KELOMPOK 2
SISTEM PERENCANAAN DRAINASE
TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JENDERAL AHMADYANI
27
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya).
Menurut Dr. Ir. Suripin, M.Eng. (2004;7) drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas. Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut.
Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. (Suhardjono 1948:1)
Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permkaan tanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir. Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini antara lain :
Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah.
Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir.
Saluran air terbuka merupakan saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas. Pada saluran air terbuka ini jika ada sampah yang menyumbat dapat dengan mudah untuk dibersihkan, namun bau yang ditimbulkan dapat mengurangi kenyamanan.
Sebagai salah satu sistem dalam perencanaan perkotaan, maka sistem drainase yang ada dikenal dengan istilah sistem drainase perkotaan. Berikut definisi drainase perkotaan :
Drainase perkotaan yaitu ilmu drainase yang mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan social budaya yang ada di kawasan kota.
Drainase perkotaan merupakan sistem pengeringan dan pengaliran air dari wilayah perkotaan yang meliputi daerah pemukiman, kawasan industry dan perdagangan, kampus dan sekolah, rumah sakit dan fasilitas umum, lapangan olah raga, dan lain – lain.
Sistem jaringan drainase perkotaan umumnya dibagi atas 2 bagian yaitu :
Sistem Drainase Makro
Sistem drainase makro yaitu sistem saluran atau badan air yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (catchment Area ). Sistem jaringan ini menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer, kanal – kanal dan sungai.
Sistem Drainase Mikro
Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan.
Bila ditinjau dari segi fisik (hirarki susunan saluran ) sistem drainase perkotaan diklasifikasikan atas saluran primer, sekunder dan tersier.
Saluran primer adalah saluran yang memanfaatkan sungai dan anak sungai atau saluran utama yang menerima aliran dari saluran sekunder.
Saluran sekunder adalah salauran yang menghubungkan saluran tersier dengan saluran primer (dibangun dengan beton/plesteran semen)
Saluran tersier adalah saluran yang mengalirkan limbah rumah tangga ke saluran sekunder berupa plesteran, pipa dan tanah.
Tujuan Melakukan Perancangan Drainase
Untuk mengetahui debit puncak disuatu kawasan.
Untuk merancang suatu dimensi saluran dari debit puncak yang telah direncanakan.
Untuk mengetahui kecepatan aliran pada dimensi saluran yang telah direncanakan.
BAB II
DASAR TEORI
Dasar Teori
Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir bumidan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi. Pemanasan air samudra oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju,hujan batu, hujan es dan salju, hujan gerimis atau kabut. pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dnegan tiga cara yang berbeda :
Evaporasi / transpirasi ; air yang ada dilaut, didaratan, disungai, di tanaman dang sebagainya kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfir) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bitik – bitnik yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, dan es.
Infiltrasi / pekolasi ke dalam tanah ; air yang bergerak ke dalam tanah melalui celah – celah dan pori – pori tanah dan batuan menuju muka air tanah.
Air permukaan ; air bergerak di atas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau, makin landau lahan dan makin sedikit pori – pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar.
Analisa Curah Hujan Rencana
Huajn merupakan komponen yang sangat penting dalam analisis hidrologi. Pengukuran huajn dilakukan selama 24 jam baik secara manual maupun otomatis dengan cara ini berarti hujan yang diketahui adalah hujan total yang terjadi selama satu hari. Dalam analisa yang digunakan curah hujan rencana, hujan rencana yang dimaksud adalah hujan harian maksimum yang akan digunakan untuk menghitung intensitas hujan, kemudian intensitas hujan ini digunakan untuk mengestimasi debit rencana.
Dalam perancangan sistem drainase data hujan yang diperlukan tidak hanya data hujan harian, tetapi juga distribusi jam jaman atau ,menitan. Hal ini akan membawa konsekuen dalam pemilihan data, dan dianjurkan untuk menggunakan data hujan hasil pengukuran dengan alat ukur otomatis.
Dalam perencanaan saluran drainase periode ulang (retum period) yang dipergunakan tergantung dari fungsi saluran serta daerah tengkapan hujan yang akan dikeringkan.
Analisa Frekuensi Curah Hujan
Distribusi frekuensi digunakan untuk memperoleh probabilitas besaran curah hujan rencana dalam berbagai periode ulang. Dasar perhitungan distribusi frekuensi adalah parameter yang berkaitan dengan analaisis data yang meliputi rata – rata, simpangan baku, koefisien variasi, dan koefisien skewness (kecondongan atau kemencengan).
Dalam ilmu statistic dikenal beberapa macam distribusi frekuensi yang banyak digunakan dalam bidang hidrologi. Berikut ini empat jenis distribusi frekuensi yang paling banyak digunakan dalam bidang hidrologi :
Distribusi Normal
Distribusi Log Normal
Distribusi Log Persoon III
Distribusi Gumbel
Distribusi Normal
Distribusi normal atau kurva normal disebut juga distribusi Gauss. Perhitungan curah hujan rencana menurut metode distribusi normal, mempunyai persamaan sebagai berikut :
XT= X+ KT S
Dimana :
KT= XT- Xs
Dimana :
XT = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T- tahunan
X = Nilai rata – rata hitung variat
KT = Fakor frekuensi, merupakan fungsi dan peluang atau periode ulang dan tipe model matematik distribusi peluang yang digunakan untuk analisis peluang.
Distribusi Log Normal
Dalam distribusi log normal dan X diubah kedalaman bentuk logaritmik Y = log X. jika variable acak Y = log X terdistribusi secara normal, maka X dikatakan mengikuti distribusi Log Normal. Untuk distribusi Log Normal perhitungan curah huajn rencana menggunakan persamaan berikut ini :
YT= Y+ KT S
KT= YT- YS
Dimana :
YT = perkiraan niali yang diharapkan terjadi dnegan periode ulang T-tahun
Y = nilai rata – rata hitung variat
S = deviasi standar nilai variat dan
KT = factor frekuensi merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang dan tipe model matematik distribusi peluang yang digunakan untuk analisis peluang.
Distribusi Log Person III
Perhitungan curah hujan rencana menurut metode Log Person III, mempunyai langkah – langkah perumusan sebagai berikut :
Ubah data dalam bentuk logaritmis, X = Log X
Hitung harga rata – rata :
logX= i=1nlogLog Xin
Hitung Harga simpangan Baku
s=[ i=1n(logXi- logx)2n-1 ]0.5
Hitung koefisien Kemencengan :
G= ni=1n(LogXi-logX)3(n-1)(n-2)s3
Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T dengan rumus :
logXT=logX+ K . s
Dimana :
K = Variabel standar (standardized Variable) untuk X besarnya tergantung koefisien kemencengan G
Distribusi Gumbel
Perhitungan curah hujan rencana menurut Metode Gumbel mempunyai perumusan sebagai berikut :
X= X+s K
Dimana :
X = harga rata – rata sampel
s = standar deviasi
Nilai K (Faktor probabilitas) untuk harga – harga ekstrim Gumbel dapat dinyatakan dalam persamaan :
K= YTr- YnSn
Dimana :
Yn = reduced mean yang tergantung jumlah sampel
Sn = reduced standard deviation yang tergantung jumlah sampel
YTr = reduced variate, yang dapat dihitung dengan persamaan
YTr= -ln{ -lnTr-1Tr }
Intensitas Hujan
Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan persatuan waktu. Sifat umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung intensitasnya cenderung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi pula intensitasnya.
Intensitas hujan diperoleh dengan cara melakukan analisis data hujan baik secara statistic maupun secara empiris. Biasanya intensitas hujan dihunbungkan dengan durasi hujan jangka pendek misalnya 5 menit, 30 menit, 60 menit dan jam – jaman. Maka intensitas hujan dapat dihitung dengan rumus Talbot :
I=at+b
Dimana :
a= I.tI2-[I2.t][I]NI2-[I][I]
b= II.t-N [I2 . t]N I2-[I][I]
Dimana :
I = intensitas hujan (mm/jam)
T = lamanya hujan (jam)
N = Konstanta
Rumus Ishiguro :
I= at+b
Dimana :
I = intensitas hujan (mm/jam)
T = lamanya hujan (jam)
A dan b = Konstanta
a= I . tI2-I2tINI2-[I][I]
b= II.t-N[I2. t]NI2-[I][I]
Dimana :
[] = jumlah angka – angka dalam tiap suku
N = banyaknya data
Debit Rencana
Debit rencana adalah debit maksimum yang akan dialirkan oleh saluran drainase untuk mencegah terjadnya genangan. Untuk drainase perkotaan dan jalan raya, sebagai rencana debit banjir maksimum periode ulang 5 tahun, yang mempunyai makna kemungkinan banjir maksimum tersebut disamai atau dilampaui 1 kali dalam 5 tahun atau 2 kali dalam 10 tahun atau 200 kali dalam 100 tahun.
Perencanaa debit rencana untuk drainase perkotaan dan jalan raya dihadapi dengan persoalan tidak tersedianya data aliran. Umumnya untuk menentukan debit aliran akibat air hujan diperoleh dari hubungan rasional antara air hujan dengan limpasannya (Metode Rasiobal). Untuk debit air limbah rumah tangga diestimasikan 25 liter perorang perhari. Adapun rumusan perhitungan debit rencana Metode Rasional adalah sebagai berikut :
0.002778 C.I.A
Dimana :
C = koefisien aliran permukaan
I = intensitas hujan
A = luas daerah pengaliran (km2)
Koefisien Pengaliran (C)
Koefisien pengaliran (runoff coefficient) adalah perbandingan anatara jumlah air hujan yang mengalir atau melimpas diatas permukaan tanah (surface run-off) dengan jumlah air hujan yang jatuh dari atmofer (hujan total yang terjadi). Besaran ini dipengaruhi oleh tata guna lahan, kemiringan lahan, jenis dan kondisi tanah. pemilihan koefisien pengaliran harus memperhitungkan kemungkinan adanya perubahan tata guna lahan dikemudian hari. Koefisien pengaliran mempunyai nilai antara, dan sebaiknya nilai pengaliran untuk analisis dipergunakan nialai terbesar atau nilai maksimum.
Waktu Konsentrasi
Menurut welsi (2008: 35) pengertian waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirakan air dari titik yang paling jauh pada daerah aliran ke titik control yang ditentukan dibagian hilir suatu saluran. Pada prinsipnya waktu konsentrasi dapat dibagi menjaadi :
Inlet time (t0), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuyk mengalir di atas permukaan tanah menuju saluran drainase.
Conduit time (td), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di sepanjang saluran sampai titik control yag ditentukan bibagian hilir.
Waktu konsentrasi besarnya sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh factor – factor berikut ini :
Luas daerah pengaliran
Panjang saluran drainase
Kemiringan dasar saluran
Debit dan kecepatan aliran
Harga Tc ditentukan dengan menggunakan rumus seperti berikut ini :
Tc= t0+ td
Dimana :
td=23 x 3.28 x L x ns
dan
td= Ls60 V
Dimana :
Tc = waktu konsentrasi (jam)
t0 = Inlet time ke saluran terdekat
td = conduit time sampai ketempat pengukuran (menit)
n = angka kekasaran manning
S = kemiringan lahan (m)
L = panjang lintasan aliran diatas permukaan lahan (m)
Ls = panjang lintasan didalam saluran (m)
V = kecepatan alira didalam saluran (m/detik)
Analisa Hidrolika
Zat cair dapat diangkut sari suatu tempat lain melalui bangunan pembawa alamiah maupun buatan manusia. Bangunan pembawa ini dapat terbuka maupun tertutup bagian atasnya. Saluran yang tertutup bagian atasnya disebut saluran tertutup (closed conduits). Sedangkan yang tertutup bagian atasnya disebut saluran terbuka (open channel).
Pada sistem pengaliran melalui saluran terbuka terdapat permukaan air yang bebas (free surface) dimana permukaan bebas ini dipengaruhi oleh tekanan udara luar secara langsung, saluran terbuka umumnya digunakan pada lahan yang masih memungkinkan (luas), lalu lintas pejalan kakinya relative jarang, beban kiri dan kanan saluran efektif ringan. Pada sistem pengaliran melalui saluran tertutup (pipa flow) seluruh pipa diisi dengan air sehingga tidak terdapat permukaan yang bebas, oleh karena itu permukaan tidak secara langsung dipengaruhi oleh tekanan udara luar, saluran tertutup umumnya digunakan pada daerah yang lahannya terbatas (pasar, perkotaan), daerah yang lalu lintas pejalan kakinya relative padat, lahan yang dipakai untuk lapangan parker.
Berdasarkan konsistensi bentuk penampang dan kemiringan dasarnya saluran terbuka dapat diklasifikasikan menjadi :
Saluran prismatic (prismatic channel), yaitu saluran yang bentuk penampangnya melintang dan kemiringan dasarnya tetap.
Saluran non prismatic (non prismatic channel), yaitu saluran yang bentuk penampang melintang dan kemiringan dasarnya berubah – ubah.
Aliran pada saluran terbuka terdiri dari saluran alam (natural channel), seperti sungai – sungai kecil di daerah hulu (pegunungan) hingga sungai besar di muara, dan saluran buatan (artificial channel), seperti saluran pembuangan, saluran untuk membawa air ke pembangkit listrik tenaga air, saluran untuk supply air minum, dan saluran banjir. Saluran buatan dapat berbentuk segitiga, trapezium, segiempat, bulat, setengah lingkaran, dan bentuk tersusun
Bentuk Saluran yang Paling Ekonomis
Penampang Berbentuk Persegi yang Paling Ekonomis
Jika B adalah lebar dasar saluran dan h adalah kedalaman air, luas penampang basah, A dan keliling P dapat dituliskan sebagai berikut :
A = Bh
Gambar penampang persegi
B = Ah
Jari – jari hidraulik :
R= AP= B . hB+2h
Penampang Berbentuk Trapesium yang Paling Ekonomis
Saluran dengan penampang melintang bentuk trapezium dengan lebar dasar B, kedalaman aliran h, dan kemiringan dinding I : , luas penampang melintang A dan keliling basah P, dapat dirumuskan sebagai berikut :
A = (B + mh)h
P = B + 2h m2+1
B=P-2h m2+1
Atau
A = 23h3+13h 3 h= h2 3
Gambar penampang trapezium
Dimensi Saluran
Perhitungan dimensi saluran didasarkan pada debit harus ditampung oleh saluran (Qs dalam m3/detik) lebih besar atau sama dengan debit rencana yang diakibatkan oleh hujan rencana (Qr dalam m3/detik). Kondisi demikian dapat dirumuskan dengan persamaan berikut :
QS Qr
Debit yang mampu ditampung oleh saluran (Qs) dapat diperoleh dengan rumus dibawah ini :
Qs = As . V
Dimana :
As = luas penampang saluran (m2)
V = kecepatan rata – rata aliran didalam saluran (m/det)
Kecepatan rata – rata aliran di dalam saluran dapat dihitung dengan menggunakan rumus Manning sebagai berikut :
V=1n. R2/3 . s1/2
R=AsP
Dimana :
V = kecepatan rata – rata aliran didalam saluran (m/det)
N = Koefisien kekasaran Manning
R = jari – jari hidrolis (m)
S = Kemiringan dasar saluran
As = luas penampang saluran (m3)
P = keliling basah saluran (m)
BAB III
PROSES PERENCANAAN SALURAN DRAINASE
Proses perencanaan saluran drainase antara lain :
Data Hujan
Intensitas Hujan
Intensitas hujan untuk berbagai durasi dengan menggunakan metode distribusi Normal
Menghitung harga suku persamaan intensitas hujan
Hitung tetapan untuk persamaan hujan dengan metode Talbot
Menghitung deviasi dari persamaan intensitas hujan yang dipakai
Plot grafik untuk intensitas hujan hasil prediksi Talbot dan data terhadap waktu
Menghitung debit dengan metode rasional
Menentukan kemiringan saluran
Menghitung dimensi saluran
Menghitung kecepatan saluran
BAB IV
DATA TEKNIS
Membuat kontur saluran drainase
Gambar Kontur perencanaan saluran drainase
Data kedalaman curah hujan jangka pendek di Bandara Ahmad Yani Semarang
Tabel kedalaman curah hujan
Intensitas hujan di Bandara Ahmad Yani Semarang
Tabel Intensitas Hujan
Harga – harga intensitas hujan untuk berbaagai durasi dan periode ulang menggunaka metode Distribusi Normal dengan periode ulang 2 tahun
Tabel harga – harga intensitas hujan
BAB V
ANALISIS DATA
Perhitungan harga – harga tiap suku untuk perhitungan tetapan – tetapan dalam rumus Intensitas curah hujan
Tabel harga – harga tiap suku
Menghitung tetapan – tetapan untuk persamaan intensitas hujan untuk persamaan Talbot :
I= at+b
a= I.tI2-[I2.t][I]NI2-[I][I]
a= 61142.946 x 115150.237-2382786 x 878.25712 x 115150.237-878.257 x 878.257
a = 3580.78
b= II.t-N [I2 . t]N I2-[I][I]
b= 878.257 x 61142.946-12 x 238278612 x 115150.237-878.257 x 878.257
b = 41.13
I= 3580.78t x 41.13
Menghitung Standar Deviasi dari persamaan Intensitas Hujan Talbot
Tabel perbandingan kecocokan rumus intensitas hujan
Deviasi:
Contoh perhitungan untuk durasi 5 menit :
= (4) – (3)
= 77,63 – 212,2 = -134,5
Grafik untuk Intensitas Hujan Hasil prediksi Talbot dan data terhadap waktu
Mengitung Debit dengan Metode Rasional
Tabel data tata guna lahan
Untuk menghitung debit di saluran primer 1-2 menggunakan asumsi :
Q = 0.002778 x 0.11 x 15 x 71.44
= 0.33 m3/detik
Saluran sekunde 5 – 2
Q = 0.002778 x 0.40 x 22.29 x 63.80
= 1.58 m3/detik
Saluran Primer 2 – 3
A = 15 + 22.29
= 37.29
C = 15 x 0.11+22.29 x 0.4015+22.29 = 0.28
Tc = 9 + 4 = 13
Q = 0.002778 x 0.28 x 66.16 x 37.29
= 1.94 m3/detik
Saluran sekunder 7 - 3
Q = 0.002778 x 0.11 x 50.34 x 132.40
= 2.04 m3/detik
Saluran primer 3 – 4
A = 15 + 22.29 + 132.40
= 169.69
C = 15 x 0.11+22.29 x 0.40 +132.40 x 0.11 15+22.29+132.40 = 0.15
Tc = 9 + 4 + 5 = 18
Q = 0.002778 x 0.15 x 169.69 x 60.65
= 4.23 m3/detik
Saluran Sekunder 6 – 4
Q = 0.002778 x 0.25 x 47.42 x 209.64
= 6.90 m3/detik
Saluran Primer 4
A = 15 + 22.29 + 132.40 + 209.64
= 379.34
C = 15 x 0.11+22.29 x 0.40 +132.40 x 0.11+209.64 x 0.25 15+22.29+132.40+209.64= 0.20
Tc = 9 + 4 + 5 + 5 = 23
Q = 0.00778 x 0.20 x 55.84 x 379.34
= 11.57 m3/detik
Tabel data debit
Hasil perhitungan diatas dapat diringkas secara skematis seperti pada gambar di bawah ini :
Diagram hasil perhitungan debit dengan metode rasional
Menentukan Dimensi Saluran dengan menggunakan rumus Manning
Tipe saluran yang digunakan Beton
V=1n. R2/3 . s1/2
Saluran Primer 1 – 2
Diketahui : Q = 0.33 m3/detik
S = 0.00098
Menentukan tinggi saluran (h)
Q = h2 x 3 x1n x ( h2 )23 x S12
0.33 = h2x 3 x 10.012 x (h2)23 x 0.000980.5
h = 0.45 m
Menentukan lebar saluran (B)
B = 23 x h x 3
= 23 x 0.45 x 3
= 0.52 m
Menentukan luas saluran (A)
A = (b + m . h)x h
= (0.52 + 1 x 0.45) x 0.45
= 0.436 m2
P = b+2h 1+m2
= 0.52 + 2 x 0.45 x 1+ 12
= 1.792 m
R = A/P
= 0.4361.792 = 0.243
Menentukan kecepatan menggunakan rumus Manning
V=1n. R2/3 . s1/2
= 10.012 x 0.2432/3 x 0.000980.5
= 1.392 m/detik
Jadi kecepatan 0.75 > V < 1.5 maka saluran OKE
Saluran Sekunder 5 – 2
Diketahui : Q = 1.58 m3/detik
S = 0.00034
Menentukan tinggi saluran (h)
Q = h2 x 3 x1n x ( h2 )23 x S12
1.58 = h2x 3 x 10.012 x (h2)23 x 0.000340.5
h = 1.15 m
Menentukan lebar saluran (B)
B = 23 x h x 3
= 23 x 1.15 x 3
= 1.33 m
Menentukan luas saluran (A)
A = (b + m . h)x h
= (1.33 + 1.5 x 1.15) x 1.15
= 3.51 m2
P = b+2h 1+m2
= 1.33 + 2 x 1.15 x 1+ 1.52
= 5.47 m
R = A/P
= 3.515.47 = 0.64
Menentukan kecepatan menggunakan rumus Manning
V=1n. R2/3 . s1/2
= 10.012 x 0.642/3 x 0.000340.5
= 1.26 m/detik
Jadi kecepatan 0.75 > V < 1.5 maka saluran OKE
Saluran Primer 2 - 3
Diketahui : Q = 1.94 m3/detik
S = 0.0007339
Menentukan tinggi saluran (h)
Q = h2 x 3 x1n x ( h2 )23 x S12
1.94 = h2x 3 x 10.012 x (h2)23 x 0.00073390.5
h = 0.72 m
Menentukan lebar saluran (B)
B = 23 x h x 3
= 23 x 0.72 x 3
= 0.83 m
Menentukan luas saluran (A)
A = (b + m . h)x h
= (0.83 + 1.5 x 0.72) x 0.72
= 1.379 m2
P = b+2h 1+m2
= 0.83 + 2 x 0.72 x 1+ 1.52
= 3.427 m
R = A/P
= 1.3793.427 = 0.402
Menentukan kecepatan menggunakan rumus Manning
V=1n. R2/3 . s1/2
= 10.012 x 0.4022/3 x 0.00073390.5
= 1.50 m/detik
Jadi kecepatan 0.75 > V < 1.5 maka saluran OKE
Saluran sekunder 7 - 3
Diketahui : Q = 2.04 m3/detik
S = 0.00009
Menentukan tinggi saluran (h)
Q = h2 x 3 x1n x ( h2 )23 x S12
2.04 = h2x 3 x 10.012 x (h2)23 x 0.000090.5
h = 1.45 m
Menentukan lebar saluran (B)
B = 23 x h x 3
= 23 x 1.45 x 3
= 1.67 m
Menentukan luas saluran (A)
A = (b + m . h)x h
= (1.67 + 1.5 x 1.45) x 1.45
= 5.58 m2
P = b+2h 1+m2
= 1.67 + 2 x 1.45 x 1+ 1.52
= 6.9 m
R = A/P
= 5.586.9 = 0.809
Menentukan kecepatan menggunakan rumus Manning
V=1n. R2/3 . s1/2
= 10.012 x 0.8092/3 x 0.000090.5
= 0.719 m/detik
Jadi kecepatan 0.75 > V < 1.5 maka saluran OKE
Saluran primer 3 - 4
Diketahui : Q = 4.23 m3/detik
S = 0.000513
Menentukan tinggi saluran (h)
Q = h2 x 3 x1n x ( h2 )23 x S12
4.23 = h2x 3 x 10.012 x (h2)23 x 0.0005130.5
h = 1 m
Menentukan lebar saluran (B)
B = 23 x h x 3
= 23 x 1 x 3
= 1.15 m
Menentukan luas saluran (A)
A = (b + m . h)x h
= (1.15 + 1.5 x 1) x 1
= 2.655 m2
P = b+2h 1+m2
= 1.15 + 2 x 1 x 1+ 1.52
= 4.76 m
R = A/P
= 2.6554.76 = 0.677
Menentukan kecepatan menggunakan rumus Manning
V=1n. R2/3 . s1/2
= 10.012 x 0.6772/3 x 0.0005130.5
= 1.455 m/detik
Jadi kecepatan 0.75 > V < 1.5 maka saluran OKE
Saluran sekunder 6 - 4
Diketahui : Q = 6.90 m3/detik
S = 0.00009
Menentukan tinggi saluran (h)
Q = h2 x 3 x1n x ( h2 )23 x S12
6.90 = h2x 3 x 10.012 x (h2)23 x 0.000090.5
h = 2.2 m
Menentukan lebar saluran (B)
B = 23 x h x 3
= 23 x 2.2 x 3
= 2.54 m
Menentukan luas saluran (A)
A = (b + m . h)x h
= (2.54 + 1.5 x 2.2) x 2.2
= 12.85 m2
P = b+2h 1+m2
= 2.54 + 2 x 2.2 x 1+ 1.52
= 10.47 m
R = A/P
= 12.8510.47 = 1.227
Menentukan kecepatan menggunakan rumus Manning
V=1n. R2/3 . s1/2
= 10.012 x 1.2272/3 x 0.000090.5
= 0.87 m/detik
Jadi kecepatan 0.75 > V < 1.5 maka saluran OKE
Saluran Primer 4
Diketahui : Q = 11.57 m3/detik
S = 0.000269
Menentukan tinggi saluran (h)
Q = h2 x 3 x1n x ( h2 )23 x S12
11.57 = h2x 3 x 10.012 x (h2)23 x 0.0002690.5
h = 1.4 m
Menentukan lebar saluran (B)
B = 23 x h x 3
= 23 x 1.4 x 3
= 1.617 m
Menentukan luas saluran (A)
A = (b + m . h)x h
= (1.617 + 1.5 x 1.4) x 1.4
= 5.2 m2
P = b+2h 1+m2
= 1.617 + 2 x 1.4 x 1+ 1.52
= 6.66 m
R = A/P
= 5.26.66 = 0.781
Menentukan kecepatan menggunakan rumus Manning
V=1n. R2/3 . s1/2
= 10.012 x 0.7812/3 x 0.0002690.5
= 1.22 m/detik
Jadi kecepatan 0.75 > V < 1.5 maka saluran OKE.
Tabel hasil perhitungan kecepatan saluran
BAB VI
KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan yang telah kami lakukan dalam menentukan, mulai dari debit, dimensi saluran hingga kecepatan saluran itu melihat dari kontur yang kita buat. Kemiringan dari setiap saluran berbeda – beda. Dimensi saluran yang digunakan juga berbeda – beda. Serta kecepatannya tidak melebihi dari kecepatan ijin.
[Pick the date]