LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT
MASYARAKAT SIAGA SEHAT JIWA
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Departemen kesehatan menggunakan strategi ”Menggerakkan dan Memberdayakan Masyarakat Untuk Hidup Sehat” dalam mencapai visi ”Masyarakat ”Masyaraka t yang Mandiri untuk Hidup Sehat”. Sejalan dengan strategi Depkes tersebut, paradigma kesehatan di Indonesia berfokus pada peningkatan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat. Kemandirian masyarakat dalam menangani masalah kesehatannya menjadi tujuan utama perawatan kesehatan di komunitas, yang sejalan pula dengan tema hari kesehatan sedunia ”Bekerja bersama untuk kesehatan” (”Working (” Working together for health”). health ”). Pemberdayaan keluarga dan komunitas adalah salah satu metode yang digunakan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam menjaga kesehatannya (Depkes RI, 2008). Pada langkah lebih lanjut dalam meningkatkan kemandirian masyarakat, Departemen Kesehatan telah merumuskan suatu visi dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Visinya adalah “Departemen “ Departemen Kesehatan Itu Adalah Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat ”, Sehat ”,
bahwa 185 dari 1000 penduduk rumah tangga dewasa menunjukkan adanya gejala gangguan kesehatan jiwa. Hasil SKRT 1995 menunjukkan, gangguan mental emosional pada usia 15 tahun ke atas adalah 140 per 1.000 penduduk dan 5-14 tahun sebanyak 104 per 1.000 penduduk (Maramis, 2006). Masyarakat yang mampu mengatasi masalah kesehatan jiwa tersebut menjadi salah satu jawaban untuk mencegah mencegah timbulnya kejadian gangguan jiwa. Masyarakat Masyarakat diharapkan diharapkan mampu merawat anggota keluarga yang sudah sakit ( menderita gangguan jiwa ), dan mampu mencegah terjadinya gangguan jiwa baru dari masyarakat yang beresiko terjadi gangguan jiwa. Penanganan yang tepat terhadap penderita gangguan jiwa dan masyarakat yang beresiko akan dapat menekan terjadinya kejadian gangguan jiwa (CMHN, 2005). Puskesmas Wates Kota Mojokertomerupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten Malang yang berada di Kecamatan Bantur. Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Wates Kota Mojokertopada tahun 2012 tercatat : 32.469 jiwa yang tersebar di 5 Masyarakat yaitu Masyarakat Bantur, Wonorejo, Srigonco, Sumberbening, dan Bandungrejo. Dimana Masyarakat Bantur terdiri dari 5 dusun, 73 RT, dan jumlah penduduk 11.917. Masyarakat Wonorejo terdiri dari 1 Dusun, 11 RT, dan jumlah penduduk 1408. Masyarakat
kegiatan sehari hari dan berpenghasilan ( produktif ) seperti anggota masyarakat yang lain. Hal tersebut berbeda apabila penderita tersebut tidak mendapatkan perawatan yang memadai sehingga harus dirawat di Rumah Sakit dan kelhilangan produktifitasnya. Kegiatan kesehatan jiwa masyarakat ( keswamas ) merupakan kegiatan k egiatan yang tepat untuk dapat memberdayakan memberdayakan masyarakat sehingga masyarakat tersebut dapat merawat penderita gangguan jiwa tetap berada di masyakarat tanpa kehilangan produktifitasnya. Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan di atas, sekiranya perlu penatalaksanaan lebih lanjut terkait masalah kesehatan jiwa di Kecamatan Bantur khususnya di wilayah kerja Puskesmas Bantur, karena hal ini terkait juga dengan proses rujukan pasien ke Rumah Sakit Jiwa Menur, Program Pengawasan Minum Obat Pasien, dan Poli Jiwa yang masih dalam tahapan perencanaan lebih lanjut. Oleh karena itu program Masyarakat Siaga Sehat Jiwa patut untuk diajukan sebagai salah satu program Puskesmas di wilayah kerja Kecamatan Bantur.
1.2 Tujuan Kegiatan I.
Tujuan Umum Tujuan dari kegiatan pembentukan Masyarakat Siaga Sehat Jiwa di Kelurahan Wates
3. Bagi Kelurahan Wates Wate s pembentukan Masyarakat Siaga Sehat jiwa ini adalah membantu menyelesaikan masalah yang terjadi di masyarakat, khususnya kesehatan jiwa sehingga dapat mendukung terbentuknya Masyarakat Siaga Sehat Jiwa. 4. Bagi masyarakat, manfaat dari pembentukan Masyarakat Siaga Sehat Jiwa ini adalah menambah wawasan dan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan jiwa. Masyarakat menjadi siaga terhadap munculnya masalah kesehatan jiwa di masyarakat.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Masyarakat Siaga Masyarakat yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri ( Depkes RI, 2006) Menurut Bambang Hartono (Kepala Pusat Promosi Kesehatan) Masyarakat Siagaadalah Masyarakat yang memiliki kesiapan sumberdaya dan kemampuan mencegah serta mengatasi masalah masalah kesehatan
2.2 Masyarakat Siaga Sehat Jiwa Masyarakat yang memiliki kesiapan di bidang kesehatan , di mana Masyarakat yang penduduknya memiliki sumber daya dan kemampuan untuk mengatasi masalah kesehatan secara mandiri. Masyarakat Siagamerupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau, dan mampu untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan secara mandiri. Masyarakat
(Dinkes Prov. Jawa Timur, 2008)
2.4 Kriteria Masyarakat Siaga a. Ada forum masyarakat Masyarakat (FMD) b. Adanya pelayanan kesehatan dasar (Polindes, Pustu, Bidan, Praktek Swasta, dokter praktek) c. Adanya Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) seperti Posyandu dan Ponkesdes d. Adanya pengamatan kesehatan yang terus menerus dilakukan oleh masyarakat seperti masalah kesehatan penyakit menular, keluarga keluarga yang gangguan jiwa. e. Ada pembinaan dari puskesmas yang mampu memberikan pelayanan kegawat daruratan bagi ibu dan bayi f.
Ada sistem siaga bencana oleh masyarakat
g. Ada pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat h. Mempunyai lingkungan yang sehat
4. Indikator dampak Indikator dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa besar dampak dan hasil kegiatan di Masyarakat dalama rangka pengembangan Masyarakat Siagayaitu jumlah penduduk penduduk yang menderita sakit, jumlah penduduk yang menderita menderita gangguan jiwa (Depkes RI, 2006)
2.6 Program Masyarakat Siaga Sehat Jiwa Departemen Kesehatan berupaya untuk memfasilitasi percepatan pencapaian derajat kesehatan setinggi-tingginya bagi seluruh penduduk dengan mengembangkan kesiapsiagaan di tingkat Masyarakat. Masyarakat-Masyarakat yang memiliki kesiapan di bidang kesehatan
diberi nama Masyarakat Siaga. Masyarakat Siagamerupakan
gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat, seperti kurang gizi, kejadian bencana, termasuk juga gangguan jiwa, dengan memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong, menuju Masyarakat sehat.
a. Kegiatan perawat CMHN. 1) Pendidikan kesehatan jiwa bagi kelompok masyarakat yang sehat :
Keluarga dengan bayi
Keluarga dengan kanak-kanak
Keluarga dengan usia pra sekolah
Keluarga dengan usia sekolah
Keluarga dengan remaja
Keluarga dengan dewasa muda
Keluarga dengan dewasa
Keluarga dengan lanjut usia
2) Pendidikan kesehatan jiwa bagi kelompok pasien yang risiko masalah psikososial :
Kehilangan bentuk, struktur, fungsí tubuh
Kehilangan/perpisahan Kehilangan/perpi sahan dengan orang dicintai, pekerjaan, tempat tinggal, sekolah, harta benda
3) Pendidikan kesehatan jiwa bagi kelompok pasien yang mengalami
2.7
Deteksi Keluarga Di Masyarakat Siaga Sehat Jiwa Salah satu peran dan fungsi kader kesehatan jiwa adalah mendeteksi seluruh keluarga yang ada di Masyarakat Siaga Sehat jiwa. 1) Pengertian Deteksi adalah kemampuan kader kesehatan jiwa untuk mengetahui kondisi kesehatan jiwa keluarga yang tinggal di Masyarakat Siaga Sehat jiwa. Hasil deteksi adalah sehat jiwa, risiko masalah psikososial dan gangguan jiwa. 2) Tujuan Melalui deteksi diperoleh gambaran tentang kesehatan jiwa satu wilayah yang ditunjukkan melalui : a. Jumlah keluarga yang sehat jiwa b. Jumlah keluarga yang berisiko mengalami masalah psikososial c. Jumlah keluarga yang mempunyai pasien gangguan jiwa 3) Pelaksanaan kegiatan a. Persiapan 1)
Kader mempelajari buku pedoman deteksi keluarga
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa (perilaku seperti pada tabel 2)
c. Pelaporan 1)
Kader mencatat nama seluruh keluarga yang tinggal di wilayahnya
2)
Kader mencatat data – – data keluarga yang mempunyai risiko masalah psikososial
3)
Kader mencatat data – data – data data keluarga yang mengalami gangguan jiwa
4)
Hasil penghitungan jumlah keluarga untuk masing – – masing kelompok dicatat
5)
Hasil
pencatatan
disampaikan
pada
perawat
CMHN
yang
bertanggungjawab (Keliat dkk, 2011)
2.8
Karakteristik keluarga yang berisiko mengalami masalah psikososial, gangguan jiwa dan sehat sehat jiwa
Tabel 2 Perilaku yang menunjukkan tanda gangguan jiwa NO
CIRI PERILAKU
1
Sedih berkepanjangan dalam waktu lama
2
Kemampuan melakukan kegiatan sehari – – hari (kebersihan, makan, minum, aktivitas) berkurang
3
Motivasi untuk melakukan kegiatan menurun (malas)
4
Marah – Marah – marah marah tanpa sebab
5
Bicara atau tertawa sendiri
6
Mengamuk
7
Menyendiri
8
Tidak mau bergaul
9
Tidak memperhatikan penampilan/kebersihan diri
3) Kader mengingatkan peserta penyuluhan satu hari sebelumnya untuk hadir penyuluhan 4) Kader mengingatkan peserta penyuluhan untuk hadir satu jam sebelum penyuluhan 5) Kader mempersiapkan daftar hadir peserta penyuluhan 6) Kader mempersiapkan tempat penyuluhan
b. Pelaksanaan 1) Mengingatkan peserta untuk mengikuti penyuluhan 2) Mengumpulkan peserta penyuluhan 3) Mendampingi perawat CMHN yang memberikan penyuluhan 4) Memotivasi peserta untuk bertanya c. Pelaporan 1) Membuat laporan topik/judul penyuluhan dan kehadiran peserta (lihat buku pegangan kader : penyuluhan kesehatan jiwa) (Keliat dkk, 2011)
3) Mendampingi perawat CMHN yang memberikan memberik an penyuluhan 4) Memotivasi peserta untuk bertanya
c. Pelaporan 1) Membuat laporan topik/judul penyuluhan dan kehadiran peserta (lihat buku pegangan kader : penyuluhan kesehatan jiwa) (Keliat dkk, 2011). 2.11
Penggerakan Kelompok Keluarga Gangguan Jiwa Untuk Penyuluhan Kesehatan,
TAK Dan Rehabilitasi 1. Pengertian Penggerakkan kelompok keluarga yang mempunyai gangguan jiwa adalah kegiatan memobilisasi keluarga untuk mengikuti kegiatan penyuluhan oleh perawat CMHN yang dilakukan dua minggu sekali. 2. Tujuan Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memotivasi dan mendorong keluarga yang mempunyai gangguan jiwa untuk menghadiri penyuluhan kesehatan jiwa.
2. Tujuan Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memotivasi dan mendorong pasien gangguan jiwa untuk mengikuti TAK dan Rehabilitasi.
3. Pelaksanaan kegiatan a. Persiapan 1) Kader bersama perawat CMHN mengidentifikasi mengidentif ikasi pasien gangguan yang akan mengikuti TAK dan rehabilitasi 2) Kader bersama perawat CMHN menyampaikan rencana TAK dan Rehabilitasi 3) Kader bersama keluarga memfasilitasi kebutuhan (alat dan bahan) rehabilitasi rehabilitas i 4) Kader mengundang pasien dan keluarga yang akan mengikuti TAK untuk hadir 5) Kader mengundang pasien yang akan mengikuti TAK untuk hadir 6) Kader mengingatkan pasien dan keluarga untuk hadir pada kegiatanTAK dan rehabilitasi yang akan dilaksanakan 7) Kader mempersiapkan daftar hadir peserta kegiatan (TAK dan rehabilitasi) rehabilitasi ) 8) Kader mempersiapkan tempat pelaksanaan kegiatan TAK dan rehabilitasi
Persiapan yang harus dilakukan adalah : 1) Menyiapkan buku supervisi kader 2) Mempelajari Mempelajari isi buku 3) Melakukan perjanjian/kontrak perjanjian/kontr ak dengan keluarga b. Pelaksanaan 1) Memberikan salam terapeutik 2) Melakukan perjanjian/kontrak perjanjian/kontr ak 3) Mengobservasi perilaku pasien dan melakukan wawancara dengan dengan pasien dan keluarga tentang kemampuan pasien 4) Menyampaikan pujian terhadap kemampuan pasien dan keluarga, 5) Membuat perjanjian untuk kunjungan pada minggu berikutnya dengan tujuan tertentu c. Pelaporan Tuliskan hasil observasi bp/ibu pada buku pegangan kader sesuai dengan kasus pasiennya (lihat buku pegangan kader : supervisi kader) 2.14
Rujukan Kasus
Tujuan Melalui pendokumentasian yang dilakukan kader, diharapkan perkembangan kondisi kesehatan pasien dan keluarga serta seluruh kegiatan yang telah dilakukan di Masyarakat Siaga Sehat jiwa tercatat dengan baik Bentuk dokumentasi Bentuk dokumentasi laporan kader adalah :
Buku pegangan kader : deteksi keluarga
Buku pegangan kader : penyuluhan kesehatan jiwa
Buku pegangan kader : supervisi pasien gangguan jiwa
Surat rujukan (Keliat dkk, 2011)
BAB 3 KERANGKA KEGIATAN
Adanya potensi terjadinya terjadinya bencana alam, kehilangan pekerjaan, anggota keluarga, musibah lainnya di masyarakat
Koping individu tidak efektif Kurangnya dukungan social terhadap kondisi kejiwaan
KEBIJAKAN DEPARTEMEN KESEHATAN Melalui Puskesmas KECAMATAN SEHAT 2015
Warga yang mengalami gangguan jiwa Warga yang mempunyai resiko psikososial
DESA SIAGA SEHAT JIWA
DINKES
LSM
MASYARAKAT
PERANGKAT DESA
ALUR PEMERIKSAAN PASIEN DI POLI JIWA
Pencatatan
Kader Siaga Sehat Jiwa Deteksi Dini Keluarga Sehat Jiwa
Pelaporan
Data Pasien Keluarga Sehat,
Penyampaian data
Resiko, dan pasien gangguan
pasien gangguan dan resiko ke perawat CMHN di ponkesdes
PEMERIKSAAN DI POLI JIWA PUSKESMAS
Perawat CMHN memfasilitasi untuk pemeriksaan lebih lanjut ke poli jiwa puskesmas puskesmas
BAB 4 RENCANA KEGIATAN
A.
Rancangan Pelatihan Kader Kesehatan Jiwa a. Tujuan Setelah mengikuti pelatihan, kader kesehatan jiwa dapat : a. Melaksanakan program program Masyarakat Siaga Sehat jiwa b. Melakukan deteksi keluarga sehat, keluarga berisiko masalah psikososial dan kelompok keluarga dengan gangguan jiwa di masyarakat c. Menggerakkan individu, keluarga dan kelompok sehat jiwa untuk mengikuti pendidikan kesehatan jiwa d. Menggerakkan keluarga dan kelompok yang mempunyai risiko masalah psikososial untuk mengikuti pendidikan kesehatan jiwa e. Menggerakkan keluarga dan kelompok yang mempunyai gangguan jiwa untuk mengikuti pendidikan kesehatan jiwa
i.
Diskusi kelompok Diskusi kelompok dilakukan bila materi yang dipelajari perlu dibahas lebih mendalam atau dipraktekkan. Dalam diskusi kelompok perlu dipilih ketua dan sekretaris kelompok yang akan memimpin diskusi. Hasil diskusi dicatat dan disampaikan pada seluruh anggota agar terjadi kesepahaman atau kesamaan persepsi antar anggota kelompok.
j.
Demonstrasi atau simulasi simulasi Demonstrasi dilakukan jika materi yang dibahas memerlukan aktivitas motorik atau penampilan sikap yang sesuai sehingga perlu diperagakan untuk memperoleh gambaran materi yang utuh. Lakukan demonstrasi tahap demi tahap agar mudah diingat dan di pahami oleh peserta. Setelah diperagakan peserta melakukan simulasi. Selama atau setelah demonstrasi peserta dapat mengajukan pertanyaan untuk hal-hal yang belum dimengerti dan pelatih mengamati atau memperbaiki kemampuan peserta.
k. Bermain peran Bermain peran adalah melakukan simulasi dengan berakting secara spontan.
DAFTAR PUSTAKA
Riskesdas 2013, Depkes RI http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf
PUBLIKASI KEGIATAN
KEGIATAN PEMBENTUKAN MASYARAKAT SIAGA SEHAT JIWA NO
1
2 3
4 5 6 7
8 9 10
11 12
WAKTU
KEGIATAN
SASARAN
JANUARI, 2016 MINGGU KE-4, HARI RABU
SOSIALISASI MASYARAKAT SIAGA SEHAT JIWA KEPADA STAKEHOLDER DAN KKJ
KADES + RW +TOMA + KKJ (50 ORANG)
JANUARI, FEBRUARI MARET APRIL, 2016 MINGGU KE-4 HARI RABU APRIL MEI JUNI JULI JULI, 2016 MINGGU KE-4 HARI RABU AGUSTUS
SCANNING KASUS DI MASYARAKAT SCANNING KASUS DI MASYARAKAT SCANNING KASUS DI MASYARAKAT PENYULUHAN PADA KELOMPOK GANGGUAN JIWA
MASYARAKAT KELURAHAN WATES (MIN 1 RT) MASYARAKAT KELURAHAN WATES (MIN 1 RT) MASYARAKAT KELURAHAN WATES (MIN 1 RT) KELUARGA PASIEN DENGAN GANNGUAN JIWA BERAT + KKJ (50 ORANG)
SCANNING KASUS DI MASYARAKAT SCANNING KASUS DI MASYARAKAT SCANNING KASUS DI MASYARAKAT SCANNING KASUS DI MASYARAKAT PENYULUHAN PADA KELOMPOK RESIKO GANGGUAN JIWA
MASYARAKAT KELURAHAN WATES (MIN 1 RT) MASYARAKAT KELURAHAN WATES (MIN 1 RT) MASYARAKAT KELURAHAN WATES (MIN 1 RT) MASYARAKAT KELURAHAN WATES (MIN 1 RT) KELUARGA PASIEN DENGAN GANNGUAN JIWA BERAT + KKJ (50 ORANG)
SOSIALISASI MSSJ DI RW
WARGA RW, TOGA, TOMA
SOSIALISASI MSSJ DI RW SOSIALISASI MSSJ DI RW PENYULUHAN PADA KELOMPOK GANGGUAN JIWA
WARGA RW, TOGA, TOMA WARGA RW, TOGA, TOMA KELUARGA PASIEN DENGAN GANNGUAN JIWA BERAT + KKJ (50 ORANG)
SEPTEMBER OKTOBER OKTOBER, 2016 MINGGU KE-4 HARI RABU NOVEMBER DESEMBER