LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA ANALISIS KUALITATIF PROTEIN DAN KARAKTERISASI PROTEIN
Nama
: Hayyan Nazri Adlani M
NIM
: P1337420615050
Kelompok
:4
Asisten
: Fathika Fitrania
LABORATORIUM BIOLOGI JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KESEHATAN SEMARANG 2016
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktikum Biokimia dengan judul “Analisis Kualitatif Protein dan Karakterisasi Protein” disusun oleh : Nama
: Hayyan Nazri Adlani Muhammad
NIM
: P1337420615050
Kelompok
:4
Jurusan
: Keperawatan Semarang
Telah diperiksa dengan teliti oleh asisten dan dinyatakan telah memenuhi syarat pada tanggal
Mei 2016.
Asisten Praktikum
Praktikan
Fathika Fitrania
Hayyan Nazri Adlani M
NIM. 2011 31 20027
NIM. P1337420615050
Dosen Pembimbing
Drs. M. Anwar Djaelani, M.Kes NIP. 196211231988101001 ACARA II
ANALISA KUALITATIF PROTEIN DAN KARAKTERISASI PROTEIN I. Tujuan 1.1 Analisa Kualitatif Protein : untuk mengidentifikasi protein berdasarkan reaksi warna. 1.2 Karakterisasi Protein : untuk mengidentifikasi protein berdasarkan sifatsifat umumnya yang meliputi reaksi-reaksi pengendapan, penggumpalan, dan denaturasi protein, serta hidrolisis protein dengan enzim. II. Tinjauan Pustaka Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik merupakan
polimer
dari
kompleks berbobot molekul tinggi yang
monomer- monomer
dihubungkan satu sama lain dengan
ikatan peptida.
asam amino
yang
Peptida dan protein
merupakan polimer kondensasi asam amino dengan penghilangan unsur air dari gugus amino dan dan gugus karboksil. Jika bobot molekul senyawa lebih kecil dari 6000, biasanya digolongkan sebagai polipeptida. Protein banyak terkandung dalam makanan yang sering dikonsumsi oleh manusia seperti tahu, tempe, ikan, telur, dan sebagainya. Secara cara umum, sumber protein adalah dari sumber nabati dan sumber hewani. (Marina, 2013). 2.1 Pengertian Protein Protein merupakan komponen utama dalam semua sel hidup, baik tumbuha
nmaupun
hewan.
Pada
sebagian
besar jaringan
tubuh, protein merupakan komponen utama terbesar selain air. Lebih dari 50 % berat kering sel terdiri atas protein. Protein adalah senyawa organik yang tersusun dari monomer-monomer asam amino yang saling berinteraksi melalui ikatan peptida. (Lehninger, 2005). 2.2 Fungsi Protein Fungsi protein adalah untuk memelihara struktur tubuh (seperti kolagen), untuk fasilitas pergerakan (seperti aktin dan miosin untuk kontraksi otot), dalam transportasi (seperti transportasi oksigen oleh hemoglobin, sistem transportasi pada membran sel), dalam metabolisme
(seperti enzim), dalam regulasi (seperti faktor - faktor pertumbuhan, dan faktor
-
faktor
transkripsi),
dan
dalam
fungsi
imun
(seperti
immunoglobulin). (Fitri, 2012). 2.3 Sifat-sifat Umum Protein Protein memiliki karakter yaitu sebagai enzim (merupakan katalis biokimia), pengukur pergerakan, alat pengangkut dan penyimpan, penunjang mekanisme tubuh, pertahanan tubuh (imun atau anti-bodi), media perambatan impuls saraf, dan pengendali pertumbuhan. (Lehninger, 2005). Asam amino tidak
bersifat seperti senyawa organic. Titik leleh
diatas 200ºC, sedangkan kebanyakan senyawa organik dengan bobot molekul sekitar itu berupa cairan pada temperatur kamar, asam amino larut dalam pelarut air dan organik, tetapi tidak larut dalam pelarut nonpolar. Asam amino memiliki momen dipol yang besar, juga mereka bersifat kurang asam dibandingkan sebagian besar asam karboksilat dan kurang basa dibandingkan sebagian besar senyawa amina yang lain. (Robert, 2009). 2.4 Uji Kualitatif Protein 2.4.1 Uji Ninhidrin Uji Ninhidrin digunakan untuk menunjukkan adanya asam amino dalam zat yang di uji . Dalam uji ini digunakan larutan ninhidrin
untuk
mendeteksi
semua
jenis
asam
amino.
Ninhidrin (2,2-Dihydroxyindane-1,3-dione) merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk mendeteksi gugus amina dalam molekul asama amino. Asam amino bereaksi dengan ninhidrin membentuk aldehida dengan satu atom C lebih rendah dan melepaskan molekul NH3 dan CO2. Ninhidrin yang telah bereaksi akan membentuk hidrindantin. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya kompleks berwarna biru/keunguan yang disebabkan oleh molekul ninhidrin dan hidrindantin yang yang bereaksi dengan NH3 setelah asam amino tersebut dioksidasi. (Panji, 2013). 2.4.2 Uji Biuret
Uji biuret
adalah salah
satu cara pengujian yang
memberikan hasil positif pada senyawa-senyawa yang memiliki ikatan peptida. Oleh karena itu, uji Biuret ini sering digunakan untuk menunjukkan adanya senyawa protein. Pengujiannya dapat dilakukan dengan cara berikut, larutan yang mengandung protein ditetesi larutan NaOH, kemudian diberi beberapa tetes larutan CuSO4 encer. Terbentuknya warna ungu, menunjukkan hasil positif adanya protein. Reaksi ini disebut reaksi biuret sebab warna senyawa yang terbentuk sama dengan warna senyawa biuret bila ditambah larutan natrium hidroksida dan tembaga sulfat (Sunarya, 2007). 2.5 Uji Karakterisasi Protein 2.5.1 Uji Pengendapan oleh Garam Proses pengendapan oleh garam di ini disebut juga peristiwa “salting out” merupakan pengendapan protein karena terjadi persaingan antara garam dan protein yang mengikat air. Pada percobaan pengendapan oleh garam ammonium sulfat, tergantung pada kekuatan ionik dan konsentrasi ammonium yang ditambahkan. Endapan terjadi karena kemampuan ion garam terhidrasi sehingga berkompetisi dengan protein untuk mengikat air. Dengan demikian, tidak cukup banyak air yang terikat pada protein sehingga gaya tarik-menarik antara molekul protein lebih menonjol dibandingkan tarik-menarik antara air dan protein. Dalam kondisi seperti ini, protein akan mengendap. (Wijaya, 2011). 2.5.2
Uji Pengendapan oleh Logam Berat Salah satu sifat dari logam yang mengandung ion positif dapat menghasilkan endapan jika direaksikan dengan protein. Sama halnya dengan Zn yang juga merupakan logam yang mengandung ion positif, yang juga dapat menghasilkan endapan jika direaksikan dengan protein. Dasar reaksi pengendapan oleh logam berat adalah penetralan muatan. Dimana pengendapan akan terjadi bila protein berada dalam bentuk isoelektrik yang bermuatan negatif, dengan
adanya muatan positif dari logam berat akan terjadi reaksi netralisasi dari protein dan dihasilkan garam proteinatyang mengendap. (Wijaya, 2011). 2.5.3 Uji Pengendapan oleh Alkohol Pekat Pada percobaan uji pengendapan oleh alkohol yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh alkohol terhadap larutan protein. Dan berfungsi juga untuk menurunkan konstanta dielektrik pada larutan sehingga gaya tarik-menarik antar molekul jadi semakin kuat. Kemudian alkohol akan mengkondisikan gugus positif pada asam amino untuk bereaksi dengan gugus negatif yang ada dalam larutan, sehingga pada suasana tertentu mampu membentuk endapan. (Wijaya, 2011). 2.5.4 Uji Penggumpalan Protein Pada percobaan uji koagulasi, endapan protein terjadi setelah penambahan asam asetat Hal ini menunjukan bahwa endapan yang terbentuk benar-benar merupakan endapan protein, hanya saja telah terjadi perubahan struktur tersier ataupun kwartener, sehingga protein tersebut mengendap. Perubahan struktur tersier protein ini tidak dapat diubah kembali ke bentuk semula, ini bisa dilihat dari tidak larutnya endapan albumin itu dalam air. Hal ini terjadi pada protein yang terkoagulasi setelah ditambahkan CH3COOH. Senyawa-senyawa logam tersebut akan memutuskan jembatan garam dan berikatan dengan protein membentuk endapan logam proteinat. Protein akan terkoagulasi oleh pemanasan. Terjadinya koagulasi disebabkan karena ion H+ dari CH3COOH terikat pada gugus negatif pada protein. Ketika ion H+ dari asam asetat masuk ke dalam larutan, akan mempengaruhi keseimbangan dan pengkutuban muatan dari molekul protein. (Wijaya, 2011). 2.5.5 Uji Pencernaan Protein Tujuan uji pencernaan protein dengan pepsin adalah untuk mengetahui adanya hidrolisis protein oleh enzim pepsin. Jika pada percobaan 1 tabung diisi pepsin dan HCL, ditambah 2
potong karmynfibrin karmynfibrin
akan
kemudian
dipanaskan,
mengembang
dan
maka
larutannya
berwarna orange bening, ini karena pepsin sebagai enzim
dapat
menghidrolisis
karmynfibrin
sebagai
sumber protein. Sedangkan jika pada percobaan 2, tabung diisi air, HCl dan karmynfibrin kemudian ditempatkan di penangas air, maka karmynfibrin tidak mengalami perubahan warna (tetap). Hal ini berarti bahwa karmynfibrin tidak mengalami hidrolisis karena tidak adanya enzim pepsin. Oleh karena itu pada percobaan ini enzim pepsin sangat dibutuhkan. (Aditia, 2013).
III. Metode Praktikum 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat a) Tabung reaksi b) Rak tabung reaksi c) Label d) Pipet e) Bunsen f) Spiritus g) Penjepit tabung h) Korek api i) Kamera handphone 3.1.2 Bahan a) Protein (putih telur)
b) Ninhidrin c) Glisin d) NaOH e) CuSO4 f) Ammonium Sulfat (10%, 30%, 50%) g) ZnSO4 h) Alkohol pekat i) Klorfenol merah j) Asam cuka (CH3COOH) k) Pepsin l) HCl m)Karmyinfibrin 3.2 Cara kerja 3.2.1 Uji Kualitatif Protein a) Uji Ninhidrin 1. Menyiapkan 2 tabung reaksi. 2. Mengisi tabung 1 dengan 1 mL protein. 3. Menambahkan 0,5 mL ninhidrin pada tabung 1. 4. Menghidupkan bunsen menggunakan korek api. 5. Menjepit tabung 1 dengan penjepit tabung. 6. Memanaskan tabung 1 diatas bunsen, sambil digoyanggoyangkan, hingga mendidih. 7. Mengamati perubahan warna yang terjadi. 8. Mengulang prosedur no. 2 pada tabung 2. 9. Menambahkan 0,5 mL glisin pada tabung 2. 10. Mengulang prosedur no. 4 sampai 7 pada tabung 2. b) Uji Biuret 1. Menyiapkan 1 tabung reaksi. 2. Mengisi tabung 1 dengan 2 cc protein. 3. Menambahkan 1 cc NaOH ke dalam tabung 1. 4. Menambahkan 5 tetes CuSO4 ke dalam tabung 1. 5. Mengamati perubahan warna yang terjadi. 3.2.2 Uji Karakterisasi Protein a) Uji Pengendapan oleh Garam 1. Menyiapkan 1 tabung reaksi. 2. Mengisi tabung reaksi dengan 1 mL protein. 3. Menambahkan 5 tetes Ammonium Sulfat 10%. 4. Menghomogenkan dan mengamati apa yang terjadi. 5. Menambahkan 5 tetes Ammonium Sulfat 30%. 6. Menghomogenkan dan mengamati apa yang terjadi. 7. Menambahkan 5 tetes Ammonium Sulfat 50%. 8. Menghomogenkan dan mengamati apa yang terjadi. b) Uji Pengendapan oleh Logam 1. Menyiapkan 1 tabung reaksi. 2. Mengisi tabung reaksi dengan 2 cc protein. 3. Menambahkan 1 tetes ZnSO4 ke tabung reaksi.
4. Membagi larutan pada tabung reaksi ke dalam 2 tabung, tabung 1 dan tabung 2 . 5. Menambahkan ZnSO4 berlebih yaitu sebanyak 26 tetes pada tabung 1. 6. Mengamati perubahan yang akan terjadi. c) Uji Pengendapan oleh Alkohol Pekat 1. Menyiapkan 1 tabung reaksi. 2. Mengisi tabung reaksi dengan 2 cc alkohol pekat. 3. Menambahkan 1-2 tetes protein ke dalam tabung reaksi. 4. Mengamati perubahan yang terjadi. d) Uji Penggumpalan Protein 1. Menyiapkan 1 tabung reaksi. 2. Mengisi tabung reaksi dengan 2 cc protein. 3. Menambahkan 2 tetes klorfenol merah pada tabung reaksi. 4. Menambahkan asam cuka pada tabung reaksi sampai warna merah menghilang. 5. Mengamati perubahan yang terjadi. e) Uji Pencernaan Protein 1. Menyiapkan 3 tabung reaksi. 2. Mengisi tabung 1 dengan 1 cc pepsin. 3. Menambahkan 1 cc HCl ke dalam tabung 1. 4. Memasukkan 2 potong karmynfibrin ke dalam tabung 1. 5. Mengisi tabung 2 dengan 2 cc pepsin. 6. Menambahkan 1 cc air ke dalam tabung 2. 7. Memasukkan 2 potong karmynfibrin ke dalam tabung 2. 8. Mengisi tabung 3 dengan 1 cc pepsin. 9. Menghidupkan pembakar bunsen dengan korek api. 10. Menjepit tabung 3 menggunakan penjepit tabung. 11. Memanaskan tabung 3 sambil digoyang-goyangkan hingga 12. 13. 14. 15.
mendidih. Membiarkan tabung 3 hingga mendingin. Menambahkan 1 cc HCl ke dalam tabung 3. Memasukkan 2 potong karmynfibrin ke dalam tabung 3. Memasukkan tabung1, 2, dan 3 ke dalam penangas air 37ºC
selama 5 menit. 16. Mengamati perubahan karmynfibrin yang terjadi dalam tabung 1, 2, dan 3.
IV. Hasil Pengamatan No. 1.
Nama Uji dan Cara Kerja Uji Ninhidrin (Proses 1) Tabung 1 1 mL protein
Gambar Ninhidrin sebelum
Hasil Sebelum : 1. Tabung 1 (1 mL protein + 0,5 mL ninhidrin) berwarna putih bening. 2. Tabung 2 (1 mL
0,5 mL ninhidrin
Glisin sebelum Glisin Ninhidrin sesudah sesudah
Keterangan Hasil : 1. (+) 2. (+)
dipanaskan
protein + 0,5 mL glisin) berwarna
(Proses 2) Tabung 2 1 mL protein
ungu bening. Sesudah : 1. Tabung 1 setelah
0,5 mL glisin
dipanaskan berwarna
dipanaskan
ungu, dan terdapat endapan. 2. Tabung 2 setelah dipanaskan berwarna ungu kebiruan pekat.
2.
Uji Biuret
Sebelum : Hasil : (+) 2 cc protein berwarna
2 cc protein 1 cc NaOH
sebelum
Sesudah : Setelah diberi 5 tetes
yang terjadi
Pengendapan oleh garam
diberi 1 cc NaOH, tidak berubah warna.
5 tetes CuSO4 mengamati perubahan
3.
putih bening, saat
sesudah
CuSO4 menjadi ungu.
sebelum
Sebelum : 1 mL protein
1 mL protein
berwarna putih
sesudah 10%
Hasil : (+)
5 tetes Ammonium sulfat
bening.
10%
Sesudah : - 5 tetes Ammonium
dihomogenkan
sulfat 10%, belum diamati
ada endapan. - 5 tetes Ammonium
5 tetes Ammonium sulfat
sulfat 30%, ada
30%
endapan tapi sedikit dihomogenkan
sekali. -5 tetes Ammonium
diamati
sulfat 50%, ada 5 tetes Ammonium sulfat
sesudah 30%
endapan.
50% dihomogenkan diamati sesudah 50%
4.
Pengendapan oleh logam berat
sebelum
Sebelum : 2 cc protein + 1 tetes Zn SO4 berwarna
2 cc protein
putih bening.
1 tetes ZnSO4 bagi dalam 2 tabung
Sesudah : 1. Tabung 1 (ZnSO4
Tabung 1 + ZnSO4 berlebih (26 tetes)
berlebih) terdapat tabung 1 sesudah
gumpalan putih banyak. 2. Tabung 2 (tanpa penambahan ZnSO4),
tabung 2 sesudah
Hasil : (+)
terdapat gumpalan putih sedikit.
5.
Pengendapan oleh alkohol pekat
sebelum
Sebelum : 2 cc alkohol pekat
Hasil : (+)
berwarna putih 2 cc alkohol pekat
bening.
1-2 tetes protein
Sesudah : Setelah ditambah 1-2
amati perubahan
tetes protein, warna sesudah
berubah menjadi keruh, dan terdapat endapan.
6.
Penggumpalan protein
sebelum
2 cc protein
Sebelum : Hasil : (+) 2 cc protein berwarna putih bening,
2 tetes klorfenol merah
ditambah 2 tetes klorfenol merah
asam cuka sampai warna
menjadi merah muda.
merah hilang (42 tetes)
Sesudah : Setelah ditambah sesudah
dengan asam cuka, warna berubah menjadi kuning dan terdapat gumpalan putih dipermukaan.
7.
Pencernaan Protein (Tabung 1) 1 cc pepsin
sebelum
Sebelum : 1. Tabung 1, 1 cc pepsin + 1 cc HCl berwarna kuning
1 cc HCl
bening, 2 potong
2 potong karmynfibrin
karmynfibrin berwarna pink. 2. Tabung 2, 2 cc
(Tabung 2) 2 cc pepsin 1 cc air
tabung 1 sesudah
2 potong karmynfibrin
karmynfibrin berwarna pink. 3. 1 cc pepsin
didinginkan
2 potong karmynfibrin
berwarna kuning bening, 2 potong
(Tabung 3) 1 cc pepsin, dipanaskan
1 cc HCl
pepsin + 1 cc air
dipanaskan + 1 cc tabung 2 sesudah
HCl, berwarna kuning bening, 2 potong karmynfibrin
*Tabung 1,2, dan 3
berwarna pink. Sesudah : 1. Tabung 1,
dimasukkan ke penangas air suhu 37ºC selama 5
karmynfibrin
menit tabung 3 sesudah
mengembang. 2. Tabung 2, karmynfibrin mengkerut. 3. Tabung 3, karmynfibrin mengembang.
V. Pembahasan
Hasil : 1. (+) 2. (-) 3. (+)
Praktikum tentang Analisis Kualitatif Protein dan Karakterisasi Protein, bertujuan untuk mengidentifikasi protein berdasarkan reaksi warna dan untuk mengidentifikasi protein berdasarkan sifat-sifat umumnya yang meliputi reaksi-reaksi pengendapan, penggumpalan, dan denaturasi protein, serta hidrolisis protein dengan enzim. Praktikum ini dilakukan pada hari Senin, tanggal 2 Mei 2016, bertempat di Laboratorium Mikrobiologi dan Genetika Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro. Alat dan bahan yang digunakan yaitu, tabung reaksi, rak tabung reaksi, label, pipet, bunsen, spiritus, penjepit tabung, korek api, kamera handphone, protein (putih telur), ninhidrin, glisin, NaOH, CuSO4, Ammonium Sulfat (10%, 30%, 50%), ZnSO 4, alkohol pekat, klorfenol merah, asam cuka (CH3COOH), pepsin, HCl, dan karmyinfibrin. Setelah dilakukan pengamatan pada dua uji kualitatif protein yaitu, uji ninhidrin dan uji biuret, kemudian pada lima uji karakterisasi protein yaitu, pengendapan oleh garam, pengendapan oleh logam berat, pengendapan oleh alkohol pekat, penggumpalan protein dan pencernaan protein, muncullah hasil dari pengamatan tersebut, dan berikut pembahasannya. 5.1 Uji Ninhidrin Menurut Wijaya (2011), uji ninhidrin bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya asam amino dalam suatu sampel. Prinsip dari uji ninhidrin yaitu, asam amino yang terdapat pada sampel akan bereaksi dengan ninhidrin, kemudian membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Cara kerja singkatnya adalah menyiapkan dua tabung reaksi, tabung 1 diisi dengan 1 mL protein kemudian ditambah 0,5 mL ninhidrin dan dipanaskan, tabung 2 diisi dengan 1 mL protein, ditambah 0,5 mL glisin dan dipanaskan, gunanya yaitu untuk mempercepat reaksi, setelah itu amati perubahan yang terjadi pada kedua tabung. Menurut Marina (2013), fungsi dari larutan ninhidrin pada uji ini adalah untuk mendeteksi asam amino dan menetapkan konsentrasinya dalam suatu larutan. Dari hasil pengamatan yang didapat, tabung 1 setelah dipanaskan berwarna ungu, dan terdapat endapan, sedangkan tabung 2 setelah dipanaskan berwarna ungu kebiruan pekat. Berarti hasilnya adalah positif .
Menurut Wibowo (2009), reaksi dinyatakan positif jika terjadi perubahan warna larutan sampel menjadi ungu, dan reaksi dinyatakan negatif jika tidak terjadi perubahan warna. Reaksi :
Wibowo (2009) 5.2 Uji Biuret Menurut Fitri (2012), tujuan dari uji biuret adalah untuk mengidentifikasi ada atau tidak adanya ikatan peptida dalam suatu sampel. Prinsip dari uji biuret ini yaitu, ion Cu 2+ akan bereaksi dengan ikatan peptida dalam suasana basa yang akan membentuk kompleks berwarna ungu. Cara kerja singkatnya adalah menyiapkan satu tabung reaksi, diisi dengan 2 cc protein, ditambahkan dengan 1 cc NaOH dan kemudian diberi 5 tetes CuSO4. Menurut Sunarya (2007), fungsi dari NaOH dalam uji biuret ini adalah agar larutan menjadi alkali (dalam suasana basa). Dari hasil pengamatan yang didapat, setelah diberi tabung reaksi diberi 5 tetes CuSO 4, warna berubah menjadi ungu. Berarti hasilnya adalah positif. Menurut Sunarya (2007), reaksi ini positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau ikatan peptida. Protein melarutkan hidroksida tembaga untuk membentuk kompleks warna. Reaksi pembentukan warna ini dapat terjadi pada senyawa yang mengandung dua gugus karbonil yang berikatan dengan nitrogen atau atom karbon. Reaksi :
Wijaya (2011) 5.3 Pengendapan oleh Garam Menurut Purwo (1993), tujuan dari uji ini adalah untuk menguji seberapa kuat persaingan antara garam dan protein untuk mengikat air. Prinsip dari uji ini yaitu, pembentukan senyawa tak larut antara protein dengan ammonium sulfat. Cara kerja singkatnya adalah, menyiapkan satu tabung reaksi, diisi dengan 1 mL protein, tambahkan 5 tetes ammonium sulfat 10%, homogenkan dan amati, setelah itu tambahkan 5 tetes ammonium sulfat 30%, homogenkan dan amati, kemudian tambahkan 5 tetes ammonium sulfat 50%, homogenkan dan amati perubahan yang terjadi. Menurut Purwo (1993), fungsi dari penambahan ammonium sulfat adalah berkompetisi dengan air untuk mendapatkan albumin berupa putih telur yang dijadikan sampel. Dari hasil pengamatan yang didapat, sesudah ditambahkan ammonium sulfat 10%, belum ada endapan, setelah ditambahkan ammonium sulfat 30%, ada endapan sedikit, kemudian sesudah ditambahkan ammonium sulfat 50%, terdapat endapan yang terlihat jelas. Berarti hasil uji ini adalah positif. Menurut Wijaya (2011), pengendapan oleh garam ammonium sulfat tergantung pada kekuatan ionik dan konsentrasi ammonium yang ditambahkan, endapan terjadi karena kemampuan ion garam terdehidrasi sehingga berkompetisi dengan protein untuk mengikat air. Reaksi :
Peristiwa Salting Out Wijaya (2011) 5.4 Pengendapan oleh Logam Berat Menurut Wijaya (2011), tujuan dari uji ini adalah untuk membuktikan bahwa protein berada dalam bentuk isoelektrik yang bermuatan negatif. Prinsip dari uji ini yaitu, pembentukan senyawa tak larut antara protein dan logam berat. Cara kerja singkatnya adalah menyiapkan satu tabung reaksi,
mengisinya dengan 2 cc protein, menambahkan 1 tetes ZnSO4, membagi larutan menjadi dua tabung, tabung pertama diberi ZnSO 4 berlebih (26 tetes), tabung kedua tetap, kemudian mengamati perubahan yang terjadi. Menurut Aditia (2013), fungsi dari ZnSO4 yaitu, Zn dapat menjenuhkan larutan hingga pH larutan bearda diatas pH isolistrik sehingga gumpalan larut kembali dan terjadi pengendapan. Dari hasil pengamatan yang didapat, pada tabung pertama (ZnSO4 berlebih), terdapat gumpalan putih yang banyak, sedangkan pada tabung kedua terdapat gumpalan putih yang sedikit. Berarti hasil dari uji ini adalah positif. Menurut Ridwan (1990), endapan yang dihasilkan berwarna putih dan larutan putih susu, pengendapan terjadi bila protein berada dalam bentuk isoeletrik yang bermuatan negatif, dengan adanya muatan positif dari logam berat, akan terjadi reaksi netralisasi dari protein dan dihasilkan garam proteinat yang mengendap. Reaksi :
Peristiwa pengendapan oleh logam Hg dan Pb Ridwan (1990) 5.5 Pengendapan oleh Alkohol Pekat Menurut Aditia (2013), tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui pengaruh alkohol terhadap larutan protein. Prinsipnya yaitu, pembentukan senyawa tak larut antara protein dan alkohol. Cara kerja singkatnya adalah, menyiapkan satu tabung reaksi, mengisinya dengan 2 cc alkohol pekat, menambahkan 1-2 tetes protein, kemudian mengamati perubahan yang terjadi. Menurut Wibowo (2009), fungsi dari alkohol adalah untuk menurunkan konstanta dielektrik pada larutan sehingga gaya tarik-menarik antar molekul jadi semakin kuat dan mengkondisikan guguus positif pada asam amino untuk bereaksi dengan gugus negatif yang ada dalam larutan, sehingga pada suasana tertentu mampu membentuk endapan. Dari hasil pengamatan yang didapat, tabung berubah warna menjadi keruh dan ada endapan. Berarti hasil dari uji ini adalah postif.
Menurut Wijaya (2011), pengendapan dengan alkohol, albumin yang ditambah larutan penyangga (buffer) pH 4,7 paling banyak menghasilkan endapan, hal ini terjadi karena pH tersebut merupakan titik isoelektrik protein sehingga endapan yang terbentuk merupakan jumlah yang paling maksimal. Reaksi :
Wijaya (2011) 5.6 Penggumpalan Protein Menurut Lehninger (2005), tujuan dari uji ini adalah untuk mengubah struktur bentuk protein menjadi tersier atau kuartener. Prinsip dari uji ini yaitu, perubahan bentuk yang irreversibel dari protein akibat dari pengaruh pemanasan. Cara kerja singkatnya adalah, menyiapkan satu tabung reaksi, mengisinya dengan 2 cc protein, menambahkan 2 tetes klorfenol merah ke dalam tabung, memberi asam cuka (CH3COOH) sampai warna merah hilang (42 tetes), mengamati perubahan yang terjadi. Menurut Robert (2009), fungsi dari asam cuka (CH 3COOH) adalah ion H+ dari asam cuka terikat pada gugus negatif pada protein, ketika ion H + dari asam asetat masuk ke dalam larutan, akan mempengaruhi keseimbangan dan pengkutuban muatan dari molekul protein. Dari hasil pengamatan yang didapat, setelah diberi asam cuka (CH 3COOH) sampai warna merah menghilang, warna berubah menjadi warna kuning dan terdapat
gumpalan
putih
menunjukkan bahwa postif.
dipermukaan
tabung.
Berarti
hasil
ini
Menurut Ridwan (1990), endapan protein terjadi setelah penambahan asam asetat (CH3COOH), hal ini terjadi karena protein terkoagulasi setelah ditambahkan asam asetat (CH3COOH). Reaksi :
Ridwan (1990) 5.7 Pencernaan Protein Menurut Aditia (2013), tujuan dari uji ini adalah adalah untuk mengetahui adanya hidrolisis protein oleh enzim pepsin. Prinsip dari uji ini yaitu, enzim pepsin adalah enzim yang memecah molekul protein menjadi pepton. Cara kerja singkatnya adalah menyiapkan tiga tabung reaksi, tabung 1 diisi dengan 1 cc pepsin, dutambah dengaan 1 cc HCl, dan diberi 2 potong karmynfibrin, pada tabung 2 diisi 2 cc pepsin, ditambah dengan 1 cc air, dan diberi 2 potong karmynfibrin, kemudian pada tabung 3 diisi 1 cc pepsin, dipanaskan (untuk mempercepat reaksi), didinginkan dahulu, ditambah dengan 1 cc HCl, dan diberi 2 potong karmynfibrin, setelah itu tabung 1, 2, dan 3 dimasukkan ke penangas air pada suhu 37ºC, dalam jangka waktu 5 menit. Menurut Amrina (2013), fungsi dari pemberian pepsin adalah sebagai enzim untuk menghidrolisis karmynfibrin (sebagai sumber protein), kemudian fungsi dari karmynfibrin adalah untuk mengecek ada tidaknya enzim pepsin. Dari hasil pengamatan yang didapat, pada tabung 1 dan 3 karmynfibrin mengembang, tetapi pada tabung 2 karmynfibrin mengkerut,
ini terjadi karena tidak adanya enzim pepsin. Berarti hasilnya pada tabung 1 dan 3 positif, pada tabung 2 negatif. Menurut Amrina (2013), karmynfibrin akan mengalami hidrolisis karena adanya enzim pepsin, dan karmynfibrin tidak akan mengalami hidrolisis jika tidak ada enzim pepsin. Reaksi :
Amrina (2013) VI. Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum tentang analisis kualitatif protein dan karakterisasi protein, yang bertujuan untuk untuk mengidentifikasi protein berdasarkan
reaksi
warna
(analisis
kualitatif
protein)
dan
untuk
mengidentifikasi protein berdasarkan sifat-sifat umumnya yang meliputi reaksi-reaksi pengendapan, penggumpalan, dan denaturasi protein, serta hidrolisis protein dengan enzim (karakterisasi protein), dapat disimpulkan bahwa protein adalah senyawa organik yang tersusun dari monomer-monomer asam amino yang saling berinteraksi melalui ikatan peptida. Ada 2 uji yang dapat dilakukan untuk analisis kualitatif protein yaitu, uji ninhidrin dan uji biuret, sedangkan ada 5 uji untuk karakterisasi protein, yaitu pengendapan oleh garam, pengendapan oleh logam berat, pengendapan oleh alkohol pekat, penggumpalan protein dan pencernaan protein. Uji ninhidrin bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya asam amino dalam suatu sampel, reaksi dinyatakan positif jika terjadi perubahan warna larutan sampel menjadi ungu. Uji biuret bertujuan untuk untuk mengidentifikasi ada atau tidak adanya ikatan peptida dalam suatu sampel, reaksi positif ditunjukkan dengan sampel yang berubah warna menjadi ungu. Pengendapan oleh garam bertujuan untuk menguji seberapa kuat persaingan antara garam dan protein untuk mengikat air, reaksi
positif ditunjukkan dengan adanya endapan yang terlihat jelas setelah diberi ammonium
sulfat.
Pengendapan
oleh
logam
berat
bertujuan
untuk
membuktikan bahwa protein berada dalam bentuk isoelektrik yang bermuatan negatif,
reaksi
positif
ditunjukkan
dengan
adanya
gumpalan
putih.
Pengendapan oleh alkohol bertujuan untuk mengetahui pengaruh alkohol terhadap larutan protein, reaksi positif ditunjukkan dengan tabung berubah warna menjadi keruh dan ada endapan. Penggumpalan protein bertujuan untuk mengubah struktur bentuk protein menjadi tersier atau kuartener, reaksi positif ditunjukkan dengan
setelah diberi asam cuka (CH 3COOH) sampai warna
merah menghilang, warna berubah menjadi warna kuning dan terdapat gumpalan putih dipermukaan tabung. Kemudian pencernaan protein bertujuan untuk mengetahui adanya hidrolisis protein oleh enzim pepsin, reaksi positif ditunjukkan dengan mengembangnya karmynfibrin karena adanya pepsin.
DAFTAR PUSTAKA Aditia, Lasinrang. 2013. www.academia.edu/15953815/Laporan_Praktikum_Biokimia_Reaksi_Pen gendapan _Uji_Protein. (Diakses pada : 18 November 2013). Amrina, Z N. 2013. www.scribd.com. (Diakses pada : 21 April 2013). Arbianto, Purwo. 1993. Biokimia Konsep-konsep Dasar. Bandung : ITB Fitri, Nur. 2012. www.academia.edu/8570427/Fungsi_Protein_Protein_terdiri. (Diakses pada : 22 November 2012) Lehninger. 2005. Dasar-Dasar Biokimia Jilid IV. Jakarta: Erlangga. Marina, Luna. 2013. dokumen.tips/documents/uji-kualitatif-protein-1.html. (Diakses pada : 9 April 2013) Murray, Robert. 2009. Biokimia Harper. Edisi 27. Jakarta : EGC Panji. 2013. www.edubio.info/2013/11/uji-ninhidrin.html. (Diakses pada : 11 November 2013) Ridwan, S. 1990. Kimia Organik edisi 1. Jakarta : Binarupa Aksara. Sunarya. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung : PT. Setia Purna Invers. Wibowo, Luqman. 2009. Deskripsi dan Macam-macam Tingkatan Struktur Protein. Bandung : ITB.
Wijaya, Wendy. 2011. www.academia.edu/7478626/PERCOBAAN_1_Identifikasi_Kualitatif_Pr otein_I. (Diakses pada : 5 Juli 2011).