BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Periode post partum adalah waktu mengenai penyembuhan perubahan besar yang berjangka pada pada periode dari puncak pengalaman melahirkan untuk menerima kebahagiaan dan kehidupan tanggung jawab dalam keluarga. (Cuningham 1998:388). Perawatan post partum yang terintegrasi dengan baik mempunyai peranan penting yang digunakan dalam membangun
transisi ini dan mengenalkan
keluarganya pada kehidupan baru mereka bersama-sama. Selama masa post partum sejumlah perubahan fisiologis dan psikologis terjadi yaitu : 1. Organ-organ kembali ke kondisi tidak hamil 2. Perubahan fisiologi lain yang terjadi selama kehamilan dikembalikan 3. Laktasi terbentuk 4. Dasar hubungan bayi dan orang tuanya disiapkan 5. Ibu pulih dari ketegangan pada waktu kehamilan dan persalinan Walaupun tubuh harus mengalami perubahan seperti pemeliharaan setelah melahirkan anak, asuhan kebidanan sangat memperhatikan hal ini. Karena masih banyak ibu-ibu maupun yang belum mengerti apa yang seharusnya diperbuat, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap bayinya.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pengkajian pada ibu post partum partum normal? 2. Bagaimanakah diagnosa keperawatan pada ibu post partum normal? 3. Bagaimana rencana tindakan pada ibu post partum normal?
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui pengkajian pada ibu post partum normal 2. Mengetahui diagnosa keperawatan pada ibu post partum normal
3. Mengetahui rencana tindakan pada ibu post partum normal
D. MANFAAT PENULISAN
1. Memberikan informasi kepada masyarakat pengkajian pada ibu post partum normal 2. Memberikan informasi kepada masyarakat diagnosa keperawatan pada ibu post partum normal 3. Memberikan informasi kepada masyarakat rencana tindakan pada ibu post partum normal
LAPORAN PENDAHULUAN PADA IBU DENGAN POST PARTUM (MASA NIFAS)
A. PENGERTIAN
Masa nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lamanya berlangsung selama 6-8 minggu (Mochtar_Rustam, 1998 : 115). Puerperium (masa nifas) adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu atau 42 hari. Kejadian yang terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi (Manuaba, 1998: 190). Menurut WHO menyatakan bahwa, pasca partus-post natal, mulai sejak 1 jam setelah plasenta lahir sampai minggu ke-6 atau berlangsung selama 42 hari (Manuaba, 2001). Masa puerparium (nifas) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir kirakira 6-8 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kambali seperti sebelumnya pada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Ilmu Kebidanan, 2007).
B. Etiologi
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan. 1. Partus dibagi menjadi 4 kala : a. Kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pe mbukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. b. Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan. Kedua kekuatan, His dan mengejan lebih mendorong kepala bayi
sehingga kepala membuka pintu. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar. Setelah putar paksi luar berlangsung kepala dipegang di bawah dagu di tarik ke bawah untuk melahirkan bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir ketiak di ikat untuk melahirkan sisa badan bayi yang diikuti dengan sisa air ketuban. c. Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit. Dengan lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya plasenta dapat ditandai dengan uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke atas, tali pusat bertambah panjang dan terjadi perdarahan. d. Kala IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama, observasi yang dilakukan yaitu tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan. Perdarah dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc (Manuaba, 1989).
2. Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor i bu, factor janin, dan faktor persalinan pervaginam. a. Faktor Ibu 1) Paritas Menurut panduan Pusdiknakes 2003, paritas adalah jumlah kehamilan yang mampu menghasilkan janin hidup di luar rahim (lebih dari 28 minggu). Paritas menunjukkan jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai batas viabilitas dan telah dilahirkan, tanpa mengingat jumlah anaknya (Oxorn, 2003). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia paritas adalah keadaan kelahiran atau partus Pada primipara robekan Perineum hampir selalu terjadi dan tidak jarang berulang pada persalinan berikutnya (Sarwono, 2005).
2) Meneran Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran bila pembukaan sudah lengkap dan reflek ferguson telah terjadi. Ibu harus didukung untuk meneran dengan benar pada saat ia merasakan dorongan
dan memang ingin mengejang (Jhonson, 2004). Ibu mungkin merasa dapat meneran secara lebih efektif pada posisi tertentu (JHPIEGO, 2005).
b. Faktor Janin 1) Berat Badan Bayi Baru lahir Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000 gram (Rayburn, 2001). Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko trauma persalinan melalui vagina seperti distosia bahu, kerusakan fleksus brakialis, patah tulang klavikula, dan kerusakan jaringan lunak pada ibu seperti laserasi jalan lahir dan robekan pada perineum (Rayburn, 2001). 2) Presentasi Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak hubungan sumbu memanjang
janin
dengan
sumbu
memanjang
panggul
ibu
(Dorland,1998). a) Presentasi Muka Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin memanjang, sikap extensi sempurna dengan diameter pada waktu masuk panggul atau diameter submentobregmatika sebesar 9,5 cm. Bagian terendahnya adalah bagian antara glabella dan dagu, sedang pada presentasi dahi bagian terendahnya antara glabella dan bregma (Oxorn, 2003). b) Presentasi Dahi Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian (pertengahan), hal ini berlawanan dengan presentasi muka yang ekstensinya sempurna. Bagian terendahnya adalah daerah diantara margo orbitalis dengan bregma dengan penunjukknya adalah dahi. Diameter bagian terendah adalah diameter verticomentalis sebesar 13,5 cm merupakan diameter antero posterior kepala janin yang terpanjang (Oxorn, 2003). c) Presentasi Bokong Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan kelainan dalam polaritas.
Panggul
janin
merupakan
kutub
bawah
dengan
penunjuknya adalah sacrum. Berdasarkan posisi janin, presentas
bokong dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu presentasi bokong sempurna, presentasi bokong murni, presentasi bokong kaki, dan presentasi bokong lutut (Oxorn, 2003). c. Faktor Persalinan Pervaginam 1) Vakum ekstrasi Vakum ekstrasi adalah suatu tindakan bantuan persalinan, janin dilahirkan dengan ekstrasi menggunakan tekanan negative dengan alat vacum yang dipasang di kepalanya (Mansjoer, 2002). 2) Ekstrasi Cunam/Forsep Ekstrasi Cunam/Forsep adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan cunam yang dipasang di kepala janin (Mansjoer, 2002). Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu karena tindakan ekstrasi forsep antara lain ruptur uteri, robekan portio, vagina, ruptur perineum, syok, perdarahan, post partum, pecahnya varices vagina (Oxorn, 2003) 3) Embriotomi Adalah prosedur penyelesaian persalinan dengan jalan melakukan pengurangan volume atau merubah struktur organ tertentu pada bayi dengan tujuan untuk memberi peluang yang lebih besar untuk melahirkan keseluruhan tubuh bayi tersebut (Syaifudin, 2002). 4) Persalinan Presipitatus Persalinan presipitatus adalah persalinan yang berlangsung sangat cepat berlangsung kurang dari 3 jam, dapat disebabkan oleh abnormalitas kontraksi uterus dan rahim yang terlau kuat, atau pada keadaan yang sangat jarang dijumpai, tidak adanya rasa nyeri pada saat his sehingga ibu tidak menyadari adanya proses persalinan yang sangat kuat (Cunningham, 2005)
C. Patofisiologi
1. Adaptasi Fisiologi a. Infolusi uterus Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot
polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis. Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr 2 minggu setelah lahir. Satu minggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan
esterogen
dan
progesteron
bertabggung
jawab
untuk
pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada masa pasca partum penurunan kadar hormone menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil. b. Kontraksi Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar. homeostasis pasca partum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau intramuskuler
diberikan
segera
setelah
plasenta
lahir.
Ibu
yang
merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin. 2. Adaptasi psikologis
Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum dibagi menjadi 3 fase yaitu : a. Fase taking in/ ketergantungan Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana ibu membutuhkan perlindungandan pelayanan. b. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru. Selama fas e ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu muda yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik c. Fase letting go / saling ketergantungan Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem keluarga telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasian telah sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan hubungan seksualnya telah dilakukan kembali.
D. Pathway
Terlampir E. Manifestasi klinis
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan (Bobak, 2004). 1. Sistem reproduksi
a. Proses involusi Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr dua minggu setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50- 60gr. Pada
masa pasca partum penurunan kadar hormone menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Selsel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil. b. Kontraksi Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir. c. Tempat plasenta Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskular dan trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak teratur. Pertumbuhan endometrium ke atas menyebabkan pelepasan jaringan nekrotik dan mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi karakteristik penyembuha luka. Regenerasi endometrum, selesai pada akhir minggu ketiga masa pasca partum, kecuali pada bekas tempat plasenta. d. Lochea Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna merah, kemudian menjadi merah tua atau merah coklat. Lochea rubra terutama mengandung darah dan debris desidua dan debris trofoblastik. Aliran menyembur menjadi merah setelah 2-4 hari. Lochea serosa terdiri dari darah lama, serum, leukosit dan denrus jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, cairan berwarna kuning atau putih. Lochea alba mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mukus, serum dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu setelah bayi lahir. e. Serviks Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan.18 jam pasca partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan
kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan. f. Vagina dan perineum Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan semenonjol pada wanita multipara. 2. Sistem endokrin a. Hormon plasenta
Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol, serta placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan. Sehingga kadar gula darah menurun secara yang bermakna pada masa puerperium. Kadar esterogen dan progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, penurunan kadar esterogen berkaitan dengan pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstra seluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil. b. Hormon hipofisis Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar follikelstimulating hormone terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui di simpulkan ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat (Bowes, 1991). 3. Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomenya akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hami. 4. Sistem urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Diperlukan kira-kira dua smpai 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil (Cunningham, dkk ; 1993).
5. Sistem cerna
a. Nafsu makan Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan, ibu merasa sangat lapar b. Mortilitas Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selam waktu yang singkat setelah bayi lahir. c. Defekasi Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. 6. Payu dara
Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payu dara selama wanita hamil (esterogen, progesteron, human chorionic gonadotropin, prolaktin, krotison, dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. a. Ibu tidak menyusui Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak menyusui. Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi dailakukan pada hari kedua dan ketiga. Pada hari ketiga atau keempat pasca partum bisa terjadi pembengkakan. Payudara teregang keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika di raba. b. Ibu yang menyusui Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan, yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba hangat dan keras ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih kebiruan dapat dikeluarkan dari puting susu. 7. Sistem Perkemihan
a. Uretra dan kandung kemih Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemis dan edema, seringkali diserti daerahdaerah kecil hemoragi.
8. Sistem Integumentasi Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah bayi lahir. Kulit yang meregang pada payudara,abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar tetapi tidak hilang seluruhnya.
F. KOMPLIKASI
1. Perdarahan Perdarahan adalah penyebab kematian terbanyak pada wanita selama periode post partum. Perdarahan post partum adalah : kehilangan darah lebih dari 500 cc setelah kelahiran kriteria perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-tanda sebagai berikut: a. Kehilangan darah lebih dai 500 cc b. Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg c. Hb turun sampai 3 gram % (novak, 1998). Perdarahan post partum dapat diklasifikasi menurut kapan terjadinya perdarahan dini terjadi 24 jam setelah melahirkan. Perdarahan lanjut lebih dari 24 jam setelah melahirkan, syok hemoragik dapat berkembang cepat dan menadi kasus lainnya, tiga penyebap utama perdarahan antara lain : a. Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi dengan baik dan ini merupakan sebap utama dari perdarahan post partum. Uterus yang sangat teregang (hidramnion, kehamilan ganda, dengan kehamilan dengan janin besar), partus lama dan pemberian narkosis merupakan predisposisi untuk terjadinya atonia uteri. b. Laserasi jalan lahir : perlukan serviks, vagina dan perineum dapat menimbulkan perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan segera. c. Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebapkan oleh gangguan kontraksi uterus.retensio plasenta adalah : tertahannya atau belum lahirnya plasenta atau 30 menit selelah bayi lahir. d. Lain-lain 1) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka
2) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan parut pada uterus setelah jalan lahir hidup. 3) Inversio uteri (Wikenjosastro, 2000)
2. Infeksi puerperalis Didefinisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama masa post partum. Insiden infeksi puerperalis ini 1 % - 8 %, ditandai adanya kenaikan suhu > 38 0 dalam 2 hari selama 10 hari pertama post partum. Penyebap klasik adalah : streptococus dan staphylococus aureus dan organisasi lainnya 3. Endometritis Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh infeksi puerperalis. Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membrane memiliki resiko tinggi terjadinya endometritis (Novak, 1999). 4. Mastitis Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau pecahnya puting susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan pembengkakan, mastitis umumnya di awali pada bulan pertamapost partum (Novak, 1999)
5. Infeksi saluran kemih Insiden mencapai 2-4 % wanita post partum, pembedahan meningkatkan resiko infeksi saluran kemih. Organisme terbanyak adalah Entamoba coli dan bakterigram negatif lainnya. 6. Tromboplebitis dan thrombosis Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi dan meningkatnya status
vena
menyebapkan
relaksasi
sistem
vaskuler,
akibatnya
terjadi
tromboplebitis (pembentukan trombus di pembuluh darah dihasilkan dari dinding pembuluh darah) dan thrombosis (pembentukan trombus) t romboplebitis superficial terjadi 1 kasus dari 500 – 750 kelahiran pada 3 hari pertama post partum. 7. Emboli
Yaitu : partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil menyebapkan kematian terbanyak di Amerika (Novak. 1999). 8. Post partum depresi Kasus ini kejadinya berangsur-angsur, berkembang lambat sampai beberapa minggu, terjadi pada tahun pertama. Ibu bingung dan merasa takut pada dirinya. Tandanya antara lain, kurang konsentrasi, kesepian tidak aman, perasaan obsepsi cemas, kehilangan kontrol, dan lainnya. Wanita juga mengeluh bingung, nyeri kepala, ganguan makan, dysmenor, kesulitan menyusui, tidak tertarik pada sex, kehilanagan semangat (Novak, 1999)
G. Tanda – Tanda Bahaya Post Partum
Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir (Depkes RI, 2004). Tanda-tanda yang mengancam terjadinya robekan perineum antara lain : 1. Kulit perineum mulai melebar dan tegang. 2. Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilap. 3. Ada perdarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi robekan pada mukosa vagina
H. Pemeriksaan penunjang
1. Darah lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, trombosit ) 2. Urine lengkap I. Penatalaksanaan Medis
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan) 2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri 3. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas. 4. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk 5. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN POST PARTUM NORMAL A. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama Sakit perut, pendarahan, nyeri pada luka jaritan, takut bergerak. 2. Riwayat kehamilan Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyertai. 3. Riwayat persalinan a. Tempat persalinan b. Normal/terdapat komplikasi c. Keadaan bayi d. Keadaan ibU 4. Riwayat nifas yang lalu a. Pengeluaran ASI lancer atau tidak b. BB bayi c. Riwayat ber KB atau tidak 5. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum 1) Pemeriksaan TTV 2) Pengkajian tanda-tanda anemia 3) Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis 4) Pemeriksaan reflek 5) Kaji adanya varises 6) Kaji CVAT ( cortical vertebra area tenderness ) b. Payudara 1) Pengkajian daerah areola ( pecah, pendek, rata ) 2) Kaji adanya abses 3) Kaji adanya nyeri tekan 4) Observasi adanya pembengkakanatau ASI terhenti 5) Kaji pengeluaran ASI c. Abdomen atau uterus 1) Observasi posisi uterus atau tiggi fundus uteri
2) Kaji adnanya kontraksi uterus 3) Observasi ukuran kandung kemih d. Vulva atau perineum 1) Observasi pengeluaran lokhea 2) Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomy 3) Kaji adanya pembengkakan 4) Kaji adnya luka 5) Kaji adanya hemoroid 6. Pemeriksaan psiko social a. Respon + persepsi keluarga b. Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi 7. Pemeriksaan penunjang a. Darah lengkap : Hb, WBC, PLT b. Elektrolit sesuai indikasi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, edema atau pembesaran jaringan atau distensi efek-efek hormonal. 2. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, tingkat dukungan, karakteristik payudara. 3. Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan biokimia efek anastesi, profil darah abnormal. 4. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, penurunan Hb, prosedur infasive, pecah ketuban, malnutrisi. 5. Perubahan eliminasi urin berhubunagn dengan efek hormonal, trauma mekanis, edema jaringan, efek anastesi ditandai dengan distensi kantong kemih, perubahan-perubahan jumlah/ frekuensi berkemih. 6. Risiko kekurangan volume cairan berhubunag dengan penurunan masukan atau penggantian tidak adekuat, kehil;angan cairan berlebih ( muntah, hemoragik, peningkatan pengeluaran urin). 7. Konstipasi behubungan dengan penurunan tonus otot, efek progesterone, dehidrasi, nyeri perineal ditandai dengan perubahan bising usus, veses
kurang dari biasanya. 8. Defisiensi pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang pemahaman, salah interpretasi tidak tahu sumber-sumber.
C. INTERVENSI
No
Diagnosa
1
Nyeri
Noc
Nic
akut NOC:
berhubungan dengan trauma
mekanis,
edema
atau
NIC: Pain Mangement: 1. Lakukan
1. Pain Level 2. Pain Control
nyeri
secara komprehensif (PQRST)
3. Comfort level
2. Monitor vital sign
pembesaran jaringan
Kriteria Hasil: 1. Mampu mengontrol nyeri
atau distensi efek-
(tahu penyebab nyeri,mampu
terapeutik untuk mengetahui
efek hormonal.
menggunakan
pengalaman nyeri pasien
teknik
farmakologi
3. Gunakan
non untuk
4. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
bantuan)
farmakologi dan interpersonal) bahwa
berkurang
nyeri dengan
menggunaka
3. Mampu
mengenali
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
nyeri rasa
3. Evaluasi efektifitas analgesic
nyaman
tanda dan gejala
setalah nyeri berkurang
NOC
berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, tingkat dukungan, karakteristik
sebelum
2. Tentukan pilihan analgesic
4. Merasakan
ASI
non
pemberian obat
manajemen
(PQRST)
pemberian
(Farmakologi
Analgesic Administration 1. Tentukan PQRST
nyeri
Ketidakefektifan
teknik komunikasi
mengurangi nyeri, mencari
2. Melaporakn
2
pengkajian
NIC
1. Breastfeding ineffective 2. Bretahing
pattern
ineffective
1. Evaluasi pola menghisap/ menelan bayi
3. Breasfeeding interrupted Kriteria hasil: 1. Kementapan
Breastfeding Assistence
2. Tentukan motivasi
pemberian
ASI: Bayi: perlekatan bayi
keinginan ibu
dan untuk
mrnyusui 3. Kaji kemampuan bayi untuk
payudara.
yang
sesuai
proses
pada
dan
latch on dan menghisap
menghisap
dari
secara efektif
payudara
ibu
memperoleh
untuk
4. Pantau
nutrisi
selama 3 minggu pertama
5. Pantau berat badan dan pola eliminasi bayi
pemberian
ASI:IBU: kemantapan ibu untuk
kulit
putting ibu
pemberian ASI 2. Kemantapan
integritas
membuat
bayi
Breast
examination
Lactation
suppression 1. Sediakan informasi tentang
melekat dengan tepat dan
laktasi
menyusui dari payudara
memompa
ibu
manual atau dengan pompa
untuk
memperoleh
dan
teknik
ASI
(secara
nutrisi selama 3 minggu
elektrik)
cara
pertama pemberian ASI.
mengumpulkan
dan
3. Pemeliharaan ASI:
pemberian
keberlangsungan
pemberian
ASI
untuk
menyimpan ASI 2. Ajarkan
orang
mempersiapkan,
menyediakan nutrisi bagi
menyimpan,
bayi/toddler
menghangatkan
4. Penyapihan ASI:
pemberian Diskontinuitas
progresi pemberian ASI 5. Pengetahuan
tua
kemungkinan
dan pemberian
tambahan susu formula Lactation Counseling
pemberian
1. Sediakan infromasi tentang
ASI: tigkat pemahaman
keuntungan dan kerugian
yang ditunjukan mengenai
peberian ASI
laktasi makanan
dan
pemberian
bayi
melalui
proses pemberian ASI. 6. Ibu
mengenali
isyarat
lapar dari bayi dengan segera 7. Ibu
mengindikasikan
2. Demonstrasikan
latihan
menghisap jika perlu 3. Diskusikan alternative makan bayi
metode pemberian
kepuasan
terhadap
pemberian ASI 8. Ibu tidak mengalami nyeri tekan pada putting 9. Mengenali
tanda-tanda
penurunan suplai ASI 3
Risiko
cedera NOC
berhubungan dengan
1. Risiko Kontrol
biokimia
Kriteria Hasil
efek
NIC Manajemen lingkungan 1. Sediakan
anastesi, profil darah
1. Klien terbebas dari cedera
abnormal
2. Klien mampu menjelaskan
lingkungan
yang
aman untuk pasien 2. Identifikasi
kebutuhan
cara/metode untuk mencegah
keamanan
injury/cedera
dengan kondisi fisik dan fungsi
3. Klien mampu menjelaskan factor risiko dari lingkungan personal
penyakit terdahulu pasien 3. Menghindarkan
hidup untuk mencegah injury 5. Menggunakan
4. Memasang side rail tempat tidur 5. Menyediakan
mengenali
perubahan status kesehatan
lingkungan
yang berbahaya
fasilitas
kesehatan yang ada
sesuai
kognitif pasien dan riwayat
4. Mampu memodifikasi gaya
6. Mampu
pasien,
tempat
tidur
yang nyaman dan bersih 6. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien 7. Memindahkan
barang-barang
yang dapat membahayakan 8. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya kesehatan
perubahan dan
status penyebab
penyakit. 4
Risiko terhadap
tinggi NOC infeksi
1. Immune Status
NIC Infection control (control infeksi)
berhubungan dengan trauma
2. Knowledge:
jaringan,
penurunan
Hb,
prosedur
infasive,
pecah
ketuban,
Infection
1. Bersihkan
control
lingkungan
setelah dipakai pasien lain
3. Risk control
2. Pertahankan teknik isolasi 3. Gunakan
baju,
sarung
tangan sebagai lat pelindung
malnutrisi.
4. Pertahankan
lingkungan
aseptic selama pemsangan alat 5. Monitor tanda gejala infeksi sistemik dan local 6. Monitor
kerentanan
terhadap infeksi 7. Pertahankan teknik asepsis pada pasien yang berisiko 8. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi 5
Gangguan eliminasi NOC
NIC
urie
Urinary retention care
berhubunagn
1. Urinary elimination
efek
2. Urinary continuence
dengan hormonal,
trauma
mekanis,
edema
jaringan,
efek
anastesi
ditandai
dengan
distensi
kantong
kemih,
perubahan perubahan
1. Lakukan penilaian kemih
Kriteria hasil
yang komprehensif berfokus
1. Kandung kemih kosong secara penuh
>100-200 cc cairan
frekuensi berkemih.
berkemih, fungsi kognitif dan
dalam
rentang normal jumlah/
inkontinensia
(misalnya, output urin, pola
2. Tidak ada residu urine
3. Intake
pada
masalah
kencing
raeksisten) 2. Merangsang reflex kandung
4. Bebas dari ISK
kemih
kemih
dengan
5. Tidak ada spasme bladder
menerapkan dingin untuk
6. Balance cairan seimbang
perut, membelai tinggi batin atau air. 3. Sediakan waktu yang cukup untuk
pengosongan
kandung kemih (10 menit) 4. Memantau
asupan
dan
keluaran 5. Memantau tingka distensi kandung
kemih
dengan
palpasi dan perkusi 6
Risiko
kekurangan NOC:
volume
cairan
NIC
1. Fluid Balance
berhubunag dengan
2. Hydration
penurunan masukan
3. Nutrisional Status: Food
atau
penggantian
tidak kehil;angan
and Fluid intake
Fluid management 1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat 2. Monitor
adekuat, Kriteria Hasil : cairan
status
(kelembaban
1. Mempertahankan urine
nadi
adekuat,
darah
ortostatik)
output sesuai dengan usia
tekanan
hemoragik,
dan BB, BJ, urine normal,
jika diperlukan
peningkatan
HT normal. 2. Tekanan darah, nadi, suhu
3. Monitor vital sign 4. Monitor
tubuh dalam batas normal.
turgor kulit baik,
masukan
makanan/cairan dan hitung
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas
membrane
mukosa,
berlebih ( muntah,
pengeluaran urin).
hidrasi
intake kalori harian 5. Monitor status nutrisi Hypopolemia Management :
membrane mukosa
1. Monitor respon pasien
lembab, tidak ada rasa
terhadap penambahan
haus yang berlebihan
cairan. 2. Monitor BB 3. Dorong pasien untuk menambah intake oral 4. Monitor adanya tanda gagal ginjal
7
Konstipasi
NOC
NIC
behubungan dengan
1. Bowel Elimination
Constipation/Impaction
penurunan
2. Hydration
Management
tonus
otot,
efek Kriteria Hasil:
progesterone, dehidrasi,
1. Mempertahankan nyeri
perineal
ditandai
dengan
kurang
2. Bebas
dari
ketidaknyamanan
veses dari
bentuk
feses lunak setiap 1-3 hari
perubahan
bising usus,
1. Monitor tanda dan gejala konstipasi 2. Monitor bising usus 3. Monitor feses : frekuensi,
dan
konstipasi
konsistensi dan volume 4. Identifikasi factor penyebab
3. Mengidentifikasi indicator
biasanya.
untuk
mencegah
konstipasi
dan knstribusi konstipasi 5. Dukung intake cairan 6. Kolaborasi
4. Feses lunak dan berbentuk
pemberian
laksatif 7. Pantau
tanda-tanda
dan
gejala konstipasi 8. Anjurkan
pasien/keluarga
mencatat
warna,
ferkuensi,
dan
volume, konstipasi
tinja 9. Ajarkan tentang
pasien/ kerangka
keluarga waktu
untuk resolusi sembelit 8
Defisiensi
NOC
pengetahuan
1. Knowledge:
(kebutuhan belajar) mengenai perawatan diri
dan
NIC
bayi
process health
behavior Kriteria hasil:
kurang pemahaman,
1. Pasien
interpretasi
1. Berikan penilaian tentang
2. Konowledge:
berhubungan dengan
salah
disease Teaching: Disease Process
tentang
dan
penyakit
keluarga
2. Gambarkan tanda dan gejala
pemahaman
yang biasa muncul dengan
tidak tahu sumber-
tentang penyakit kondisi,
sumber.
prognosis, dan program pengobatan
mampu
proses
yang spesifik
menyatakan
2. Pasien
tingkat pengetahuan pasien
dan
cara tepat 3. Hindari
jaminan
yang
kosong keluarga menjelaskan
4. Sediakan bagi keluarga atau SO
informasi
tentang
prosedur yang dijelaskan
kemajuan pasien dengn cara
secara benar
yang tepat
3. Pasien mampu kembali dijelaskan
dan
keluarga menjelaskan
apa
yang
perawat/
tim
kesehatan lainnya.
5. Diskusikan
pilihan
terapi
atau penanganan 6. Dukung
pasien
untuk
mengeksplorasi mendapatkan
atau second
opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Impementasi yang dilakukan sesuai dengan masalah yan ada berdasarkan perencanaan yang telah dibuat ( Doenges, 2001) E. EVALUASI
Evaluasi dilakukan dengan dua cara yaitu evaluasi formatif dsan sumatif: 1. Evaluasi formatif : evaluasi yang dilakukan berdasarkan respon pasien terhadap tidakakan yang dilakukan. 2. Evaluasi
sumatif:
evaluasi
yang
dilakukan
keseluruhan apakah tujuan tercapai atau tidak.
dengan
mengetahui
secara
BAB III PENUTUP A. SIMPULAN
Masa nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lamanya berlangsung selama 6-8 minggu. Masa puerparium (nifas) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kambali seperti sebelumnya pada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Ilmu Kebidanan, 2007). Ada beberapa permasalahan yang akan ditemukan dalam masa nifas atau post partum ini, yang didapatkan melalui pengkajian pada pasien, dari permasalahan itu akan ditemukan diagnose dan akan direncanakan suatu tindakan yang dapat dilakukan untuk menanggani permasalahna itu.
B. SARAN – SARAN
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut : 1. Pada pengkajian perawat perlu melakukan pengkajian dengan teliti melihat kondisi klien serta senantiasa mengembangkan teknik terapeutik dalam berkomunikasi dengan klien. 2. Agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap profesional dalam menetapkan diagnosa keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Adaptasi maternal pada periode. Available at: http://kesehatanbyteguh.blogspot.com/2012/01/adaptasi-maternal-pada periode.html. Opened at: 20 maret 2014, 18.21 wita.
Anonim. 2012. Asuhan keperawatan Post partum. Available at: http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-norhimawat-6281-2 babii.pdf. Opened at: 20 Maret 2014, 18.00 wita.
Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta : EGC
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana AsuhanKeperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Yoga. 2013. Askep post partum. Available at: http://yogasrondeng.blogspot.com/2013/09/askep-post-partum-nifas.html. opened at: 20 maret 2014, 18.05 wita