LAPORAN PENDAHULUAN
DM Gangrene
Disusun untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi di Ruang 29 RSSA Malang
Wahyu Prasetyo
0610720052
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2010
A. Definisi
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, demham tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai
dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai
akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer
terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga
gangguan metabolisme lemak dan protein. (Askandar, 2000).
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya
jaringan mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses
nekrosis yang disebabkan oleh infeksi. (Askandar, 2001).
B. Klasifikasi
1. Diabetes Mellitus
a. DM Tipe I (IDDM)
Penderita sangat bergantung terhadap insulin karena terjadi
proses autoimun yang menyerang insulinnya. IDDM merupakan jenis
DM yang diturunkan (inherited).
b. DM Tipe II (NIDDM)
Jenis DM ini dipengaruhi baik oleh keturunan maupun factor
lingkungan. Seseorang mempunyai risiko yang besar untuk
menderita NIDDM jika orang tuanya adalah penderita DM dan
menganut gaya hidup yang salah.
c. DM Gestasional
DM jenis ini cenderung terjadi pada wanita hamil dan dalam
keluarganya terdapat anggota yang juga menderita DM. Faktor
risikonya adalah kegemukan atau obesitas.
d. DM Sekunder
Merupakan DM yang berkaitan dengan keadaan atau sindrom lain
(pancreatitis, kelainan hormonal, dan obat-obatan).
2. Gangren Kaki Diabetik
Wagner ( 1983 ) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam
tingkatan , yaitu :
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan
kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki seperti " claw,callus ".
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan
atau tanpa selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi
dua golongan :
1. Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )
Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya
makroangiopati ( arterosklerosis ) dari pembuluh darah besar
ditungkai, terutama di daerah betis.
Gambaran klinis KDI :
- Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
- Pada perabaan terasa dingin.
- Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
- Didapatkan ulkus sampai gangren.
2. Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada
gangguan dari sirkulasi. Klinis di jumpai kaki yang kering,
hangat, kesemutan, mati rasa, oedem kaki, dengan pulsasi
pembuluh darah kaki teraba baik.
C. Etiologi
1. Diabetes Melitus
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat
menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya
memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap
sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai
kegagalan sel beta melepas insulin.
2. Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain
agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan
karbohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan
kehamilan.
3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh
autoimunitas yang disertai pembentukan sel-sel antibodi
antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel - sel penyekresi
insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan
jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang
terdapat pada membran sel yang responsir terhadap insulin.
2. Gangren Kaki Diabetik
Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki diabetik
dibagi menjadi endogen dan faktor eksogen.
Faktor endogen : a. Genetik, metabolik
b. Angiopati diabetik
c. Neuropati diabetik
Faktor eksogen : a. Trauma
b. Infeksi
c. Obat
D. Patofisiologis
1. Diabetes Melitus
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan
dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang
mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 –
1200 mg/dl.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai
dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau
toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yng parah yang melebihi
ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180
mg/100 ml), akan timbul glikosuria karena tubulus-tubulus renalis
tidak dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan
mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai
kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri
menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang
keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan
protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi
polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi
sehingga pasien menjadi cepat lelah dan mengantuk yang disebabkan
oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga
berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.
Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis,
penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini
akan memudahkan terjadinya gangren.
b. Gangren Kaki Diabetik
Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM
akibat hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.
1. Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada
sel dan jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa
insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan termetabolisasi
habis secara normal melalui glikolisis, tetapi sebagian dengan
perantaraan enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol.
Sorbitol akan tertumpuk dalam sel / jaringan tersebut dan
menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi.
2. Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi
pada semua protein, terutama yang mengandung senyawa lisin.
Terjadinya proses glikosilasi pada protein membran basal dapat
menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun mikro vaskular.
Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor
– faktor disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang berperan
timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati
merupakan faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya neuropati
perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun
motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang atau
menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami
trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada
kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi
otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan
ulsetrasi pada kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan
terganggunya aliran darah ke kaki. Apabila sumbatan darah
terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita
akan merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak
tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh darah yang lain dapat
berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam hari,
denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya
angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan
nutrisi, oksigen ( zat asam ) serta antibiotika sehingga
menyebabkan luka sulit sembuh ( Levin,1993). Infeksi sering
merupakan komplikasi yang menyertai KD akibat berkurangnya
aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan
infeksi berpengaruh terhdap penyembuhan atau pengobatan dari KD.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Diagnostik
Glukosa darah meningkat
Asam lemak bebas meningkat
Osmolalitas serum meningkat
Gas darah arteri : PH menurun, HCO3 menurun
Ureum/kreatinin meningkat/normal
Urine : gula + aseton positip
Elektrolit : Na, K, fosfor
2. Ktiteria Pengendalian DM
" "Baik "Sedang "Buruk "
"GD Puasa (mg/dL) "80-109 "110-139 " 140 "
"GD 2 jam PP (mg/dL) "110-159 "160-199 " 200 "
"Koleseterol Total (mg/dL) "<200 "200-239 ">240 "
"Kolesterol LDL (mg/dL) non PJK"<130 "130-159 ">160 "
"Dengan PJK "<100 "100-129 ">130 "
"Kolesterol HDL (mg/dL) ">45 "35-45 "<35 "
"Trigliserida (mg/dL) tanpa PJK "<200 "200-149 ">250 "
"Dengan PJK "<150 "150-199 ">200 "
"BMI: Wanita "18,5-22,9 "23-25 ">25/<18,"
"Pria "20-24,9 "25-27 "5 "
" " " ">27/<20 "
"Tekanan Darah (mmHg) "<140/90 "140-160/ ">160/95 "
" " "90-95 " "
F. Komplikasi
Komplikasi yang bias timbul oleh DM antara lain:
1. Gangren Kaki Diabetik
2. Neurophaty
3. Retinophaty
4. Nephrophaty
5. Chronic Heart Disease
Sedangkan komplikasi akibat gangrene yakni:
1. Osteomyelitis
2. Sepsis
3. kematian
G. Penatalaksanaan
1. Diet
Penatalaksanaan nutrisi pada penderita DM diarahkan untuk mencapai
tujuan berikut:
a. Mencukupi semua unsure makanan essensial (misalnya vitamin dan
mineral)
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan (BMI) yang sesuai.
Penghitungan
BMI=BB (kg)/(TB (m))2
BMI normal wanita = 18,5 – 22,9 kg/m2
BMI normal pria = 20 – 24,9 kg/m2
c. Memenuhi kebutuhan energy
d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara
yang aman dan praktis
e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
2. Oalahraga
Olahraga atau latihan fisik dilakukan sebagai berikut:
- 5 – 10' pemanasan
- 20 – 30' latihan aerobic (75 – 80% denyut jantung maksimal)
- 15 – 20' pendinginan
Namun sebaiknya dalam berolahraga juga memperhatikan hal-hal sebagai
berikut
- Jangan lakukan latihan fisik jika glukosa darah >250 mg/dL
- Jika glukosa darah <100 mg/dLsebelum latihan, maka sebaiknya
makan camilan dahulu
- Rekomendasi latihan bagi penderita dengan komplikasi disesuaikan
dengan kondisinya
- Latihan dilakukan 2 jam setelah makan
- Pada klien dengan gangrene kaki diabetic, tidak dianjurkan untuk
melakukan latihan fisik yang terlalu berat
3. Pengobatan untuk gangren
- Kering
o Istirahat di tempat tidur
o Kontrol gula darah dengan diet, insulin atau obat antidiabetik
o Tindakan amputasi untuk mencegah meluasnya gangrene, tapi
dengan indikasi yang sangat jelas
o Memperbaiki sirkulasi guna mengatasi angiopati dengan obat-
obat anti platelet agregasi (aspirin, diprydamol, atau
pentoxyvilin)
- Basah
o Istirahat di tempat tidur
o Kontrol gula darah dengan diet, insulin atau obat antidiabetik
o Debridement
o Kompres dengan air hangat, jangan dengan air panas atau dingin
o Beri "topical antibiotic"
o Beri antibiotic yang sesuai kultur atau dengan antibiotic
spectrum luas
o Untuk neuropati berikan pyridoxine (vit B6) atau neurotropik
lain
o Memperbaiki sirkulasi guna mengatasi angiopati dengan obat-
obat anti platelet agregasi (aspirin, diprydamol, atau
pentoxyvilin)
- Pembedahan
o Amputasi segera
o Debridement dan drainase, setelah tenang maka tindakan yang
dapat diambil adalah amputasi atau skin/arterial graft
4. Obat
a. Obat Hipoglikemik Oral (OHD)
b. Insulin, dengan indikasi:
- Ketoasidosis, koma hiperosmolar, dan asidosis laktat
- DM dengan berat badan menurun secara cepat
- DM yang mengalami stress berat (infeksi sistemik, operasi berat,
dll)
- DM gestasional
- DM tipe I
- Kegagalan pemakaian OHD
H. Pengkajian
Fokus Pengkajian
Data bergantung pada berat dan lamanya ketidakseimbangan metabolik dan
pengaruh pada fungsi organ :
1. Aktifitas/Istirahat
Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan.
Kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur dan istirahat.
Disorentasi, koma.
2. Sirkulasi
Ada riwayat hipertensi, IMA.
Kebas & kesemutan pada extrimitas.
Kebas pada kaki.
Takikardia/nadi yang menurun/tak ada.
Kulit panas, kering & kemerahan, bola mata cekung.
3. Integritas ego
Stress, tergantung orang lain.
Peka terhadap rangsangan.
4. Eliminasi
Poliuria, nokturia
Rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi)
Nyeri tekan abdomen
Diare, bising usus lemah/menurun.
5. Makanan/cairan
Hilang nafsu makan, mual/muntah.
BB menurun, haus.
Kulit kering/bersisik, turgor jelek.
Distensi abdomen.
6. Neurosensori
Pusing/pening, sakit kepala.
Parestesia, kesemutan, kebas kelemahan pada otot.
Gangguan penglihatan.
Disorentasi : mengantuk, letargia, stupor/koma.
7. Nyeri/kenyamanan
Abdomen tegang/nyeri
Wajah meringis, palpitasi.
8. Pernapasan
Batuk, bernapas bau keton
9. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Demam, diaforesis
Menurunnya kekuatan/rentang gerak.
I. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya
aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh
darah.
2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas.
3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
4. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan yang kurang.
6. Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis ) berhubungan dengan
tingginya kadar gula darah.
7. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
8. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
9. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu
anggota tubuh.
10. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
J. Intervensi
1. Gangguan perfusi berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran darah
ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
Tujuan: Mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.
Kriteria Hasil: - Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler
- Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis
- Kulit sekitar luka teraba hangat.
- Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah
parah.
- Sensorik dan motorik membaik
"No. "Tindakan "Rasional "
"1. "Ajarkan pasien untuk melakukan"Mobilisasi meningkatkan "
" "mobilisasi "sirkulasi darah "
"2. "Ajarkan tentang faktor-faktor "Meningkatkan melancarkan aliran"
" "yang dapat meningkatkan aliran"darah balik sehingga tidak "
" "darah: Tinggikan kaki sedikit "terjadi oedema. "
" "lebih rendah dari jantung ( " "
" "posisi elevasi pada waktu " "
" "istirahat ), hindari " "
" "penyilangkan kaki, hindari " "
" "balutan ketat, hindari " "
" "penggunaan bantal, di belakang" "
" "lutut dan sebagainya " "
"3. "Ajarkan tentang modifikasi "Kolestrol tinggi dapat "
" "faktor-faktor resiko berupa: "mempercepat terjadinya "
" "Hindari diet tinggi kolestrol,"arterosklerosis, merokok dapat "
" "teknik relaksasi, menghentikan"menyebabkan terjadinya "
" "kebiasaan merokok, dan "vasokontriksi pembuluh darah, "
" "penggunaan obat vasokontriksi "relaksasi untuk mengurangi efek"
" " "dari stress. "
"4. "Kolaborasi dengan tim "Pemberian vasodilator akan "
" "kesehatan lain dalam pemberian"meningkatkan dilatasi pembuluh "
" "vasodilator, pemeriksaan gula "darah sehingga perfusi jaringan"
" "darah secara rutin dan terapi "dapat diperbaiki, sedangkan "
" "oksigen ( HBO ). "pemeriksaan gula darah secara "
" " "rutin dapat mengetahui "
" " "perkembangan dan keadaan "
" " "pasien, HBO untuk memperbaiki "
" " "oksigenasi daerah ulkus/gangren"
2. Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas.
Tujuan: Tercapainya proses penyembuhan luka.
Kriteria hasil : 1.Berkurangnya oedema sekitar luka.
2. Pus dan jaringan nekrosis berkurang
3. Adanya jaringan granulasi.
4. Bau khas gangren berkurang.
"No. "Tindakan "Rasional "
"1. "Kaji luas dan keadaan luka "Pengkajian yang tepat terhadap "
" "serta proses penyembuhan "luka dan proses penyembuhan "
" " "akan membantu dalam menentukan "
" " "tindakan selanjutnya "
"2. "Rawat luka dengan baik dan "merawat luka dengan teknik "
" "benar : membersihkan luka "aseptik, dapat menjaga "
" "secara abseptik menggunakan "kontaminasi luka dan larutan "
" "larutan yang tidak iritatif, "yang iritatif akan merusak "
" "angkat sisa balutan yang "jaringan granulasi tyang "
" "menempel pada luka dan "timbul, sisa balutan jaringan "
" "nekrotomi jaringan yang mati "nekrosis dapat menghambat "
" " "proses granulasi "
"3. "Kolaborasi dengan dokter untuk"Insulin akan menurunkan kadar "
" "pemberian insulin, pemeriksaan"gula darah, pemeriksaan kultur "
" "kultur pus pemeriksaan gula "pus untuk mengetahui jenis "
" "darah pemberian anti biotik "kuman dan anti biotik yang "
" " "tepat untuk pengobatan, "
" " "pemeriksaan kadar gula "
" " "darahuntuk mengetahui "
" " "perkembangan penyakit "
3. Ganguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
Tujuan: Rasa nyeri hilang/berkurang
Kriteria hasil : 1.Penderita secara verbal mengatakan nyeri
berkurang/hilang .
2. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk
mengatasi atau mengurangi nyeri .
3. Pergerakan penderita bertambah luas.
4. Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas
normal.(S: 36 – 37,50 C, N: 60 – 80 x /menit, T : 100 – 130
mmHg, RR : 18 – 20 x /menit).
"No. "Tindakan "Rasional "
"1. "Kaji tingkat, frekuensi, dan "Untuk mengetahui berapa berat "
" "reaksi nyeri yang dialami "nyeri yang dialami pasien "
" "pasien " "
"2. "Jelaskan pada pasien tentang "pemahaman pasien tentang "
" "sebab-sebab timbulnya nyeri "penyebab nyeri yang terjadi "
" " "akan mengurangi ketegangan "
" " "pasien dan memudahkan pasien "
" " "untuk diajak bekerjasama dalam "
" " "melakukan tindakan "
"3. "Ciptakan lingkungan yang "Rangasangan yang berlebihan "
" "tenang "dari lingkungan akan "
" " "memperberat rasa nyeri "
"4. "Ajarkan teknik distraksi dan "Teknik distraksi dan relaksasi "
" "relaksasi "dapat mengurangi rasa nyeri "
" " "yang dirasakan pasien "
"5. "Atur posisi pasien senyaman "Posisi yang nyaman akan "
" "mungkin sesuai keinginan "membantu memberikan kesempatan "
" "pasien "pada otot untuk relaksasi "
" " "seoptimal mungkin "
"6. "Lakukan massage dan kompres "Massage dapat meningkatkan "
" "luka dengan BWC saat rawat "vaskulerisasi dan pengeluaran "
" "luka "pus sedangkan BWC sebagai "
" " "desinfektan yang dapat "
" " "memberikan rasa nyaman "
"7. "Kolaborasi dengan dokter untuk"Obat –obat analgesik dapat "
" "pemberian analgesik "membantu mengurangi nyeri "
" " "pasien "
4. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka
di kaki.
Tujuan: Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang
optimal.
Kriteria Hasil: 1. Pergerakan paien bertambah luas
2. Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan
kemampuan (duduk, berdiri, berjalan).
3. Rasa nyeri berkurang.
4. Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap
sesuai dengan kemampuan.
"No. "Tindakan "Rasional "
"1. "Kaji dan identifikasi tingkat "Untuk mengetahui derajat "
" "kekuatan otot pada kaki pasien"kekuatan otot-otot kaki pasien"
"2. "Beri penjelasan tentang "Pasien mengerti pentingnya "
" "pentingnya melakukan aktivitas"aktivitas sehingga dapat "
" "untuk menjaga kadar gula darah"kooperatif dalam tindakan "
" "dalam keadaan normal "keperawatan "
"3. "Anjurkan pasien untuk "Untuk melatih otot – otot kaki "
" "menggerakkan/mengangkat "sehingg berfungsi dengan baik "
" "ekstrimitas bawah sesui " "
" "kemampuan " "
"4. "Bantu pasien dalam memenuhi "Keterbatasan mobilitas fisik "
" "kebutuhannya "cenderung membuat klien "
" " "kesulitan dalam memnuhi "
" " "kebutuhannya sehingga harus "
" " "diberikan bantuan "
"5. "Kerja sama dengan tim "Analgesik dapat membantu "
" "kesehatan lain: dokter ( "mengurangi rasa nyeri, "
" "pemberian analgesik ) dan "fisioterapi untuk melatih "
" "tenaga fisioterapi "pasien melakukan aktivitas "
" " "secara bertahap dan benar "
K. Daftar Pustaka
Carpenito, L.J., 1999. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2
Jakarta: EGC
2000. Diagnosa Keperawatan. Ed. 8. Jakarta:
EGC
Doengoes. 1999. Perencanaan Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif., et all. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas
Kedokteran UI: Media Aescullapius.
Price, Anderson Sylvia. 1997. Patofisiologi. Ed. I. Jakarata: EGC
-----------------------
Katarak
Risti gangguan Sensori persepsi
Risti gangguan eliminasi urine
Nefropati
Retinopati
Pe'! viskositas darah
Gangguan Perfusi Jaringan
Kerusakan Neurovaskuler
Risiko Tinggi Penyebaran Infeksi
Diare
Feses cair
Pe viskositas darah
Gangguan Perfusi Jaringan
Kerusakan Neurovaskuler
Risiko Tinggi Penyebaran Infeksi
Diare
Feses cair
Pe absorbsi cairan
Pe peristaltic intestin
Intestinal
GANGREN
Kematian jaringan
Infeksi
Luka sulit sembuh
Pe nutrisi dan O2 sel & jaringan
Gangguan aliran darah ke kaki
Angiopati
Ulserasi
Perubahan titik tumpu
Atrofi otot kaki
Ulkus
Trauma tidak terasa
Sensasi nyeri pada kaki me
Gangguan motorik
Gangguan sensorik
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Kehilangan Na, Cl, K, P
Kehilangan kalori
Polifagi
Rangsang lapar
Polidipsi
Rangsang haus
Cairan keluar >>
Gangguan pemenuhan ADL
Poliuri
Diuresis osmotik
Kelemahan
Glukosuria
Pe resbsorbsi gukosa
Tubulus renal
Pe lipolisis
HIPERGLIKEMI (DM)
Pe gliserol
Pe asam amino dan glukoheogenesis
Pe metabolisme protein
Pe ambilan glukosa
Defisiensi insulin
- Kelainan sel B pankreas
- Gangguan sistem imunitas (auto-imun)
- Kelainan insulin (penurunan res-pon insulin)
- Faktor ling-kungan (infeksi, diet tinggi KH, obesitas dan kehamilan)
Pe tingkat kesadaran
Ketoasidosis
Terbentuk benda keton
Pe katabolisme gliserol
Gangguan pemenuhan nutrisi
Pe berat badan
Risiko tinggi cidera
Neuropati
Glikosilasi Protein
Kerusakan & perubahan fungsi sel & jaringan
Glukosa reduktase
Sorbitol
Penumpukan glukosa sel & jaringan