3
RINGKASAN
Kemunculan fosil-fosil moluska pada batuan berumur Tersier di Indonesia sangat melimpah, lebih dari 3000 spesies telah dikenali. Turritella merupakan taksa yang paling sering dijumpai pada lokasi-lokasi tipe jenjang biostratigrafi Moluska. Penelitian tersebut menghasilkan usulan parameter untuk mengidentifikasi Turritella dari aspek biometri untuk menentukan kesamaan spesiesnya. Penelitian dengan metode biometri yang dilakukan pada praktikum kali ini dirasakan perlu untuk dilakukan dan dipahami dengan baik karena merupakan dasar dari penelitian yang lebih lanjut untuk mengetahui umur dari batuan dan lingkungan dari spesies-spesies Turritella tersebut.
Pada praktikum kali ini terdapat 30 sampel cangkang turritella yang diberi nomor sampel secara acak. Metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah metode biometri dengan memperhatikan data kuantitatif dari sampel. Metode ini bertujuan untuk menentukan kesamaan spesies turritella pada semua sampel. Hasil yang didapatkan dari praktikum ini adalah terdapat tiga spesies turritella yang berbeda yang didapatkan dari 30 sampel pada laboratorium.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kemunculan fosil-fosil moluska pada batuan berumur Tersier di Indonesia sangat melimpah, lebih dari 3000 spesies telah dikenali. Penelitian paleontologi moluska di Indonesia sendiri sudah dilakukan oleh beberapa peneliti dari berbagai negara.
Turritella merupakan taksa yang paling sering dijumpai pada lokasi-lokasi tipe jenjang biostratigrafi Moluska. Kehadiran spesies tersebut menjadi layak untuk dikaji dari aspek paleontologi agar tidak terjadi kerancuan dalam melakukan identifikasi. Sehingga nantinya kehadiran fosil Turritella pada beberapa lokasi tersebut dapat lebih termanfaatkan dalam aspek geologi yaitu dalam penentuan umur dan cekungan pada lokasi penemuannya. Metode penelitian yang digunakan dalam hal ini adalah untuk mengetahui tiga hal, yaitu; yang pertama adalah taksnomi dan filogeni dari Turritella, yang kedua mengetahui umur dari batuan dan terakhir mengetahui lingkungan dari spesies-spesies Turritella tersebut.
Penelitian tersebut menghasilkan usulan parameter untuk mengidentifikasi Turritella dari aspek biometri. Parameter tersebut adalah Wsut:Wang yang terbukti dapat menunjukkan kesamaan spesies dan juga membedakan sub spesies. Aspek biometri pada Turritellidae juga berhubungan dengan aspek geologi berupa cekungan dan umur. Apabila diteliti lebih lanjut, adanya hubungan antara aspek biometri dengan aspek geologi dapat membuktikan bahwa pada masing-masing cekungan yang sama ditemukan Turritella yang sama dan pada cekungan yang berbeda Turritella yang muncul juga berbeda.
Oleh karena itu, penelitian dengan metode biometri yang dilakukan pada praktikum kali ini dirasakan perlu untuk dilakukan dan dipahami dengan baik karena merupakan dasar dari penelitian yang lebih lanjut untuk mengetahui umur dari batuan dan lingkungan dari spesies-spesies Turritella tersebut.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka didapatkan rumusan masalah, yaitu:
Metode apa yang digunakan dalam penelitian pada praktikum kali ini?
Bagaimana mengetahui kesamaan spesies turritella dengan menggunakan metode yang ada?
Apakah ada kesamaan spesies pada sampel-sampel turritella yang digunakan dalam praktikum?
1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka praktikum ini bertujuan untuk:
Menentukan metode yang tepat untuk melaksanakan praktikum kali ini.
Mengetahui cara penentuan kesamaan spesies turritella berdasarkan metode yang ada.
Menentukan kesamaan spesies yang terdapat pada sampel-sampel turritella yang digunakan dalam praktikum.
1.4 MANFAAT
Manfaat yang didapatkan dari melakukan praktikum kali ini adalah:
Dapat memahami dan mengaplikasikan metode penentuan kesamaan spesies dengan baik
Diharapkan dapat melaksanakan penelitian yang lebih lanjut mengenai penentuan umur batuan maupun penentuan lingkungan hidup spesies-spesies turritella tersebut
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Turritella merupakan genus(jenis keluargaTurritellidae) dari moluska jenis gastropoda laut yang memiliki cangkang memanjang terdiri dari banyak uliran dengan aperture bulat dan operkulum multispiral terangsang. Karakter taksonomi dari Turritellidae telah dikembangkan oleh beberapa penulis. Merriam (1941) mengusulkan tiga parameter utama untuk identifikasi antara lain; 1) bibir jejak luar, 2) ontogeni spiral primer dan 3) Keong proto. Parameter ini telah diterima oleh beberapa penulis lain seperti Marwick (1957) dan Kotaka (1959) dengan rinci perbaikan. Shuto (1969) menambahkan parameter lain sehubungan dengan biometri. Biometri pengukuran antara lain jumlah uliran, panjang shell (L), lebar maksimum dari lingkaran terakhir (Wang), jahitan lebar dalam lingkaran terakhir (Wsut), dan sudut apex ()
Salah satu penentuan taksonomi dari Turritellidae adalah dengan menggunakan analisis biometrik. Biometrik (berasal dari bahasa Yunani 'bios' yang artinya hidup dan 'metron' yang artinya mengukur). Adalah studi tentang metode otomatis untuk mengenali makhluk hidup berdasarkan satu atau lebih bagian tubuh makhluk hidup atau kelakuan dari makhluk hidup itu sendiri.
Data biometrik dari Turritellidae telah dianalisis dengan metode statistik. Analisis dilakukan pada empat parameter: 1) rasiopanjang shell dengan jumlah whorl, 2) rasio Wang denganWsut, 3) rasio panjang shell (L) dengan Wang, dan 4) rasio panjang shell dengan Wsut. Fiksasi parameter ini didasarkan pada asumsi bahwa organisme akan selalu memiliki konsistensi pertumbuhan, ketika salah satu parameter naik itu harus diikuti dengan yang lain. Rasio panjang shell dengan jumlah whorl telah diusulkan oleh Aswan (1997). Berdasarkan panjang cangkang, Kotaka (1959) cangkang dibagi menjadi dua kelompok, ada cangkang kecil jika pengukuran kurang dari 60 mm, dan cangkang besar jika lebih dari 60 mm.
Setelah ditinjau dari sumber-sumber di atas, maka telah didapatkan landasan dasar pelaksanaan praktikum kali ini. Dapat pula diketahui hubungan fosil turritella dengan metode yang digunakan untuk menentukan kesamaan spesies dari turritella tersebut. Penelitian yang lebih lanjut dapat sekaligus menentukan umur batuan dan lingkungan pada lokasi penemuan fosil hewan ini.
BAB III METODE PENELITIAN
Metode yang dirasakan paling tepat untuk menjawab rumusan masalah di atas adalah dengan metode biometri yaitu metode yang memperhatikan data kuantitatif dari sampel, antara lain panjang maksimum cangkang dan lebar maksimum cangkang/diameter lingkaran terakhirnya. Setelah didapatkan kedua data tersebut maka dilakukan perhitungan perbandingan antara panjang maksimum dengan lebar maksimum cangkang/diameter (panjang:diameter) pada tiap sampel. Hasil dari perhitungan tersebut akan diurutkan dan akan diambil nilai perbandingannya dari beberapa sampel. Nilai-nilai tersebut akan dimasukkan ke dalam grafik kemudian akan ditarik garis regresi dari nilai-nilai pada grafik tersebut sehingga menghasilkan nilai R². Apabila nilai R² > 0,75 maka dapat dikatakan sampel-sampel yang nilai perbandingannya dimasukkan dalam grafik merupakan satu spesies turritella yang sama. Sebaliknya, apabila nilai R² < 0,75 maka dapat dikatakan sampel-sampel yang nilai perbandingannya dimasukkan dalam grafik bukan merupakan satu spesies turritella yang sama.
Dokumentasi Pengerjaan:
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 DESKRIPSI FOSIL
Gambar.1
Gambar.2
Fosil cangkang turritella (Gambar.1) memiliki ciri morfologi yang sama dengan fosil cangkang gastropoda lainnya (Gambar.2). Antara lain memiliki apex, terdiri dari beberapa whorl dimana whorl terakhir lebih besar dari yang lainnya, terdapat lubang aperture pada whorls terakhir, memiliki bibir dalam (inner lip) dan bibir luar (outer lip). Selain itu, ia juga memiliki kanal sifon sebagai jalur keluar masuknya air, zat sisa dan zat yang dibutuhkan.
4.2 DATA DAN PENGOLAHAN
Dalam praktikum kali ini digunakan 30 buah sampel yang merupakan cangkang dari turritella yang diberikan kode 1-30 pada tiap cangkangnya secara acak. Lalu dilakukan pengukuran panjang maksimum cangkang dan lebar maksimum cangkang/diameter pada setiap sampel. Dilakukan pula perhitungan perbandingan antara kedua data tersebut pada setiap sampel. Kemudian hasil nilai perbandingannya diurutkan dari yang terkecil sampai terbesar. Semua hasil perhitungan ini dapat dilihat dalam Tabel.1.
Nomor Urutan
Nomor Sample
Diameter (mm)
Panjang Cangkang (mm)
Panjang : Diameter
1
7
20
38
1.9
2
30
20
38
1.9
3
9
18
35
1.944444444
4
17
21
41
1.952380952
5
26
26
51
1.961538462
6
29
18
36
2
7
28
20
41
2.05
8
12
19
42
2.210526316
9
3
21
48
2.285714286
10
5
19
44
2.315789474
11
20
18
44
2.444444444
12
13
19.5
48
2.461538462
13
24
18
48
2.666666667
14
15
18
50.5
2.805555556
15
10
23
65
2.826086957
16
22
9.5
27
2.842105263
17
25
13
44
3.384615385
18
6
17
59.5
3.5
19
21
11
42
3.818181818
20
18
16
62
3.875
21
14
10
39
3.9
22
8
28
111.5
3.982142857
23
23
12.5
51
4.08
24
2
21
86
4.08
25
1
18.5
79
4.095238095
26
11
11.5
50.5
4.391304348
27
19
19
84.5
4.447368421
28
4
14
66
4.714285714
29
27
11
54
4.909090909
30
16
14
78
5.571428571
Tabel.1
4.3 ANALISIS DATA
Setelah didapatkan hasil perhitungan yang telah tertera pada Tabel.1, maka dilakukan analisis dengan mencari nilai regresi (R²) dari data-data nilai perbandingan yang dimasukkan dalam sebuah grafik. Apabila nilai R² > 0,75 maka dapat dikatakan sampel-sampel yang nilai perbandingannya dimasukkan dalam grafik merupakan satu spesies turritella yang sama. Sebaliknya, apabila nilai R² < 0,75 maka dapat dikatakan sampel-sampel yang nilai perbandingannya dimasukkan dalam grafik bukan merupakan satu spesies turritella yang sama.
Dari 30 sampel yang ada didapatkan tiga grafik dengan keterangan sebagai berikut:
Grafik.1 : Nilai perbandingan panjang dengan diameter dari sampel dengan nomor urutan 1-8 pada Tabel.1
Grafik.2 : Nilai perbandingan panjang dengan diameter dari sampel dengan nomor urutan 9-16 pada Tabel.1
Grafik.3 : Nilai perbandingan panjang dengan diameter dari sampel dengan nomor urutan 17-30 pada Tabel.1
Grafik.1
Grafik.2
Grafik.3
Dengan memperhatikan nilai regresi (R²) nya, maka dapat dikatakan bahwa sampel-sampel pada Grafik.1 (Nomor sampel 7, 9, 12, 17, 26, 28, 29, 30) merupakan satu spesies turritella yang sama, sampel-sampel pada Grafik.2 (Nomor sampel 3, 5, 10, 13, 15, 20, 22, 24) merupakan satu spesies turritella yang sama, dan sampel-sampel pada Grafik.3 (Nomor sampel 1, 2, 4, 6, 8, 11, 14, 16, 18, 19, 21, 23, 25, 27) merupakan satu spesies turritella yang sama pula.
BAB V KESIMPULAN
Dari pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
Metode yang paling tepat untuk melakukan praktikum kali ini adalah metode biometri
Cara menentukan kesamaan spesies turritella berdasarkan metode biometri adalah dengan memperhatikan nilai regresi (R²) yang didapat dari nilai-nilai perbandingan panjang dengan diameter pada beberapa sampel yang dimasukkan ke dalam suatu grafik. Nilai regresi (R²) tersebut haruslah lebih dari 0,75 untuk mendapatkan kesamaan spesies pada sampel
Didapatkan tiga spesies turritella yang berbeda, yaitu:
- Menurut Grafik.1, Nomor sampel 7, 9, 12, 17, 26, 28, 29, 30 merupakan satu spesies turritella yang sama
- Menurut Grafik.2, Nomor sampel 3, 5, 10, 13, 15, 20, 22, 24 merupakan satu spesies turritella yang sama
- Menurut pada Grafik.3, Nomor sampel 1, 2, 4, 6, 8, 11, 14, 16, 18, 19, 21, 23, 25, 27 merupakan satu spesies turritella yang sama
DAFTAR PUSTAKA
Aswan., dan Yahdi Zaim. 1994. Analisa Kuantitatif Turritella Angulata Bantamensis Formasi Bojong Pandeglang Jawa Barat. Bandung: Jurusan Teknik Geologi-ITB.
Pandita, Hita., dkk. 2013. Relationship of Biometrical Aspect of Turritellidae with Geochronological Aspect in West Java. Diakses dari http://dx.doi.org/10.4236/ijg.2013.44071 (29 November 2015)
Sampel Urutan
17-30
Diameter (mm)
Panjnag Cangkang (mm)
Sampel Urutan
9-16
Diameter (mm)
Panjnag Cangkang (mm)
Sampel Urutan
1-8
Diameter (mm)
Panjnag Cangkang (mm)