mengatur faktor – faktor faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Pertumbuhan mikroba umunya sangat bergantung dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain membutuhkan nutrisi yang sesuai untuk pertumbuhannya, juga diperlukan faktor lingkungan yang memungkinkan pertumbuhan optimumnya. Faktor – faktor tersebut adalah faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik meliputi faktor fisik dan kimia dari lingkungan. Faktor – faktor faktor abiotik yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba adalah temperatur, pH, oksigen bebas, radiasi sinar dan aliran listrik, nilai osmotik medium, adanya logam – logam logam berat, dan ada tidaknya zat – zat yang menghambat pertumbuhan atau mematikan mikroba seperti antiseptic dan desinfektan. Dan faktor – faktor biotik yang mempengaruhi pertumbuhan satu jenis mikroba ditentukan oleh adanya interaksi atau hubungan hidup bersama atau yang disebut simbiosis antara mikroba – mikroba mikroba yang berlainan jenis. Keanekaragaman makhluk hidup di bumi akan menimbulkan hubungan kekerabatan antara organisme tersebut, makhluk hidup yang hidup di bumi selalu berinteraksi atau saling mempengaruhi dengan makhluk hidup lainnya. Adanya interaksi antar organisme ini dapat menyebabkan tidak adanya komponen dalam suatu eksosistem yang dapat mandiri memenuhi kebutuhan hidupnya baik antara komponen biotik dengan sesama biotik dan antara komponen biotik dengan abiotik. Di dalam lingkungan, mikroba tentu saja mengalami suatu bentuk asosiasi hidup bersama antara dua mikroba atau lebih. Bentuk asosiasi yang menguntungkan adalah sinergisme, yaitu kegiatan yang tidak sali ng menganggu tapi masing – masing mikroba justru merupakan urutan yang saling
1
menguntungkan. Bentuk sinergisme yang kita ketahui adalah ragi tape. Di dalam ragi tape terdapat bermacam – macam mikroba, yaitu Candida, Saccharomyces, Hansenula, Aspergillus, dan Acetobacter dan Acetobacter . Bentuk asosiasi yang merugikan adalah antibiosis atau disebut antagonisme, yaitu suatu bentuk asosiasi hidup bersama antara mikroba yang menyebabkan atau menyebabkan salah satu pihak dalam asosiasi tersebut mati, terhambat pertumbuhannya
atau
mengalami
gangguan
lainnya,
zat
atau
agen
kemotrapretik yang menyebabkan terganggunya pertumbuhan mikroba disebut antibiotik.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukannya praktikum sinergisme dan antagonisme terhadap pertumbuha mikroba adalah sebagai berikut: 1. Mempelajari interaksi beberapa jenis mikroba yang saling menguntungkan. menguntungkan. 2. Mempelajari antibiosis beberapa jenis mikroba.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sinergisme
Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor – faktor lingkungan, akan tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Bakteri dapat mengubah pH dari medium tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia. Adapun faktor – faktor biotik dan faktor – faktor abiotik. Dimana, faktor – faktor biotik terdiri atas makhluk – makhluk hidup, yaitu mencakup adanya asosiasi atau kehidupan bersama antara mikroorganisme, dapat dalam bentuk simbiose, sinergisme, antibiose, dan sintropisme. Sedangkan faktor – faktor abiotik terdiri atas faktor fisika. (Hadioetomo, 1982) Sinergisme adalah asosiasi (hubungan hidu) antara kedua spesies, bila mengadalan kegiatan tidak saling menganggu, akan tetapi kegiatan masing – masing justru merupakan urut – urutan yang saling menguntungkan. Misalnya ragi untuk membuat tape terdiri atas kumpulan spesies Aspergillus
Saccharomyces,
Candida,
Hansenula,
dan
Acetobacter. Masing – masing spesies mempunyai kegiatan – kegiatan sendiri, sehingga amilum berubah menjadi gula, dan gula menjadi bermacam – macam asam organic, alkohol, dan lain – lain. (Brooks, 2004) Sinergisme populasi merupakan interaksi antara populasi satuu dengan yang lainnya, berikut macam sinergisme populasi (Fardiaz, 2002): 1. Aleopati, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. 2. Kompetisi, persaingan untuk mendapatkan kepentingan yang sama pada habitat yang sama.
3
2.1.2 Antagonisme
Aktivitas mikroorganisme akan berpengaruh terhadap lingkungannya. Mikroorganisme seperti halnya organisme lain yang berada dalam lingkungan yang kompleks senantiasa berhubungan baik dengan pengaruh faktor biotik dan abiotik. Sedikit sekali suatu mikroorganisme yang hidup di alam mampu hidup secara individual. Hubungan mikroorganisme dapat terjadi baik dengan mikroorganisme, hewan ataupun dengan tumbuhan. Hubungan ini membentuk suatu pola interaksi yang spesifik yang dikenal dengan simbiosis. (Kusnadi, 2003) Antagonisme dapat terjadi antara mikroba ada yang bersifat menguntungkan dan mikroba yang bersifat patogen. Mikroba antagonis merupakan suatu jasad renik yang dapat menekan, menghambat, dan memusnahkan mikroba lainnya. Mikroba ini dapat berubah bakteri, jamur atau cendawan, virus. Mikroba yang bermanfaat juga termasuk mikroba antagonis yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan aktif biopestisida untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman. Hubunga mikroorganisme
dengan
organisme
lain
yang
saling
menekan
pertumbuhannya disebut antagonisme. Bentuk interaksi ini merupakan hubungan asocial. biasanya bentuk interaksi ini muncul karena ada beberapa jenis mikroorganisme yang menempati ruang dan waktu yang sama, sehingga mereka harus memperebutkan nutrisi untuk tetap dapat tumbuh dan berkembang biak. (Kusnadi, 2003)
2.2 Alat dan Bahan 2.2.1 Sinergisme
Alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum sinergisme adalah sebagai berikut:
4
Tabel 2.1 Alat dan Bahan Sinergisme No
1.
Alat
Ukuran Jumlah
Jarum
-
1 buah
ose ujung
Bahan
Bacillus
Konsentrasi
sp
Jumlah
-
10 ml
-
10 ml
-
10 ml
-
3 buah
-
3 buah
dalam NA cair
bulat
2.
Bunsen
-
1 buah
E. coli dalam NA cair
3.
Pipet
-
1 buah
tetes 4.
Staphylococcus dalam NA cair
Tabung
-
6 buah
durham
Larutan laktosa dalam
tabung
reaksi 5.
Spidol
-
1 buah
permanen
Larutan sukrosa dalam tabung reaksi
2.2.2 Antagonisme
Alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum antagonisme adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Alat dan Bahan Antagonisme No.
1.
Alat
Jarum
Ukuran Jumlah
-
1 buah
ose ujung
Bahan
Bacillus
sp
Konsentrasi
Jumlah
-
Secukupnya
-
Secukupnya
-
Secukupnya
dalam NA cair
bulat 2.
Bunsen
-
1 buah
E. coli dalam NA cair
3.
Spidol permanen
-
1 buah
Staphylococcus dalam NA cair
5
No.
Alat
4.
Cawan
Ukuran Jumlah
-
Bahan
2 buah
NA
petri
dalam
Konsentrasi
padar
-
Jumlah
2 buah
cawan
petri
2.3 Cara Kerja 2.3.1 Sinergisme
Cara kerja praktikum sinergisme adalah sebagai berikut: Tabel 2.3 Cara Kerja Sinergisme No.
1.
Cara Kerja
Gambar
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2.
Sterilisasi pipet mikron. Ambil bakteri E. coli dan Staphylococcus.
3.
Masukan bakteri masing – masing ke tabung sukrosanya. Dan campurkan bakteri
tersebut
ke
dalam
tabung
sukrosa yang berbeda.
6
No.
Cara Kerja
4.
Homogenkan tabung.
5.
Ulangi cara kerja di atas untuk tabung
Gambar
laktosa. Dan amati setelah 48 jam
2.3.2 Antagonisme
Cara kerja praktikum antagonisme adalah sebagai berikut: Tabung 2.4 Cara Kerja Antagonisme No.
Cara Kerja
1.
Siapkan alat dan bahan yang akan
Gambar
digunakan
2.
Buat garis berbentuk (+) masing – masing pada cawan petri dan beri nama
3.
Sterilisasi kawat ose, ambil biakan bakteri ( E. coli dan Staphylococcus) menggunakan kawat ose.
7
No.
Cara Kerja
4.
Osekan bakteri ke cawan petri sesuai dengan
garis
bakteri
Gambar
yang
telah
ditandai.
5.
Inkubasikan cawan petri selama 48 jam
(sumber: google)
8
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan 3.1.1 Sinergisme
Hasil pengamatan praktikum sinergisme adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Sinergisme pada Kaldu Sukrosa Hasil Pengamatan
Bakteri
E . coli
Bacillus sp.
E . coli+Bacillus sp
Kelompok 1
Kekeruhan: +++
Kekeruhan: +
Kekeruhan: ++
Oksigen: +++
Oksigen: +
Oksigen: ++
Sinergisme
Tidak Sinergisme
Sinergisme
Kekeruhan: +++
Kekeruhan: ++
Kekeruhan: ++
Oksigen: ++
Oksigen: -
Oksigen: +
Sinergisme
Tidak Sinergisme
Sinergisme
Kelompok 2
Kelompok 3
Bakteri
9
Hasil
E . coli
Bacillus sp.
E . coli+Bacillus sp
Pengamatan
Kekeruhan: +++
Kekeruhan: +
Kekeruhan: ++
Oksigen: -
Oksigen: -
Oksigen: -
Sinergisme
Sinergisme
Sinergisme
Bakteri
Staphylococcus
E . coli
Staphyloccocus+E .coli
Kelompok 4
Kekeruhan: +
Kekeruhan: +++
Kekeruhan: ++
Oksigen: -
Oksigen: +
Oksigen: ++
Sinergisme
Sinergisme
Sinergisme
Kekeruhan: -
Kekeruhan: +++
Kekeruhan: +++
Oksigen: -
Oksigen: +++
Oksigen: +++
Tidak Sinergisme
Sinergisme
Sinergisme
Kekeruhan: +++
Kekeruhan: ++
Kekeruhan: +++
Oksigen: +++
Oksigen: +
Oksigen: +
Sinergisme
Sinergisme
Sinergisme
Kelompok 5
Kelompok 6
10
Bakteri
Hasil Pengamatan
Staphylococcus
Bacillus sp.
Staphylococcus+Bacillus sp
Kelompok 7
Kekeruhan: +
Kekeruhan: +
Kekeruhan: ++
Oksigen: +
Oksigen: +
Oksigen: ++
Sinergisme
Sinergisme
Sinergisme
Kekeruhan: +++
Kekeruhan: +
Kekeruhan: +
Oksigen: ++
Oksigen: +
Oksigen: ++
Sinergisme
Sinergisme
Sinergisme
Kekeruhan: +++
Kekeruhan: +
Kekeruhan: +
Oksigen: +++
Oksigen: +
Oksigen: +
Sinergisme
Tidak Sinergisme
Tidak Sinergisme
Kelompok 8
Kelompok 9
11
Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Sinergisme pada Kaldu Laktosa Hasil Pengamatan
Bakteri
E . coli
Bacillus sp.
E . coli+Bacillus sp
Kelompok 1
Kekeruhan: +++
Kekeruhan: +
Kekeruhan: ++
Oksigen: +++
Oksigen: +
Oksigen: +
Sinergisme
Tidak Sinergisme
Sinergisme
Kekeruhan: +++
Kekeruhan: +
Kekeruhan: ++
Oksigen: +
Oksigen: -
Oksigen: ++
Sinergisme
Tidak Sinergisme
Sinergisme
Kekeruhan: +++
Kekeruhan: +
Kekeruhan: ++
Oksigen: -
Oksigen: -
Oksigen: -
Sinergisme
Sinergisme
Sinergisme
Kelompok 2
Kelompok 3
12
Hasil Pengamatan
Bakteri
Staphylococcus
E . coli
Staphyloccocus+E .coli
Kelompok 4
Kekeruhan: +
Kekeruhan: ++
Kekeruhan: ++
Oksigen: -
Oksigen: -
Oksigen: -
Tidak Sinergisme
Tidak Sinergisme
Tidak Sinergisme
Kekeruhan: -
Kekeruhan: +++
Kekeruhan: +++
Oksigen: -
Oksigen: +++
Oksigen: +++
Tidak Sinergisme
Sinergisme
Sinergisme
Kekeruhan: -
Kekeruhan: ++
Kekeruhan: ++
Oksigen: -
Oksigen: -
Oksigen: -
Tidak Sinergisme
Tidak Sinergisme
Tidak Sinergisme
Kelompok 5
Kelompok 6
13
Bakteri
Hasil Pengamatan
Staphylococcus
Bacillus sp.
Staphylococcus+Bacillus sp
Kelompok 7
Kekeruhan: +
Kekeruhan: +
Kekeruhan: ++
Oksigen: +
Oksigen: +
Oksigen: ++
Tidak Sinergisme
Tidak Sinergisme
Sinergisme
Kekeruhan: +++
Kekeruhan: +
Kekeruhan: ++
Oksigen: +++
Oksigen: +
Oksigen: +
Sinergisme
Tidak Sinergisme
Sinergisme
Kekeruhan: -
Kekeruhan: +
Kekeruhan: ++
Oksigen: ++
Oksigen: +
Oksigen: ++
Tidak Sinergisme
Tidak Sinergisme
Sinergisme
Kelompok 8
Kelompok 9
14
3.1.2 Antagonisme
Hasil pengamatan praktikum antagonisme adalah sebagai berikut: Tabel 3.3 Hasil Pengamatan Antagonisme Kelompok Hasil Pengamatan
Keterangan
E. coli + E. coli E. coli + Bacillus
1
Tidak ada Zona Hambat
Ada Zona Hambat
Tidak ada zona hambat
Ada zona hambat
Ada zona hambat
Ada zona hambat
Ada zona hambat
Tidak ada zona hambat
Bacillus + Bacillus E. coli + Bacillus 2
E. coli + E. coli E. coli + Bacillus
3
Staphylococcus + Staphylococcus Staphylococcus + E. coli 4
15
Kelompok Hasil Pengamatan
Keterangan
E. coli + E. coli Staphyloccis + E. colis 5
Tidak ada zona hambat
Tidak ada zona hambat
Tidak ada zona hambat
Ada zona hambat
Staphylococcus + Staphyloccus
6
7
Staphylococcus + E. coli
Staphylococcus + Staphylococcus Staphylococcus + Bacillus
Tidak ada zona hambat
Ada zona hambat
Bacillus + Bacillus Staphylococcus + Bacillus
8
Tidak ada zona hambat
Tida ada zona hambat
16
Kelompok Hasil Pengamatan
Keterangan
Staphylococcus+ Staphylococcus Staphylococcus + Bacillus 9
Tidak ada zona hambat
Tidak ada zona hambat
3.2 Pembahasan 3.2.1 Sinergisme
Pada percobaan sinergisme, medium yang digunakan adalah kaldu sukrosa dan kaldu laktosa. Sukrosa merupakan suatu disakarida dengan rumus molekul C 12H22O11. Laktosa merupakan bentuk disakarida dengan rumus molekul C 12H22O11. Digunakannya medium ini bertujuan agar dapat melihat interaksi dari 2 bakteri yang melakukan sinergisme yang akan memecah disakarida menjadi monosakarida saja. Kedua larutan ini dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang terdapat tabung durhamnya. Tabung durham ini berfungsi untuk melihat seberapa banyak oksigen yang terdapat di tabung reaksi tersebut. Untuk bakteri E. coli dan Bacillus sp yang dimasukan ke dalam kaldu sukrosa hasil pengamatan kelompok 1, bakteri E. coli berubah menjadi keruh dan menghasilkan oksigen, ini menandakan adanya sinergisme pada bakteri tersebut. Bakteri Bacillus sp warnanya tidak berubah menjadi keruh dan hanya sedikit sekali menghasilkan oksigen. Dan pada saat bakteri E. coli dan Bacillus sp dicampurkan, warnanya menjadi keruh dan dapat menghasilkan oksigen. Artinya, kedua bakteri tersebut dapat bersinergisme atau dapat memecah disakarida menjadi monosakarida, namun karena Bacillus sp tidak dapat bersinergisme atau dapat memecah menjadi monosakarida, bakteri E. coli yang memecah disakarida tersebut menjadi monosakarida. Hasil ini juga berlaku untuk
17
kelompok 2. Dimana, E. coli dapat bersinergisme sedangkan Bacillus tidak. Tetapi, waktu kedua bakteri tersebut dicampurkan, terjadi sinergisme. Yang artinya hanya bakteri E. coli saja yang memecah disakarida menjadi monosakarida dengan enzimnya. Namun, pada hasil pengamatan kelompok 3 bakteri E. coli dan Bacillus warna tabungnya menjadi keruh, namun tidak ada yang menghasilkan oksigen. Dan pada saat bakteri tersebut dicampurkan, walaupun warnanya keruh tapi tidak menghasilkan oksigen. Artinya, pada hasil pengamatan ini, tidak ada bakteri yang bersinergisme. Hal ini dapat terjadi karena adanya kesalahan saat praktikum, seperti kesalahan meli hat hasil dan kesalahan saat memasukan bakteri ke dalam tabung reaksi tersebut. Untuk bakteri Staphylococcus dan E. coli yang dimasukan ke dalam tabung reaksi berisi kaldu sukrosa hasil pengamatan kelompok 4, bakteri Staphylococcus warnanya tidak berubah menjadi keruh dan sama sekali tidak menghasilkan oksigen, bakteri ini tidak bersinergisme. Namun, untuk bakteri E. coli warna tabung reaksi tersebut menjadi keruh dan dapat menghasilkan oksigen, artinya bakteri ini dapat bersinergisme. Dan pada saat kedua bakteri tersebut dicampur, warna tabung reaksinya keruh dan terdapat oksigen. Kedua bakteri ini dapat bersinergisme atau dapat memecah disakarida menjadi monosakarida. Namun, hanya bakteri E. coli saja yang dapat bersinergisme, karena bakteri Staphylococcus tidak dapat memecah kaldu sukrosa tersebur. Hasil kelompok 5 sama seperti hasil kelompok 4, perbedaannya hanya bakteri Staphylococcus pada tabung reaksi berisi kaldu sukrosa tersebut mati, sehingga warna kaldu yang awalnya ungu tidak berubah menjadi kuning keruh, namun tetap berwarna ungu. Pada hasil pengamatan kelompok 6, bakteri Stapyhlococcus dapat bersinergisme karena warnanya menjadi keruh dan menghasilkan banyak oksigen. Bakteri E. coli juga menjadi keruh dan menghasilkan oksigen, artinya bakteri ini dapat bersinergisme. Dan pada kedua bakteri tersebut
18
dicampurkan, kedua bakteri tersebut dapat bersinergisme tanpa salah sa tu bakteri memakan atau membunuh bakteri yang lainnya. Untuk bakteri Staphylococcus dan Bacillus sp yang dimasukan ke dalam tabung reaksi berisi kaldu sukrosa pada hasil pengamatan kelompok 7 dan kelompok 8 bakteri Stapyhlococcus warnanya menjadu keruh dan menghasilkan oksigen, bakteri ini bersinergisme. Pada bakteri Bacillus sp tidak terjadi sinergisme, karena warnanya tidak keruh dan tidak menghasilkan oksigen. Namun, saat kedua bakteri tersebut di campur ke dalam tabung reaksi berisi kaldu sukrosa, kedua bakteri tersebut bersinergisme atau dapat memecah lartutan yang kompleks, menjadi larutan yang lebih sederhana. Di sini, staphylococcus yang mengubah atau menghidrolisis larutan tersebut dari larutan kompleks menjadi larutan sederhana dengan enzimnya. Namun, hasil pengamatan kelompok 9 berbeda dari kelompok 7 dan kelompok 8. Bakteri Staphylococcus dapat bersinergisme karena warnanya menjadi keruh dan menghasilkan oksigen, dan bakteri E. coli tidak dapat bersinergisme karena warnanya tidak keruh dan tidak menghasilkan oksigen. Namun, pada saat kedua bakteri tersebut dicampur, kedua bakteri tersebut tidak dapat bersinergisme. Karena warna larutannya tidak berubah menjadi keruh dan tidak menghasilkan oksigen. Bakteri E. coli dan Bacillus sp yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi kaldu laktosa hasil pengamatan kelompok 1, kelompok 2, dan kelompok 3, bakteri E. coli berubah menjadi keruh dan menghasilkan oksigen, bakteri ini dapat bersinergisme. Namun, bakteri Bacillus tidak dapat bersinergisme karena warnanya tidak keruh dan tidak menghasilkan oksigen. Tetapi, pada saat kedua bakteri tersebut di campurkan, kedua bakteri itu bersinergisme kareana tabung reaksi berisi kaldu laktosa menjadi keruh dan menghasilkan oksigen. Tetapi, karena Bacillus tidak dapat bersinergisme, maka bakteri E. coli dapat menghidrolisis Bacillus sehingga menjadikan kaldu laktosa yang
19
merupakan larutan yang kompleks menjadi larutan yang sederhana dengan enzimnya. Pada hasil pengamatan bakteri Staphylococcus dan E. coli kelompok 4 dan kelompok 6, bakteri Staphylococcus tidak bersinergisme karean warnanya tidak keruh dan tidak menghasilkan oksigen. Dan pada bakteri E. coli walaupun kaldu laktosanya berubah menjadi keruh, namun tidak menghasilkan oksigen maka bakteri tidak dapat bersinergisme. Dan pada saat kedua bakteri tersebut dicampurkan, warna kaldu laktosa menjadi keruh namun tidak menghasilkan oksigen. Artinya, kedua bakteri tersebut tidak dapat bersinergisme atau tidak dapat memecah laktosa yang merupakan disakarida menjadi monosakarida. Pada hasil pengamatan kelompok 5, bakteri Staphylococcus mati sehingga tidak dapat dilihat hasil pengamatan bahwa bakteri tersebut sinergisme atau tidak. Bakteri E. coli pada tabung reaksi berisi kaldu laktosa berubah menjadi keruh dan menghasilkan oksigen, bakteri ini dapat bersinergisme. Pada saat kedua bakteri tersebut dicampurkan, warnanya menjadi keruh dan menghasilkan oksigen. Artinya, kedua bakteri tersebut dapat bersinergisme atau dapat memecah disakarida menjadi monosakarida. Namun, bakteri E. coli yang menghidrolisis Staphylococcus dengan enzimnya untuk mengubah senyawa kompleks tersebut menjadi senyawa yang lebih sederhana. Pada hasil pengamatan bakteri Staphylococcus dan Bacillus kelompok 7 dan kelompok 9, bakteri Staphylococcus tidak dapat bersinergisme karena warnanya tidak keruh dan tidak menghasilkan oksigen. Begitupun bakteri Bacillus. Namun, pada kedua bakteri tersebut dicampurkan, kedua bakteri tersebut dapat bersinergisme memecahkan senyawa disakarida menjadi monosakarida. Namun, pada hasil pengamatan kelompok 8 bakteri Staphylococcus dapat bersinergisme karena berwarna keruh dan menghasilkan oksigen. Dan bakteri Bacillus sp tidak dapat bersinergisme karena warnanya tidak keruh dan tidak menghasilkan oksigen. Dan pada saat kedua bakteri
20
tersebut dicampurkan, kedua bakteri tersebut bersinergisme. Tetapi, hanya Staphylococcus saja yang menghidrolisis senyawa kompleks tersebut menjadi senyawa sederhana dengan enzimnya, karena bakteri Bacillus tidak dapat bersinergisme.
3.2.2 Antagonisme
Pada praktikum mengenai antagonisme, ingin diketahui masing – masing sifat dari bakteri Staphylococcus, E. coli, dan Bacillus sp apakah bakteri tersebut bersifat antagonisme atau tidak apabila berhubungan dengan bakteri yag lainnya. Antagonisme merupakan hubung antar mikroba dapat tumbuh bersatu atau tidak. Bakteri yang memiliki sifat antagonisme akan tetap tumbuh, sedangkan bakteri yang lainnya akan terganggu pertumbuhan atau mati. Dari hasil pengamatan pada kelompok 1 dan kelompok 5 pada cawan petri yang berisi bakteri E. coli dengan E. coli yang diosekan dengan bentuk zigzag, diperoleh bahwa tidak terdapat zona hambat. Ini membuktikan bahwa bakteri tersebut dapat tumbuh bersama. Artinya, bakteri E. coli memiliki sifat antagonisme, sehingga tetap dapat bertahan untuk hidup tanpa harus membunuh mikroba lainnya. Namun, pada hasil pengamatan kelompok 3 saat bakteri E. coli dengan E. coli bersifat antagonisme karean memiliki zona hambat. Hal ini terjadi karena terdapat kesalahan pada saat praktikum yaitu saat mengosekan bakteri pada cawan petri dan juga faktor – faktor lingkungan dari luar. Seharusnya, bakteri yang memiliki sifat sama dapat hidup bersama tanpa membunuh satu sama lain. Pada cawan petri berisi bakteri Bacillus sp dengan Bacillus sp yang diosekan, hasil pengamatan kelompok 2 dan kelompok 8 tidak terdapat zona hambat pada cawan petri tersebut. Sehingga, kedua bakteri tersebut dapat hidup bersama. Jika kedua bakteri dapat hidup bersama, artinya kedua bakteri tersebut memiliki sifat yang sama yaitu antagonisme.
21
Pada cawan petri yang berisi bakteri Staphylococcus dengan Staphylococcus yang diosekan dengan bentuk zigzag, hasil pengamatan kelompok 4, kelompok 6, dan kelompok 8 tidak terdapat zona hambat pada cawan petri. Namun, pada hasil pengamatan kelompok 7, terdapat zona hambat pada cawan petri tersebut. Seharusnya, bakteri yang memiliki sifat sama dapat hidup bersama tanpa membunuh bakteri yang lainnya. Sifat bakteri Staphylococcus adalah tidak antagonis. Hasil pada kelompok 7 dapat terjadi karena kesalahan pada saat praktikum saat mengosekan bakteri dan faktor – faktor dari luar yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri. Pada cawan petri yang berisi bakteri E. coli dan bakteri Bacillus sp yang diosekan dengan bentuk zigzag, diperoleh hasil bahwa pada kelompok 1, kelompok 2, dan kelompok 3 bahwa ketiganya memiliki zona hambat di dalam cawan petrinya. Seharusnya, pada cawan petri tidak terdapat zona hambat karena kedua bakteri tersebut merupakan bakteri antagonisme. Bakteri yang memiliki sifat sama dapat hidup dalam satu tempat, tanpa membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri lainnya. Pada cawan petri yang berisi bakteri Staphylococcus dan bakteri E. coli yang diosekan dengan bentuk zigzag, diperoleh hasil bahwa pada kelompok 4 dan kelompok 6 terdapat zona hambat. Artinya, salah satu bakteri di antara kedua bakteri tersebut ada yang bersifat antagonis. Dan dapat diketahui bahwa bakteri E. coli merupakan bakteri antagonis, sehingga dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri Staphylococcus. Namun, pada hasil pengamatan kelompok 5 tidak terdapat zona hambat. Hal ini dapat terjadi karena kesalahan pada saat praktikum pada mengosekan bakteri dan juga faktor – faktor dari luar yang dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri. Pada cawan petri yang berisi bakteri Staphylococcus dan Bacillus sp yang diosekan dengan bentuk zigzag, diperoleh hasil pada kelompok 7 terdapat zona hambat. Hal ini terjadi karena Bacillus sp merupakan bakteri antagonis sedangkan bakteri Staphylococcus bukan bakteri antagonis.
22
Sehingga, Bacillus sp menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri Staphylococcus. Namun, hasil pada kelompok 8 dan kelompok 9 tidak terdapat zona hambat, padahal E. coli dan Staphylococcus merupakan 2 bakteri yang memiliki sifat berbeda, sehingga tidak dapat untuk hidup bersama di satu tempat. Hal ini dapat terjadi karena kesalahan pada saat praktikum pada mengosekan bakteri dan juga faktor – faktor dari luar yang dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri.
23
BAB IV SIMPULAN
Simpulan yang didapatkan dari praktikum sinergisme dan antagonisme terhadap pertumbuhan mikroba adalah sebagai berikut: 1. Dalam percobaan sinergisme dengan kaldu sukrosa, bakteri E. coli dengan Bacillus sp, bakteri Staphylococcus dengan E. coli, dan bakteri Staphylococcus dengan Bacillus adalah sinergis. Karena dapat memecahkan disakarida menjadi monosakarida. 2. Dalam percobaan sinergisme dengan kaldu laktosa, bakteri E. coli dengan Bacillus, dan bakteri Staphylococcus dengan Bacillus adalah sinergis. Karena dapat memecahkan disakarida menjadi monosakarida. 3. Dalam percobaan sinergisme dengan kaldu laktosa, Staphylococcus dengan E. coli adalah tidak sinergis. Karena tidak dapat memecahkan disakarida menjadi monosakarida. 4. Bakteri E. coli dengan E. coli dimasukan dan disilangkan dalam cawan petri yang sama, bakteri tersebut dapat tumbuh bersama karena sama – sama memiliki sifat antagonis. 5. Bakteri Bacillus dengan Bacillus dimasukan dan disilangkan dalam cawan petri yang sama, bakteri tersebut dapat tumbuh bersama karena sama – sama memiliki sifat antagonis. 6. Bakteri Staphylococcus dengan Staphylococcus dimasukan dan disilangkan dalam cawan petri yang sama, bakteri tersebut dapat tumbuh bersama karena sama – sama memiliki sifat tidak antagonis. 7. Bakteri E. coli dengan Bacillus dimasukan dan disilangkan dalam cawan petri yang sama, bakteri tersebut dapat tumbuh bersama karena sama – sama memiliki sifat antagonis. 8.
Bakteri Staphylococcus dengan E. coli dimasukan dan disilangkan dalam cawan petri yang sama, Staphylococcus mati atau terhambat pertumbuhannya karena kedua bakteri tersebut berbeda sifat.
24
9. Bakteri Staphylococcus dengan Bacillus dimasukan dan disilangkan dalam cawan petri yang sama, Staphylococcus mati atau terhambat pertumbuhannya karena kedua bakteri tersebut berbeda sifat.
25
DAFTAR PUSTAKA
Brooks. 2004. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Fardiaz, S. 2002. Analisa Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Gramedia
Hadioetomo, Sri Ratna. 1982. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek . Jakarta: Gramedia
Kusnadi, dkk. 2003. Mikrobiologi. Bandung: JICA
Wilan,
Tiara.
2017.
Laporan
Sinergisme
1(1).
https://www.scribd.com/document/351284469/laporan-sinergisme-1-1docx. (diakses pada hari Minggu, 21 Oktober 2018 pukul 09.30 WIB)
26
LAMPIRAN
27