SOLUSIO PLASENTA I. KONSEP DASAR MEDIS A. DEFINISI SOLUSIO PLASENTA
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implementasinya yang normal pada uterus, sebelum seb elum janin dilahirkan (sarwono prawirahordjo,2009). Terlepasnya Te rlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah antar plasenta dan dinding rahim yang dapat menyebabkan gangguan penyulitan terhadap ibu dan janin. Nama lain yang sering digunakan untuk solusio plasenta yaitu : ablatio plasentae, accidental haemorrhage, premature seperation of the normally implated placenta. Abrupsio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat tertanamnya sebelum waktunya (helen, 2007) B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
1. ANATOMI
2. FISIOLOGI Plasenta berasal dari lapisan trofoblas pada ovum yang dibuahi, lalu terhubung dengan sirkulasi ibu untuk melakukan fungsi-fungsi yang belum dapat dilakukan oleh janin itu sendiri selama kehidupan intra uterin. Keberhasilan janin untuk hidup tergantung atas keutuhan dan efisiensi plasenta.
Plasenta terbentuk pada kira-kira minggu ke-8 kehamilan berasal dari bagian konseptus yang menempel pada endometrium uteri dan tetap terikat kuat pada endometrium sampai janin lahir. Fungsi plasenta sendiri sangat banyak, yaitu sebagai tempat pertukaran zat dan pengambilan bahan nutrisi untuk tumbuh kembangnya janin, sebagai alat respirasi, sebagai alat sekresi hasil metabolisme, sebagai barrier, sebagai sumber
hormonal
kehamilan.
Plasenta
juga
bekerja
sebagai
penghalang
guna
menghindarkan mikroorganisme penyakit mencapai fetus. Kebanyakan obat-obatan juga dapat menembus plasenta seperti morfin, barbiturat dan anestesi umum yang diberikan kepada seorang ibu sewaktu melahirkan, dapat menekan pernafasan bayi yang baru lahir. Plasenta merupakan salah satu sarana yang sangat penting bagi janin karena merupakan alat pertukaran zat antara ibu dan anak dan sebaliknya, berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm dan tebal lebih kurang 2,5 cm. Beratnya rata-rata 500 gram. Letak plasenta umumnya di depan atau di belakang dinding uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas sehingga lebih banyak tempat untuk melakukan implantasi. Permukaan fetal ialah yang menghadap ke janin, warnanya keputih-putihan dan licin karena tertutup oleh amnion, di bawah nampak pembuluh-pembuluh darah. Permukaan maternal yang menghadap dinding rahim, berwarna merah dan terbagi-bagi oleh celah-celah/sekat-sekat yang berasal dari jaringan ibu. Oleh sekat ini, plasenta dibagi menjadi 16-20 kotiledon. Pada penampang sebuah plasenta,yang masih melekat pada dinding rahim nampak bahwa plasenta terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang dibentuk oleh jaringan anak dan bagian yang dibentuk oleh jaringan ibu. Bagian yang terdiri dari jaringan anak disebut piring penutup (membrana chorii), yang dibentuk oleh amnion, pembuluh-pembuluh darah janin, chorion dan villi. Bagian yang terbentuk dari jaringan ibu disebut piring desidua atau piring basal yang terdiri dari desidua compacta dan sebagian dari desidua spongiosa, yang kelak ikut lepas dengan plasenta. Fungsi plasenta ialah mengusahakan janin tumbuh dengan baik. Salah satu fungsi plasenta adalah untuk perfusi dan transfer nutrisi, yaitu sebagai tempat pertukaran zat dan pengambilan bahan nutrisi untuk tumbuh dan berkembangnya janin di dalam rahim, berupa penyaluran zat asam, asam amino, vitamin dan mineral dari ibu ke janin, dan pembuangan
karbondioksida dan sampah metabolisme janin ke peredaran darah ibu. Fungsi lain dari plasenta adalah: a. Nutrisi
: memberikan bahan makanan pada janin
b. Ekskresi
: mengalirkan keluar sisa metabolisme janin
c. Respirasi
: memberikan O2 dan mengeluarkan CO2 janin
d. Endokrin
: menghasilkan hormon-hormon (HCG, HPL, estrogen, progesteron, dan sebagainya)
e. Imunologi
: menyalurkan berbagai komponen antibodi ke janin
f. Farmakologi : menyalurkan obat-obatan yang mungkin diperlukan janin, yang diberikan melalui ibu g. Proteksi
: barrier terhadap infeksi bakteri dan virus, zat-zat toksik (tetapi akhir2 ini diragukan, karena pada kenyataannya janin sangat mudah terpapar infeksi / intoksikasi yang dialami ibunya)
sumber : https://www.academia.edu/11475583/Laporan_Pendahuluan_Solusio_Plasenta C.
ETIOLOGI Pergerakan Penyebab utama dari solusio plasenta masih belum diketahui dengan jelas.
Meskipun demikian,beberapa hal di bawah ini di duga merupakan factor-faktor yang berpengaruh pada kejadiannya, antara lain sebagai berikut : 1) Hipertensi esensial atau preeklampsi. 2) Tali pusat yang pendek karena janin yang banyak atau bebas. 3) Trauma abdomen seperti terjatuh terkelungkup,tendangan anak yang sedang di gendong. 4) Tekanan rahim yang membesar pada vena cava inferior. 5) Uterus yang sangat kecil. 6) Umur ibu (< 20 tahun atau > 35 tahun 7) Mioma uteri 8) Defisiensi asam folat. 9) Merokok,alcohol,dan kokain. 10) Perdarahan retroplasenta. 11) Kekuatan rahim ibu berkurang pada multiparitas 12) Peredaran darah ibu terganggu sehingga suplay darah ke janin tidak ada.
13) Pengecilan yang tiba-tiba pada hidromnion dan gamely. Faktor-faktor yang mempengaruhi solusio plasenta antara lain sebag ai berikut : 1) Faktor vaskuler (80-90%) yaitu toksemia gravidarum,glomerulonefritis kronik,dan hipertensi esensial. Adanya desakan darah yang tinggi membuat pembuluh darah mudah pecah sehingga terjadi hematoma retroplasenter dan plasenta sebagian terlepas. 2) Factor trauma. -
Pengecilan yang tiba-tiba dari uterus pada hidromnion dan gamely.
-
Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat dari pergerakan janin yang banyak/bebas,atau pertolongan persalinan.
3)
Factor paritas Lebih banyak dijumpai pada multi dari pada primi. Holmer mencatat bahwa dari 83 kasus solusio plasenta dijumpai 45 multi dan 18 primi.
4)
Pengaruh lain seperti anemia,malnutrisi,tekanan uterus pada vena cava inferior,dan lain-lain.
5)
Trauma langsung seperti jatuh,kena tendang dan lain-lain
Sumber : http://fujirahayuhenafi11.blogspot.com/ D. PATOFISIOLOGI
1) Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk hematoma pada desidua,sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila perdarahan
sedikit,hematoma
yang
kecil
itu
hanya
akan
mendesak
jaringan
plasenta,pedarahan darah antara uterus dan plasenta belum terganggu,dan tanda serta gejala pun belum jelas. Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir,yang pada pemeriksaan di dapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah yang berwarna kehitam-hitaman. Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan perdarahannya. Akibatnya hematoma retroplasenter akan bertambah besar,sehingga sebagian dan seluruh plasenta lepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan menyeludup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau mengadakan ektravasasi di antara serabut-serabut otot uterus.
Apabila ektravasasinya berlangsung hebat,maka seluruh permukaan uterus akan berbercak biru atau ungu. Hal ini di sebut uterus Couvelaire (Perut terasa sangat tegang dan nyeri). Akibat kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter,maka banyak trombosit akan masuk ke dalam peredaran darah ibu,sehinga terjadi pembekuan intravaskuler dimana-mana,yang akan menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya terjadi hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak hanya di uterus tetapi juga pada alat-alat tubuh yang lainnya. Keadaan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas,akan terjadi anoksia sehingga mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil yang terlepas,mungkin tidak berpengaruh sama sekali,atau juga akan mengakibatkan gawat janin. Waktu sangat menentukan beratnyaa gangguan pembekuan darah,kelainan ginjal,dan keadaan janin. Makin lama penanganan solusio plasenta sampai persalinan selesai,umumnya makin hebat komplikasinya. 2) Pada solusio plasenta,darah dari tempat pelepasan akan mencari jalan keluar antara selaput janin dan dinding rahim hingga akhirnya keluar dari serviks hingga terjadilah perdarahan keluar atau perdarahan terbuka. Terkadang darah tidak keluar,tetapi berkumpul di belakang plasenta membentuk hematom retroplasenta. Perdarahan semacam ini disebut perdarahan ke dalam atau perdarahan tersembunyi. Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda yang lebih khas karena seluruh perdarahan tertahan di dalam dan menambah volume uterus. Umumnya lebih berbahaya karena jumlah perdarahan yang keluar tidak sesuai dengan beratnya syok. Perdarahan pada solusio plasenta terutama berasal dari ibu,namun dapat juga berasal dari anak.
Perdarahan keluar
Perdarahan tersembunyi
1. Keadaan umum penderita relative lebih 1. Keadaan penderita jauh lebih jelek. baik. 2.Plasenta
terlepas sebagian atau inkomplit.
3. Jarang berhubungan dengan hipertensi.
2. Plasenta terlepas luas,uterus keras/tegang. 3. Sering berkaitan dengan hipertensi.
Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah antara plasenta dan dinding uterus yang menimbulkan gangguan penyulit terhadap ibu dan janin. Penyulit terhadap ibu
Penyulit terhadap janin
1) Berkurangnya darah dalam sirkulasi 1) Tergantung pada luasnya plasenta yang darah umum
lepas dapat menimbulkan asfiksia ringan
2) Terjadi penurunan tekanan darah,
sampai kematian dalam uterus.
peningkatan nadi dan pernapasan 3) Ibu tampak anemis 4) Dapat timbul gangguan pembekuan darah,karena intravaskuler
terjadi diikuti
pembekuan
hemolisis
darah
sehingga fibrinogen makin berkurang dan memudahkan
terjadinya
perdarahan
(hipofibrinogenemia) 5) Dapat timbul perdarahan packapartum setelah persalinan karena atonia uteri atau gangguan pembekuan darah 6) Dapat timbul gangguan fungsi ginjal dan terjadi emboli yang menimbulkan komplikasi sekunder 7)
Timbunan
darah
yang
meningkat
dibelakang plasenta dapat menyebabkan uterus menjadi keras,padat dan kaku.
Sumber : http://fujirahayuhenafi11.blogspot.com/ E. MANIFESTASI KLINIS
Prosedur pemeriksaan untuk dapat menegakkan diagnosis solusio plasenta antara lain 1. Anamnesis - Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut, kadang-kadang pasien dapat menunjukkan tempat yang dirasa paling sakit.
- Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan sekonyong-konyong (nonrecurrent) terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan darah yang berwarna kehitaman - Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti (anak tidak bergerak lagi) - Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang. Ibu terlihat anemis yang tidak sesuai dengan jumlah darah yang keluar pervaginam. - Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain. 2. Inspeksi - Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan. - Pucat, sianosis dan berkeringat dingin. - Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu). 3. Palpasi - Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan. - Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois (wooden uterus) baik waktu his maupun di luar his. - Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas. - Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang. 4. Auskultasi Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila denyut jantung terdengar biasanya di atas 140, kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari satu per tiga bagian. 5.
Pemeriksaan dalam -
Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.
-
Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang, baik sewaktu his maupun di luar his.
-
Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus placenta, ini sering
6. Pemeriksaan umum Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler, tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh dalam keadaan syok. Nadi cepat, kecil dan filiformis.
Sumber : https://www.scribd.com/doc/115167315/referat-solusi o-plasenta
F. KLASIFIKASI
Plasenta dapat terlepas hanya pada pinggirnya saja (ruptura sinus marginalis), dapat pula terlepas lebih luas (solusio plasenta parsialis), atau bisa seluruh permukaan maternal plasenta terlepas (solusio plasenta totalis). Perdarahan yang terjadi akan merembes antara plasenta dan miometrium untuk seterusnya menyelinap di bawah selaput ketuban dan akhirnya memperoleh jalan ke kanalis servikalis dan keluar melalui vagina, menyebabkan perdarahan eksternal (revealed hemorrhage).
Solusio Plasenta Dengan Perdarahan Eksternal
Yang lebih jarang, jika bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding rahim, darah tidak keluar dari uterus, tetapi tertahan di antara plasenta yang terlepas dan uterus sehingga menyebabkan perdarahan tersembunyi (concealed hemorrhage) yang dapat terjadi parsial (Gambar 2.3) atau total (Gambar 2.4)4,5.
Solusio Plasenta Parsial Disertai Perdarahan Tersembunyi
Solusio plasenta dengan perdarahan tertutup terjadi jika: 1. Bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding rahi 2. Selaput ketuban masih melekat pada dinding Rahim 3. Perdarahan masuk ke dalam kantong ketuban setelah selaput ketuban pecah 4. Bagian terbawah janin, umumnya kepala, menempel ketat pada segmen bawah rahim. Perdarahan yang tersembunyi biasanya menimbulkan bahaya yang lebih besar bagi ibu, tidak saja karena kemungkinan koagulopati konsumptif tetapi juga karena jumlah darah yang keluar sulit diperkirakan.
Solusio Plasenta Total Disertai Perdarahan Tersembunyi
Secara klinis solusio plasenta dibagi ke dalam berat ringannya gambaran klinik sesuai dengan luasnya permukaan plasneta yang terlepas, yaitu solusio plasenta ringan, sedang, dan berat. 1. Solusio plasenta ringan Luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25% atau ada yang menyebutkan kurang dari 1/6 bagian. Jumlah darah yang keluar biasanya kurang dari 250 ml. Gejala-gejala sukar dibedakan dari plasenta previa kecuali warna darah yang kehitamam. Komplikasi terhadap ibu dan janin belum ada. 2. Solusio Plasenta Sedang Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 25%, namun belum mencapai separuhnya (50%). Jumlah darah yang keluar lebih banyak dari 250 ml tetapi belum mencapai 1000 ml. Gejala-gejala dan tanda-tanda sudah jelas seperti nyeri pada perut yang terusmenerus, denyut janin menjadi cepat, hipotensi, dan takikardi. 3. Solusio Plasenta Berat Luas plasenta yang terlepas sudah melebihi 50%, dan jumlah darah yang keluar melebihi 1000 ml. Gejala dan tanda klinik jelas, keadaan umum disertai syok, dan hampir semua
janinnya telah meninggal. Komplikasi koagulopati dan gagal ginjal yang ditandai pada oligouri biasanya telah ada.
Sumber : https://www.academia.edu/8658447/79093451-Solusio-Plasenta-B AB-I -I I -I I I
G. KOMPLIKASI
Komplikasi bisa terjadi pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya dengan criteria : 1.
Komplikasi pada ibu -
Perdarahan yang dapat menimbulkan : variasi turunnya tekanan darah sampai keadaan
syok,perdarahan
tidak
sesuai
keadaan
penderita
anemis
sampai
syok,kesadaran bervariasi dari baik sampai syok. -
Gangguan pembekuan darah : masuknya trombosit ke dalam sirkulasi darah menyebabkan pembekuan darah intravaskuler dan diserti hemolisis,terjadinya penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat mengganggu pembekuan d arah.
-
Oliguria
menyebabkan
terjadinya
sumbatan
glomerulus
ginjal
dan
dapat
menimbulkan produksi urin makin berkurang. -
Perdarahan postpartum : pada solusio plasenta sedang sampai berat terjadi infiltrasi darah ke otot rahim,sehingga mengganggu kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena atonia uteri,kegagalan pembekuan darah menambah bertanya perdarahan.
-
Koagulopati konsumtif,DIC: solusio plasenta merupakan penyebab koagulopati konsumtif yang tersering pada kehamilan.
2.
-
Utero renal reflex
-
Ruptur uteri
Komplikasi pada janin -
Asfiksia ringan sampai berat
-
Berat bdaan lahir redah
-
Infeksi
-
Sindrom gagal nafas
-
Kematian dalam rahim akibat perdarahan yang tertimbun dibelakang plasenta menganggu sirkulasi dan nutri ke arah janin
Sumber : Asuhan kegawatdaruratan dalam kebidanan/Anik Maryuni hal 203-204 edisi kedua
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Kadar haemoglobin [Hb] atau hematokrit [Ht] sangat bervariasi.Penurunan Hb dan Ht umumnya terjadi setelah terjadi hemodilusi. Hapusan darah tepi menunjukkan penurunan trombosit, adanya schistosit menunjukkan sudah terjadinya proses koagulasi intravaskular. Penurunan kadar fibrinogen dan pelepasan hasil degradasi fibrinogen. Bila pengukuran fibrinogen tak dapat segera dilakukan, lakukan pemeriksaan “clott observation test”. Sample darah vena ditempatkan dalam tabung dan dilihat proses pembentukan bekuan (clot) dan lisis bekuan yang terjadi. Bila pembentukan clot berlangsung > 5 – 10 menit atau bekuan darah segera mencair saat tabung dikocok maka hal tersebut menunjukkan adanya penurunan kadar fibrinogen dan trombosit. Pemeriksaan laboratorium khusus : -
Prothrombine time
-
Partial thromboplastine time
-
Jumlah trombosit
-
Kadar fibrinogen
-
Kadar fibrinogen degradation product Pemeriksaan ultrasonografi tak memberikan banyak manfaat oleh karena pada sebagian
besar kasus tak mampu memperlihatkan adanya hematoma retroplasenta
Sumber : https://biechan.wordpress.com/106/ I. PENATALAKSANAAN Tujuan utama pelaksanaan ibu dengan solusio plasenta,pada prinsipnya adalah anak :
-
Mencegah kematian ibu
-
Menghentikan sumber perdarahan
-
Jika janin masih hidup,mempertahankan dan mengusahakan janin lahir hidup
Prinsip utama penatalaksanaannya antara lain : -
Pasien (ibu) dirawat dirumah sakit,istirahat baring dan mengukur keseimbangan cairan
-
Optimalisasi keadaan umum pasien (ibu),dengan perbaikan: memberikan infuse dan transfuse darah segar
-
Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin,hematokrit,COT(Clot Observation Test/test pembekuan darah),kadar fibrinogen plasma,urine lengkap,fungsi ginjal
-
Pasien (ibu) gelisah diberikan obat analgetika
-
Terminasi kehamilan : persalina segera,pervaginam atau section sesarea. Yang tujuannya adalah untuk menyelamatkan nyawa janin dan dengan lahirnya plasenta,berjutuan agar dapat menghentikan perdarahan.
-
Bila terjadi gangguan pembekuan darah (COT >30 menit) diberikan darah segar dalam jumlah besar dan bila perlu fibrinogen dengan monitoring berkala pemeriksaan COT dan haemoglobin
-
Untuk mengurangi tekanan intrauterine yang dapt menyebabkan nekrosis ginjal (reflek utero ginjal) selaput ketuban segera dipecahkan Yang perlu diketahui oleh semua bidan yaitu penanganan di tempat pelayanan kesehatan
tingkat dasar ialah mengatasi syok/pre-syok dan mempersiapkan rujukan sebaik-baiknya dan secepat-cepatnya. Mengingat komplikasi yang dapt terjadi yaitu perdarahan banyak dan syok berat hingga kematian,atonia uteri,kelainan pembekuan darah dan oliguria. Maka sikap paling utama dari bidan dalam menghadapi solusio plasenta adalah segera melakukan rujukan ke rumah sakit. Dalam melakukan rujukan,bidan dapat memberikan pertolongan darurat dengan : -
Memasang infus
-
Tanpa melakukan pemeriksaan dalam
-
Menyertakan petugas dalam merujuk pasien
-
Mempersiapkan donor darah dari keluarga/masyarakat
-
Menyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan dalm pemberian pertolongan pertama. Section caesaria : indikasi section saesaria dapat dilihat dari sisi ibu dan /atau anak.
Tindakan section caesaria dipilih bila persalinan diperkirakan tidak akan berakhir dalam waktu singkat (dengan dilatasi 3-4 cm kejadian solusio plasenta pada nulipara).
PENATALAKSANAAN ASUHAN IBU DI KAMAR BERSALIN
Bidan yang bertugas dikamar bersalin rumah sakit/rumah bersalin dalam men ghadapi pasien (ibu) dengan solusio plasenta,dapat melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut : -
Abservasi keadaan umum ibu sebelum partus/persalina :
-
Ukur tekanan darah,nadi,pernapasan setiap ¼ jam sekali
-
Pemberian oksigen sesuai kebutuhan
-
Mengukur banyaknya perdarahan yang keluar,periksa haemoglobin
-
Pasang infuse sesuai dengan keadaan umum ibu
-
Penyediaan darah secepatnya sebaiknya darah segar dengan jumlah yang telah diperhitungkan dengan perkiraan kehilangan darah
-
Minta izin operasi
-
Dilakukan pemeriksaan terst pembekuan darah (COT:Clot Observation Test)
-
Observasi keadaan umum ibu sesudah partus/persalinan,yang bertujuan untuk :
-
Mencegah agar tidak terjadi perdarahan pasca persalinan (Hemorhagi postpartum/HPP) dengan : Memasang folley kateter (kolaborasi), Memasang gurita untuk penekanan pada fundus uteri, Mencegah infeksi
Sumber : Asuhan kegawatdaruratan dalam kebidanan/Anik Maryuni hal 206-208 edisi kedua J. PROGNOSIS
1) Prognosis ibu tergantung pada : -
Luasnya plasenta yang terlepas pada dinding uterus
-
Jumlah atau banyaknya perdarahan
-
Derajat gangguan pemberkuan darah yang terjadi
-
Ada tidaknya faktor pemberat lain (hipertensi menahun, preeklamsia, infeksi,dan sebagainya)
2) Prognosis bayitergantung pada: -
Keadaan pada saat ditegakka diagnosis solusio plasenta
-
Jika janin bertahan hidup tergantung antara terjadinya solusio persalinan
-
Ada tidaknya fasilitas atau kemampuan resusitasi dan perawatan intensif yang baik pasca persalinan
Sumber : Asuhan kegawatdaruratan dalam kebidanan/Anik Maryuni hal 206-208 edisi kedua
B. KONSEP DASAR KEBIDANAN A. PENGKAJIAN
Pengkajian menurut Nursalam (2005) adalah sebagai berikut : 1.
Identifikasi pasien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan
2.
Keluhan Utama meliputi
:
Keluhan yang sering terjadi kepada pasien / ibu yang mengalami DHF ialah - Keluarnya darah berwarna kecoklatan - Terjadinya kontraksi uterus yang abnormal 3. Riwayat Pengkajian SEkarang (Kesehatan) meliputi : - Penyakit yang pernah / sedang diderita (menular, menurun, dan menahun) seperti : TBC, Hepatitis, HIV, Hipertensi, Diabetes, Asma, Jantung, Riwayat keturunan kembar Penyakit yang pernah/ sedang diderita keluarga (menular, menurun, dan menahun) seperti : TBC, Hepatitis, HIV, Hipertensi, Diabetes, Asma, Jantung, Riwayat keturunan kembar - Tanda terjadinya solusio plasenta berhubungan dengan riwayat peyakit iala Hipertensi. 4. Riwayat Mensturasi meliputi : Menarche, siklus, lama, teratur, sifat darah,dismenorhea, HPHT(Haid pertama hari terakhir), HPL (Hari perkiraan lahir). 5. Riwayat Pernikahan meliputi : Status pernikahan, menikah berapa kali, Lamanya menikah, usia saat menikah 6. Riwayat Obstetrik yang lalu meliputi : Kehamilan keberapa, usia kehamilan, jenis persalinan, penolong persalinan, komplikasi pada ibu dan bayi (komplikasi yang terjadi ialah akibat KPD(ketuban pecah dini), kehamilan kembar, hidramnion, riwayat solusio plasenta), jenis kelamin bayi, berat badan bayi baru lahir, laktasi 7. Riwayat kontrasepsi meliputi : riwayat kontrasepsi terdahulu, riwayat kontrasepsi sekarang, riwayat kontrasepsi terakhir kali pakai 8. Riwayat kehamilan sekarang meliputi : HPHT, HPL, ANC pertama kali, Kinjungan ANC, gerakan janin.
-
Trimester I : Frekuensi, Keluhan, Terapi
-
Trimester II : Frekuensi, Keluhan, Terapi
-
Trimester III : Frekuensi, Keluhan, Terapi
9. Status gizi meliputi : Status gizi yang mengalami solusio plasenta dapat bervariasi, dengan status gizi yang baik maupun yang dapat beresiko. 10. Pola kebiasaan meliputi :
- Nutrisi dan metabolism : frekuensi, jenis, pantanga, -
Eliminasi BAB : frekuensi, konsistensi
-
Eliminasi BAK : Frekuensi, konsistensi, bau, warna
-
Tidur dan istirahat : mengalami kurang tidur karena ibu hamil sudah terasa sesak, dan sering terjadinya nyeri dan adanya perdarahan.
11. Pemeriksaan fisik meliputi : kepala, rambut, muka, mata, hidung, mulut, telinga, leher, dada, payudara, abdomen (tidak ada rasa nyeri, dilakukan Leopold, DJJ, mengukur TFU), ekstermitas atas dan bawah, genetalia luar(terlihat keluar darah berwarna kecoklatan pada ibu yang mengalami solusio plasenta) 12. Pemeriksaan penunjang meliputi :
-
Pemeriksaan darah : kadar HB atau H+ sangat bervariasi. Penuruna HB dan H+ umumnya terjadi setelah hemodiusi hapusan darah tepi menunjukan penurunan trombosit,
yang
menunjukan
terjadinya
proses
koagulasi
intravascular.
Pemeriksaan lab khusus yaitu : ptothorombine time, parial thromboplaseta time, jumlah trombosit, kadar fibrinogen
-
USG : memberikan banyak manfaat untuk melihat pelepasan dan posisi plasenta.
B. DIAGNOSA KEBIDANAN
1. Masalah yang lazim muncul meliputi : retensio plasenta, plasenta previa, KET (kehamilan ektopik terganggu) 2. Discharge planning meliputi : jelaskan terapi yang diberikan, rencanakan untuk melihat atau memantau banyaknya darah yang keluar, anjurkan untuk kontrol ulang sesuai jadwal yang diberikan.
C. PERENCANAAN KEBIDANAN
-
Bina hubungan saling percaya dengan pasien R/ pasien percaya dengan tindakan yang dilakukan
-
Jelaskan penyebab terjadinya perdarahan R/ pasien pahan dengan kondisi yang dialami
-
Monitoring tanda-tanda vital R/ tekanan darah, nadi rendah, pernapasan, suhu yang tinggi menunjukan gangguan sirkulasi darah
-
Catata intake dan output R/ produksi urine
-
Kolaborasi pemberian isatonik R/ dapat menggantikan cairan yang hilang
-
Kolaborasi pemberian transfuse darah bila rendah R/ untuk menggantikan komponen darah yang hilang
-
Jelaskan terjadinya resiko distress janin / kematian janin pada ibu R/ Koopetif pada tindakan
-
Hindari tidur terlentar dan anjurkan tidur ke posisi kiri / kanan R/ tekanan uterus pada vena cana alirkan darah kejantung menurun sehingga terjadi perfusi jaringan
-
Observasi perubahan DJJ R/ penuruan frekuensi plasenta mengurangi kadar oksogen dalam janin sehingga menyebabkan perubahan frekuensi jantung janin.
-
Kolaborasi untuk pemasanga O2 jika adanya tanda-tanda fetal distress R/ meningkatkan kadar pksigen
-
Kaji nyeri pasien R/ menentukan tindakan kebidanan selanjutnya
-
Berikan massage pada perut R/ memberikan dukungan mental dan merekan nyeri
D. IMPLEMENTASI KEBIDANAN
1. Memberikan dukungan saling percaya dengan pasien dengan cara memperkenalkan diri 2. Memberitahu ibu bahwa perdarahan yang terjadi akibat dari plasenta telah terlepas dari tempat perlekatannya sebelum bayi lahir 3. Monitoring tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi, pernapasa, suhu 4. Mengkaji tingkat perdaraha tiap 15-30 menit dan melihat perdaraha, mencegah terjadinya syok 5. Mencatat intake ibu dari makanan dan minumannya serta outputnya : BAB, BAK, dan perdarahan 6. Kolaborasi dengan dr. SpOg untuk pemasangan infuse 7. Jika ibu membutuhkan transfuse darah bidan akan melakukannya dan terlebih dahulu kolaborasi dengan dr. SpoG 8. Memberitahu ibu bahwa solusio plasenta dapat menyebabkan kematian janin dalam kandungan karena kurangnya oksigen yang dilairkan ke janin 9. Menganjurkan ibu untuk tidur ke kiri dan kanan 10. Observasi DJJ janin : Frekuensi, teratur atau tidak 11. Jika etrjadinya fetal distress kolabirasi dengan dr. SpOG untuk pe masangan O2 12. Kaji nyeri ibu meliputi : skala nyeri, lokasinya, lamanya, durasi 13. Lakukan massase pada perut ibu dan pijat punggung ibu agar ibu memiliki dungan mental E. EVALUASI KEBIDANAN
1. Ibu mengatakan senang dan mempercayai bidan untuk melakukan tindakan 2. Ibu mengatakan sudah mengethaui penyebab terjadinya perdarahan 3. Ibu mengatakan sudah emngetahui keadaannya saat ini 4. Ibu mengatakan keluar darah lewat vagina 5. Ibu mengatakan sudah makan dan minum, dan sudah BAK 6. Ibu mengatakan sudah terpasang infuse 7. Ibu tidak membutuhkan transfuse darah 8. Ibu sudah emngetahui resiko yang akan terjadi 9. Ibu mengatakan akan tidur miring kiri dan kanan 10. Sudah dilakukan DJJ
11. Tidak terjadi fetal distress 12. Ibu mengatakan sudah memiliki dungan mental