BAB I PENDAHULUAN
1.1. 1.1. Lata Latarr Be Bela laka kang ng
Eliksir berupa larutan obat dengan zat tambahan seperti gula, zat pengawet, zat pewarna dan zat pewangi, sehingga mempunyai rasa dan bau yang sedap. Eliksir ini digunakan sebagai obat dalam. Sebagai pelarut utama adalah etanol 90% dan dapat ditambahkan gliserol, sorbitol dan propilenglikol. Karena eliksir bersifat hidroalkohol maka dapat menjaga obat baik yang larut dalam air etanol dalam larutan eliksir. Kadar etanol berkisar antara 3% sampai 44%, dan biasanya eliksir mengandung etanol 5-10% (Anief, 2007). Eliksir Eliksir adalah larutan hidroalkohol hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan dimaksudkan untuk untuk penggunaan penggunaan vital, dan biasanya biasanya diberi rasa untuk menambah menambah kelezatan. kelezatan. Eliksir bukan obat yang digunakan sebagai pembawa tetapi eliksir obat untuk efek terapi dari senyawa obat yang dikandungnya. Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis dan kurang kental karena mengandung kadar gula yang lebih rendah dan akibatnya kurang efektif dibanding sirup dalam menutupi rasa senyawa obat. Walaupun demikian, karena sifat hidroalkohol, eliksir lebih mampu mempertahankan komponen-komponen larutan yang larut dalam air dan yang larut dalam alkohol daripada sirup. Juga karena stabilitasnya yang khusus dan kemudahan dalam pembuatannya, dari sudut pembuatan eliksir lebih disukai dari sirup (Ansel, 1989). Perbandingan alkohol yang ada pada eliksir sangat berbeda karena masingmasing komponen komponen eliksir mempunyai mempunyai sifat kelarutan dalam alkohol dan air yang berbeda. Tiap eliksir memerlukan campuran tertentu dari alcohol dan air untuk mempertahankan semua komponen dalam larutan. Tentu saja, untuk eliksir-eliksir ini mengandung zat yag kelarutannya dalam air jelek, banyaknya alcohol yang dibutuhkan lebih besar daripada eliksir yang dibuat dari komponen-komponen yang yang kelaru kelarutan tannya nya dalam dalam air baik. baik. Eliksi Eliksirr paling paling baik baik disimp disimpan an dalam dalam wadahwadahwadah yang tertutup rapat, tahan cahaya untuk menjaga terhadap temperatur yang berlebihan. Disebabkan karena eliksir mengandung alkohol alkohol (Ansel, 1989)
1
1.2
Prinsip Percobaan
Pembuatan eliksir paracetamol dengan pelarut utama etanol dan beberapa zat tambahan seperti gula atau pemanis lain, pengawet, zat warna dan pewangi. Melakukan evaluasi terhadap pH dan kejernihan dari sediaan.
1.3
Tujuan Percobaaan •
Mengetahui pembuatan sediaan eliksir
•
Mengetahui cara evaluasi sediaan eliksir
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Eliksir
Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan untuk penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan. Eliksir bukan obat yang digunakan sebagai pembawa tetapi eliksir sebagai obat untuk efek terapi dari senyawa obat yang dikandungnya. Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis dan kurang kental karena mengandung kadar gula yang lebih rendah akbatnya kurang efektif disbanding sirup dalam menutupi rasa senyawa obat. Walaupun demikian, karena sifat hidroalkohol , eliksir lebih mampu mempertahankan komponen–komponen larutan yang larut dalam air dan larut dalam alcohol daripada sirup. Juga karena stabilitasnya yang khusus dan kemudahan dalam pembuatannya (dengan melarutkan biasa), dari sudut pembuatan, eliksir lebih disukai daripada sirup (Ansel, 2005). Elixir adalah sediaan berupa larutan hidroalkohol yang jernih dalam aquadest,
memiliki
rasa
dan
bau
yang
sedap,
mengandung
zat
tambahan/korigensia saporis, koloris dan odoris, serta digunakan per oral. Sebagai pelarut utama adalah etanol 90% yang dimaksudkan untuk meningkatkan kelarutan dan stabilitas sediaan pun semakin baik. Kadar etanol dalam eliksir adalah 5-10%. Bila kadar alkohol dalam eliksir adalah 10-12% dalam sediaan, maka fungsi alkohol selain meningkatkan kelarutan juga berfungsi sebagai pengawet sehingga tidak perlu lagi dibubuhi pengawet lain. Penambahan sirup simpleks selain meningkatkan konstituen sediaan juga sebagai korigensia saporis (Jas, 2004). Bila dibandingkan dengan sirup, elixir biasanya kurang manis dan kurang kental , karena mengandung gula lebih sedikit maka kurang efektif dibanding dengan sirup dalam menutupi rasa obat yang kurang menyenangkan. Karena elixir bersifat hidroalkohol, maka dapat menjaga stabilitas obat baik yang larut dalam air maupun alkohol dalam larutan elixir. Disamping itu elixir mudah dibuat larutan elixir, maka itu elixir lebih disukai dibanding sirup. Banyaknya jumlah etanol yang ada didalam elixir berbeda sekali. Kadar etanol yang rendah adalah
3
3% dan yang tinggi dapat sampai 44%. Biasanya elixir mengandung antara 5-10% etanol (Anief, 2000). Pemanis yang digunakan biasanya gula atau sirup gula, tapi kadang-kadang digunakan sorbitol, glyserinum dan saccharinum (terbatas)
Nama Obat
Dosis
Efek Terapi Anti
1. Dexamethasone Elixir USP
500 µg/5 ml
2. Acetaminophen Elixir USP
300 mg/10 ml
Analgetik
3. Diphenhydramin HCl Elixir USP
25 mg/10 ml
Antihistamin
4. Reserpine Elixir USP
0,005 mg/ml 50 µg/ml
5. Digoxin Elixir USP
2.2
inflamasi
Anti hipertensi Kardiotonik
Pembuatan Eliksir
Eliksir biasanya dibuat dengan larutan sederhana dengan pengadukan dan atau dengan pencampuran dua atau lebih bahan–bahan cair. Komponen yang larut dalam alcohol dan dalam air umumnya dilarutkan terpisah dalam alcohol dan air yang dimurnikan berturut–turut. Kemudian larutan air ditambahkan kelarutan alcohol, dan sebaliknya, untuk mempertahankan kekuatan alcohol yang setinggi mungkin selamanya sehingga pemisahan yang minimal dari komponen yang larut dalam alcohol terjadi. Bila dua larutan selesai dicampur campuran dibuat sesuai dengan volume dengan pelarut atau pembawa tertentu. Sering campuran akhir akan tidak jernih, tetapi keruh, terutama karena pemisahan beberapa minyak pemberi rasa dengan menurunnya konsentrasi alcohol. Bila ini terjadi, eliksir biasanya dibolehkan untuk dibiarkan bebrapa jam yang ditentukan untuk menjamin penjenuhan pelarut hidroalkohol dan untuk memungkinkan butiran minyak bergabung sehingga dapat dihilangkan dengan lebih mudah dengan disaring (Ansel, 2005).
4
Cara Pembuatan Eliksir
1. Mencampur zat padat dengan pelarut atau campuran pelarut (kosolven) sambil diaduk hingga larut. 2. Bahan yang larut dalam air dilarutkan terpisah dengan zat yang larut dalam pelarut alkohol. Larutan air ditambahkan kedalam larutan alkohol, agar penurunan kekuatan alkohol dalam larutan secara gradien mencegah terjadinya pemisahan atau endapan. 3. Gliserin, sirup, sorbitol, dan propilenglikol dalam eliksir memberikan peranan pada kestabilan zat terlarut dan dapat meningkatkan viskositas (Anonim, 2009). 2.3
Pembagian Eliksir
Eliksir Bukan Obat
Eliksir bukan obat dapat digunakan untuk ahli farmasi dalam pembuatan resep yang dibuat segar, yang meliputi: 1. Penambah zat–zat obat untuk pembawa yang memberi rasa enak, dan 2. Pengencer eliksir obat yang ada. Dalam pemilihan pembawa untuk senyawa–senyawa obat, ahli farmasi harus memperhatikan sendiri kelarutan dan stabilisasi senyawa obat dalam air dan alcohol. Jika pembawa hidroalkohol dipilih, proporsi yang ada harus hanya sedikit diatas jumlah yang diperlukan untuk mempengaruhi dan mempertahanka larutan obat. Bila ahli farmasi diminta untuk mengencerkan eliksir obat yang ada, maka eliksir obat yang dipilih untuk pengencer dan harus mempunyai konsentrasi alcohol kira–kira sama dengan eliksir yang akan diencerkan. Juga, rasa dan bau pengencer harus tidak bertentangan dengan eliksir obat dan semua komponen harus tercampurkan secara kimia dan fisika. Ada tiga eliksir bukan obat yang biasa digunakan yaitu Eliksir Aomatik, Eliksir Benzaldehid Campuran dan Eliksir Iso-Alkohol (Ansel, 2005). •
Contoh elixir bukan obat: 1. Compound Benzaldehyde Elixir NF 2. Iso-alcoholic Elixir NF 3. Aromatic Elixir NF (Anief, 2000). 5
Eliksir Obat
Eliksir obat digunakan untuk keuntungan pengobatan dari zat obat yang ada. Umumnya, eliksir–eliksir resmi yang ada diperdagangan mengandung zat obat tunggal. Keuntungan utama dari hanya satu obat yang terkandung, bahwa dosis yang diperlukan dapat dinaikkan dan diturunkan dengan meminum eliksir lebih banyak atau kurang, padahal bila dua atau lebih zat obat ada dalam sediaan yang sama, tidak mungkin meningkatkan atau menurunkan kadar suatu zat obat yang diminum tanpa secara otomatis dan bersamaan mengatur dosis obat lain yang ada, perubahan yang mungkin tidak diinginkan. Karena itu, untuk pasien yang memerlukan minum lebih dari satu obat, banyak dokter untuk memilih untuk minum sediaan yang terpisah dari tiap obat sehingga bila dibutuhkan pengaturan dosis satu obat, dapat dikerjakan tanpa dosis obat lainnya secara bersamaan ikut diatur. Beberapa diantaranya dibicarakan secara singkat berikut ini (Ansel, 2005). 2.4
Jenis-jenis Eliksir lainnya
Eliksir Antihistamin
Antihistamin digunakan terutama dalam pengobatan simtomatis penyakit alergi tertentu. Kerjanya, menekan gejala–gejala yang ditimbulkan oleh histamin, suatu zat kimia yang dilepas selama proses reaksi antigenantibodi dari respon alergi. Walau hanya ada sedikit perbedaan dalam sifat– sifat hampir semua antihistamin, tetapi lewat pengalamannya menangani jenis–jenis khusus reaksi alergi, penulis resep mungkin memilih satu dari yang lainnya. Pemilihan juga mungkin berdasarkan pada insiden timbulnya efek yang tidak diinginkan, yang mungkin diduga terjadi (Ansel, 2005).
Eliksir Hipnotik Sedatif Barbiturat
Barbiturate adalah zat hipnotik sedative yuang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkatan penekanan system saraf pusat. Bila dosis ditingkatkan, efek berpindah dari sedasi ke hipnotik ke penekanan pernapasan, yang terakhir menimbulkan kematian krena kelebihan dosis barbital (Ansel, 2005).
6
Barbiturate diberikan dalam dosis kecil pada waktu siang hari sebagai sedasi untuk menurunkan ketegangan emosi dan kegelisahan. Dosis yang tepat untuk tujuan ini adalah jumlah yang menghilangkan kegelisahan dan ketegangan tetapi tidak menyebabkan engantuk atau kelesuan. Dosis yang lebih besar dapat diberikan dimalam hari sebagai hipnotik untuk mmenghilangkan insomnia (tidak bias tidur) (Ansel, 2005).
Eliksir Fenobarbital
Eliksir fenobarbital diformulasi mengandung fenobarbital 0,4% yang member 20 mg obat per sendok the eliksir. Eliksir umumnya diberi rasa dengan minyak jeruk, diwarnai merah dengan pewarna yang diakui FDA dan pemanis sirup. Eliksir resmi mengandung alcohol kurang lebih 14% yang digunakan untuk melarutkan fenobartbital. Akan tetapi, jumlah ini menunjukan jumlah yang hampir minimal yang dibutuhkan untuk menjaga fenobarbital tetap dalam bentuk larutan. Karena itu sering ditambahkan gliserin untuk meningkatkan kelarutan fenobarbital (Ansel, 2005). Fenobarbital adalah barbital kerja panjang dengan lama kerja kurang lebih 4-6 jam dan dosis lazim dewasa sebagai sedative kurang lebih 30 mg, dosis hipnotik kurang lebih 100 mg. Kekuatan eliksir memungkinkan pengaturan dosis yang tepat utuk mendapatkan derajat sedasi yang tepat pada pengobatan bayi, anak–anak dan pasien–pasien dewassa tertentu (Ansel, 2005).
Eliksir Sekobarbital
Eliksir ini mengandung kurang lebih sekobarbital 440 mg dalam setiap 100 ml eliksir. Sekobarbital adalah barbiturate kerja pendek yang terutama digunakan sebagai hipnotik yang diberikan malam hari. Efek farmakologi timbul dalam waktu pendek sesudah pemberian oral, biasanya diantara 15–30 menit, dan berakhir untuk masa yang agak pendek antara 2-4 jam. Masa kerja yang pendek membuat barbital ini sangat menarik dan memiliki keuntungan daripada barbiturate
kerja lama yang karena masa
kerjanya menghasilkan hang over barbiturate atau kelesuan sesudah tidur pada pagi hari berikutnya. Sebagai hipnotik, dosis lazim dewasa kurang
7
lebih 100 mg. kira–kira setengan dosis hipnotik untuk digunakan sebagai sedative (Ansel, 2005).
Eliksir Digoksin
Eliksir ini mengandung kurang lebih5 mg digoksin per 100 mL eliksir atau kurang lebih 0,25 mg per sendok teh. Dosis lazim dewasa dari digoksin sebagai obat kardiotonik kurang lebih 1,5 mg pada terapi awal dan kira–kira 0,5 mg terapi pemeliharaan (Ansel, 2005). Digoksin adalah glikosida yang didapat dari daun Digitalis lanata. Berbentuk bubuk Kristal putih yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alcohol encer. Eliksir resmi kira–kira megandung 10 % alcohol. Digoksin adalah obat yang sangat beracun, dan dosisnya harus ditentukan dengan hati–hati dan diberikan pada setiap penderita secara perseorangan. Orang dewasa umumnya memilh meminum tablet digoksin daripada eliksir, yang harus ditakar dengan sendok the rumah yang berbeda–beda. Eliksir umumnya digunakan pada praktek dokter anak, dan produk yang tersedia diperdagangkan untuk tujuan ini dikemas dengan penetes yang dikalibrasi untuk memudahkan pengukuran dosis yang tepat (Ansel, 2005). 2.5
Kelebihan Dan Kekurangan Eliksir •
Mudah ditelan dibandingkan dengan tablet atau kapsul.
•
Rasanya enak.
•
Larutan jernih dan tidak perlu dikocok lagi.
•
Alkohol kurang baik untuk kesehatan anak.
•
Mengandung bahan mudah menguap, sehingga harus disimpan dalam botol kedap dan jauh dari sumber api.
2.6
Kebaikan •
Mempunyai bau dan rasa sedap sehingga mudah diberikan kepada pasien, terutama bayi dan anak-anak
•
Takaran pemakaian mudah diatur
8
•
2.7
Sediaan stabil dalam penyimpanan
Keburukan •
Kandungan alcohol didalam elixir dapat menjadi stimulansia terhadap saluran cerna pasien terutama pada bayi dan anak-anak.
•
Etanol mudah menguap, sehingga kemasan jika tidak ditutup rapat maka mudah terjadi penghabluran.
Contoh: a. Panadol Elixir b. Parasetamol Elixir c. Batugin Elixir (Jas, 2004).
9
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
Alat •
Mortir dan stamfer
•
Sudip
•
Spatula
•
Timbangan
•
Gelas arloji
•
Cawan porselen
•
Kertas perkamen
•
3.2
Beaker glass
•
Anak timbangan
•
Gelas ukur
•
Pipet tetes
•
Botol 60 ml
Bahan •
Parasetamol
•
Gliserol
•
Propilen glikol
•
Sorbitol solutio 70%
•
Aethanolum
•
Ol. citri 10
Akuades
•
3.3
Formula
R/
Parasetamol
120 mg
Glyceril
2,5 ml
Propilen glikol
500µl
Sorbitol solutio 70% 1,25 ml Aethanolum
500µl
Ol.Citri
q.s
Akuades
ad
5ml
m.f.eliksir 60 cc # Pro : Zulfan
3.4
3.5
Penimbangan •
Parasetamol
: 60/5 x 120 mg = 1440 mg
•
Glyceril
: 60/5 x 2,5 ml x 1,249 = 37,47 g
•
Propilen glikol
: 60/5 x 0,5 ml x 1,036 = 6,216 g
•
Sorbitol solutio 70% : 60/5 x 1,25 ml x 1,28 = 19,2 g
•
Aethanolum
: 60/5 x 0,5 ml = 6 ml
Prosedur
a. Pembuatan •
Dikalibrasi botol terlebih dahulu
•
Ditimbang semua bahan
11
Digerus parasetamol di dalam lumpang lalu tambahakan alkohol dan
•
glyceril sambil terus di gerus secara perlahan-lahan Di tambahkan propilen glikol dan sorbitol, gerus sampai didapat masa
•
jernih •
Dicukupkan volumenya dengan akuades sampai 60 ml
•
Ditambahkan ol citri sebanyak 2 tetes
•
Di cek pH larutan dengan indikator universal sampai diperoleh pH 6
•
Dipindahkan larutan kedalam beaker glass lalu ditutup, diamati sampai besok perubahan kejernihan larutan eliksir BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sediaan eliksir parasetamol dengan larutan jernih dan aroma jeruk, gambar sediaan dapat dilihat dilampiran. Rasa dari sediaan eliksir parasetamol ini adalah jeruk dengan sensasi dingin. Rasa jeruk dikarenakan penambahan oleum citrii dan sensasi dingin diperoleh dari penambahan etanol pada sediaan ini. Selain itu, uji yang dilakukan adalah uji pH dan kejernihan. pH yang diperoleh dari sediaan adalah 6. Dari uji kejernihan didapat sediaan larutan yang jernih.
4.3
Pembahasan
Dalam percobaan ini dilakukan pembuatan sediaan eliksir dengan cara parasetamol dilarutkan ke dalam etanol kemudian ditambahkan bahan lainnya dan dimasukan ke dalam botol. Dari hasil pengamatan yang didapat, terlihat bahwa percobaan tersebut memberikan hasil yang maksimal dengan parasetamol yang terlarut dengan sempurna. Hal ini dapat dilihat dari kejernihan sediaan eliksir yang dibuat. Hal ini dapat disebabkan karena parasetamol larut dalam 70 bagian air, dan dalam 7 bagian etanol (95%), yang berarti bahwa 1 g parasetamol larut dalam 70 ml air dan 1 g parasetamol larut dalam 7 ml etanol, sehingga parasetamol yang dilarutkan dalam etanol, parasetamol akan lebih cepat larut. Disini etanol berfungsi mempertinggi kelarutan obat pada eliksir dapat pula 12
ditambahkan gliserol, sorbitol atau propilenglikol. Sedangkan untuk pengganti gula bisa digunakan sirup gula (Lahman,1994). Dilakukan evaluasi terhadap eliksir yang mencakup evaluasi kejernihan dan pH. Dari hasil pengamatan Uji kejernihan dilakukan dengan menggunakan alat dan didapat bahwa eliksir jernih dimana larutan transparan. Uji pH yang didapat dari sediaan adalah 6. pH ini memenuhi syarat berdasarkan USP yaitu antara 3,8-6,1. Pengontrolan pH sangat penting karena untuk meningkatkan kelarutan zat aktif. Profil laju katalis asam spesifik dengan stabilitas maksimumnya pada jarak pH 5-7 (Connors, et, al., 1986). BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan -
Pembuatan sediaan eliksir dilakukan dengan cara melarutkan bahan-bahan larut air dengan air dan bahan larut alkohol dengan alkohol. Kemudian campurkan kedua larutan tersebut dengan cara menambahkan larutan air ke larutan alkohol, Setelah itu tambahkan sisa pelarut sampai jumlah tertentu.
-
Uji kejernihan dilakukan dengan menggunakan alat dan didapat bahwa eliksir jernih dimana larutan transparan. Dan uji pH yang didapat dari sediaan adalah 6. Pengontrolan pH sangat penting karena untuk meningkatkan kelarutan zat aktif.
5.2 Saran -
Perlu ditambahkan bahan tambahan lain seperti Zat pewangi, Zat pewarna dan Zat pengawet.
-
Diharapkan pada saat melarutkan zat berkhasiat harus benar-benar larut, agar sediaan yang dihasilkan baik dan memenuhi syarat.
13
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. (1986). Ilmu Farmasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal. 126-136
Anief, M. (2000). Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 95-131
Ansel, H.C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi . Edisi keempat. Jakarta: Universitas Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia Edisi 3. Jakarta: Depkes RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV . Jakarta: Depkes RI.
Jas, Admar. (2004). Perihal Obat dan Berbagai Sediaannya. Medan: USU Press.
Syamsuni. (2007). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Hal.24-28
14
LAMPIRAN
15