Bagian Keperawatan Medikal Bedah Program Pendidikan Profesi Ners STIKes Baramuli LP MINGGU I Tlg 08 April 2017
BRONKHITIS
Disusun Oleh: NAMA
: HESTIN LAONAHA, S.Kep
NIM
:
CI LAHAN
CI INSTITUSI
Ns. Olche Hingkua, S.Kep
Ns. Anutfa Armi, S.Kep) Ns. Muh Rudini, S.Kep Ns. Arnold Sahabudin, S.Kep
Dibuat Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Keperawatan Medikal Bedah Program Studi PendidikanProfesi Ners STIKes Baramuli 2017
1
LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS
A. DEFINISI
Bronkitis
adalah
suatu
peradangan
pada
saluran
bronkial
atau
bronki.Peradangan tersebut disebabkan disebabk an oleh virus, bakteri, merokok, atau polusi p olusi udara (Samer Qarah, 2007). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.
B.
KLASIFIKASI
Bronchitis terbagi menjadi 2 jenis sebagai berikut. Bronchitis akut.Yaitu, bronchitis yang biasanya datang dan sembuh hanya
dalam waktu 2 hingga 3 minggu saja. Kebanyakan penderita bronchitis akut akan sembuh total tanpa masalah yang lain.
Bronchitis kronis.Yaitu, bronchitis yang biasanya datang secara berulang-
ulang dalam jangka waktu yang lama.Terutama, pada perokok.Bronchitis kronis ini juga berarti menderita batuk yang dengan disertai dahak dan diderita selama berbulan-bulan hingga tahunan.
C.
ETIOLOGI
1. Merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal yang terpenting. Peningkatan resiko mortalitas akibat bronkitis hampir berbanding lurus dengan jumlah rokok yang dihisap setiap hari (Rubenstein, et al., 2007). 2. Polusi udara yang terus menerus juga merupakan predisposisi infeksi rekuren karena polusi memperlambat aktivitas silia dan fagositosis. Zat-zat
2
kimia
yang
dapat
juga
menyebabkan
bronkitis
adalah
O2,
N2O,
hidrokarbon, aldehid, ozon. 3. Infeksi. Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang
diisolasi
streptococcus
paling
banyak
adalah
pneumonie
dan
organisme
Hemophilus lain
influenza
seperti
dan
Mycoplasma
pneumonia. 4. Defisiensi alfa-1 antitripsin adalah gangguan resesif yang terjadi pada sekitar 5% pasien emfisema (dan sekitar 20% dari kolestasis neonatorum) karena protein alfa-1 antitripsin ini memegang peranan penting dalam mencegah kerusakan alveoli oleh neutrofil elastase (Rubenstein, et al., 2007). 5. Terdapat hubungan dengan kelas sosial yang lebih rendah dan lingkungan industri banyak paparan debu, asap (asam kuat, amonia, klorin, hidrogen sufilda, sulfur dioksida dan bromin), gas-gas kimiawi akibat kerja. 6. Riwayat infeksi saluran napas. Infeksi saluran pernapasan bagian atas pada penderita bronkitis hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah, serta menyebabkan kerusakan paru bertambah..
D. PATOFISIOLOGI
Serangan bronkhitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat timbul kembali sebagai eksaserbasi akut dari bronkhitis kronis.Pada umumnya, virus merupakan awal dari serangan bronkhitis akut pada infeksi saluran napas bagian atas. Dokter akan mendiagnosis bronkhitis kronis jika pasien mengalami batuk atau mengalami produksi sputum selama kurang lebih tiga bulan dalam satu tahun atau paling sedikit dalam dua tahun berturut-turut.
3
Serangan bronkhitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi maupun non infeksi (terutama rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi) akan menyebabkan
timbulnya
respons
inflamasi
yang
akan
menyebabkan
vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan bronkospasme. Tidak seperti emfisema, bronkhitis lebih memengaruhi jalan napas kecil dan besar dibandingkan
alveoli.Dalam
keadaan
bronkhitis,
aliran
udara
masih
memungkinkan tidak mengalami hambatan. Pasien dengan bronkhitis kronis akan mengalami: a. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronkhus besar sehingga meningkatkan produksi mukus. b. Mukus lebih kental c. Kerusakan fungsi siliari yang dapat menunjukkan mekanisme pembersihan mukus. Pada keadaan normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut mucocilliary defence, yaitu sistem penjagaan paru-paru yang dilakukan oleh mukus dan siliari. Pada pasien dengan bronkhitis akut, sistem mucocilliary defence paru-paru mengalami kerusakan sehingga lebih mudah terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar mukus akan menjadi hipertropi dan hiperplasia (ukuran membesar dan jumlah bertambah) sehingga produksi mukus akan meningkat. infeksi juga menyebabkan dinding bronkhial meradang, menebal (sering kali sampai dua kali ketebalan normal), dan mengeluarkan mukus kental. Adanya mukus kental dari dinding bronkhial dan mukus yang dihasilkan kelenjar mukus dalam jumlah banyak akan menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara besar. Bronkhitis kronis mula-mula hanya memengaruhi bronkhus besar, namun lambat laun akan memengaruhi seluruh saluran napas.
4
Mukus yang kental dan pembesaran bronkhus akan mengobstruksi jalan napas terutama selama ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps dan udara terperangkap pada bagian distal dari paru-paru.Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolus, hipoksia, dan acidosis. Pasien mengalami kekurangan 02, iaringan dan ratio ventilasi perfusi abnormal timbul, di mana terjadi penurunan PO2 Kerusakan ventilasi juga dapat meningkatkan nilai PCO,sehingga pasien terlihat sianosis. Sebagai kompensasi dari hipoksemia, maka terjadi polisitemia (produksi eritrosit berlebihan). Pada saat penyakit bertambah parah, sering ditemukan produksi sejumlah sputum yang hitam, biasanya karena infeksi pulmonari.Selama infeksi, pasien mengalami reduksi pada FEV dengan peningkatan pada RV dan FRC. Jika masalah tersebut tidak ditanggulangi, hipoksemia akan timbul yang akhirnya menuiu penyakit cor pulmonal dan CHF (Congestive Heart Failure).
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejalanya berupa:
Batuk, mulai dengan batuk – batuk pagi hari, dan makin lama batuk makin
berat, timbul siang hari maupun malam hari, pen derita terganggu tidurnya. Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung kronik dan frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis, jumlah seputum bervariasi, umumnya jumlahnya banyak terutama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau bangun dari tidur. Kalau tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid, sedang apabila terjadi infeksi sekunder sputumnya purulen, dapat memberikan bau yang tidak sedap. Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat, misalnya pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali, puruen, dan apabila ditampung beberapa
5
lama, tampak terpisah menjadi 3 bagian Lapisan teratas agak keruh, Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva ( ludah ) Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang rusak ( celluler debris ).
Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi purulen
atau mukopuruen dan kental.
Sesak bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang – kadang
disertai tanda
– tanda payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor
pulmonal yang menetap. Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak nafas. Timbul dan beratnya sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya bronchitis kronik yang terjadi dan seberapa jauh timbulnya kolap paru dan destruksi jaringan paru yang terjadi sebagai akibat infeksi berulang ( ISPA ), yang biasanya menimbulkan fibrosis paru dan emfisema yang menimbulkan sesak nafas. Kadang ditemukan juga suara mengi ( wheezing ), akibat adanya obstruksi bronkus. Wheezing dapat local atau tersebar tergantung pada distribusi kelainannya
sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)
bengek lelah pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan pipi tampak kemerahan
sakit kepala
gangguan penglihatan. Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek,
yaitu hidung meler, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam
6
ringan dan nyeri tenggorokan. Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya batuk tidak berdahak, tetapi 1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning. Selanjutnya dahak akan bertambah banyak, berwarna kuning atau hijau. Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu. Sesak nafas terjadi jika saluran udara tersumbat. Sering ditemukan bunyi nafas mengi, terutama setelah batuk. Bisa terjadi pneumonia.
F.
DIAGNOSITIK TEST
Sinar x dadaDapat menyatakan hiperinflasi paru
– paru, mendatarnya
diafragma, peningkatan area udara retrosternal, hasil normal selama periode remisi
Tes fungsi paruUntuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi, memperkirakan derajat disfungsi
G. KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara lain : a. Bronchitis kronik b. Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering mengalami infeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas bagian atas. Hal ini sering terjadi pada mereka drainase sputumnya kurang baik. c. Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya pneumonia.Umumnya pleuritis sicca pada daerah yang terkena.
7
d. Efusi pleura atau empisema e. Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian f.
Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena ( arteri pulmonalis ) , cabang arteri ( arteri bronchialis ) atau anastomisis pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan tidak terkendali merupakan tindakan beah gawat darurat.
g. Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran nafas h. Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-cabang arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi arteriovenous shunt, terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan terjadi hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik,. Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kanan. i.
Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada bronchitis yang berat da luas
j.
Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai komplikasi klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan limpa serta proteinurea.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita dewasa bisa diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak sebaiknya hanya diberikan acetaminophen. Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan.
8
Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan bahwa penyebabnya adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau hijau dan demamnya tetap tinggi) dan penderita yang sebelumnya memiliki penyakit
paru-paru.
Kepada
penderita
dewasa
diberikan
trimetoprim-
sulfametoksazol, tetracyclin atau ampisilin. Erythromycin diberikan walaupun dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae. Kepada penderita anak-anak diberikan amoxicillin. Jika penyebabnya virus, tidak diberikan antibiotik. Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya sangat berat, maka dilakukan pemeriksaan biakan dari dahak untuk membantu menentukan apakah perlu dilakukan penggantian antibiotik. 1. Pengelolaan umum a. Pengelolaan umum ditujukan untuk semua pasien bronchitis, meliputi : Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat untuk pasien : b. Memperbaiki drainase secret bronkus, cara yang baik untuk dikerjakan adalah sebagai berikut :
Melakukan drainase postural
Pasien dilelatakan dengan posisi tubuh sedemikian rupa sehingga dapat dicapai drainase sputum secara maksimum.Tiap kali melakukan drainase postural dilakukan selama 10 – 20 menit, tiap hari dilakukan 2 sampai 4 kali. Prinsip drainase postural ini adalah usaha mengeluarkan sputum ( secret bronkus ) dengan bantuan gaya gravitasi. Posisi tubuh saat dilakukan drainase postural harus disesuaikan dengan letak kelainan bronchitisnya, dan dapat dibantu dengan tindakan memberikan ketukan padapada punggung pasien dengan punggung jari.
9
Mencairkan sputum yang kental
Dapat
dilakukan
dengan
jalan,
misalnya
inhalasi
uap
air
panas,
mengguanakan obat-obat mukolitik dan sebagainya. Mengatur posisi tepat tidur pasien Sehingga diperoleh posisi pasien yang sesuai untuk memudahkan drainase sputum.
Mengontrol infeksi saluran nafas.
Adanya infeksi saluran nafas akut ( ISPA ) harus diperkecil dengan jalan mencegah penyebaran kuman, apabila telah ada infeksi perlu adanya antibiotic yang sesuai agar infeksi tidak berkelanjutan. 2. Pengelolaan khusus.
Kemotherapi pada bronchitis
Kemotherapi dapat digunakan secara continue untuk mengontrol infeksi bronkus ( ISPA ) untuk pengobatan aksaserbasi infeksi akut pada bronkus/paru atau kedua-duanya digunakan Kemotherapi menggunakan obatobat antibiotic terpilih, pemkaian antibiotic antibiotic sebaikya harus berdasarkan hasil uji sensivitas kuman terhadap antibiotic secara empiric. Walaupun
kemotherapi
jelas
kegunaannya
pada
pengelolaan
bronchitis, tidak pada setiap pasien harus diberikan antibiotic. Antibiotik diberikan jika terdapat aksaserbasi infeki akut, antibiotic diberikan selama 710 hari dengan therapy tunggal atau dengan beberapa antibiotic, sampai terjadi konversi warna sputum yang semula berwarna kuning/hijau menjadi mukoid ( putih jernih ). Kemotherapi dengan antibiotic ini apabila berhasil akan dapat mengurangi gejala batuk, jumlah sputum dan gejala lainnya terutama pada saat terjadi aksaserbasi infeksi akut, tetapi keadaan ini hanya bersifat sementara. Drainase secret dengan bronkoskop.Cara ini penting dikerjakan terutama pada saat permulaan perawatan pasien. Keperluannya antara lain:
10
o
Menentukan dari mana asal secret
o
Mengidentifikasi lokasi stenosis atau obstruksi bronkus
o
Menghilangkan obstruksi bronkus dengan suction drainage daerah
obstruksi.
Pengobatan simtomatik
Pengobatan ini diberikan jika timbul simtom yang mungkin mengganggu atau mebahayakan pasien.
Pengobatan obstruksi bronkus
Apabila ditemukan tanda obstruksi bronkus yang diketahui dari hasil uji faal paru (%FEV 1 < 70% ) dapat diberikan obat bronkodilator.
Pengobatan hipoksia.
Pada pasien yang mengalami hipoksia perlu diberikan oksigen.
Pengobatan haemaptoe.
Tindakan
yang
perlu
segera
dilakukan
adalah
upaya
menghentikan
perdarahan.Dari berbagai penelitian pemberian obat-obatan hemostatik dilaporkan hasilnya memuaskan walau sulit diketahui mekanisme kerja obat tersebut untuk menghentikan perdarahan.
Pengobatan demam.
Pada pasien yang mengalami eksaserbasi inhalasi akut sering terdapat demam, lebih-lebih kalau terjadi septikemi.Pada kasus ini selain diberikan antibiotic perlu juga diberikan obat antipiretik.
Pengobatan pembedahan
Tujuan pembedahan : mengangkat ( reseksi ) segmen/ lobus paru yang terkena. o
Indikasi pembedahan :
11
Pasien bronchitis yang yang terbatas dan resektabel, yang tidak berespon yang tidak berespon terhadap tindakan-tindakan konservatif yang adekuat. Pasien perlu dipertimbangkan untuk operasi Pasien bronchitis yang terbatas tetapi sering mengaami infeksi berulang atau haemaptoe dari daerakh tersebut.Pasien dengan haemaptoe massif seperti ini mutlak perlu tindakan operasi. o
Kontra indikasi
Pasien bronchitis dengan COPD, Pasien bronchitis berat, Pasien bronchitis dengan koplikasi kor pulmonal kronik dekompensasi. o
Syarat-ayarat operasi.
-
Kelainan ( bronchitis ) harus terbatas dan resektabel
-
Daerah paru yang terkena telah mengalami perubahan ireversibel
-
Bagian paru yang lain harus masih baik misalnya tidak ada bronchitis
atau bronchitis kronik. o
-
Cara operasi. Operasi elektif : pasien-pasien yang memenuhi indikasi dan tidak terdaat
kontra indikasi, yang gagal dalam pengobatan konservatif dipersiapkan secara baik utuk operasi. Umumnya operasi berhasil baik apabila syarat dan persiapan operasinya baik. -
Operasi paliatif : ditujukan pada pasien bronchitis yang mengalami
keadaan gawat darurat paru, misalnya terjadi haemaptoe masif ( perdarahan arterial ) yang memenuhi syarat-syarat dan tidak terdapat kontra indikasi operasi. o
-
Persiapan operasi : Pemeriksaan faal paru : pemeriksaan spirometri,analisis gas darah,
pemeriksaan broncospirometri ( uji fungsi paru regional ) -
Scanning dan USG
12
Bagian Keperawatan Medikal Bedah Program Pendidikan Profesi Ners STIKes Baramuli LP MINGGU I Tlg 08 April 2017
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. F DENGAN DIAGNOSA MEDIS BRONKITIS DIRUANG WANITA PUSKESMAS TENTENA
Disusun Oleh: NAMA
: HESTIN LAONAHA, S.Kep
NIM
:
CI LAHAN
CI INSTITUSI
Ns. Olche Hingkua, S.Kep
Ns. Anutfa Armi, S.Kep) Ns. Muh Rudini, S.Kep Ns. Arnold Sahabudin, S.Kep
Dibuat Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian KeperawatanMedikal Bedah Program Studi Pendidikan Profesi Ners STIKes Baramuli 2017
13
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa
: Hestin Laonaha, S. Kep
Ruangan
:
Tanggal Pengkajian
: 5 April 2017
I.
IDENTITAS DIRI KLIEN
Nama
: Ny. F
Tgl Masuk
: 20 Maret 2017
Tempat/Tgl Lahir : Kelei/ 16 Mei 1950
No. RM
:
Umur
: 67 Thn
Sumber Informasi
Jenis Kelamin
: Perempuan
Penanggung jawab
Alamat
: Pamona
Nama
: Tn A
Sts. Perkawinan : Kawin
Alamat
: Kelei
Agama
: Kristen
Hubungan
: Anak
Suku
: Pamona
Pendidikan`
: SD
Pekerjaan
: IRT
: Klien&Kluarga
II. STATUS KESEHATAN SAAT INI
1. Alasan masuk: Klien mengatakan sesak yang dialami ± 3 hari yang lalu disertai batuk berlendir berwarna kuning. Sesak dialami terberat jika cuaca dingin yaitu pada pagi hari. 2. Keluhanutama : Sesak napas 3. Factor pengcetus : cuaca dingin dan banyak beraktifitas 4. Lamanya keluhan:klien mengatakan keluhan sesak biasa muncul ± 15 menit. 5. Timbulnya keluhan: mendadak
14
6. Faktor yang memperberat:keluarga klien mengatakan keluhan bertambah berat jika banyak beraktivitas
7. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya sendiri: tidak banyak bergerak/istirahat 8. Diagnosa medik: Bronchitis
III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
1. Penyakit yang pernah dialami: demam 2. Imunisasi, klien mengatakan pernah diimunisasi 3. Kebiasaaan:MinumTeh 4. Obat-obatan: penurun demam ( PCT )
5. Pola nutrisi Sebelum Sakit:
berat badan
:55 Kg
tinggi badan
: 155 cm
jenis makanan
: Nasi, sayur, ikan , kadang-kadang daging
Makanan yang tidak disukai
: tidak ada
Nafsu makan
:(√)
perubahan berat badan 6 bulan terakhr:
(
) Bertambah
…….. Kg (√ ) Tetap 55Kg () Berkurang ………..
Kg Perubahan setelah sakit:
Jenis diet
:-
Nafsu makan
Rasa mual ( + / - ) Muntah
: tidak pernah muntah
: baik
Porsi makan dihabiskan 6. Pola eliminasi Sebelum Sakit :
15
a. Buang air besar: Frekuensi: 1 kali perhari Penggunaanpencahar
: tidakmengkomsumsiobatpencahar
Waktu: pagi
Konsitensi: padat
b. Buang air kecil Frekuensi: 4-6 x perhari Jumlahurin : -
warna: kuning jernih bau : amoniak
Keluhan lain: tidakada
SetelahSakit :
a. Buang air besar Frekuensi
: 1 x sehari
Waktu: pagihari Konsistensi:padatlunak b. Buang air kecil Frekuensi : 1-3 x perhari Warna
: Kuning
Bau : Berbau urea KeluhanLain :Klienmengatakantidakmemilikikeluhandengan masalah buang air kecilnya 7. Pola tidur dan istirahat Sebelum sakit:
~Waktu tidur (jam): Malam 23.00-05.00 siang14.00-15.00 ~lama tidur perhari: 7 jam ~kebiasaan pengantar tidur: tidak ada ~kebiasaan saat tidur: mendengkur Perubahan Setelah Sakit:
Kien mengatakan tidakada perubahan setelah sakit 8. Pola aktivitas dan latihan:
16
Sebelum sakit:
a. Kegiatan dalam pekerjaan:IRT b. Kegiatan diwaktu luang: kumpul sama keluarga Perubaha Setelah Sakit:
Klien mengatakan selama sakit tidak bisa lagi beraktifitas, klien merasa lemah dan kebutuhannya tergantung sama keluarga
IV.
RIWAYAT KELUARGA
Genogram:
72
67
Keterangan: : Laki-laki : Perempuan
: Meninggal ------
: Satu Rumah
: Klien
17
Keterangan : Generasi I: Kakek dan nenek klien meninggal karena usia lanjut GenerasiII: Ibu klien meninggal karena hipertensi, Ayah klien meninggal karena bronkhitis Generasi III: klien tinggal serumah dengan suami. Ada anggota keluarga dar klien yang menderita penyakit yang sama dengan klien.
V.
RIWAYAT LINGKUNGAN
Kebersihan / bahaya / polusi: klien mengatakan banyak polusi disekitar tempat tinggalnya.
VI.
ASPEK FSIKOSOSIAL
1. Pola pikir dan persepsi a. Alat bantu yang digunakan: tidak ada b. Kesulitan yang dialami Tidak ada 2. Persepsi sendiri Hal yang amat difikirkan saat ini: tentang penyakitnya dan ingin sembuh secepatnya Harapan setelah perawatan: bisa memenuhi kebutuhan dasarnya 3. Suasana hati: Rentang perhatian:klien cemas dan gelisah, klien mengatakan khawatir dengan keadaannya, klien nampak slalu menanyakan kondisinya 4. Hubungan/komunikasi a. Tempat tinggal bersama yaitu:suami b. Bicara Baik c. Kehidupan keluarga 1. Adat istiadat yang dianut
: Pamona
18
2. Pembuat keputusan
: keluarga;
3. Pola kumunikasi
: baik
4. Pola keuangan
: Kurang memadai
5. Pertahan koping a. Pengambilan keputusan;musyawarah dengan keluarga b. Yang disukai tentang diri sendiri : tidak ada c. Yang ingin diubah dari kehidupan: memperbaiki pola makan dan kehidupan sehari-hari sesuai prosedur kesehatan yang dianjurkan 6. Sistem nilai dan kepercayaan a. Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan, penting bagi anda: klien mengatakan ya b. Kegiatan agama yang dilakukan (macam dan frekuensi): berdoa c. Kegiatan Agama/kepercayaan yang ingin dilaksanakan di Puskesmas: beribadah
VII. PENGKAJIAN FISIK
1. Kesadaran: Compos mentis Keadaan Umum: sedang Tanda-tanda vital: TD: 130/90 mmHg
N: 90 x/menit
P: 30 x/menit
S: 36,8 C.
2. Kepala a. Inspeksi: Bentuk kepala: tidak ada pembesaran Kesimetrisan muka, tengorak: Simetris Warna/distribusi rambut/kulit kepala: Warna hitam, tebal dan kulit kepala bersih dan tidak ada lesi.Klien nampak gelisah
19
b. Palpasi Massa: tidak ada Nyeri tekan: tidak ada c. Keluhan yang berhubungan: 3. Muka Inspeksi
Simetris kiri dan kanan, ekspresi wajah nampakmeringisjikakesakitan Palpasi
Tidak ada benjolan dan tidak terasa nyeri pada bagian muka
4. Mata a. Inspeksi:
Kelopak mata: tidak nampak pembengkakan.
Konjungtiva: tidakanemis
Skleratidakikterus,
Ukuran pupil: isokor
visus: bisa melihat dengan baik
Raksi terhadap cahaya: pupil mengecil
Gerakan bola mata: dapat menggerakkan bola mata semua arah mata angin
b. Palpasi;
TIO: tidak ada
Massa tumor: tidak ada
Nyri tekan: tidak ada
c. Lain-lain: Fungsi penglihatan: Baik 5. Hidung a. Inspeksi
20
Bentuk kesimetrisan lubanghidungsimetris, bengkak tidak ada, septum tidak ada,secret tidak ada. terpasang O23-4 Lpm b. Palpasi Sinus tidak ada nyeri tekan/bengkak tidak ada 6. Mulut dan tenggoraokan: Sulit/gangguan bicara tidak ada Klien Nampak batukberlendir 7. Leher a. Inspeksi: Bentuk kesimetrisan: simetris Mobilisasi leher: baik b. Palpasi a. kelejar tiroid: tidak ad pembesaran b. vena jugularis: tidak terdapat distensi 8. Dada, paru-paru dan jantung a. Inspeksi Bentuk dada normal chest dan simetris Frek.Napas 32 x/menit Klien Nampak sesak b. Palpasi Nyeri tekan tidak ada dan tidak ada massa tumor.denyut apeks teraba c. Auskultasi; Suara nafas: vesikuler Suara tambahan: whezing Bunyi jantung I dan II terdengar dengan jelas. d. Perkusi:
21
Heper,/lien/ginjal/kandung kemih/; dalam batas normal 9. Abdomen a. Inspeksi: Kesimetrisan dan warna sekitar tidak ada perbedaan b. Auskultasi: Peristaktik: 7kali permenit c. Perkusi: Identifikasi batas organ: Timpani d. Palpasi: Hepar/lien/ginjal/kandung kemih: tidak ada klainan 10. Status Neurologis: GCS: E:4 M: 6
V:5
Refleks Fisiologis: Bisep (+), Trisep (+), Patella (+), 11. Ekstremitas Keadaan ekstremitas: baik Kesimetrisan : Atropi
: tidak terdapat pembesaran
ROM : aktif Edema : tidak
edema Cyanosis : tidak sionosis Perubahan warna
Akral : hangat
: tidak terjadi perubahan warna pada ekstremitas
Kulit: turgor kulit elastis,
Bibir: bibir kering
Kuku: tidak sionosisCRT :< 2 Detik Tanpak pemasangan IVFD di sebelah tangan bagian kanan Kekuatan otot
5
5
5
5
22
VIII. DATA PENUNJANG
1. LaboratotiumTanggal 04-05-2014 Hasil
nilai normal
WBC
: 14,1 103/mm3
HGB
: 14,5 Lg/dl
PLT
: 240
(4,3 – 10,8)
(12,0 – 18,0)
10.3/mm3(150 – 450)
2. Kimia Darahtanggal 20/04/2014 Hasil GDS
: 124 mg/dl< 200
Ureum
: 15 mg/dl
Kreatinim
: 0.70 mg/dl< 1,3
10-50
3. Foto X-Ray Tgl 04/05/2014 Tungguhasil
23
DATA FOKUS
Data Subjektif
Data Objektif
Klien mengatakan sesak napas Sesak
terasa
bertambah
TD: 130/90 mmHg jika
N : 90 x/i
beraktifitas
P : 32 x/i
Klien mengatakan batuk berlendir
S : 36 °c
Klien mengatakan cemas dan khawatir Klien Nampak sesak dengan keadaannya Klien
mengatakan
beraktifitas karna sesak
Suara napas tambahan whezing tidak
bisa Sesekali klien menanyakan tentang kondisinya
Keluarga klien mengatakan seluruh Klien Nampak lemah kebutuhan klien dibantu
Klien cemas dan gelisah Kebutuhan (ADL) klien dibantu keluarga dan perawat Terpasang IVFD RL 28 tpm Terpasang O2 3-4 Lpm
24
ANALISA DATA
No
1
Data
Etiologi
DS: Klien mengatakan sesak napas
Masalah
Pola napas Terjadi pemejanan antigen
tidak efektik
sesak terasa bertambah jika beraktifitas
Reaksi antigen anti body
DO: klien Nampak sesak
Reaksiimunologis
Suara napas tambahan whezing TD: 130/90 mmHg
Pelepasansel-sel mast
N : 90 x/i P : 32 x/i
Mempengaruhi otot polos dan kelenjar
S : 36,5 °c
napas
Pembengkakan membranemukosa
Penyempitan jalan napas
Penurunan ekspansi paru
Pola napas tidak efektif
25
2
DS:
Terjadi pemejanan antigen
Klien mengatakan batuk berlendir
Bersihan jalan napas tidak
Reaksi antigen anti body
efektif
DO: Nampak batuk berlendir
Reaksi imunologis
Pelepasansel-sel mast
Mempengaruhi otot polos dan kelenjar napas
Pembentukan mucus
Bersihan jalan napas tidak efektif
26
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No
Diagnose
Tujuan
Intervensi
Rasional
keperawatan
1
Pola napas tidak efektif
Pola nafas efektif,
1. Kaji frekuensi napas
b/d penurunan ekspansi
dengan criteria hasil :
pernafasan pasien dan
paru, ditandai dengan:
-Pasien tidak sesak
adanya sesak
DS:
-Pasien tampak tenang
2. Observasi TTV
1. Mengetahui frekuensi
. Sebagai acuan untuk
-Klien mengatakan
melaksanakan intervensi
sesak napas
selanjutnya sesuai dengan
Sesak terasa bertambah
kebutuhan klien jika
beraktifitas
3.Tempatkan klien pada
. Posisi tegak
posisi semi fowler
memungkinkan expansi
DO:
paru lebih baik
-klien nampak sesak
4.Berikan oksigen melalui
. Pemberian oksigen
Suara napas tambahan
kanula nasal 3-4 l/mt sesuai
mengurangi beban otot –
whezing
indikasi
otot pernafasan
TD: 140/80 mmHg
5.Berikan obat sesuai
5.Untuk memudahkan
N : 100 x/i
indikasi
bernafas dan mencegah
P : 32 x/i
atelectasis
S : 36,5 °c
2
Bersihkan jalan napas
Jalan nafas menjadi
1. Instruksikan klien pada
1. Batuk yang tidak
tidak efektif b/d
efektif.
metode yang tepat dalam
terkontrol melelahkan dan
peningkatan produk
Kriteria hasil :
mengontrol batuk, batuk
inefektif serta menimbulkan
simucus ditandai
-Menentukan posisi yang
efektif.
frustasi
dengan :
nyaman sehingga
2. Auskultas paru sebelum
2. Berkurangnya suara
DS:
memudahkan
dan sesudah tindakan
tambahan setelah tindakan
Klien mengatakan
peningkatan pertukaran
batuk
gas.
3.Lakukan fisioterapi dada
DO:
-Dapat
dengan tehnik drainage
strategi untuk mengeluarkan
mendemontrasikan batuk
postural, perkusi dan fibrasi
sekret.
efektif
dada.
-Dapat menyatakan
4.Berikan obat sesuai
4. Merilekskan otot
strategi untuk
indikasi
pernapasan dan menurunkan
Nampak batuk
menurunkan kekentalan
menunjukan keberhasilan 3. Fisioterpi dada merupakan
kongesti
sekresi -Tidak ada suara nafas tambahan
27
CATATAN PERKEMBANGAN I
Tgl
No.Dx
16/03/ 2017
1
Implementasi Keperawatan
Tanda Tangan
SOAP
Pukul 14.20
21/03/2017
1.
Mengkaji frekuensi napas
Pukul 20.15
Hasil: frek. Napas 32 x/i
S : klien mengatakan masih
Klienmengatakansesak 2.
Mengobservasi TTV Hasil: TD: 130/90 mmHg
sesak O : klien Nampak sesak P : 30x/i
N : 90 x/i
A : Masalah belum teratasi
P : 30 x/i
P : Lanjutkan Intervensi
S : 36,8 °c 3.
Menempatkan klien pada posisi semi fowler Hasil: klien dengan posisi semi fowler
4.
Memberikan oksigen melalui kanula nasal 3-4 l/mt sesuai indikasi Hasil: terpasang O2 3 Lpm
5.
Memberikan obat sesuai indikasi Hasil:
2
Combivent / 8 jam / via Nebulizer
Pukul 14.45 1.
Mengkajiwarna, kekentalan dan jumlah sputum Hasil: Nampak batuk berlendir dan berwarna kuning
2.
Menginstruksikan klien pada metode yang tepat dalam mengontrol batuk, batuk efektif. Hasil : klien mengerti apa yang dianjurkan
3.
21/03/2017 Pukul 20.35 S: Klien mengatakan masih batuk O: Nampak batuk berlendir A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensi
Mengauskultasi bunyi napas Hasil: suara napas tambahan whezing
4.
Melakukan fisioterapi dada dengan tehnik drainage postural, perkui dan fibrasi dada. Hasil: fisioterafi telah dilakukan
5.
Memberikan obats esuai indikasi Hasil: Ambrwoxol 3 x 1
28