LAPORAN PENDAHULUAN SOL (SPACE OCCUPYING LESION) DI RUANG ICU
DISUSUN OLEH : YUNIA PERMATA SARI S.Kep 1503045
PRODI PROFESI NERS STIKes AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG 2015
A. Definisi SOL (Space Occupying Lesion) merupakan generalisasi masalah mengenai adanyalesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. (Suzanne dan Brenda GBare) SOL disebut juga tumor otak atau tumor intracranial yaitu proses desak ruang yang tim&ul didalam rongga tengkorak baik.(Satyanegara dalam aplikasiasuhan keperawatan) B. Klasifikasi Tumor otak diklasifikasikan menjadi : 1. Tumor yang berkembang di dalam atau di atas saraf kranial Ex. : neuroma akustik 2. Tumor yang muncul dari pembungkus otak (meningen) Ex. : meningioma 3. Tumor yang berasal dari jaringan otak Ex. : glioma 4. Lesi metastatik yang berasal dari bagian tubuh lainnya Berdasarkan jenis tumor dapat dibedakan menjadi : 1. Jinak (benigna) Ex. : acoustic neuroma, meningioma, pituitang edenoma, astrocitoma (tingkat I) 2. Ganas (maligna) Ex. : astro cytoma, oligodeudioglioma, apendyoma (tingkat 2, 3, 4) Berdasarkan lokasinya, tumor dibedakan menjadi: 1. Tumor intra dural a. Tumor intra kranial extra cerebral Ex.: neuroma, tumor hypofise, meningioma. b. Tumor infrakranial intra cerebral Ex. : glioma, astrocytoma, dan ganglioma 2. Tumor ekstra dural Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, paru, ginjal dan lambung.
C. Etiologi 1. Riwayat trauma kepala
2. Faktorgenetik 3. Paparanzatkimia yang bersifatkarsinogenik 4. Virus tertentu 5. Defisiensiimunologi 6. Kongenital D. Manifestasi Klinis a. Nyeri kepala Nyeri bersifat dalam, terus – menerus, tumpul dan kadang – kadang bersifat hebat sekali, biasanya paling hebat pada pagi hari dan diperberat saat beraktivitas yang menyebabkan peningkatan TIK, yaitu batuk, membungkuk dan mengejan. b. Nausea dan muntah Akibat rangsangan pada medual oblongata c. Papil edema Statis vena menimbulkan pembengkakan papila saraf optikus. E. Komplikasi Komplikasi setelah pembedahan dapat disebabkan efek depresif anestesi narkotik dan imobilitas. Echymosis dan edema periorbital umumnya terjadi setelah pembedahan intracranial. Komplikasi khusus / spesifik pembedahan intrakranial tergantung pada area pembedahan dan prosedur yang diberikan, misalnya: - Kehilangan memory - Paralisis - Peningkatan ICP - Kehilangan / kerusakan verbal / berbicara - Kehilangan / kerusakan sensasi khusus - Mental confusion Peningkatan TIK yang disebabkan edema cerebral / perdarahan adalah komplikasi mayor pembedahan intrakranial, memfestasi klinik : - Perubahan visual dan verbal - Perubahan kesadaran (level of conciousnes/LOC) berhubungan dengan sakit kepala - Perubahan pupil - Kelemahan otot / paralysis - Perubahan pernafasan
F. Patofisiologi Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis, gejala-gejala terjadi berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam
pemeriksaan. Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2 faktor gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi/ invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentunya disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertambah menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan avebrovaskuler primer. Sedangkan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal. Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya masa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya masa, karena tumor akan mengambil ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan edema dalam jaringan otak. Mekanisme belum seluruhnya dipahami, namun diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruang subaralinoid menimbulkan hidrochepalus. Peningkatan TIK akan membahayakan jiwa, bila terjadi secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila TIK timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intrakranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi inkus serebral. Herniasi timbul bila girus medialis lobus temporal bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh masa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mensensefalon menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf ketiga. Pada herniasi serebelum, tonsil sebelum bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu masa posterior kompresi medulla oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat, intrakranial yang cepat adalah bradikardi progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi dan gangguan pernafasan).
G. Pathway
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Rontgen tengkorak Untuk diagnostik sekurang-kurangnya diambil dari 2 arah, ialah anteroposterior dan lateral. 2. Lumbal fungsi, arteriografi dan pneumoensefalografi 3. EEG 4. CT-scan 5. MRI I. Penatalaksanaan Tumor otak yang tidak terobati menunjukkan ke arah kematian, salah satu akibat peningkatan TIK atau dari kerusakan otak yang disebabkan oleh tumor. Pasien dengan kemungkinan tumor otak harus dievaluasi dan diobati dengan segera bila memungkinkan sebelum kerusakan neurologis tidak dapat diubah. Tujuannya adalah mengangkat dan memusnahkan semua tumor atau banyak kemungkinan tanpa meningkatkan penurunan neurologik (paralisis, kebutaan) atau tercapainya gejalagejala dengan mengangkat sebagian (dekompresi). - Pendekatan pembedahan (craniotomy) Dilakukan untuk mengobati pasien meningioma, astrositoma kistik pada serebelum, kista koloid pada ventrikel ke-3, tumor kongenital seperti demoid dan beberapa granuloma. Untuk pasien dengan glioma maligna, pengangkatan tumor secara menyeluruh dan pengobatan tidak mungkin, tetapi dapat melakukan tindakan yang mencakup pengurangan TIK, mengangkat jaringan nefrotik dan mengangkat bagian besar dari tumor yang secara teori meninggalkan sedikit sel yang tertinggal atau menjadi resisten terhadap radiasi atau kemoterapi. - Pendekatan kemoterapy Terapi radiasi merupakan dasar pada pengobatan beberapa tumor otak, juga menurunkan timbulnya kembali tumor yang tidak lengkap transplantasi sum-sum tulang autologi intravens digunakan pada beberapa pasien yang akan menerima kemoterapi atau terapi radiasi karena keadaan ini penting sekali untuk menolong pasien terhadap adanya keracunan sumsum tulang sebagai akibat dosis tinggi radiasi.
Kemoterapi digunakan pada jenis tumor otak tertentu saja. Hal ini bisa digunakan pada klien : 1. Segera setelah pembedahan/tumor reduction kombinasi dengan terapi radiasi
2. Setelah tumor recurance 3. Setelah lengkap tindakan radiasi - Pendekatan stereotaktik Stereotaktik merupakan elektroda dan kanula dimasukkan hingga titik tertentu di dalam otak dengan tujuan melakukan pengamatan fisiologis atau untuk menghancurkan jaringan pada penyakit seperti paralisis agitans, multiple sklerosis & epilepsy. Pemeriksaan untuk mengetahui lokasi tumor dengan sinar X, CT, sedangkan untuk menghasilkan dosis tinggi pada radiasi tumor sambil meminimalkan pengaruh pada jaringan otak di sekitarnya dilakukan pemeriksaan Radiosotop (III) dengan cara ditempelkan langsung ke dalam tumor. J. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Data klien b. Riwayat kesehatan Keluhan utama Riwayat penyakit dahulu Riwayat penyakit sekarang c. Pemeriksaan fisik Saraf : kejang, tingkah laku aneh, disorlektasi, afasia, penurunan/ kehilangan memory, efek tidak sesuai, berdesis Penglihatan : penurunan lapang pandang, penglihatan kabur, diplopia, halusinasi Pendengaran : tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi Jantung : bradikardi, hipertensi Sistem pernafasan : irama nafas meningkat, dispnea, potensial, obstruksi jalan nafas Sistem hormonal : aminorhea, rambut rontok, DM Motorik : kelemahan sendi, hiper ekstensi, disfungsi neuro auskuler, ataxia
2. Diagnosa Keperawatan 1. 2. 3. 4. 5.
Pola nafas inefektif b.d gangguan fungsi otot pernafasan Perubahan perfusi jaringan otak b.d kerusakan sirkulasi vaskuler serebral Nyeri b.d Peningkatan TIK Kebutuhan nutrisi tidak adekuat b.d anoreksia Perubahan persepsi sensori visual b.d Penurunan ketajaman penglihatan
3. Intervensi Keperawatan Pola nafas inefektif b.d gangguan fungsi otot pernafasan Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pola nafas kembali efektif. KH : · RR normal . · Sesak nafas berkurang. INTERVENSI a. Monitor frekuensi, irama, kedalaman pernafasan. b. Posisikan pasien semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi. c. Berikan instruksi untuk latihan nafas dalam yang efektif. d. Kolaborasi pemberian O2 sesuai indikasi. Rasional : a. Untuk mengetahui status pernafasan. b. Dengan posisi semi fowler pasien lebih rileks dan penigkatan pengembangan paru. c. .Mencegah/menurunkan atelektasis. d. Untuk mempertahankan kepatenan oksigen.
2. Perubahan perfusi jaringan otak b.d kerusakan sirkulasi vaskuler serebral Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan kerusakan jaringan cerebral tidak meluas. Dengan KH : · TIK menurun. · Jaringan nekrotik cerebral berkurang. · Sirkulasi vaskuler cerebral normal. INTERVENSI a. Tentukan faktor – faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu atau yang menyebabkan penurunan perfusi jaringan serebral dan potencial peningkatan TIK. b. Pantau /catat status neurologis secara teratur. c. Perhatikan adanya gelisah yang meningkat, peningkatan keluhan.
d. Kolaborasi pemberian obat deuretik contohnya manitol (osmitrol), furosemid (lasix) Rasional a. Penurunan tanda/gejala neurologis atau kegagalan dalam pemulihannya setelah serangan awal mungkin menunjukkan bahwa pasien itu perlu dipindahkan keperawatan intensif untuk mementau TIK atau pembedahan. b. Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potencial peningkatan TIK bermanfaat dalam menentukan lokasi, perluasan, dan perkembangan kerusakan SSP. c. Petunjuk non verbal ini mengidentifikasi adanya peningkatan TIK. d. Diuretik dapat digunakan pada fase akut untuk menurunkan TIK. 3. Nyeri b.d Peningkatan TIK Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri berkurang/hilang. Dengan KH : · Pasien rileks. · Skala nyeri turun. INTERVENSI a. Kaji keluhan nyeri, intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, dengan skala 010. b. Berikan lingkungan yang tenang. c. Berikan kompres dingin pada kepala, pakaian dingin diatas mata d. Kolaborasi pemberian analgetik seperti asetaminofen, kodein. Rasional a. Untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevalusi kefektifan dari terapi yang diberikan. b. Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitivitas pada cahaya dan meningkatkan istirahat/relaksasi. c. Meningkatkan vasokontriksi, menumpulkan resepsi sensori yang selanjutnya akan menurunkan nyeri. d. Diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat. 4. Kebutuhan nutrisi tidak adekuat b.d mual muntah Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nutrisi pasien terpenuhi. Dengan KH : · Pasien menghabiskan porsi makan. · BB bertambah . INTERVENSI a. Awasi masukan, berikan makan sedikit dalam frekuensi sering.
b. c. d.
Berikan perawatan mulut sebelum makan. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak. Kolaborasi pemberian diet tinggi kalori atau protein nabati.
Rasional a. makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia. b. Menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan nafsu makan. c. Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan. d. Makanan suplementasi dapat meningkatkan pemasukan nutrisi. 5. Perubahan persepsi sensori visual b.d Penurunan ketajaman penglihatan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan papil edema (-). Dengan KH : · lapang pandang kembali normal
INTERVENSI a. Kaji perubahan pada penglihatan. b. Evaluasi keadaan pupil, catat ukuran, ketajaman, kesamaan antara kiri dan kanan dan reaksinya terhadap cahaya . c. Gunakan penerangan siang atau malam hari. d. Rujuk pada ahli fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara, dan terapi kognitif. Rasional a. Gangguan penglihatan dapat diakibatkan oleh kerusakan mikroskopik pada otak. b. Reaksi pupil didiatur oleh saraf oleh saraf kranial (III) dan berguna untuk menentukan apakah batang otak masih baik c. Memberikan perasaan normal tentang pola perubahan waktu dan pola tidur/bangun. d. Dapat menciptakan rencana penatalaksanaan terintegrasi yang didasarkan atas kombinasi kemampuan/ketidakmampuan secara individu yang unik dengan berfokus pada peningkatan evaluasi dan fungsi fisik, kognitif, dan ketrampilan perceptual.
DAFTAR PUSTAKA Engram, Barbara, 1998. Rencana Asuhan KMB. Jakarta: EGC Smeltzer & Brenda. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC http://adwaituadeanwar.blogspot.co.id/2012/04/laporan-pendahuluan-sol-spaceoccupying.html http://yunita-putli-putli.blogspot.co.id/2013/01/asuhan-keperawatan-pada-kliensol-space.html http://free-asuhan-keperawatan.blogspot.co.id/2011/12/laporan-pendahuluanspace-occupying.html