LEMBAR PENGESAHAN ANALISA KARBOHIDRAT (GLUKOSA) METODE LUFF SCHOORL
Disusun Oleh :
Nama Nim Kelompok Tanggal Praktikum
: Christy NS Mare Mare : 08101003045 : III : 30 Oktober 2012
Asisten
Praktikan
Gihon Manik
Christy Koas
Seprianto
i
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN………………….............................................i DAFTAR ISI ……………………………………………………………...ii BAB I PENDAHULUAN………………………………………………....1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………..3 BAB III METODELOGI PENELITIAN………………………………….12 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………15 BAB V PENUTUP…………………….…………………………………. 19 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Makanan adalah bahan yang biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan yang dimakan oleh makhluk hidup untuk memberikan tenaga dan nutrisi. Setiap makhluk hidup membutuhkan makan. Tanpa makanan, makhluk akan sulit dalam mengerjakan aktivitas sehari-harinya. Makanan dapat membantu kita dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak. Setiap makanan mempunyai kandungan gizi yang berbeda protein, lemak, karbonhidrat, lemak dan lain-lain adalah salah satu contoh gizi yang akan kita dapatkan dari makanan. Setiap jenis gizi yang kita dapatkan mempunyai fungsi yang berbeda dan jumlah kebutuhan oleh tubuh. Karbohidrat merupakan sumber tenaga yang kita dapatkan sehari-hari. Salah satu contoh makanan yang mengandung karbohidrat adalah nasi. Karbohidrat atau sakarida adalah segolongan besar senyawa organik yang tersusun hanya dari atom karbon hidrogen dan oksigen. Karbohidrat merupakan bahan makanan penting dan sumber tenaga yang terdapat dalam bentuk serat (Fiber) seperti selulosa, pentin, serta lignin. Selain sebagai sumber energi, karbohidrat juga berfungsi sebagai untuk menjaga keseimbangan asam basa dalam tubuh, berperan penting dalam proses metabolism dalam tubuh, dan penbetukan struktur sel dengan mengikat protein dan lemak. Maksud percobaan ini untuk menentukan kadar karbohidrat yang terdapat dalam makanan atau minuman dengan tujuan agar konsumen dapat mengetahui jumlah kadar karbohidrat yang dikonsumsi.
1
2
1.2 Rumusan Masalah Pada dasarnya, yang menjadi pokok permasalahannya adalah bagaimana cara mengetahui ada tidaknya glukosa dalam suatu bahan?
1.3 Tujuan Percobaan Dari penelitian ini diharapkan mahasiswa mampu menganalisa kandungan glukosa dari suatu bahan menggunakan metode Luff Schoorl.
1.4 Manfaat Percobaan Adapun manfaat dari praktikum yang dilakukan ini, antara lain : mahasiswa mampu mengetahui kadar dari suatu karbohidrat dan mengetahui mengenai metode Luff Schoorl.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi hamper seluruh penduduk di dunia, khususnya bagi penduduk Negara yang berkembang. Pada tanaman, karbohidrat dibentuk dari reaksi CO2 dan H2O dengan bantuan sinar matahari melalui proses fotosintesis dalam sel tanaman yang berklorofil. Sinar Matahari CO2 + H2O
(C6H12O6)n + O2 (Karbohidrat)
Karbohidrat banyak terdapat dalam bahan nabati, baik berupa gula sederhana, heksosa, pentosa, maupun karbohidrat dengan berat molekul yang tinggi seperti pati, pectin, selulosa, dan lignin. Karbohidrat yang terdapat dalam hasil ternak terutama terdiri dari glikogen. Pada umumnya karbohidrat dapat dikelompokan menjadi monosakarida, oligosakarida, serta polisakarida. 1. Monosakarida Monosakarida mengandung satu gugus aldehida disebut aldosa, sedangkan ketosa mempunyai satu gugus keton. Monosakarida dengan enam atom C disebut heksosa, misalnya glukosa (dekstrosa atau gula anggur). HC = O
H2C
OH
HC
OH
C=O
HO
C
H
HO
C
H
H
C
OH
H
C
OH
H
C
OH
H
C
OH
CH2OH
CH2OH
3
4
2. Oligosakarida Oligosakarida adalah polimer derajat polimerisasi 2 sampai 10 dan biasanya bersifat larut dalam air. Oligosakarida yang terdiri dari 2 molekul disebut disakarida, dan bila terdiri dari 3 molekul disebut triosa. Bila sukrosa (sakarosa atau gula tebu). Terdiri dari molekul glukosa dan fruktosa, laktosa terdiri dari molekul glukosa dan galaktosa. 3. Polisakarida Polisakarida merupakan polimer molekul-molekul monosakarida yang dapat berantai lurus atau bercabang dan dapat dihidrolisis dengan enzim-enzim yang spesifik kerjanya. Kerusakan pada karbohidrat : 1. Pencoklatan (Browning) Pencoklatan enzimatis terjadi pada buah-buahan yang banyak mengandung substrat senyawa fenolik, reaksi pencoklatan non enzimatis belum diketahui atau dimengerti penuh. Umumnya ada 3 macam reaksi pencoklatan non enzimatik yaitu : karamelisasi, reaksi maillard dan pencoklatan akibat vitamin C. 2. Karamelisasi Bila gula yang telah mencair tersebut dipanaskan terus hingga suhunya melalui titik leburnya, misalnya pada suhu 170oC maka mulailah terjadi karamelisasi sukrosa. 3. Reaksi Maillard Reaksi-reaksi antara karbohidrat, khususnya gula pereduksi dengan gugus amina primer, disebut reaksi-reaksi maillard. Hasil reaksi tersebut menghasilkan
5
5
bahan berwarna coklat, yang sering dikendaki atau kadang-kadang malah menjadi pertanda penurunan mutu. Banyak cara yang dilakukan atau dapat dipergunakan untuk menentukan banyaknya karbohidrat dalam suatu bahan yaitu antara lain dengan cara kimiawi, cara fisik, cara enzimatik, atau biokimia dan cara kromatografi. (Anonim. 2012) Karbohidrat adalah senyawa organik terdiri dari unsur karbon, hidrogen dan oksigen memiliki rumus umum (CnCH₂O)₄. Karbohidrat dengan kata lain merupakan senyawa yang mengandung gugus hidroksi. Ditinjau dari gugus fungsi karbohidrat yang diikat : 1. Akdosa, karbohidrat yang mengikat gugus aldehid. Contohnya glukosa, galaktosa, ribose 2. Ketosa, karbohidrat yang mengikat gugus keton. Contohnya fluktosa. Ditinjau dari hasil hidroksinya : 1. Monosakarida, karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi molekulmolekul karbohidrat yang lebih sederhana lagi. Misalnya glukosa, fruktosa, ribose, galaktosa. 2. Disakarida, karbohidrat
yang terbentuk dari kondensasi 2 molekul
monosakarida misalnya sukrosa, laktosa, dan maltose. 3. Oligasakarida, karbohidrat yang jika dihidrolisis terurai menghasilkan 3-10 monosakarida. Misalnya dekstin dan moltosentosa. 4. Polisakarida, karbohidrat yang terbentuk dari banyak molekul monosakarida. Misalnya pati (amylum), selulosa, dan glikogen. Beberapa monosakarida penting sebagai berikut :
6
1. Glukosa Glukosa dapat diperoleh dari hidrolisis sukrosa (gula tebu) atau pati (amylum). Didalam glukosa terdapat buah-buahan dan madu lebah. Dalam alam glukosa dihasilkan dari reaksi antara karbondioksida dan air dengan bantuan sinar matahari dan klorotil dalam daun serta mempunyai sifat : o Memutar bidang polarisasi cahaya kekanan (+52,70) o Dapat mereduksi larutan fehling dan membuat larutan merah bata. o Dapat difermentasikan menghasilkan alkohol (etanol) dengan reaksi C₆H₁₂D₆ → 2C₂H₅OH + 2CO₂ 2. Fruktosa Fruktosa adalah suatu ketoheksasa yang mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi kekiri dan karenanya disebut juga levulosa. Truktosa mempunyai rasa lebih manis dari pada gula tebu atau sukrosa. Fruktosa dapat dibedakan dari glukosa dengan pereksi Seliwanot, yaitu larutan (1,3 dihidroksibenzena) dalam HCL. Disebut juga gula buah diperoleh dari hidrolisis sukrosa dan mempunyai sifat : o Memutar bidang polarisasi kekiri (-92.40) o Dapat mereduksi larutan fehling dan membentuk endapan merah bata. o Dapat difermentasi. Contoh disakarida yang penting yaitu laktosa. Laktosa memiliki gugus karbonil yang berpotensi bebas pada residu glukosa. Laktosa adalah disakarida pereduksi selama proses pencernaan, laktosa mengalami proses hidrolisis enzimatik oleh laktosa dari sel-sel mukosa usus.
8
7
Beberapa sifat laktosa : o Hidrolisis laktosa menghasilkan molekul glukosa dan galaktosa o Hanya terdapat pada binatang mamalia dan manusia. o Dapat diperoleh dari hasil samping pembuatan keju o Bereaksi positif terdapat pereaksi fehling, benedict, tolluens. Contoh polisakarida yang paling penting yaitu pati atau amylum. Pati atau amylum merupakan senyawa polimer dari glukosa. Apabila dilarutkan dalam air panas, pati dapat dipisahkan menjadi amilosa dan amipektin. Amipektin ini merupakan polimer yang lebih besar dari amilosa. Amilosa jika dihidrolisis parsial akan menghasilkan amilosa sedangkan jika dihidrolisis lengkap akan menghasilkan glukosa. (Anonim. 2012) Analisis KH : o Karbohidrat yang berbentuk polimer (molekul o Karbohidrat yang berbentuk polimer (molekul besar & kompleks) sulit ditentukan jumlah besar & kompleks) sulit ditentukan jumlah sebenarnya. o Penentuan karbohidrat yang paling mudah adalah dengan cara perhitungan kasar (proximate analysis) atau disebut juga Carbohydrate by Difference % KH = 100% - % (protein + lemak + abu + air). Analisis Kuantitatif KH : a. Preparasi sampel - penggilingan sampel (Pengecilan ukuran) - hidrolisis dengan asam monosakarida (gula reduksi) b. Penentuan kadar Metode Luff Schoorl
8
Metode Luff Schoorl Prinsip : hidrolisis karbohidrat menjadi monosakarida yang dapat mereduksi Cu2+ menjadi Cu+. Kelebihan Cu2+ dapat dititar secara iodometri. Acuan : SNI 01 – 2891 – 1992, Cara uji makanan dan minuman Pereaksi Luff : Na-karbonat, Asam sitrat, CuSO4 Penentuan gula dengan cara Luff Schoorl digunakan untuk menentukan kuprioksida (CuO) dalam larutan sebelum direaksikan dengan gula reduksi (titrasi blanko) dan sesudah direaksikan dengan gula reduksi (titrasi sampel). Selisih titrasi blanko dengan titrasi sampel ekuivalen dengan kuprooksida (Cu2O) yang terbentuk dan juga ekuivalen dengan jumlah gula reduksi yang ada dalam bahan/larutan. (Chica. 2010) Ada banyak fungsi dari karbohidrat dalam penerapannya di industri pangan, farmasi maupun dalam kehidupan manusia sehari-hari. Diantara fungsi dan kegunaan itu ialah: Sebagai sumber kalori atau energy, sebagai bahan pemanis dan pengawet, Sebagai bahan pengisi dan pembentuk, sebagai bahan penstabil, sebagai sumber flavor (karamel), dan sebagai sumber serat (Winarno 2007). Karbohidrat dapat digolongan menjadi dua macam yaitu karbohidrat sederhana dengan karbohidrat kompleks atau dapat pula menjadi tiga macam, yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan merupakan oligosakarida, polimer. Pengukuran karbohidrat yang merupakan gula pereduksi dengan metode Luff Schoorl ini didasarkan pada reaksi sebagai berikut :
8
9
R-CHO + 2 Cu2+ R-COOH + Cu2O 2 Cu2+ + 4 I- Cu2I2 + I2 2 S2O32- + I2 S4O62- + 2 IMonosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator (Winarno 2007). I2 bebas ini selanjutnya akan dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 sehinga I2 akan membentuk kompleks iod-amilum yang tidak larut dalam air. Oleh karena itu, jika dalam suatu titrasi membutuhkan indikator amilum, maka penambahan amilum sebelum titik ekivalen. Metode Luff Schoorl ini baik digunakan untuk menentukan kadar karbohidrat yang berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart dinyatakan bahwa metode Luff Schoorl merupakan metode tebaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat kesalahan sebesar 10%. Pada metode Luff Schoorl terdapat dua cara pengukuran yaitu dengan penentuan Cu tereduksi dengan I2 dan menggunakan prosedur Lae-Eynon. Metode Luff Schoorl mempunyai kelemahan yang terutama disebabkan oleh komposisi yang konstan. (Yasmin. 2010)
10
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan merupakan oligosakarida, polimer dengan derajat polimerisasi 2-10 dan biasanya bersifat larut dalam air yang terdiri dari dua molekul yaitu glukosa dan fruktosa. Gula memberikan flavor dan warna melalui reaksi browning secara non enzimatis pada berbagai jenis makanan. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dan keadaan makanan atau minuman. Dalam industri pangan, sukrosa diperoleh dari bit atau tebu (Winarno 1997). Inversi sukrosa menghasilkan gula invert atau gula reduksi (glukosa dan fruktosa). Gula invert akan mengkatalisis proses inversi sehingga kehilangan gula akan berjalan dengan cepat. Menurut Parker (1987) dkk. Dalam kuswurj (2008) laju inersi sukrosa akan semakin besar pada kondisi pH rendah dan temperatur tinggi dan berkurang pada pH tinggi (pH 7) dan temperatur rendah. Laju inversi yang paling cepat adalah pada kondisi pH asam (pH 5) (Winarno 2007). Penentuan kadar glukosa dilakukan dengan cara menganalisis sampel melalui pendekatan proksimat. Terdapat beberapa jenis metode yang dapat dilakukan untuk menentukan kadar gula dalam suatu sampel. Salah satu metode yang paling mudah pelaksanaannya dan tidak memerlukan biaya mahal adalah metode Luff Schoorl. Metode Luff Schoorl merupakan metode yang digunakan untuk menentukan kandungan gula dalam sampel. Metode ini didasarkan pada pengurangan ion tembaga (II) di media alkaline oleh gula dan kemudian kembali menjadi sisa tembaga. Ion tembaga (II) yang diperoleh dari tembaga (II) sulfat dengan sodium karbonat di sisa alkaline pH 9,3-9,4 dapat ditetapkan dengan
8
11
metode ini. Pembentukan (II)-hidroksin dalam alkaline dimaksudkan untuk menghindari asam sitrun dengan penambahan kompleksierungsmittel. Hasilnya, ion tembaga (II) akan larut menjadi tembaga (I) iodide berkurang dan juga oksidasi iod menjadi yodium. Hasil akhirnya didapatkan yodium dari hasil titrasi dengan sodium hidroksida. Gula pereduksi yaitu monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa dapat ditunjukkan dengan pereaksi Fehling atau Benedict menghasilkan endapan merah bata (Cu2O). selain pereaksi Benedict dan Fehling, gula pereduksi juga bereaksi positif dengan pereaksi Tollens. Penentuan gula pereduksi selama ini dilakukan dengan metode pengukuran konvensional seperti metode osmometri, polarimetri, dan refraktrometri maupun berdasarkan reaksi gugus fungsional dari senyawa sakarida tersebut (seperti metode Luff-Schoorl, Seliwanoff, Nelson-Somogyi dan lain-lain). Hasil analisisnya adalah kadar gula pereduksi total dan tidak dapat menentukan gula pereduksi secara individual. Untuk menganalisis kadar masingmasing dari gula pereduksi penyusun madu dapat dilakukan dengan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCTK). Metode ini mempunyai beberapa keuntungan antara lain dapat digunakan pada senyawa dengan bobot molekul besar dan dapat dipakai untuk senyawa yang tidak tahan panas.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu
: Selasa, 30 Oktober 2012 pukul 13.00 WIB
Tempat
: Laboratorium Biokimia
3.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah erlenmeyer, gelas ukur, pendingin tegak, buret, labu takar, corong kaca, pipet ukur. Selanjutnya bahan-bahan yang digunakan adalah sampel yang mengandung karbohidrat, Pb asetat, Na2CO3 anhidrat, reagen Luff Schoorl, KI 20%, H2SO4 26,5%, Na-thiosulfat 0,1 N, indicator pati 1%.
3.3 Cara Kerja Timbang bahan padat yang sudah dihaluskan atau bahan cair sebanyak 2 gram dan pindahkan kedalam labu takar, tambahkan 50 mL aquades. Tambahakan 0,5 gr bubur Al(OH)3 atau larutan Pb-asetat. Penambahan bahan penjernih ini diberikan tetes demi setetes sampai penetesan dari reagensia tidak menimbulkan pengeruhan lagi. Kemudian tambahkan aquades sampai tanda dan disaring. Filtrate ditampung dalam labu takar. Untuk menghilangkan kelebihan Pb tambahkan Na2CO3 anhidrat atau K atau Na Oksalat anhidrat atau larutan Na Fosfat 8% secukupnya, kemudian ditambahkan aquades sampai tanda, digojog dan disaring. Filtrate bebas Pb bila ditambah K atau Na Okslat atau Na Fosfat atau Na2CO3 tetap jernih.
8
Pipet 25 mL filtrate bebas Pb kedalam Erlenmeyer, tambahkan 25 mL larutan Luff Schoorl. Dibuat pula perlakuan blanko, yaitu 25 mL larutan Luff Schoorl dengan 25 mL aquades. Masukkan beberapa butir batu didih kedalam Erlenmeyer dan hubungkan dengan pendingin balik, kemudian didihkan. Diusahakan 2 menit sudah mendidih dan pendidihan larutan dipertahankan selama 10 menit. Selanjutnya cepat-cepat didinginkan dan tambahkan 15 mL KI 20% dan dengan hati-hati tambahkan 25 mL H2SO4 26,5%. Iodium yang dibebaskan dititrasi dengan larutan Na-thiosulfat 0,1 N memakai indicator pqti 1% sebanyak 2-3 mL. untuk memperjelas perubahan warna pada akhir titrasi, maka sebaiknya pati diberikan pada saat titrasi hampir berakhir.
9
Tabel Luff Schoorl Glukosa,fruktosa,gula
Glukosa,fruktosa,gula mL 0,1
mL 0,1 N
invert
invert
Thio *)
Mg C6H12O6
N Mg C6H12O6 Thio *) Δ
Δ
1
2,4
2.4
13
33,0
2,7
2
4,8
2,4
14
35,7
2,8
3
7,2
2,5
15
38,5
2,8
4
9,7
2,5
16
38,5
2,9
5
12,2
2,5
17
44,2
2,9
6
14,7
2,5
18
47,1
2,9
7
17,2
2,6
19
50,0
3,0
8
19,8
2,6
20
53,0
3,0
9
22,4
2,6
21
56,0
3,1
10
25,0
2,6
22
59,1
3,1
11
27,6
2,7
23
62,2
-
12
30,3
2,7
24
-
-
*)mL 0,1 N thio = titrasi blanko – titrasi sampel
10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pembahasan
No
V Na-thiosulfat sampel
16,6 mL
V Na-thiosulfat blanko
22,9 mL
Jenis larutan
Identifikasi Sampel + larutan lain warna
1
2
Sampel+akuades
Putih keruh
Sampel+LSC
Biru keruh
Sampel+LSC+KI+H2SO4
Cokelat tua
Sampel+LSC+KI+H2SO4+amilum→dititrasi
Putih
dengan Na-thiosulfat
kekeruhan
Akuades+LSC
Biru bening
Sampel
Blanko
Akuades+LSC+KI+H2SO4
Cokelat muda
Akuades+LSC+KI+H2SO4+amilum→dititrasi Putih susu dengan Na-thiosulfat
11
4.2 Reaksi dan Perhitungan o Reaksi R – CHO + 2Cu2 → R – COOH + Cu2O H2SO4 + CuO → CuSO4 + H2O CuSO4 + 2KI → CuI2 + K2SO4
o Perhitungan
(
) = = 5,985 mL ≈ 6 mL
mg glukosa
6 mL
= 14,7 mg
Δ
= 2,5
= (Vsampel x Δglukosa) + 14,7 mg = (16,6 x 2,5) + 14,7 mg = 56,2 mg = 0,0562 gr
% glukosa
= = = 5,62 %
12
4.3 Pembahasan
Dari percobaan analisa karbohidrat atau sering disebut sebagai glukosa metode Luff schoorl ini dapat dianalisa kandungan glukosa dari susu bubuk dengan menggunakan metode Luff Schoorl. Karbohidrat itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu senyawa organic yang terdiri atas atom C, O dan H. Karbohidrat dibagi menjadi 4 jenis, yang diantaranya, monosakarida, karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi molekul-molekul karbohidrat yang lebih sederhana lagi. Misalnya glukosa, fruktosa, ribose, galaktosa. Disakarida, karbohidrat yang terbentuk dari kondensasi 2 molekul monosakarida misalnya sukrosa, laktosa, dan maltose. Oligasakarida, karbohidrat yang jika dihidrolisis terurai menghasilkan 3-10 monosakarida. Misalnya dekstin dan moltosentosa. Polisakarida, karbohidrat yang terbentuk dari banyak molekul monosakarida. Misalnya pati (amylum), selulosa, dan glikogen. Saat bahan-bahan ditambahkan ke dalam sampel terjadi perubahan warna, diantaranya dari berwarna putih keruh menjadi biru keruh menjadi cokelat tua, dan terakhir menjadi putih kekeruhan setelah dititrasi dengan Natrium-thiosulfat. Sedangkan saat bahan-bahan ditambahkan ke dalam larutan blanko perubahan warnanya dari biru bening menjadi cokelat muda dan terakhir menjadi putih susu setelah dititrasi dengan Natrium-thiosulfat. Warna biru yang terjadi disebabkan Cu tereduksi. Warna cokelat terjadi akibat penambahan kalium iodide dan asam sulfat dalam campuran, penambahan larutan-larutan ini akan menimbulkan reaksi antara kuprioksida menjadi tembaga sulfat dengan asam sulfat, dan tembaga sulfat tersebut bereaksi dengan kalium iodida. Reaksi tersebut ditandai dengan
13
timbulnya buih dan warna larutan menjadi coklat. Larutan tersebut kemudian dititrasi cepat dengan menggunakan larutan tio sulfat. Titrasi cepat ini dilakukan untuk menghindari penguapan kalium iodida. Sebelum Erlenmeyer yang berisi larutan sampel dan blanko di panaskan, masukkan terlebih dahulu batu didih. Batu didih ini berfungsi untuk mencegah terjadinya letupan (bumping). Pemanasan ini bertujuan untuk menghomogenkan campuran dan mempercepat proses pelarutan dari campuran. Proses pemanasan, diusahakan larutan mendidih, hal ini dimaksudkan agar proses reduksi berjalan sempurna, dan Cu dapat tereduksi. Saat penambahan asam sulfat, harus dilakukan pada temperature rendah. Pendinginan ini dilakukan agar tidak terjadi ledakan saat asam sulfat diteteskan. Agar pendinginan berlangsung cepat, maka pendinginan dengan es perlu dilakukan. Dalam praktikum ini, analisis karbohidrat dilakukan dalam 2 cara diantaranya secara kualitatif dan kuantitatif. Analisa kualitatif dilakukan saat mengamati perubahan-perubahan warna yang terjadi pada campuran. Sedangkan analisa kuantitatif diterapkan dalam menghitung persentase atau kadar yang terkandung dalam sampel susu yang digunakan dalam percobaan ini. Bahan – bahan yang digunakan dalam percobaan ini, diantaranya sampel susu, akuades, reagen Luff Schoorl, kalium iodide, asam sulfat, natrium-thiosulfat, dan amilum. Amilum dipergunakan sebagai indicator. Penambahan indicator amilum ini dilakukan setelah campuran mendekati titik akhir, hal ini dilakukan karena apabila dilakukan pada awal titrasi maka amilum dapat membungkus iod dan mengakibatkan warna titik akhir menjadi tidak terlihat tajam.
14
BAB V PENUTUP Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan : 1. Larutan luff schrool akan bereaksi dengan sampel yang mengandung gula pereduksi. 2. Analisa yang digunakan meliputi analisa kualitatif dan analisa kuantitatif. 3. Batu didih ini berfungsi untuk mencegah terjadinya letupan. 4. Penambahan indicator amilum ini dilakukan setelah campuran mendekati titik akhir, hal ini dilakukan karena apabila dilakukan pada awal titrasi maka amilum dapat membungkus iod dan mengakibatkan warna titik akhir menjadi tidak terlihat tajam. 5. Perubahan warna yang terjadi akibat penambahan beberapa senyawa dalam campuran.
15
DAFTAR GAMBAR
Sampel & blanko setelah diencerkan
Sampel & blanko setelah dipanaskan
& Ditambahkan LSC
Sampel setelah didinginkan
blanko setelah didinginkan
& + KI & + H2SO4
& + KI & + H2SO4
Sampel setelah dititrasi dengan
Blanko setelah dititrasi dengan
Na-thiosulfat dan di + amilum
Na-thiosulfat dan di + amilum &
& dititrasi lagi dengan Na-thiosulfat
dititrasi lagi dengan Na-thiosulfat
16
Tugas Pendahuluan
1. Buatlah reaksi yang terjadi pada penentuan kadar glukosa dengan metode Luff Schoorl? 2. Jelaskan metode yang lain untuk menentukan kadar glukosa? Penyelesaian : 1. CH₂O – CHO + 2 CuO → Cu₂O ↓ + CH₃ - COOH H₂SO₄ + CuO
→ CuSO₄ + H₂O
CuSO₄ + 2 KI
→ CuI₂ + K₂SO₄
2 CuI₂
→ Cu₂I₂ + I₂
I₂ + 2 Na₂S₂O₃
→ Na₂S₄O₆ + 2 NaI
2. Pada prinsipnya baik fehling, tollens maupun benedict digunakan untuk mengetahui apakah suatu gula merupakan gula pereduksi atau bukan (mempunyai gugus aldehida bebas). Fehling terdiri dari campuran CuSO4+ Asam tartat + Basa. Jika gula tersebut merupakan gula pereduksi (glukosa, galaktosa, dll) Cu akan berubah menjadi Cu2O yang berwarna merah bata. Benedict terdiri dari campuran Na2Co3 + CuSO4 + Natrium sitrat. Reaksi Benedict akan menyebabkan larutan yang berwarna biru akan berubah menjadi orange atau kuning. Untuk mengetahui gula pereduksi yang mempunyai sifat reduksi lebih kuat, reaksi Fehling lebih jelas perubahan warnanya. Sedangkan Tollen terdiri dari Ag2SO4 yang bila ada gula pereduksi Ag akan direduksi menjadi Ag+ yang akan membentuk cinci perak. Kelemahan dari reaksi Tollen adalah dia bukan cuma bereaksi dengan gula
17
pereduksi tetapi juga bereaksi dengan senyawa keton yang mempunyai gugus metil Prosedur Percobaan
Timbang bahan padat yang sudah dihaluskan atau bahan cair sebanyak 2 gram dan pindahkan kedalam labu takar, tambahkan 50 mL aquades. Tambahakan 0,5 gr bubur Al(OH)3 atau larutan Pb-asetat. Penambahan bahan penjernih ini diberikan tetes demi setetes sampai penetesan dari reagensia tidak menimbulkan pengeruhan lagi. Kemudian tambahkan aquades sampai tanda dan disaring.
Filtrate ditampung dalam labu takar. Untuk menghilangkan kelebihan Pb tambahkan Na2CO3 anhidrat atau K atau Na Oksalat anhidrat atau larutan Na Fosfat 8% secukupnya, kemudian ditambahkan aquades sampai tanda, digojog dan disaring. Filtrate bebas Pb bila ditambah K atau Na Okslat atau Na Fosfat atau Na2CO3 tetap jernih.
Pipet 25 mL filtrate bebas Pb kedalam Erlenmeyer, tambahkan 25 mL larutan Luff Schoorl. Dibuat pula perlakuan blanko, yaitu 25 mL larutan Luff Schoorl dengan 25 mL aquades. Masukkan beberapa butir batu didih kedalam Erlenmeyer dan hubungkan dengan pendingin balik, kemudian didihkan. Diusahakan 2 menit sudah mendidih dan pendidihan larutan dipertahankan selama 10 menit. Selanjutnya cepat-cepat didinginkan dan tambahkan 15 mL KI 20% dan dengan hati-hati tambahkan 25 mL H2SO4 26,5%. Iodium yang dibebaskan dititrasi dengan larutan Na-thiosulfat 0,1 N memakai indicator pqti 1% sebanyak 2-3 mL.
18
untuk memperjelas perubahanwarna pada akhir titrasi, maka sebaiknya pati diberikan pada saat titrasi hampir berakhir.
13
Daftar Pustaka
Anonim. 2012. Analisa Kuantitatif Karbohidrat Metode Luff Schoorl. http://foodandsnack.wordpress.com/2012/01/08/analisa-kuantitatifkarbohidrat-metode-luff-schoorl/. Diakses pada 29 Oktober 2012. Anonim.2012.AnalisaKarbohidrat.http://unhyongol.blogspot.com/2012/05/lapora n-hasil-praktikum-analisa.html. Diakses pada 29 Oktober 2012. Chica.2010.AnalisisKadarKarbohidrat.http://www.scribd.com/doc/31590543/Kar bohidrat. Diakses pada 29 Oktober 2012. Winarno. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Yasmin.2010.PenetapanKarbohidratMetodeLuffSchoorl.http://bluishcaramelpillo w.blogspot.com/2010/07/penetapan-karbohidrat-metode-luff.html. Diakses pada 29 Oktober 2012.