LABORATORIUM K3KL LAPORAN HASIL PRAKTIKUM PENCAHAYAAN
“
DISUSUN OLEH
Arinka Ramadhanty
10011381419170 10011381419170
Gananda Prajadiva
10011381419174 10011381419174
Restia Elfa Safitri
10011381419180 10011381419180
Mariam Sri Tania
10011381419181 10011381419181
Nadya Ulfa
10011381419188 10011381419188
Meilinda Ariyana
10011381419218 10011381419218
Friesty Fadilla
10011381419224 10011381419224
Aprilia Regina
10011381419149 10011381419149
KELAS A
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2017
”
I.
TUJUAN 1. Untuk mengetahui bagaimana cara kerja dan cara pengukuran alat
pengukur pencahayaan. 2. Untuk mengetahui intensitas pencahayaan di suatu tempat, dalam hal ini di ruang kelas B2.05 Fakultas Kesehatan Masyarakat lantai 2, Universitas Sriwijaya. 3. Untuk dapat menganalisa data hasil pengukuran pencahayaan ruang kelas B2.05 Fakultas Kesehatan Masyarakat. II.
TEORI 2.1. Definisi Cahaya
Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh cahaya mata dan dapat memungkinkan untuk membeda-bedakan warnawarni (Haryanto, 2007). 2.1.1. Penerangan (Pencahayaan)
Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif (Kepmenkes, 2002). Pencahayaan didefinisikan sebagai jumlah cahaya yang jatuh pada permukaan. Satuannya adalah lux (1 lm/m 2), dimana lm adalah lumens atau lux cahaya. Salah satu faktor penting dari lingkkungan kerja yang dapat memberikan kepuasan dan produktivitas adalah adanya penerangan yang baik. Penerangan merupakan salah satu faktor keselamatan dalam lingkungan fisik pekerja (Sutaryono, 2002). Pencahayaan yang baik adalah pencahayaan yang memungkinkan tenaga kerja melihat pekerjaan dengan teliti, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu serta membantu menciptakan lingkungan kerja yang nikmat dan menyenangkan (Rasjid, dkk. 1989).\
2.2. Kesilauan
Kesilauan penglihatan
yang
adalah
brightness
menyebabkan
yang
rasa
berada
dalam
ketidaknyamanan,
lapangan gangguan
(annoyance),kelelahan mata atau gangguan penglihatan (Suma’mur, 1996).Menurut
jenis-jenisnya
kesilauan
yang
dapat
menyebabkan
gangguan pengelihatan dibedakan menjadi tiga yaitu: 1) Dissability Penyebab kesilauan ini adalah terlalu banyaknya cahaya secara langsung masuk ke dalam mata dari penglihatan. Dissability glare mempengaruhi seseorang untuk dapat melihat dengan jelas. Keadaan ini dapat dialami oleh seseorang yang mengendarai mobil pada malam hari dimana lampu dari mobil yang berada dihadapannya terlalu terang. 2) Discomfort Kesilauan ini sering menimbulkan rasa ketidaknyamanan pada mata, terutama bila keadaan ini berlangsung dalam waktu yang cukuplama. Kesilauan ini sering dialami oleh mereka yang bekerja pada siang hari dan menghadap ke jendela atau pada saat seseorang menatap lampu secara langsung pada malam hari. Efek kesilauan ini pada mata tergantung dari lamanya seseorang terpapar oleh kesilauan te rsebut. 3) Reflected Reflected glare adalah kesilauan yang disebabkan oleh pantulan cahaya yang mengenai mata kita, dan pantulan cahaya ini berasal darisemua permukaan benda yang mengkilap (langit-langit, kaca, dinding, meja kerja, mesin-mesin, dan lain-lain) yang berada dalam lapangan penglihatan (visual field). Reflected kadang-kadang lebih menganggu daripada disability glareatau discomfort glare karena terlalu dekatnya letak sumber kesilauan dan garis penglihatan.
2.3. Standar Pencahayaan Ruangan
Setiap ruangan tentu memerlukan cahaya untuk menunjang kegiatan sehari-hari.Untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dengan fungsi ruangan tersebut, maka diperlukan sistem pencahayaan yang tepat
sesuai. Sistem pencahayaan di ruangandapat dibedakan menjadi 5 jenis yaitu: a. Pencahayaan Langsung (direct lighting) Pada sistem pencahayaan ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang perlu diterangi.pencahayaan ini sangat efektif dalam mengatur pencahayaan. kelemahan dari sistem pencahayaan ini adalah jika lampu yang digunakan tidak tepat, dapat menimbulkan kesilauan yang mengganggu. Pencahayaan ini sangat bagus untuk objek dengan warna yang terang. b. Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting) Pada sistem pencahayaan ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu diterangi, sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding.Dengan sistem ini kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi.Diketahui bahwa langit-langit dan dinding yang diplester putih memiliki effiesiean pemantulan 90%, sedangkan apabila dicat putih effisien pemantulan antara 5-90%. c. Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting) Pada sistem pencahayaan ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu disinari, sisanya dipantulka ke langit-langit dan dinding.Dalam pencahayaan sistem ini termasuk sistem direct-indirect. d. Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting) Pada sistem pencahayaan ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas, sisanya diarahkan ke bagian bawah.Untuk hasil yang optimal disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian serta dirawat dengan baik. e. Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting) Pada sistem pencahayan ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan.Agar seluruh langit-langit dapat menjadi sumber cahaya. Keuntungannya adalah tidak menimbulkan bayangan dan
kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi effisien cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja.
2.4. Sumber Penerangan (Pencahayaan)
Menurut Siswanto (1993), ada dua sumber pencahayaan yaitu : a. Penerangan alami Berasal dari penerangan alami berasal dari sinar alami pada waktu siang hari untuk keadaan selama 12 jam dalam sehari, untuk mendapatkan cahaya matahari harus memperhatikan letak jendela dan lebar jendela. Luas jendela untuk penerangan alam sekitar 20% luas lantai ruangan. Penerangan alami dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : musim, waktu, jam, jauh dekatnya gedung yang bersebelahan, dan luas jalan masuk penerangan alami. b. Penerangan buatan Sumber penerangan buatan berasal dari lampu buatan seperti listrik, gas, atau minyak. Pencahayaan buatan dari suatu tempat kerja bertujuan menunjang dan melengkapi pencahayaan alami, sehingga tercipta suatu ruangan kerja yang menyenangkan dan terasa nyaman.
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pencahayaan
Menurut
Roger
L.
Brauer
(1990),
faktor-faktor
yang
dapat
mempengaruhi kualitas pencahayaan antara lain: a. Sifat cahaya Sifat cahaya ditentukan oleh dua hal, yaitu kuantitas atau banyaknya cahaya yang jatuh pada suatu permukaan yang menyebabkan terangnya permukaan tersebut dan kualitas atau sifatcahaya yang menyangkut warna, arah cahaya dan difusi cahaya serta jenis dan tingkat kesilauan. 1) Kuantitas cahaya Kuantitas pencahayaan bergantung pda jenis pekerjaan yang akan dilakukan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pencahayaan
yang baik akan memberikan kemudahan dalam menyelesaikan tugas-tugas pekerja. Intesitas cahaya yang dibutuhkan tergantung dari tingkat ketelitian, bagian yang diamati, warna obyek, kemempuan untuk memantulkan cahaya dan tingkat kecerahan. Untuk melihat suatu benda yang berwarna gelap serta kontras antara obyek dan sekitarnya buruk, maka membutuhkan intesitas cahaya yang tinggi. Sedangkan untuk melihat obyek atau benda yang berwarna cerah serta kontras antara obyek dan sekitarnya cukup baik, maka intesitass cahaya yang dibutuhkan tidak terlalu tinggi. 2) Kualitas cahaya Adapun
kualitas
pencahayaan
dipengaruhi
oleh
lingkungan
penglihatan di antaranya kesilauan ( glare), penyebaran cahaya, arah cahaya, warna, kecerlangan (brightness) yang akan memberikan efek pada kemampuan untuk melihat dengan mudah dan teliti. Sumber-sumber cahaya yang cukup jumlahnya sangat berguna dalam mengatur pencahayaan secara baik. Pencahayaan dengan berbagai
lampu
misalnya
sangat
tepat
bagi
pekerja
yang
menggambarkan di atas permukaan mata, sedangkan pencahayaan satu arah digunakan untuk mengerjakan bagian-bagian kecil. Pengelolaan dari kalitas cahaya yang rendah akan menimbulkan ketidaknyamanan dan kecelakaan kerja, misalnya glare dapat menyebabkan
kelelahan
(fatigur),
kehilangan
efektivitasn
penglihatan dan mengurangi produktivitas.
b. Sifat lingkungan Sifat lingkungan ditentukan oleh derajat terang (brightness), nilai pantulan
(reflectance
value)
serta
distribusi
cahaya
(lighting
distribution). Menurut Ching (1987) juga mengatakan bahwa ketinggian dan kualitas permukaan langit-langit akan mempengaruhi derajat cahaya di dalam ruang.
1)
Derajat terang Kemampuan seseorang untuk dapat melihat obyek dengan jelas bergantung pada perbedaan derajat terang obyek tersebut. Mata berfungsi secara optimal apabila derajat teranngn dalam daerah penglihatan kia relatif sama.
2) Nilai pantulan Nilai pantulan adalah perbandingan antara sumber cahaya datang dengan cahaya yang dipantulkan. Nilai pantulan bergantung pada jenis
permukaan
pantul,
warna
dan
kemampuan
untuk
memantulkan cahaya dari dinding-dinding, langit-langit, lantai, dan peralatan kerja akan menentukan pola derajat terang. Dindingdinding, lantai dan langit-langit yang ber warna gelap dapat menurunkan efektivitas dari instalasi penerangan sebanyak 50%. 3)
Distribusi cahaya (lighting distribution) Distribusi cahaya merupakan unit penyabaran yang tterdiri dari lampu dan peralatan untuk mendistribusikan serta mengendalikan cahaya.
Perlatan
penerangan
perlu
dipasang
berdasarkan
karakteristik distribusi cahaya yang dikehendaki.
2.6 Lux Meter
Lux meter juga dikenal sebagai lightmeter. Ia adalah alat untuk mengukur intensitas cahaya (selain fotometer). Peralatan ini terdiri dari sebuah sensor cahaya dari bahan foto sel dan layar. Fungsi dari alat ini untuk mengukur tingkat pencahayaan dalam dalam satuan candela pada suatu tempat. Intensitas cahaya diukur untuk menentukan tingkat pencahayaan di suatu tempat. Semaiki jauh dari sumber caha ya maka akan semakin kecil intensitasnya. Lux meter sekarang sudah ada versi digital. Anda tinggal meletakkan sensornya dan otomatis ia akan menampilkan besarnya intensitas cahaya pada layar digital yang ada.
Prinsip kerjanya, ia mengubah energi dari foton cahaya menjadi elektron. Cahaya yang mengenai sel foto dioda akan ditangkap sebagai energi yang diubah sel foto arus listrik. Semakin besar intensitas cahaya yang ditangkap akan semakin besar arus listrik yang dihasilkan.
III.
ALAT UKUR
Lux meter
IV.
CARA KERJA Menentukan titik pengukuran
1. Melakukan pengukuran umum, yaitu dengan membagi ruangan menjadi beberapa titik yang diukur dengan jarak 1 meter dari lantai serta 1 meter dari dinding. 2. Melakukan pengukuran local, yaitu diatas meja kerja. Mengukur penenrangan umum
1. Membagi ruangan menjadi beberapa titik yang diukur dengan jarak antar titik sekitar 1 meter. 2. Melakukan pengukuran dengan tinggi lux meter kurang lebih 100 cm diatas lantai dan posisi photo cell menghadap sumber cahaya. 3. Membaca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat sehingga didapat nilai angka yang stabil. 4. Mencatat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan. Mengukur penerangan local
1. Mengukur pencahayaan pada obyek kerja. 2. Melakukan pengukuran dengan meletakan lux meter pada obyek kerja. 3. Membaca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat sehingga didapat nilai angka yang stabil. 4. Mencatat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan.
V.
HASIL PENGUKURAN
Berdasarkan pengukuran cahaya dengan lux meter yang dilakukan pada : Hari
: Rabu
Tanggal
: 30 agustus 2017
Waktu
: 13.00 WIB
Tempat
: Ruang kelas B2.05 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Alat
: Lux meter
1. Pencahayaan Umum (Kondisi Lampu Menyala) No Lokasi Pengukuran 1 Titik 1
Intensitas Cahaya (lux) 398,5 372,1 383,7 = 384,76 321,4 318,3 320,1 = 319,93 93,6 95,2 97,3 = 95,36
Keterangan Pencahayaan umum
2
Titik 2
3
Titik 3
4
Titik 4
121,9 120,8 120,4 = 121,03
Pencahayaan umum
5
Titik 5
133,6 133,4 133,3 = 133,43
Pencahayaan umum
Total
Pencahayaan umum
Pencahayaan umum
Pencahayaan umum
2. Pencahayaan Lokal (Kondisi Lampu Menyala) No 1
VI.
Lokasi pengukuran Di Depan laptop
Intensitas Cahaya(lux) 136,1 135,2 136,8 = 136,03
Keterangan Pencahayaan Lokal
ANALISIS HASIL
Tabel hasil pengukuran di atas merupakan hasil pengukuran cahaya di 6 titik dalam ruangan B2.05 yang terletak di lantai II gedung perkuliahan FKM UNSRI. Hasil pengukuran sebanyak 3x di 6 titik pengukuran yang kemudian di rata-rata kan sebagai hasil pengukuran pencahayaan di setiap titik lokasi sesuai denah. Pengukuran dilakukan pada siang hari dan dalam keadaan lampu ruangan menyala. Dari tabel hasil pengukuran menujukkan rata-rata tiap titik lokasi adalah sebagai berikut:
Titik 1 = 384,76
Titik 2 = 319,93
Titik 3 = 95,36
Titik 4 = 121,03
Titik 5 = 133,43
Titik 6 = 136,03 Pengukuran umum dilakukan pada 5 titik saat kondisi lampu menyala
hasil pengukuran 95-384,76
lux dengan rata-rata 210,90 lux . Ruang
kelas yang menggunakan media LCD, pencahayaan umum yang disarankan adalah 250-300 lux dan hasil pengukuran umum tersebut belum memenuhi batas minimum pencahayaan di ruang kerja yaitu 250300 lux. Pengukuran lokal dilakukan pada satu titik saja pada titik 6 namun dilakukan pengukuran ulang sebanyak 3x, dimana pengukuran lokal dilakuan di antara laptop dan posisi laptop diletakkan di atas meja dosen
dengan kondisi ruangan lampu nyala. Hasil pengukuranya yaitu 136,03 lux. Tingkat penerangan pada tempat-tempat kerja dengan komputer
berkisar antara 300-700 lux dan hasil pengukuran local tersebut belum memenuhi batas minimum pencahayaan pada tempat-tempat kerja dengan komputer (laptop) yaitu 300-700 lux. Dari hasil pengukuran yang didapatkan, pengukuran umum dan lokal, belum memenuhi batas minimum pencahayaan di ruang kelas, hal tersebut di karenakan adanya salah satu titik ruangan yang tidak terpasang lampunya. Faktor lain yang dapat menyebabkan pencahayaan pada laboraturium tersebut kurang terang adalah adanya kemungkinan debu atau kotoran bola lampu atau bola lampu sudah terlalu lama digunakan. Selain itu terdapat kemungkinan ruangan tidak terlalu terang pada siang hari karena di luar ruangan terdapat pohon yang cukup besar sehingga menghalangi cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan. Menurut Darmasetiawan dan Puspakesuma (1991: 20) dan Bean (2004: 193), lampu yang dipakai dalam ruang kelas sebaiknya lampu dengan warna cahaya putih netral yang cahayanya dapat menyatu dengan baik dengan cahaya
alami, karenanya disarankan lampu dengan
temperatursekitar 4000 K. Jenis lampu yang disarankan untuk ruang kelas dengan tinggi sampai dengan 3 m.[menurut Neufert (1984) sesuai DIN 5053 (Darmasetiawan dan Puspakesuma, 1991: 41), adalah lampu TL standar, lampu TL U,HQI kurang dari 250 W, dan HQI 250 W].
VII.
KESIMPULAN
Dari pengukuran pencahayan di ruang kelas b2.05 lantai II gedung perkulihan FKM UNSRI,dapat disumpulkan berikut: 1. Pengukuran pecahayaan umum saat kondisi menyala belum memenuhi batas minimum pencahayaan di ruang Ruang kelas yang menggunakan media LCD, pencahayaan umum yang disarankan adalah 250-300 lux. 2. Pengukuran pecahayaan local di antar laptop yang terletak di atas meja dosen saat kondisi menyala belum memenuhi batas minimum
pencahayaan pada tempat-tempat kerja dengan komputer berkisar antara 300-700 lux.
SARAN 1. Bagi pengukur konsentrasi, ketelitian dan kesungguhan dalam mengukur perlu ditingkatkan agar hasil lebih akurat. 2. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan secara berkala terhadap alat penerangan yang ada seperti membersihkan debu atau kotoran pada bola lampu atau bola lampu yang sudah lama sehingga mengurangi intensitas penerangan segera diperbaiki atau diganti.
VIII.
LAMPIRAN
Layout Pengukuran Umum 3
4
5
1
Keterangan : Kelas B2.05
Pengukuran Umum
2
Pintu masuk
Pengukuran Lokal
Alat Lux Meter