LAPORAN PRAKTIKUM KEPANITERAAN PROSTODONSIA
GIGI TIRUAN LENGKAP
I
Disusun oleh :
Yayuk Susilawati
03/165774/KG/07652
Dosen Pembimbing :
drg. Heriyanti Amalia, Sp.Pros (k)
BAGIAN ILMU PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
I. PENDAHULUAN
Tujuan ilmu kedokteran adalah perawatan, perbaikan atau pemulihan dari
segi fungsi normal. Fungsi abnormal disebabkan oleh berbagai hal, misalnya
oleh kelahiran, kecelakaan, pertumbuhan terganggu dan kehilangan gigi
karena faktor umur.
Prostodonsi adalah salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang
mencakup restorasi dan pemeliharaan fungsi mulut dengan mengganti gigi dan
struktur yang hilang dengan suatu gigi pengganti atau gigi tiruan.
Seseorang yang telah kehilangan gigi-giginya maka ia akan mengalami
gejala-gejala sebagai berikut:
a) Terganggunya fungsi pengunyahan
b) Terganggunya fungsi bicara
c) Terganggunya fungsi estetis
d) Kesehatan jaringan lunak mulut terganggu
e) Dapat menimbulkan rasa sakit maupun penyakit
Ilmu prostodonsi meliputi:
a) Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
b) Gigi Tiruan Sebagian Cekat
c) Gigi Tiruan Lengkap
Gigi tiruan lengkap adalah bagian dari prostodonsia yang mencakup
restorasi dan prosedur yang dilakukan pada pasien yang kehilangan seluruh
giginya.
Indikasi pembuatan gigi tiruan lengkap adalah sebagai berikut :
a) Adanya kehilangan seluruh gigi
b) Keadaan processus alveolaris masih baik
c) Kondisi mulut pasien baik
d) Keadaan umum pasien baik
e) Pasien bersedia dibuatkan gigi tiruan lengkap
Gigi tiruan lengkap mempunyai fungsi sebagai berikut :
a) Memperbaiki fungsi estetis
b) Memperbaiki fungsi bicara
c) Memperbaiki fungsi pengunyahan
d) Mempertahankan kesehatan jaringan mulut
Dengan dibuatkannya gigi tiruan lengkap maka akan mencegah :
a) Pengkerutan/atropi processus alveolaris (residual ridge)
b) Berkurangnya vertikal dimensi disebabkan turunnya otot-otot pipi
karena tidak adanya penyangga
c) Hilangnya oklusi sentrik
Selama berfungsi rahang bawah berusaha berkontak dengan rahang atas
sehingga dengan tidak adanya gigi-gigi RA dan RB akan menyebabkan
hilangnya oklusi sentrik sehingga mandibula menjadi protrusi dan hal
ini menyebabkan malposisi temporo-mandibular joint.
Pembuatan gigi tiruan lengkap diharapkan dapat menggantikan fungsi
dari gigi asli yang telah hilang dan jaringan gigi. Keberhasilan dari
pembuatan GTL ini tergantung dari retensi yang dapat menimbulkan efek
psikologis dan dukungan dari jaringan sekitarnya sehingga dapat
dipertahankan keadaan jaringan yang normal. Hal ini mencakup :
1. Kondisi mulut edentelous berupa: processus alveolaris,
saliva, batas mukosa bergerak
dan tidak bergerak, kompresibilitas jaringan mukosa, bentuk dan gerakan
otot-otot muka serta bentuk dan gerakan lidah.
2. Ukuran, warna, bentuk gigi dan gusi yang cocok
3. Penetapan/pengaturan gigi yang benar, yaitu :
a) Posisi dan bentuk lengkung deretan gigi
b) Posisi individual gigi
c) Relasi gigi yang terjadi dalam satu lengkung dan antara gigi-gigi
rahang atas dengan gigi-gigi rahang bawah
4. Sifat dan material yang hampir sama dengan kondisi mulut
Jaringan yang tidak bergerak di dalam mulut akan dijadikan landasan
bagi gigi tiruan lengkap. Batas antara jaringan yang bergerak dan tidak
bergerak disebut mucobuccal fold and fornik. Batas ini harus diteliti
dengan seksama untuk mengetahui batas yang tepat dari gigi tiruan lengkap
yang akan dibuat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Gigi tiruan lengkap adalah suatu penggantian gigi-gigi asli dalam
suatu lengkung dan menggabungkan bagian-bagiannya dengan penggantian
artifisial (The Academy of Prosthodontic, 1994). Soelarko dan Wachijati
memakai istilah Full Denture atau Complete Denture yang artinya suatu gigi
tiruan yang menggantikan seluruh gigi pada suatu lengkung rahang, sehingga
ada istilah :
a) Upper Full Denture yaitu geligi tiruan penuh rahang atas
b) Lower Full Denture yaitu geligi tiruan penuh rahang bawah.
Pasien yang tidak bergigi mempunyai kecenderungan untuk memajukan
mandibulanya secara tidak sengaja dan berusaha untuk berkontak dengan
rahang atas. Hal ini dikarenakan adanya perubahan (pengurangan) vertikal
dimensi dan tidak adanya sentrik posisi. Sehingga jika pasien dibuatkan
gigi tiruan lengkap maka vertikal dimensinya akan kembali dan physiological
rest posisinya seperti pada saat gigi asli masih ada.
Menurut Soelarko dan Wahchijati (1980), retensi didapat dari
gravitasi, adhesi, tekanan atmosfer, dan surface tension. Faktor retensi
dan stabilisasi adalah faktor yang penting dalam keberhasilan gigi tiruan
lengkap. Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi GTL, khususnya untuk GTL
rahang atas, yaitu :
1) Faktor fisis :
a) Peripherial seal (sepanjang tepi GTL)
b) Postdam area atau posterior palatal seal (khusus pada rahang atas)
2) Adaptasi yang baik antara gigi tiruan dengan mukosa mulut
3) Luasnya permukaan basis gigi tiruan yang menempel pada mukosa (fitting
surface)
4) Residual ridge oleh karena disini tidak ada lagi gigi yang dapat dipakai
sebagai pegangan.
5) Faktor kompresibilitas jaringan lunak dan tulang dibawahnya untuk
menghindari rasa sakit dan terlepasnya gigi tiruan pada saat berfungsi.
Tahap awal dari perawatan adalah anamnese dan indikasi, kemudian baru
dilakukan pencetakan. Pencetakan dilakukan untuk mendapatkan bentuk negatif
jaringan mulut yang akan dipakai sebagai basal seal gigi tiruan. Setelah
hasil pencetakan tadi diisi dengan stone gips, maka akan didapatkan
replikasi positif jaringan mulut.
Record jaringan mulut diperoleh dengan melakukan cetakan, yaitu :
1) Cetakan anatomis (dalam keadaan tidak berfungsi)
Sendok cetak yang dipakai adalah sendok cetak biasa (stock tray). Saat
mencetak tidak dihiraukan tertekan atau tidaknya mukosa mulut. Bahan
yang dipakai adalah alginat.
2) Cetakan fisiologis (dalam keadaan berfungsi)
Disini diperhatikan batas jaringan yang bergerak dan tidak bergerak dan
mukosa tidak boleh tertekan. Sendok cetak yang digunakan dalah sendok
cetak individual dari sellac. Bahan cetak yang digunakan adalah alginat
untuk rahang atas dan rahang bawah. Di Fakultas Kedokteran Gigi UGM
individual tray dibuat dari sellac base material. Jarak pinggir sendok
cetak dengan fornik dibuat 1-2 mm, supaya tepi cetakan nanti tidak
meruncing tetapi membulat.
Kedua jenis cetakan tersebut dilakukan untuk mendapatkan hasil cetakan
seakurat mungkin, dikenal sebagai double impression.
Cara membuat sendok cetak individual (Itjiningsih, 1993):
Shellac dipanaskan pada model studi sambil ditekan. Lakukan
pemotongan sesuai dengan batas jaringan bergerak dan tidak bergerak. Bila
dikehendaki dapat 1-2 mm lebih rendah untuk memberi tempat pada bahan cetak
asal jangan mudah lepas dari rahang pasien. Buatlah pegangan sendok
individual dan buat pula lubang dengan bur bulat no. 3 pada daerah palatum,
berjarak 4-5 mm. Kegunaan lubang ini adalah untuk mengalirkan bahan cetak
yang berlebih karena bila tertahan akan menyebabkan tekanan yang berlebih
dari geligi tiruan pada jaringan pendukungnya.
Base plate adalah suatu bentuk sementara yang mewakili dasar gigi
tiruan dan digunakan untuk membuat Maxillo-Mandibular Record, menempatkan
gigi-gigi dan untuk insersi ke dalam mulut. Sedangkan bite rim yang disebut
juga tanggul gigitan dibuat diatas base plate yang telah dihaluskan dengan
menggunakan modelling wax (Swenson, 1964). Guna bite rim adalah untuk
meletakkan gigi sebelum diganti dengan acrylic dan mencatat maxillo-
mandibular relation pada pasien. Bite rim atas harus sejajar dengan garis
pupil dan bite rim harus kelihatan kira-kira 2 mm di bawah garis bibir atas
dan lehernya harus mengikuti general out line processus alveolaris
(Soelarko dan Wachijati, 1980).
Vertikal dimensi disebut juga tinggi gigitan, yang dapat dicari dengan
pengukuran jarak pupil dan sudut mulut akan sama dengan jarak hidung dengan
dagu (PM=HD) (Soelarko dan Wachijati, 1980). Oklusi sentrik adalah oklusi
yang terjadi ketika RA dan RB dalam relasi sentrik, yaitu keadaan di mana
processus condiloideus berada pada posisi paling belakang dari fossa
glenoidea (Swenson, 1964).
Artikulator mounting adalah memasang bite rim rahang atas dan rahang
bawah dari mulut pasien ke artikulator bersama modelnya setelah ditentukan
dimensi vertikal maupun oklusi sentrik (Basker et al, 1996).
Untuk pemasangan gigi yang harus diperhatikan adalah personality
expression, umur, jenis kelamin yang mana nantinya akan berpengaruh dalam
pemilihan ukuran, warna dan kontur gigi. Disamping itu juga perlu
diperhatikan keberadaan over bite, over jet, curve von spee, curve monson,
agar diperoleh suatu keadaan yang diharapkan pada pembuatan gigi tiruan
lengkap.
III. L A P O R A N K A S U S
IDENTIFIKASI PASIEN
Nama : Bp. Emanuel Suyadi
Umur : 69 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Bangsa : Indonesia
Alamat : Jl.Suryoputran PB II / 194, Kraton yogyakarta, DIY.
No Kartu : E- 79119
ANAMNESA
A. Pemeriksaan Subyektif
Motivasi
Pasien datang atas kemauan sendiri ingin dibuatkan gigi palsu.
Chief complain
Merasa tidak nyaman saat makan karena gigi-geliginya sudah tidak ada.
Present illness
Saat ini tidak ada keluhan sakit.
Past dental history
Pernah mencabutkan gigi-geliginya di dokter gigi, terakhir 1 tahun yang
lalu tanpa komplikasi. Pasien belum pernah memakai gigi tiruan.
Past medical history
Sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik.
Tidak alergi terhadap obat-obatan.
Family history
Ayah : sehat, tidak ada riwayat penyakit sistemik
Ibu : sehat, tidak ada riwayat penyakit sistemik
B. Pemeriksaan Obyektif
Umum
Jasmani : sehat, tidak ada kelainan
Rohani : komunikatif dan kooperatif
Lokal
1. Ekstra Oral
Muka : lonjong, simetris, tidak terdapat kelainan
Bibir : tipis, simetris, tidak terdapat kelainan
Pipi : simetris, tidak terdapat kelainan
Limfonodi : tidak teraba
Profil : cekung
2. Intra Oral
Mukosa : normal, tidak terdapat kelainan
Palatum : U, normal, tidak terdapat kelainan
Gingiva : normal, tidak terdapat kelainan
Lidah : normal, tidak terdapat kelainan
Torus palatinus : tidak ada
Fren. Labii superior : terlihat
Fren. Labii inferior : terlihat
Fren. Lingualis : terlihat
Keadaan gigi geligi :
a. Rahang atas : edentelous (tidak bergigi)
b. Rahang bawah : edentulous (tidak bergigi)
Pemeriksaan Processus alveolaris :
"a. Rahang atas "b. Rahang bawah "
"posterior kiri : sedang "posterior kiri : rendah "
"anterior : sedang "anterior : tinggi "
"posterior kanan : sedang "posterior kanan : sedang "
c. Bentuk lengkung
1) maksila : ½ elips
2) mandibula : ½ elips
Diagnosis : RA : edentelous
RB : edentelous
Indikasi : Gigi tiruan lengkap resin akrilik
Gambar Batas-Batas Anatomis dari RA dan RB :
Rahang Atas :
Rahang Bawah :
IV. RENCANA PERAWATAN
A. Kunjungan 1 : Anamnesa
Tahap Klinis
a. Anamnesa dan pemeriksaan obyektif
b. Membuat cetakan studi
1) sendok cetak : edentelous stock tray no. 2
edentelous stock tray no. 2
2) bahan cetak : elastic impression (alginat)/
irreversible hydrocoloid
3) metode mencetak : mukostatik
c. Cara mencetak :
Mula-mula dibuat adonan alginate dan air sesuai dengan perbandingan P/W
yaitu 3:1, setelah dicapai konsistensi tertentu dimasukkan ke dalam
sendok cetak dengan merata, kemudian dimasukkan ke dalam mulut dan tekan
pada processus alveolaris rahang atas dan rahang bawah dengan otot-otot
bibir dan pipi ditarik. Disamping itu dilakukan muscle triming agar bahan
cetak mencapai lipatan mukobukal. Posisi dipertahankan sampai setting,
kemudian sendok diambil dan diamati bila ada kekurangan. Posisi operator
pada saat mencetak rahang atas adalah di kanan belakang pasien dan rahang
bawah di sebelah kanan pasien.
Tahap Laboratoris
Hasil cetakan diisi gips stone dan disebut model study. Kemudian dari
model study yang sudah jadi tersebut dibuat sendok cetak individual khusus
pada RA dan RB dengan batas-batas yang telah ditentukan dengan bahan
shellac, dengan batas 2 mm lebih pendek dari batas GTL agar tersedia ruang
yang cukup untuk memanipulasi bahan pembentuk tepi (border material). Pada
RA dan RB shellac dilunakkan dengan cara memanaskan diatas lampu spiritus
lalu ditekan di atas study model. Shellac dipotong sesuai batas-batas yang
telah digambar pada study model. Shellac dipotong dengan menggunakan
gunting saat masih lunak atau dengan bur bila sudah mengeras. Pegangan
sendok cetak individual rahang atas dibuat ke arah bawah sedangkan untuk
rahang bawah mengarah ke arah atas agar sendok tidak terhalang oleh bibir
pasien saat pencetakan. Kemudian dibuat lubang-lubang pada sendok cetak RA
untuk mengalirkan kelebihan bahan cetak, karena bila tertahan akan
menyebabkan tekanan yang berlebihan pada gigi tiruan pada jaringan
pendukungnya, sehingga lubang dibuat pada daerah yang tidak menerima
tekanan. Lubang dibuat dengan menggunakan bur bulat no. 8 dengan jarak
masing-masing lebih dari 5 mm. Untuk RB menggunakan sendok cetak stock tray
no. 2.
B. Kunjungan 2 : Final impression
Tahap Klinis
Membuat cetakan model kerja Final Impression
a. Mencoba sendok individual
1) Stabilisasi : dengan menghindari muscular attachment
2) Relief area : tercakup semua baik rahang atas maupun rahang bawah
b. Sendok cetak : sendok cetak individual (shellac)
c. Bahan cetak : elastomer (exaflex )
d. Metode mencetak : mukodinamik
e. Cara mencetak
Rahang atas :
Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu dimasukkan
ke dalam sendok cetak individual. Posisi operator di samping kanan
belakang. Masukkan sendok cetak dan bahan cetak ke dalam mulut, kemudian
sendok cetak ditekan pada bagian processus alveolaris. Pada saat sendok
cetak di dalam mulut, dilakukan muscle triming supaya bahan cetak mencapai
lipatan mucobuccal dengan cara gerakan rahang bawah ke kiri dan ke kanan.
Untuk mendapatkan post dam area, pasien diinstruksikan mengatakan "ah",
sehingga tampak batas antara palatum durum dan palatum molle. Posisi
dipertahankan sampai setting, kemudian sendok cetak dilepas dengan menarik
vestibulum posterior ke bawah. Sendok cetak kemudian dicuci dibawah air
untuk menghilangkan saliva dan debris yang menempel.
Gambar vibrating line pada mulut pasien dengan pensil tinta saat
pasien mengucapkan "ah" kemudian masukkan kembali cetakan ke mulut pasien
sehingga garis tinta akan luntur pada cetakan.
Rahang Bawah :
Bahan cetak diaduk, setelah teraduk rata dan mencapai konsistensi
tertentu dimasukkan dalam sendok cetak individual. Posisi operator di
samping kanan depan pasien. Masukkan sendok cetak yang telah berisi bahan
cetak ke mulut pasien, lalu di tekan pada bagian prosesus alveolaris.
Pasien diminta mengucapkan "oh" dan huruf "uu" untuk mendapatkan cetakan
frenulum labialis inferior dan frenulum bucalis. Kemudian pasien diminta
menjulurkan lidah dan mengggerakkannya ke kanan dan ke kiri untuk
mendapatkan cetakan frenulum lingualis. Posisi dipertahankan hingga bahan
cetak setting, kemudian sendok cetak di keluarkan dari mulut pasien dengan
menarik vestibulum posterior ke bawah. Sendok cetak di cuci di bawah air
mengalir untuk menghilangkan sisa debris dan saliva.
Tahap Laboratoris
Setelah diperoleh cetakan yang akurat, kemudian diisi dengan gips
stone. Setelah diperoleh model kerja, ditentukan batas tepi, memperhatikan
daerah mukosa yang bergerak dan tidak bergerak, kemudian ditentukan relief
area. Ditentukan pula posterior palatal seal dan membuat seal. Batas tepi
untuk rahang atas adalah periphereal seal dibatasi forniks, posterior seal
dibatasi oleh vibrating line dan hamular notch. Batas tepi untuk rahang
bawah adalah peripheral seal dibatasi fornik, posterior seal dibatasi oleh
2/3 bagian trigonum retromolar dan media/lingua dibatasi oleh linea
mylohyoidea. Kemudian menurut batas-batas tersebut dibuat base plate dari
wax yang kemudian diganti dengan akrilik. Base plate harus benar-benar
menempel pada work model. Base plate yang diperoleh dihaluskan dan di
atasnya dibuat bite rim dari wax.
Membuat bite rim
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat bite rim yaitu :
a. Bite rim berbentuk tapal kuda dan diletakkan diatas base plate untuk
memperoleh tinggi gigitan pada keadaan oklusi sentrik yang nantinya
akan dipindahkan ke artikulator. Untuk lengkung bite rim rahang bawah
disesuaikan dengan alveolar ridge yang ada, sedangkan untuk bite rim
rahang atas dibuat setinggi ( 2mm di bawah bibir atas saat posisi
istirahat.
b. Ukuran bite rim rahang atas, anterior lebar 4 mm dengan tinggi 2 mm di
bawah bibir atas saat posisi istirahat, bagian posterior lebar 6 mm.
Bagian posterior pada oklusal dibagi dua oleh garis alveolar ridge
menjadi bagian bukal 4 mm dan palatinal 2 mm. Ukuran bite rim rahang
bawah sesuai dengan rahang atas tetapi bagian oklusal posterior dibagi
oleh garis alveolar ridge menjadi 3 mm untuk bukal dan 3 mm untuk
lingual.
c. Bite rim anterior atas harus sejajar dengan garis interpupil (garis
yang menghubungkan kedua pupil dan jalannya sejajar dengan garis
incisal), dataran anteroposterior (dilihat dari samping berhubungan
dengan bagian depan) akan sejajar dengan garis chamfer (garis yang
berjalan dari spina nasalis anterior sampai 13 mm dari meatus
acusticus externus menuju canthus kanan dan kiri). Garis chamfer
dipertegas dengan pemberian tali yang menghubungkan 3 titik tersebut
pada pasien sebagai patokan kesejajaran bite rim rahang atas
menggunakan alat occlusal guide plane.
d. Median line dari pasien yang diambil sebagai terusan dari tengah lekuk
bibir atas untuk menentukan garis tengah yang memisahkan incisivus
kanan dan kiri. Garis caninus, yaitu tepat pada sudut mulut dalam
keadaan rest posisi. Garis ketawa, yaitu pada saat tertawa gusi tak
terlihat
Bite rim yang telah sesuai ukurannya dicobakan ke mulut pasien untuk
melihat profilnya. Jika bibir pasien masih terlihat tertekan maka bite rim
anterior dibuat lebih protusif. Jika pipi pasien terlihat cekung maka bite
rim di bagian bukal ditambah dengan wax.
C. Kunjungan 3 : Try in base plate
Tahap Klinis
Try in base plate
Hal yang perlu diperhatikan adalah retensi dan stabilisasi. Retensi
adalah daya tahan gigi tiruan terhadap upaya pelepasan, sedangkan
stabilisasi adalah daya tahan gigi tiruan untuk tetap di tempat ketika
fungsi pengunyahan berlangsung. Retensi yang baik diperoleh jika base plate
tidak lepas dari tempatnya saat pasien diam. Retensi di cek dengan menekan
salah satu sisi base plate pada RB dan mencoba menarik base plate RA.
Retensi diperoleh dari :
- Daya adhesi saliva terhadap fitting surface dan mukosa
- Pada RA didapatkan dari peripheral seal dan post dam (circular seal)
dan RB didapat dari peripheral seal. Circular seal harus dibuat
kontinu untuk memperoleh ruang hampa udara sehingga terjadi retensi
- Kompeksibilitas mukosa
- Interfacial surface tension (tegangan permukaan antara 2 permukaan),
yang dipengaruhi kohesi saliva antara mukosa dan GTL
- Intimate tissue contact (kerapatan antara fitting surface dengan
mukosa)
Kesesuaian letak seal dilakukan dengan menggerakkan otot pipi. Jika
alat terjatuh ketika otot digerakkan, berarti terdapat over extension plat.
Solusi keadaan ini adalah dengan mengurangi plat. Sebaliknya, jika seal
pada plat under extension, maka kohesi dan adhesi saliva berkurang, dan
alat menjadi tidak retentif. Solusi keadaan ini adalah dengan membuat plat
yang baru.
Stabilisasi di cek dengan menarik pipi dan bibir pasien agar dapat
terlihat base plate terbebas dari muscular attachment atau tidak.
Stabilisasi dapat diamati dengan menggerakkan otot-otot pipi, lidah dan
mengucapkan 'ah'. Gigi tiruan yang stabil merupakan gigi tiruan yang tidak
berubah tempat ketika difungsikan.
Tahap Laboratoris
Membuat Bite Rim
Bite rim berbentuk tapal kuda dan diletakkan diatas base plate untuk
memperoleh tinggi gigitan pada keadaan oklusi sentrik yang nantinya akan
dipindahkan ke articulator.
Yang perlu diperhatikan dalam membuat bite rime :
a. Rahang Atas
Anterior : lebar 4 mm, tinggi 12 mm
Posterior : lebar 6 mm, tinggi 10-11 mm.
Pada bagian posterior di oklusalnya dibagi 2 oleh garis alveolar ridge
menjadi bagian bukal 4 mm, palatinal 2 mm.
b. Rahang Bawah
Anterior : lebar 4 mm, tinggi 12 mm
Posterior : lebar 6 mm, tinggi 10-11 mm.
Pada bagian posterior di oklusalnya dibagi 2 oleh garis alveolar ridge
menjadi bagian bukal 3 mm, lingual 3 mm
D. Kunjungan 4
Tahap Klinis
a. Try in base plate dengan bite rim
Diperiksa retensi dan stabilisasinya. Bite rim yang telah sesuai
ukurannya dicobakan ke mulut pasien dan diperiksa profilnya. Jika bibir
pasien masih terlihat tertekan maka bite rim anterior dibuat lebih
protrusif. Jika pipi pasien terlihat cekung maka bite rim di bagian
bukal ditambah dengan wax. Selain itu perhatikan :
Ukuran
RA : anterior, lebar 4 mm, tinggi : harus kelihatan 2 mm di bawah garis
bibir pada saat rest posisi. Pada bagian posterior di oklusalnya dibagi
2 oleh garis alveolar ridge menjadi bagian bukal 4 mm, palatinal 2 mm
RB : ukurannya disesuaikan dengan RA, tetapi Pada bagian posterior di
oklusalnya dibagi 2 oleh garis alveolar rige menjadi bagian bukal 3 mm,
palatinal 3 mm
b. Menentukan kesejajaran oklusal
Bite rim anterior harus sejajar dengan garis inter pupil. Bite rim
posterior sejajar dengan garis chamfer ( garis yang berjalan dari ala
nasi ke titik kondilus). Garis chamfer di buat dengan pertolongan 3
titik yaitu :
- Titik kondilus ditentukan dengan menarik garis , dari sudut
mata (canthus) ke tragus, letak titik kondilus kurang lebih
12 mm dari meatus acusticus externus.
- Titik pada Spina nasalis anterior
Garis chamfer dipertegas dengan pemberian tali pada pasien,
kesejajaran diperoleh dengan menggunakan occlusal guide plane.
Estetik : Median line dari pasien diambil sebagai terusan dari
tengah lekuk bibir atas untuk menentukan median line. Garis kaninus,
diperoleh dengan menarik garis tepat pada sudut mulut dalam keadaan
rest posisi. Gars ketawa diperoleh pada saat pasien tertawa, gusi
tidak terihat /batas servik gigi.
c. Menentukan Vertikal dimensi yaitu Maxillo-Mandibular relation (MMR)
Mula-mula dicari dimensi vertikal (inter oclusal distance) dengan
metode Willis, yaitu pengukuran jarak pupil dan sudut mulut dengan jarak
hidung dan dagu (PM dan HD). Pada keadaan rest posisi PM=HD. Pada keadaan
relasi sentrik, dimensi vertikal : physiologic rest position - freeway
space = (PM=HD) - 2 mm. Freeway space 2-4 mm diperoleh dengan cara
mengurangi bite rim rahang bawah dan diperiksa dengan metode Silverman,
yaitu pasien diminta untuk mengucapkan huruf "S".
d. Centric relation record
Centric relation record adalah suatu relasi mandibula terhadap maxilla
pada suatu relasi vertikal yang ditetapkan pada posisi mandibula paling
posterior. Cara menentukan relasi sentrik dengan Metode Shanahan yaitu
dengan menengadahkan kepala pasien sedemikian rupa sehingga processus
condyloideus akan tertarik ke fossa yang paling belakang karena tarikan
dari otot dan menelan ludah berulang-ulang. Pasien diminta menggerakkan
mandibula berulang-ulang sampai pasien biasa dengan oklusi tersebut.
Setelah mendapat posisi sentrik bite rim diberi tanda tempat garis
kaninus kanan dan kiri serta median line. Median line diambil sebagai
terusan dari tengah lekuk bibir atas (philtrum). Garis kaninus tepat pada
sudut mulut dalam keadaan rest posisi. Garis kaninus, diperoleh dengan
menarik garis tepat pada sudut mulut dalam keadaan rest posisi. Garis
ketawa diperoleh pada saat pasien tertawa, gusi tidak terihat /batas
servik gigi. Pasien diminta untuk membuka dan menutup mulut lalu dilihat
apakah garis tersebut sudah tepat dan tetap pada kedudukannya dalam
keadaan relasi sentrik.
e. Fiksasi.
Fiksasi dengan cara membuat groove berbentuk V terbalik pada kanan dan
kiri bite rim RA bagian posterior kira-kira pada P1 dan M1, kemudian
groove diberi vaselin. Pada bite rim RB, dilakukan pengurangan malam (2
mm) pada regio yang sejajar dengan double V grove pada RA, kemudian
pada daerah pengurangan tersebut siberi tambahan malam lunak. Kemudian
pasien diinstruksikan pada posisi sentrik. Bite rim RA dan RB
dikeluarkan dari mulut pasien, kemudian bite rim dipasang pada
artikulator.
Tahap laboratoris
Pemasangan pada artikulator ( jenis articulator : free plane
articulator ). Bagian-bagian artikulator ini adalah upper member, lower
member, incisal guide pin dan mounting table.
Setelah oklusal bite rim RA dan RB selesai difixir, letakkan oklusal
bite rim RA pada mounting table dengan pedoman :
a) Garis tengah bite rim dan model RA berhimpit dengan garis tengah
mounting table.
b) Tepi luar bite rim RA menyinggung garis incisal edge dari mounting
table.
c) Jarum horizontal incisal guide pin ujungnya menyentuh tepi luar
anterior bite rim RA dan tepat pada garis tengah bite rim.
Oklusal bite rim difixir dengan cara :
1) Upper member digerakkan ke atas dan adonan gips dituang perlahan pada
bagian atas model kerja RA, kemudian upper member digerakkan ke bawah
atau menutup sampai menekan gips yang ada pada model kerja RA. Upper
member dan lower member digerakkan ke bawah atau menutupi sampai menekan
gips yang ada pada model kerja RA.
2) Upper member dan lower member diikat dengan karet dan gips yang
memfiksir upper member dengan model RA dirapikan.
3) Mounting table dilepas dari articulator, kemudian articulator dibalik.
4) Occlusal bite rim RB di letakkkan kembali pada occlusal bite rim RA
sesuai dengan oklusinya.
5) Lower member diangkat ke atas dan adonan gips dituang pada model kerja
RB, kemudian lower member digerakkan ke bawah atau ditutup sampai
menekan adonan gips.
6) Membuat garis median pada bite rim atas yang disesuaikan dengan garis
median model kerja dan incisal guide plane.
E. Kunjungan 5 : Try in anterior
Tahap Laboratoris
Pemasangan gigi anterior :
11, 21 Axisnya bersudut 5º terhadap midline
Incisal edge menyentuh bite rim RB
Bagian 1/3 labial agak depresi
12, 22 Axisnya bersudut 5º terhadap midline
Incisal edge berjarak 1-2 mm dari bite rim RB
Permukaan labial agak ke palatal dan mengikuti lengkung bite rim
13, 23 Axisnya sejajar midline
Puncak cuspid menyentuh bite rim RB
Bagian 1/3 labioservical lebih prominent
31,41 Bagian serviks labial lebih sedikit depresi
Sumbu gigi tegak lurus bidang incisal
Perhatikan overjet dan overbite
32,42 Axisnya sedikit miring ke mesial
Labial tegak lurus bidang incisal
Letaknya diantara 21, 22
33,43 Axisnya sedikit ke mesial
Bagian cervical permukaan labial lebih prominent
Letak tonjolnya di antara 13 1 2 , 22 23
Tahap Klinis
Dalam kunjungan ini sudah dilakukan pemasangan gigi-gigi anterior.
Urutan pemasangan gigi adalah gigi anterior rahang atas, gigi anterior
rahang bawah. Setelah itu try in untuk gigi depan atas dan gigi depan
bawah, kemudian diperiksa :
1. Overbite dan overjetnya (2-4 mm),
2. Garis caninus (pada saat rest posisi terletak pada sudut mulut)
3. Garis ketawa (batas cervikal gigi atas, gusi tidak terlihat pada
saat tertawa)
4. Fungsi fonetik (pasien disuruh mengucapkan huruf s, f, t, r, m)
Selanjutnya dilakukan sliding ke kanan dan ke kiri. Setelah gigi
anterior dipasang maka dilanjutkan pemasangan gigi posterior rahang atas
kemudian gigi posterior rahang bawah.
F. Kunjungan 6 : Try in posterior
Tahap Laboratoris.
Dilakukan pemasangan gigi posterior dengan urutan:
14, 24 Axis tegak lurus bite rim RB dan bidang oklusal
Tonjol bukal dan lingual menyentuh bite rim RB, tonjol palatinal
menggantung
15, 25 Axis tegak lurus bite rim RB dan bidang oklusal
Tonjol mesio palatinal menyentuh bite rim, tonjol lainnya menggantung
16, 26 Axisnya miring ke mesial
Tonjol mesio palatinal menyentuh bidang oklusal, tonjol mesiobukal,
distobukal dan distopalatinal dinaikkan 0,5 mm dari bidang oklusal
17, 27 Axis lebih miring dari 16, 26
Tonjol mesiobukal dan mesiopalatal menggantung 1 mm daripada tonjol
mesiobukal dan mesiopalatal 16, 26
Tonjol distobukal dan distopalatal lebih menggantung daripada tonjol
distobukal dan distopalatal 16, 26
Gigi posterior RB yang harus dipasang pertama adalah gigi 36,46
36,46 : Tonjol mesiopalatinal 36,46 tepat pada fossa central 16,26
Relasi 36,46 terhadap 16,26 neutrooklusi (Klas I Angle)
34,44 : Axisnya tegak lurus bite rim
Letaknya di antara 13,14 dan 23,24 dengan tonjol bukal terletak di
fossa sentral antara 13,14 dan 23,24
35,45 : Axisnya tegak lurus bite rim
Letaknya di antara 14,15 dan 24,25 dengan tonjol bukal terletak di
fossa sentral antara 14,15 dan 24,25
37,47 : Axisnya tegak lurus bite rim
Tonjol mesiobukal 37,47 berada di antara tonjol mesiodistal
16,26 dan tonjol mesio-bukal 17,27
Setelah pemasangan gigi posterior dilakukan try in.
Untuk pemasangan gigi posterior harus diperhatikan :
a) Dataran orientasi jika dilihat dari lateral harus membentuk Kurva Von
Spee ke arah antero posterior. Kurva Von Spee yaitu garis imajiner yang
melalui tonjol-tonjol gigi rahang bawah mulai premolar pertama ke
posterior sampai mencapai ramus mandibula melengkung membentuk kurva.
b) Dataran orientasi jika dilihat dari sagital harus membentuk kurva
Monson. Kurva Monson yaitu bagian dari lingkaran yang melalui tonjol
mesiopalatinal molar 1 atas kanan dan kiri yang berpusat pada glabela.
Tahap Klinis
Setelah pemasangan gigi posterior dilakukan try in. Try in seluruh gigi
tiruan di atas malam dan kontur gusi tiruannya, lalu dilakukan pengamatan
pada :
a. Oklusi
b. Stabilisasi dengan working side dan balancing side
c. Estetis dengan melihat garis caninus dan garis ketawa
d. Pasien disuruh mengucapkan huruf-huruf p, b, t, th, d, f, v, s dan
lain-lain sampai tidak ada gangguan
G. Kunjungan 7: Insersi
Setelah diganti dengan resin akrilik, protesa diinsersikan dalam
mulut.
Saat dilakukan insersi harus diperhatikan :
1. Retensi
Gigi tiruan tidak lepas ketika pasien diam.
2. Oklusi
Di cek balancing side, working side serta ada tidaknya prematur kontak.
Pengecekan gangguan diketahui dengan kertas artikulasi yang diletakkan
pada oklusal gigi, kemudian pasien disuruh menggerakkan gigi seperti
mengunyah. Bila ada traumatic oklusi dilakukan selective grinding, yaitu
penggrindingan permukaan oklusal gigi tiruan untuk mendapatkan suatu
sentrik oklusi gigi tersebut. Pengurangan menggunakan hukum BULL dan MUDL
(pengurangan pada permukaan bukal dan mesial pada rahang atas dan
pengurangan permukaan lingual dan distal pada rahang bawah).
2. Stabilisasi
Di cek saat mulut berfungsi, tidak boleh mengganggu mastikasi, penelanan,
bicara, ekspresi wajah dan sebagainya.
3. Artikulasi
Fungsi fonetik diketahui dengan pengucapan huruf s, m, r, p, d, f dan t.
Instruksi untuk pemeliharaan protesa :
a. Protesa direndam dalam air sewaktu dilepas
b. Protesa dijaga kebersihannya
c. Protesa dijaga agar tidak mudah lepas
Instruksi untuk pasien :
a. Pasien dianjurkan untuk beradaptasi dengan protesa tersebut sampai
biasa.
b. Malam hari ketika tidur, protesa dilepas agar jaringan otot-otot
dibawahnya dapat beristirahat.
c. Pasien membersihkan protesanya setiap kali sehabis makan.
d. Apabila ada rasa sakit, gangguan bicara, protesa tidak stabil,
pasien dianjurkan untuk segera kembali ke klinik.
e. Kontrol sesuai dengan waktu yang telah ditentukan guna pengecekan
lebih lanjut dan bila nantinya tidak ada gangguan, pasien bisa terus
memakainya.
H. Kunjungan 8 : Kontrol
Setelah pemasangan GTL selama 1 minggu, pasien datang untuk kontrol.
Yang perlu diperhatikan pada saat kontrol :
a. Pemeriksaan subyektif :
Ditanyakan apakah ada keluhan atau tidak
Ditanyakan apakah ada gangguan atau tidak
Ditanyakan apakah ada rasa sakit
b. Pemeriksaan obyektif :
Dilihat keadaan mukosa apakah ada peradangan atau perlukaan
Diperiksa retensi dan stabilisasi
Diperiksa oklusi dengan gerakan sentrik-eksentrik.
V. DISKUSI
Pasien laki-laki berumur 69 tahun datang ke poliklinik FKG UGM ingin
dibuatkan gigi tiruan. Kondisi pasien dan jaringan mulutnya baik sehingga
memungkinkan untuk dilakukan perawatan dengan menggunakan GTL. Pada kasus
ini diketahui bahwa pasien kehilangan semua gigi pada rahang atas dan
rahang bawah. Pada kasus dengan kehilangan gigi-geligi, pembuatan gigi
tiruan lengkap pada rahang atas dan rahang bawah perlu mempertimbangkan
serta memperhatikan adanya faktor retensi dan stabilisasi. Retensi adalah
kemampuan bertahan terhadap daya pelepasan, sedangkan stabilisasi adalah
kemampuan bertahan terhadap perpindahan tempat dan goncangan. Yang
mempengaruhi besar kecilnya retensi adalah :
a. Peripherial seal
b. Posterior seal
c. Luasnya permukaan protesa yang menempel mukosa
d. Adaptasi yang baik antara basis protesa dengan mukosa mulut
e. Penentuan batas jaringan bergerak dan tidak bergerak.
Untuk retensi yang baik, harus memperhatikan faktor-faktor :
1. Fitting surface
a) Model kerja harus berstruktur dan berelief sesuai dengan keadaan di
dalam mulut.
b) Jaringan keras harus dihindari untuk memberi kesempatan gerak.
c) Tepi GTL harus mengikuti batas fornik.
2. Ketebalan GTL
Ketebalan GTL rahang atas dan rahang bawah tidak sama, yaitu protesa
rahang bawah lebih tebal dibanding protesa rahang atas.
Untuk menjaga stabilisasi yang baik harus memperhatikan :
a) Polishing surface
b) Oclusal surface
c) Penyusunan gigi-geligi tiruan
d) Artikulasi
e) Dimensi vertical
VI. PROGNOSA
Prognosa dari pembuatan gigi tiruan lengkap ini diperkirakan baik, dengan
mempertimbangkan :
1. Processus alveolaris rahang atas dan rahang bawah masih cukup baik
2. Jaringan pendukung sehat
3. Kesehatan umum pasien baik
4. Pasien kooperatif dan komunikatif
5. Keinginan pasien yang kuat untuk memakai gigi tiruan.
DAFTAR PUSTAKA
Basker R.M., Davenport J.C., dan Tomlin H.R., 1996, Perawatan Prostodontik
Bagi Pasien Tak Bergigi ( terj. ), Edisi III, EGC, Jakarta.
Harshanur I. W., 1993, Geligi Tiruan Lepasan, Cetakan Ke II, EGC, Jakarta.
Itjingningsih W. H., 1996, Geligi Tiruan Lengkap Lepas, Cetakan III, EGC,
Jakarta.
Soelarko, R. M. dan Wachijati, H., 1980, Diktat Prostodonsia Full Denture,
FKG Unpad, Bandung.
Swenson, M. G., 1960, Complete Denture, 5 th ed., C. V. Mosby Co,
Saint Louis.
Utari R.L., 1994, Desain dan Teknik Mencetak Pada Pembuatan Geligi Tiruan
Lengkap, Cetakan I, Hipokrates Jakarta.