PRAKTIKUM II SPRAYING LALAT
Hari/tanggal
: Selasa, 28 November 2017
Waktu
: 09.00 s.d selesai
Tempat
: Area Kesehatan Lingkungan
Tujuan
: 1. Untuk mengetahui bagaimana cara melakukan spraying lalat. 2. Mahasiswa mampu melakukan spraying lalat dengan benar.
A. Tinjauan Pustaka
Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga dikenal sebagai arthropodborne disease atau sering disebut juga sebagai vectorborne disease. Penyakit ini merupakan penyakit yang penting dan seringkali bersifat endemis maupun epidemis dan dapat menimbulkan bahaya kematian. Vektor
adalah
jenis
serangga
dari
filum
Arthropoda
yang
dapat
memindahkan/ menularkan suatu penyakit (infectiuous agent) dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan (susceptible host). Binatang pengganggu dalam hal ini termasuk filum Chordata yang umumnya merupakan binatang mengerat yang dapat merusak tanaman, harta benda, makanan, dan yang lebih penting lagi dapat menjadi induk semang (host) bagi beberapa penyakit tertentu. Induk semang adalah suatu media yang paling baik untuk hidup dan berkembang biaknya bibit penyakit menular di dalam tubuh host tersebut kemudian setelah dewasa/matang akan menularkan kepada host lain melalui gigitan, sengatan, sekresi/kotoran dari host terinfeksi tersebut. Arthropoda berarti kaki yang beruas-ruas/bersendi-sendi (arthron=sendi, poda=kaki). Dari filum Arthropoda tersebut salah satu yang menjadi vektor yaitu (Chandra, 2006) : 1. Lalat Rumah (Housefly)
Lalat rumah, Musca domestica, hidup disekitar tempat kediaman manusia di seluruh dunia. Seluruh lingkaran hidup berlangsung 10 sampai 14 hari, dan lalat
dewasa
hidup
kira-kira
satu
bulan.
Larvanya
kadang-kadang
menyebabkan myasis usus dan saluran kencing serta saluran kelamin.
9
Lalat adalah vektor mekanik dari bakteri patogen, protozoa serta telur dan larva cacing, Luasnya penularan penyakit oleh lalat di alam sukar ditentukan. Dianggap sebagai vektor penyakit typhus abdominalis, salmonellosis, cholera, dysentery bacillary dan amoeba, tuberculosis, penyakit sampar, tularemia, anthrax, frambusia, conjunctivitis, demam undulans, trypanosomiasis dan penyakit spirochaeta. 2. Lalat Pasir (Sandfly)
Lalat pasir ialah vektor penyakit leishmaniasis, demam papataci dan bartonellosisi. Leishmania donovani, penyebab K ala azar; L. tropica, penyebab oriental sore; dan L. braziliensis, penyebab leishmaniasis Amerika, ditularkan oleh Phlebotomus. Demam papataci atau demam phlebotomus, penyakit yang disebabkan oleh virus banyak terdapat di daerah Mediterania dan Asia Selatan, terutama ditularkan oleh P. papatsii, yang menjadi infektif setelah masa perkembangan virus selama 7-10 hari. Bartonellosis juga terdapat di Amerika Selatan bagian Barat Laut sebagai demam akut penyakit Carrion dan sebagai keadaan kronis berupa granulema verrucosa. Basil penyebab adalah Bartonella bacilliformis, ditularkan oleh lalat pasir yang hidup di daerah pegunungan Andes. 3. Lalat Tsetse (Tsetse Flies)
Lalat tsetse adalah vektor penting penyakit trypanosomiasis pada manusia dan hewan peliharaan. Paling sedikit ada tujuh species sebagai vektor infeksi trypanosoma pada hewan peliharaan, species Trypanosoma rhodesiense yang menjadi,
penyebab
trypanosomiasis,
adalah
Glossina
morsitans,
G.
swynnertoni, dan G. Pallidipes. Vektor utama .pada Penyakit Tidur (Sleeping Sickness) di Gambia adalah species G. palpalis fuscipes dan pada daerah daerah tertentu adalah species G. tachhinoides. 4. Lalat Hitam (Blackflies)
Adalah vektor penyakit Oncheocerciasis di Afrika adalah species Simulium damnosum dan S. neavei dan di Amerika adalah S. metallicum, S. ochraceum dan S. callidum. Species lain mungkin adalah vektor yang tidak penting dan menularkan onchocerciasis pada ternak dan penyakit protozoa pada burung.
10
Adapun upaya-upaya terhadap pengendalian vektor lalat tersebut sebagai berikut: a. Pengendalian Lalat Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk ordo diphtera, mempunyai
sepasang
sayap
berbentuk
membran.
Lalat
juga
merupakan species yang berperan dalam masalah kesehatan masyarakat, yaitu sebagai vektor penularan penyakit saluran pencernaan seperti: kolera, typhus, disentri, dan lain lain. Pada saat ini dijumpai ± 60.000 – 100.000 spesies lalat, tetapi tidak semua species perlu diawasi karena beberapa diantaranya tidak berbahaya terhadapkesehatan masyarakat. Penularan penyakit dapat terjadi melalui semua bagian dari tubuh lalat seperti: bulu badan, bulu pada anggota gerak, muntahan serta faecesnya. Dalam upaya pengendalian penyakit menular tidak terlepas dari upaya peningkatan
kesehatan
pengendalian vektor
lingkungan
salah
penyakit.Pengendalian
satu vektor
kegiatannya penyakit
adalah
merupakan
tindakan pengendalian untuk mengurangi atau melenyapkan gangguan yang ditimbulkan oleh binatang pembawa penyakit, seperti lalat (Budiman dan Suyono, 2010). Dalam melakukan pengendalian perlu juga dilakukan pengukuran tingkat kepadatannya dimana data ini dapat dipakai untuk merencanakan upaya pengendalian yaitu tentang kapan, dimana, dan bagaimana pengendalian akan dilakukan. Adapun peralatan yang dipakai untuk mengukur dan menghitung kepadatan lalat, antara lain: 1. Dalam Bangunan
: Perangkap lalat ultraviolet, danSticky trap
2. Luar Bangunan
: Fly grill, Sticky trap, dan Perangkap umpan
b. Pemberantasan Lalat Pemberantasan lalat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Usaha pemberantasan lalat melalui tindakan penyehatan lingkungan 1.1 Menghilangkan tempat-tempat pembiakan lalat; 1.2 Melindungi makanan terhadap kontaminasi oleh lalat; 1.3 Pengangkutan/pembuangan sampah yang dilakukan setiap hari dengan cara yang memenuhi syarat;
11
1.4 Tempat penampungan sampah diberi alas yang kedap air, misalnya semen; 1.5 Adanya jamban/kakus yang tidak mudah dihinggapi lalat (tertutup). 2. Membasmi larva lalat 3. Pembasmian Lalat Dewasa Untuk membasmi lalat dewasa bisa dilakukan penyemprotan udara: a. Dalam rumah : penyemprotan dengan 0,1% pyrethrum dengan synergizing
agents; b. Diluar rumah : fogging dengan suspensi atau larutan dari 5% DDT, 2%
lindane atau 5% malathion. Tetapi lalat bisa menjadi resisten terhadap insektisida. Disamping penyemprotan udara (space spraying) bisa juga dilakukan; c. Residual spraying dengan organo phosphorus insecticides seperti : Diazinon
1%, Dibrom 1%, Dimethoote, malathion 5%, ronnel 1%, DDVP dan bayer L 13/59. Pada residual spraying dicampur gula untuk menarik lalat; d. Khusus untuk perusahaan-perusahaan susu sapi dipakai untuk residual
spraying diazinon, ronnel dan malathion menurut cara-cara yang sudah ditentukan. Harus diperhatikan supaya tidak terjadi kontaminasi makanan manusia, makanan sapi dan air minum untuk sapi, dan sapi-sapi tidak boleh disemprot; e. Tali yang diresapi dengan insektisida (Inpregnated Cords) : Ini merupakan
variasi dari residual spraying. Tali-tali yang sudah diresapi dengan DDT digantung vertikal dari langit-langit rumah, cukup tinggi supaya tidak tersentuh oleh kepala orang. Lalat suka sekali hinggap pada tali-tali ini untuk mengaso, terutama pada malam hari. Untuk ini dipakai: o Parathion: ini bisa tahan sampai 10 minggu o Diazinon: ini bisa tahan sampai 7 minggu Karena parathion sangat rentan untuk manusia, hanya orang-orang yang berpengalaman dapat mengerjakannya dengan sangat hati-hati, dengan memakai sarung tangan dari kain atau karet. Jika kulit terkontaminasi dengan parathion maka bagian kulit yang terkena harus segara dibilas dengan air dan sabun (Khoirul, 2013).
12
Pembasmian dalam pengendalian vektor tidak mungkin dapat dilakukan sampai tuntas, yang mungkin dan dapat dilakukan adalah usaha mengurangi dan menurunkan populasi ke suatu tingkat yang tidak membahayakan kehidupan manusia, tetapi seharusnya dapat diusahakan agar segala kegiatan dalam rangka menurunkan populasi vektor dapat mencapai hasil yang baik. Perlu diterapkan teknologi yang sesuai, bahkan teknologi sederhanapun, yang penting didasarkan prinsip dan konsep yang benar (Nurmaini, 2001).
B. Alat dan Bahan
1. Alat a. Sprayer b. Ember c. Gelas ukur d. Masker e. Alat tulis 2. Bahan a. Fendona b. Air C. Prosedur Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. 2. Lakukan perhitungan kebutuhan bahan. 3. Buat pengenceran sesuai dengan hasil perhitungan kebutuhan. 4. Hasil pengenceran dimasukkan ke dalam alat sprayer. 5. Tutup alat sprayer. 6. Pompa sampai jarum tekanan menunjukkan angka 55 Psi. 7. Bawa alat sprayer dengan menggendong alat tersebut. 8. Lakukan penyemprotan pada tempat sampah pada bagian luar dan dalamnya.
13
D. Hasil
Perhitungan kebutuhan bahan Diketahui: Bahan yang digunakan adalah Fendona 5 WP dengan takaran air yang telah ditentukan yaitu 8 L. Pengenceran 1 = 4 l air + 2 water powder Pengenceran 2 = 2 l air + 2 water powder (pencucian)
E. Pembahasan
Spraying (penyemprotan) lalat dilakukan menggunakan alat sprayer yang merupakan hasil kerjasama Indonesia-Jepang dalam menanggulangi kasus KLB pada tahun 1989-1990. Spraying ini adalah jenis spraying powder, yang dapat menggunakan zat aktif Femirotion (250 WP) dengan rumus peracikan 250WP dalam 10 L air. Namun pada praktek ini kami menggunakan jenis zat aktif Fendona 5 Wp dengan ketentuan campuran air 8 L. Penyemprotan dilakukan pada tepat sampah-tempat sampah Kampus Kesehatan Lingkungan
F. Kesimpulan
Spraying dilakukan dengan cara menyemprotkan zat aktif yang telah disesuaikan dosisnya, pada tempat sampah bagian luar dan dalam untuk memberantas lalat dewasa.
14
Daftar Pustaka
http://myeducationofph.blogspot.co.id/2015/12/pengendalian-dan-pemberantasanlalat.html http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/pengendalian_lalat.pdf
15
Lampiran
16