Kelompok 17
MEKANIKA FLUIDA
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
1
Kelompok 17
MODUL I KEHILANGAN TINGGI TEKAN
1.1 Pendahuluan
Aliran fluida pada suatu jaringan pipa tertutup dapat mengalami kehilangan tnggi tekan atau hilangnya kemampuan kerja. Hal ini disebabkan oleh faktor gesekan (major losses) atau akibat perubahan bentuk geometri pipa (minor losses). Pada percobaan ini di pelajari kehilangan tinggi tekan akibat: 1. Faktor gesekan pipa lurus 2. Kontraksi tiba-tiba 3. Ekspansi tiba-tiba 4. Tikungan pada pipa katup Dalam analisis digunakan beberapa acuan dasar rumus yang diambil dari: 1. Persamaan Kontinuitas (Continuity Equation)
Keterangan:
= × = ×
A = Luas penampang pipa (m2) V = Kecepatan di titik acuan (m/s) Q = Debit (m3/s)
2. Persamaan Bernoulli
+ + 2 = + + 2
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
2
Kelompok 17
MODUL I KEHILANGAN TINGGI TEKAN
1.1 Pendahuluan
Aliran fluida pada suatu jaringan pipa tertutup dapat mengalami kehilangan tnggi tekan atau hilangnya kemampuan kerja. Hal ini disebabkan oleh faktor gesekan (major losses) atau akibat perubahan bentuk geometri pipa (minor losses). Pada percobaan ini di pelajari kehilangan tinggi tekan akibat: 1. Faktor gesekan pipa lurus 2. Kontraksi tiba-tiba 3. Ekspansi tiba-tiba 4. Tikungan pada pipa katup Dalam analisis digunakan beberapa acuan dasar rumus yang diambil dari: 1. Persamaan Kontinuitas (Continuity Equation)
Keterangan:
= × = ×
A = Luas penampang pipa (m2) V = Kecepatan di titik acuan (m/s) Q = Debit (m3/s)
2. Persamaan Bernoulli
+ + 2 = + + 2
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
2
Kelompok 17
Keterangan:
V = Kecepatan di titik acuan (m/s) P = Tekanan g = Percepatan gravitasi (m/s2) γ = ρ.g
3. Persamaan Darcy-Weisbach
Keterangan :
ℎ = 2
L = Panjang pipa (m)
V = Kecepatan dalam pipa (m/s) D = Diameter pipa (m) f = Koefisien gesek Darcy-Weisbach dalam pipa lurus g = Percepatan gravitasi (m/s2) 4. Persamaan Blassius
Keterangan : 5. Bilangan Reynold
Keterangan :
= 0,3,16 = . µ
Re = Bilangan Reynold
V = Kecepatan dalam pipa (m/s) D = Diameter pipa (m) µ = Viskositas air (m 2/s)
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
3
Kelompok 17
1.2 Tujuan Praktikum
a. Menentukan pengaruh koefisien gesekan pada pipa b. Menentukan besar kehilangan tinggi tekan akibat: i.
Gesekan pada pipa lurus
ii.
Ekspansi tiba-tiba
iii.
Kontraksi tiba-tiba
iv.
Tikungan.
1.3 Alat-Alat Percobaan
1. Sirkuit pipa yang terdiri dari dua sirkuit terpisah (sirkuit biru dan sirkuit abuabu) dan masing-masing dilengkapi oleh piezometer.
Gambar 1.1 Sirkuit pipa
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
4
Kelompok 17
2. Bangku hidraulik
Gambar 1.2 Bangku hidraulik
3. Termometer 4. Pompa udara untuk mengkalibrasi alat dan menghilangkan gelembung udara pada pipa 5. Alat pengukur waktu / stopwatch
Gambar 1.3 Alat pengukur waktu
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
5
Kelompok 17
1.4 Dasar Teori dan Penurunan Rumus 1.4.1 Dasar Teori dan Penurunan Rumus Bangku Hidraulik
Bangku hidraulik digunakan untuk menghitung debit air yang melalui suatu alat percobaan dan sebagai supplier air.
Gambar 1.4 Diagram Bangku Hidraulik
Pompa C merupakan sumber suplai air yang digunakan pada bangku hidraulik. Besarnya air yang keluar diatur oleh tuas B. Air yang keluar dari pompa kemudian dialirkan melalui saluran H dan lalu ke pipa G yang akhirnya masuk ke dalam bak penimbang air E. Bak penampung ini ditahan dengan bak penimbang. Pada sisi ujung bangku hidraulik terdapat pemberatyang digantung. Saat bak penampung kosong, berat bak dikali lengan beban bak sama dengan berat pemberat dikali dengan lengan pemberat. Perhitungan debit menggunakan bangku hidraulik menggunakan prinsip keseimbangan momen, yaitu:
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
Q = Vt 6
Kelompok 17
Q = mρ t Σ = 0 .. = 2,5 . ×3 = = 1 = 7,5 = = = 107,50 air
Massa beban = 2,5 kg
Lengan beban gantung (lb) : lengan bak penampung (la) (terhadap titik tumpu) = 3:1
Sehingga
(ρ saat praktikum = 1000kg/m3)
1.4.2 Prosedur Pengukuran Debit:
1. Kosongkan bak penampung dengan memutar tuas pembuka dan penutup pada bangku hidraulik. Setelah dikosongkan, tuas kembali diputar dalam posisi menutup bak penimbang dan balok beban dalam keadaan tak seimbang 2. Nyalakan bangku hidraulik dan atur debit sesuai keinginan dengan memutar katup 3. Pada
saat
air
diisi
di
bak
penampung,
balok
beban
akan
naik
menyeimbangkan berat air. Tepat pada saat balok beban mulai naik, mulai menyalakan stopwatch, dan memasukkan beban ke penggantung beban hingga balok beban akan turun kembali. 4. Saat balok beban mulai naik kembali, ,hentikan stopwatch dan catat waktu sebagai t. Catat juga massa beban yang sebanding dengan massa air (W). LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
7
Kelompok 17
5. Gunakan langkah 1-4 untuk pengukuran debit sesuai dengan banyaknya jumlah percobaan.
1.4.3 Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Gesekan Pipa Lurus
Kehilangan tinggi tekan pada pipa lurus diakibatkan oleh adanya faktor gesekan di sepanjang pipa. Untuk menghitung kehilangan tinggi tekan akibat gesekan di sepanjang pipa (L) pada suatu pipa lurus dengan diameter (D),
ℎ = 2
digunakan persamaan Darcy-Weisbach
Gambar 1.5 Kehilangan Tinggi Tekan Pipa Lurus
Asumsi aliran yang melalui pipa adalah aliran stead y, tidak ada perubahan kecepatan terhadap waktu (percepatan sama dengan nol), sehingga penjumlahan gaya arah horizontal akan sama dengan nol Hukum Newton
∑ = 0 2 = 0 = 2
(dengan torsi adalah koefisien gesekan)
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
8
Kelompok 17
Berat Jenis
Rumus Luas Pipa
Menurut Chezy
(ii) (iii) (iv) → (i)
Untuk pipa
(vi) (vii) → (v)
= 22 2= ℎ = ……….. = ……….. = ………. . = 12 ………. . ℎ = 122 ℎ = ………. = 4 ……… = 2 ……….
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
9
Kelompok 17
ℎ = 4 = 2 2
Keterangan:
hl =
kehilangan tinggi tekan akibat gesekan (m)
f
koefisien gesek (tidak berdimensi)
L =
panjang pipa (m)
D =
diameter pipa (m)
V =
Kecepatan aliran (m/s)
g
percepatan gravitasi (m/s)
=
=
f merupakan fungsi dari bilangan Reynolds dari aliran dan kekasaran permukaan pipa.
1.4.4 Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Ekspansi Tiba-Tiba
Ekspansi tiba-tiba pada pipa menyebabkan kehilangan tinggi tekan yang disebut minor losses. Dalam percobaan ini dibandingkan kehilangan tinggi tekan akibat ekspansi dengan perhitungan menggunakan rumus:
Persamaan Kontinuitas
Persamaan Bernoulli
= × = × + 2 + = + 2 +
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
10
Kelompok 17
a. Ekspansi tanpa kehilangan tinggi tekan
Gambar 1.6 Ekspansi tanpa kehilangan tinggi tekan
Persamaan Bernoulli
+ 2 + = + 2 + + 2 = + 2 2 2 = 2 = ……… = × = × = ………
Dimana z1=z2 sehingga
Persamaan kontinuitas
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
11
Kelompok 17
Luas pipa
(iii) → (ii)
(iv) → (i)
Keterangan :
= 14 ……… = 141 = ……… 4 2 = 1 = 2
P1 =
tekanan pada titik tinjau 1
P2 =
tekanan pada titik tinjau 2
V1 =
kecepatan fluida pada titik tinjau 1
V2 =
kecepatan fluida pada titik tinjau 2
Z1 =
ketinggian titik tinjau 1 dari datum
Z2 =
ketinggian titik tinjau 2 dari datum
D1 =
diameter pipa 1
D2 =
diameter pipa 2
Q =
debit air yang mengalir
A1 =
luas pipa 1
A2 =
luas pipa 2
γ
berat jenis = ρg
=
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
12
Kelompok 17
b. Ekspansi dengan kehilangan tinggi tekan
Gambar 1.7 Ekspansi dengan kehilangan tinggi tekan
Momentum tiap detik
= = = = = = ∆ = ∆ ∆ = ∆∆ =1
Pada titik 1:
Pada titik 2:
Perubahan momentum tiap detik
Rumus Impuls
Sehingga perubahan momentum tiap detik
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
13
Kelompok 17
= ∆……… = = ……… = = ………. = = = = ………. = = ……… + 2 + = + 2 + + ℎ =
Rumus tekanan hidrostatis
(ii) → (i)
Persamaan Kontinuitas
(iv) → (iii)
Persamaan Bernoulli dengan besar kehilangan tinggi tekan menjadi
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
14
Kelompok 17
(v) → (vi)
ℎ = + 2 2 ℎ = + 2 ……… ℎ = + 2 = 22 + 2 ℎ = 2 22 + ℎ = 22 + = 2 ……… = × = × = ………. = 14 ……… = 141 = ……… 4 = ………
Persamaan Kontinuitas
Rumus luas pipa
(ix) → (viii)
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
15
Kelompok 17
(x) → (vii)
(xi) (xii) → (vi)
ℎ = 2 = 2 1 ……… 1 = + 2 2 = 2 2 1 = 12 2 1 = 1 2 1 = 1 [22 +1] [ 1 + 2 = 2 1] [ 2 2 = 2 ]
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
16
Kelompok 17
= 2 [2 ] = [ ]
Keterangan :
P1
=
tekanan pada titik tinjau 1
P2
=
tekanan pada titik tinjau 2
V1
=
kecepatan fluida pada titik tinjau 1
V2
=
kecepatan fluida pada titik tinjau 2
Z1
=
ketinggian titik tinjau 1 dari datum
Z2
=
ketinggian titik tinjau 2 dari datum
D1
=
diameter pipa 1
D2
=
diameter pipa 2
Q
=
debit air yang mengalir
A1
=
Luas pipa 1
A2
=
Luas pipa 2
γ
=
Berat jenis fluida = ρg
P
=
Tekanan hidrostatis
F
=
Gaya hidrostatis
hl
=
kehilangan tinggi tekan
ρ
=
massa jenis fluida
g
=
percepatan gravitasi
1.4.5 Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Kontraksi Tiba-Tiba
Kontraksi tiba-tiba pada pipa menyebabkan kehilangan tinggi tekan yang disebut minor losses.Dalam perhitungan kehilangan tinggi tekan akibat kontraksi tiba-tiba, dipengaruhi oleh koefisien kontraksi (cc). Dalam percobaan ini dibandingkan kehilangan tinggi tekan akibat kontraksi dari hasil percobaan dengan perhitungan. LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
17
Kelompok 17
Kontraksi tanpa kehilangan tinggi tekan
Gambar 1.8 Kontraksi tanpa kehilangan tinggi tekan
Persamaan Bernoulli
+ 2 + = + 2 + + 2 = + 2 2 2 = 2 = ……… = × = × = ………
Dimana z1=z2 sehingga
Persamaan kontinuitas
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
18
Kelompok 17
= 14 ……… = 141 = ……… 4 2 = 12 =
Luas pipa
(iii) → (ii)
(iv) → (i)
Keterangan :
P1 =
tekanan pada titik tinjau 1
P2 =
tekanan pada titik tinjau 2
V1 =
kecepatan fluida pada titik tinjau 1
V2 =
kecepatan fluida pada titik tinjau 2
Z1 =
ketinggian titik tinjau 1 dari datum
Z2 =
ketinggian titik tinjau 2 dari datum
D1 =
diameter pipa 1
D2 =
diameter pipa 2
Q =
debit air yang mengalir
A1 =
luas pipa 1
A2 =
luas pipa 2
γ
berat jenis = ρg
=
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
19
Kelompok 17
ρ =
massa jenis fluida
g
percepatan gravitasi
=
b. Kontraksi dengan kehilangan tinggi tekan
Gambar 1.9 Kontraksi dengan kehilangan tinggi tekan
Momentum tiap detik
= = = = =
Pada titik 1:
Pada titik 2:
Perubahan momentum tiap detik
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
20
Kelompok 17
Rumus Impuls
= ∆ = ∆ ∆ = ∆∆ =1 = ∆……… ……… = = … ………… = = ………. = = = = ………. =
Sehingga perubahan momentum tiap detik
Rumus tekanan hidrostatis
(ii) → (i)
Persamaan Kontinuitas
(iv) → (iii)
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
21
Kelompok 17
= … … … + 2 + = + 2 + + ℎ = ℎ = + 2 2 ℎ = + 2 … … … ℎ = + 2 = 22 + 2 ℎ = 2 22 + ℎ = 22 + = 2 ℎ = 2 … … … = × 1 = × = = … … …
Persamaan Bernoulli dengan besar kehilangan tinggi tekan menjadi
(v) → (vi)
Persamaan Kontinuitas
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
22
Kelompok 17
(viii) → (vii)
(ix) → (vi)
1 ℎ = 2 1 ℎ = 2 1 ……… 1 1 = + 21 2 2 1 2 = ……… = × = × = = ……… = 14 ………
Persamaan Kontinuitas
Luas pipa
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
23
Kelompok 17
(xii) → (xi)
1 = 414 = ……… 1 1 = 2 2 2 1 + 1 1 = 2 1+1 1 =
(xiii) → (x)
Keterangan :
P1 =
tekanan pada titik tinjau 1
P2 =
tekanan pada titik tinjau 2
V1 =
kecepatan fluida pada titik tinjau 1
V2 =
kecepatan fluida pada titik tinjau 2
Z1 =
ketinggian titik tinjau 1 dari datum
Z2 =
ketinggian titik tinjau 2 dari datum
D1 =
diameter pipa 1
D2 =
diameter pipa 2
Q =
debit air yang mengalir
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
24
Kelompok 17
A1 =
luas pipa 1
A2 =
luas pipa 2
γ
berat jenis = ρg
ρ =
massa jenis fluida
g
percepatan gravitasi
Cc =
=
=
koefisien kontraksi
1.4.6 Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Tikungan Pada Pipa
Kehilangan tinggi tekan yang timbul pada aliran dalam pipa akibat tikungan dibedakan atas dua macam : 1. Akibat geometri pipa (hlb) dengan koefisien kehilangan tinggi tekan Kb. 2. Akibat geometri dan gesekan pada tikungan ¼ lingkaran (hll) dengan koefisien kehilangan tinggi tekan Kl Rumus kehilangan tinggi tekan pada pipa:
ℎ = 2
Keterangan:
hl
=
kehilangan energi akibat tikungan
K
=
koefisien kehilangan tinggi tekan
V
=
kecepatan air
g
=
percepatan gravitasi
K adalah koefisien tinggi tekan dan bergantung pada ketajaman tikungan.Nilai K juga ditentukan oleh rasio R/D. R adalah jari-jari tikungan, dan D adalah diameter pipa. Tinggi kehilangan tinggi tekan total di tikungan merupakan penjumlahan
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
25
Kelompok 17
kehilangan tinggi tekan akibat perubahan geometri pipa di tikungan ¼ lingkaran (hlb) dan akibat gesekan yang terjadi sepanjang pipa (hf).
ℎ = ℎ + ℎ ℎ = 2 = 2 ℎ 2 = ℎ = ℎ ℎ = ℎ = 2 (ℎ ℎ)
Harga K untuk masing-masing h adalah: a. Akibat perubahan geometri pipa
Untuk kehilangan tinggi tekan akibat geometri
Keterangan:
dan
maka
Kb
=
koefisien kehilangan tinggi tekan akibat perubahan geometri
g
=
percepatan gravitasi
V
=
kecepatan air
b. Akibat gesekan pipa dan perubahan geometri pipa di ¼ lingkaran Gesekan pada pipa terjadi di dua tempat yaitu: 1. Sepanjang pipa lurus : menyebabkan hf di pipa lurus 2. Spenjang tikungan : menyebabkan hf di tikungan. Misal panjang pipa total ialah L, maka: LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
26
Kelompok 17
= +
Gambar 1.10 Tikungan pada pipa
Rumus gesekan menggunakan persamaan Darcy-Weisbach
ℎ = 2 ℎ = 2 ℎ ℎ = ℎ =ℎ + ℎ ℎ = [ℎ ℎ + 2 ℎ] = [ℎ 11 2 ℎ] = ℎ = ℎ
hubungan antara h(ditikungan dan hf adalah
Faktor Kl berkaitan dengan geometrid an gesekan di ¼ lingkaran, jadi tinggi kehilangan tinggi tekan yang dimaksud adalah:
Untuk kehilangan tinggi tekan untuk
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
dan dan
maka maka
27
Kelompok 17
= = 2ℎ = 2 [ℎ 1 2 ℎ]
Keterangan :
Kl
=
koefisien kehilangan tinggi tekan akibat gesekan pipa
g
=
percepatan gravitasi
V
=
kecepatan air
L
=
panjang lintasan pipa
1.5 Prosedur Percobaan
Prosedur kerja percobaan ini adalah: 1. Memeriksa tabung-tabung piezometer agar tidak ada udara yang terjebak di dalamnya. Prosedur ini dilakukan dengan memompakan udara ke dalam piezometer untuk menurunkan permukaan air di dalam tabung sehingga ketinggiannya sama dan mudah untuk diamati. 2. Sirkuit biru dalam keadaan tertutup, sirkuit abu-abu terbuka semaksimal mungkin untuk mendapat aliran maksimum sepanjang pipa. 3. Membaca dan mencatat angka pada piezometer pipa 7 dan 8 untuk ekspansi, pipa 9 dan 10 untuk kontraksi, pipa 11 dan 12 untuk aliran melalui belokan R=100mm, pipa 13 dan 14 untuk aliran melalui belokan R=150mm, pipa 15 dan 16 untuk aliran melalui belokan R=50mm. 4. Mencatat debit yang dihasilkan menggunakan prinsip bangku hidrolik. 5. Mengubah besar debit air dengan cara mengatur kran pengatur masuk air pada sistem pipa dan catat ketinggian tabung dan debit, lakukan untuk beberapa pengamatan. 6. Sirkuit abu-abu ditutup, dan sirkuit biru dibuka semaksimal mungkin.
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
28
Kelompok 17
7. Membaca dan mencatat angka pada piezometer pipa 1 dan 2 untuk aliran melalui belokan standar, pipa 3 dan 4 untuk aliran melalui pipa lurus sirkuit biru, pipa 5 dan 6 untuk aliran melalui siku tajam. 8. Mengulangi langkah 4 sampai 5 untuk beberapa pengamatan.
Data yang didapatkan dari percobaan: 1. Q = debit (mm3/s) 2. Δh = beda tinggi tabung piezometer (mm) 3. t = waktu pada bangku hidrolik (s) 4. W = berat beban pada bangku hidrolik (kg)
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
29
Kelompok 17
1.6 Pengolahan Data dan Contoh Perhitungan 1.6.1 Menentukan debit berdasarkan prinsip bangku hidraulik Tabel 1.1 Tabel Pengukuran Debit Pengukuran Debit dan Temperatur
No. Percobaan Waktu
Berat
t (s)
W (kg)
1
28.577
2
Suhu T
Debit Q (m3/s)
Debit Q (mm3/s)
2.5
0.000262449
262448.822
25
5.4190
27.633
2.5
0.000271415
271414.613
25
5.4336
3
27.604
2.5
0.0002717
271699.754
25
5.4341
4
28.237
2.5
0.000265609
265608.953
25
5.4242
5
26.679
2.5
0.00028112
281119.982
25
5.4489
6
29.437
2.5
0.000254781
254781.398
25
5.4062
7
27.373
2.5
0.000273993
273992.620
25
5.4377
8
29.672
2.5
0.000252764
252763.548
25
5.4027
log Q
( C)
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
= 3× × = 28, 3×2,577 5×1 = 262.448.82 ,5 log = log262.448.82 ,5 = 5,4190
Berdasarkan rumus :
Maka dapat diperoleh debit air yang ada di bangku hidraulik sebesar:
30
Kelompok 17
= 3× × = 28, 3×2,577 5×1 = 262.448.82 ,5 log = log262.448.82 ,5 = 5,4190
Berdasarkan rumus :
Maka dapat diperoleh debit air yang ada di bangku hidraulik sebesar:
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
31
Kelompok 17
1.6.2 Kehilangan tinggi tekan akibat gesekan pada pipa lurus sirkuit biru Tabel 1.2 Tabel Kehilangan Tinggi Tekan Pipa Lurus Sirukuit Biru Bacaan Piezometer Pipa 3 (mm)
Pipa 4
1
644
325
2
645
3
641
4
No. Percobaan
f Balssius
f Darcy Weisbach
29546.496
0.02410
0 .02667
2.5038
1870.344
29577.537
0.02410
0 .02678
2.5065
1828.416
28914.485
0.02423
0 .02776
2.5024
320
1935.192
30603.033
0.02389
0 .02493
2.5051
320
311
1753.881
27735.786
0.02449
0 .02950
2.4928
321
312
1886.128
29827.141
0.02405
0 .02559
2.4942
321
313
1739.990
27516.120
0.02454
0 .03017
2.4955
Δh =
hl (mm)
V3 (mm/s)
Re
319
1868.381
324
321
323
318
640
320
5
631
6
633
7
634
(mm)
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN
32
HIDRAULIKA
Kelompok 17
Data alat praktikum:
Diameter pipa biru (mm)
= 12,6
Diameter pipa abu-abu (mm)
= 26,2
Panjang pipa (mm)
= 914,4
Viskositas kinematik air (mm3/s)
= 0.86
Gravitasi (mm/s2)
= 9810
Menghitung Δh (bacaan piezometer)
Δh merupakan selisih ketinggian dua piezometer yang dibandingkan. Maka dapat diperoleh Δh sebesar:
∆ℎ = ℎ3ℎ4
log hl
Kelompok 17
Data alat praktikum:
Diameter pipa biru (mm)
= 12,6
Diameter pipa abu-abu (mm)
= 26,2
Panjang pipa (mm)
= 914,4
Viskositas kinematik air (mm3/s)
= 0.86
Gravitasi (mm/s2)
= 9810
Menghitung Δh (bacaan piezometer)
Δh merupakan selisih ketinggian dua piezometer yang dibandingkan. Maka dapat diperoleh Δh sebesar:
∆ℎ∆ℎ = 6=44ℎ3253ℎ= 3194 ℎ = ∆ℎ logℎ = log319 = 3,4175 = × = ×
Menghitung kecepatan aliran
Berdasarkan persamaan kontinuitas
Dengan luas permukaan (A) berbentuk lingkaran
sehingga
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
33
Kelompok 17
= × 2 × 2 = 4× × × 271414×13,,6136 ×13,6 = 1868,381 ⁄ = 4× 3,141592654 = . µ = 1868,381 × 103,8,66 = 29546,496 = 0,31,6 = 29 5406,3,41966, = 0.02410 ℎ = 2 ℎ = ∆ℎ
Menghitung besar bilangan Reynolds (Re)
Berdasarkan rumus:
Maka dapat diperoleh Re sebesar:
Menghitung besar koefisien gesek menurut Balssius
Untuk menghitung koefisien gesek Balssius dengan Re>4000, maka
Menghitung besar koefisien gesek menurut Darcy-Weisbach
Berdasarkan rumus
sehingga besar koefisien gesek menurut Darcy-Weisbach
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
34
Kelompok 17
× 3 19×2×13, 6 ×9810 ℎ = ∆ℎ ×2× = 914,4 × 1868,381 × ℎ = 0,026 7
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
35
Kelompok 17
1.6.3 Kehilangan tinggi tekan akibat gesekan pada pipa lurus sirkuit abu-abu Tabel 1.3 Tabel Kehilangan Tinggi Tekan Pi pa Lurus Sirkuit Abu-Abu
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
Data alat praktikum:
Diameter pipa biru (mm)
= 12,6
Diameter pipa abu-abu (mm)
= 26,2
Panjang pipa (mm)
= 914,4
Viskositas kinematik air (mm3/s)
= 0.86
Gravitasi (mm/s2)
= 9810
Menghitung Δh (bacaan piezometer)
Δh merupakan selisih ketinggian dua piezometer yang dibandingkan. Maka dapat diperoleh Δh sebesar:
36
Kelompok 17
Data alat praktikum:
Diameter pipa biru (mm)
= 12,6
Diameter pipa abu-abu (mm)
= 26,2
Panjang pipa (mm)
= 914,4
Viskositas kinematik air (mm3/s)
= 0.86
Gravitasi (mm/s2)
= 9810
Menghitung Δh (bacaan piezometer)
Δh merupakan selisih ketinggian dua piezometer yang dibandingkan. Maka dapat diperoleh Δh sebesar:
∆ℎ∆ℎ ==59ℎ0578ℎ3 = 179 ℎ = ∆ℎ
Menghitung kecepatan aliran
Berdasarkan persamaan kontinuitas
= × = × = × 2 × 2 = 4× × ×
Dengan luas permukaan (A) berbentuk lingkaran
sehingga
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
37
Kelompok 17
271414×26,,6132 ×26,2 = 503,432 ⁄ = 4× 3,141592654 = . µ = 503,432 × 206,8,26 = 153 7,1 2 = 0,31,6 = 15 307,3,1162, = 0,02840
Menghitung besar bilangan Reynolds (Re)
Berdasarkan rumus:
Maka dapat diperoleh Re sebesar:
Menghitung besar koefisien gesek menurut Balssius
Untuk menghitung koefisien gesek Balssius dengan Re>4000, maka
Menghitung besar koefisien gesek menurut Darcy-Weisbach
Berdasarkan rumus
× ℎ = ℎ × 2 × × ℎ = ∆ℎ
sehingga besar koefisien gesek menurut Darcy-Weisbach
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
38
Kelompok 17
ℎ = ∆ℎ ×2××× × = 17914,× 24××26503,,2 ×9×4329810 ℎ = 0,03771
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
39
Kelompok 17
1.6.4
Kehilangan tinggi tekan akibat ekpansi tiba-tiba Tabel 1.4 Tabel Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Ekspansi
Bacaan Piezometer Pipa 7
Pipa 8
(mm)
(mm)
(mm)
1
590
58 5 85
2
595
3
No. Percobaan
Δh
= hl
V1 (mm/s)
Hperhitungan ktt (mm)
Hperhitungan (mm)
5
1806.662
65.495
154.284
59 5 90
5
1868.381
70.047
165.005
590
58 5 85
5
1870.344
70.194
165.352
4
592
58 5 85
7
1828.416
67.082
158.022
5
589
58 5 85
4
1935.192
75.146
177.017
6
594
58 5 88
6
1753.881
61.724
145.401
7
584
57 5 78
6
1886.128
71.384
168.155
8
586
58 5 82
4
1739.990
60.751
143.107
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN
40
HIDRAULIKA
Kelompok 17
Data alat praktikum:
Diameter pipa sirkuit biru (mm)
= 13,6
Diameter pipa 7(mm)
= 13,6
Diameter pipa 8 (mm)
= 26,2
Panjang pipa (mm)
= 914,4
Gravitasi (mm/s2)
= 9810
Menghitung Δh (bacaan piezometer)
Δh merupakan selisih ketinggian dua piezometer yang dibandingkan. Maka dapat diperoleh Δh sebesar:
∆ℎ = ℎ7ℎ8
Kelompok 17
Data alat praktikum:
Diameter pipa sirkuit biru (mm)
= 13,6
Diameter pipa 7(mm)
= 13,6
Diameter pipa 8 (mm)
= 26,2
Panjang pipa (mm)
= 914,4
Gravitasi (mm/s2)
= 9810
Menghitung Δh (bacaan piezometer)
Δh merupakan selisih ketinggian dua piezometer yang dibandingkan. Maka dapat diperoleh Δh sebesar:
∆ℎ∆ℎ ==595ℎ5907ℎ= 58 ℎ = ∆ℎ
Menghitung kecepatan aliran
Berdasarkan persamaan kontinuitas
=× = ×× = × 2 × 2 = 4 × × × 271414×13,,6136 ×13,6 = 1868,381 ⁄ = 4 ×3,141592654
Dengan luas permukaan (A) berbentuk lingkaran
sehingga
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
41
Kelompok 17
Menghitung perbedaan tinggi tekan hasil perhitungan dengan adanya kehilangan tinggi tekan (he≠0)
= − = ℎ = 186988,13081 1236,,62 1236,,62 = 70.047
dengan
maka :
Menghitung perbedaan tinggi tekan hasil perhitungan tanpa adanya kehilangan tinggi tekan (he=0)
= 2 1 = 12×9810 868,381 1 1236,,62 = 154,284
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
42
Kelompok 17
1.6.5
Kehilangan tinggi tekan akibat kontraksi tiba-tiba Tabel 1.5 Tabel Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Kontraksi
No. Percobaan
Pipa 9 (mm)
Bacaan Piezometer Pipa 10 Hperhitungan V2 (mm/s) Δh = hl(mm) (mm) ktt (mm)
Hperhitungan (mm)
1
571
157
414
1806.698
101.403
154.104
2
573
1555
982
1868.419
108.450
164.813
3
570
165
405
1870.382
108.678
165.159
4
570
163
407
1828.453
103.860
157.837
5
570
166
404
1935.231
116.344
176.811
6
574
150
424
1753.916
95.565
145.231
7
563
187
376
1886.166
110.520
167.959
8
563
179
384
1740.025
94.057
142.940
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN
43
HIDRAULIKA
Kelompok 17
Data alat praktikum:
Diameter pipa sirkuit biru (mm)
= 13,6
Diameter pipa 9 (mm)
= 26,1
Diameter pipa 10 (mm)
= 13,6
Panjang pipa (mm)
= 914,4
Gravitasi (mm/s2)
= 9810
Menghitung Δh (bacaan piezometer)
Δh merupakan selisih ketinggian dua piezometer yang dibandingkan. Maka dapat diperoleh Δh sebesar:
Kelompok 17
Data alat praktikum:
Diameter pipa sirkuit biru (mm)
= 13,6
Diameter pipa 9 (mm)
= 26,1
Diameter pipa 10 (mm)
= 13,6
Panjang pipa (mm)
= 914,4
Gravitasi (mm/s2)
= 9810
Menghitung Δh (bacaan piezometer)
Δh merupakan selisih ketinggian dua piezometer yang dibandingkan. Maka dapat diperoleh Δh sebesar:
∆ℎ∆ℎ = 1555= ℎ57310ℎ= 9829 ℎ = ∆ℎ
Menghitung kecepatan aliran
= × = × = × 2 × 2 = 4× × ×
Berdasarkan persamaan kontinuitas
Dengan luas permukaan (A) berbentuk lingkaran
sehingga
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
44
Kelompok 17
271414×13,,6136×13,6 = 1868,419 ⁄ = 4× 3,141592654 = 2 1 1 1
Menghitung perbedaan tinggi tekan hasil perhitungan dengan adanya kehilangan tinggi tekan (he≠0)
Untuk menentukan Cc diperlukan: D10 (mm) = 13,6 D9 (mm) = 26,2
= 1414 ×× ×1×236,,62 = 0,272
Maka perbandingan luas pipa 10 terhadap pipa 9 adalah
A2/A1
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.8
0.9
1
Cc
0.624
0.632
0.643
0.659
0.681
0.712
0.813
0.892
1
Tabel 1.6 Cc untuk luas penampang tertentu
0,0,23720,0,22 = 0, 6430,0,632632 = 0,640 − = ℎ
Sehingga Cc berdasarkan table melalui interpolasi
Jadi, Cc yang digunakan dalam percobaan adalah 0,640 dengan
maka :
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
45
Kelompok 17
= 12×9810 868,419 1 1236,,61 0,6140 1 = 108,450
Menghitung perbedaan tinggi tekan hasil perhitungan tanpa adanya kehilangan tinggi tekan (he=0)
= 2 1 = 1286×988,41190 1 2163,,16 = 12,150
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
46
Kelompok 17
1.6.6
Kehilangan tinggi tekan akibat aliran melalui belokan standar Tabel 1.7 Tabel Aliran Melalui Belokan Standar Bacaan Piezometer
No. Percobaan
Pipa 1 (mm)
Pipa 2 (mm)
Δh = hT
1
893
450
418
2
515
74
416
1868.381
29546.496
0.0241
3
591
176
390
1870.344
29577.537
0.0241
4
541
98
418
1828.416
28914.485
0.0242
5
505
130
350
1935.192
30603.033
0.0239
6
540
98
417
1753.881
27735.786
0.0245
7
591
162
404
1886.128
29827.141
8
683
100
558
1739.990
27516.120
(mm)
V5 (mm/s)
Re
f
Hf
Hlb
Kb
Kl
R/D
1806.662
28570.470
0.0243
258.386
159.614
0 .959
2 .540
0.934
274.031
141.969
0 .798
2 .366
0.934
274.535
115.465
0 .648
2 .215
0.934
263.855
154.145
0 .905
2 .481
0.934
291.408
58.592
0.307
1 .862
0.934
245.321
171.679
1 .095
2 .687
0.934
0.0240
278.602
125.398
0 .692
2 .256
0.934
0.0245
241.931
316.069
2 .048
3 .644
0.934
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN
47
HIDRAULIKA
Kelompok 17
Data alat praktikum: Diameter pipa biru (mm)
= 12,6
Jari-Jari pipa belokan standar (mm) = 12,7
Diameter pipa abu-abu (mm)
= 26,2
Panjang pipa (mm)
= 914,4
Viskositas kinematik air (mm3/s)
= 0.86
Gravitasi (mm/s2)
= 9810
Menghitung Δh (bacaan piezometer)
Δh merupakan selisih ketinggian dua piezometer yang dibandingkan. Maka dapat diperoleh Δh sebesar:
Kelompok 17
Data alat praktikum: Diameter pipa biru (mm)
= 12,6
Jari-Jari pipa belokan standar (mm) = 12,7
Diameter pipa abu-abu (mm)
= 26,2
Panjang pipa (mm)
= 914,4
Viskositas kinematik air (mm3/s)
= 0.86
Gravitasi (mm/s2)
= 9810
Menghitung Δh (bacaan piezometer)
Δh merupakan selisih ketinggian dua piezometer yang dibandingkan. Maka dapat diperoleh Δh sebesar:
∆ℎ∆ℎ = =893450 ℎ1ℎ= 4182 ℎ = ∆ℎ
Menghitung kecepatan aliran
= × = × = × 2 × 2 = 4× × ×
Berdasarkan persamaan kontinuitas
Dengan luas permukaan (A) berbentuk lingkaran
sehingga
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
48
Kelompok 17
2624 8×13,,82 6 ×13,6 = 1806,6 2 ⁄ = 4× 3,141592654 = . µ = 1806,662× 103,8,66 = 28570,470 = 0,31,6 = 28 5700,3,41760, = 0,0243 1 2 2 × 4 ℎ = × 2 × × 1 9 14, 4 2 ×12, 7 3, 1 41592654 ×2×12, 7 × 1806, 6 62 4 ℎ = 0,0243× 2×13, 6 ×9810 ℎ = 258,386
Menghitung besar bilangan Reynolds (Re)
Berdasarkan rumus:
Maka dapat diperoleh Re sebesar:
Menghitung besar koefisien gesek menurut Balssius
Untuk menghitung koefisien gesek Balssius dengan Re>4000, maka
Menghitung besar hf
Berdasarkan rumus
Maka
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
49
Kelompok 17
Menghitung besar Hlb
Berdasarkan rumus
dengan
maka
ℎ = ℎ ℎ ℎ = ℎ ℎ = ℎ ℎ = 418258,386 = 159,614 = (ℎ ℎ)×2 = 418258,1803686×2×9810 ,6 2 = 0,959 = 2 ℎ [1 2] ℎ
Menghitung besar Kb
Berdasarkan rumus
Maka
Menghitung besar Kl
Berdasarkan rumus
Maka
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
50
Kelompok 17
1 3 , 6 = 128×9810 2 06,6 2 4181 2×914,4258,386 = 2,54 = 1132,,67 = 0,934
Menghitung R/D
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
51
Kelompok 17
1.6.7
Kehilangan tinggi tekan akibat aliran melalui belokan R = 50 mm Tabel 1.8 Tabel Aliran Melalui Belokan R=50 Bacaan Piezometer
No. Percobaan
Pipa 15 (mm)
Pipa 16 (mm)
Δh = hT
1
565
250
2
573
3
575
4
V7 (mm/s)
Re
f
Hf
Hlb
Kb
Kl
R/D
315
486.802
14830.473
0.0286
9.714
305.286
25.276
25.294
1.908
245
328
503.432
15337.112
0.0284
10.302
317.698
24.594
24.612
1.908
255
320
503.961
15353.225
0.0284
10.321
309.679
23.923
23.941
1.908
575
255
320
492.663
15009.046
0.0285
9.920
310.080
25.065
25.083
1.908
5
575
255
320
521.434
15885.544
0.0281
10.955
309.045
22.301
22.319
1.908
6
576
257
319
472.580
14397.202
0.0288
9.223
309.777
27.214
27.233
1.908
7
570
268
302
508.214
15482.791
0.0283
10.474
291.526
22.145
22.163
1.908
8
556
275
281
468.837
14283.177
0.0289
9.095
271.905
24.270
24.288
1.908
(mm)
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN
52
HIDRAULIKA
Kelompok 17
Data alat praktikum:
Diameter pipa biru (mm)
= 12,6
Diameter pipa abu-abu (mm)
= 26,2
Panjang pipa (mm)
= 914,4
Viskositas kinematik air (mm3/s)
= 0.86
Gravitasi (mm/s2)
= 9810
Menghitung Δh (bacaan piezometer)
Δh merupakan selisih ketinggian dua piezometer yang dibandingkan. Maka dapat diperoleh Δh sebesar :
∆ℎ = ℎ15 ℎ16
Kelompok 17
Data alat praktikum:
Diameter pipa biru (mm)
= 12,6
Diameter pipa abu-abu (mm)
= 26,2
Panjang pipa (mm)
= 914,4
Viskositas kinematik air (mm3/s)
= 0.86
Gravitasi (mm/s2)
= 9810
Menghitung Δh (bacaan piezometer)
Δh merupakan selisih ketinggian dua piezometer yang dibandingkan. Maka dapat diperoleh Δh sebesar :
∆ℎ∆ℎ ==565250 ℎ15 ℎ= 31516 ℎ = ∆ℎ
Menghitung kecepatan aliran
= × = × = × 2 × 2 = 4× × × 2624 8×26,,82 2 ×26,2 = 486,802 ⁄ = 4× 3,141592654
Berdasarkan persamaan kontinuitas
Dengan luas permukaan (A) berbentuk lingkaran
sehingga
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
53
Kelompok 17
Menghitung besar bilangan Reynolds (Re)
= . µ = 486,802× 206,8,26 = 14830,473 = 0,31,6 = 14 8300,3,41763, = 0,0286 1 2 2 × 4 ℎ = × 2 × × 1 9 14, 4 2 ×50 3, 1 41592654×2×50 × 486, 8 02 4 ℎ = 0,0286× 2×26, 2 ×9810 ℎ = 9,714 Berdasarkan rumus:
Maka dapat diperoleh Re sebesar:
Menghitung besar koefisien gesek menurut Balssius
Untuk menghitung koefisien gesek Balssius dengan Re>4000, maka
Menghitung besar hf
Berdasarkan rumus
Maka
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
54
Kelompok 17
Menghitung besar Hlb
Berdasarkan rumus
dengan
maka
ℎ = ℎ ℎ ℎ = ℎ ℎ = ℎ ℎ = 315 9,714 = 305,286 = (ℎ ℎ)×2 = 3159,47814×2×9810 6,802 = 25,276 = 2 ℎ [1 2] ℎ = 428×96,880120 3151 2×914,50 49,714
Menghitung besar Kb
Berdasarkan rumus
Maka
Menghitung besar Kl
Berdasarkan rumus
Maka
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
55
Kelompok 17
Menghitung R/D
= 25,294 = 2560,2 = 1,908
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
56
Kelompok 17
1.6.8
Kehilangan tinggi tekan akibat aliran melalui belokan R = 100 mm Tabel 1.9 Tabel Aliran Melalui Belokan R=100 Bacaan Piezometer
No. Percobaan
Pipa 11 (mm)
Pipa 12 (mm)
Δh = hT
1
380
100
2
389
200
3
390
4
V6 (mm/s)
Re
f
Hf
Hlb
Kb
Kl
R/D
280
486.802
14830.473
0.0286
7.357
272.643
22.573
23.113
3.817
189
503.432
15337.112
0.0284
7.803
181.197
14.027
14.567
3.817
103
287
503.961
15353.225
0.0284
7.817
279.183
21.567
22.107
3.817
390
103
287
492.663
15009.046
0.0285
7.513
279.487
22.592
23.132
3.817
5
387
101
286
521.434
15885.544
0.0281
8.297
277.703
20.039
20.579
3.817
6
385
102
283
472.580
14397.202
0.0288
6.985
276.015
24.248
24.788
3.817
7
387
117
270
508.214
15482.791
0.0283
7.933
262.067
19.908
20.448
3.817
8
375
170
205
468.837
14283.177
0.0289
6.889
198.111
17.683
18.223
3.817
(mm)
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN
57
HIDRAULIKA
Kelompok 17
Data alat praktikum:
Diameter pipa biru (mm)
= 12,6
Diameter pipa abu-abu (mm)
= 26,2
Jari-jari tikungan (mm)
= 100
Panjang pipa (mm)
= 914,4
Viskositas kinematik air (mm3/s)
= 0.86
Gravitasi (mm/s2)
= 9810
Menghitung Δh (bacaan piezometer)
Δh merupakan selisih ketinggian dua piezometer yang dibandingkan. Maka dapat diperoleh Δh sebesar:
Kelompok 17
Data alat praktikum:
Diameter pipa biru (mm)
= 12,6
Diameter pipa abu-abu (mm)
= 26,2
Jari-jari tikungan (mm)
= 100
Panjang pipa (mm)
= 914,4
Viskositas kinematik air (mm3/s)
= 0.86
Gravitasi (mm/s2)
= 9810
Menghitung Δh (bacaan piezometer)
Δh merupakan selisih ketinggian dua piezometer yang dibandingkan. Maka dapat diperoleh Δh sebesar:
∆ℎ∆ℎ ==380100 ℎ11 ℎ= 28012 ℎ = ∆ℎ
Menghitung kecepatan aliran
= × = × = × 2 × 2 = 4× × ×
Berdasarkan persamaan kontinuitas
Dengan luas permukaan (A) berbentuk lingkaran
sehingga
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
58
Kelompok 17
2624 8×26,,82 2 ×26,2 = 486,802 ⁄ = 4× 3,141592654 = . µ = 486,802× 206,8,26 = 14830,473 = 0,31,6 = 14 8300,3,41763, = 0,0286 1 2 2 × 4 ℎ = × 2 × × 1 9 14, 4 2 ×100 3, 1 41592654×2×100 × 486, 8 02 4 ℎ = 0,0286× 2×26, 2 ×9810 ℎ = 7,357
Menghitung besar bilangan Reynolds (Re)
Berdasarkan rumus:
Maka dapat diperoleh Re sebesar:
Menghitung besar koefisien gesek menurut Balssius
Untuk menghitung koefisien gesek Balssius dengan Re>4000, maka
Menghitung besar hf
Berdasarkan rumus
Maka
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
59
Kelompok 17
Menghitung besar Hlb
Berdasarkan rumus
dengan
maka
ℎ = ℎ ℎ ℎ = ℎ ℎ = ℎ ℎ = 280 7,357 = 272,643 = (ℎ ℎ)×2 = 2807,43857×2×9810 6,802 = 2 ,573 = 2 ℎ [1 2] ℎ 10 47,357 = 428×96,880120 2801 2×914,
Menghitung besar Kb
Berdasarkan rumus
Maka
Menghitung besar Kl
Berdasarkan rumus
Maka
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
60
Kelompok 17
Menghitung R/D
= 23,113 = 2160,2 = 3,817
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
61
Kelompok 17
1.6.9
Kehilangan tinggi tekan akibat aliran melalui belokan R = 150 mm Tabel 1.10 Tabel Aliran Melalui Belokan R=150 Bacaan Piezometer
No. Percobaan
Pipa 13 (mm)
Pipa 14 (mm)
Δh = hT
1
375
74
2
377
3
379
4
V8 (mm/s)
Re
f
Hf
Hlb
Kb
Kl
R/D
301
486.802
14830.473
0.0286
5.000
296.000
24.507
24.516
5.725
74
303
503.432
15337.112
0.0284
5.303
297.697
23.046
23.055
5.725
75
304
503.961
15353.225
0.0284
5.313
298.687
23.074
23.083
5.725
376
76
300
492.663
15009.046
0.0285
5.106
294.894
23.838
23.847
5.725
5
376
75
301
521.434
15885.544
0.0281
5.639
295.361
21.313
21.323
5.725
6
375
75
300
472.580
14397.202
0.0288
4.747
295.253
25.938
25.948
5.725
7
377
94
283
508.214
15482.791
0.0283
5.391
277.609
21.088
21.097
5.725
8
370
87
283
468.837
14283.177
0.0289
4.682
278.318
24.843
24.852
5.725
(mm)
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN
62
HIDRAULIKA
Kelompok 17
Data alat praktikum:
Diameter pipa biru (mm)
= 12,6
Diameter pipa abu-abu (mm)
= 26,2
Jari-jari tikungan (mm)
= 150
Panjang pipa (mm)
= 914,4
Viskositas kinematik air (mm3/s)
= 0.86
Gravitasi (mm/s2)
= 9810
Menghitung Δh (bacaan piezometer)
Δh merupakan selisih ketinggian dua piezometer yang dibandingkan. Maka dapat diperoleh Δh sebesar:
Kelompok 17
Data alat praktikum:
Diameter pipa biru (mm)
= 12,6
Diameter pipa abu-abu (mm)
= 26,2
Jari-jari tikungan (mm)
= 150
Panjang pipa (mm)
= 914,4
Viskositas kinematik air (mm3/s)
= 0.86
Gravitasi (mm/s2)
= 9810
Menghitung Δh (bacaan piezometer)
Δh merupakan selisih ketinggian dua piezometer yang dibandingkan. Maka dapat diperoleh Δh sebesar:
∆ℎ∆ℎ ==3ℎ757413 ℎ= 30114 ℎ = ∆ℎ
Menghitung kecepatan aliran
= × = × = × 2 × 2 = 4× × ×
Berdasarkan persamaan kontinuitas
Dengan luas permukaan (A) berbentuk lingkaran
sehingga
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
63
Kelompok 17
2624 8×26,,82 2 ×26,2 = 486,802 ⁄ = 4× 3,141592654 = . µ = 486,802× 206,8,26 = 14830,473 = 0,31,6 = 14 8300,3,41763, = 0,0286 1 2 2 × 4 ℎ = × 2 × × 1 9 14, 4 2 ×150 3, 1 4 1 5 9 2 6 5 4 ×2×15 0 ×48 6 , 8 0 2 4 ℎ = 0,0286 × 2×26, 2 ×9810 ℎ = 5
Menghitung besar bilangan Reynolds (Re)
Berdasarkan rumus:
Maka dapat diperoleh Re sebesar:
Menghitung besar koefisien gesek menurut Balssius
Untuk menghitung koefisien gesek Balssius dengan Re>4000, maka
Menghitung besar hf
Berdasarkan rumus
Maka
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
64
Kelompok 17
Menghitung besar Hlb
Berdasarkan rumus
dengan
maka
ℎ = ℎ ℎ ℎ = ℎ ℎ = ℎ ℎ = 301 5 = 296 = (ℎ ℎ)×2 = 3015486,×2×9810 802 = 24,507 = 2 ℎ [1 2] ℎ 1504 5 = 428×986,80120 301 1 2×914, = 24,516
Menghitung besar Kb
Berdasarkan rumus
Maka
Menghitung besar Kl
Berdasarkan rumus
Maka
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
65
Kelompok 17
Menghitung R/D
= 2165,02 = 5,725
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
66
Kelompok 17
1.6.10 Kehilangan tinggi tekan akibat aliran melalui siku tajam Tabel 1.11 Tabel Aliran Melalui Siku Tajam Bacaan Piezometer
No. Percobaan
Pipa 5 (mm)
Pipa 6 (mm)
Δh = hT
1
1136
577
2
985
435
3
955
4
V9 (mm/s)
Re
f
Hf
Hlb
559
1806.662
28570.470
0.0243
271.869
287.131
550
1868.381
29546.496
0.0241
288.330
261.670
480
475
1870.344
29577.537
0.0241
288.860
186.140
1.044
1.044
0
1000
440
560
1828.416
28914.485
0.0242
277.624
282.376
1.657
1.657
0
5
954
486
468
1935.192
30603.033
0.0239
306.614
161.386
0.846
0.846
0
6
998
446
552
1753.881
27735.786
0.0245
258.122
293.878
1.874
1.874
0
7
965
476
489
1886.128
29827.141
0.0240
293.140
195.860
1.080
1.080
0
8
995
445
550
1739.990
27516.120
0.0245
254.555
295.445
1.915
1.915
0
(mm)
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN
Kb
Kl
R/D
1.726
1.726
0
1.471
1.471
0
67
HIDRAULIKA
Kelompok 17
Data alat praktikum:
Diameter pipa biru (mm)
= 12,6
Jari-Jari pipa siku tajam (mm)
=0
Diameter pipa abu-abu (mm)
= 26,2
Panjang pipa (mm)
= 914,4
Viskositas kinematik air (mm3/s)
= 0.86
Gravitasi (mm/s2)
= 9810
Menghitung Δh (bacaan piezometer)
Δh merupakan selisih ketinggian dua piezometer yang dibandingkan. Maka dapat diperoleh Δh sebesar:
Kelompok 17
Data alat praktikum:
Diameter pipa biru (mm)
= 12,6
Jari-Jari pipa siku tajam (mm)
=0
Diameter pipa abu-abu (mm)
= 26,2
Panjang pipa (mm)
= 914,4
Viskositas kinematik air (mm3/s)
= 0.86
Gravitasi (mm/s2)
= 9810
Menghitung Δh (bacaan piezometer)
Δh merupakan selisih ketinggian dua piezometer yang dibandingkan. Maka dapat diperoleh Δh sebesar:
∆ℎ∆ℎ = 1136= ℎ5775ℎ= 5596 ℎ = ∆ℎ = × = × = × 2 × 2 = 4× × ×
Menghitung kecepatan aliran
Berdasarkan persamaan kontinuitas
Dengan luas permukaan (A) berbentuk lingkaran
sehingga
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
68
Kelompok 17
2624 8×13,,82 6 ×13,6 = 1806,6 2 ⁄ = 4× 3,141592654 = . µ = 1806,662× 103,8,66 = 28570,470 = 0,31,6 = 28 5700,3,41760, = 0,0243 × ℎ = × 2 × × 914, 4 ×1806, 6 62 ℎ = 0,0243× 2×13,6×9810 = 271,869
Menghitung besar bilangan Reynolds (Re)
Berdasarkan rumus:
Maka dapat diperoleh Re sebesar:
Menghitung besar koefisien gesek menurut Balssius
Untuk menghitung koefisien gesek Balssius dengan Re>4000, maka
Menghitung besar hf
Berdasarkan rumus
Maka
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
69
Kelompok 17
Menghitung besar Hlb
Berdasarkan rumus
dengan
maka
ℎ = ℎ ℎ ℎ = ℎ ℎ = ℎ ℎ = 559271,869 = 287,131 = (ℎ ℎ)×2 = 559271,1808669×2×9810 ,6 2 = 1,726 = 2 ℎ [1 2] ℎ 0 = 128×9810 559 1 06,6 2 2×914,4271,869
Menghitung besar Kb
Berdasarkan rumus
Maka
Menghitung besar Kl
Berdasarkan rumus
Maka
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
70
Kelompok 17
Menghitung R/D
= 1.726 = 130,6 = 0
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
71
Kelompok 17
1.6.11 Perhitungan untuk pembuatan grafik K vs R/D Tabel 1.12 Tabel K Rata-Rata
Percobaan
Siku Tajam Belokan standar R=50 R=100 R=150
Kb Rata
Kl Rata
Rata
Rata
1.452 0.927 24.349 20.009 23.456
1.452 2.502 24.367 20.870 23.465
R/D
0 0.934 1.908 3.817 5.725
Menghitung Kb Rata-Rata
Berdasarkan Tabel 7. Maka Kb rata-rata
− = 0,959 +0,798 +0,648 +0,905 +0,8 307 +1,095 +0,692 +2,048 − = 0,927 − = 2,54+2,366+2,215+2,481+1,8 862+2,687+2,256+3,644 − = 2,502
Menghitung Kl Rata-Rata
Berdasarkan Tabel 7. Maka Kl rata-rata
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Kelompok 17
72
Kelompok 17
1.7 Grafik dan Analisa 1.7.1 log hf vs log Q
log hf vs log Q (Sirkuit Biru) 2.508 2.506 2.504 f h g o l
y = 0.2172x + 1.3211 R² = 0.4152
2.502 2.5
Pipa Biru
2.498
Linear (Pipa Biru)
2.496 2.494 2.492 5.4
5.42
5.44
5.46
log Q (mm3/s)
Grafik 1.1 Grafik log hf vs log Q sirkuit biru
log hf vs log Q (Sirkuit Abu-Abu) 1.24 1.23 1.22 1.21 f 1.2 h g 1.19 o l 1.18 1.17 1.16 1.15 1.14 5.415
y = 5.781x - 30.181 R² = 1 Pipa Abu-Abu Linear (Pipa Abu-Abu)
5.42
5.425
5.43
5.435
log Q (mm3/s)
Grafik 1.2 Grafik log hf vs log Q sirkuit abu-abu
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
73
Kelompok 17
Grafik 1 dan grafik 2 menggambarkan hubungan hf dengan Q. Grafik Hf dengan Q memiliki hubungan linier dan gradiennya positif. Grafik menggunakan fungsi log untuk mempermudah bacaan nilai yang ada pada grafik, karena nilai hf dan Q yang dihasilkan oleh percobaan gesekan melalui pipa lurus memiliki nilai yang cukup besar. Kedua grafik menunjukkan bahwa nilai loh hf dengan log Q berbanding lurus, dapat dibuktikan dengan arah grafik naik. Hubungan hf dengan Q dapat terlihat dari nilai V (kecepatan) aliran dan D (diameter) sirkuit biru atau abu-abu. Pada grafik, semakin besar nilai log Q maka semakin besar nilai hf yang ada di percobaan. Pada percobaan kehilangan tinggi tekan akibat gesekan pada pipa lurus sirkuit abu-abu hanya digunakan 3 data pengamatan saja untuk perihtungan karena setelah dilakukan perhitungan, didapatkan nilai hf tidak berbanding lurus dengan Q. Pada setiap percobaan seharusnya dilakukan perubahan debit yang signifikan sehingga dapat dipastikan juga nilai hf yang berubah. Tetapi pada pengamatan terdapat nilai hf tidak berubah terhadap nilai debit yang berubah. Grafik 1.2 di atas tidak merepresentasikan data pengamatan seluruhnya karena hanya diambil beberapa data dari seluruh percobaan yang dilakukan. Hal ini dapat terjadi karena pada saat percobaan, debit diubah secara tidak signifikan atau perbedaannya tidak besar sehingga nilai hf tidak berubah pada sirkuit abu-abu. 1.7.2 F Blassius dan f Darcy-Weisbach vs Re
0.25000 0.20000
f Blassius dan f Darcy-Weisbach vs Re Pipa Biru f Balssius f Darcy Weisbach
0.15000 f
0.10000 0.05000 0.00000 27000.000
y = 2E+22x-5.294 R² = 0.0648
28000.000
29000.000 Re
y = 0.316x R² = 1 30000.000
-0.25
Power (f Balssius) Power (f Darcy Weisbach)
31000.000
Grafik 1.3 Grafik f vs Re sirkuit biru
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
74
Kelompok 17
f Blassius dan f Darcy-Weisbach vs Re Pipa Abu-Abu 0.06000 0.05000 y = 4E+09x-2.652 R² = 0.4826
0.04000 f
f Balssius f Darcy Weisbach
0.03000 y = 0.316x -0.25 R² = 1
0.02000 0.01000
0.00000 14,000.00014,500.00015,000.00015,500.00016,000.000
Power (f Balssius) Power (f Darcy Weisbach)
Re
Grafik 4. Grafik f vs Re sirkuit abu-abu
Grafik 3 dan grafik 4 menggambarkan hubungan antara f Blassius dan f Darcy-Weisbach terhadap nilai bilangan Reynold (Re) pada pipa abu-abu dan pipa biru. Grafik f Blassius dan f Darcy-Weisbach vs Re memiliki hubungan power. Pada percobaan ini, didapatkan nilai Re >4000 sehingga dapat digolongkan sebagai aliran turbulen. Pada grafik dapat terlihat bahwa f Darcy-Weisbach selalu lebih besar daripada f Blassius. Hal ini disebabkan pada f Blassius hanya memperhatikan geometri pipa saja, tanpa kekasaran pipa (pipa dianggap licin). Tetapi pada perhitungan f Darcy-Weisbach, geometri dan kekasaran pipa diperhatikan, sehingga dapat dipastikan nilai f Darcy-Weisbach akan selalu lebih besar daripada f Blassius. Rumus f Blassius dapat digunakan hanya untuk pipa tidak kasar, sehingga f hanya bergantung dari Re. Penggunaan rumus f Darcy-Weisbach pada percobaan ini lebih teliti dibandingkan f Blassius karena memperhitungkan gesekan pada pipa. Tetapi dalam keadaan aliran sangat turbulen (Re sangat besar) maka pipa dapat dianggap licin dan dapat digunakan rumus per hitungan f Blassius.
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
75
Kelompok 17
1.7.3 H perhitungan vs h pengukuran
176.000
h perhitungan vs h pengukuran (Ekspansi)
151.000
y = 29.347x R² = -7.7
) m 126.000 m ( n a g 101.000 n u t i 76.000 h r e p h51.000
h perhitungan tanpa ktt h perhitungan dengan ktt H ideal
y = 12.458x R² = -7.7
Linear (h perhitungan tanpa ktt) Linear (h perhitungan dengan ktt) Linear (H ideal)
y=x R² = 1
26.000 1.000 2
4 6 h pengukuran (mm)
8
Grafik 1.5 H perhitungan vs h pengukuran ekspansi
950.000
h perhitungan vs h pengukuran (Kontraksi) y = x
850.000
R² = 1
)750.000 m m ( 650.000 n a g550.000 n u t i450.000 h r e p350.000 h
y = 0.2898x R² = -28.69
250.000
y = 0.1907x R² = -28.69
150.000 50.000
350 400 450 500 550 600 650 700 750 800 850 900 9501000 h pengukuran (mm)
h perhitungan tanpa ktt h perhitungan tanpa ktt h ideal
Linear (h perhitungan tanpa ktt) Linear (h perhitungan tanpa ktt) Linear (h ideal)
Grafik 1.6 H perhitungan vs h pengukuran kontraksi
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
76
Kelompok 17
Grafik 5 dan 6 menggambarkan hubungan antara h perhitungan dengan h pengukuran saat percobaan aliran melalui pipa ekspansi. H perhitungan pada grafik merupakan perbedaan ketinggian pada aliran ekspansi yang didapatkan melalui rumus perhitungan baik yang terpengaruh oleh kehilangan tinggi tekan maupun tidak. H perhitungan yang terbaca dari grafik cenderung stabil (berada pada range harga h perhitungan yang dekat). H pengukuran didapatkan dari pengamatan yang dilakukan saat percobaan. Dari grafik dapat terlihat bahwa h perhitungan tanpa ktt selalu lebih tinggi daripada h perhitungan dengan ktt. H perhitungan tanpa ktt menghitung kehilangan tinggi tekan tanpa melihat kehilangan energi yang terjadi, sedangkan h perhitungan dengan ktt menghitung kehilangan tinggi tekan dengan melihat kehilangan energi yang terjadi. H perhitungan dengan ktt dan tanpa ktt merupakan grafik linear karena seharusnya hasil perhitungan sama atau mendekati hasil pengukuran. Seharusnya grafik dengan kehilangan tinggi tekan lebih ideal karena memperhitungkan tinggi tekan dengan dua faktor yang berpengaruh yaitu gesekan permukaan dan faktor akibat perubahan geometri pipa seperti perubahan penampang dari pipa berjari jari kecil ke pipa berjari-jari besar. Menurut grafik h perhitungan vs h pengukuran ekspansi dapat disi mpulkan bahwa h perhitungan dengan ktt lebih mendekati ideal, karena gradient lebih mendekati gradien garis ideal. Menurut grafik h perhitungan vs h pengukuran kontraksi dapat disimpulkan bahwa h perhitungan tanpa ktt lebih mendekati ideal, karena gradient lebih mendekati gradien garis ideal. Seharusnya h perhitungan yang mendekati ideal adalah h perhitungan dengan ktt karena sudah memperhitungkan energy yang hilang akibat gesekan dan geometri pipa.
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
77
Kelompok 17
1.7.4 K vs R/D
K vs R/D 30.000 25.000 20.000 K 15.000
Kb rata-rata
10.000
Kl rata rata
5.000 0.000 0
2
4
6
8
R/D
Grafik 1.7 Grafik K vs R/D
Pada grafik, nilai Kb rata-rata tidak berbeda secara signifikan dengan nilai Kl rata-rata. Hal ini disebabkan oleh besarnya nilai gesekan yang dialami fluida dalam pipa tidak terlalu besar. Pada perhitungan, digunakan nilai rata-rata dari Kb dan Kl karena K merupakan total penjumlahan dari Kb dan Kl sebanyak jumlah percobaan yang dilakukan. Untuk pembutan grafik, nilai yang digunakan adalah nilai Kb dan Kl rata-rata. Kb merupakan kehilangan tinggi tekan akibat perubahan geometri. Sedangkan Kl merupakan kehilangan tinggi tekan akibat gesekan dan akibat 1/4 lingkaran tikungan. Hubungan antara K dengan rasio antara R dan D adalah bahwa nilai K salah satunya tergantung oleh besar R (jari-jari tikungan) dan D (diameter pipa aliran). Semakin besar rasio R dan D, nilai K cenderung naik. Saat jari-jari tikungan membesar luas permukaan pipa bagian dalam yang kontak langsung dengan fluida, akan semakin besar. Begitu pula saat diameter pipa aliran meningkat, maka gesekan yang terjadi antara fluida dan pipa juga akan me mbesar.
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
78
Kelompok 17
1.8 Kesimpulan dan Saran 1.8.1 Kesimpulan
1. Koefisien gesek (f) berdasarkan persamaan Darcy-Weisbach lebih besar daripada koefisien gesek (f) berdasarkan persamaan Balssius pada pipa lurus. 2. Besar kehilangan tinggi tekan: a. Pada pipa lurus kehilangan tinggi tekan diakibatkan adanya gesekan antara fluida itu sendiri dan antara fluida dengan pipa b. Pada percobaan kehilangan tinggi tekan akibat ekspansi, Hperhitungan dengan memperhitungkan KTT lebih mendekati keadaan ideal c. Pada percobaan kehilangan tinggi tekan akibat kontraksi, Hperhitungan tanpa memperhitungkan KTT lebih mendekati keadaan ideal. Seharusnya, Hperhitungan dengan KTT lebih mendekati keadaan ideal. d. Pada percobaan tinggi tekan pada tikungan, besar Kl lebih besar dari besar Kb karena Kl memperhitungkan bentuk geometri pipa dan gesekan, sedangkan Kb hanya memperhatikan bentuk geometri pipa saja. 1.8.2 Saran
1. Sebelum memulai percobaan, perlu dipastikan tidak ada gelembung udara di dalam pipa. 2. Berhati-hati saat melakukan percobaan agar air di dalam piezometer tidak meluap dan ketinggian air di dalam piezometer masih dapat terbaca. 3. Saat mengatur debit dengan bangku hidraulik, pastikan tidak ada air di dalam bak penampung. 4. Hindari penyetelan katup piezometer saat percobaan sedang berlangsung. 5. Teliti dalam membaca ketinggian muka air pada piezometer dan waktu yang ditunjukkan oleh stopwatch. LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
79
Kelompok 17
1.9 Referensi
Streeter, Victor L., and Wylie, Benjamin E. 1975.Fluid Mechanics. Tokyo: McGraw-Hill, Inc. Munson, Bruce R.2002. Mekanika Fluida Jilid I Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga Chow, Ven Te. Hidrolika Saluran Terbuka. 1992. Jakarta: Erlangga. A Soedradjat S. 1983. Mekanika Fluida & Hidrolika. Bandung. Nova
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
80
Kelompok 17
MODUL II TUMBUKAN AKIBAT PANCARAN FLUIDA
2.1 Pendahuluan
Setiap fluida yang dipancarkan mempunyai gaya atau kerja mekanis yang menyebabkan tumbukan. Gaya ini dapat bermanfaat untuk menggerakan benda atau peralatan lain yang membutuhkan tenaga penggerak, misalnya turbin. Salah satu cara untuk menghasilkan gaya atau kerja mekanis dari tekanan fluida adalah dengan menggunakan tekanan untuk mengakselerasikan fluida kecepatan tinggi dalam sebuah jet. Jet tersebut diarahkan ke piringan dari sebuah roda turbin, yang berotasi oleh gaya yang timbul pada piringan dikarenakan perubahan momentum atau impuls yang terjadi ketika jet menyembur pada piringan. Turbin-turbin air yang bekerja dengan prinsip impuls ini telah dibuat dengan keluaran hingga tingkat 100.000 kW dengan efisiensi l ebih dari 90%.
2.2 Tujuan Praktikum
Tujuan percobaan ini adalah : 1. Mempelajari perilaku tumbukan pancaran fluida pada suatu permukaan piringan yang dapat menghasilkan suatu energi mekanis. 2. Mengukur dan menghitung besarnya gaya yang diperoleh dari dua macam piringan, yaitu plat datar dan plat cekung. 3. Menghitung besarnya efisiensi masing-masing piringan. 4. Mempelajari hubungan antara besarnya debit yang keluar dengan gaya yang didapat dari hasil perhitungan.
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
81
Kelompok 17
2.3 Alat-alat Percobaan dan Gambar Alat Percobaan
1. Jet impact
Gambar 2.1 J et impact
2. Bangku Hidrolis dengan beban
Gambar 2.2 Bangku Hidraulik
3. Stopwatch
Gambar 2.3 Stopwatch
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
82
Kelompok 17
4. Termometer
Gambar 2.4 Termometer
2.4
Dasar Teori dan Penurunan Rumus
Sebuah jet yang berisi fluida dengan aliran pada tingkat W kg/s sepanjang sumbu-X dengan kecepatan Va m/s mengenai piringan dan terdefleksi sebesar sudut β, sehingga fluida tersebut meninggalkan piringan dengan kecepatan V 1 m/s. Perubahan pada ketinggian dan tekanan dalam piezometric jet karena mengenai piringan hingga meninggalkannya diabaikan. 2.4.1 Persamaan Bernoulli
Persamaan Bernoulli adalah sebagai berikut.
+ 2 + =
Bernoulli mengasumsikan hal-hal berikut
1. Aliran yang terjadi merupakan aliran seragam yaitu ketinggiannya tidak berubah selama jarak tertentu 2. Incompressible artinya air tidak berubah volumenya ketika ditekan. 3. Steady artinya aliran yang terjadi tidak berubah ketinggianna selama selang waktu tertentu.
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
83
Kelompok 17
2.4.2 Bangku Hidraulik
Bangku hidraulik adalah alat yang digunakan sebagai suplai air sekaligus untuk menghitung debit air yang melalui suatu alat percobaan. Diagram bangku hidraulik ini dapat dilihat pada gambar
Gambar 2.5 Diagram Kerja Bangku Hidraulik
Air disuplai melalui selang penghubung menuju katup B. Suplai air diatur dengan mengatur bukaan katup B. Air kemudian masuk ke dalam alat percobaan dan kemudian keluar melalui corong H dan terus ke pipa G. Air tersebut masuk ke dalam bak penimbang air E. Bak penampung ini ditahan dengan bak penimbang. Pada ujung balok lainnya terdapat pemberat yang digantung. Pada saat bak penampung kosong, maka berat bak dikali lengan beban pemberat dikali lengan beban pemberat. Dengan prinsip keseimbangan momen, maka didapat rumus untuk menghitung debit air, yaitu:
= 3
Dengan: Q
: debit air
W
: berat air yang dikumpulkan
ρ
: massa jenis air
t
: interval waktu kesetimbangan beban
Rumus tersebut dapat diperoleh dari persamaan berikut: LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
84
Kelompok 17
= = = 0 =3 3= .......... (1)
Dimana V adalah volume air,
Massa air didapat dari prinsip kesetimbangan momen pada bangku hidraulik:
.......... (2)
Substitusi persamaan (2) ke persamaan (1):
= 3
2.4.3 Besar gaya piringan (Gaya Perhitungan)
Saat air keluar noozle maka air memiliki kecepatan yang bisa kita sebut V. Untuk mencari kecepatan V tersebut kita dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
= ⁄ 1 + +0 = = 1 + + 2 = 2 + 2 = 2
Maka berdasarkan Hukum Kekekalan Energi berlaku :
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
85
Kelompok 17
Dengan : EK
: Energi kinetik
EP
: Energi potensial
Vo
: Kecepatan ketika menumbuk piringan
V1
: Kecepatan
g
: Percepatan gravitasi
pada saat meninggalkan piringan
Pada saat menumbuk piringan pancaran air membelok terhadap sumbu vertikal (membentuk sudut terhadap arah vertikal). Besar sudut yang dibentuk besarnya tergantung pada jenis piringan yang dipakai. Kecepatan air berubah menjadi v1 cos β. Jika dianggap bahwa dalam hal ini berlaku hukum kontinuitas, maka :
= t et ap ∆ ==∆ ∆∆== 1 == 11∆ = =1 90 = =12 180
Tumbukan fluida pada piringan :
Untuk piringan datar (β=90o) diperoleh :
Untuk piringan cekung (β=180 o) diperoleh :
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
86
Kelompok 17
2.4.4 Besar gaya yang menumbuk piringan (Gaya Pengukuran)
Data-data yang terdapat di alat yaitu : Diameter nozzle
: 10mm
Luas Penampang nozzle
: 78.5 mm 2
Massa beban pemberat
: 0.610 kg
Jarak as piringan ke engsel ruas : 0.1525 m
Sehingga dapat diilustrasikan gambar jet impact sebelum ada air yang menumbuk piringan adalah sebagai berikut :
ΣK X+m =g0L = 0
Dari gambar dapat kita hitung momen di titik A:
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
87
Kelompok 17
Kondisi kedua yaitu saat air sudah menumbuk piringan dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Air
Σ = 0 + + = 0
Kita tinjau momen di titik A :
Karena kedua kodisi tersebut (sebelum terkena tumbukan air dan sesudah terkena tumbukan air) menghasilkan keadaan yang setimbang. Maka :
Σ + = Σ = + + = = 0.06.110.525. = Dengan : K
: Gaya Pegas
F
: Gaya yang terjadi
L
: jarak antara sendi dan piringan
g
: percepatan gravitasi (9.8 m/s2)
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
88
Kelompok 17
2.4.5 Menentukan efisiensi pengukuran
Efisiensi adalah perbandingan antar besar gaya yang didapatkan dari pengukuran
dengan
besar
gaya
yang
didapatkan
secara
perhitungan,
perumusannya adalah sebagai berikut:
= =
2.5
Prosedur Percobaan
1. Kedudukan jet impact diatur agar pancaran tegak lurus terhadap bidang datar permukaan. 2. Piringan dipasang pada jet impact. 3. Neraca pengukur gaya dikalibrasikan dengan membuat lengan neraca dalam keadaaan mendatar. 4. Pompa dihidupkan 5. Posisi beban pemberat diatur hingga neraca seimbang kembali. 6. Kemudian simpangan pemberat terhadap posisi semula (y) dicatat. 7. Debit air diukur berdasarkan bangku hidraulik. 8. Percobaan yang sama seperti diatas dilakukan untuk 10 macam posisi pemberat (y) 9. Piringan cekung diganti dengan piringan datar dengan cara yang sama percobaan diatas diulangi kembali.
2.6 Contoh Perhitungan dan Pengolahan Data 2.6.1 Menghitung Debit Air
Untuk menghitung debit air diperlukan data berikut Beban bangku hidrolik
= 2.5 kg
Waktu
= 32.69 s
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
89
Kelompok 17
= 1000 kg/m3
Massa jenis air
= 3 = 10 3023.52.69 = 0.000229 /
Maka debit dapat dihitung dengan menggunakan prinsip bangku hidrolik
2.6.2 Menghitung Kecepatan Air
Kecepatan air yang keluar nozzle
Diketahui data sebagai berikut. Debit
= 0.000229 m 3/s
Luas Penampang Nozzle
= 0.0000785 m 2
= = 00.0.0 0027895 = 2.90 /
Maka kecepatan air pada nozzle dapat dihitung dengan persamaan :
Kecepatan air yang menumbuk piringan Diketahui : Kecepatan air dari nozzle
= 2.90 m/s
Percepatan gravitasi
= 9.81 m/s2
Jarak nozzle ke piringan
= 0.037 m
Maka kecepatan air yang menumbuk nozzle dapat dihitung dengan persamaan:
=√ 2∆ℎ
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
90
Kelompok 17
2.6.3 Menghitung F
= √ 2.90 29.810.037 = 2.7957
Menghitung F ukur Diketahui: Simpangan neraca
= 0.013 m
Percepatan gravitasi
= 9.81 m/s2
Maka gaya pengukuran dapat dihitung melalui persamaan :
= 4 = 49.810.013 = 0.5101
Menghitung F hitung Piringan Datar Diketahui data sebagai berikut. Massa jenis air
= 1000 kg/m3
Debit
= 0.000229 m 3/s
Vtumbukan
= 2.7957 m/s
Maka gaya perhitungan dapat dihitung dengan persamaan :
ℎ = ℎ = 10000.0002292.7957 = 0.6414
Menghitung F hitung Piringan Cekung Diketahui data sebagai berikut Massa jenis air
= 1000 kg/m3
Debit
= 0.000173 m 3/s
Vtumbukan
= 2.0831 m/s
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
91
Kelompok 17
Maka gaya perhitungan dapat dihitung dengan persamaan :
ℎ = 2 ℎ = 210000.0001731.0831 = 0.7069
2.6.4 Menghitung Efisiensi
Diketahui data sebagai berikut Fhitung = 0.6414 N Fukur
= 0.5101 N
Maka efisiensi dapat dihitung dengan persamaan :
= FFhuitkuunrg x10 % = 00..65411041x100% = 79.53%
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
92
Kelompok 17
2.6.5 Pengolahan data Tabel 2.1 Pengolahan Data Piringan Datar
Pengukuran Debit No. Waktu T Perco (detik) baan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berat W (kg)
32.69 26.32 25.24 22.74 20.32 18.74 16.95 16.02 15.22 14.63
2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
Debit (L/s)
Pergeser an Beban Y (mm)
0.000229 0.000285 0.000297 0.00033 0.000369 0.0004 0.000442 0.000468 0.000493 0.000513
13 23 28 34 42 50 60 65 70 70
Pengukuran Kecepatan Kecepata Kecepatan n F hi tung ( N) F ukur(N) nozzle V menumb (m/s) uk Vo (m/s) 2.9226 2.7957 0.6414 0.5101 3.6300 3.5286 1.0055 0.9025 3.7853 3.6882 1.0959 1.0987 4.2015 4.1142 1.3569 1.3342 4.7018 4.6240 1.7067 1.6481 5.0983 5.0266 2.0117 1.9620 5.6367 5.5719 2.4654 2.3544 5.9639 5.9027 2.7634 2.5506 6.2774 6.2193 3.0647 2.7468 6.5305 6.4747 3.3192 2.7468
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN
Ef isi ensi
W
79.53% 89.76% 100.25% 98.32% 96.57% 97.53% 95.50% 92.30% 89.63% 82.75%
0.229428 0.284954 0.297147 0.329815 0.369094 0.400213 0.442478 0.468165 0.492773 0.512645
93
HIDRAULIKA
Kelompok 17
Tabel 2.2 Pengolahan Data Piringan Cekung
Pe ngukuran De bi t No. Waktu T Percobaa (detik) n
Berat W (kg)
Debit (L/s)
1
43.25
2.5 0.000173
2 3 4 5 6 7 8 9 10
22.01 18.42 27.3 21.96 20.23 18.58 18.47 16.23 16.25
2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
0.000341 0.000407 0.000275 0.000342 0.000371 0.000404 0.000406 0.000462 0.000462
Pe ngukuran Kece patan Pergeser Kecepatan Kecepatan an Beban nozzle V menumbu Y (mm) (m/s) k Vo (m/s)
(N)
F ukur(N)
Efisiensi
W
23
2.2090
2.0381
0.7069
0.9025
127.68%
0.17341
75 187 33 51 90 116 108 130 142
4.3408 5.1868 3.4997 4.3507 4.7228 5.1422 5.1728 5.8867 5.8795
4.2564 5.1164 3.3944 4.2665 4.6453 5.0711 5.1021 5.8247 5.8174
2.9008 4.1664 1.8650 2.9142 3.4443 4.0940 4.1436 5.3833 5.3699
2.9430 7.3379 1.2949 2.0012 3.5316 4.5518 4.2379 5.1012 5.5721
101.46% 176.12% 69.43% 68.67% 102.53% 111.18% 102.28% 94.76% 103.76%
0.340754 0.407166 0.274725 0.34153 0.370737 0.40366 0.406064 0.462107 0.461538
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
F hitung
94
Kelompok 17
Tabel 2.2 Pengolahan Data Piringan Cekung
Pe ngukuran De bi t No. Waktu T Percobaa (detik) n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berat W (kg)
43.25 22.01 18.42 27.3 21.96 20.23 18.58 18.47 16.23 16.25
2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
Pe ngukuran Kece patan Pergeser Kecepatan Kecepatan an Beban nozzle V menumbu Y (mm) (m/s) k Vo (m/s)
Debit (L/s)
0.000173 0.000341 0.000407 0.000275 0.000342 0.000371 0.000404 0.000406 0.000462 0.000462
23 75 187 33 51 90 116 108 130 142
2.2090 4.3408 5.1868 3.4997 4.3507 4.7228 5.1422 5.1728 5.8867 5.8795
F hitung
2.0381 4.2564 5.1164 3.3944 4.2665 4.6453 5.0711 5.1021 5.8247 5.8174
(N)
0.7069 2.9008 4.1664 1.8650 2.9142 3.4443 4.0940 4.1436 5.3833 5.3699
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN
F ukur(N)
Efisiensi
0.9025 2.9430 7.3379 1.2949 2.0012 3.5316 4.5518 4.2379 5.1012 5.5721
127.68% 101.46% 176.12% 69.43% 68.67% 102.53% 111.18% 102.28% 94.76% 103.76%
W
0.17341 0.340754 0.407166 0.274725 0.34153 0.370737 0.40366 0.406064 0.462107 0.461538
94
HIDRAULIKA
Kelompok 17
2.7 Analisis Data 2.7.1 Grafik Fukur vs Fhitung
Grafik Fukur vs Fhitung 8.0000 Grafik Fukur vs Fhitung Piringan Datar
7.0000 6.0000 y = 1.0838x
g 5.0000 n u t i 4.0000 h F 3.0000
Grafik Fukur vs Fhitung Piringan Cekung Fukur vs Fhitung Ideal
y = 0.9089x
2.0000
Linear (Grafik Fukur vs Fhitung Piringan Datar)
1.0000 0.0000 0.0000
2.0000
4.0000
Fhitung
6.0000
8.0000
Linear (Grafik Fukur vs Fhitung Piringan Cekung)
Grafik 2.1 Grafik hubungan antara F ukur dan Fhitung
Grafik di atas berguna untuk menunjukan keidealan F yang terukur dengan F
Kelompok 17
2.7 Analisis Data 2.7.1 Grafik Fukur vs Fhitung
Grafik Fukur vs Fhitung 8.0000 Grafik Fukur vs Fhitung Piringan Datar
7.0000 6.0000 y = 1.0838x
g 5.0000 n u t 4.0000 i h F 3.0000
Grafik Fukur vs Fhitung Piringan Cekung Fukur vs Fhitung Ideal
y = 0.9089x
2.0000
Linear (Grafik Fukur vs Fhitung Piringan Datar)
1.0000 0.0000 0.0000
2.0000
4.0000
6.0000
8.0000
Fhitung
Linear (Grafik Fukur vs Fhitung Piringan Cekung)
Grafik 2.1 Grafik hubungan antara F ukur dan Fhitung
Grafik di atas berguna untuk menunjukan keidealan F yang terukur dengan F hitung pada piringan cekung. Yang disebut dengan keadaan ideal adalah keadaan dimana efisiensi sama dengan 100%, Pada kehidupan nyata sebenarnya tidaklah mungkin untuk mencapai keadaan ideal seperti ini. Berdasarkan data yang kami dapat terdapat beberapa data yang efisiensi melebihi 100%. Hal ini disebabkan oleh ketidakakuratan dalam penghitungan debit dengan menggunakan bangku hidraulik. Praktikan menemukan kesulitan dalam menentukan waktu awal penentuan beban mulai terangkat khususnya pada piringan cekung. Selain itu, air yang keluar dari nozzle tidak keluar secara stabil sehingga tentu mempengaruhi waktu jatuhnya air ke bangku hidraulik, hal ini terkhusus terjadi pada piringan cekung. Efisiensi merupakan gradien dari kurva. Efisiensi untuk piringan dan piringan cekung secara berturut-turut adalah 0.989 dan 1.0838. Dari grafik juga dapat dilihat bahwa F hitung dan F ukur berbanding lurus secara linier, ketika F hitung naik maka F yang terukur juga naik.
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
95
Kelompok 17
Dapat terlihat bahwa piringan cekung memiliki efisiensi yang lebih besar dari piringan datar, hal ini disebabkan karena energi yang hilang karena tumbukan dengan piringan cekung akan lebih kecil dari pada tumbukan dengan piringan datar.
2.7.2 Grafik Fukur vs W
Grafik Fukur vs W 8.0000 7.0000 6.0000
Grafik Fukur vs W Piringan Datar
5.0000
g n u t i 4.0000 h F
y = 10.733x
Grafik Fukur vs W Piringan Cekung
3.0000 2.0000
y = 4.8658x
Linear (Grafik Fukur vs W Piringan Datar) Linear (Grafik Fukur vs W Piringan Cekung)
1.0000 0.0000 0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
W
Grafik 2.2 Grafik hubungan antara F ukur dan W
Grafik diatas menunjukan bahwa semakin besar massa air keluar dari nozzle maka F yang dihasilkan juga semakin besar. Artinya massa air berbanding lurus dengan F yang didapat. Dapat dilihat bahwa grafik hubungan pada piringan cekung terlihat lebih tajam daripada piringan datar. Hal ini membuktikan bahwa F pada piringan cekung lebih besar daripada piringan datar dan sesuai dengan persamaan WVo < 2WVo
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
96
Kelompok 17
2.8 Kesimpulan dan Saran 2.8.1 Kesimpulan
1. Tumbukan yang terjadi pada piringan cekung akan membentuk sudut 180 sedangkan pada pada piringan datar akan membentuk sudut 90 .D 2. Dari percobaan didapat bahwa semakin besar debit yang keluar dari nozzle maka gaya yang menubruk piringan pun akan semakin besar dan energi yang dihasilkan akan semakin tinggi.
2.8.2 Saran
1. Perhitungan debit menggunakan bangku hidraulik lakukan dengan teliti. Teliti saat menggunakan stopwatch. 2. Saat mengubah debit jangan terlalu sedikit perbedaannya karena akan sulit melihat perbedaannya dan juga jangan terlalu jauh jaraknya supaya tidak terjadi ketidakakuratan data saat pembuatan grafik 3. Efisiensi piringan cekung lebih besar daripada efisi ensi piringan datar karena pada piringan cekung penggunaan energi lebih maksimal dan air menumbuk piringan lebih banyak disbanding piringan datar.
3.9
Referensi
Munson, B., Young, D., & Okiishi,T. 2002. Fundamentals of Fluid Mechanics. John Wiley & Sons, Inc. Streeter, Victor L. & Wylie, E. Benjamin. 2002. Mekanika Fluida. New York: Mc Graw Hill Inc. Syahril, B. K. 2010. Diktat Kuliah Mekanika Fluida. Bandung: Penerbit ITB.
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
97
Kelompok 17
MODUL III ALIRAN MELALUI VENTURIMETER 3.1.Pendahuluan
Venturimeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besarnya debit aliran yang terjadi. Debit dan kecepatan aliran perlu diketahui besarnya dalam melakukan penelitian fluida. Venturimeter menggunakan prinsip Bernoulli dan kontinuitas pada pipa tertutup. Melalui pengamatan pada venturimeter, dapat dibuktikan pula persamaan Bernoulli dan kontinuitas.
3.2. Tujuan
a. Menunjukkan pengaruh perubahan penampang terhadap tinggi garis hidraulik pada masing-masing manometer. b. Menentukan koefisien pengaliran pada alat venturimeter yang digunakan.
3.3. Alat-alat Percobaan dan Gambar Alat Percobaan
a. Alat venturimeter
Gambar 3.1 Venturimeter
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
98
Kelompok 17
b. Stopwatch
Gambar 3.2 Stopwatch
c. Bangku hidraulik
Gambar 3.3 Bangku Hidraulik
d. Beban counterweight pada bangku hidraulik
Gambar 3.4 Beban
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
99
Kelompok 17
3.4.Dasar Teori dan Penurunan Rumus
Dalam percobaan venturimeter, digunakan bangku hidraulik untuk mengukur debit yang terjadi. Air yang ditampung beratnya tergantung pada beban yang dipilih. Lalu saat terjadi kesetimbangan momen terjadi, diukur interval waktu terjadinya kesetimbangan beban itu.
=
Persamaan debit
Dengan
Q = debit air (m3/s)
W= berat air yang dikumpulkan (kg) = massa jenis air (kg/ m3)
t = interval waktu kesetimbangan beban (s)
= …1 = ⇔ = = 0 = ×33=… 3× = 3
Didapat dari persamaan
diketahui bahwa
....(2)
berat beban dapat diketahui dari kesetimbangan momen bangku hidraulik
Dengan mensubstitusi persamaan (3) dan (2) ke persamaan (1) didapat
Venturimeter menggunakan prinsip Bernoulli dan kontinuitas berdasar perbedaan luas penampng yang mengakibatkan perbedaan kecepatan. Perbedaan luas penampang dari diameter lebih besar ke kecil lalu menjadi besar lagi dilakukan seperlahan mungkin untuk menghindari terjadinta kehilangan tinggi
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
100
Kelompok 17
tekan akibat ekspansi atau kontraksi riba-tiba. Dengan pemasangan piezometer pada penampang yang berbeda, akan diketahui perbedaan ketinggian yang menggambarkan perbedaan tekanan air. Persamaan debit pada venturimeter adalah
= . . . + + 2∙ = + + 2∙ = + + 2∙ ….1 = ∙ ∙= …. ∙ 2 = 2 = 2 = [12 ]
Persamaan ini berdasarkan Hukum Bernoulli
Serta persamaan kontinuitas
Substitusi persamaan (2) ke persamaan (1)
−
merupakan beda tekanan pipa 1 dan 2 pada venturimeter. Saat
venturimeter dalam posisi horizontal, perbedaan ini menunjukkan perbedaan
2ℎ ℎ = 1 = 21ℎ ℎ
tinggi yaitu h1 dan h2. Sehingga persamaannya menjadi
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
101
Kelompok 17
= ∙ = ∙
Persamaan dasar debit yang melalui venturimeter adalah terjadi di pipa 2 maka persamaannya menjadi
jika
Namun pada
kenyataannya venturimeter memiliki suatu koefisien pengaliran yang berpengaruh
= ∙ ∙ = .. 2.1ℎ ℎ
pada besarnya debit. Persamaannya menjadi
3.5. Prosedur Percobaan
1. Memastikan bangku hidraulik dalam keadaan mati dan air pada bak kecil sudah dibuang. 2. Mengalibrasikan tinggi piezometer sesuai dengan skalanya dengan cara menekan katup udara di atas piezometer perlahan-lahan sampai ketinggian setiap piezometer sama dan berada dalam skala pengamatan. Jika tinggi air di piezometer sudah lebih rendah dari skala pengamatan, menyalakan bangku hidraulik sebentar dan bukalah kran suplai air perlahan-lahan sampai air naik. Setelah air berada pada ketinggian yang tepat, mematikan lagi bangku hidraulik. 3. Mulai menyalakan bangku hidraulik, membuka kran suplai air perlahan-lahan dan sedikit demi sedikit serta kran kontrol aliran seluruhnya sampai mendapat debit yang dialirkan menghasilkan selisih ketinggian maksimum dari masingmasing piezometernya tetapi di dalam skala pengamatan. 4. Mengamati perbedaan ketinggian yang terjadi dan mencatat ketinggian air pada tiap piezometer. Kemudian, menghitung perbedaan ketinggian piezometer h1 dan h2, di mana h1 = tinggi skala piezometer di titik A dan h2 = tinggi skala piezometer di titik D seperti pada gambar.
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
102
Kelompok 17
5. Bersamaan dengan proses pengamatan, memperhatikan kondisi bangku hidraulik. Jika tempat pemasangan beban mulai terangkat, memasang beban dan mulai pengukuran waktu dengan cara menekan stopwatch. Setelah tempat pemasangan beban yang sudah dipasang beban mulai terangkat lagi, mematikan stopwatch. Waktu tersebut akan menjadi acuan perhitungan debit. 6. Setelah data didapat, menutup kran kontrol aliran dan mematikan bangku hidrolik. Dapat dilihat bahwa ketinggian piezometer akan kembali sejajar. 7. Memutar kembali kran suplai air secara perlahan untuk mendapatkan debit yang lebih kecil dari debit sebelumnya dan menyalakan kembali bangku hidraulik. 8. Mengulangi langkah 4 – 7 hingga didapat data untuk delapan debit yang berbeda, dengan syarat besar debit harus masih dapat memberikan perbedaan ketinggian yang tampak jelas pada tiap piezometer (debit tidak terla lu kecil). 9. Setelah data selesai diambil, mencatat juga nilai koefisien pengaliran (c) pada alat venturimeter tersebut yang tertera pada bagian belakang alat.
3.6.Contoh Perhitungan
W=2,5 kg air =1000 kg/m 3
Data alat
A1= 2,6 cm
A2= 1,6 cm
Persamaan debit berdasar prinsip bangku hidrolis
= 3 = = ,, = 1,4651 ×10− = 146,51 Contoh perhitungan dari percobaan pertama
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
103
Kelompok 17
Persamaan debit pada venturimeter
= .. 2.1ℎ ℎ = 21ℎ ℎ = 1,6 29181146,5311,560, 8 = 0,99167 2,
Contoh perhitungan dari data percobaan pertama
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
104
Kelompok 17
3.7.Tabel Perhitungan Tabel 3.1 Ketinggian Air pada tabung 1
Pengukuran Waktu untuk No De bit Bangku Percobaan A (h1) Hidraulik (detik) 1
51.191
3.5
Ketinggian Air pada tabung (cm) 3
B
C D (h2) E
F
G
H
c
2.7
0.00014651
146.510129
0.9916709
8.4
0.000177725
177.725118
0.9883269
0 .00020948
209.479653
0.9934415
10
0.000231603
231.603002
0.9533768
9.8
0.000231818
L
2.6 8.3
2.4
0.8
0.9
1.6
2.1 2.4
2.5
6.8
7.5 7.9
8.1
12
13
13
8.4
9
10
9.8
2
42.2
9.4
9.1
7.8
5.4
5.6
3
35.803
14.6
14.2
12
9.1
9.3 11.2
4
32.383
11.5
10.9
8.2
4.2
5
5
32.353
11.3
10.8
8.4
4.3
4.6
7
8.1 8.9
9.3
9.6
6
29.525
11.9
11.3
8.6
4.1
4.5
7.1
8.3 9.1
9.6
10
7
27.992
15.3
14.9
12
7.3
7.7 10.3
11
12
13
8
27.359
18.5
17.6
14
6.7
7.5 11.5
13
15
15
7.4
Q (cm /s)
K
3.3
13.3 13.4
10.2 0.000254022
13.3 13.5 0.000267934 16
3
Q (m /s)
J
16.3 0.000274133
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN
231.81776
0.9744947
254.022015
1.0115931
267.933695
1.0535718
274.132826
0.8875684
105
HIDRAULIKA
Kelompok 17
3.8.Grafik dan Analisa
Grafik 3.1 Q vs C 300 250 ) 200 s / 3 m150 c ( Q100
Grafik 3.1 Q vs C
50 0 0.8 0.9 1 1.1 C
Grafik 3.1 Q vs C 1
Grafik 3.1 dibuat untuk menunjukkan hubungan antara debit (Q) dan C. Titik-titik pada grafik hampir membentuk sebuah garis lurus. Meskipun pada debit yang berbeda terdapat sedikit perubahan c. Hal ini menunjukkan bahwa c konstan terhadap debit (Q) yang terjadi. Walaupun begitu, c yang didapat dari percobaan berbeda dengan c yang tertera pada alat venturimeter. Koefisien pengaliran yang
Kelompok 17
3.8.Grafik dan Analisa
Grafik 3.1 Q vs C 300 250 ) 200 s / 3 m150 c ( Q100
Grafik 3.1 Q vs C
50 0 0.8 0.9 1 1.1 C
Grafik 3.1 Q vs C 1
Grafik 3.1 dibuat untuk menunjukkan hubungan antara debit (Q) dan C. Titik-titik pada grafik hampir membentuk sebuah garis lurus. Meskipun pada debit yang berbeda terdapat sedikit perubahan c. Hal ini menunjukkan bahwa c konstan terhadap debit (Q) yang terjadi. Walaupun begitu, c yang didapat dari percobaan berbeda dengan c yang tertera pada alat venturimeter. Koefisien pengaliran yang didapat dari percobaan pada venturimeter yang digunakan berkisar antara 0,9533 dan 1,053 dan rata-ratanya adalah 0,9817. Sedangkan C yang tertera di alat sebesar 0,94. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, antara lain gravitasi. Besaran gravitasi yang digunakan dalam perhitungan adalah 981 cm2/s, sedangkan besarnya gravitasi di setiap tempat berbeda termasuk di laboratorium mekanika fluida ITB. Selain itu, ketidakakuratan perhitungan waktu untuk debit bangku hidrolik juga memengaruhi perbedaan besarnya c. Karena stopwatch yang digunakan hanya satu dan selang waktu itu sangat berpengaruh pada debit maka c pun akan terpengaruh. Pembacaan tinggi air pada piezometer yang kurang akurat juga berpengaruh pada besar c.
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
106
Kelompok 17
Grafik 3.2 Tinggi Bacaan Piezometer 20
Percobaan 1
) m15 c ( n a i 10 g g n i t e 5 K
Percobaan 2 Percobaan 3 Percobaan 4 Percobaan 5 Percobaan 6
0 A (h1)
B
C
D (h2)
E
F
G
H
J
K
L
Nama Piezometer
Percobaan 7 Percobaan 8
Grafik 3.2 Tinggi Bacaan Piezometer 1
Grafik tinggi bacaan piezometer menunjukkan hubungan perubahan diameter terhadap ketinggian air. Hubungan antara ketinggian air pada bacaan piezometer dengan diameter venturimeter adalah berbanding lurus. Semakin besar diameter tiap bagian pada venturimeter bertambah pula tinggi air pada piezometer. Jika air yang melalui bagian venturimeter yang memiliki diameter lebih kecil maka kecepatan air akan meningkat. Dengan meningkatnya kecepatan air, maka tekanannya akan berkurang. Tekanan menurun maka ketinggian air juga akan menurun.
3.9. Kesimpulan
1. Pengaruh perubahan penampang pada tinggi garis hidraulik adalah berbanding
lurus.
Diameter
penampang
yang
mengecil
akan
menurunkan tinggi garis hidraulik. 2.
Koefisien pengaliran pada venturimeter yang digunakan berkisar antara 0,9533 dan 1,053 dan rata-ratanya adalah 0,9817.
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
107
Kelompok 17
3.10. Saran
1. Pengukuran waktu menggunakan dua stopwatch agar waktu yang diperoleh untuk menghitung debit lebih akurat. 2.
Mengeluarkan udara yang terperangkap di piezometer terlebih dahulu sebelum melakukan pengukuran.
3.11. Referensi
Streeter, Victor L., E. Benjamin Wylie. Fluid Mechanics. 1985. Mc Graw Hill. Panduan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidrolika www.cs.cdu.edu.au, diakses pada tanggal 20 September 2013
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
108
Kelompok 17
MODUL IV OSBORNE REYNOLDS 4.1 Pendahuluan
Percobaan Osborne Reynold adalah percobaan untuk mengamati sifat aliran pada saluran tertutup, yaitu laminar, baik secara visual maupun secara teoritis. Secara visual, percobaan dilakukan dengan mengamati gerak zat warna dalam aliran pipa lurus yang akan menunjukan pola aliran tersebut. Zat yang dipakai adalah tinta. Jika tinta tersebut bergerak secara teratur dan mempunyai garis edar yang sejajar dan bergerak berlapis-lapis, maka aliran tersebut adalah laminar. Jika tinta bergerak menyebar tidak menentu maka aliran tersebut adalah turbulen. Apabila terjadi perpindahan kondisi dari aliran laminar dan aliran turbulen, maka aliran tersebut adalah aliran transisi.
Gambar 4.1 Alat Osborne Reynolds
Data yang diperoleh dari percobaan ini digunakan untuk menghitung bilangan reynold dapat diklasifikasikan sifat-sifat aliran tersebut secara teoritis, kemudian dibandingkan dengan hasil pengamatan visual.
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
109
Kelompok 17
4.2 Tujuan
Tujuan percobaan ini adalah: 1.
Mengamati dan mengklasifikasi sifat aliran secara visual berdasarkan pola gerak zat warna tinta dalam aliran.
2.
Menghitung dan mengklasifikasi sifat aliran secara teoritis berdasarkan bilangan reynolds.
3.
Membandingkan apakah terdapat kesesuaian antara pengamatan visual dengan pengamatan perhitungan (teoritis).
4.3 Alat-alat Percobaan dan Gambar Alat Percobaan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah: a. Seperangkat alat Osborne Reynolds
Gambar 4.2 Alat Osborne Reynolds
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
110
Kelompok 17
b. Termometer
Gambar 4.3 Termometer
c. Gelas Ukur
Gambar 4.4 Gelas Ukur
d. Pengukur waktu (stopwatch)
Gambar 4.5 Stopwatch
4.4 Dasar Teori 4.4.1 Debit
Debit menentukan banyaknya fluida yang mengalir tiap waktunya. Untuk mencari debit kita dapat menghitungnya dengan cara membagi volume per waktu yang dapat dirumuskan menjadi :
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
=
111
Kelompok 17
Dimana : Q = Debit aliran (m 3/s) V = Volume air (m 3) t= Waktu yang diperlukan air untuk mengisi suatu volume (s) Kecepatan aliran tidak dapat memberi tahu tentang banyaknya fluida yang mengalir melewati suatu penampang. Banyaknya fluida tersebut bisa dinyatakan dengan volume/berat massa fluida persatuan waktu. Untuk kecepatan kita dapat
= .
menggunakan prinsip kontinuitas,yaitu :
Dimana : Q = Debit (m 3/s)
A = Luas penampang tegak lurus aliran (m 2) v = Kecepatan Aliran (m/s)
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
112
Kelompok 17
4.4.2 Viskositas Tabel 4.1 Sifat-sifat Fisika Air dalam Satuan SI
Kerapatan
Viskositas
(kg/m3)
x103 (N.s/m2)
999,9 1000,0 999,7 999,1 998,2 997,1 995,7 994,1 992,2 990,2 988,1 985,7 983,2 980,6 977,8 974,9 971,8 968,6 965,3 961,9 958,4
1,792 1,519 1,308 1,140 1,005 0,894 0,801 0,723 0,656 0,599 0,549 0,506 0,469 0,436 0,406 0,380 0,357 0,336 0,317 0,299 0,284
Suhu (oC)
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100
Viskositas kinematik vx106 (m2/s)
1,792 1,519 1,308 1,141 1,007 0,897 0,804 0,727 0,661 0,605 0,556 0,513 0,477 0,444 0,415 0,390 0,367 0,347 0,328 0,311 0,296
Tabel 4.1 menunjukan secara lebih terperinci bagaimana viskositas bervariasi dari fluida yang satu ke fluida yang lain dan Bagaimana viskositas bervariasi menurut temperature untuk suatu jenis fluida tertentu. Dapat dicatat dari tabel diatas bahwa viskositas zat cair berkurang dengan kenaikan temperatur.
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
113
Kelompok 17
4.4.3 Bilangan Reynolds
Menurut Reynolds, tipe aliran dibagi menjadi 3 jenis yaitu aliran laminar, transisi, dan turbulen. Definisi dari masing-masing aliran tersebut adalah : Aliran laminar adalah aliran yang bergerak secara teratur dan lapisan-
lapisannya dalam aliran tersebut tidak bertabrakan satu sama lain. Aliran transisi adalah aliran peralihan antara aliran laminar dan turbulen. Aliran turbulen adalah aliran yang gerakannya teratur dan lapisan-lapisannya
bertabrakan satu sama lain. Untuk membedakan ketiga jenis aliran tersebut, pengamatan secara visual tidak cukup dan hasilnya sangat bergantung terhadap pengamat. Agar hasil pengamatan menjadi objektif, dibuatlah suatu parameter yang disebut bilangan reynolds. Jadi, bilangan reynolds adalah bilangan tak berdimensi yang menunjukan perbandingan antara gaya inersia dengan gaya yang timbul akibat viskositas aliran dan nilai ini dapat dipakai untuk menentukan jenis aliran.
= ..
Rumus dari bilangan Reynolds adalah :
Dimana:
Re : Bilangan reynolds : massa jenis (kg/m3) : kecepatan aliran (m/s) : diameter pipa (m) : Viskositas dinamik (kg/(m.s))
Karena adalah v maka rumus bilangan Reynold bisa juga ditulis sebagai berikut :
Dimana: Re
= .
: Bilangan reynolds
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
114
Kelompok 17
: kecepatan aliran (m/s)
Berikut ini adalah tipe aliran bila ditinjau dari bilangan Reynolds-nya :
Laminar bila R < 2000
Peralihan bila 2000< R < 4000
Turbulen bila R > 4000
Friksi atau faktor gesekan yang terjadi akibat tipe aliran fluida dapat diketahui dengan menggunakan rumus Blasius adalah :
Untuk aliran laminar
Untuk aliran turbulen
Untuk aliran peralihan
= 64 = 0,3,16
Dilakukan dengan cara interpolasi data, meregresikan f dan Re dari aliran laminar dan turbulen.
Penurunan rumus: Bilangan Reynolds adalah perbandingan gaya inersia terhadap gaya viskositas yang bekerja pada suatu cairan.
= . = .. = . .
Gaya Inersia (Fi ) = massa x percepatan
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
115
Kelompok 17
= . .
...... (1)
Dengan : V= kecepatan aliran (m/s) L= dimensi panjang (m) = kerapatan massa (kg/m3)
Gaya gesek (Ff ) = gesekan x luas
= .
dengan : = kekentalan dinamis (kg/(m.s))
dV = gradien kecepatan dy V= kecepatan setempat (m/s) Bila kecepatan sama maka
dV
= . = . = . . = . . . . = . .
dx
0
atau V konstan, sehingga :
......... (2)
Bandingkan persamaan (1) dengan persamaan (2) maka menjadi :
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
116
Kelompok 17
= . = . 4.4.4 Faktor Gesekan
Untuk mencari faktor gesekan untuk setiap jenis aliran dan bilangan Reynolds-nya,dapat menggunakan diagram Moody,sebagai berikut:
Gambar 4.6 Diagram Moody
Cara membaca diagram Moody untuk mendapatkan nilai (f) faktor gesekan adalah dengan menarik garis tegak lurus pada sumbu y (mendatar) di nilai bilangan Reynoldsnya,lalu tarik garis mendatar dan lihat sumbu x sebelah kiri untuk mendapatkan nilai (f) faktor gesekannya. Grafik ini bertujuan untuk menghitung Re aliran pada keadaan transisi. Dengan melihat diagram ini kita bisa menentukan bahwa Re aliran peralihan menggunakan rumus turbulen.
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
117
Kelompok 17
4.5 Prosedur Percobaan
1. Suhu air yang digunakan dalam percobaan diukur terlebih dahulu. Suhu air perlu diketahui karena nilai viskositas bergantung dari suhunya dan nilai viskositas ini sangat diperlukan untuk mencari bilangan Reynolds. 2. Debit aliran diatur dan aliran tinta pada alat Osborne Reynolds diamati. Bila bentuk aliran yang keluar teratur maka aliran tersebut adalah aliran laminar.Bila
bentuk
aliranya
tidak
teratur
maka
aliran
tersebut
diklasifikasikan sebagai aliran turbulen. Bila bentuk alirannya ada di antara 2 kondisi tersebut, aliran terkadang bergerak lurus te rkadang berbelok, maka aliran tersebut digolongkan sebagai aliran transisi. 3. Volume air yang keluar ke gelas ukur dicatat dalam durasi waktu tertentu. Hasil pembagian antara volume dengan durasinya adalah nilai debit (dalam satuan m3/s), untuk masing-masing jenis aliran, ubah volume ai r yang keluar sebanyak 3 kali dan rata-ratakan nilai debit tersebut. 4. Viskositas kinematik ditentukan dengan cara melihat dari tabel 4.1. 5. Percobaan dilakukan sebanyak 10 kali dengan frekuensi pengambilan data untuk masing-masing jenis aliran adalah laminar 4 kali, transisi 2 kali dan turbulen 4 kali.
4.6 Contoh Perhitungan
Menghitung debit dengan cara memasukan volume dan waktu ke dalam rumus :
=
Contoh : Diperoleh data dari hasil pengamatan 1 t = 15,7 s dan V = 500 ml Untuk mencari debit pertama-tama ubah volume dari ml ke l dengan cara membagi 500 dengan 1000 sehingga didapat 0,5 l baru dimasukan ke dalam rumus :
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
118
Kelompok 17
= 0,5 = 0,=03184715,7 /
Pada percobaan pertama dilakukan pengambilan data 3 kali untuk satu jenis aliran. Sehingga didapatkan 3 debit. Rata-ratakanlah.
Tabel 4.2 Tabel Perhitungan Debit untuk satu aliran
Pengukuran Debit Waktu t (detik)
Volume V (ml)
Debit Q (l/dt)
15.7
500
0.0318471
16.01
500
0.0312305
16.27
500
0.0307314
Harga Rerata:
0.0312697
Selanjutnya menghitung kecepatan aliran dengan memasukan nilai debit
= . = . = = 0,0 140312697 = 0,140 00,301132697
dan luas penampang dari pipa ke dalam persamaan rumus :
Dengan diameter pipa 13 mm dikonversi menjadi 0.013 m.
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
119
Kelompok 17
= 0.24 /
Mencari viskositas air dari temperature air. Temperature air disamakan dengan temperature ruangan yaitu 230C. besarnya dapat kita tentukan dari tabel berikut ini
Tabel 4.3 Sifat-sifat Fisika Air dalam Satuan SI Kerapatan
Viskositas
Suhu (oC) (kg/m )
x103 (N.s/m2)
999,9 1000,0 999,7 999,1 998,2 997,1 995,7 994,1 992,2 990,2 988,1 985,7 983,2 980,6 977,8 974,9 971,8 968,6 965,3 961,9 958,4
1,792 1,519 1,308 1,140 1,005 0,894 0,801 0,723 0,656 0,599 0,549 0,506 0,469 0,436 0,406 0,380 0,357 0,336 0,317 0,299 0,284
3
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Viskositas kinematik vx106 (m2/s)
1,792 1,519 1,308 1,141 1,007 0,897 0,804 0,727 0,661 0,605 0,556 0,513 0,477 0,444 0,415 0,390 0,367 0,347 0,328 0,311 0,296
120
Kelompok 17
Karena di tabel diatas tidak menunjukan viskositas air pada suhu 29 O maka dilakukan interpolasi data :
− − 2520 0 , 8 9 7 x 1 0 1, 0 7 x 10 2320 = 1,0 7 x 10−
Maka didapat viskositas kinematik = 0.941 x 10-6 m2/s
Lalu menghitung bilangan Reynolds dengan cara memasukan data yang ada ke persamaan :
= . = 0.0.94214.x0.10013− = 3314,725 3 14,725
Bandingkan hasil pengamatan dengan hasil perhitungan. Dari hasil pengamatan data pertama yang diambil adalah aliran peralihan. Saat dihitung bilangan reynold didapat
. Maka dapat disimpulkan
dari hasil teori pun diperoleh hasil peralihan.
Menghitung nilai gesekan menggunakan rumus Blasius atau table moody. Bila aliran adalah aliran peralihan maka gunakan rumus f untuk
= 00,,3311,66 = 3=14,725,
turbulen yang bisa digunakan untuk aliran peralihan.
0,0416
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
121
Kelompok 17
Kemudian dibuat grafik dari data yang telah ada. Grafik yang harus dibuat adalah grafik f vs Re dan Log f vs log Re.
Tabel 4.4 Tabel data dan perhitungan hasil percobaan Pengukuran Debit No. Percobaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Waktu t (detik)
Volume V (ml)
15,7 16,01 16,27 Harga Rerata: 24,311
500 500 500
23,346 24,607 Harga Rerata: 12,573 12,057 11,708 Harga Rerata: 6,936 6,678 6,766
500 500
Harga Rerata: 13,269 4,675 5,254 Harga Rerata: 11,941 15,76 14,309 Harga Rerata: 15,613 15,117 15,239 Harga Rerata: 38,177 32,812 46,74 Harga Rerata: 59,417 54,415 49,6 Harga Rerata: 104,218 97,399 79,83 Harga Rerata:
500
500 500 500 500 500 500
Debit Q (l/dt)
3314,724931 3250,54225 3198,597506 3254,621562 2140,643389
0,0214169 0,16135445 0,0203194 0,15308574 0,0207677 0,15646328 0,0397678 0,29960876 0,0414697 0,31243103 0,0427058 0,32174418 0,0413144 0,31126132 0,0720877 0,54310567 0,0748727 0,56408819 0,0738989 0,55675154 0,0736198 0,55464846
2229,126249 2114,893381 2161,55434 4139,122041 4 316,26287 4444,924959 4300,10329 7503,053838 7792,929233 7691,572778
200 200 200
0,016749 0,0126904 0,0139772 0,0144722 0,0064049
100 100 100 100 100 100 100 100 100
Bilangan Reynolds
0,23993509 0,23528925 0,23152925 0,23558453 0,0205668 0,15494965
0,0376818 0,0427807 0,0380662 0,0395096
100 100
v (m/dt)
0,0318471 0,0312305 0,0307314 0,0312697
500 200 200
100
Kecepatan Aliran
0,28389335 0,32230853 0,28678956 0,29766381 0,12618645 0,09560865 0,10530382 0,10903297 0,04825441
0,0066151 0,04983768 0,0065621 0,04943869 0,0065274 0,04917693 0,0026194 0,0197343 0,0030477 0,022961 0,0021395 0,01611887 0,0026022 0,01960472 0,001683 0,01267981 0,0018377 0,01384538 0,0020161 0,01518944 0,0018456 0,01390487 0,0009595 0,0010267 0,0012527 0,0010796
0,00722904 0,00773515 0,00943751 0,0081339
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
7662,518616 3922,012316 4452,721405 3962,023709 4112,252477 1743,27716 1320,842168 1454,781785 1506,300371 6 66,639101 688,5120251 6 82,999953 6 79,383693 272,631068 317,2082251 222,6837031 270,8409988 175,1726995 191,2751316 209,8434735 192,0971015 99,86985246 106,8618393 130,3800111 112,3705676
Tampak Visual
Peralihan
Laminar
Turbulen
Turbulen
Turbulen
Laminar
Peralihan
Turbulen
Laminar
Laminar
Friksi f
log f
log Re
0,04164618 0,04185026 0,04201914 0,04183714 0,04645698
-1,38042 3,520447 -1,3783 3,511956 -1,37655 3,50496 -1,37844 3,5125 - 1,33295 2,243466
0,04598894 0,04659775 0,04634422 0,03939672 0,03898613 0,03870089 0,0390227 0,03395295 0,03363271 0,03374297
- 1,33735 - 1,33164 -1,334 - 1,40454 -1,40909 - 1,41228 -1,40868 - 1,46912 - 1,47324 - 1,47182
2,281659 2,321895 2,283521 3,616908 3,635108 3,647864 3,633479 3,875238 3,891701 3,886015
0,03377491 0,03993097 0,03868394 0,03982977 0,03946091 0,03671246 0,04845393 0,04399285 0,04248821 0,09600397
-1,47141 - 1,39869 - 1,41247 - 1,39979 - 1,40383 -1,43519 - 1,31467 - 1,35662 -1,37173 -1,01771
3,884372 3,593509 3,648626 3,597917 3,61408 3,241366 3,120851 3,162798 3,177912 2,823891
0,09295408 0,09370425 0,09420303 0,23474947 0,20176022 0,28740316 0,236301 0,36535373 0,33459655 0,30498923
- 1,03173 -1,02824 - 1,02594 -0,6294 -0,69516 - 0,54151 -0,62653 -0,43729 - 0,47548 -0,51572
2,837912 2,834421 2,832115 2,435575 2,501344 2,347688 2,432714 2,243466 2,281659 2,321895
0,33316484 0,64083403 0,59890416 0,49087279 0,56954416
-0,47734 -0,19325 - 0,22264 - 0,30903 -0,24447
2,283521 1,999434 2,028823 2,115211 2,050653
122
Menurut Perhitungan
Peralihan
Peralihan
Turbulen
Turbulen
Turbulen
Laminar
Laminar
Laminar
Laminar
Laminar
Kelompok 17
4.7 Grafik dan Analisis 4.7.1 Grafik f vs Re
f vs Re 0.6 y = 64x-1 R² = 1
0.5
Peralihan Turbulen
0.4
f
Laminar
0.3
Power (Peralihan) Power (Turbulen) Power (Laminar)
0.2 y = 0.316x -0.25 R² = 1
0.1
y = 0.316x -0.25 R² = 1
0 0
2000
4000
6000
8000
10000
Re Grafik 4.1 F vs Re
Tujuan dari grafik diatas adalah untuk mengetahui hubungan antara gesekan dengan bilangan reynold. Hubungan gesekan dengan bilangan reynold adalah berbanding terbalik dimana, semakin besar bilangan reynold maka gesekan akan semakin kecil. Bila bilangan reynold besar maka kecepatan aliran besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar kecepatan suatu aliran maka semakin kecil gesekan yang terjadi. Dalam pengamatan terjadi perbedaan dengan perhitungan, hal itu disebabkan karena contohnya saat debit kecil, tinta yang ada di aliran nampak seperti turbulen, seharusnya saat debit tenang, aliran merupakan laminar, hal itu disebabkan saat debit kecil, tinta punya waktu untuk berdifusi dengan air sehingga aliran tinta nampak tidak beraturan.
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
123
Kelompok 17
4.7.2 Grafik log f vs log Re
log f vs log Re 0 -0.2
Laminar 0
1
2
3
4
5 Peralihan
-0.4 -0.6
log f
-0.8
Turbulen
y = -1.0029x + 1.8116 R² = 1
-1 y = -0.25x - 0.5003 R² = 1
-1.2 -1.4 -1.6
y = -0.0361x - 1.2516 R² = 0.9921
Linear (Laminar) Linear (Peralihan) Linear (Turbulen)
log Re Grafik 4.2 Log f vs log Re
Tujuan dari grafik log Re dan log f sama seperti tujuan dari grafik diatas yaitu untuk mengetahui hubungan antara gesekan dengan bilangan reynold. Semakin besar bilangan reynold maka gesekan yang dihasilkan semakin kecil. Bila bilangan reynold besar maka kecepatan aliran besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar kecepatan suatu aliran maka semakin kecil gesekan yang terjadi. Bila Re dan f dilogkan fungsinya yaitu untuk memperkecil skala sehingga dapat lebih terlihat perbedaan gesekan antara aliran laminar, turbulen dan transisi. Semakin besar Re maka semakin kecil gesekan yang terjadi.
4.8 Kesimpulan dan Saran 4.8.1 Kesimpulan
Klasifikasi sifat aliran secara teoritis berdasarkan bilangan reynolds beracuan bila bilangan reynoldnya lebih kecil dari 2000 diklasifikasikan sebagai aliran laminar. Namun bila Re diantara 2000 sampai 4000 diklasifikasikan sebagai aliran transisi. Namun apabila Re lebih besar dari 4000 aliran dapat diklasifikasikan sebagai aliran turbulen.
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
124
Kelompok 17
Dari hasil pengamatan dan hasil perhitungan diperoleh hasil aliran yang berbeda.
4.8.2 Saran
Saat melakukan percobaan praktikan harus bisa membedakan
aliran
yang laminar, turbulen, dan peralihan.
Saat debit sangat kecil jangan tertukar antara turbulen dengan laminar. Saat debit kecil, aliran yang terjadi adalah laminar namun, tampak visual akan terlihat seperti turbulen akibat dari lambatnya debit membuat ada waktu untuk tinta berdifusi dengan air.
Pengambilan waktu harus sigap. Tepat pada saat volume yang diinginkan sehingga data yang kita ambil seragam dan tidak perlu mengulang-ulang pengambilan data.
Pengaturan debit untuk memperoleh jenis aliran sebaiknya dilakukan dengan teliti atau secara perlahan agar lebih mudah dan cepat menemukan jenis aliran yang kita inginkan.
4.9 Referensi
Munson, Bruce R. 2002. Mekanika Fluida Jilid 2 Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga. Streeter, Victor L., E. Benjamin Wylie. 1985. Fluids Mechanics. New York: McGraw Hill. Syahril.2011. Mekanika Fluida dan Hidraulika. Bandung: Penerbit ITB.
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
125
Kelompok 17
HIDRAULIKA
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
126
Kelompok 17
MODUL I ALIRAN MELALUI AMBANG
1.1 Pendahuluan
Ambang adalah salah satu jenis bangunan air yang berguna untuk membendung air sehingga dapat menaikkan tinggi muka air serta menentukan debit aliran air. Ambang yang kita gunakan dalam percobaan adalah ambang tajam dan ambang lebar, karena kedua ambang tersebut adalah bentuk yang sederhana untuk meninggikan tinggi muka air dan ambang tersebut biasa digunakan untuk menjadi model dalam perancangan bangunan pelimpah pada waduk dan sebagainya. Perbedaan antara ambang tajam dan ambang lebar adalah berada pada bentuk fisiknya. Ambang tajam bentuknya lebih menyiku dibanding ambang lebar.
Gambar 1.1 Ambang Lebar
Gambar1.2 Ambang Tajam
Dengan adanya perbedaan bentuk fisik tersebut maka akan mempengaruhi jatuhnya aliran. Pada ambang lebar air akan jatuh lebih lunak sehingga energi yang hilang pun lebih sedikit meskipun tinggi dan lebar ambang sama. Dalam percobaan ini diamati karakteristik aliran yang melalui ambang dengan tipe karakteristik sebagai berikut :
Keadaan loncat Keadaan ketika tinggi muka air di hulu saluran tidak dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
127
Kelompok 17
Keadaan peralihan Keadaan ketika tinggi muka air di hulu saluran mulai dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.
Keadaan tenggelam Keadaan ketika tinggi muka air di hulu saluran dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.
Dengan begitu kita dapat mengetahui gambaran mengenai sifat aliran, berupa bentuk aliran melalui analisis model fisik dari sifat aliran yang diamati. Dalam kehidupan nyata, ambang juga memiliki beberapa fungsi, berikut adalah fungsi dari ambang :
Menghitung debit aliran pada saluran terbuka
Meninggikan muka air pada sungai atau pada saluran irigasi
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah : 1. Mempelajari karakteristik aliran yang melalui ambang lebar dan ambang tajam 2. Menentukan pengaruh keadaan tinggi muka air di hilir terhadap muka air di hulu saluran. 3. Menentukan hubungan tinggi muka air di atas ambang terhadap debit air yang melimpah di atas ambang.
1.3 Alat Percobaan dan Gambar Alat Percobaan
Pada percobaan ini kami menggunakan alat-alat percobaan sebagai berikut :
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
128
Kelompok 17
1. Ambang tajam dan ambang lebar
Gambar 1.3 Ambang Lebar dan Ambang Tajam
2. Alat pengukur kedalaman dan pengukur panjang
Gambar 1.4 Penggaris
3. Venturimeter dengan pipa manometer
Gambar 1.5 Venturimeter
4. Sekat pengatur hilir
Gambar 1.6 Sekat LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
129
Kelompok 17
6. Pompa air
Gambar 1.7 Pompa Air
1.4 Dasar Teori dan Penurunan Rumus
Aliran pada ambang merupakan jenis aliran pada saluran terbuka. Ambang atau pelimpah akan menyebabkan air membentuk sebuah tirai luapan yang terjadi di atas ambang tersebut. Pada saat itu permukaan atas dan bawah tirai luapan mengalami pengudaraan. Pengudaraan terjadi di bawah tirai luapan dan bagian atas tirai luapan, namun pengudaraan yang terjadi dibawah tirai luapan kurang sempurna. Hal ini berarti terjadi pengurangan tekanan dibawah tirai luapan akibat udara yang tergantikan oleh pancaran air. Pengurangan tekanan ini menimbulkan hal-hal sebagai berikut :
Perbedaan tekanan meningkat di ambang
Perubahan bentuk tirai luapan sesuai dengan ambang yang digunakan
Peningkatan debit, disertai fluktuasi
Bentuk hidrolik yang tidak stabil
Empat hal tersebut menyebabkan adanya koefisien pengaliran yang berbeda-beda pada setiap ambang. Pada percobaan ini, debit aliran dapat dihitung dengan venturimeter yang sebenarnya mengalir dari pompa. Debit dapat dihitung dengan prinsip kekekalan energy impuls momentum, kontinuitas yang diterapkan dalam persamaan Bernoulli. LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
130
Kelompok 17
Rumus-rumus yang kami pakai dalam percobaan ini adalah sebagai berikut : a. Debit aliran
Penurunan Rumus :
1 2 ∆ℎ 4 = 1 Gambar 1.8 Keadaan Venturimeter
Tinjau titik pada tabung venturimeter :
1+ 12 + ℎ = 2+ 12 + ℎ 12 = 1+ 12 + ℎ = 2+ 12 + ℎ
Karena air berada pada ketinggian yang sama maka didapat persamaan 1 :
……..(1)
Kemudian tinjau beda ketinggian pada pipa manometer :
Karena pada pipa manometer tidak ada kecepatan maka v 1=v2=0 dengan begitu kita mendapat persamaan 2 :
12 = ( ) ℎ ℎ LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
……(2)
131
Kelompok 17
Rumus kontinuitas pada aliran :
= =
Maka didapat v2 dalam persamaan 3 :
…….(3)
Mensubtitusikan persamaan 1 dengan 2 dan mendefinisikan v 2 dengan
1 ( ) ∆ℎ = 2 = 21∆ℎ
persamaan tiga :
Sehingga didapat v 1 yaitu :
Maka debit yang ada pada saluran dapat di definisikan sebagai berikut : ( )
1 4 = 1 2∆ℎ
=
b. Koefisien Pengaliran
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
132
Kelompok 17
= . = √ = =.= . ... √
Kecepatan air yang lewat di atas pelimpah adalah :
Sehingga debit dapat dihitung dengan persamaan :
Selanjutnya, nilai Q ini tidak sesuai dengan teori, tetapi Q Qteori dengan konstanta pengganti c, diperoleh :
Jika
= . = . . . = . = . . maka :
Sehingga
= . LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
133
Kelompok 17
1.5 Prosedur Percobaan
Gambar 1.9 Model Penampang Aliran pada Ambang Lebar
1. Ambang dipastikan telah terpasang sesuai model 2. Alat ukur panjang dikalibrasi (gunakan alat ukur panjang yang sama pada setiap percobaan) 3. Dimensi ambang diukur [tinggi ambang(cm)] 4. Keadaan awal pipa manometer pada venturimeter diperiksa, jika ada perbedaan ketinggian awal maka pipa manometer harus dikalibrasi [H10 (mm)dan H20(mm) ] 5. Pompa air dinyalakan dengan debit tertentu 6. Ketinggian pada pipa manometer diperiksa lagi sehingga debit dapat diketahui [H1n(mm) dan H2 n(mm)] 7. Keadaan hilir diatur dengan menggunakan sekat sehingga didapat keadaan a. loncat pertama b. loncat kedua c. peralihan d. tenggelam pertama e. tenggelam kedua 8. Delapan titik penting koordinat pada setiap keadaan tersebut dicatat. (titik awal, titik akhir, titik belok aliran) [koordinat titik belok (cm)]
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
134
Kelompok 17
9. Langkah 6 dan 8 diulangi untuk 4 debit yang berbeda. Namun hanya mencari permukaan air di hulu dan kedalaman di hilir saja (periksa pipa manometer untuk mengetahui debit aliran) 10. Debit aliran diatur dari yang terbesar. 11. Tinggi muka air sebelum ambang dan tinggi raksa pada manometer dicatat. [H1n(mm), H2n(mm), koordinat titik awal Y1n (cm)] 12. Langkah 10 dan 11 diulangi dengan mengecilkan debit s ampai didapat 5 debit yang berbeda. 13. Cara diatas diulang dengan menggunakan ambang yang berbeda
1.6 Pengolahan Data dan Contoh Perhitungan 1.6.1 Profil aliran ambang tajam dan ambang lebar
Tabel 1.1 Profil Aliran Ambang Lebar (dalam cm) Loncat 1 x 0 16 54 149 187,4 423 449,3 680
Loncat 2 y 15,9 14,1 25 1,9 7,2 9 3,2 9
x 0 16 60 296,5 377 438 565 660
y 15,9 14,1 3,3 2,7 4,8 6,2 6,5 6,6
Peralihan x y 0 16 16 14 28,8 13,3 58,3 3,7 104 8,1 330 10 438 11,4 600 11,6
Tenggelam 1 x y 0 16,1 16 14,1 13 27 41,5 13,2 88,4 14,9 270 16,5 438 17,8 600 17,7
Tenggelam 2 x y 0 16,6 8 16,4 16 14,7 17 15,2 37,3 15,8 210 17,7 438 19,6 600 19,4
Tabel 1.2 Profil Aliran Ambang Tajam Titik
Loncat 1 (cm) X Y
Loncat 2 (cm) X Y
Peralihan (cm) X Y
Tenggelam 1 (cm) Tenggelam 2 (cm) X Y X Y
1
0
17
0
17
0
17.1
0
17.6
0
20.2
2
25
16.2
25
16.1
25
16.4
25
17
25
20
3
224.2
3.7
95.6
2.8
36.8
7.9
34
13
34.2
18.8
4
255.2
7.8
131.1
8.4
104
11.1
80.2
14.6
61.9
19.4
5
420
9.1
350
10.5
350
13.5
350
17.5
250
21.7
6
460
9.4
380
10.6
380
13.6
380
17.6
380
22.6
7
575
9.5
590
11
590
14
480
18
640
24
8
660
10.2
600
11.3
600
15.5
600
18.5
520
23.4
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
135
Kelompok 17
1.6.2 Membuat Grafik
dan
Diketahui : Tinggi ambang = 11,5 cm Lebar saluran = 8 cm
= 133 ; 2 = 135
Kalibrasi awal H1
Tabel 1.3 Profil karakteristik aliran di atas ambang tajam De bit
Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
Manometer Δh
(cm)
3 Q (cm /s) Jenis Aliran Y1 (cm) Y2 (cm) He1 (cm) He2 (cm)
H1 (cm)
H2 (cm)
29.3
14.4
14.7
2069.4421
L1
17
3.7
5.5
7.8
29.3
14.4
14.7
2069.4421
L2
17
2.8
5.5
8.7
29.3
14.4
14.7
2069.4421
P
17.1
7.9
5.6
3.6
29.3
14.4
14.7
2069.4421
T1
17.6
13
6.1
-1.5
29.3
14.4
14.7
2069.4421
T2
20.2
18.8
8.7
-7.3
22.6
20.9
1.5
661.05902
L1
14.5
1.3
3
10.2
22.6
20.9
1.5
661.05902
L2
14.5
4.2
3
7.3
22.6
20.9
1.5
661.05902
P
14.6
6.7
3.1
4.8
22.6
20.9
1.5
661.05902
T1
15
10.6
3.5
0.9
22.6
20.9
1.5
661.05902
T2
16.1
15.6
4.6
-4.1
24.3
18.7
5.4
1254.2713
L1
15.7
2.2
4.2
9.3
24.3
18.7
5.4
1254.2713
L2
15.75
1.9
4.25
9.6
24.3
18.7
5.4
1254.2713
P
15.9
12.2
4.4
-0.7
24.3
18.7
5.4
1254.2713
T1
16.3
13.2
4.8
-1.7
24.3
18.7
5.4
1254.2713
T2
16.9
15.4
5.4
-3.9
26.1
16.6
9.3
1646.0237
L1
15.8
2.1
4.3
9.4
26.1
16.6
9.3
1646.0237
L2
15.9
1.6
4.4
9.9
26.1
16.6
9.3
1646.0237
P
16.1
10.2
4.6
1.3
26.1
16.6
9.3
1646.0237
T1
16.4
12.4
4.9
-0.9
26.1
16.6
9.3
1646.0237
T2
16.8
13.2
5.3
-1.7
28.4
15
13.2
1961.018
L1
16.3
2.5
4.8
9
28.4
15
13.2
1961.018
L2
16.3
1.8
4.8
9.7
28.4
15
13.2
1961.018
P
16.7
12
5.2
-0.5
28.4
15
13.2
1961.018
T1
17.800
14.1
6.3
-2.6
28.4
15
13.2
1961.018
T2
18.5
16.6
7
-5.1
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
136
Kelompok 17
Tabel 1.4 Profil karakteristik aliran di atas ambang lebar Debit
Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
Manometer H1 (m) H2 (m) Dh (m) 0,189 0,09 0,097 0,189 0,09 0,097 0,189 0,09 0,097 0,189 0,09 0,097 0,189 0,09 0,097 0,205 0,061 0,142 0,205 0,061 0,142 0,205 0,061 0,142 0,205 0,061 0,142 0,205 0,061 0,142 0,221 0,05 0,169 0,221 0,05 0,169 0,221 0,05 0,169 0,221 0,05 0,169 0,221 0,05 0,169 0,24 0,031 0,207 0,24 0,031 0,207 0,24 0,031 0,207 0,24 0,031 0,207 0,24 0,031 0,207 0,251 0,02 0,229 0,251 0,02 0,229 0,251 0,02 0,229 0,251 0,02 0,229 0,251 0,02 0,229
1.6.3 Membuat Grafik
Q (m^3/s) 0,00168 0,00168 0,00168 0,00168 0,00168 0,00203 0,00203 0,00203 0,00203 0,00203 0,00222 0,00222 0,00222 0,00222 0,00222 0,00246 0,00246 0,00246 0,00246 0,00246 0,00258 0,00258 0,00258 0,00258 0,00258
Jenis Aliran L1 L2 P T1 T2 L1 L2 P T1 T2 L1 L2 P T1 T2 L1 L2 P T1 T2 L1 L2 P T1 T2
Y1 (m) 0,159 0,159 0,16 0,161 0,162 0,162 0,162 0,162 0,161 0,17 0,165 0,165 0,165 0,165 0,17 0,169 0,169 0,168 0,169 0,175 0,171 0,171 0,171 0,171 0,178
Y2 (m) 0,019 0,027 0,037 0,132 0,147 0,032 0,021 0,096 0,134 0,158 0,0345 0,022 0,098 0,137 0,158 0,038 0,024 0,099 0,139 0,162 0,04 0,025 0,095 0,145 0,163
He1 (m) He2 (m) 0,044 0,044 0,045 0,046 0,047 0,047 0,047 0,047 0,046 0,055 0,05 0,05 0,05 0,05 0,055 0,054 0,054 0,053 0,054 0,06 0,056 0,056 0,056 0,056 0,063
0,096 0,088 0,078 -0,017 -0,032 0,083 0,094 0,019 -0,019 -0,043 0,0805 0,093 0,017 -0,022 -0,043 0,077 0,091 0,016 -0,024 -0,047 0,075 0,09 0,02 -0,03 -0,048
vs C
Menghitung koefisien pengaliran ( C ) dapat menggunakan persamaan :
= .
Dengan : C = Koefisien pengaliran (cm 0.5/s) L = lebar saluran (cm) He = Y1 – tinggi ambang (cm) Q = Debit (cm3/s)
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
137
Kelompok 17
Diketahui : Q = 0.0028 m 3/s = 2800 cm 3/s L = 8 cm He = 6,1 cm
= , = 23,2
cm0.5/s
Tabel 1.5 Data ketinggian aliran dengan konstanta ambang tajam Debit
Manometer
3
Δh
(cm)
H1 (cm)
H2 (cm)
1
36.5
7.8
2
34.8
8.6
3
32.6
10.9
4
29
24.4
4.4
5
25.6
27.8
2.4
28.5
Q (cm /s)
0,5
Y1 (cm)
H e1 (cm)
(cm /s
2881.4895
17.8
6.3
22.77803
2752.2082
17.7
6.2
22.28454
21.5
2502.7291
17.3
5.8
22.39659
1132.1942
16.6
5.1
12.28784
836.18087
15.7
4.2
12.14329
26
Tabel 1.6 Data ketinggian aliran dengan konstanta ambang lebar Manometer ∆h Debit ke H1 H2 1 0,271 0 2 0,26 0,011 3 0,252 0,019 4 0,232 0,04 5 0,183 0,088
Q Y1 (m) (m^3/s) 0,269 0,247 0,231 0,19 0,093
0,0028 0,00268 0,00259 0,00235 0,00165
0,176 0,174 0,172 0,168 0,154
He1 (m) 0,061 0,059 0,057 0,053 0,039
C (cm^0,5/s) 23,22661958 23,39780292 23,82858896 24,10280657 26,7146312
1.6.4 Membuat Grafik He1/Hd vs Cd/C Dari berbagai nilai C yang ada kami merata-ratakannya dan mendapat Cd. Setelah ini kami memperkirakan He1 saat Cd dan kami mendapatkan Hd. Cd ambang lebar :
2 3, 2 26 + 23, 3 98+ 23, 8 28 + 24, 1 02 + 26, 7 14 = 5 = 24,25./ Untuk mendapatkan Hd maka kita meregresikan Cd yang telah kita dapatkan pada tabel Hd Ambang Lebar: LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
138
Kelompok 17
24,23,22526,226,7711 = 6,13,3,99 Didapat Hd = 5.45 cm. Lalu kita membuat perbandingan He1/Hd juga C/Cd He1/Hd = 6.1/5.45 = 1.11 C/Cd = 23,22/24,25 = 0,95
Tabel 1.7 Nilai He1/Hd dan C/ Cd Ambang Lebar He1/Hd
C/Cd
1.141304 1.239414 1.123188 1.212562 1.050725 1.218659 0.923913 0.668615 0.76087 0.660749
Tabel 1.8 Nilai He1/Hd dan C/ Cd Ambang Tajam He1/hd
C/Cd
1,11887
0,95764
1,08218
0,9647
1,0455
0,98246
0,97213
0,99376
0,71534
1,10145
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
139
Kelompok 17
1.7 Grafik dan Analisis 1.7.1. Grafik Profil Aliran Ambang Tajam dan Ambang Lebar
Grafik 1.1 Profil Aliran Ambang Tajam
Profil Aliran 30 25 r i 20 A n a i g 15 g n i t e 10 K
Loncat 1 Loncat 2 Peralihan Tenggelam 1
5
Tenggelam 2
0 0
100
200
300
400
500
600
700
Posisi Titik Uji
Dari grafik tersebut dapat kita lihat pada loncat 1 dan loncat 2 ketinggian muka air di hulu sama sekali tidak dipengaruhi oleh ketinggian muka air dari hilir karena ketinggian air yang masih rendah. Pada keadaan
peralihan ketinggian
muka air di hulu sedikit naik, hal ini disebabkan karena ketinggian muka air di hulu mulai dipengaruhi oleh ketinggian muka air dari hilir. Dan pada keadaan tenggelam 1 dan tenggelam 2 dapat kita lihat ketinggian muka air di hulu dan hilir sudah hampir menyatu tentu saja hal ini menyebabkan ketinggian muka air di hulu dipengaruhi oleh ketinggian muka air dari hilir. Pada keadaan loncat 1 dan loncat 2 air yang tinggi tiba-tiba menjadi rendah dan setelah air melambat maka air kembali menjadi mempunyai ketinggian. Hal ini disebabkan oleh kekekalan energi. Sebelum ambang, air memiliki energi potensial yang tinggi, lalu setelah melewati ambang, air mulai kehilangan banyak energi potensialnya. Namun energi tersebut dikonversi menjadi energi kinetik dengan ketinggian yang lebih kecil, namun setelah beberapa lama, air kehilangan kecepatannya akhirnya air kembali mempunyai
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
140
Kelompok 17
ketinggian dan memiliki energi potensial lagi. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya keadaan loncat. Letak ambang pada profil ambang tajam kira- kira berada pada cm ke 100. Karena pada cm ke 100 air mulai mengalami titik belok yang signifikan terutama pada loncat 1 dan loncat 2, hal tersebut menandakan adanya ambang yang mengubah yang membendung air sehingga mengubah energi potensial air menjadi energi kinetik. Dan ketika ambang dipindahkan yang terlihat di grafik, garis saat mencapai ambang akan tiba-tiba jatuh terutama terlihat pada loncat 1 dan loncat 2 namun pada tenggelam 1 dan tenggelam 2 garisnya tidak akan terlalu jatuh. Sehingga pada intinya ketika ada ambang maka ketinggian muka air akan jatuh.
Grafik 1.2 Profil Aliran Ambang Lebar
1.1 Profil Aliran 30 25 Loncat 1
20
Loncat 2 15
Peralihan
10
Tenggelam 1
5
Tenggelam 2
0 0
200
400
600
800
Dari grafik aliran ambang lebar tersebut dapat kita lihat pada loncat 1 dan loncat 2 ketinggian muka air di hulu sama sekali tidak dipengaruhi oleh ketinggian muka air dari hilir. Pada keadaan
peralihan terjadi penambahan
ketinggian di muka hulu air, hal ini dikarenakan ketinggian muka air di hulu mulai dipengaruhi oleh ketinggian muka air dari hilir. Dan pada keadaan tenggelam 1 dan tenggelam 2 dapat kita lihat ketinggian muka air di hulu dan hilir hampir menyatu, hal ini disebabkan oleh ketinggian muka air di hulu dipengaruhi oleh ketinggian muka air dari hilir.
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
141
Kelompok 17
Pada keadaan loncat, air yang tinggi tiba-tiba menjadi rendah dan setelah air melambat maka air kembali menjadi mempunyai ketinggian. Hal ini disebabkan oleh aliran superkritis berubah menjadi aliran subkritis, perubahan tersebut menyebabkan pembuangan energi. Sebelum diletakkan ambang, air memiliki energi potensial yang tinggi, lalu setelah melewati ambang, air kehilangan banyak energi potensialnya. Tetapi, energi tersebut dikonversi menjadi energi kinetik dengan ketinggian yang lebih kecil, setelah beberapa lama, air kehilangan kecepatannya akhirnya air kembali mempunyai ketinggian. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya keadaan loncat. Letak ambang pada profil ambang lebar kira- kira berada pada cm ke 100. Karena pada cm ke 100 air mulai mengalami titik belok yang signifikan terutama pada loncat 1 dan loncat 2.
1.7.2. Grafik He1 vs He2 Grafik 1.3 He1 vs He2 Ambang Tajam
Grafik He1 vs. He2 10 9 8 7 1 e H
6
Debit 1
5
Debit 2
4
Debit 3
3
Debit 4
2
Debit 5
1 0 -10
-5
0
5
10
15
He2
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
142
Kelompok 17
Grafik 1.4 He1 vs He2 Ambang Lebar
He 1 vs He 2 0.07 0.06 0.05 Debit 1
0.04
1 e H
Debit 2
0.03
Debit 3
0.02
Debit 4
0.01
Debit 5
0 -0.1
-0.05
0
0.05
0.1
0.15
He2
Tujuan dibuat grafik ini adalah untuk dapat melihat karakteristik aliran berdasarkan He 1 dan He2. Dapat kita lihat titik pertama dan kedua dari kiri untuk setiap debit selalu memiliki He1 yang hampir sama meski He2 berubah, hal tersebut menunjukan untuk loncat 1 dan loncat 2 memiliki ketinggian awal yang sama karena sama sekali tidak dipengaruhi oleh air di hilir. Lalu titik ke-3 dari kiri menunjukan keadaan peralihan dimana ketinggian awal di hulu mulai menyesuaikan ketinggian di hilir akibat adanya kebaikan ketinggian muka air di hilir. Dan untuk titik ke 4 dan ke 5 dari kiri menunjukan tenggelam 1 dan tenggelam 2 terlihat jelas peningkatan ketinggian muka air di hilir yang berakibat pada perubahan ketinggian juga di hulu. He1 = Y1 – tinggi ambang He2 = Y2 – tinggi ambang Perubahan debit berpengaruh untuk setiap keadaan, dapat terlihat untuk debit 1 yang lebih kecil maka ketinggian pun mengecil sehingga semakin kecil debit maka semakin kecil He1.
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
143
Kelompok 17
1.7.3. Grafik He1 vs Q
Grafik 1.5 He1 vs Q Ambang Lebar
He1 vs Q 0.07 0.06 0.05 1 0.04 e H
y = 1.5322x 0.5543 R² = 0.7478
0.03
He1 vs Q
0.02
Power (He1 vs Q)
0.01 0 0
0.001
0.002
0.003
Q
Grafik ini berguna untuk dapat melihat dengan jelas pengaruh perubahan debit pada setiap keadaan yang berbeda. Dapat terlihat dari grafik seiring dengan berkurangnya debit yang mengalir maka ketinggian He1 pun semakin mengecil. Hal ini menunjukan tinggi He1 dipengaruhi oleh debit dengan hubungan Q dengan He memenuhi persamaan :
Q = Debit
= × × /
C = Koefisien Pengaliran L = Lebar ambang He = Tinggi awal – Tinggi ambang Lebih lanjut, dari trendline power yang digunakan, didapat persamaan untuk ambang lebar: Y = 1,532 x0,554 dengan R 2 = 0.747 Keadaan ideal seharusnya diperoleh grafik R 2≈1 dan nilai pangkat = 2/3. Nilai tersebut di dapat dari persamaan,
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
144
Kelompok 17
=≈××/ / ≈ ⁄
Karena yang dicari He1 vs Q maka persamaan yang diminta adalah
Hasil persamaan untuk ambang lebar kurang mendekati keadaan ideal. Hal ini mungkin dikarenakan kesalahan pada proses pengukuran dan pengambilan data. Keadaan ini biasa diatasi dengan pengambilan data yang lebih banyak sehingga bisa didapat data yang lebih akurat. Grafik 1.6 He1 vs Q Ambang Tajam
Grafik He1 vs. q 7 6 5
y = 0.6459x0.2848 R² = 0.9363
4
1 e H
3 2 1 0 0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
Q
Grafik ini berguna untuk dapat melihat dengan jelas pengaruh perubahan debit pada setiap keadaan yang berbeda. Dapat terlihat dari grafik seiring dengan berkurangnya debit yang mengalir maka ketinggian He1 pun semakin mengecil. Hal ini menunjukan tinggi He1 dipengaruhi oleh debit dengan hubungan Q dengan He memenuhi persamaan :
= × × /
Lebih lanjut, dari trendline power yang digunakan, didapat persamaan untuk ambang tajam: Y = 0,308x 0,2848 dengan R 2 = 0,9363 Keadaan yang ideal seharusnya diperoleh grafik R 2≈1 dan nilai pangkat = 2/3. LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
145
Kelompok 17
=≈××/ / ≈ ⁄
Nilai tersebut di dapat dari persamaan,
Karena yang dicari He1 vs Q maka persamaan yang diminta adalah
Hasil persamaan untuk ambang tajam belum cukup mendekati keadaan ideal karena persamaan diatas belum terpenuhi sepenuhnya. Hal ini dapat terjadi karena kesalahan dalam pengukuran yang terjadi pada saat praktikum
1.7.4 Grafik He1 vs C Grafik 1.7 He1 vs C Ambang Tajam
Grafik He1 vs C 7 6 5 4
1 e H
3 2 1 0 0
5
10
15
20
25
C
He1/
Grafik ini berguna untuk menentukan nilai Cd dan Hd. Koefisien pengaliran berbanding terbalik dengan
. Namun dengan bertambahnya
nilai He1 seharusnya tidak mempengaruhi nilai koefisien pengaliran karena perubahan He1 diimbangi oleh perubahan debit. Seharusnya pada grafik tersebut C yang selalu konstan meski He1 bertambah, karena menunjukan bahwa C adalah sebuah tetapan pengaliran yang
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
146
Kelompok 17
tidak dipengaruhi oleh He1. Hal ini disebabkan karena perubahan drastis pengubahan debit yang dilakukan dalam percobaan
Grafik 1.8 He1 vs C Ambang Lebar
He1 vs C 0.07 0.06 0.05 1 0.04 e H0.03
He1 vs C
0.02 0.01 0 0
50
100
150
200
C
He1/
Grafik ini berguna untuk menentukan nilai Cd dan Hd. Koefisien pengaliran berbanding terbalik dengan
. Namun dengan bertambahnya
nilai He1 seharusnya tidak mempengaruhi nilai koefisien pengaliran karena perubahan He1 diimbangi oleh perubahan debit. Dapat dilihat pada grafik diatas didapat C yang selalu konstan meski He1 bertambah. Hal ini menunjukan bahwa C adalah sebuah tetapan pengaliran yang
24,25./
tidak dipengaruhi oleh He1. Cd =
Hd = 5,45 cm
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
147
Kelompok 17
1.7.5. Grafik Q vs C Grafik 1.9 Q vs C Ambang Tajam
Grafik Q vs C 3500 3000 2500 2000 Q
1500 1000 500 0 0
5
10
15
20
25
C
Grafik ini berguna untuk melihat koefisien pengaliran untuk kedua ambang terhadap debitnya. Hubungan koefisien pengaliran dengan debit adalah seharusnya C bernilai konstan untuk setiap nilai Q yang berbeda. Karena C itu merupakan koefisien pengaliran. Namun, dalam grafik nilai C tidak selalu konstan karena terjadi ketidakakuratan pengambilan data.
Grafik 1.10 Q vs C Ambang Lebar
Q vs C 0.003 0.0025 0.002 0.0015
Q vs C
0.001 0.0005 0 0
50
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
100
150
200
148
Kelompok 17
Grafik ini untuk melihat koefisien pengaliran untuk kedua ambang terhadap debitnya. Hubungan koefisien pengaliran dengan debit, C bernilai konstan untuk setiap nilai Q yang berbeda. Karena C merupakan koefisien pengaliran. Dapat dilihat pada grafik kami C hampir selalu konstan pada debit yang berbeda. Hal ini menunjukan C merupakan sebuah te tapan yang tidak dipengaruhi oleh debit.
1.7.6. Grafik He1/Hd vs C/Cd Grafik 1.11 He1/hd vs C/Cd Ambang Tajam
Grafik He1/Hd vs C/Cd 1.2 1 0.8 d H / 0.6 1 e H
0.4 0.2 0 0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
C/Cd
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
149
Kelompok 17
Grafik 1.12 He1/Hd vs C/Cd Ambang Lebar
He1/hd vs C/Cd 1.2 1.1 1 0.9
He1/hd vs C/Cd
0.8 0.7 0.6 0
0.5
1
1.5
2
Cd (C design) adalah koefisien pengaliran debit yang diinginkan saat pembuatan ambang. Hd (He design) adalah tinggi muka air yang di rancang pada saat pembuatan agar aliran dapat sampai di daerah yang diinginkan. Pada grafik ini dapat kita lihat C/Cd berkisar di antara 1 dan He1/Hd trus meningkat. Hal ini menunjukan bahwa C/Cd bernilai konstan artinya Hd yang kita buat sudah cukup karena mendekati C yang cukup ideal. Hd sangat penting untuk menentukan design bangunan ambang kita akan seperti apa. Dan grafik ini menunjukan keidealan dari ambang yang akan kita buat.
1.8 Kesimpulan dan Saran 1.8.1 Kesimpulan
Dapat terlihat pada grafik profil aliran Pada ambang tajam ketika aliran melewati ambang, air tiba-tiba jatuh, hal ini menyebabkan kehilangan energy akibat tumbukan Pada ambang lebar ketika aliran melewati ambang, air tidak langsung jatuh tiba-tiba karena ambang lebar mempunyai kelandaian tertentu hal ini membuat kehilangan energi akibat tumbukan akan semakin kecil. Pengaruh ketinggian muka air di hilir terhadap ketinggian muka air di hulu
Pada kedua ambang dapat kita lihat:
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
150
Kelompok 17
Pada keadaan loncat air di hilir tidak mempengaruhi ketinggian muka air di hulu. Pada keadaan peralihan air di hulu mulai naik sedikit karena ada pengaruh dari ketinggian muka air di hilir. Pada keadaan tenggelam air di hulu semakin tinggi karena adanya pengaruh dari air di hilir dan ambang hampir bisa dianggap tidak ada.
Menentukan hubungan tinggi muka air di hulu dengan debit air . Dengan adanya perubahan debit aliran maka akan mempengaruhi
= /
ketinggian air diatas ambang sesuai dengan persamaan :
Dan dapat dilihat dari data ambang lebar ,terlihat seiring berkurangnya debit maka He1 pun ikut berkurang.
1.8.2. Saran
Berdasarkan data-data yang ada, masih ada data percobaan yang tidak sesuai dengan teori yang ada. Oleh karena itu, ketelitian dalam pengambilan dan pengolahan data sangat dibutuhkan. Selain itu diperlukan pula pengambilan data yang lebih banyak, sehingga dalam membentuk grafik, grafik yang telah terbuat menghasilkan gambaran yang akurat. Selain itu, dalam pengambilan data juga diperhatikan pengambilan debitnya supaya tidak terlalu j auh untuk mengurangi kesenjangan data.
1.9 Referensi
Chow, Ven Te, Ph.D. 1959. Open-Channel Hydraulics. Tokyo: McGrawHill Kogakusha, Ltd.
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
151
Kelompok 17
MODUL II - PINTU SORONG DAN AIR LONCAT
1.1 Pendahuluan
Pintu sorong adalah sekat yang dapat di atur bukaanya. Pada bangunan air, aplikasi pintu sorong adalah pintu pembilas. Fungsinya yaitu mencegah sedimen layang masuk ke dalam pintu pengambilan (intake) dan membilas sedimen yang menghalangi aliran. Pintu sorong yang akan digunakan dalam percobaan ini adalah pintu air gesek tegak dengan tipe aliran bawah. Pada rancangan pintu sorong jenis ini, hal yang menjadi perhatian utama adalah hubungan antara debit dengan distribusi tekanan. Aliran setelah pintu sorong mengalami perubahan kondisi dari superkritis ke subkritis, yang mengakibatkan terjadinya di bagian yang lebh hilir. Air loncat mempunyai sifat aliran yang menggerus. Oleh karena itu, diperlukan perhitungan desain saluran agar tahan terhadap gerusan air loncat
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan percobaan ini adalah :
Mempelajari sifat aliran yang melalui pintu sorong
Menentukan koefisien kecepatan dan koefisien kontraksi
Menentukan gaya-gaya yang bekerja pada pintu sorong Fg dan Fh
Mengamati profil aliran air loncat
Menghitung besarnya kehilangan energi akibat air loncat
Menghitung kedalaman kritis dan energi minimum
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
152
Kelompok 17
1.3
Alat-alat Percobaan dan Gambar Alat Percobaan
a. Pintu sorong
Gambar 2.1 Pintu Sorong
b. Penggaris
Gambar 2.2 Penggaris
c. Pompa
Gambar 2.3 Pompa
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
153
Kelompok 17
d. Manometer
Gambar 2.4 Manometer
1.4
Dasar Teori dan Penurunan Rumus
Pintu sorong pada percobaan ini menggunakan pintu air gesek tegak dengan tipe aliran di bawah pintu. Oleh karena itu maka fokus pada percobaan ini adalah debit dengan distribusi tekanan pada pintu. 1.4.1
Debit Aliran
a. Debit berdasarkan venturimeter Debit merupakan parameter yang digunakan untuk menunjukan berapa banyak fluidayang mengalir pesatuan waktu. Sehingga untuk mencari debit kita dapat menghitungnya dengan cara membagi volume
1 2 ∆ℎ 4 = 1
dengan waktu.dan dapat dirumuskan menjadi.
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
154
Kelompok 17
Penurunan Rumus
Gambar 2.5 Venturimeter dan Manometer
1+ 12 + ℎ = 2+ 12 + ℎ 12 = 1+ 12 + ℎ = 2+ 12 + ℎ 12 = ( ) ℎ ℎ = = ( )∆ℎ = 12
Tinjau titik pada tabung venturimeter
Karena air berada pada ketinggian yang sama maka didapat persamaan 1
……..(1)
Tinjau beda ketinggian pada pipa manometer
Karena pada pipa manometer tidak ada kecepatan maka v 1=v2=0 dengan begitu kita mendapat persamaan 2
……(2)
Kontinuitas pada aliran
Maka didapat v2 dalam persamaan 3 :
…….(3)
Mensubtitusikan persamaan 1 dengan 2 dan mendefinisikan v 2 dengan persamaan tiga
Sehingga didapat v 1 yaitu
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
155
Kelompok 17
= 21∆ℎ = ∆ =
Maka debit yang ada pada saluran dapat di definisikan sebagai berikut :
(
)
b. Debit aktual pada pintu sorong
Gambar 2.6 Profil Aliran pada Pintu Sorong
Keterangan Y0 = tinggi muka air di hulu pintu sorong Yg = tinggi bukaan pintu sorong terhadap dasar saluran Y1 = tinggi muka air terendah di hulu pintu sorong Y2 = tinggi muka air tertinggi di hilir pintu sorong Ya = tinggi muka air tepat sebelum air loncat Y b = tinggi muka air tepat setelah air loncat Besarnya debit teoritis :
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
156
Kelompok 17
Q = by y√ o2g+1y + 2 = + 2 = 2 1 = 2 2 = 1 ,karena, = ,maka [ 1 ] 2 = 1 1 1+ 2 = 1 = 1+ 2 = + = =
Persamaan diatas didapat dengan menggunakan persamaan energi
Dalam percobaan, debit dipengaruhi oleh koefisien akibat kontraksi (Cc) yang merupakan perbandingan Y 1 dan Yg atau:
Adapun
harga
dari
koefisien
kecepatan
(C v)
dengan
perbandingan debit aktual (Qa) dengan debit terioritis (Qt)
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
157
Kelompok 17
= 1 +2
Bila disubtitusikan menjadi
1.4.2
Gaya yang Bekerja Pada Pintu sorong
Gambar 2.7 Distribusi Gaya yang Bekerja pada Pintu Sorong
Gaya dorong yang bekerja pada pintu sorong akibat tekanan
1 = 12ℎ = 2 ( ) Σ = ℎ ℎ = ℎ ℎ [ ] = 0 1= ℎ ℎ1 [ ] = 22 [ 1 ]
hidrostatis dapat dihitung dengan menggunakan rumus
Gaya dorong yang bekerja pada pintu secara teori dapat dihitung dari keseimbangan gaya yang menggunakan momentum:
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
158
Kelompok 17
= 12 1 1 =1 [2 ] 1 = 2 1[ 1 ] = √ + ∙ + ∙ = ∙ + ∙ ∙∙ + 2∙ = ∙∙ + 2∙ + 2× [ 1] = 0 + 2 = + 2 …………..÷ 2 2 × + = 2 × + 2 + 1 = 2 × + 2 × + 2 + 1 = 0………× 2 + 2 ∙ = 0
Hubungan Yb dan Ya
Difaktorkan menjadi
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
159
Kelompok 17
Difaktorkan
+ 2×[ 1] = 0 + 2 = 0 + 2 = 0 = 1± 142 2 = 12√ 1+81
Dengan menggunakan rumus ABC
Yc
Terdapat dua kemungkinan kedalaman yaitu Ya dan Yb. Pada keadaan kritis, Fra=1.
⁄ = ∙ ∙ = √ ∙ = 1 √ = √ = √ =
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
160
Kelompok 17
Energi minimum
= =
Persamaan energi pada saat kritis
= + 2 = = + 2 =
Pada saat kritis Fr = 1, maka Jadi
2.5 Prosedur Percobaan
Percobaan pada modul ini dibagi menjadi 2 tahapan, yaitu percobaan dengan debit tetap dan percobaan dengan bukaan pintu tetap. Prosedurnya adalah sebagai berikut. 2.5.1
Percobaan dengan debit tetap
1. Pintu sorong dikalibrasikan terlebih dahulu pada titik nol terhadap dasar saluran. 2. Jika menggunakan alat pengukur kedalaman selain penggaris, alat tersebut perlu dikalibrasikan terlebih dahulu. Jika menggunakan penggaris, penggaris yang digunakan adalah penggaris yang sama untuk setiap percobaan.
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
161
Kelompok 17
3. Keadaan awal pipa manometer pada venturimeter diperiksa terlebih dahulu. Perbedaan ketinggian pada pipa manometer dicatat terlebih dahulu dan digunakan sebagai kalibrasi dalam perhitungan debit menggunakan venturimeter. 4. Air dialirkan dengan debit tertentu yang memungkinkan terjadinya jenis aliran yang diinginkan. 5. Kedudukan pintu sorong diatur dan ditentukan pula perkiraan pada interval berapa profil air loncat masih cukup baik. 6. Setelah aliran stabil kita harus mencatat Yo, Yg, Y1, Y 2, Y a, X a, Y b, dan X b Yo = tinggi muka air di hulu pintu sorong Yg = tinggi bukaan pintu sorong terhadap dasar saluran Y1 = tinggi muka air terendah di hulu pintu sorong Y2 = tinggi muka air tertinggi di hilir pintu sorong Ya = tinggi muka air tepat sebelum air loncat Yb = tinggi muka air tepat setelah air loncat Xa = kedudukan horizontal titik Y a dari titik nol saluran X b = kedudukan horizontal titik Y b dari titik nol saluran Percobaan dilakukan 5 kali dengan mengubah tinggi bukaan pintu sorong. 2.5.2
Percobaan dengan debit yang berubah
1. Kedudukan pintu sorong dicatat terlebih dahulu terhadap dasar saluran 2. Keadaan awal pipa manometer pada venturimeter diperiksa terlebih dahulu. Perbedaan ketinggian pada pipa manometer dicatat terlebih dahulu dan digunakan sebagai kalibrasi dalam perhitungan debit menggunakan venturimeter. 3. Debit dialirkan dengan debit minimum yang memungkinkan terjadinya aliran yang diinginkan. 4. Setelah aliran stabil kita harus mencatat Yo, Yg, Y1, Y 2, Y a, X a, Y b, dan X b 5. Percobaan dilakukan 5 kali dengan mengubah debit alir.
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
162
Kelompok 17
2.6 Contoh Perhitungan dan Pengolahan Data
2.6.1
Mencari Debit Teoritis dan Debit Aktual Mencari debit aktual terlebih dahulu dengan diketahui data sebagai berikut
Massa jenis raksa (ρHg)
= 13.60 g/cm3
Massa jenis raksa (ρair )
= 1.00 g/cm3
Diameter pipa 1 (d1)
= 3.15 cm
Diameter pipa 2 (d2)
= 2.00 cm
Percepatan gravitasi (g)
= 981 cm/s2
Ketinggian raksa 1 (H1)
= 29.60 cmHg
Ketinggian raksa 2 (H2)
= 13.80 cmHg
Perubahan ketinggian (ΔH)
= 15.80 cmHg
Ketinggian setelah kalibrasi = 15.40 cmHg (dengan kalibrasi = 0.4 cm)
1 2 ∆ℎ 4 = 1 1 1 3. 6 1 3. 1 5 2 ×9 8 1 ×1 5 . 4 4 = 1 = 2118.141 /
Maka didapat debit aktual dengan persamaan berikut
Mencari debit teoritis dapat dengan diketahui data sebagai berikut
Lebar saluran (b)
= 8 cm
Tinggi muka air terendah di hulu pintu sorong (Y 1) = 2.3 cm
Tinggi muka air di hulu pintu sorong (Y 0)
= 17.9 cm
Maka didapat debit teoritis dengan menggunakan persamaan berikut
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
163
Kelompok 17
Untuk debit air tetap
= 12 + = 8×2.32 ×981 +117.2×17.3 .9 = 3245.791 /
Tabel 2.1 Tabel Kalibrasi Awal Manometer
H1 Bacaan manometer H2 ΔH
29.6 13.8 cmHg 15.8
H1 Kalibrasi (0.4 cm) H2 ΔH
29.6 13.8 cmHg 15.4
Tabel 2.2 Tabel Data Debit Air Tetap 3
Debit air (cm /s)
Praktikum Pintu Sorong (cm)
No.
Yg 1 2 3 4 5 6
Y0 2.9 3.2 3.6 3.8 4.0 4.2
Y1
17.9 16.2 13.4 12.5 10.8 10.3
2.3 2.3 2.4 2.5 2.8 3.5
Aktual
Teoritis
2118.141 2118.141 2118.141 2118.141 2118.141 2118.141
3245.971 3069.704 2866.995 2859.196 2905.707 3438.787
Untuk debit air berubah Tabel 2.3 Tabel Data Debit Air Berubah Bacaan Manometer Setelah Kalibrasi
No.
H1 (cmHg) H2 (cmHg) ΔH (cmHg) 1 2 3 4 5 6
29.2 28.1 26.6 28.6 29.6 30.8
13.4 14.7 15.9 13.9 12.9 11.8
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
15.4 13.0 10.3 14.3 16.3 18.6
3
Praktikum Pintu Sorong (cm) Y2
Y0 6.8 7.0 6.9 6.8 6.9 6.8
12.5 11.1 9.3 11.6 12.7 14.1
Debit (cm /s)
Y1 2.5 2.5 3.3 2.6 2.4 2.5
Aktual
Teoritis
2118.141 1946.105 1732.261 2041.092 2179.156 2327.829
2859.196 2666.447 3063.734 2836.133 2779.496 3065.805
164
Kelompok 17
2.6.2
Menghitung Koefisien Kontraksi dan Koefisien Kecepatan Untuk menghitung koefisien kontraksi, diperlukan data berikut
Tinggi muka air terendah di hulu pintu sorong (Y 1) = 2.3 cm
Tinggi muka air di hulu pintu sorong (Y g)
= 2.9 cm
= 2.3 = =0.27.939
Maka, didapat koefisien kontraksi dengan persamaan
Untuk menghitung koefisien kontraksi, diperlukan data berikut
Debit Aktual (Q)
= 2118.141 cm 3/s
Debit Teoritis (Qr )
= 3245.971 cm 3/s
2=1 8.141 = =320.46553.971
Maka, didapat koefisien kontraksi dengan persamaan
Untuk debit air tetap Tabel 2.4 Tabel Data Koefisien Kontraksi dan Koefisien Kecepatan Debit Air Tetap
No. 1 2 3 4 5 6
3
Praktikum Pintu Sorong (cm) Yg
Y0 2.9 3.2 3.6 3.8 4.0 4.2
Debit air (cm /s)
Y1
17.9 16.2 13.4 12.5 10.8 10.3
2.3 2.3 2.4 2.5 2.8 3.5
Aktual
Teoritis
2118.141 2118.141 2118.141 2118.141 2118.141 2118.141
3245.971 3069.704 2866.995 2859.196 2905.707 3438.787
Koefisien Kontraksi (C c) Kecepatan (C v) 0.793 0.719 0.667 0.658 0.700 0.833
0.653 0.690 0.739 0.741 0.729 0.616
Untuk debit air berubah (dengan Y g = 3.8 cm) LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
165
Kelompok 17
Tabel 2.5 Tabel Data Koefisien Kontraksi dan Koefisien Kecepatan Debit Berubah
No. 1 2 3 4 5 6
2.6.3
3
Praktikum Pintu Sorong (cm) Y2
Y0 6.8 7.0 6.9 6.8 6.9 6.8
Debit (cm /s)
Y1
12.5 11.1 9.3 11.6 12.7 14.1
2.5 2.5 3.3 2.6 2.4 2.5
Aktual
Teoritis
2118.141 1946.105 1732.261 2041.092 2179.156 2327.829
2859.196 2666.447 3063.734 2836.133 2779.496 3065.805
Koefisien Kontraksi (Cc) ecepatan (Cv 0.658 0.658 0.868 0.684 0.632 0.658
0.741 0.730 0.565 0.720 0.784 0.759
Menghitung Gaya yang Bekerja Pada Pintu Sorong Untuk menghitung F g dapat diketahui dengan data berikut.
Massa jenis raksa (ρair )
= 1.00 g/cm3
Percepatan gravitasi (g)
= 981 cm/s2
Tinggi muka air di hulu pintu sorong (Y g)
= 2.9 cm
Tinggi muka air di hulu pintu sorong (Y 0)
= 17.9 cm
Tinggi muka air terendah di hulu pintu sorong (Y 1) = 2.3 cm
Lebar saluran (b)
= 8 cm
Debit Aktual (Q)
= 2118.141
cm3/s
= 0.5 117.91 = 0.5 ×1×918×2118. 1 ×2.31412.3 12.3 × 2.3 1 17.9 8 = 367068.681 ./
Maka Fg dapat dihitung dengan persamaan berikut
Untuk menghitung F h dapat diketahui dengan data berikut
Massa jenis raksa (ρair )
= 1.00 g/cm3
Percepatan gravitasi (g)
= 981 cm/s2
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
166
Kelompok 17
Tinggi muka air di hulu pintu sorong (Y g)
= 2.9 cm
Tinggi muka air di hulu pintu sorong (Y 0)
= 17.9 cm
Maka Fh dapat dihitung dengan persamaan berikut
ℎ = 0. 5 ℎ =ℎ0.5=×1×98 1 1 7 . 9 2. 9 105992.145 .
Untuk debit air tetap Tabel 2.6 Tabel Data Gaya yang Bekerja Pada Pintu Sorong Pada Debit Air Tetap No. 1 2 3 4 5 6
Praktikum Pintu Sorong (cm) Yg 2.9 3.2 3.6 3.8 4.0 4.2
Y0 17.9 16.2 13.4 12.5 10.8 10.3
Y1 2.3 2.3 2.4 2.5 2.8 3.5
3
Debit air (cm /s) Aktual
Teoritis
2118.141 2118.141 2118.141 2118.141 2118.141 2118.141
3245.971 3069.704 2866.995 2859.196 2905.707 3438.787
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
2
Yg/Yo 0.162 0.198 0.269 0.304 0.370 0.408
Gaya (g.cm/s ) Fg
Fh
367068.681 105992.145 335346.631 77871.780 277070.095 45204.480 253035.935 35438.625 201730.268 21366.180 151813.398 52037.145
Fg/Fh 3.463 4.306 6.129 7.140 9.442 2.917
167
Kelompok 17
Untuk debit air berubah
Tabel 2.7 Tabel Data Gaya yang Bekerja Pada Pintu Sorong Pada Debit Air Berubah No. 1 2 3 4 5 6
Praktikum Pintu Sorong (cm) Y2
Y0 6.8 7.0 6.9 6.8 6.9 6.8
Y1
12.5 11.1 9.3 11.6 12.7 14.1
2.5 2.5 3.3 2.6 2.4 2.5
3
Debit (cm /s) Aktual
Teoritis
2118.141 1946.105 1732.261 2041.092 2179.156 2327.829
2859.196 2666.447 3063.734 2836.133 2779.496 3065.805
2
Gaya (g.cm/s )
Yg/Yo 0.304 0.342 0.409 0.328 0.299 0.270
Fg 253035.935 204085.070 110413.341 218084.262 276877.379 317351.178
Fh
Fg/Fh
37125.945 26138.745 14837.625 29842.020 38852.505 52037.145
= √ = √ 89081∙,233,3 = 1,410 = 12√ 1+8 1 = 12 √ 1+8∙1,4101 = 1,556 ⁄ = 2∙ ∙ ⁄ 2 1 8 , 1 4 1 = 2∙981∙8 = 3,294
Bilangan Froude
Contoh perhitungan percobaan kedua debit tetap
Hubungan Yb dan Ya
Contoh perhitungan pada percobaan kedua debit tetap
Yc
Contoh perhitungan pada percobaan pertama debit tetap
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
168
6.816 7.808 7.441 7.308 7.126 6.099
Kelompok 17
Eminimum
= 32 = 32 ∙3,294 = 4,940
Contoh perhitungan pada percobaan pertama debit tetap
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
169
Kelompok 17
Lebar saluran 8 cm Kalibrasi 0,4 cm Percobaan A debit tetap, Yg berubah
Tabel 2.8 Tabel Bacaan Manometer H1 Bacaan manometer H2
29,6 13,8 15,8
ΔH
H1 Kalibrasi (0.4 cm) H2
cmHg
29,6 13,8 15,4
ΔH
cmHg
Tabel 2.9 Tabel Debit Tetap, Yg berubah Praktikum Pintu Sorong (cm)
No.
Yg 1 2 3 4 5 6
Y0 2,9 3,2 3,6 3,8 4,0 4,2
Praktikum Air Loncat
Y1
17,9 16,2 13,4 12,5 10,8 10,3
Xa 2,3 2,3 2,4 2,5 2,8 3,5
Ya
340,2 203,3 190,6 144,9 65,3 34,0
Xb 3,6 3,3 4,1 3,5 2,8 2,8
3
399,9 318,2 209,7 163,7 85,5 64,8
v (cm/s)
Q (cm /s)
Yb 5,4 5,3 6,5 6,7 7,6 7,5
2118,141 2118,141 2118,141 2118,141 2118,141 2118,141
Yb/Ya
Fr a
73,547 80,233 64,577 75,648 94,560 94,560
pengukuran
1,238 1,410 1,018 1,291 1,804 1,804
L (cm)
teoretis
1,500 1,606 1,585 1,914 2,714 2,679
Yc (cm)
1,320 59,700 1,556 114,900 1,024 19,100 1,393 18,800 2,100 20,200 2,100 30,800
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Emin (cm)
3,294 3,294 3,294 3,294 3,294 3,294
L/Yb
6,051 6,575 5,419 6,210 7,851 7,851
Y2 (cm)
DE
11,0556 21,6792 2,93846 2,80597 2,65789 4,10667
0,075 0,11435 0,12968 0,34934 1,29925 1,23599
5,5 6,7 7,5 7,8 5,9 6,8
170
Kelompok 17
Percobaan B debit berubah, Yg tetap 3,8 cm Tabel 2.10 Debit Berubah, Yg Tetap caan Manometer Setelah Kalibr Praktikum Pintu Sorong (cm)
No.
1 (cmHg 2 (cmHg H (cmHg 1 2 3 4 5 6
29,2 28,1 26,6 28,6 29,6 30,8
13,4 14,7 15,9 13,9 12,9 11,8
15,4 13,0 10,3 14,3 16,3 18,6
Y2
Y0 6,8 7,0 6,9 6,8 6,9 6,8
Y1
12,5 11,1 9,3 11,6 12,7 14,1
Praktikum Air Loncat Xa
2,5 2,5 3,3 2,6 2,4 2,5
144,9 58,5 28,8 114,8 165,0 220,0
Ya
Xb 3,5 3,2 3,5 3,0 3,8 4,0
163,7 122,3 51,5 134,2 182,7 244,0
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
Yb 6,7 6,7 6,8 6,5 6,3 6,4
3 Q (cm /s) v (cm/s)
Fr a
2118,141 1946,105 1732,261 2041,092 2179,156 2327,829
1,291 1,357 1,056 1,568 1,174 1,161
75,648 76,020 61,866 85,046 71,683 72,745
Yb/Ya pengukuran 1,914 2,094 1,943 2,167 1,658 1,600
L (cm)
teoretis 1,393 1,483 1,075 1,773 1,234 1,217
171
18,800 63,800 22,700 19,400 17,700 24,000
Yc (cm) 3,294 3,113 2,880 3,213 3,357 3,508
E (cm) 6,210 6,058 4,831 6,900 5,976 6,205
L/Yb
DE
Emin (cm)
2,80597 9,522388 3,338235 2,984615 2,809524 3,75
0,34934 0,49994 0,37749 0,54968 0,16317 0,135
4,94047 4,6692 4,32056 4,81992 5,0349 5,26137
Kelompok 17
Percobaan B debit berubah, Yg tetap 3,8 cm Tabel 2.10 Debit Berubah, Yg Tetap caan Manometer Setelah Kalibr Praktikum Pintu Sorong (cm)
No.
1 (cmHg 2 (cmHg H (cmHg 1 2 3 4 5 6
29,2 28,1 26,6 28,6 29,6 30,8
13,4 14,7 15,9 13,9 12,9 11,8
Y2
15,4 13,0 10,3 14,3 16,3 18,6
Y0 6,8 7,0 6,9 6,8 6,9 6,8
Y1
12,5 11,1 9,3 11,6 12,7 14,1
Praktikum Air Loncat Xa
2,5 2,5 3,3 2,6 2,4 2,5
Ya
144,9 58,5 28,8 114,8 165,0 220,0
Xb 3,5 3,2 3,5 3,0 3,8 4,0
163,7 122,3 51,5 134,2 182,7 244,0
Yb 6,7 6,7 6,8 6,5 6,3 6,4
Yb/Ya
3 Q (cm /s) v (cm/s)
Fr a
2118,141 1946,105 1732,261 2041,092 2179,156 2327,829
1,291 1,357 1,056 1,568 1,174 1,161
75,648 76,020 61,866 85,046 71,683 72,745
pengukuran
L (cm)
teoretis
1,914 2,094 1,943 2,167 1,658 1,600
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
1,393 1,483 1,075 1,773 1,234 1,217
18,800 63,800 22,700 19,400 17,700 24,000
Yc (cm) 3,294 3,113 2,880 3,213 3,357 3,508
E (cm) 6,210 6,058 4,831 6,900 5,976 6,205
L/Yb
DE
Emin (cm)
2,80597 9,522388 3,338235 2,984615 2,809524 3,75
0,34934 0,49994 0,37749 0,54968 0,16317 0,135
4,94047 4,6692 4,32056 4,81992 5,0349 5,26137
171
Kelompok 17
2.7 Analisis Data
2.7.1 Grafik Cc vs Yg/Y0 Grafik 2.1 CC VS. YG/YO DEBIT TETAP
Grafik Cc vs Yg/Y0 Debit Tetap 0.9000
y = 72.382x3 - 52.165x2 + 11.285x
0.8000 0.7931 0.7188
0.7000 0.6000 c C
0.8333 0.6667 0.6579
0.7000
0.5000
Grafik Cc vs Yg/Y0 Debit Tetap
0.4000 0.3000
Poly. (Grafik Cc vs Yg/Y0 Debit Tetap)
0.2000 0.1000 0.0000 0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
Yg/Y0
Grafik ini berguna untuk mencari nilai maksimum dan nilai minimum Cc dari Yg/Yo. Oleh karena itu grafik ini didekati oleh trendline
Kelompok 17
2.7 Analisis Data
2.7.1 Grafik Cc vs Yg/Y0 Grafik 2.1 CC VS. YG/YO DEBIT TETAP
Grafik Cc vs Yg/Y0 Debit Tetap 0.9000
y = 72.382x3 - 52.165x2 + 11.285x
0.8000 0.7931 0.7188
0.7000 0.6000 c C
0.8333 0.6667 0.6579
0.7000
0.5000
Grafik Cc vs Yg/Y0 Debit Tetap
0.4000 0.3000
Poly. (Grafik Cc vs Yg/Y0 Debit Tetap)
0.2000 0.1000 0.0000 0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
Yg/Y0
Grafik ini berguna untuk mencari nilai maksimum dan nilai minimum Cc dari Yg/Yo. Oleh karena itu grafik ini didekati oleh trendline polinomial orde 3. Dari persamaan orde 3 yang kita dapat maka kita dapat menentukan nilai minimum dan maksimum dari C c. Grafik ini seharusnya menunjukkan nilai C c tidak akan lebih besar dari 1, karena C c = Y1/Yg (Tinggi air terendah di hilir tidak mungkin lebih tinggi dari tinggi celah pintu sorong), namun masih belum bisa dilihat kepastiannya karena jarak antar data yang terlalu dekat, seharusnya diperlukan data yang jaraknya cukup jauh untuk dapat melihat nilai maksimum dan minimumnya. Dengan mengetahui Cc maka kita dapat mengetahui debit yang ada dihilir pintu sorong, dengan begitu maka kita dapat mengatur debit yang terjadi dihilir pintu sorong tersebut.
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
172
Kelompok 17
Grafik 2.2 CC VS. YG/YO DEBIT BERUBAH
Grafik Cc vs Yg/Y0 Debit Berubah 1.00000 0.90000
y = 61.573x3 - 43.998x2 + 9.8206x
0.80000 0.70000 0.60000 Grafik Cc vs Yg/Y0 Debit Berubah
c 0.50000 C
0.40000
Poly. (Grafik Cc vs Yg/Y0 Debit Berubah)
0.30000 0.20000 0.10000 0.00000 0.0000
0.1000
0.2000
0.3000
0.4000
0.5000
Yg/Y0
Grafik ini berguna untuk mencari nilai maksimum dan nilai minimum Cc dari Yg/Yo. Oleh karena itu grafik ini didekati oleh trendline polinomial orde 3. Dari persamaan orde 3 yang kita dapat maka kita dapat menentukan nilai minimum dan maksimum dari C c. Grafik ini seharusnya menunjukkan nilai C c tidak akan lebih besar dari 1, karena C c = Y1/Yg (Tinggi air terendah di hilir tidak mungkin lebih tinggi dari tinggi celah pintu sorong), namun masih belum bisa dilihat kepastiannya karena jarak antar data yang terlalu dekat, seharusnya diperlukan data yang jaraknya cukup jauh untuk dapat melihat nilai maksimum dan minimumnya. Dengan mengetahui Cc maka kita dapat mengetahui debit yang ada dihilir pintu sorong, dengan begitu maka kita dapat mengatur debit yang terjadi dihilir pintu sorong tersebut. Jika dibandingkan antara debit tetap dengan debit berubah, dapat dilihat perubahan C c pada debit berubah lebih tajam dibandingkan dengan debit tetap. Hal ini disebabkan oleh perbedaan antara debit aktual dan debit teoritisnya cukup mencolok.
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
173
Kelompok 17
2.7.2
Grafik Cv vs. Y g/Y0 Grafik 2.3 CV VS. YG/YO DEBIT TETAP
Grafik Cv vs Yg/Y0 Debit Tetap 0.45 0.4 0.35 y = 86.502x3 - 64.436x2 + 12.548x
0.3 v C
0.25
Grafik Cv vs Yg/Y0 Debit Tetap
0.2 0.15
Poly. (Grafik Cv vs Yg/Y0 Debit Tetap)
0.1 0.05 0 0.0000
0.1000
0.2000
0.3000
0.4000
0.5000
Yg/Y0
Grafik ini berguna untuk mencari nilai maksimum dan nilai minimum Cv dari Yg/Yo. Oleh karena itu grafik ini didekati oleh trendline polinomial orde 3. Dari persamaan yang didapat maka dapat kita cari Cv maksimum dan minimumnya. Grafik ini seharusnya membuktikan bahwa nilai Cv tidak akan lebih besar dari 1, karena C v = Qa/Qt. Hubungan ini belum dapat dipastikan dari grafik karena jarak data yang masih cukup dekat dan belum ditemukan titik maksimum dari grafiknya, bahkan juga titik minimumnya. Q aktual akan selalu lebih kecil dari Q teoritis, karena Q teoritis tidak memperhitungkan adanya kontraksi, namun pada kenyataannya kontraksi terjadi.
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
174
Kelompok 17
Grafik 2.4 CV VS. YG/YO DEBIT BERUBAH
Grafik Cv vs Yg/Y0 Debit Berubah 0.80000 y = 1.5877x3 - 11.334x2 + 5.4825x
0.70000 0.60000 0.50000 v 0.40000 C
Grafik Cv vs Yg/Y0 Debit Berubah
0.30000
Poly. (Grafik Cv vs Yg/Y0 Debit Berubah)
0.20000 0.10000 0.00000 0.0000 0.1000 0.2000 0.3000 0.4000 0.5000
Yg/Y0
Grafik ini berguna untuk mencari nilai maksimum dan nilai minimum Cv dari Yg/Yo. Oleh karena itu grafik ini didekati oleh trendline polinomial orde 3. Dari persamaan yang didapat maka dapat kita cari Cv maksimum dan minimumnya. Grafik ini seharusnya membuktikan bahwa nilai Cv tidak akan lebih besar dari 1, karena C v = Qa/Qt. Hubungan ini belum dapat dipastikan dari grafik karena jarak data yang masih cukup dekat dan belum ditemukan titik maksimum dari grafiknya, bahkan juga titik minimumnya. Q aktual akan selalu lebih kecil dari Q teoritis, karena Q teoritis tidak memperhitungkan adanya kontraksi, namun pada kenyataannya kontraksi terjadi. Jika dihubungkan keduang, dapat dilihat bahwa nilai koefisien kecepatan turun dengan drastis jika kita bergerak menuju kiri sumbu-X, hal ini menandakan bahwa perubahan tinggi pintu air memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kecepatan air yang keluar dari pintu sorong.
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
175
Kelompok 17
2.7.3
Grafik Fg/Fh vs. Yg/Y0 Grafik 2.5 GRAFIK FG/FH VS. YG/YO DEBIT TETAP
Grafik Fg/Fh vs Yg/Y0 Debit Tetap 12 10 y = 15.723x + 1
8 c 6 C
Grafik Fg/Fh vs Yg/Y0 Debit Tetap
4
Linear (Grafik Fg/Fh vs Yg/Y0 Debit Tetap)
2 0 0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
Yg/Y0
Fg/Fh menunjukan keseimbangan gaya-gaya yang bekerja pada pintu sorong. Hal ini menyebabkan F g/Fh seharusnya adalah lebih dari 1, karena dapat dilihat dari pintu sorong yang tetap seimbang. Oleh karena itu dibuat grafik dengan intercept 1. Dari grafik diatas dapat terlihat semakin tinggi Yg/Yo maka Fg/Fh semakin besar, ini menunjukan bahwa dengan Y g/Yo yang semakin besar maka pintu sorong semakin stabil.
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
176
Kelompok 17
Grafik 2.6 FG/FH VS. YG/YO DEBIT BERUBAH
Grafik Fg/Fh vs Yg/Y0 Debit Tetap 8 y = 14.594x + 1
7 6 5 c 4 C
Grafik Fg/Fh vs Yg/Y0 Debit Tetap
3 2 1 0 0.0000
0.1000
0.2000
0.3000
0.4000
0.5000
Yg/Y0
Fg/Fh menunjukan keseimbangan gaya-gaya yang bekerja pada pintu sorong. Hal ini menyebabkan F g/Fh seharusnya adalah lebih dari 1, karena dapat dilihat dari pintu sorong yang tetap seimbang. Oleh karena itu dibuat grafik dengan intercept 1. Dari grafik diatas dapat terlihat semakin tinggi Yg/Yo maka Fg/Fh semakin besar, ini menunjukan bahwa dengan Y g/Yo yang semakin besar maka pintu sorong semakin stabil.
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
177
Kelompok 17
2.7.4 Grafik Air Loncat
Grafik 2.7 Yb/Ya pengukuran vs teoretis
Yb/Ya pengukuran vs teoretis debit tetap 6.000 y = 1.258x 5.000 n a r u 4.000 k u g n e 3.000 p a Y / 2.000 b Y
Grafik 2.7 y=x
1.000 0.000 0.000
Linear (Grafik 2.7) 1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
Linear (y=x)
6.000
Yb/Ya teoretis
Grafik 2.8 Yb/Ya pengukuran vs teoretis
Yb/Ya pengukuran vs teoretis debit berubah
6.000
y = 1.3718x
n 5.000
a r u k 4.000 u g n 3.000 e p a 2.000 Y / b Y 1.000
0.000 0.000
Grafik 2.8 y=x Linear (Grafik 2.8) Linear (y=x) 2.000
4.000
6.000
Yb/Ya teoretis
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
178
Kelompok 17
Tujuan pembuatan grafik 2.7 dan 2.8 adalah membandingkan Yb/Ya pengukuran dengan Yb/Ya perhitungan atau teoretis. Idealnya Yb/Ya pengukuran sama dengan Yb/Ya teoretis. Namun pada saat percobaan banyak faktor yang mengakibatkan kondisinya menjadi tidak ideal. Intercept pada grafik gr afik ini digunakan untuk menunjukkan kondisi yang seharusnya, yakni besar Yb/Ya pengukuran sama dengan besar Yb/Ya teoretis. Hubungan Yb/Ya pengukuran dan Yb/Ya teoretis percobaan debit berubah adalah berbanding lurus. Karena idealnya pengukuran dan teoretis memiliki nilai yang sama.
Grafik 2.9 L/Yb vs Fra debit tetap 1
L/Yb vs Fra debit tetap 30 25 20 b Y / 15 L
Grafik 2.9
10
Poly. (Grafik 2.9)
5 0 0.000
0.500
1.000
1.500
2.000
Fra
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
179
Kelompok 17
Grafik 2.10 L/Yb vs Fra debit berubah 1
L/Yb vs Fra debit berubah
10 8 b Y / L
6 Grafik 2.10
4
Poly. (Grafik 2.10) 2 0 0.000
0.500
1.000
1.500
2.000
Fra
Grafik 2.9 dan 2.10 digunakan untuk membandingkan L/Y b dengan bilangan Froude. L merupakan selisih antara x b dan xa, atau jarak terjadinya air loncat. Air loncat terjadi karena ada perubahan aliran dari superkritis
ke
subkritis.
Bilangan
Froude
lebih
besar
dari
satu
menggambarkan jenis aliran superkritis. Aliran superkritis ini memiliki sifat yang menimbulkan gerusan. Pada jarak tersebut air akan cenderung menggerus saluran maka sehingga dalam praktik di lapangan di rentang itu dasar saluran diperkuat atau dipertebal.
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
180
Kelompok 17
Grafik 2.11 y vs E debit tetap
y vs E debit tetap 25 20
percobaan 1 percobaan 2
15
percobaan 3
y
10
percobaan 4 percobaan 5
5
percobaan 6 y=x
0 0
5
10
15
20
25
E
Grafik 2.12Y vs E debit berubah
Y vs E debit berubah 16 14
Y
percobaan 1
12
percobaan 2
10
percobaan 3
8
percobaan 4
6
percobaan 5
4
percobaan 6
2
y=x
0 0
5
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
10 E
15
20
181
Kelompok 17
Grafik 2.11 dan 2.12 menunjukkan hubungan antara kedalaman muka air (y) terhadap energi spesifik (E) dalam debit tertentu. Pada suatu energi spesifik tertentu terdapat dua kemungkinan kedalaman. Pada keadaan kritis, kedua kedalaman tersebut seolah menyatu dan dikenal sebagai kedalaman kritis (yc). Pada kondisi debit tetap, garis-garis dari percobaan yang berbeda memiliki titik Yc yang sama. Hal ini berbeda
= 32 = + 2 = = + 2 = ∆ = = + 2 + 2 = + 2 ∙ 2 ∙
dengan kondisi debit berubah yang tidak berkumpul di satu titik.
Persamaan energi pada saat kritis
Pada saat kritis Fr = 1, maka Jadi
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
182
Kelompok 17
= + 2 ∙ ∙ 2 + = ∙ ∙ ∆ = ∆ = ∙ ∙
Persamaan yang didapat merupakan persamaan pangkat tiga, kurva pangkat tiga digambarkan dengan grafik asimtot. Grafik 2.11 dan 2.12 merupakan grafik asimtot terhadap garis y=x.
2.8 Kesimpulan dan Saran
2.8.2
Kesimpulan
a. Aliran setelah melalui pintu sorong mengalami perubahan kondisi dari superkritis menjadi subkritis. b. Hasil koefisien kecepatan dan koefisien kontraksi serta ga ya yang bekerja pada pintu sorong c.
Air loncat merupakan akibat dari perubahan aliran akibat adanya pintu sorong. Air loncat mempunyai sifat menggerus dasar saluran.
2.8.2
Saran
a. Untuk pengambilan data sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan jarak antar data sehingga pada pengolahan data dapat dilihat dimana titik maksimum dan titik minimum untuk membuktikan bahwa nilai koefisien kontraksi dan kecepatan tidak akan lebih dari 1. Selain itu, data yang lebih beragam dan lebih banyak dapat membantu ketelitian. b. Menggunakan penggaris yang sama dalam pengukuran.
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA
183