LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR PERHITUNGAN HEMATOKRIT PADA IKAN MAS ( C ypr ypr i nus ca car pi o) Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas laporan akhir praktikum Mata Kuliah Fisiologi Hewan Air Semester Ganjil
Disusun oleh : Lukman Bima Permana
230210130075
Zaki Ali Fahrezi
230210160030 230210160030
Mochammad Agung S
230210160067
Ghinna Al Husna
230210160082 230210160082
Kelas : Kelautan/Kelompok Kelautan/Kelompok 17
UNIVERSITAS PADJADJARAN PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya akhirnya kami dari pihak penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktikum ini dalam bentuk makalah. Laporan ini disusun guna memenuhi tugas laporan praktikum mata kuliah Fisiologi Hewan Air. Dalam penyusunan laporan ini, tidak lupa pula kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu khususnya dari rekanrekan sekelompok kami sehingga laporan ini dapat diselesaikan dengan baik, walaupun ada beberapa hambatan yang kami alami dalam penyusunan laporan ini. Namun, berkat motivasi yang disertai kerja keras dan bantuan dari berbagai b erbagai pihak akhirnya dapat teratasi. Semoga laporan ini, dapat bermanfaat dan menjadi sumber pengetahuan bagi pembaca. Apabila dalam pembuatan laporan ini terdapat kekurangan yang tidak kami ketahui kiranya kami sebagai pihak penyusun memohon maaf yang sebesar-besarnya . Akhir kata dengan kerendahan hati, kritik dan saran sangat kami harapkan demi penyempurnaan laporan ini. Sekian dan terima kasih.
Jatinangor, 11 Oktober 2017
Penyusun
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Dalam proses kehidupan organisme, diperlukan makanan dan oksi gen untuk melakukan metabolisme di seluruh tubuhnya. Berbagai proses metabolisme menghasilkan sisa (sampah) yang harus dikeluarkan tubuh. Peredaran materi, baik berupa bahan – bahan yang diperlukan tubuh seperti oksigen maupun hasil metabolisme dan sisa – sisanya dilakukan oleh sistem peredaran darah Sistem peredaran darah semua hewan vertebrata mempunyai pola umum yang sama, namun tiap – tiap kelompok mempunyai peredaran darah tertentu yang mempunyai anotomi organ peredaran darah. Darah pada ikan mempunyai dua komponen utama yaitu sel – sel darah dan plasma darah. Darah dalam tubuh memiliki fungsi sebagai pengangkut bagi berbagai macam sen yawa dan zat – zat yang diperlukan tubuh, mengatur jaringan tubuh, alat pertahanan tubuh terhadam ancaman dari luar dan menjaga kestabilan suhu. Eritrosit merupakan salah satu sel darah yang sangat berperan dalam proses pengangkutan materi – materi di dalam tubuh. Eritrosit mengandung hemoglobin yang memungkinkannya mampu mengangkut oksigen lebih banyak dari pada oksigen tersebut bergerak sendiri dalam plasma darah. Hemoglobin juga menyebabkan warna merah pada darah, sehingga eritrosit disebut dengan sel darah merah. Darah berfungsi mengedarkan suplai makanan kepada sel-s el tubuh, membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh, membawa hormon dan enzim ke organ yang memerlukan. Pertukaran oksigen terjadi dari air dengan karbondioksida terjadi pada bagian semipermeable yaitu pembuluh darah yang terdapat di daerah insang. Selain itu, di daerah insang terjadi pengeluaran kotoran yang bernitrogen. Melalui sel darah, suatu organisme dapat pula diketahui sampai mana organisme tersebut mengalami pencemaran, baik itu dari media hidupnya
dimana kualitas air tidak memenuhi syarat. Maka dari itu dilakukanlah praktikum tentang perhitungan hematokrit ini. 1.2
Tujuan Praktikum
Mengetahui dan menghitung nilai hematokrit pada ikan mas. 1.3
Kegunaan
Praktikan dapat mengetahui dan dapat menghitung nilai hematokrit pada ikan mas sehingga dapat mengetahui kondisi ikan mas tersebut. Serta dapat mengetahui bagaimana cara membedah ikan dan menemukan jantung serta organ lainnya pada ikan mas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Klasifikasi dan Morfologi Ikan Mas ( Cyprinus carpio) Ikan Mas (Cyprinus carpio) merupakan salah satu jenis ikan air tawar. Menurut sejarahnya ikan mas berasal dari daratan Cina dan Rusia. Adapun klasifikasi ikan mas menurut Lagler (1997) dalam Ichtyologi adalah : Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Actinopterygii
Ordo
: Cypriniformes
Famili
: Cyprinidae
Genus
: Cyprinus
Spesies
: Cyprinus carpio Menurut Hardjamulia (1979), ikan mas memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Badan memanjang, sedikit pipih ke samping ( compressed ), mulut dapat disembulkan dan terletak di ujung tangan (termi nal), dua pasang sungut (barbells) yang satu pasang diantaranya rudimenter. Sirip punggung atau dorsal memanjang ke belakang dengan bagian permukaannya memiliki jari-jari lemah mengeras, jari jari sirip dubur yang pertama bergerigi, sisik besar dan sisik garis rusuk lengkap dan membentang dari belakang operkulum sampai pertengahan ujung batang ekor.
2.2
Sistem Peredaran Darah Ikan Mas
Sistem peredaran darah adalah sistem yang berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan O2 dari perairan ke sel-sel tubuh yang membutuhkan, juga mengangkut enzim, zat-zat nutrisi, garam-garam, hormon, dan anti bodi serta mengangkut CO 2 dari dalam usus, kelenjar-kelenjar, insang, dan sebagainya, keluar tubuh. Secara umum, sistem peredaran darah pada semua vertebrata adalah sama, meskipun tetap ada perbedaan-perbedaan diantara setiap kelompok hewan.
Ikan mempunyai sistem peredaran darah tertutup, artinya darah tidak pernah keluar dari pembuluhnya, jadi tidak ada hubungan langsung dengan sel tubuh sekitarnya. Darah memberi bahan materi dengan perantaraan difusi melalui dinding yang tipis dari kapiler darah, dan kembali ke jantung melalui pembuluh yang ke dua. Atau secara garis besarnya peredaran darah tunggal adalah peredaran darah yang darah nya dari insang langsung beredar ke seluruh tubuh kemudian masuk ke jantung. Jadi darah hanya beredar sekali melalui jantung dengan rute dari jantung ke insang lalu ke seluruh tubuh kemudian kembali ke jantung. Seri pertama dinamakan sistem arteri dan seri ke dua disebut sistem vena. Dimana organ utamanya adalah jantung yang bertindak sebagai pompa tekan merangkap pompa hisap. Darah ditekan mengalir keluar dari ja ntung melalui pembuluh arteri ke seluruh tubuh sampai ke kapiler darah, kemudian dihisap melalui pembuluh vena dan kembali ke jantung. 2.3
Darah
Darah adalah suatu fluida (yang dinamakan plasma) tempat beberapa bahan terlarut dan tempat erythrocyte, leucocyte dan beberapa bahan lain yang tersuspensi. Sistem peredaran darah terdiri dari jantung (yang merupakan pusat pemompaan darah), arteri (pembuluh darah dari jantung), kapiler (yang menghubungkan arteri dengan vena) dan vena (pembuluh darah yang menuju jantung). Sistem peredaran darah pada ikan disebut sistem
peredaran darah tunggal. Yang dimaksud dengan peredaran darah tunggal adalah dimana darah hanya satu kali saja melewati jantung. Darah yang terkumpul dari seluruh tubuh masuk ke atrium. Pada saat jantung mengendur, darah mengalir pada sebuah katup kedalam ventrikel yang berdinding tebal. Kontraksi dari ventrikel ini sangat kuat sehingga menyebabkan darah keluar menuju jaringan kapiler insang lalu dari insang darah mengalir ke jaringan kapiler lain dalam tubuh. Pertukaran zat-zat pun terjadi pada saat pengaliran darah ini. Darah berfungsi mengedarkan suplai makanan kepada sel-sel tubuh, membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh, membawa hormon dan enzim ke organ yang memerlukan. Pertukaran oksigen terjadi dari air dengan karbondioksida terjadi pada bagian semipermeabel yaitu pembuluh darah yang terdapat di daerah insang. Selain itu di daerah insang terjadi pengeluaran kotoran yang bernitrogen. Melalui sel darah, suatu organisme dapat pula diketahui sampai mana organisme tersebut mengalami pencemaran, baik itu dari media hidupnya dimana kualitas air tidak memenuhi syarat. Untuk mengetahui lebih lanjut dapat kita lihat dari presentase hematokrit yang terkandung dalam darah. 2.4
Kompisisi Darah
Darah mempunyai suatu komposisi yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu sel darah dan plasma darah yang mengandung bahan-bahan penyusunnya. Komposisi terbesar yang terkandung dalam darah adalah air sebagai media yang memfasilitasi sejumlah factor yang tak terdispensasi dalam pembentukan darah. Darah mempunyai suatu komposisi yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu sel darah dan plasma darah yang mengandung bahan-bahan penyusunnya. 2.4.1
Sel-sel (butir) darah
a. Sel Darah Merah
Sel darah merah berbentuk seperti piringan membulat, cekung pada dua sisinya dan diameternya mendekati sekitar 1 per 7.500 milimeter. Komponen terpenting dalam sel darah merah kebiruan dan memiliki kemampuan unuk
mengikat oksigen dan mengangkut oksigen tersebut mulai dari insang keseluruh jaringan tubuh dan melepaskan oksigen dalam jaringan pembuluh kapiler. Hemoglobin yang mengikat oksigen atau oksihemoglobin inilah yang menyebabkan eritrosit berwarna merah cerah. b. Sel Darah Putih
Sel darah putih memiliki dua tipe yaitu granular yang memiliki inti berkeping banyak dan nogranular yang memiliki inti membulat. Leukosit granular terdiri atas netrofil merupakan sel yang bersifat menyerang dan menghancurkan bakteri eosnofil yang merupakan sel yang mampu meningkatkan ketanggapan terhadap timbulnya infeksi dan alergi, dan basofil yang menghasilkan antikoagulan heparin dan substansi histamine.Netrofil merupakan sel darah putih yang relative banyak jumlahnya dibandingkan dengan sel lainnya dan bertambah bila terjadi infeksi. Leukosit nongranular terdiri atas monosit dan limfosit. Limfosit merupakan sel darah yang memiliki inti relative besar dan sitoplasma kecil. Limfosit jumlahnya terbesar kedua setelah netrofil dan ukurannya kurang lebih sebesar sel darah merah. Bagian sel darah putih yang berhubungan dengan respon kekebalan dan menghasilkan antibody adalah limfosit. Fungsi limfosit dalam system pertahanan tubuh yaitu membentuk anibodi apabila ada protein lain yang masuk kedalam tubuh. c. Keping Darah (Trombosit)
Trombosit merupakan platelet darah yang sangat kecil ukurannya (kirakira berdiameter sepertiga diameter sel darah merah), tidak memiliki inti dan bentuknya bulat. Trombosit melekat pada dinding pembuluh darah yang terluka dan kemudian menutup daerah yang rusak di dinding vaskuler. Ketika trombosit pecah, agn pengkoagulasi membentuk tromboplastin yang membantu membentuk jarring-jaring sel sebagai upaya pertama dalam proses penyembuhan. Satu dari sekian kemampuan darah adalah kemampuan untuk menggumpal (terkoagulasi) ketika dikeluarkan dari tubuh. Dalam tubuh, gumpalan terjadi merespon jaringan yang terluka seperti otot teriris, atau
terluka. Dalam pembuluh darah, darah tetap dalam kondisi cair, sesaat setelah keluar, darah menjadi kental dan berglatin serta berubah menjadi rekatan seperti agar-agar. 2.4.2
Plasma Darah
Plasma darah merupakan cairan darah yang umumnya terdiri dari :
Air mencakup 91-92%.
Protein, sekitar 8-9% yang terdiri dari serum albumin, serum globulin, dan fribinogen.
Garam anorganik dalam bentuk ion sekitar 0,9% seperti : Anion : Cl- , CO32- , HCO3- , SO42- , PO4- , I- . Kation : Na+ , K + , Ca2+ , Mg2+ , Fe3+ .
Substansi organik bukan protein, terdiri dari : Non protein Nitrogen, misalnya lipid, karbohidrat, glukosa, garam ammonium, urea, asam urat, dan lain-lain.
Gas terlarut dalam plasma.
Berbagai substansi lain seperti hormon, enzim, dan anti toksin. Sel darah ikan memiliki inti yang menonjol dengan jumlah ± 2 juta mm 3 dan memiliki ukuran yang cukup konsisten yaitu umumnya sekitar 12 x 3 mikron dan memiliki sitoplasma yang kecil.
2.5
Struktur Darah
Menurut strukturnya, sel darah terdiri dari :
2.6
Membran sel yang merupakan dinding sel.
Bahan yang menyerupai spong yang disebut stroma.
Hemoglobin yang menempati ruang kosong pada stroma. Hematokrit
Hematokrit adalah persentase eritrosit di dalam darah (Guyton 1997). Hematokrit digunakan untuk mengukur perbandingan antara eritrosit dengan plasma, sehingga hematokrit memberikan rasio total eritrosit dengan total volume darah dalam tubuh. Nilai hematokrit dipengaruhi oleh ukuran dan jumlah eritrosit (Ganong 1995). Nilai hematokrit pada ikan teleostei berkisar antara 20 - 30% dan pada ikan laut bernilai sekitar 42%
(Bond 1979). Nilai hematokrit secara langsung berhubungan dengan jumlah eritrosit dan konsentrasi hemoglobin (Swenson 1977). Nilai hematokrit di bawah 30% menunjukan adanya defisiensi eritrosit (Nabib dan Pasaribu 1989). Amlacher (1970) melaporkan bahwa selain infeksi bakteri, nafsu makan juga berpengaruh pada jumlah eritrosit sehingga berpengaruh pula terhadap nilai hematokrit dan konsentrasi hemoglobin di dalam sirkulasi darah. Hematokrit menunjukkan persen sel darah merah dari sejumlah darah. Bila dikatakan hematokrit 40 (40%) berarti darah terdiri dari 40% sel darah merah dan 60% plasma dan sel darah putih. Nilai normal hematokrit tergantung pada jenis kelamin. Ada 3 metode untuk menentukan nilai hematokrit, yaitu : a. Darah dimasukkan ke dalam tabung Winstrobe yang mempunyai skala, kemudian diputar dengan kecepatan 3000 putaran per menit selama setengah jam (sebelum dimasukkan ke dalam tabung darah diberi antikoagulan terlebih dahulu. b. Mikrohematokrit, pada metode ini digunakan tabung kapiler khusus, alat pemutar dan papan skala untuk menentukan % volume sel darah merah. Kecepatan pemutaran adalah 11000 rpm selama 4 menit. c. Hematokrit
dapat
dilakukan
secara
elektronik.
Pada
metode
ini
menggunakan alat darah yang mampu meneruskan aliran, sedangkan sel darah merah bersifat menghambat aliran listrik darah yang telah dicampur dengan antikoagulan dihisap pada tabung khusus dan diselipkan pada alat baca. Dengan hanya menekan tombol, nilai hematokrit dapat dibaca pada galvanometer.
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober 2017, pukul 12.30 WIB, dan bertempat di Laboratorium MSP, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Univeritas Padjadjaran, Jatinangor. 3.2 ALAT DAN BAHAN
Dalam pelaksanaan praktikum ini digunakan alat-alat dan bahan sebagai berikut : 3.2.1 Alat No
Alat
Fungsi
1
Sentrifuge
mensentrifugasi pipa kapiler heparin
hematokrit 2
Dissecting kit
membedah ikan mas
3
Pipa kapiler
menampung darah ikan yang akan di ukur
Heparine 4
Hematocrit Reading
menentukan persentase hematokrit ikan
Chart 5
Penjepit Arteri
menjepit pembuluh darah ikan
7
Timbangan
mengukur berat ikan mas yang akan dipakai dalam pengamatan
3.2.2
Bahan
Bahan - bahan yang digunakan dalam praktikum fisiologi penentuan nilai hematokrit adalah sebagai berikut : 1. Ikan Mas, objek penelitian 2. Wax (malam), untuk menutup salah satu bagian pipa kapiler
3.3 Prosedur Kerja
Prosedur pengerjaan yang dilakukan dalam praktikum ini adalah : Ambil salah satu ikan mas yang akan di uji
Buat ikan dalam keadaan tidak sadar dengan cara menusukan dissecti ng kit pada bagian kepala sebelah atas secara horizontal.
Kemudian timbang berat ikan dengan menggunakan neraca an telah disediakan dan catat hasil timban ann a
Bedah ikan mas sampai jantungnya terlihat
Selanjutnya jepit Aorta ventralis dengan penjepit arteri, biarkan selama 2-3 menit agar sinus venasus terisi darah.
Lepaskan penjepit arteri, kemudian tampung darah yang keluar dari sinus venasus dengan pipa kapiler sampai ¾ pipa terisi, diusahakan jangan sampai ada gelembung gas pada pipa kapiler.
Putarkan pipa kapiler yang berisi darah secara berulang-ulang.
Tutup salah satu bagian pipa kapiler dengan wax/lilin yang telah
Sentrifugasi pipa kapiler tersebut selama 4-5 menit .
Setekah selesai disentrifugasi, sesuaikan tinggi sel darah merah pada pipa kapiler dengan Hematocrit reading chart.
Catat hasil pengamatan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Hasil
4.1.1
Hasil Kelompok
Berikut merupakan hasil timbangan bobot ikan mas sebelum dilakukan tindakan dan hasil nilai hematokrit dari ikan mas setiap kelompok.
Bobot Ikan Mas ( gram) 140 120 100 m a r G
80 60 40 20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Kelompok
Nilai Hematokrit ( % )
) % ( t i r k 35 o t a m e H
1
50 45
44
40 35
2
45 45
40 35 35
3
4
5
6
7
8
37 37 35 35
32
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 kelompok
Setiap kelompok menggunakan ikan mas yang memiliki bobot tubuhnya yang berbeda-beda. Untuk nilai yang terkecilnya adalah 87 gram dan yang terbesar
adalah 129 gram. Hal ini mungkin ikan yang digunakan setiap kelompok tidak dalam keadaan yang sama. Dalam artian umur ikan setiap kelompok berbeda-beda. Selain umur, bobot tubuh ikan juga dipengaruhi oleh kondisi ikan tersebut. Bila kondisi ikan dalam keadaan yang stress kemungkinan bobot tubuhnya menjadi kecil yang disebabkan faktor stress sehingga menghilangkan nafsu makan ikan. Setiap kelas memiliki bobot ikan yang berbeda, jika dilihat di dalam grafik perbedaan massa ikan mempengaruhi konsentrasi darah merah dan darah putih. Namun ketepatan dari data masih diragukan karena ketelitian mata yang terbatas. Kemudian untuk nilai hematokrit yang berhasil diukur oleh setiap kelompok menunjukan hasil bahwa nilai hematokrit terkecil adalah 32 % dan yang paling besar adalah 50%. Nilai hematokrit yang kurang dari 22% menunjukan ikan mengalami anemia (Gallaugher et al, 1995 dalam Abdullah, 2008), sedangkan menurut Nabib dan Pasaribu (1989) dalam Prasetyo (2008) bahwa nilai hematokrit darah ikan berkisar 5 – 60%, hematokrit di bawah 30% menunjukan defisiensi eritrosit. Apabila ikan terkena penyakit atau nafsu makan menurun maka nilai hematokrit darah menjadi lebih rendah (Delman and Brown, 1989 dalam Prasetyo 2008). Kadar hematokrit ini bervariasi tergantung pada faktor nutrisi, umur ikan, jenis kelamin, ukuran tubuh dan masa pemijahan. Pada hematokrit, kadar eritrosit yang rendah menunjukkan terjadinya anemia. Sedangkan kadar tinggi menandakan bahwa ikan dalam keadaan stress. Peningkatan hemotokrit dapat disebabkan sel membengkak pada keadaan ikan yang mengalami hipoksia. Adapun faktor yang mempengaruhi lainnya ialah jumlah eritrosit; apabila jumlah eritrosit dalam keadaan banyak, maka nilai hematokrit akan meningkat. Ukuran eritrosit pun berpengaruh pada viskositas darah. Semakin tinggi viskositas darah maka akan semakin tinggi nilai hematokrit. Kelainan bentuk pada eritrosit juga berpengaruh; apabila terjadi kelainan bentuk (poikilositosis) maka akan terjadi trapped plasma (plasma terperangkap) sehingga nilai hematokrit akan meningkat.
Pada hematokrit, kadar eritrosit yang rendah menunjukkan terjadinya anemia. Sedangkan kadar tinggi menandakan bahwa ikan dalam keadaan stress. Peningkatan hemotokrit dapat disebabkan sel membengkak pada keadaan i kan yang mengalami hipoksia. Adapun faktor yang mempengaruhi lainnya ialah jumlah eritrosit; apabila jumlah eritrosit dalam keadaan banyak, maka nilai hematokrit akan meningkat. Ukuran eritrosit pun berpengaruh pada viskositas darah. Ada beberapa kelompok yang tidak mendapatkan hasil perhitungan hematokrit dengan baik Hal ini disebabkan karena darah pada pipa kapiler belum homogen, serta tidak sempurnanya penutupan ujung pipa kapiler dengan lilin sehingga terjadi hilangnya darah dari pipa kapiler setelah dilakukan sentrifugasi karena putaran mesin sentrifugasi yang cepat.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1
Simpulan
Nilai hematokrit pada ikan menunjukkan persen sel darah merah dari sejumlah darah. Pada ikan yang memiliki nilai hematokrit tinggi berarti memiliki banyak sel darah merah, atau ikan yang memiliki laju metabolisme yang tinggi. Nilai hematokrit yang rendah menandakan ikan tidak normal karena stress atau terserang penyakit sedangkan nilai hematokrit yang tinggi menunjukan ikan normal. 5.2
Saran
Dalam proses membedah ikan praktikan merasa kesulitan di karenakan kurang memahami dalam letak-letak organ ikan Mas.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi R, Tang UM.2002. Fisiologi Hewan Air. Riau : Uni Press.
Angka SL, GT Wongkar, Karwani. 1985. Blood Picture and Bacteria Isolated FromUlcered and Crooked-Black Clarias Batrachus. Symposium On Pract. Measure or Preventing and Controlling Fish Disease. BIOTROP. 17 P. Boyd CE. 1990. Water Quality Management For Pond Fish Culture . Elsevier Science Publishing Company Inc, New York. Hal 146 – 159. Chinabut S, Limsuwan C, and Kiswatat P. 1991. Histology of The Walking Catfish, Clarias bathracus. IDRC Canada. hlm 96. Dellman HD, Brown EM. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner. Edisi 3. Hartono (Penerjemah). UI Press, Jakarta. Ganong WF. 1995. Buku Ajar fisiologi Kedokteran (Review of Medical Physiologi). Ed ke-4. Terjemahan P Adianto. EGC, Jakarta. Guyton AC. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Irawati Setiawan (Penerjemah). Penerbit Buku kedokteran EGC, Jakarta. Hesser EF. 1960. Methods for Routine Fish Hematology. Progressive Fish Culturist. Irianto Agus. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Khairuman, K Amri. 2002. Budidaya Lele Lokal Secara Intensif . PT Agromedia Pustaka, Tangerang. Michael, P. (1994). Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. UI Press, Jakarta.
Murhananto. 2002. Pembesaran Lele Dumbo di Pekarangan. PT Agromedia Pustaka,Tangerang. Nabib R, Pasaribu FH. 1989. Patologi Dan Penyakit Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. IPB Roberts RJ. 1978. Fish Pathology. Ballier Tindall London.
LAMPIRAN
Alat dan juga bahan yang digunakan selama praktikum
1
LAMPIRAN