LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI SEL MENGAMATI SEL EPITHELIUM PIPI MANUSIA
Nama Dosen : drh. Bhintarti S. Hastari, M.Biomed Tanggal Praktikum : 3 Mei 2012
Disusun Oleh :
Aldha Rizki Utami
1111095000002 1111095000002
Nurkholis Abellian Pristi
1111095000013 1111095000013
Nabila Priska Mira Dewinta
1111095000014 1111095000014
Citra Kenanga
1111095000031 1111095000031
Putri Sintya Dewi
1111095000036 1111095000036
PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2012 BAB I
PENDAHULUAN DAN TUJUAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bahan ajar ini disusun untuk memenuhi kebutuhan akan bahan bahan kuliah yang mempelajari struktur jaringan tubuh dalam setiap organ tubuh. Untuk mempelajarinya diperlukan pengetahuan mendasar tentang jenis-jenis jaringan yang ada dalam tubuh.Khususnya jaringan epitel. Dalam jarigan, pada umumnya ditemukan 3 komponen dasar yang menyusunnya, yaitu
a. Sel merupakan komponen yang bersifat hidup dalam jaringan dan merupakan unit struktural dan fungsional yang terkecil dari organisme.
b. Substansi interseluler merupakan komponen yang bersifat tidak hidup dan sebagai hasil produksi sel. Substansi ini terdapat di antara sel-sel dalam jaringan. Bentuk fisiknya dapat sebagai substansi dasar, karena tidak terbentuk dan dalam keadaan setengah padat. Juga dapat sebagai sebagai serabut.
c. Cairan (matriks) merupakan komponen yang menonjol dalam plasma darah, cairan limfa, cairan jaringan dan sebagainya.
d. Substansi intraseluler merupakan bahan antara sel-sel yang bersifat khas dan merupakan penunjang bagi sel dalam jaringan.
1. Tinjauan Teori
2.a Pengertian Jaringan
Jaringan adalah sekumpulan sel-sel yang mirip dan merupakan substansi yanga dibutuhkan.Sel yang khusus dan matriks ekstraseluler yang mengelilinginya membentuk tipe jaringan yang berbeda pada tingkat kumpulan jaringan. Klasifikasi dari tipe jaringan berdasarkan
struktur sel, komposisi nonseluler yang berada di sekitarnya, yang disebut matriks ekstraseluler dan fungsi dari sel tersebut. Terdapat empat tipe jaringan yang pokok termasuk, semua jaringan dan dari mana organ terbentuk, yaitu a. Jaringan epitel b. Jaringan penghubung c. Jaringan otot d. Jaringan syaraf Jaringan pada tubuh bersifat saling bergantung antara satu sama lain. Sebagai contoh, jaringan tulang yang baru tidak dapat dibentuk kecuali jaringan epitel telah menyerap kalsium dan nutrisi lain dari jaringan pencernaan. Histologi adalah bidang studi khusus yang mempelajari tentang
jaringan.Banyak informasi tentang kesehatan seseorang dapat didapat dengan mempelajari jaringan. Biopsi adalah proses pengambilan sampel
jaringan
dari
seseorang
secara
bedah
atau
dengan
menggunakan jarum ynatuk kepentingan diagnosa. Melakukan penelitian pada jaringan dengan ragam kelainan dapat membedakan penyakit secara spesifik. Autopsi adalah penelitian dari organ dari mayat untuk menentukan penyebab kematian atau studi tentang perubahan yang terjadi karena penyakit.Penelitian mikroskopis merupakan bagian dari autopsi.
Jaringan epitel dan jaringan penghubung adalah jaringan yang paling beragam dari segi bentuk.Klasifikasi tipe jaringan epitel dan jaringan penghubung berdasarkan struktur sel, berupa, ukuran sel, hubungan antar sel, dan materi penyusun matriks ekstraseluler.
2.bJaringan Epitel Jaringan epitel terdiri dari kumpulan sel-sel yang sangat rapat susunannya sehingga membentuk suatu lembaran, maka disebut sebagai membran epitel atau disingkat sebagai epitel saja untuk membedakan dengan epitel kelenjar.Adhesi diantara sel-sel ini sangat kuat, membentuk lembaran sel yang menutupi permukaan tubuh dan membatasi atau melapisi rongga-rongga tubuh.Jaringan epitel tidak memiliki substansi interseluler dan cairannya sangat sedikit.
2.b.i Istilah Epitel
Istilah epithelium berasal dari kata epi yang berarti upon atau di atas dan thele yang berarti punting.Penggunaan istilah epitel meluas untuk semua bentuk lapisan yang terdiri atas lembaran sel-sel (cellular membrane) baik yang bersifat tembus cahaya ataupun yang tidak.Dengan berkembangnya pemakaian mikroskop, maka istilah epitel tidak terbatas pada kumpulan sel yang membentuk membran yang menutupi, tetapi juga digunakan untuk kelenjar.Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian embriologis yang menyimpulkan bahwa sel-sel epitel pada permukaan tumbuh ke dalam jaringan pengikat di bawahnya dan berkembang menjadi kelenjar.
2.b.ii Pengelompokkan Epitel
Epitel dalam arti luas dikelompokan menjadi :
a. Jaringan yang sel-selnya tersusun dalam lapisan yang menutupi permukaan luar atau melapisi rongga di dalam tubuh yang dinamakan epitel permukaan, mereka dapat digolongkan sesuai jumlah lapisan sel dan morfologi sel pada lapisan permukaan. b. Jaringan epitel yang tumbuh ke dalam jaringan pengikat menjadi epitel kelenjar, jaringan epitel kelenjar meliputi sel-sel dengan fungsi khusus menghasilkan cairan sekresi yang komposisinya berbeda dari darah atau cairan interseluler. Proses ini biasanya disertai proses makromolekul intraseluler. Persenyawaan ini biasanya ditampung di dalam sel dalam vesikel-vesikel kecil bermembran yang disebut granula sekresi.
2.b.iii Asal Epitel
Epitel dapat berkembang dari ketiga lapis embrional.Epitel yang melapisi kulit, mulut, hidung, dan anus berasal dari ektoderm.Pelapis sistem pernapasan, saluran cerna, dan kelenjar dari saluran cerna (misalnya, pancreas dan hati) berasal dari endoderm.Epitel lainnya (misalnya, endotel pelapis pembuluh darah) berasal dari mesoderm. Pada umumnya mesoderm ini akan menjadi jaringan pengikat atau otot. Epitel yang berbentuk membran dan berasal dari mesoderm ada dua macam yaitu
a. Endothelium Endotel merupakan susunan sel-sel yang membatasi permukaan dalam pembuluh darah, jantung dan pembuluh limfe.
b. Mesothelium Mesotel merupakan susunan sel-sel yang membatasi rongga tubuh yang besar yang menutupi beberapa organ tertentu seperti yang melapisi peritoneum, pleura, dan pericardium.
2.b.iv Fungsi Umum Jaringan Epitel
Fungsi umum membran epitel :
1. Proteksi Sebagai pelindung untuk melapisi permukaan dalam dan luar tubuh.
2. Absorbsi Epitel yang membatasi permukaan dalam usus selain berfungsi sebagai pelindung juga berperan dalam proses penyerapan hasil-hasil pencernaan makanan.
3. Lubrikasi Sebagian besar saluran-saluran dalam tubuh permukaannya harus tetap basah, sehingga epitel yang menutupi harus mampu menghasilkan cairan tertentu, misalnya epitel yang melapisi vagina.
4. Sekretori Dalam hal ini epitel tersebut bertindak sebagai kelenjar.
2.b.v Klasifikasi Jaringan Epitel
Jaringan epitel diklasifikasikan menurut banyaknya lapisan pada sel dan bentuk dari sel tersebut. Ada tiga klasifikasi utama sel epitel, yaitu,
a. Epitel Selapis terdiri dari satu lapis sel dengan tiap sel yang luas dari membran dasar sampai permukaan bebas. b. Epitel Berlapis terdiri dari lebih dari satu lapisan sel. Namun pada lapisan basal sel menempel lapisan terdalam pada membran dasar.
c. Epitel Berlapis Berkolom Semu merupakan tipe yang khusus dari epitel sederhana. Kata semu berarti bahwa sel epitel terlihat seperti berlapis namun ternyata tidak. Sel ini terdiri dari satu lapis sel dengan sel-sel yang menempel pada membran dasar.
I.
Bentuk Sel Epitel
Sel-sel epitel dalam keadaan hidup dapat berubah bentuknya untuk mengikuti perubahan permukaan yang ditutupinya. Kalau permukaannya mengkerut, bentuk sel-sel epitelnya menjadi lebih tinggi dan sebaliknya kalau permukaannya meluas, bentuk sel-sel akan lebih rendah.
Pada umumnya dibedakan adanya 3 macam bentuk sel epitel yaitu :
1. Sel gepeng
Bentuknya seperti sisik ikan maka disebut squamous cell.Pada potongan tegak lurus permukaan epitel tampak bentuk sel yang memanjang dengan bagian tengahnya yang berisi inti lebih menebal.Apabila dilihat dari permukaan epitel, sel-selnya tampak berbentuk poligonal.
2. Sel kuboid
Sel kuboid mempunyai ukuran tebal dan panjang yang sama sehingga tampak sebagai bujur sangkar. Dari permukaan epitel, bentuk selnya tampak poligonal.
3. Sel silindris
Sel silindris mempunyai ukuran tinggi yang melebihi ukuran lebarnya.Dari permukaan epitel, bentuk selnya poligonal.Biasanya inti yang berbentuk oval agak ke basal.
Berdasarkan susunan sel-sel yang membentuk epitel, dibedakan menjadi :
1. Epitel gepeng selapis (Epithelium squamous simplex, simple squamous epithelium) 2. Epitel kuboid selapis (Epithelium cuboideum simplex, simple cuboidal epithelium). 3. Epitel silindris selapis (Epithelium cilindricum simplex, simple columnar epithelium). 4. Epitel gepeng berlapis (Epithelium squmosum complex, stratified squamos epithelium). 5. Epitel silindris berlapis (Epithelium cilindricum complex, stratified columnar epithelium). 6. Epitel cuboid berlapis (Epithelium cuboideum complex ). 7. Epitel silindris bertingkat (Epithelium cilindricum pseudocomplex, epitel silindris berlapis semu). 8. Epitel transisional (Transisional epithelium
II.
Sel Epitel Pipi Sel epitel yang terdapat pada pipi adalah jenis sel Epitel gepeng berlapis
(Epithelium
squmosum
complex,
stratified
squamos
epithelium).Epitel ini lebih tebal dari epitel selapis. Bentuk gepeng pada sel epitel ini hanyalah sel-sel yang terletak pada lapisan permukaan, sedangkan sel-sel yang terletak lebih dalam bentuknya berubah.Sel-sel yang terletak paling basal berbentuk kuboid atau silindris melekat pada membrana basalis.Di atas sel-sel silindris ini terdapat lapisan sel yang berbentuk polihedral yang makin mendekati permukaan makin memipih. Epitel ini cocok untuk fungsi proteksi, tetapi kurang cocok untuk fungsi sekresi.Jika pada permukaan epitel gepeng berlapis terdapat cairan, maka cairan tersebut bukan berasal dari epitel melainkan berasal dari kelenjar yang terdapat di bawah epitel.
Epitel jenis ini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
a.
Epitel gepeng berlapis tanpa keratin
Epitel jenis ini terdapat pada permukaan basah, misalnya pada cavum oris, oesophagus, cornea, conjunctiva, vagina, dan urethra feminine.
b. Epitel gepeng berlapis berkeratin
Struktur jenis ini mirip dengan epitel gepeng berlapis tanpa keratin, tetapi terdapat perubahan pada sel-sel permukaannya yang menjadi suatu l apisan yang mati dan tidak jelas lagi batas-batas selnya.Lapisan permukaan tersebut dinamakan lapisan keratin.Jenis epitel ini dapat ditemukan pada epidermis kulit.
Lapisan-lapisan sel pada epidermis kulit adalah sebagai berikut :
a. Stratum basale Merupakan selapis sel berbentuk silindris pendek yang terletak pada lapisan paling bawah.Dalam sitoplasmanya terdapat butir-butir pigmen melanin. b. Stratum spinosum Lapisan ini terdiri dari beberapa lapis sel yang berbentuk polihedral.Pada pengamatan dengan menggunakan mikroskop cahaya terlihat seakan-akan sel-selnya berduri (spina) yang sebenarnya disebabkan adanya bangunan yang disebut desmosome.Adanya desmosome menyebabkan eratnya hubungan antar sel. c. Stratum granulosum Lapisan ini terdiri dari 2-4 lapis sel yang berbentuk belah ketupat dengan sumbu panjangnya sejajar permukaan.Di dalam selnya terdapat butir -butir keratohialin, oleh karena mulai lapisan ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis.
d. Stratum lucidum Lapisan ini terkadang tidak jelas karena tampak sebagai garis jernih yang homogen.Sebenarnya lapisan ini terdiri atas sel-sel tidak berinti yang telah mati dan mengandung zat eleidin dalam sitoplasmanya. e. Stratum corneum Merupakan lapisan teratas dari epidermis.Pada lapisan ini zat eleidin telah berubah menjadi keratin.Bagian terluar dari lapisan ini, terdapat bagianbagian epidermis yang dilepaskan sehingga merupakan lapisan tersendiri yang disebut dengan Stratum disjunctum.
BAB III MATERI DAN METODE
1. Alat Dan Bahan
a) Alat :
-
Mikroskop cahaya
-
Kaca benda (kaca preparat)
-
Kaca penutup (kaca penutup)
-
Tusuk Gigi
b) Bahan : -
-
Metilen Blue Alkohol 70 %
2. Prosedur Kerja
Disediakan kaca objek yang bersih.
Dibersihkan tusuk gigi dengan alkohol 70%.
Dengan menggunakan tusuk gigi, dikorek secara perlahan lapisan permukaan dinding bagian dalam mulut sampai epitelium terbawa pada ujung tusuk gigi.
Diletakkan hasil korekan tadi di atas gelas benda dan ratakan.
Ditetesi dengan larutan metilen blue pada kaca objek yaitu di atas sel epitelium hasil korekan.
Ditutup dengan kaca penutup yang bersih.
Dilakukan fiksasi preparat, kemudian diamati dibawah mi kroskop cahaya.
Didokumentasikan dengan foto dan diberi keterangan dari bagianbagian sel tersebut.
BAB IV HASIL PRAKTIKUM
NO.
SAMPEL
1
KETERANGAN Sel
mukosa
pipi
sampel 1 perbesaran 4 X 10. Organel dan nukleus
pada
sel
belum tampak.
Sumber : Lab Biodas UIN SyaHid Jakarta Sel
mukosa
pipi
sampel 1 perbesaran 10 X 10. Organel dan nukleus
pada
belum tampak.
Sel mukosa pipi Sumber : Lab Biodas UIN SyaHid Jakarta
sel
Sel
mukosa
pipi
sampel 1 perbesaran 40 X 10. Organel di dalam
sel
tidak
terlihat. Sudah terlihat inti
sel/
nukleus,
sitplasma
dan
membran sel. Sitoplasma
membran sel Inti sel
Sumber : Lab Biodas UIN SyaHid Jakarta Sel
mukosa
pipi
sampel 1 perbesaran 100 X 10. Terlihat jelas
nukleusnya,
sitoplasma
dan
membran selnya.
Membran sel
sitoplasma Inti sel
Sumber : Lab Biodas UIN SyaHid Jakarta 2
Sel
mukosa
pipi
sampel 2 perbesaran 4 X 10. Organel dan nukleus
pada
belum tampak.
Sel mukosa pipi Sumber : Lab Biodas UIN SyaHid Jakarta
sel
Sel
mukosa
pipi
sampel 2 perbesaran 10 X 10. Organel dan nukleus
pada
sel
belum tampak.
Sel mukosa pipi Sumber : Lab Biodas UIN SyaHid Jakarta
Sel
mukosa
pipi
sampel 2 perbesaran 40
X
10.
terlihat
intiselnya,
membran
sel,
sitoplasmanya belum jelas.
Membran sel Nukleus
sitoplasma
Sumber : Lab Biodas UIN SyaHid Jakarta
Sudah
dan tetapi
Sel
mukosa
pipi
sampel 2 perbesaran 100 X 10. Inti sel, sitoplasma, membran sel
terlihat
sangat
jelas.
sitoplasma membran sel
nukleus
Sumber : Lab Biodas UIN SyaHid Jakarta
3
Sel
mukosa
pipi
sampel 3 perbesaran 4 X 10. Organel dan nukleus
pada
belum tampak.
Sel mukosa pipi Sumber : Lab Biodas UIN SyaHid Jakarta
sel
Sel
mukosa
pipi
sampel 3 perbesaran 10 X 10. Organel dan nukleus
pada
sel
belum tampak.
Sumber : Lab Biodas UIN SyaHid Jakarta Sel
mukosa
pipi
sampel 3 perbesaran 40 X 10. Terlihat inti selnya.
Nukleus Sumber : Lab Biodas UIN SyaHid Jakarta Sel
mukosa
pipi
sampel 3 perbesaran 100 X 10. Terlihat sangat jelas intiselnya
sitoplasma membran sel
Nukleus
Sumber : Lab Biodas UIN SyaHid Jakarta
BAB V PEMBAHASAN
Jaringan epitelium (epithelial tissue) terdapat dalam wujud lapisan-lapisan sel yang terkemas dengan rapat. Pada banyak epitelium, sel-sel tersebut dipatri menjadi satu oleh tight junction (persambungan ketat). Permukaan bebas pada epitelium itu terpapar ke udara atau cairan, sementara sel-sel yang berada di bagian dasar rintangan itu melekat ke suatu membran basal ( Campbell, 2004). Sel-sel epitel mukosa mulut terdiri dari empat lapisan berturut-turut dari yang paling dalam ke permukaan yaitu lapisan germinativum/basalis, lapisan spinosum, lapisan granulosum dan lapisan corneum. Stratum basalis terdiri dari selapis sel berbentuk kubus yang berbatasan dengan
lamina propia dan
mengandung sel-sel induk yang secara kontinyu bermitosis dan anak selnya dikirimkan ke lapisan yang lebih superfisial. Stratum spinosum terdiri dari beberapa lapis sel berbentuk bulat atau oval dan mempunyai karakteristik sel yang mulai matang. Stratum granulosum terdiri dari beberapa lapis sel yang lebih gepeng dan lebih matang dari stratum spinosum dan mengandung banyak granula keratohyalin yang merupakan bakal sel keratin. Stratum corneum terdiri dari selapis atau berlapis-lapis sel (tergantung regio) berbentuk pipih yang tidak berstruktur dan tidak mempunyai inti sel. Mukosa mulut dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe yaitu mukosa pengunyahan, mukosa penutup dan mukosa khusus. Mukosa pengunyahan terdapat di regio rongga mulut yang menerima tekanan kunyah seperti gusi dan palatum durum. Jaringan epitelnya parakeratinised (mempunyai lapisan keratin tipis yang beberapa selnya da yang masih memiliki inti sel yang tidak sempurna). Mukosa penutup terdapat pada dasar mulut, permukaan inferior lidah, permukaan dalam bibir dan pipi, palatum molle dan mukosa alveolaris kecuali gusi. Tipe epitelnya nonkeratinised (tidak memiliki lapisan keratin). Mukosa khusus terdapat pada dorsum lidah, tipe epitelnya ortokeratinised (memiliki lapisan keratin yang tebal yang terdiri dari sel-sel yang sudah tidak berinti) (Puspitawati, 2003). Perbandingan antara sel basal-parabasal, sel intermediet, dan sel superfisial disebut indeks maturasi. Pada
kondisi normal, jumlah sel pada lapisan superfisial sesuai dengan jumlah sel pada lapisan sel basal (Naib, 1970).
Seperti yang dapat dilihat pada tabel di atas, mayoritas sel yang terdapat pada masing-masing mukosa adalah sel intermediate, kemudian sel superfisial, dan yang paling sedikit adalah sel basal. Hasil ini sesuai dengan teori Balaciart (2004) yang menyatakan bahwa sel terbanyak yang biasa ditemukan pada mukosa oral yang normal adalah intermediate sel dan bukannya basal-parabasal sel. Hal ini terjadi karena aktivitas proliferasi pada epitel mulut yang normal tampak lebih banyak terjadi pada lapisan intermediet daripada sel basalparabasal maupun sel superfisial (Maidhof, 1979).
Dari data di atas juga dapat dilihat bahwa persentasi jumlah sel-sel superfisial lebih besar daripada sel-sel basal. Hal ini tidak sesuai dengan teori Naib (1970) yang menyatakan bahwa pada kondisi normal, jumlah sel pada lapisan superfisial sesuai dengan jumlah sel pada lapisan sel basal. Selain itu, konsep homeostasis sel epitel mengindikasikan bahwa produksi sel di lapisan yang lebih dalam seimbang dengan derajat kehilangan sel di lapisan permukaan (Puspitawati, 2003). Ketidaksesuaian ini tidak selalu menunjukkan keabnormalan karena hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor misalnya kurangnya ketelitian praktikan dalam menghitung jumlah sel, kesalahan dalam menentukan lapang pandang, atau kesalahan dalam pembuatan preparat misalnya apusan terlalu tipis sehingga hanya mengandung sedikit sel (Lusa, 2009). Sel mukosa pipi tidak mempunyai dinding sel sehingga mempunyai bentuk yang tidak tetap dan mudah berubah-ubah bentuknya. Sel mukosa pipi hanya mempunyai membran sel saja sehingga sel mukosa pipi termasuk sel hewan. Sel mukosa pipi tersusun oleh : a. Inti sel b. Membran sel c. Sitoplasma
BAB VI KESIMPULAN
Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Epitel mukosa oral dibentuk oleh sel-sel yang memiliki karakteristik berbeda di tiap lapisannya. 2. Cara pembuatan preparat apus dapat mempengaruhi hasil pengamatan bentuk sel mukosa pipi. 3. Sel mukosa pipi yang paling banyak ditemukan adalah intermediate sel.
BAB VII DAFTAR PUSTAKA
Bojonegoro, Isharmanto. 2011. http://biologigonz.blogspot.com/2011/11/praktek jarongan-epithel.html. Diakses tanggal 9 Mei 2012 Pukul 22:02 Campbell Neil, et al. 2004. Biologi. Edisi Kelima. Jilid III. Jakarta: Penerbit Erlangga. Puspitawati Ria. 2003. Struktur Makroskopik dan Mikroskopik Jaringan Lunak Mulut. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia; 10 (Edisi Khusus) : 462467. Lesson C, et al. 1990. Mempersiapkan Jaringan dalam Buku Ajar Histologi. Edisi V. Jakarta. EGC. Hal 7-8. Naib Z M. 1970. Exfoliative Cytophatology. 2 Company.
nd
Edition. Boston. Little Brown and
http://mubaroki.com/tag/gambar-bagian-bagian-sel-mukosa-pipi