MUSEUM MANDALA WANGSIT SILIWANGI diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Manajemen Museum yang diampu oleh
Drs. H. Toto Fathoni, M.Pd Miyarso Dwi Ajie, M.I.Kom Angga Hadiapurwa, M.I.Kom
Oleh: Fanissa Amalianudin 1305541
PROGRAM STUDI PERPUSTAKAAN DAN SAINS (ILMU) INFORMASI DEPARTEMEN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015
Museum Mandala Wangsit Siliwangi Museum Mandala Wangsit Siliwangi adalah museum senjata yang merupakan lintasan sejarah perjuangan rakyat Jawa Barat dan Divisi Siliwangi. Nama Siliwangi sendiri merupakan nama seorang pendiri Kerajaan Pajajaran, raja yang terkenal sangat arif dan bijaksana serta berwibawa dalam menjalankan tugasnya di pemerintahan yaitu Prabu Siliwangi, dan yang kedua Siliwangi diambil dari nama kesatuan TNI Angkatan Darat di Jawa Barat yaitu kodam III Siliwangi. Sedangkan Mandala Wangsit berasal dari bahasa Sansekerta, Mandala adalah tempat dan Wangsit adalah pesan. Jadi, arti secara keseluruhan Museum Mandala Wangsit adalah sebuah tempat untuk menyimpan amanat, nasihat, ataupun petuah-petuah dari pejuang masa lalu kepada generasi penerus dalam bentuk benda-benda peninggalannya. Lokasi museum terletak di jalan Lembong No 38, Bandung. Nama jalan tempat museum diambil dari nama Letkol Lembong, salah satu prajurit Siliwangi yang menjadi korban dalam Peristiwa Kudeta Angkatan Perang Ratu Adil. Sebelumnya jalan itu bernama Oude Hospitaalweg. Akses untuk mengunjungi museum ini terbilang mudah, hanya saja di jalan Lembong tersebut tidak ada penanda khusus yang menunjukkan bahwa adanya museum, sehingga hanya sebagian orang-orang tertentu saja yang mengetahuinya. Sebenanya lingkungan sekitar museum cukup ramai, karena letak museum cukup strategis berada di depan hotel Panghegar dekat dengan pusat perbelanjaan yaitu Bandung Electronic Center (BEC) dan Bandung Indah Plaza (BIP), taman Vanda, Balai Kota, Tugu Sepak Bola, selain itu juga dekat dengan jalan Braga, yang dimana jalan tersebut sering dikunjungi banyak orang, sehingga memberikan dampak positif bagi museum. Museum Mandala Wangsit Siliwangi memiliki areal seluas 4176 m2 dan luas bangunan 1674 m2, menempati sebuah gedung yang pernah digunakan sebagai markas Divisi Siliwangi yang pertama di kota Bandung (Staf Kwartier Territorium III Divisi Siliwangi) pada tahun 1949-1950 yang berlokasi di Oude Hospital Weg (sekarang jalan Lembong). Sebagai markas militer, pada tanggal 23 Januari 1950 gedung ini pernah menjadi sasaran utama serangan Angkatan Perang Ratu Adil
(APRA) di bawah pimpinan Kapten Raymond Wensterling. Dalam peristiwa tersebut gugur sebanyak 79 Prajurit TNI/Siliwangi, termasuk diantaranya Mayor Adolp Lembong. Mengingat pentingnya pelestarian dan pewarisan nilai-nilai kejuangan 45 kepada generasi muda agar kesadaran serta penghayatan terhadap sejarah perjuangan bangsanya tetap utuh, maka Kodam III/Siliwangi memandang perlu untuk mendirikan Museum Mandala Wangsit Siliwangi. Bangunan ini diresmikan sebagai Museum Mandala Wangsit Siliwangi pada tangal 23 Mei 1966 oleh Panglima Divisi Siliwangi ke VIII Kolonel Ibrahim Adjie. Kemudian pada tahun 1979 dibangun lantai 2 yang lalu diresmikan pada tanggal 10 November 1980 oleh Pangdam Siliwangi ke-15 Mayjen Yoga Sugama dan Prasastinya di tandatangani oleh mantan Presiden RI Soeharto. Bangunan museum ini terlihat sangat gagah dan kuat, terlihat kondisi bangunan masih kokoh, hanya saja di dalam ruangan ada tembok yang sudah rapuh, dan juga atap yang bocor yang perlu diperbaiki. Museum ini juga termasuk ke dalam kategori museum sejarah atau perjuangan tingkat Kodam. Pada saat ini koleksi yang berada di Museum Mandala Wangsit kurang lebih sebanyak 1500 kolesi. Koleksi yang ada merupakan koleksi yang bernilai sejarah dari kurun waktu antara masa perjuangan kemerdekaan, masa perang kemerdekaan, dan masa selanjutnya yang berhubungan dengan perjuangan Divisi Siliwangi dan rakyat Jawa Barat umumnya. Benda-benda yang berhasil dikumpulkan diantaranya berupa senjata tradisional berbentuk kujang, keris, pedang, golok, tombak, panah, pedang bambu, dan Samurai, senjata api dari berbagai jenis dan kategori, serta berbagai kendaraan militer yang pernah digunakan. Adapun benda lainnya berupa alat dan perlengkapan yang pernah dipergunakan Divisi Siliwangi dan rakyat Jawa Barat dalam bertempur untuk mempertahankan daerahnya. Koleksi yang ditampilkan di museum ini sangat memberikan kesan yang menarik dan membuat penasaran pengunjung, koleksi yang ditampilkan memiliki nilai sejarah, nilai budaya dan juga mengandung unsur pendidikan. Dengan melihat koleksi yang ada di museum ini, dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita mengenai masa-masa perjuangan kemerdekaan. Selain koleksi berupa berbagai senjata yang digunakan ketika perang, ada lukisan-lukisan, dan juga inovasi koleksi
yaitu berupa diorama-diorama peristiwa yang terjadi pada masa perjuangan merebut kemerdekaan. Untuk pengadaan koleksi itu sendiri dibuat tim khusus yaitu tim benda cagar budaya. Koleksi museum didapatkan dari hibah atau hadiah dari perorangan biasanya veteran yang memang memiliki benda-benda peninggalan sejarah. Koleksi yang sudah di dapat bisa dipamerkan apabila koleksi tersebut mengandung nilai sejarah dan ada deskripsinya. Apabila tidak, koleksi tersebut dikembalikan kepada pemiliknya ataupun disimpan di studio koleksi. Untuk pelabelannya menggunakan dua sistem yang pertama grup label, yaitu kumpulan benda dengan satu keteranag, dan yang kedua yaitu individu label maksudnya satu benda satu keterangan. Pameran dari museum ini tidak ada tema khusus, karena koleksi yang berada di museum ini disesuaikan dengan nama museum yaitu Museum Mandala Wangsit Siliwangi yang merupakan sebuah tempat untuk menyimpan amanat, nasihat, ataupun petuah-petuah dari pejuang masa lalu kepada generasi penerus dalam bentuk benda-benda peninggalannya. Dan koleksinya berupa benda-benda yang berhubungan dengan peristiwa Siliwangi. Konten pameran yang ditampilkan sangat sesuai dengan nama museumnya, karena koleksi yang ada mengandung nilai sejarah dari pejuang masa lalu yang diwariskan kepada generasi mudanya, yang disajikan dalam bentuk benda-benda, lukisan, serta diorama kejadian peperangan pada masa kemerdekaan. Konsep penyajian koleksi museum ini dibagi ke dalam sebelas bagian, dan dipamerkan secara kronologis. Bagian-bagian tersebut memiliki tema masingmasing. Ruangan pertama yang akan kita temukan ketika memasuki museum ini adalah ruang "Zaman Pergerakan Nasional Indonesia". Kita akan langsung dipertemukan dengan lukisan para pekerja romusa dan pekerja paksa, serta lukisan perlawanan Tasikmalaya. Selain itu juga ada senjata-senjata yang digunakan pada saat pergerakan Nasional. Ruangan kedua adalah ruang "Detik-detik Proklamasi". Disini terdapat koleksi-koleksi seperti naskah proklamasi kemerdekaan, dan bendera Merah-Putih yang pernah dikibarkan oleh D. Suprayogi saat 17 Agustus 1945. Ada juga sosok
jubah berwarna hitam dan putih milik Kyai Agung Caringin yang berasal dari Menes-Banten, dan Hj. Hasan Arif asal Cimareme. Ruangan yang ketiga adalah "Palagan Bandung", kejadian-kejadian yang pernah terjadi di kota Bandung. Selain lukisan-lukisan yang menggambarkan peristiwa di kota Bandung, ada juga peralatan dan seragam yang digunakan oleh anggota TRIP (tentara pelajar). Ruangan keempat adalah ruang "Perang Kemerdekaan". Berisi peta (Long March), ransel karung, tanda pangkat dari masa ke masa, jenis mata uang Republik Indonesia dan yang lainnya. Ruangan kelima adalah ruangan “Pemberontakan DI/TII”. Berisi teks proklamasi berdirinya negara Islam, bendera grombolan DI/TII, dan ada beberapa foto keganasan DI/TII serta diorama peristiwa trowek. Ruangan keenam adalah ruangan “Penumpasan DI/TII”. Dalam ruangan ini berisi benda-benda ataupun aksesoris yang digunakan oleh orang-orang yang terlibat dalam peristiwa penumpasan DI/TII. Ruangan ketujuh adalah ruangan “Lambang-Lambang Satuan Divisi Siliwangi”. Berisi senjata-senjata api, mata uang PGRI, baju kurung, bendera Maluku Selatan, dan yang lainnya. Ruangan kedelapan adalah ruangan “Pemberontakan APRA – RMS di Sulawesi Selatan”. Dalam ruangan ini berisi atribut-atribut yang digunakan ketika pemberontakan, serta foto orang-orang yang ikut terlibat dalam pemberontakan, seperti foto Kahar Muzakar. Ruangan kesembilan adalah ruangan “Penumpasan G-30 S PKI dan Tugas International 1965-1974”. Ruangan ini berisi pakaian seragam divisi siliwangi tahun 1945-1965, the pictures of international duty, dan lain sebagainya. Ruangan kesepuluh adalah ruangan “Operasi seroja Timur”. Dalam ruangan ini berisi 14 lagu kemerdekaan yang dipajang di dinding, salah satunya lagu HaloHalo Bandung, selain itu juga berisi kumpulan senjata tajam dan senjata api. Ruangan kesebelas adalah ruangan “Mantan-Mantan Panglima Siliwangi” Dalam ruangan ini berisi foto mantan-mantan panglima Siliwangi, senjata-senjata
yang digunakan oleh panglima Siliwangi, kain adat, mata uang yang pernah beredar di Timor-Timor, piagam, bendera UDT serta bendera Apodet. Selain itu juga ada Ruang rahasia Wangsit Siliwangi, ruangan ini merupakan ruangan khusus Prabu Siliwangi, didalamnya ada tiga patung harimau, lukisan Prabu Siliwangi yang merupakan hibah dari Raden Muhammad Hasan, terdapat kitab kujang, senjata Prabu Siliwangi, serta wangsit yang dipajang di dinding tembok, yang ditulis dengan bahasa Sunda. Ruangan ini baru dibuat satu tahun yang lalu, dan koleksi yang terdapat didalamnya tidak boleh dipegang. Yang menjadi keunggulan museum ini adalah koleksi-koleksinya yang selalu terjaga keasliannya, dan museum dijaga 24 jam. Terdapat CC-TV untuk mengawasi pengunjung, dan ada tempat penyimpanan tas/barang, sehingga ketika melihat-lihat koleksi pengunjung tidak diperkenankan tmembawa tas. Untuk perawatan koleksi itu sendiri dilakukan secara rutinitas dan insidental, untuk senjata biasanya dibersihkan memakai minyak senjata. Seharusnya untuk perawatan koleksi berbahan kertas, kulit dan kayu dilakukan fumigasi, namun museum ini belum pernah melakukan fumigasi, hanya saja pernah ada rehabilitasi museum pada tahun 2012. Museum ini dibuka untuk umum pada hari Senin - Jumat, pukul 08.00 s.d. 15.00 WIB, Sabtu dan Minggu libur, serta hari-hari besar Nasional dan hari besar lainnya pun museum ini libur. Untuk pengunjung museum ini kebanyakan kunjungan dari sekolah-sekolah, dan biasanya museum sangat ramai ketika bulan Oktober, November dan Desember, dan disesuaikan juga dengan kurikulum sekolah. Tidak ada sistem tiket dalam mengunjungi museum ini, hanya saja pengunjung memberi secara sukarela untuk perawatan koleksi museum. Program dari museum ini diantaranya ada museum keliling, lalu ada program mereka ulang tentang salah satu peristiwa, dimana para tentara memakai seragam pejuang dan membawa senjata, biasanya dilakukan di Car Free Day. Programprogram ini dilakukan secara insidental tergantung situasi dan kondisi, sesuai permintaan. Promosi museum itu sendiri dilakukan melalui media cetak, elektronik, dan media sosial.
Museum Mandala Wangsit Siliwangi ini sangat membangkitkan rasa penasaran, karena ketika pertama masuk kedalam ruangan suasana perjuangannya begitu terasa, sehingga membuat para pengunjung penasaran ingin menelusuri lebih lanjut ruangan-ruangan yang ada di museum. Hanya saja ketika memasuki kawasan museum, penanda khusus yang menunjukkan letak museum itu berada kurang besar sehingga tidak begitu terlihat. Sedangkan bangunan museum tersebut berada dibelakang ruangan kantor komando daerah militer III/Siliwangi. Untuk pintu masuk utama bangunan museum pun dibuat tidak berada di depan melainkan di samping, dan itu membingungkan pengunjung. Selain itu untuk fasilitas parkir di area museum ini, tidak ada petunjuk khusus arah parkir kendaraan di sebelah mana, sehingga itu menyulitkan pengunjung yang membawa kendaraan, khususnya motor. Pesan yang dapat diambil ketika mengunjungi museum ini, yaitu pesan dari para pejuang pahlawan zaman dahulu kepada generasi berikutnya yang disampaikan melalui benda koleksi di dalamnya. Seolah-olah pahlawan tersebut memberikan pesan kepada kita dalam hal ini pengunjung, pesannya itu teruskan perjuangan ini. Masudnya kita sebagai generasi muda harus meneruskan perjuangan para pahlawan, yang tentunya perjuangan zaman sekarang harus disesuaikan dengan bidang profesi masing-masing, misalnya sebagai pelajar harus belajar dengan baik, rajin dan tekun. Harapannya ketika melihat koleksi benda yang ada di museum Mandala Wangsit Siliwangi, seperti senjata-senjata yang digunakan bangsa Indonesia ketika perang yang hanya menggunakan bambu runcing, golok, tombok, para pejuang bisa mengalahkan tank-tank yang digunakan para penjajah. Meskipun dengan senjata yang sederhana terbukti para pejuang mampu mengalahkan penjajah, karena pejuang zaman dahulu memiliki rasa optimis dan semangat yang kuat. Jadi, ketika memasuki museum ini diharapkan semangat para pejuang dapat diwarisi kepada generasi berikutnya.
Daftar Pustaka Anonim. [s.a]. Museum Mandala Wangsit Siliwangi. [online]. Tersedia di: http://www.bandungtourism.com/tododet.php?q=Museum%20Mandala%20 Wangsit%20Siliwangi#. Diakses 9 September 2015 Anonim.
[2011].
Museum
Mandalawangsit
[online].
Tersedia
di:
http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=472&lang=id. Diakses 9 September 2015
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Pintu Utama Museum Sumber: Achmad R. Alberto
MERIAM PSP Sumber: Achmad R. Alberto
Sebagian tembok yang sudah rusak Sumber: Achmad R. Alberto
Ruangan Pengelola Museum Sumber: Achmad R. Alberto
Wangsit Siliwangi Sumber: Achmad R. Alberto
Sebagian atap yang bocor Sumber: Achmad R. Alberto
Foto Mantan-Mantan Panglima Divisi Siliwangi Sumber: Achmad R. Alberto
Baju Kurung Sumber: Achmad R. Alberto Tongtong/Kohkol Sumber: Achmad R. Alberto
Tongtong/Kohkol Sumber: Achmad R. Alberto
Bedug Simawa Rame Sumber: Achmad R. Alberto
Senjata yang digunakan ketika perang kemerdekaan Sumber: Achmad R. Alberto
Keris dan Pistol Sumber: Achmad R. Alberto
Badge Siliwangi Sumber: Achmad R. Alberto
Kitab kujang, kujang, dan Keris Sumber: Achmad R. Alberto Ambulance Sumber: Achmad R. Alberto
Piagam-piagam Sumber: Achmad R. Alberto
Patung Harimau Prabu Siliwangi Sumber: Achmad R. Alberto
Benda-benda peninggalan Peristiwa Peracunan Batalyon. Sumber: Achmad R. Alberto
Diorama Peristiwa Bojong Kokosan Sumber: Tiwi Damayanti
Senjata-senjata Sumber: Achmad R. Alberto Lirik lagu Halo-Halo Bandung Sumber: Tiwi Damayanti
Senjata Tajam: Golok Sumber: Achmad R. Alberto
Ruangan Museum Sumber: Tiwi Damayanti
Narasumber: Oih Solihudin, sebagai Tour Pemandu Sumber: Achmad R. Alberto
Foto Kelompok Sumber: M. Faqih Al-Afif