LAPORAN PRAKTIKUM PEMBIAKAN TANAMAN
ACARA 1 PEMBIAKAN VEGETATIF DENGAN CARA MERUNDUK (LAYERING ) DAN MENCANGKOK (AIR LAYERING)
ANDY PRASETYO 131510501245 GOLONGAN C / KELOMPOK 6
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2014
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perbanyakan atau pembiakan tanaman merupakan serangkaian kegiatan yang diperlukan untuk menyediakan materi tanaman baik untuk kegiatan penelitian maupun program penanaman secara luas. Perbanyakan tanaman bisa dilakukan dengan cara generatif maupun vegetatif. Perbanyakan secara seksual atau generatif adalah proses perbanyakan dengan menggunakan salah satu bagian dari tanaman, yaitu biji. Biji adalah organ tanaman yang terbentuk setelah terjadinya proses fertilisasi (menyatunya/ meleburnya gamet jantan dan gamet betina). Biji dapat dianggap sebagai tanaman mini karena di dalamnya sudah terdapat bagian-bagian tanaman yang tersusun dalam massa yang kompak. Salah satu tujuan perbanyakan tanaman dengan menggunakan biji adalah untuk memperoleh sifat-sifat baik tanaman, seperti akar yang kuat, tahan penyakit, dan sebagainya. Sedangkan Perbanyakan secara aseksual atau vegetatif adalah proses perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tertentu dari tanaman seperti, daun, batang, ranting, pucuk, umbi dan akar untuk menghasilkan tanaman baru yang sama dengan induknya. Prinsip dari perbanyakan vegetatif adalah merangsang tunas adventif yang ada dibagian bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun sekaligus. Perkembangbiakan
secara
vegetatif
alami
merupakan
cara
perkembangbiakan yang dilakukan tumbuhan tanpa melibatkan bantuan manusia. Contoh perkembangbiakan secara vegetatif alami antara lain : Rhizoma, Stolon, Umbi lapis, Tunas, Umbi batang, Spora. Sedangkan perkembangbiakan secara vegetatif buatan merupakan cara perkembangbiakan tumbuhan yang sengaja dilakukan
oleh
manusia.
Manusia
sengaja
memanfaatkan
kemampuan
maristematis tumbuhan untuk menghasilkan lebih banyak keturunan. Cara perkembangbiakan ini tergolong cara yang sangat efektif karena dilakukan dalam waktu yang relative lebih singkat dibandingkan dengan perkembang biakan secara
vegetatif alami. Contoh perkembangbiakan secara vegetatif buatan seperti Setek, Cangkok, Sambung (enten), Tempel (okulasi), Runduk, Kultur Jaringan.
1.2
Tujuan
1. Untuk mengetahui dan mempelajari cara mencangkok dan merunduk, serta untuk mengetahui pertumbuhan akar cangkokan dan rundukan. 2. Untuk mengetahui pengaruh media cangkokan dan rundukan terhadap pembentukan sistem perakaran pada batang.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Cangkok
Menurut Adinugraha dkk (2012), Penerapan teknik pembiakan vegetatif diperlukan dalam pengembangan tanaman, karena dapat dilakukan secara kontinyu, tidak tergantung pada musim buah, caranya cukup mudah dan biayanya relatif murah (low cost technology) serta tanaman dapat lebih cepat berbuah. Teknik mencangkok dan sambungan diterapkan untuk memperbanyak pohon induk nyamplung yang telah diseleksi mengingat penggunaan teknik lainnya seperti stek cabang dan stek pucuk sulit tumbuh/berakar apabila diambil dari pohon dewasa. Pembentukan akar sangat dipengaruhi oleh adanya zat pengatur tumbuh (zpt) golongan auksin sedangkan pertumbuhan tunas baru sangat dipengaruhi oleh zpt golongan sitokinin. Penambahan zat pengatur tumbuh sitokinin dan auksin diduga lebih efektif merangsang pertumbuhan tunas dan pembentukan akar stek dibandingkan dengan hanya menggunakan satu jenis zpt secara tunggal (Wulandari, 2013). Pencangkokan adalah teknik perbanyakan vegetatif yang ditandai dengan inisiasi akar adventif pada salah satu bagian dari cabang pohon in situ. Setelah inisiasi akar, bagian berakar (marcott) keluar dari pohon dan ditransplantasi di dalam substrat di mana ia tumbuh secara mandiri dari pohon induknya. Seperti teknik perbanyakan vegetatif lainnya, keuntungan utama dari cangkok yaitu mengkloning pohon yang dipilih dengan sifat yang diinginkan dan serta memperpendek masa produksi buah (Tchoundjeu et. al, 2010). Cangkok sayuran secara umum prakteknya salah satunya untuk mengendalikan penyakit tular tanah dan nematoda, baik dilapangan dan rumah kaca tempat pertumbuhan. Selain itu, Pencangkokan tanaman dapat menghasilkan lebih banyak tanaman dan meningkatkan toleransi terhadap cekaman lingkungan, salinitas tanah dan suhu rendah tanah( Rodriquez et. al, 2010).
Produksi Sayuran yang berasal dari pencangkok telah menjadi praktek umum
untuk
mengendalikan
penyakit
menular
patogen.
Pencangkokan
merupakan teknik yang populer tetapi pencangkokan masih belum umum didalam perlindingan tanaman (Çürük et. al , 2009). Stek dan penyerbukan menjadi cara termuda untuk meningkatkan varietas tanaman. Pembiakan tanaman dengan cara penyetekan merupakan salah satu cara yang tertua praktek hortikultar dan salah satu yang telah dipadu dengan berkebun dan non-berkebun (Balaj et. al , 2011). Penggunaan stek dari batang, daun, akar atau tunas terminal dianggap teknik yang paling sering diterapkan karena kepraktisan dan kesederhanaan terutama di negara berkembang seperti Nigeria (Okunlola, 2013).
2.2 Perundukan
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya media tanam dan pemberian auksin. Untuk mendapatkan hasil perbanyakan bibit yang baik selain perlu memperhatikan media tumbuh, diperlukan zat pengatur tumbuh (zpt) untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Auksin merupakan salah satu hormon yang dapat berpengaruh terhadap pembentukan akar, perkembangan tunas, kegiatan sel-sel meristem, pembentukan bunga, pembentukan buah dan terhadap gugurnya daun dan buah (Patma dkk., 2013). Faktor genetik merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan sifat dari tanaman. Untuk mendapatkan hasil yang baik perlu diperhatikan sifat dari pohon induk, dan jika ingin mendapatkan sifat unggul seperti pohon induk dapat diperoleh dengan cara perbanyakan atau pembiakan tanaman. Faktor tersebut perlu diperhatikan apakah cocok/kontanibel digunakan (Hayati, 2012) Teknik perbanyakan yang paling sesuai terutama untuk jenis-jenis yang terancam punah dapat menjadi salah satu kontribusi yang sangat penting dalam upaya pelestarian jenis tersebut. Berbagai teknik perbanyakan yang ada, penyetekan merupakan teknik yang paling populer dalam memperbanyak tanaman secara vegetatif, namun juga terdapat teknik perundukan dalam memperbanyak tanaman (Hendalastuti, 2010).
Menurut
Pitojo
(2008),
Perundukan
merupakan
salah
satu
cara
perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan melengkungkan cabang atau ranting tanaman yang berada bagian bawaha, dan kemudian menimbunnya dengan tanah. Perbanyakan dengan cara merunduk adalah merangsang terbentuknya akar atau tunas adventif sebelum dipisahkan dari pohon induk. Perbanyakan dengan cara merunduk dapat dilakukan pada jenis tanaman hias yang memiliki percabangan panjang dan lentur (Rukmana, 2010).
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat Praktikum pembiakan tanaman ini dilaksanakan pada tanggal 24
September 2014 pada hari rabu siang pukul 12.00 hingga selesai, bertempat di Laboratorium Pembiakan Tanaman di Gedung Agonomi Fakultas Pertanian, Universitas Jember.
3.2
Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
1. Tali rafia 2. Plastik Gelap 3. Pisau tajam (cutter ) baru 4. Timba/Sprayer 5. Pengait 3.2.2
Bahan
1. Tanaman yang akan di cangkok dan dirundukkan 2. Serabut Kelapa 3. Pupuk kompos 4. Tanah 3.3 Cara Kerja 3.3.1 Mencangkok (Air Layerage) 1. Menyiapkan bahan media tanam dan alat yang diperlukan
2. Memilih batang dan cabang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. 3. Menyayat/menghilangkan kambium kulit dan kambium pada batang atau cabang tersebut sepanjang ± 10 cm 4. Memberi media pada bagian yang luka secukupnya dengan pupuk kompos dan tanah. 5. Menjaga kelembapan tanah dengan melakukan penyiraman air
3.3.2
Merunduk ( Layerage)
1. Menyiapkan bahan media tanam dan alat yang diperlukan 2. Memilih batang dan cabang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda Pilih batang tanaman uang dapat dirundukkan kedalam tanah dan tidak patah. 3. Menyayat/menghilangkan kulit dan kambium pada batang atau cabang pada bagian ujung tanaman tersebut sepanjang ± 10 cm 4.
Memberikan media tanam yang dapat dibenamkan kedalam tanah dan kompos sedalam 3-5 cm.
5. Menjaga kelembapan tanah dengan melakukan menyiram air.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Tabel 1. Hasil Pengamatan air l ayer age Media Tanam
Perlakuan
Ulangan /
Pembungkus Kelompok
Kompos + Tanah Serabut Kelapa
Kompos
Plastik
+ Tanah
Gelap
Parameter Pengamatan Jumlah akar
Panjang akar (cm)
1
3
0,1
2
0
0
3
8
0,1
4
0
0
5
0
0
6
0
0
Rerata
1,8
0,03
1
7
0,01
2
0
0
3
0
0
4
0
0
5
24
0,2
6
1
0,1
Rerata
5,3
0,05
Tabel 2. Tabel Pengamatan Layerage Parameter Pengamatan
Media
Ulangan /
Tanam
Kelompok
Jumlah akar
Panjang akar (cm)
1
4
1,15
3
1
0,1
5
11
0
Rerata
5,3
0,42
2
3
6,5
4
0
0
6
0
0
Rerata
1
2,17
1
4
1,15
3
1
0,1
5
11
0
Kompos
Rerata
5,3
0,42
+ Tanah
2
3
6,5
4
0
0
6
0
0
Rerata
1
2,17
Tanah
4.2 Pembahasan
Pembiakaan vegetatif tanaman dapat terjadi secara alamiah atau dibuat oleh manusia. Secara alamiah, perkembangan terjadi melalui pembelahan sel, spora, tunas, rhizome, dan geragih. Pembiakan vegetatif buatan dimanfaatkan melalui cara stek, cangkok, okulasi dan sambung. Para petani memanfaatkan pembiakan vegetatif buatan untuk menghasilkan tanaman baru yang cepat berproduksi dengan sifat dan kualitas yang sama dengan induknya. Namun perbanyakan vegetatif buatan yang dikenal oleh para petani hanya mampu menghasilan tanaman dalam jumlah yang terbatas. Keuntungan pembiakan vegetatif antara lain adalah bahan-bahan heterozigot dapat dilestarikan tanpa
pengubahan dan pembiakan vegetatif lebih baik dibandingkan pembiakan secara generatif. Pada pembiakan vegetatif satu tumbuhan induk dapat menghasilkan beberapa individu baru dalam waktu yang cukup singkat. Tanaman yang dikembangkan secara vegetatif bersifat melestarikan sifat hasil tanaman induk. Kekurangan dari pembiakan vegetatif adalah merusak tanaman yang berfungsi sebagai tanaman induk, jumlah biji yang diperoleh terbatas, perakaran tanaman hasil biakan vegetatif kurang, dan umur tanaman lebih pendek. Menurut Rukmana (2010), Teknik mencangkok banyak dilakukan untuk memperbanyak tanaman hias atau tanaman buah yang sulit diperbanyak dengan cara lain seperti melalui biji, stek, atau sambung. Mencangkok adalah membuat cabang batang tanaman menjadi berakar. Mencangkok dilakukan pada cabang dekat dengan batang. Caranya, sebagian kulit cabang dibuang. Cabang itu kemudian dibalut dengan tanah. Pada cabang yang mencangkok akan tumbuh akar. Cabang ini siap menjadi tanaman baru. Mencangkok biasanya dilakukan pada tanaman yang berkambium. Tanaman yang biasanya dicangkok umumnya memiliki kambium atau zat hijau daun. Perbanyakan tanaman dengan cara mencangkok memiliki kelebihan diantaranya tanaman memiliki sifat unggul seperti tanaman induknya dan tanaman lebih cepat berproduksi. Syarat tumbuhan yang dapat dicangkok adalah batang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda, ukuran tidak besar, tegap, mulus, berwarna coklat muda. Perbanyakan dengan cara mencangkok akan menumbuhkan akar dari batang dari batang yang telah dilukai dan ditutup media. Pemotongan jaringan pengangkut melalui penyayatan kulit cabang berarti pembuangan lapisan kambium ataupun pembelahan batang yang berarti pemutusan hubungan jaringan vascular akan menciptakan suatu fenomena bahwa zat-zat makanan (fotosintat) berasal dari bagian atas cabang yang disayat. Dibelah tersebut akan menunmpuk pada tepi sayatan bagian atas. Artinya, fotosintat tidak dapat ditersukan ke bagian bawah daripada sayatan tersebut. Akibat dari penumpukan tersebut, maka kulit kayu cabang di bagian atas sayatan akan membengkak karena terjadinya pembelahan sel yang cepat. Pembelahan sel ini dipacu dengan adanya auksin dan karbonhidrat yang tertumpuk. Fotosintat yang sebagian besar berupa karbonhidrat
akan tertumpuk pada bagian yang disayat atau luka. Pada bagian tersebut kemudian akan terjadi differensiasi sel-sel yang merupakan tempat inisiasi akar. Sel-sel terus mengalami pembelahan dan berdifferensiasi membentuk jaringan primordia akar. Pembentukan primordia akar yang kemudian terus berkembang membentuk akar biasanya terjadi pada jaringan dekat dengan jaringa pembuluh pengangkutan. Tanaman berkayu yang telah memiliki dua lapisan atau lebih pembuluh floem dan xylem, akar-akar akan tumbuh dari jaringan floem sekunder atau pada pembuluh vaskuler, atau pada kambium. Perakaran pencangkokan umumnya akan tumbuh setelah 1-3 bulan. Cepat lambatnya pertumbuhan dipengaruhi oleh keadaan fisiologis bahan tanaman dan faktor luar. Berdasarkan hasil praktikum mencangkok yang dilakukan, kebanyakan tanaman yang dicangkok mengalami kegagalan atau mati . Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi seperti batangnya terlalu tua, kurangnya air maupun kelebihan air yang menyebabkan tumbuhnya jamur. Hal lain yang menyebabkan kegagalan adalah teknik pencangkokan misal pada penyayatan terjadi luka pada batang yang akan dicangkok, selain itu faktor suhu dan factor lingkungan yang tidak sesuai dengan pertumbuhan akar, dapat menjadi kendala utama dalam pencangkokan. Selain itu juga diperoleh data jika nilai rerata pertumbuhan akar yang dihasilkan dengan menggunakan perlakuan media tanam kompos yang ditambahkan tanah serta menggunakan pembungkus plastik gelap lebih tinggi yaitu rerata sebesar 5,3 dari pada menggunakan pembungkus serabut kelapa yang memiliki nilai rerata 1,8. Sedangkan untuk panjang akar yang menggunakan pembungkus serabut kelapa lebih pendek ketimbang menggunakan pembungkus plastik gelap yaitu berbanding 0,03 : 0,05. Hal ini disebabkan sifat dari plastik hitam yang dapat mengefektifkan cahaya matahari yang datang. Sehingga berpengaruh terhadap bagian internal
dan eksternal organ yang di
cangkok. Bagian internal yang terpengaruhi ialah proses mempercepat proses pertumbuhan akar melalui proses respirasi. Sedangkan bagian luar berpengaruh terhadap suhu, kelembaban dan lain-lain. Sehingga dari segi kontaminasi oleh bakteri peluangnya sedikit.
Menurut Rukmana (2010), perbanyakan dengan cara merunduk adalah merangsang (menstimulir) terbentuknya akar atau tunas adventif sebelum dipisahkan dari pohon induk. Tata cara merunduk adalah dengan melakukan pembengkokan atau pelengkungan cabang, kemudian sebagian cabang tersebut ditimbun atau dibenamkan ke dalam tanah. Hal yang harus diperhatikan dalam merunduk adalah bagian tanaman (cabang) yang dibenamkan harus mengandung mata. Setelah bagian tanaman yang ditimbun tanah tampak bertunas dan berakarm barulah dipisahkan dari pohon induknya untuk dijadikan bibit. Perbanyakan vegetatif secara merunduk dan mencangkok sangatlah berbeda. Jika cangkok caranya sebagian kulit cabang dibuang dan kemudian dibalut dengan tanah serta tujuan mencangkok adalah agar diperoleh tumbuhan baru yang cepat berbuah dan sifatnya sama dengan induknya, maka perbanyakan dengan cara merunduk yaitu caranya dilakukan dengan merundukkan dan kemudian membelokkan ke bawah batang atau cabang tanaman. Pada bagian cabang yang tertimbun tanah kemudian akan tumbuh akar-akar. Setelah akarakarnya kuat cabang yang berhubungan dengan batang induk dipotong. Pada perbanyakan melalui merunduk terdapat 5 teknik antar lain; 1. Tip Layerage, teknik penimbunan ini dilakukan dengan cara merunduk cabang tanaman kearah permukaan tanah sehingga bagian ujung cabang tersebut dapat dibenamkan (3-5) cm. 2. Simple Layerage, perbanyakan tanaman dengann menggunakan teknik ini hampir mirip dengan Tip Layerage. Namun penimbunan bagian cabang yang cukup panjang dilakukan dengan kedalaman 10-25 cm dengan membiarkan ujung cabang muncul dipermukaan tanah hingga 10-25 cm. 3. Trench Layerage, pada teknik ini cabang tanamn yang timbun lebih panjang dari pada kedua teknik diatas. Penanaman cabang berkisar 10-15 cm bahkan pada beberapa tanaman dapat 25-50 cm dengan kedalaman tanam 10 cm dibawah permukaan tanah. 4. Serpentive Layerage, sering disebut sebagai compound layarage yaitu cabang tanaman
yang
dilengkungkan
secara
memanjang
denagan
kemudian
dibenamkan tanah secara berselang seling ditibun dan muncul, kemudian ditimbun lagi. 5. Mound Layarage, perbanyakan tanaman yang hampir sama dengan teknik ratoon pada padi. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara batang utama pohon induk dipotong, kemudian di sekitar batang tersebut ditimbun tanah. Berdasarkan hasil praktikum merunduk yang dilakukan oleh golongan, terlihat jika sebagian besar tanaman yang dilakukan merunduk berhasil dan tumbuh akar pada batang tanaman yang telah dilukai dan dirundukkan ke tanah namun ada juga tanaman yang mati. Keberhasilan dari teknik perundukan ini bisa dipengaruhi beberapa faktor diantaranya cara/teknik perundukan sudah benar, bisa juga dari
faktor
lingkungan serta
pemeliharaan
tanaman.
Terlihat
jika
kemungkinan besar data yang diambil pada saat pengamatan telah terjadi kesalahan, karena ada kesamaan antara hasil pada media tanah dan pada media tanah yang diberi kompos.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Mencangkok adalah membuat cabang batang tanaman menjadi berakar. 2. Perbanyakan
tanaman
dengan
cara
mencangkok
memiliki
kelebihan
diantaranya tanaman memiliki sifat unggul seperti tanaman induknya dan tanaman lebih cepat berproduksi. 3. Beberapa faktor yang mempengaruhi kegagalan mencangkok seperti batangnya terlalu tua, kurangnya air maupun kelebihan air yang menyebabkan tumbuhnya jamur. 4. Merunduk yaitu caranya dilakukan dengan merundukkan dan kemudian membelokkan ke bawah batang atau cabang tanaman. 5. Merunduk terdapat 5 teknik antar lain Tip Layerage, Simple Layerage Trench Layerage, Serpentive Layerage, dan Mound Layarage. ,
6. Keberhasilan dari teknik perundukan ini bisa dipengaruhi beberapa faktor diantaranya cara/teknik perundukan sudah benar, bisa juga dari faktor lingkungan serta pemeliharaan tanaman.
5.2 Saran
Sebaiknya saat dilakukan pencangkokan diharapkan bisa dilakukan di areal kampus/fakultas saja agar memudahkan bagi praktikan dan tim asisten juga bisa ikut mengamati.
DAFTAR PUSTAKA
Adinugraha, Hamdan A., Mahfudz, E. W. Muchtiari dan S. Huda. 2012. Pertumbuhan Dan Perkembangan Tunas Pada Bibit Nyamplung Hasil Pembiakan Dengan Teknik Sambungan. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan, 6 (2) : 91-102 Balaj, Nexhat dan Zogaj, Refki. 2011. Production Seedlings Of Roses By Grafting With Bud For Hybrid Teas And Climbing Roses Cultivars. Research Journal of Agricultural Science, 43 (2) : 155 – 161 Çürükm, Sebahattin. H. Y. Dasgan, S. Mansuroglu, S. Kurt. 2009. Grafted eggplant yield, quality and growth in infested soil with Verticillium dahliae and Meloidogyne incognita. Pesq. agropec. bras., 44, (12) Hayati, Erita., Sabaruddim, dan Rahwati. 2012. Pengaruh Jumlah Mata Tunas Dan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Setek Tanaman Jarak Pagar ( Jatropha Curcas L.). Jurnal Agrista, 16 (3) : 129-135 Hendalastuti, Henti, A. Subiakto, I. Z. Siregar, Dan Supriyanto. 2010. Uji Pertumbuhan Stek Cemara Sumatra Taxus Sumatrana (Miquel) De Laub. Penelitian Hutan Dan Konservasi Alam, 7 (3) : 289-298 Okunlola, A. I.. 2013. The Effects of Cutting Types and Length on Rooting of Duranta Repens in the Nursery. Global Journal of HUMAN SOCIAL SCIENCE Geography, Geo-Sciences, Environmental & Disaster Management, 13 (3) : 1 - 5 Patma, U., L. A. P. Putri , L. A. M. Siregar. Respon Media Tanam Dan Pemberian Auksin Asam Asetat Naftalen Pada Pembibitan Aren ( Arenga Pinnata Merr). Jurnal Online Agroekoteknologi, 1 (2) : 286-296 Pitojo, Setijo. 2008. Ceplukan Herba Berkasiat Obat . Yogyakarta : Kanisius. Rodriquez, Maria Maribel dan Bosland, Paul W. 2010. Grafting Capsicum to Tomato Rootstocks. The Journal of Young Investigator , 20 (2) : 1-6 Rukmana, Rahmat. 2010. Teknik Perbanyakan Tanaman Hias . Yogyakarta : Kanisius. Tchoundjeu, Zac., A. C. Tsoberg, E. Asaah, dan P. Anegbeh. 2010. Domestication of Irvingia gabonensis (Aubry Lecomte) by air layering. Horticulture and Forestry, 2(7) : 171-179
Wulandari, Retno C., R. Linda, dan Mukarlina. 2013. Pertumbuhan Stek Melati Putih ( Jasminum sambac (L) W. Ait.) dengan Pemberian Air Kelapa dan IBA ( Indole Butyric Acid ). Protobiont , 2 (2) : 39 – 43