LAPORAN PRAKTIKUM LINGKUNGAN PERTANIAN DAN BIOSISTEM (Intersepsi (Intersepsi Batang)
Disusun oleh : Kelompok
: 2 (Dua)
Kelas/Hari/Tanggal
: Shift 1/Senin/23April 2018
Nama dan NPM
: 1. Winda Mariana
(240110150006) (240110150006)
2. M. Raj Chandra
(240110150019) (240110150019)
3. Moch. Sopy Sunami
(240110150054) (240110150054)
4. Dariva Suriadharma
(240110150090) (240110150090)
5. Shida Habsari
(240110150106) (240110150106)
Asisten
: 1. M. Akbar Anugrah 2. Yuza Rahmadhan 3. Novan Hermawan 4. Sulpa Yudha Prawira 5. Fauziah Aliyah 6. Risti Kartikasari 7. Istiqomah Haq
LABORATORIUM KONSERVASI TANAH DAN AIR DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2018
BAB I PENDAHULAN
1.1
Latar Belakang
Proses kehidupan tanaman pada dasarnya merupakan hasil interaksi antara faktor eksternal dan internal, faktor-faktor tersebut dapat dikatakan berpengaruh pada hampir seluruh tahapan proses kehidupan tanaman yang berawal dari perkecambahan, perkembangan, reproduksi sampai pada proses kematian tanaman). Tanaman secara umum akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada kondisi lingkungan yang favourable (menguntungkan) sesuai dengan kebutuhan tanaman berdasarkan karakter sifat internal (genetik) dari tanaman tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan suatu tanaman dalam melangsungkan aktifitas hidupnya sangat ditentukan oleh kelangsungan interaksi (saling mempengaruhi) mempengaruhi)
dari faktor eksternal (lingkungan) (lingkungan) dan faktor internal
(genetik). Tetapi perlu diketahui bahwa disisi lain kondisi lingkungan di berbagai permukaan bumi sangat bervariasi dan belum b elum tentu sama antara lokasi yang satu dengan lokasi lainnya. Jangankan pada suatu lokasi berbeda terkadang pada satu lokasi yang samapun kondisi lingkungan bisa menjadi bervariasi dari waktu ke waktu, hal ini bisa saja terjadi karena adanya perubahan-perubahan secara ekologis. Sebagai salah satu “mahluk hidup:” tanaman yang pada kondisi tidak menguntungkan (unfavourable ( unfavourable)) bagi kehidupannya akan mengalami gangguangangguan dan dalam reaksinya tanaman akan menampakan gejala-gejala yang sering kali tampak secara morfologis. morfologis. Secara umum akibat dari gangguan gangguan tersebut selalu berpengaruh pada terhambatnya proses pertumbuhan tanaman dan sering pula berakibat kematian pada tanaman tersebut. Pertumbuhan tanaman harus ditunjang dengan kondisi iklim dan lingkungan yang baik serta sesuai dengan jenis tanaman tersebut. Karena hal itulah, setiap daerah yang memiliki perbedaan iklim dan kondisi lingkungan akan memiliki jenis tanaman yang berbeda-beda pula. Hal itu perlu diperhatikan
dengan seksama guna menentukan keputusan dan strategi yang baik untuk melakukan pengembangan daerah atau komoditas pertanian.
1.2
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah: 1. Mengetahui Hubungan antara lingkungan dengan pertumbuhan tanaman pada kondisi lingkungan tidak terkendali 2. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan tanaman pada kondisi lingkungan tidak terkendali 3. Mengetahui parameter pengukuran pada pertumbuhan tanaman pada kondisi lingkungan tidak terkendali
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
21.
Presipitasi
Presipitasi adalah curahan atau jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan bumi dan laut dalam bentuk yang berbeda, yaitu curah hujan di daerah tropis dan curah hujan serta salju di daerah beriklim sedang (Asdak, 2002). Selanjutnya, (Asdak, 2002) menyatakan, presipitasi untuk daerah tropis adalah sama dengan curah hujan, sehingga presipitasi juga dapat diartikan sebagai peristiwa klimatik yang bersifat alamiah, yaitu perubahan bentuk uap air di atmosfer menjadi curah hujan sebagai akibat proses kondensasi. (Asdak, 2002) juga menjelaskan, mekanisme berlangsungnya hujan melibatkan tiga faktor utama, antara lain: kenaikan masa uap air ke tempat yang lebih tinggi sampai saatnya atmosfer menjadi jenuh, lalu terjadinya kondensasi atas partikel-partikel uap air di atmosfer, dan yang terakhir partikel-partikel uap air tersebut bertambah besar sejalan dengan waktu untuk kemudian jatuh ke bumi dan permukaan laut (sebagai hujan) karena adanya gaya gravitasi.
2.2
Intersepsi
Menurut (Steel, 1973), intersepsi tajuk merupakan bagian presipitasi yang tetap pada permukaan vegetasi. Sedangkan menurut (Lee, 1990), intersepsi tajuk juga memiliki pengertian sebagai bagian presipitasi yang tidak mencapai lantai hutan dan secara kualitatif dan merupakan perbedaan antara presipitasi dengan jumlah aliran batang dan lolosan tajuk. (Lee, 1990) juga menyatakan bahwa, intersepsi tajuk adalah fraksi presipitasi yang dievaporasikan dari permukaan permukaan luar tanaman dan selama proses evaporasi udara di sekitar tajuk menjadi lembab, dan energi yang dikonsumsi tidak tersedia untuk transpirasi. Selanjutnya (Lee, 1990) memaparkan, intersepsi terbesar berada di dekat batang batang pohon di mana luas permukaan total daun-daun dan cabang-cabang adalah terbesar, dan paling kecil berada di dekat tepi-tepi tajuk. Intersepsi tajuk juga sangat
penting secara hidrolik, karena intersepsi tersebut dapat memodifikasi neraca air dan menaikkan kehilangan penguapan (evaporization) total dan mengurangi aliran sungai. Hujan yang jatuh di atas tegakan pohon sebagian akan melekat pada tajuk, daun maupun batang, bagian ini disebut tampungan atau simpanan intersepsi yang akhirnya segera menguap (Suryatmojo, 2006). Selanjutnya, (Suryatmojo, 2006) juga menyatakan bahwa, besar kecilnya intersepsi dipengaruhi oleh sifat hujan (terutama intensitas hujan dan lama hujan), kecepatan angin dan jenis pohon (kerapatan tajuk dan bentuk tajuk).
2.3
Aliran Batang
Menurut (Arsyad, 2006), aliran batang merupakan air hujan yang jatuh di permukaan daun, cabang, dan batang, kemudian mengalir melalui batang menuju permukaan tanah.
Selanjutnya (Seyhan, 1990) mendefinisikan aliran batang
sebagai bagian presipitasi yang mencapai tanah dengan mengalir ke bawah melalui batang. Kemudian, (Seyhan, 1990) menyatakan bahwa, aliran batang secara ekologi dianggap penting sebab aliran ini diserap oleh tanah dari zona perakaran primer pada dasar pohon, selain itu volume aliran batang dapat dinyatakan sebagai suatu persentase presipitasi musiman atau tahunan untuk pembanding-pembanding hutan yang tumbuh pada iklim-iklim yang berlainan. Besar kecilnya aliran batang sangat dipengaruhi oleh struktur batang dan kekasaran kulit batang pohon (Suryatmojo, 2006). Sebagaimana dikemukakan oleh (Lee, 1990), aliran batang secara konsisten lebih besar untuk pohon-pohon yang mempunyai kulit yang lebih rata (bertekstur halus). Hal ini juga dinyatakan oleh (Rushayati, 1999), aliran batang adalah air yang mengalir lolos ke bawah melalui batang, untuk batang yang licin aliran batang cepat. Sedangkan pada kulit batang yang kasar dan merekah aliran batang lambat.
BAB III METODOLOGI
3.1
Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah: 1.
Alat tulis;
2.
Busa;
3.
Gelas ukur;
4.
Kertas mika;
5.
Kertas milimeter block ;
6.
Plastik;
7.
Pompa air;
8.
Selang kecil pada pohon;
9.
Selang besar untuk mengalirkan air melalui pompa;
10. Solasi. 3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah: 1.
Air;
2.
Pohon kamboja;
3.
Pohon cemara.
3.2
Prosedur Praktikum
Prosedur pada praktikum kali ini adalah: 1.
Menyiapkan alat dan bahan untuk mengukur intersep aliran air pada batang;
2.
Menyiramkan air ke atas pohon kamboja dan pohon cemara menggunakan air dengan bantuan pompa yang terhubung pada sumber air, namun air yang disiramkan pada kedua pohon harus berbentuk bulir seperti hujan, oleh karenanya pada ujung selang dipasangkan sprayer yang disiramkan selama kurang lebih 5 menit untuk masing-masing pohon;
3.
Membuka selang kecil yang telah direkatkan pada batang pohon menggunakan plastik dan solasi, lalu menampung air yang mengalir pada tersebut menggunakan gelas ukur;
4.
Mengalirkan air pada selang kecil dengan cara menekan-nekan batang dan busa pada pohon agar air yang terintersep pada batang keluar dengan optimal;
5.
Mengamati volume air yang tertampung pada gelas ukur, lalu menuliskan hasil yang diperoleh ke dalam logbook .
BAB IV HASIL
3.1
1.
Perhitungan Intersep Aliran Batang
Kemampuan batang untuk mengalirkan air pada pohon kamboja adalah 50ml
2.
Kemampuan batang untuk mengalirkan air pada pohon cemara adalah 180ml
3.2
Perhitungan Persentase Vegetasi
Cs (%) =
∈(L1+L2+L3+⋯+Ln)
x 100%
L
Dimana:
1.
Cs
= Persentase vegetasi (%)
L
= Luas tanah
∈ (L1+L2+L3+...+Ln)
= Jumlah dari luas media tanam ternaungi
Gambar 1 Cs (%) = =
∈(L1+L2+L3+⋯+Ln) L
x 100%
33275
x 100%
47150
= 70,5726%
2.
Gambar 2 Cs (%) =
∈(L1+L2+L3+⋯+Ln)
=
L 15770
x 100%
43730
= 36,0645%
x 100%
Winda Mariana BAB V
240110150006
PEMBAHASAN
Intersepsi adalah air hujan yang jatuh diatas tegakan pohon yang sebagian akan melekat pada tajuk, daun maupun batang. Bagian ini disebut dengan tampungan atau simpanan intersepsi yang akhirnya akan segera menguap ke atmosfer lagi. Dalam hal ini, praktikan melakukan percobaan mengenai intersepsi batang menggunakan media air hujan. Intersepsi hujan merupakan proses tertahannya air hujan pada tajuk tanaman. Air yang tertahan pada tajuk tersebut akan terevaporasi kembali ke atmosfer. Air hujan yang jatuh menembus tajuk tanaman disebut sebagai curahan tajuk (through fall ) dan air hujan yang mengalir melalui batang disebut sebagai aliran batang ( steam flow). Air hujan yang jatuh di atas pohon kamboja dan pohon cemara tidak langsung sampai ke permukaan tanah untuk berubah menjadi aliran permukaan ( surface run off ). Namun, air hujan tersebut untuk sementara akan tertahan oleh tajuk atau kanopi, batang dan cabang tanaman. Sebagian dari air hujan tersebut akan tersimpan di permukaan tajuk selama proses pembasahan tajuk, dan sebagian lainnya akan jatuh ke atas permukaan tanah melalui sela-sela daun (through fall ) atau mengalir ke bawah melalui permukaan batang pohon ( steam flow). Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada kedua pohon, sehingga diperoleh volume air yang ter-intersepsi oleh batang sebesar 50 ml untuk pohon kamboja, dan 180 ml untuk pohon cemara. Volume air yang diperoleh menunjukkan hasil yang cukup berbeda. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi proses intersepsi batang oleh air hujan itu sendiri diantaranya tipe vegetasi, kondisi atau umur vegetasi, intensitas hujan, luas tajuk penutup vegetasi atau kerapatan vegetasi. Secara visual pohon kamboja memiliki ukuran yang lebih tinggi daripada pohon cemara. Namun luas tajuk atau banyaknya jumlah daun serta batang pada pohon cemara tentu lebih banyak daripada pohon kamboja, hal ini menyebabkan air hujan yang mengalir lebih banyak diserap dan tertahan oleh luasan tajuk yang lebih besar pada pohon cemara. Setelah melakukan percobaan mengenai intersepsi aliran air pada batang pohon, praktikan melakukan pengukuran presentasi suatu vegetasi menggunakan
kertas milimiter block . Vegetasi adalah kumpulan dari tumbuh-tumbuhan yang hidup bersama-sama pada suatu tempat, biasanya terdiri atas jenis yang berbeda. Kumpulan dari berbagai populasi tumbuhan yang hidup dalam suatu habitat dan berinteraksi antara satu dengan yang lain dinamakan komunitas. Gambar 1 menunjukkan vegetasi rumput yang cukup banyak dibandingkan gambar 2. Sehingga berdasarkan perhitungan rumus vegetasi diperoleh presentasi vegetasi pada gambar 1 sebesar 70,5726%, sedangkan untuk gambar 2 sebesar 36,0645%. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat lain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Semua spesies tumbuhan dalam komunitas tidak sama ukurannya, serta secara vertikal tidak menempati ruang yang sama. Densitas atau kerapatan suatu tajuk merupakan jumlah individu per unit area (luas) atau per unit volume. Kerapatan dari suatu jenis merupakan nilai yang menunjukkan banyaknya suatu jenis tiap satuan luas. Semakin besar kerapatan jenis, semakin banyak individu jenis tersebut persatuan luas. Tanaman yang terlalu rapat, pertumbuhannya akan lambat karena persaingan antar individu tanaman yang keras terhadap sinar matahari, air dan zat mineral. Kemacetan pertumbuhan akan terjadi. Tetapi tidak lama, karena persaingan diantara tan amantanaman akan mematikan yang lemah dan penguasaan oleh yang kuat. Suatu tanaman yang dikelola baik ialah tanaman yang kerapatannya dipelihara pada tingkat optimum, sehingga tanaman dan lingkungannya dapat dengan penuh memanfaatkan sinar matahari dan zat hara mineral dalam tanah.
Muhamad Raj Chandra BAB V
240110150019
PEMBAHASAN
Praktikum kali ini membahas mengenai menghitung aliran batang dan kecepatan tajuk pohon. Kemudian yang dimaksud dengan steam flow adalah aliran air maupun udara yang bercampur air, mengalir pada permukaan batang akibat adanya semburan air (hujan). Cara untuk mengukur air yang terintersep malalui batang adalah dengan cara menampung air hujan dengan plastic di bagian batang bagian bawa, lalu mengalirkan air yang ditampung dengan selang yang dihubungkan ke gelas ukur dan dilihat volume air yang tertera pada gelas ukur. Pada praktikum ini, alat yang digunakan adalah gelas ukur yang berfungsi untuk mengukur volume air yang terintersep melalui aliran batang (dalam satuan ml) dan cara mengukur kerapatan tajuknya dapat dilakukan dengan rumus Cs (%) = (L-E(L1+L2+L3+…+Ln)-100%. Aliran batang mempunyai peranan penting dalam menentukan besarnya intersepsi, hal ini dikarenakan aliran batang merupakan faktor utama dalam perhitungan intersepsi yang terjadi. Aliran batang merupakan persentase presipitasi yang relatif kecil dari total curah hujan. Intensitas hujan tidak berpengaruh terhadap intensitas aliran batang dikarenakan air yang mengalir melalui batang kecil serta dipengaruhi tinggi pohon. Nilai porositas tajuk ini berkaitan dengan kerapatan tajuk pada suatu vegetasi. Sehingga jumlah percabangan yang banyak dengan penutupan daun - daun yang rapat memberikan nilai porositas tajuk yang berbeda. Berdasarkan nilai porositas, semakin besar nilai porositas maka semakin besar air lolos dan aliran batang yang terjadi. Nilai porositas tajuk dapat dikatakan memiliki pengaruh berlawanan terhadap besarnya intersepsi, semakin besar porositas tajuk maka semakin kecil intersepsi yang terjadi. Besarnya intersepsi hujan suatu vegetasi juga dipengaruhi oleh umur tegakan vegetasi yang bersangkutan. Kemudian, bagian-bagian tertentu vegetasi akan mengalami pertumbuhan atau perkembangan. Pertumbuhan bagian-bagian vegetasi yang mempunyai pengaruh terhadap besar kecilnya intersepsi adalah perkembangan kerapatan atau luas tajuk, batang dan cabang vegetasi. Semakin luas atau rapat tajuk vegetasi semakin banyak air hujan yang dapat ditahan
sementara untuk kemudian diuapkan kembali ke atmosfer. Demikian juga halnya dengan jumlah percabangan pohon. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tua, luas, dan kerapatan tajuk kebanyakan vegetasi akan semakin besar serta jumlah percabangan pohon juga menjadi semakin banyak. Oleh kombinasi kedua faktor tersebut menyebabkan jumlah air hujan yang dapat ditahan sementara oleh vegetasi tersebut menjadi semakin besar sehingga kesempatan untuk terjadinya penguapan juga menjadi besar Kerapatan tajuk berbeda pada tiap jenis pohon. Hal ini dipengaruhi oleh bentuk pohon dan kondisi pertumbuhan. Biasanya kerapatan tajuk berfluktuasi dari tahun ke tahun. Fluktuasi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang paling penting adalah kekeringan. Hama dan wabah bisa juga menyebabkan perubahan kerapatan. Nilai kerapatan tinggi menunjukkan bahwa pohon memiliki sejumlah besar dedaunan yang tersedia untuk fotosintesis dan memiliki kondisi pertumbuhan yang memungkinkan pertumbuhan penuh dan simetris. Nilai kerapatan rendah menunjukkan jumlah miskin dedaunan, tajuk yang tipis atau bagian yang hilang dari tajuk yang dapat disebabkan oleh kerusakan karena serangga dan penyakit atau faktor lingkungan lainnya seperti kekeringan, angin, persaingan, atau pemadatan tanah.
Moch. Sopy Sunami BAB V
240110150054
PEMBAHASAN
Pada praktikum lingkungan pertanian dan biosistem kali ini membahas tentang hubungan lingkungan terhadap pertumbuhan tanaman tak terkendali. Lingkungan tak terkendali merupakan kesatuan ruang dengan semua benda atau kesatuan makhluk hidup berupa lahan terbuka bebas yang berada di sekitar kita. Dalam perencanaan pengelolaan lahan, informasi yang dibutuhkan salah satunya adalah tentang potensi lahan dan kesesuaiannya untuk jenis tanaman tertentu. Parameter fisik yang dikumpulkan dalam inventarisasi sumber daya lahan terdiri dari beberapa parameter, ada aspek lahan, aspek tanah, kondisi erosi, aspek tanaman, aspek iklim. Pada aspek lahan yang mempengaruhinya adalah bentuk lahan, kemiringan dana rah lereng, kondisi drainase, dan kondisi permukaan. Pada aspek tanah yang mempengaruhinya adalah jenis tanah, tipe batuan dan kedalaman regolith, kedalaman tanah, sifat fisik tanah, dan keasaman tanah atau pH tanah. Pada kondisi erosi yang mempengaruhinya adalah jenis dan tingkat erosi, presentase lahan tererosi dalam satu satuan lahan. Pada aspek iklim yang mempengaruhunya adalah rata-rata hujan setahun, jumlah bulan basah dalam satu tahun, jumlah bulan kering dalam satu tahun. Pada praktikum kali ini kita mengukur pertumbuhan tak terkendali di daerah unpad, yaitu hutan arboretum. Pada saat itu cuaca keadaan saat pengukuran adalah cerah dengan suhu 30,9 derajat C dan kelembaban rH nya adalah sebesar 44%. Pada aspek tanah kita menghitung beberapa aspek yang mempengaruhi pertumbuhan tak terkendali yaitu pH tanah nya sebesar 5,4, batuan pada permukaannya tidak ada, lalu tekstur pada tanah adalah lempung berpasir, lempung berpasir ini sifat tanahnya adalah agak kasar, membentuk bola agak kuat tapi mudah hancur, serta agak melekat. Untuk jenis tanahnya sendiri adalah alluvial, batuan pada permukaan tanah nya tidak ada atau 0% dengan cara melihat lahan seluas 1m x 1m, dan vegetasi nya adalah pohon ketapang, sengon dan lainlain. Penggunaan lahan pada saat ini adalah hutan, akan tetapi bila dialih
fungsikan bisa saja menjadi lahan perkebunan. Lalu pada aspek kondisi erosi yaitu jenis erosi aktual kecil, vegetasi besar, dan tinggi.
Dariva Suriadharma BAB V
240110150090
PEMBAHASAN
Dalam praktikum kali ini praktikan mendapat tugas untuk mengamati intersepsi secara langsung dan ada juga yang digambar dan di hitung luasnya. Intersepsi itu sendiri adalah proses ketika air hujan jatuh pada permukaan vegetasi di atas permukaan tanah, tertahan beberapa saat untuk kemudian diuapkan kembali ke atmosfer atau diserap oleh vegetasi yang bersangkutan. Proses intersepsi terjadi selama berlangsungnya curah hujan dan setelah hujan berhenti. Proses intersepsi terhadap curah hujan dari tutupan vegetasi adalah sebagai salah satu proses dalam siklus hidrologi dalam hutan. Air hujan yang jatuh menembus tajuk vegetasi dan menyentuh tanah akan menjadi bagian air tanah. Besarnya intersepsi tidak dapat dihitung secara langsung karena morfologi tajuk tanaman yang beragam sehingga sulit untuk dilakukan pengukuran, namun nilai intersepsi pada ekosistem hutan dapat dihitung dengan mengukur besarnya curahan tajuk dan aliran batang pada vegetasi. Intersepsi dapat diketahui jika kedua nilai tersebut diperoleh, nilai intersepsi merupakan perbedaan dari besarnya presipitasi total ( P g ) dengan presipitasi bersih ( P n). Praktikum kali ini mencoba mengamati dengan memberikan hujan buatan menggunakan pompa air yang cukup deras sehingga tampak seperti hujan asli. Air hujan buatan yang jatuh di atas pohon kamboja dan pohon cemara tidak langsung sampai ke permukaan tanah untuk berubah menjadi aliran permukaan ( surface run off ). Tetapi, air hujan buatan tersebut akan tertahan langsung oleh tajuk atau kanopi, batang dan cabang tanaman. Sebagian dari air hujan buatan tersebut akan tersimpan di permukaan tajuk selama proses pembasahan tajuk, dan sebagian lainnya akan jatuh ke atas permukaan tanah melalui sela-sela daun (through fall ) atau mengalir ke bawah melalui permukaan batang pohon ( steam flow). Dari percobaan yang telah dilakukan oleh praktikan pada kedua pohon tersebut, diperoleh volume air yang dapat ter-intersepsi oleh batang sebesar 50 ml untuk pohon kamboja, dan 180 ml untuk pohon cemara (Yang tertampung di gelas ukur). Hasil yang diperoleh menunjukkan hasil yang berbeda-beda, dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi proses intersepsi batang yaitu dari tipe
vegetasi, kondisi atau umur vegetasi, intensitas hujan dan luas tajuk penutup vegetasi atau kerapatan vegetasi maka volume tersebut berbeda. Jika dilihat dari fisiknya pohon kamboja lebih tinggi ketimbang pohon cemara, tetapi luas dari tajuk pohon cemara lebih luas dari pohon kamboja, hal inilah yang menyebabkan air hujan yang mengalir lebih banyak diserap dan tertahan oleh luasan tajuk yang lebih besar pada pohon cemara.
Shida Habsari BAB V
240110150106
PEMBAHASAN
Pada praktikum lingkungan pertanian dan biosistem kali ini membahas mengenai intersep aliran batang dan kerapatan tajuk pohon. Intersepsi merupakan proses ketika air hujan jatuh pada permukaan vegetasi di atas permukaan tanah, tertahan beberapa saat untuk kemudian diuapkan kembali ke atmosfer atau diserap oleh vegetasi yang bersangkutan. Proses intersepsi terjadi selama berlangsungnya curah hujan dan setelah hujan berhenti. Aliran batang berasal dari air hujan yang tertahan oleh vegetasi kemudian mengalir ke bawah melalui permukaan batang tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai intersep aliran batang adalah jenis tanaman, percabangan pada pohon, dan kemiringan cabang suatu pohon. Jenis tanaman (jenis pohon) akan mempengaruhi nilai intersep aliran batang itu sendiri karena nilainya akan berbeda pada setiap jenis tanaman, tergantung dari kerapatan penutupan tajuk, ketebalan tajuk, dan luas tajuk. Percabangan pada pohon berpengaruh terhadap sisa air jatuhan yang tertahan pada posisi lebih atas. Semakin banyak percabangan maka air hujan yang tertahan akan semakin banyak. Faktor lainnya yaitu kemiringan cabang pada suatu pohon, hal tersebut berpengaruh terhadap aliran hujan yang akan menuju batang, hingga jatuh ke tanah sebagai aliran batang. Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai perhitungan intersep aliran batang pada pohon kamboja dan pohon cemara. Kemampuan batang untuk mengalirkan air pada pohon kamboja adalah 50ml . Kemampuan batang untuk mengalirkan air pada pohon cemara adalah 180ml. Hal ini dikarenakan pohon cemara memiliki kerapatan tajuk yang lebih besar dan percabangan pohon yang lebih banyak dibandingkan dengan pohon kamboja. Lebar tajuk dan kerapatan cabang pada pohon mempengaruhi besarnya air yang sampai ke tanah. Tajuk yang lebar dan panjang akan menahan air lebih banyak dibandingkan tajuk yang sempit. Hal tersebut yang menyebabkan nilai intersep aliran batang pada pohon cemara lebih besar dibandingkan dengan pohon kamboja.
Pada praktikum kali ini juga dilakukan percobaan mengenai pengukuran luas tajuk dengan menaksir luasnya dari gambar yang ditempelkan pada kertas milimeter blok. Pada gambar tanaman yang pertama menunjukkan bahwa kerapatan tajuk tanaman rapat sekali menghasilkan perhitungan persentase vegetasinya adalah 70,5726%. Lalu, pada gambar tanaman yang kedua menunjukkan bahwa kerapatan tajuk tanaman rapat sekali menghasilkan perhitungan persentase vegetasinya adalah 36,0645%. Maka, semakin besar kerapatan tajuk semain besar pula persentase vegetasinya. Praktikum kali ini sudah berjalan dengan baik tanpa ada kendala yang berarti.
Winda Mariana BAB VI
240110150006
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut: 1.
Intersepsi hujan merupakan proses tertahannya air hujan pada tajuk tanaman, air hujan yang jatuh menembus tajuk tanaman disebut sebagai curahan tajuk (through fall ) dan air hujan yang mengalir melalui batang disebut sebagai aliran batang ( steam flow).
2.
Volume air yang ter-intersepsi oleh batang sebesar 50 ml untuk pohon kamboja, dan 180 ml untuk pohon cemara, hal ini dikarenakan beberapa faktor diantaranya tipe vegetasi, kondisi atau umur vegetasi, intensitas hujan, luas tajuk penutup vegetasi atau kerapatan vegetasi.
3.
Presentasi vegetasi pada gambar 1 sebesar 70,5726%, sedangkan untuk gambar 2 sebesar 36,0645% hal ini dikarenakan semua spesies tumbuhan dalam suatu komunitas tanaman tidak sama ukurannya, serta secara vertikal tidak menempati ruang yang sama.
4.
Tanaman yang terlalu rapat, pertumbuhannya akan lambat karena persaingan antar individu tanaman yang keras terhadap sinar matahari, air dan zat mineral.
Muhamad Raj Chandra BAB VI
240110150019
PENUTUP
6.1
Kesimpulan
Kesimpulan dalam praktikum kali ini adalah: 1. Aliran batang merupakan persentase presipitasi yang relatif kecil dari total curah hujan. 2. Intensitas hujan tidak berpengaruh terhadap intensitas aliran batang. 3. Besarnya intersepsi hujan suatu vegetasi juga dipengaruhi oleh umur tegakan vegetasi. 4. Semakin luas atau rapat tajuk vegetasi semakin banyak air hujan yang dapat ditahan. 5. Semakin tua, luas, dan kerapatan tajuk kebanyakan vegetasi akan semakin besar serta jumlah percabangan pohon juga menjadi semakin banyak. 6. Nilai kerapatan tinggi menunjukkan bahwa pohon memiliki sejumlah besar dedaunan yang tersedia untuk fotosintesis dan memiliki kondisi pertumbuhan yang memungkinkan pertumbuhan penuh dan simetris. 7. Tajuk yang tipis atau bagian yang hilang dari tajuk yang dapat disebabkan oleh kerusakan karena serangga dan penyakit atau faktor lingkungan.
6.2
Saran
Saran untuk praktikum kedepannya adalah: 1. Praktikan diharapkan lebih kondusif lagi. 2. Praktikan diharapkan membaca modul terlebih dahulu modul agar praktikum berjalan dengan sebagai mana mestinya.
Dariva Suriadharma BAB VI
240110150090
PENUTUP 6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dalam praktikum kali ini adalah: 1. Aliran batang adalah air hujan yang tertahan oleh vegetasi lalu air tersebut mengalir ke bawah melalui permukaan batang tanaman. 2. Intensitas aliran batang tidak dipengaruhi oleh intensit as hujan. 3. Jenis tanaman, percabangan pada pohon, dan kemiringan cabang suatu pohon adalah faktor-faktor yang mempengaruhi nilai intersep. 4. Jika tajuk vegetasi luas dan rapat maka semakin banyaj juga air hujan yang dapat ditahan. 5. Semakin luas, tua dan rapat vegetasi maka semakin besar pula jumlah cabang dari pohon. 6. Nilai kerapatan tinggi menunjukkan bahwa pohon memiliki sejumlah besar dedaunan yang tersedia untuk fotosintesis dan memiliki kondisi pertumbuhan yang memungkinkan pertumbuhan penuh dan simetris.
6.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya adalah: 1. Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini diusahakan lebih memadai untuk setiap kelompok agar tidak saling menunggu. 2. Dalam praktikum seharusnya praktikan sudah membaca modul terlebih dahulu. 3. Jika praktikum diluar laboratorium seharusnya tidak perlu menggunakan jaslab.
Shida Habsari BAB VI
240110150106
PENUTUP
6.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah: 1. Intersepsi merupakan proses ketika air hujan jatuh pada permukaan vegetasi di atas permukaan tanah, tertahan beberapa saat untuk kemudian diuapkan kembali ke atmosfer atau diserap oleh vegetasi yang bersangkutan 2. Aliran batang berasal dari air hujan yang tertahan oleh vegetasi kemudian mengalir ke bawah melalui permukaan batang tanaman 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai intersep aliran batang adalah jenis tanaman, percabangan pada pohon, dan kemiringan cabang suatu pohon 4. Intersep aliran batang pohon kamboja adalah 50ml. Intersep aliran batang pohon cemara adalah 180ml 5. Pohon cemara memiliki kerapatan tajuk yang lebih besar dan percabangan pohon yang lebih banyak dibandingkan dengan pohon kamboja 6. Perhitungan persentase vegetasi pada gambar 1 adalah 70,5726%. Perhitungan persentase pada gambar 2 adalah 36,0645% 7. Semakin besar kerapatan tajuk maka semain besar pula persentase vegetasinya
6.2
Saran
Saran yang dapat diberikan setelah melakukan praktikum ini adalah: 1. Mempelajari materi yang akan dipraktikumkan terlebih dahulu agar dapat meminimalisir kesalahan selama praktikum. 2. Sebaiknya praktikan datang ke tempat praktikum lebih awal untuk melakukan persiapan dan agar mengefisiensikan waktu. 3. Saat melaksanakan praktikum, praktikan harus lebih teliti dalam melakukan pengukuran dan membaca hasil pengukuran.
4. Menjaga
kondisi
lapangan
tetap
kondusif
selama
melaksanakan
praktikum agar tidak mengganggu praktikan lain. 5. Alat praktikum sebaiknya diperbanyak agar dapat mengefisiensikan waktu
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 613 hlm. Lee, R. 1990. Hidrologi Hutan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Rushayati, S. B. 1999. Pengaruh Hutan Terhadap Tanah dan Tata Air . Perum Perhutani dan Fakultas Kehutanan IPB. Jakarta. Seyhan, E. 1990. Dasar-dasar Hidrologi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Steel, R. G. D. dan Torrie, J. H. 1973. Prinsip dan Prosedur Statistika. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 772 hlm. Suryatmojo. H. 2006. Konsep Dasar Hidrologi Hutan. Terdapat pada: http://mayong.staff.ugm.ac.id/site/?page_id=117 . (Diakses pada tanggal 29 April 2018 pukul 22.00 WIB.
LAMPIRAN
Gambar 1. Intersep Aliran Batang Pohon Kamboja (Sumber: Dokumentasi praktikum, 2018)
Gambar 2. Menghitung Intersep Aliran Batang Pohon (Sumber: Dokumentasi praktikum, 2018)
Gambar 13. Intersep Aliran Batang Pohon Cemara (Sumber: Dokumentasi praktikum, 2018)