LAPORAN PENDAHULUAN POST OP LAPARATOMI (KISTA OVARIUM) DI RUANG PERAWATAN NURI A RS.SARI MULIA BANJARMASIN
DI SUSUN OLEH : Lita Wulandari (14.IK.396)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA BANJARMASIN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 2016
LEMBAR PERSETUJUAN JUDUL KASUS
: Post Op Laparatomi (Kista Ovarium)
TEMPAT PENGAMBILAN KASUS : Ruang Perawatan Nuri A NAMA
:
Lita Wulandari
Banjarmasin,
2016
Menyetujui,
RS. Sari Mulia Banjarmasin
Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) STIKES Sari Mulia
Preseptor Klinik (PK)
…………………………. NIK.
Preseptor Akademik (PA)
…………………………. NIK.
LEMBAR PENGESAHAN JUDUL KASUS
: Post Op Laparatomi (Kista Ovarium)
TEMPAT PENGAMBILAN KASUS : Ruang Perawatan Nuri A NAMA
:
Lita Wulandari
Banjarmasin,
2016
Menyetujui,
RS. Sari Mulia Banjarmasin
Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) STIKES Sari Mulia
Preseptor Klinik (PK)
…………………………. NIK.
Preseptor Akademik (PA)
…………………………. NIK.
TINJAUAN PUSTAKA Laparatomi A. PENGERTIAN
Laparatomi adalah pembedahan perut, membuka selaput perut dengan operasi (Lakaman:2000;194). Pembedahan perut sampai membuka selaput perut. Cara pembedahan laparatomy yaitu; 1. Midline incision 2,5 cm), panjang (12,5 cm).±2. Paramedian, yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah 2. Transverse upper abdomen incision, yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy. 4
cm
di
atas
anterior
spinal
iliaka,
misalnya;
pada
operasi
appendictomy.±4. Transverse lower abdomen incision, yaitu; insisi melintang di bagian bawah Latihan-latihan
fisik
seperti
latihan
napas
dalam,
latihan
batuk,
menggerakan otot-otot kaki, menggerakkan otot-otot bokong, Latihan alih baring dan turun dari tempat tidur. Semuanya dilakukan hari ke 2 post operasi. 2. ETIOLOGI
Etiologi sehingga di lakukan laparatomy adalah karena di sebabkan oleh beberapa hal (Smeltzer, 2001) yaitu;
Trauma abdomen (tumpul atau tajam)
Peritonitis
Perdarahan saluran pencernaan.
Sumbatan pada usus halus dan usus besar.
Masa pada abdomen
3. PATOFISIOLOGI
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland, 2002). Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001). Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001). Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001). Trauma abdomen merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan
atau
tanpa
tembusnya
penanganan/penatalaksanaan
lebih
dinding bersifat
perut
dimana
kedaruratan
dapat
pada pula
dilakukan tindakan laparatomi. Tusukan/tembakan , pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (set-belt)-dapat mengakibatkan terjadinya trauma abdomen sehingga harus di lakukan laparatomy. Trauma tumpul abdomen dapat mengakibatkan individu dapat kehilangan darah, memar/jejas pada dinding perut, kerusakan organ-organ, nyeri, iritasi cairan usus. Sedangkan trauma tembus abdomen dapat mengakibatkan hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stres simpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri, kematian sel. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ dan respon stress dari saraf simpatis akan menyebabkan terjadinya kerusakan integritas kulit, syok dan perdarahan, kerusakan pertukaran gas, resiko tinggi terhadap infeksi, nyeri akut.
Kista Ovarium A. Pengertian Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini di bungkus oleh semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium (Agusfarly, 2008).
B. Etiologi Penyebab terbentuknya kista pada ovarium adalah gagalnya sel telur (folikel) untuk berovulasi. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal dalam melepaskan sel telur, karena itu terbentuk kista di dalam ovarium. Faktor pemicu : 1. Gaya hidup tidak sehat. Diantaranya: a. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang sehat b. Zat tambahan pada makanan c. Kurang olah raga d. Merokok dan konsumsi alkohol e. Terpapar dengan polusi dan agen infeksius f.
Sering stress
g. Zat polutan 2. Faktor genetic Dalam tubuh kita terdapat gen-gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang di sebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen, polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.
C. Patofisiologi Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan kegagalan pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormone hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium.
D. Klasifikasi kista ovarium 1. Kista ovarium non-neoplastik (fungsional) Kitsa non-neoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan mengempis sendiri setelah 2 hingga 3 bulan a. Kista folikel Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai berevolusi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi kista (Prawiohardjo,2002) b. Kista korpus luteum Dalam keadaan normal korpus luteum akan mengecil dan menjadi korpus albikans. Terkadang korpus luteum akan mempertahankan diri (korpus luteum persistens), perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan yang berwarna merah cokelat karena darah tua. Dinding kista terdiri atas lapisan bewarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel teka. Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amenore diikuti oleh perdarahan tidak teratur. Adanya kista dapat juga menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah dan perdarahan yang berulang dalam kista dapat menyebabkan rupture.
c. Korpus teka lutein Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan. Kista lutein sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum hematoma. Kista teka lutein biasanya bilateral, kecil dan lebih jarang di banding kista folikel atau kista korpus luteum. Kista teka lutein diisi oleh cairan berwarna kekuning-kiningan, secara perlahan-lahan terjadi
reabsorpsi
dari
unsur-unsur
darah,
sehingga
akhirnya
tinggallah cairan yang jernih atau sedikit bercampur darah. Pada saat yang sama dibentuklah jaringan fibroblast pada bagian lapisan lutein sehingga pada kista teka lutein yang tua, sel-sel lutein terbenam dalam jaringan-jaringan perut (Wiknojosastro,2005). 2. Kista ovarium Neeoplastik Kista neoplastik umumnya harus dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada ukuran dan sifatnya. a. Kistoma Ovari Simpleks Kistoma ovary simpleks adalah kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis berisi cairan jernih yang serosa dan berwarna kuning. b. Kistadenoma Ovari Muscinosum Bentuk kista multilokular dan biasanya unilateral, dapat tumbuh menjadi sangat besar . gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan degenerative sehingga timbul perlekatan dan produksi musim yang terus bertambah akibat pseudomiksoma peritonei. c. Kistadenoma Ovari serosum Kista ini berasal dari epitel germinativum. Bentuk kistanya unilokular, bila multilokular perlu di curigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi tidak sebesar musinosum. Selain teraba massa intraabdominal juga dapat timbul asites. d. Kista Dermoid Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur ectodermal berdefisiensi sempurna dan lebih menonjol daripada mesoderm dan
endoterm. Dinding kista ke abu-abuan dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal dan sebagian lagi padat. Dapat terjadi perubahan kearah keganasan, seperti karsinoma epidermoid. Kista ini di duga berasal dari sel telur melalui proses parthenogenesis (Smeltzer,2002).
E. Manifestasi Klinik Gejala umum a. Menstruasi yang tidak teratur disertai nyeri. b. Perasaan penuh dan tertekan di bagian perut bawah c. Nyeri saat bersenggama d. Perdarahan Gejala stadium awal a. Gangguan haid b. Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah pinggul yang menyebabkan nyeri spontan dan sakit di perut d. Nyeri saat bersenggama Gejala stadium lanjut a. Asites b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta organ di dalam rongga perut (usus dan hati) c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan d. Gangguan BAB dan BAK e. Sesak napas akibat penumpukan cairan di rongga dada.
Pathway
F. Komplikasi a. Perdrahan kedalam kista b. Robek dinding kista c. Infeksi pada tumor
G. Penatalaksanaan Keperawatan a. Mengurangi nyeri b. Kolaborasi dalam pemberian analgetik, mencegah syok dan sinkope akibat nyeri yang luar biasa. Tindakan mandiri perawat yang bisa mengurangi nyeri yaitu tehnik distraksi dan relaksasi. c. Penyuluhan pasien tentang pentingnya tehnik aseptic dalam merawat luka di rumah d. Mencegah kekurangan volume cairan e. Mempertahankan integritas kulit f.
Memberikan nutrisi yang adekuat
g. Mengurangi ansietas h. Asuhan post operatif Asuhan post operatif merupkan hal yang berat karena keadaan yang mencakup keputusan untuk mlakukan operasi, seperti hemorargi atau infeksi. Pengkajian dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital, asupan dan keluaran, rasa sakit dan insisi. Terapi intravena, antibiotic, dan analgesic biasanya diresepkan. Intervensi mencakup tindakan pemberian rasa aman, perhatian terhadap eliminasi, penurunan rasa sakit dan pemenuhan kebutuhan emosional ibu.
H. Penatalaksanaan Medis a. Pengangkatan kista ovarium Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan
bedah,
missal
laparatomi,
kistektomi
atau
laparatomi
salpingooforektomi. b. Kontrasepsi oral Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista.
c. Perawatan pasca operasi Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium
adalah
serupa
dengan
perawatan
setelah
pembedahan
abdomen dengan satu pengecualian penurunan tekanan intra abdomn yang di akibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita abdomen sebagai penyangga. d. Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastic Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastic yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor. Akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi, perlu di lakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan tuba.
I.
Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut b.d tindakan agen injury fisik (post op laparatomi) 2. Resiko infeksi dengan faktor infeksi trauma tindakan invasife 3. Ansietas b.d kurangnya informasi 4. Resiko perdarahan dengan faktor infeksi tindakan invasife 5. Gangguan perfusi jaringan b.d perdarahan 6. Resiko konstipasi b.d inadekuat reabsorbsi air di kolon 7. Resiko aspirasi dengan faktor resiko reflek menelan 8. Defisit perawatan diri b.d gangguan metabolisme
DAFTAR PUSTAKA 1. A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit . Jakarta : EGC 2. Lowdermil, perta. 2005. Materniry women’s health care. Seventh edit. 3. Mansjoer, arief dkk. (2001). Kapita selekta kedokteran. Jakarta : media Aesculapus 4. Manuaba. (2008). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana. Jakarta:EGC 5. Mc closky & bulechek. (20000). Nursing Intervention Classification (NIC). United states of America:mosby 6. Meidian, JM. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC ). United states of America:Mosby.