Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Faletehan Faletehan
GAMBARAN PELAKSANAAN INSPEKSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. AEROFOOD ACS CILEGON-BANTEN TAHUN 2016
LAPORAN PRAKTIKUM KESEHATAN MASYARAKAT
DWI YULITA 2012031030
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN SERANG-BANTEN APRIL 2016
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Faletehan Faletehan
GAMBARAN PELAKSANAAN INSPEKSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. AEROFOOD ACS CILEGON-BANTEN TAHUN 2016
LAPORAN PRAKTIKUM KESEHATAN MASYARAKAT
DWI YULITA 2012031030
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN SERANG APRIL 2016
i
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Faletehan Faletehan
GAMBARAN PELAKSANAAN INSPEKSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. AEROFOOD ACS CILEGON-BANTEN TAHUN 2016
LAPORAN PRAKTIKUM KESEHATAN MASYARAKAT
DWI YULITA 2012031030
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN SERANG APRIL 2016
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
:
Dwi Yulita
Tempat/tanggal lahir
:
Bandar Lampung, 15 Juli 1994
Agama
:
Islam
Status
:
Belum Menikah
Alamat
:
Jl. P. Damar Gg. Madrasah No 38 Way Huwi Lampung Selatan – Lampung
Pendidikan
:
-
SMA Negeri 12 Bandar Lampung (Lulus 2012)
-
MTs Negeri 2 Bandar Lampung (Lulus 2009)
-
SD Negeri 1 Sukabumi Indah Bandar Lampung (Lulus 2006)
Riwayat Pekerjaan
:
-
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan nikmat dari-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum kesehatan masyrakat yang berjudul “Gambaran Penerapan Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Aerofood ACS Cilegon-Banten Tahun 2016 ”. Dalam penyusunan laporan ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1. Bapak H.Maman Sutisna, SKM.,M.Kes., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Faletehan Serang. 2. Ibu H. Dini Daningrum, SKM.,MKM, selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKes Faletehan Serang. 3. Ibu Wiwik Eko Pertiwi, SKM.,MKM., selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan dan masukan untuk terselesainya laporan ini. 4. PT. Aerofood ACS Cilegon yang telah memfasilitasi penulis sehingga dapat melaksanakan Praktikum Kesehatan Masyarakat. 5. Bapak Mahesa Jenar, SKM dan Zul Fikri selaku Pembimbing Lapangan di PT. Aerofood ACS Cilegon yang telah memberikan bimbingan dan membantu dalam pengumpulan data untuk terselesinya laporan ini. 6. Kedua Orang Tua saya yang selalu memberikan dukungan moral dan moril dan sekaligus menjadi penyemangat saya menyelesaikan laporan praktikum kesehatan masyarakat ini. 7. Teman-teman seperjuangan mahasiswa PSKM STIKes Faletehan Serang angkatan 2012 yang telah memberikan semangat dan motivasi dalam penyusunan laporan ini. Serang, April 2016
Penulis
iv
ABSTRAK
Program Studi Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Faletehan Laporan Praktikum, 22 April 2016
Dwi Yulita Gambaran Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Aerofood ACS Cilegon-Banten Tahun 2016
ix + 44 halaman, 3 tabel, 37 lampiran. Setiap pekerjaan selalu mengandung potensi resiko dalam bentuk kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda, maupun korban jiwa yang dapat terjadi didalam suatu proses kerja industri atau berkaitan dengannya. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui gambaran pelaksanaan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Aerofood ACS Cilegon-Banten tahun 2016, serta kesesuaian dengan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012. Melalui kegiatan magang dilaksanakan pada tanggal 01-31 Maret 2016. Oleh karena itu PT. Aerofood ACS Cilegon-Banten mengupayakan suatu tindak pencegahan kecelakaan dengan melaksanakan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja untuk meminimalkan potensi dan faktor bahaya yang ada sehingga dapat terhindar dari kecelakaan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Inspeksi di PT. Aerofood ACS Cilegon-Banten adalah inspeksi internal yaitu inspeksi PRP yang merupakan daily inspection, meliputi inspeksi fasilitas, personal hygiene dan pemasakan bahan baku. Inspeksi Summary PRP merupakan akumulasi temuan yang ada di inspeksi PRP bertujuan untuk meninjau perbaikan meliputi inspeksi area produksi, area storage, dan area service. Inspeksi HSE merupakan inspeksi yang rutin dilakukan setiap bulan meliputi inspeksi APD, kotak P3K, kesehatan pekerja dan lingkungan kerja. dan inspeksi eksternal yang merupakan inspeksi secara tidak terduga oleh pihak ketiga. Di sarankan untuk menerapkan “ punishment and rewards” yang tegas. Kata kunci : Inspeksi, Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Daftar Referensi : 12 buah (1970-2015)
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..... ................................................................................................. i PERNYATAAN PENGESAHAN...................................................................................ii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... iii KATA PENGANTAR ... ................................................................................................ iv ABSTRAK..................... ................................................................................................. v DAFTAR ISI .................. ................................................................................................ vi DAFTAR TABEL.......... ............................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN.. ................................................................................................ ix BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1 B. Tujuan Praktikum.......................................................................................... 3 1. Tujuan Umum .......................................................................................... 3 2. Tujuan Khusus..........................................................................................3 C. Manfaat Praktikum ........................................................................................ 3 D. Waktu dan Tempat Praktikum ...................................................................... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................
A. Tempat Kerja dan Tenaga Kerja ................................................................... 5 B. Keselamatan dan Kesehatan Kerja ................................................................ 5 C. Konsep Inspeksi dan Keselamatan Kerja ...................................................... 6 1. Pengertian Inspeksi ................................................................................. 6 2. Pengertian Inspeksi Keelamatan dan Kesehatan Kerja ............................ 6 3. Tujuan Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja ................................ 6 4. Manfaat Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja ......... 7 5. Objek Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja .................................. 7 6. Jenis-jenis Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja ........................... 8 7. Langkah-langkah Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja ................ 9 D. Pencegahan Kecelakaan Kerja ..................................................................... 12 1. Pengertian Kecelakaan Kerja .................................................................. 12 2. Sebab-Sebab Kecelakaan Kerja .............................................................. 12 3. Pencegahan Kecelakaan Kerja ................................................................ 14 E. Perencanaan Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja ........................... 17 F.. Sumber Daya Manusia Dalam Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja ........................................................................................... 17 G. Sarana dan Prasarana Dalam Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja . 18 H. Monitoring dan Evaluasi Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja ........ 19 I. . Kebijakan Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja ............................... 20 BAB III GAMBARAN UMUM PT. AEROFOOD ACS ........................................... 21
A. Visi dan Misi PT. Aerofood ACS ................................................................ 21 1. Visi .......................................................................................................... 21 2. Misi.......................................................................................................... 21 3. Sejarah Singkat PT. Aerofood ACS ........................................................ 21 4. Value Perusahaan .................................................................................... 23 vi
B. Data Geografi ............................................................................................... 24 C. Keadaan Sosial Masyarakat PT. Aerofood ACS ........................................ 24 1. Ketenagaan .............................................................................................. 24 2. Struktur Organisasi Perusahaan .............................................................. 25 3. Shift Kerja................................................................................................ 25 D. Struktur Organisasi Perusahaan ................................................................... 23 E. Shift Kerja ....................................................................................................23 F.. Prosedur Keselamatan Kerja di PT. Aerofood ACS .................................... 25 G. Gambaran Penerapan Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Aerofood ACS Tahun 2015............................................................... 26 BAB IV HASIL PRAKTIKUM KESEHATAN MASYARAKAT ........................... 28
A. Hasil Kegiatan Mingguan Selama Praktikum Kesehatan Masyarakat......... 28 B. Hasil Praktikum Kesehatan Masyarakat ........................................................ 1. Kebijakan Penerapan Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Aerofood ACS tahun 2016 ........................................................... 29 2. Jenis-jenis Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Aerofood ACS tahun 2016 ............................................................ 30 3. Perencanaan Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Aerofood ACS tahun 2016 ............................................................... 34 4. Pelakasanaan Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Aerofood ACS tahun 2016 ............................................................... 35 5. Sumber Daya Manusia Yang Melakukan Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Aerofood ACS ahun 2016 ................................. 38 6. Sarana dan Prasarana Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Aerofood ACS tahun 2016 .............................................................. 38 7. Monitoring dan Evaluasi Dari Hasil Temuan Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Aerofood ACS tahun 2016 ................................ 40 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 43
A. Kesimpulan ................................................................................................. 43 B. Saran............................................................................................................. 44
vii
DAFTAR TABEL
Hal Tabel 2.1 Kategori Konsekuensi Relatif dan Bermacam Bahaya .................................. 10 Tabel 2.2 Perkiraan Probabilitas Kuantitatif Untuk Dipergunakan Dalam Pengambilan Keputusan ....................................................................................................... 11 Tabel 4.1 Kegiatan Mingguan Mahasiswa Selama Praktik di PT. Aerofood ACS Cilegon Unit PT. NS Bluescope Indonesia .................................................................. 28
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap pekerjaan selalu mengandung potensi resiko dalam bentuk kecelakaan kerja. Kecelakaan disini berhubung dengan pekerjaan, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui. (Permenaker No.PER-03/MEN/1998). Tarwaka (2012), menyatakan bahwa kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi didalam suatu proses kerja industri atau berkaitan dengannya. Upaya peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja pada setiap industri merupakan cara untuk menghindari kecelakaan kerja tersebut. Kesadaran pekerja dan pimpinan perusahaan akan pentingnya pencegahan kecelakaan secara dini untuk mengantisipasi terjadinya kasus-kasus kecelakaan masih kurang. Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja juga masih rendah, dapat dikatakan kurang maksimal. Hal ini terlihat dengan masih tingginya angka kecelakaan di beberapa negara, khususnya di Indonesia. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2013, 1 pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. Tahun sebelumnya (2012) ILO mencatatat angka kematian dikarenakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK) sebanyak 2 juta kasus setiap tahun. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, jumlah kecelakaan akibat kerja di Indonesia pada tahun 2011 sampai 2014 yang paling tinggi terjadi pada tahun 2013 sebanyak 35.917 kasus kecelakaan kerja (Pusdatin, 2015).
1
STIKes Faletehan
2
Kondisi serupa juga terjadi di Provinsi Banten. Menurut Disnakertrans Cilegon jumlah kecelakaan kerja di Kota Cilegon dari tahun 2014 sampai 2015 terus meningkat, pada tahun 2014 terdapat 259 kasus dengan korban meninggal 6 orang. Sedangkan tahun 2015 terdapat 325 kasus kecelakaan kerja dengan korban meninggal 11 orang. (Disnakertrans Cilegon, 2015). Mengingat pentingnya keselamatan dan kesehatan para tenaga kerja untuk menekan
angka
kecelakaan
kerja
dan
diharapkan
mampu
mencapai
produktivitas yang tinggi maka perlu diupayakan perlindungan dengan antisipasi
bahaya
sedini
mungkin.
Dalam
hal
ini,
pemerintah
telah
mengeluarkan PP No. 50 tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dimana salah satu langkah pencegahan yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan melaksanakan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja. Inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu usaha untuk mendeteksi adanya kondisi dan tindakan yang tidak aman dan segera memperbaikinya sebelum kondisi dan tindakan sempat menyebabkan suatu kecelakaan. (Sucofindo, 1998). PT. Aerofood ACS merupakan perusahaan yang berstandar internasional yang bergerak di industri catering yang dalam proses produksinya tentu memiliki resiko keselamatan dan kesehatan yang tinggi. Potensi bahaya tersebut dapat berupa kebakaran, kecelakaan yang diakibatkan alat-alat produksi, terpeleset karena lantai licin, dan juga bisa disebabkan adanya faktor fisik lingkungan kerja seperti bising, temperatur panas, ataupun penerangan yang kurang merupakan faktor pendukung terjadinya kecelakaan kerja. Mengingat banyaknya potensi bahaya tersebut yang dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi perusahaan maka PT. Aerofood ACS telah menerapan K3 di perusahaan sehingga kecelakaan kerja dapat dicegah dan diminimalisasi. Salah satu penerapan K3 di PT. Aerofood ACS yaitu dengan melaksanakan inspeksi K3 secara teratur dan terencana yang bertujuan untuk pencapaian zero accident dan meningkatan kesehatan tenaga kerja. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengambil judul “Gambaran Pelaksanaan Inspeksi
STIKes Faletehan
3
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di PT. Aerofood ACS Cilegon-Banten Tahun 2016”. B. Tujuan Praktikum
1. Tujuan Umum Mengetahui gambaran pelaksanaan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Aerofood ACS Cilegon-Banten tahun 2016. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran kebijakan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Aerofood ACS Cilegon-Banten tahun 2016. b. Mengetahui gambaran jenis-jenis inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Aerofood ACS Cilegon-Banten tahun 2016. c. Mengetahui gambaran perencanaan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Aerofood ACS Cilegon-Banten tahun 2016. d. Mengetahui gambaran pelaksanaan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja di PT . Aerofood ACS Cilegon-Banten tahun 2016. e. Mengetahui gambaran sumber daya manusia yang melakukan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Aerofood ACS Cilegon-Banten tahun 2016. f. Mengetahui gambaran sarana dan prasarana inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Aerofood Cilegon-Banten tahun 2016. g. Mengetahui gambaran monitoring dan evaluasi dari hasil temuan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja yang dilakukan di PT. Aerofood ACS Cilegon-Banten tahun 2016. C. Manfaat Praktikum
1. Bagi PT. Aerofood ACS a. Laporan Praktikum Kesehatan Masyarakat dapat menjadi salah satu masukan dalam program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Aerofood ACS Cilegon-Banten. b. Menciptaan kerjasama antara PT. Aerofood ACS dengan jurusan Program Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM) STIKes Faletehan Serang.
STIKes Faletehan
4
2. Bagi STIKes Faletehan a. Menjalin kerja sama antara perguruan tinggi dengan dunia industri. b. Mendapatkan bahan masukan pengembangan teknis pengajaran dalam rangka link dan match antara dunia pendidikan dan dunia industri, agar dapat meningkatkan kualitas sarjana yang dihasilkan. 3. Bagi Penulis a. Memperoleh pengalaman di dunia industri dengan menerapkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang sesuai di bidang keselamatan kesehatan kerja (K3). b. Memperoleh kesempatan dalam menganalisa permasalahan yang ada di lapangan berdasarkan teori yang diperoleh selama kuliah. c. Memperoleh wawasan tentang dunia kerja dan sebagai proses adaptasi dini terhadap lingkungan dunia kerja. D. Waktu Dan Tempat Praktikum
Kegiatan magang ini dilaksanakan di Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) PT. Aerofood ACS Cilegon-Banten Unit PT. Nippon Steel Bluescope Indonesia selama 31 hari kerja (dimulai tanggal 1 Maret – 31 Maret 2016).
STIKes Faletehan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A Tempat Kerja dan Tenaga Kerja .
1. Pengertian Tempat Kerja Tempat Kerja menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 ialah tiap ruangan atau lapangan baik terbuka atau tertutup, bergerak maupun menetap dimana terdapat tenaga kerja yang bekerja atau sering dimasuki orang bekerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya. 2. Pengertian Tenaga Kerja Tenaga Kerja menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dalam Pasal 1 angka 2 ialah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. B. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Mangkunegara, (2002) keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani dan rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan menurut OHSAS 18001:2007, keselamatan dan kesehatan kerja adalah semua kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun orang lain seperti kontraktor, pemasok, pengunjung, dan juga tamu di tempat kerja.
5
STIKes Faletehan
6
C. Konsep Inspeksi dan Keselamatan Kerja
1. Pengertian Inspeksi Inspeksi menurut Bird, Frank E. dan George L. Germain, (1990) adalah sistem yang baik untuk menemukan suatu masalah dan menaksir jumlah resiko sebelum tejadi accident dan kerugian lain yang dapat muncul. Dikutip dari Kartika Candra, (2009) inspeksi adalah salah satu cara effektif untuk menilai keadaan tempat kerja apakah dalam keadaan aman ( safe), sehingga setiap potensi bahaya dapat diidentifikasi untuk menentukan prioritas tindakan atau koreksi yang akan diambil. 2. Pengertian Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Sucofindo, (1998) inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu usaha untuk mendeteksi adanya kondisi dan tindakan yang tidak aman dann segera memperbaikinya sebelum kondisi dan tindakan sempat menyebabkan suatu kecelakaan. Menurut Bird, Frank E. dan George L. Germain, (1990) inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu proses untuk menemukan potensi bahaya yang ada ditempat kerja untuk mencegah terjadinya kerugian maupun kecelakaan ditempat kerja dalam penerapan keselamatan dan kesehatan di tempat kerja. 3. Tujuan Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut PT. Freeport Indonesia, (1995) inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk menindak kecelakaan dengan jalan mengamati penyebab kecelakaan sedini mungkin dan segera melakukan pembetulan sebelum kecelakaan terjadi. Setiap inspeksi harus mampu mengamati baik kondisi yang berbahaya maupun tindakan yang tidak aman. Menurut Alkon, (1998) melalui inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja tidak hanya unsafe condition dan unsafe action saja yang diamati, tetapi justru bahaya-bahaya yang terselubung di balik kedua kondisi tersebut perlu di telusuri dan di ungkapkan.
STIKes Faletehan
7
Menurut Oktavia (2009) maksud dan tujuan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja yaitu : a. Menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang aman serta yang bebas dari bahaya. b. Menemukan perilaku kerja orang supaya mempunyai sikap kerja selamat. c. Memelihara kualitas produksi dan oprasional yang menguntungkan. d. Mengamati penerapan atau pelaksanaan pekerja sesuai SOP perusahaan atau sesuai dengan norma-norma K3 yang berlaku. 4. Manfaat Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Beberapa manfaat akan pentingnya inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja menurut Alkon,(1998) adalah : a. Untuk mengecek apakah sesuatu atau menyimpang dari program kerja. b. Untuk meningkatkan kembali kepedulian keselamatan di lingkungan karyawan
karena
dengan
inspeksi,
karyawan
merasa
bahwa
keselamatannya diperhatikan. c. Mengetahui semua standart keselamatan kerja. d. Untuk menilai kesadaran keselamatan dan kesehatan kerja dilingkungan karyawan perusahaan. 5. Objek Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Tarwaka, (2008) untuk membantu menentukan aspek-aspek apa saja yang ada di tempat kerja yang akan di inspeksi, perlu di pertimbangkan dan di pahami hal-hal sebagai berikut : a. Hazard yang berpotensi menyebabkan cidera atau sakit dan masalahmasalah keselamatan dan kesehatan kerja yang ada di tempat kerja. b. Peraturan perundang-undangan bidang K3 dan standart yang berkaitan dengan hazard, tugas-tugas, proses produksi tertentu yang di terapkan di masing-masing perusahaan. c. Masalah-masalah K3 yang terjadi sebelumnya meskipun resikonya kecil perlu di pertimbangkan.
STIKes Faletehan
8
6. Jenis-Jenis Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Ada 2 (dua) jenis inspeksi yaitu inspeksi tidak terencana dan inspeksi yang terencana. a. Inspeksi Tidak Terencana Inspeksi yang dilakukan hanya sambil lalu, sehingga umumnya bersifat dangkal dan tidak sistematis, diantaranya sebagai berikut : 1) Umumnya hanya memeriksa kondisi yang tidak aman. 2) Kondisi tidak aman yang memerlukan perhatian besar sering terlewati. 3) Perhatian cenderung lebih besar pada kepentingan produksi. 4) Tidak tercatat. 5) Tindakan pembetulan dan pencegahan tidak sampai mendasar. b. Inspeksi yang Terencana Inspeksi yang telah direncanakan, lebih mendetail dan juga fokus pada bahaya-bahaya terselebung yang jarang ditemukan. Inspeksi terencana terencana terbagi menjadi : 1) Inspeksi rutin atau umum Inspeksi rutin terhadap sumber bahaya ditempat kerja atau kegiatan identifikasi terhadap tugas dan proses operasional yang mempunyai resiko tinggi. Dikutip
dari
Oktavia,
(2009)
Beberapa
keuntungan
dari
dilaksanakannya inspeksi rutin atau umum yaitu : - Inspektor dapat mencurahkan segala perhatiannya untuk melakukan inspeksi. - Inspektor
dapat
melakukan
observasi
menyeluruh
tentang
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja. - Checklist yang akan digunakan untuk inspeksi telah di persiapkan dengan baik. - Laporan temuan dan rekomendasi segera dapat dibuat untuk meningkatkan kesadaran tentang adanya bahaya di tempat kerja. 2) Inspeksi khusus Kegiatan inspeksi yang dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi hazard terhadap obyek-obyek kerja tertentu
STIKes Faletehan
9
yang mempunyai resiko tinggi yang hasilnya sebagai dasar untuk penceghan dan pengendalian resiko di tempat kerja. Perbedaan antara inspeksi umum dan khusus menurut Tarwaka, (2008) adalah bahwa inspeksi umum direncanakan dengan cara walkthrough survey keseluruh area kerja dan bersifat komprehensif, sedangkan inspeksi khusus direncanakan untuk di arahkan kepada kondisi-kondisi tertentu. 7. Langkah-langkah Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu : a. Tahap Persiapan Inspeksi 1) Periksa jadwal dan tim kerja 2) Analisa kecelakaan yang ada 3) Analisa laporan inspeksi yang lalu 4) Buat checklist (daftar periksa) 5) Buat peta inspeksi berdasarkan gambar lokasi 6) Periksa prosedur kerja atau kartu analisa kerja b. Tahap Pelaksanaan Inspeksi 1) Pendahuluan Pendahuluan yaitu menghubungi penanggung jawab bagian yang akan dikunjungi untuk menjelaskan bahwa akan diadakan inspeksi di area kerja tersebut. 2) Peta Inspeksi Usahakan mengikuti peta inspeksi seperti yang telah direncanakan. 3) Pengamatan Mengamati semua kegiatan proses produksi untuk memastikan ada atau tidaknya pelanggaran terhadap peraturan keselamatan dan kesehatan kerja. 4) Observasi Observasi tindakan-tindakan perorangan untuk mencocokkan dengan syarat-syarat keselamatan kerja.
STIKes Faletehan
10
5) Penelitian Penelitian dilakukan untuk mengumpulkan atau juga cross-check data. 6) Koreksi Koreksi sementara dengan segera apabila dalam melaksanakan inspeksi atau tindakan berbahaya atau membahayakan. 7) Catat Buat catatan ringkas tentang ketidak sesuaian dan kesesuaian peralatan, tindakan dan kondisi terhadap standar kemudian periksa pedoman identifikasi bahaya. Seorang inspektor harus menunjukan tempat dan penjelasan setiap bahaya yang ditemukan dalam pemeriksaan dan juga harus membuat catatan yang mendetail untuk menjawab kemungkinan-kemungkinan pertanyaan yang akan timbul. Potensi kerugiannya supaya diperkirakan agar dapat membuat klasifikasi dalam laporan (Oktavia, 2009). Dalam membuat rating bahaya menggunakan 2 kategori yaitu : a. Menentukan besar konsekuensi yang diperkirakan akan diakibatkan oleh bahaya apabila terjadi kecelakaan. b. Perkiraan probabilitas kejadian kecelakaan Pembagian klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Kategori Konsekuensi Relatif Dan Bermacam Bahaya Kategori Konsekuensi Bahaya I
Jenis Bahaya
Keterangan
II
Katastropik (Catastropic) Kritical (Critical)
III
Kecil (Marginal)
IV
Dapat diabaikan (Negligible)
Dapat mengakibatkan kematian atau kehilangan facility Dapat mengakibatkan luka berta atau kerusakan berat pada barag milik Dapat mengakibatkan luka ringan akibat kerja ringan yang menagkibatkan kerugian hari kerja atau kerusakan barang milik ringan Mungkin tidak mempengaruhi keselamatan atau kesehatan karyawan jadi tidak mengakibatkan hari kerja hilang, tetapi merupakan pelanggaran dalam kriteria tertentu
Sumber : Oktavia, 2009
STIKes Faletehan
11
Tabel 2.2 Perkiraan Probabilitas Kuantitatif Untuk Dipergunakan Dalam Pengambilan Keputusan Kategori
Keterangan
Probalitas
A
Cenderung segera terjadi dalam waktu pendek bilamana terjadi paparan bahaya
B
Mungkin akan terjadi
C
Bisa akan terjadi pada waktunya
D
Tidak cenderung terjadi
Sumber : Oktavia, 2009
c. Tahap Pelaporan Inspeksi Setiap inspeksi harus ditindak lanjuti dengan laporan tertulis, tanpa laporan tertulis inspeksi tidak mempunyai arti dan hanya seperti single seeing tour saja. Tipe laporan inspeksi ada 3 yaitu : 1) Laporan Keadaan Darurat Segera dibuat tanpa menunggu untuk keadaan berbahaya, kritis atau katastropik, yaitu termasuk kategori bahaya IA,IIB. 2) Laporan Berkala (Periodik) Mencakup keadaan berbahaya yang tidak tergolong emergency yang ditemukan dalam inspeksi berkala. Laporan supaya dibuat dalam waktu 24 jam setelah inspeksi dilakukan. 3) Laporan Ringkas (Summary) Mencakup semua item dari laporan berkala terdahulu untuk jangka waktu tertentu. Laporan harus menyebutkan nama departemen dan area yang di inspeksi, nama serta jabatan yang mengadakan inspeksi, tanggal laporan dibuat dan nama untuk siapa laporan di buat. Adapun statistik membuat laporan yang dianjurkan agar mudah dipahami dan ditindak lanjuti yaitu :
STIKes Faletehan
12
a. Catat item temuan yang belum ditindak lanjuti dan beri tanda pengulang kembali. b. Tiap item harus diberi nomor urut. c. Tiap item supaya diberi klasifikasi bahaya. d. Sedapat mungkin sebutkan akan tindak lanjuti dan oleh siapa dari item yang ditulis ulang. e. Laporan inspeksi supaya dialamatkan kepada departemen yang diinspeksi dengan tembusan kepad atasan. f. Usaha perbaikan sebagai tindak lanjut. g. Untuk mengetahui kondisi dari setiap keadaan dan upaya yang dilakukan dalam manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3), maka sangat perlu adanya langkah evaluasi tersebut maka kita dapat meneukan tindak lanjut yang akan dilakukan untuk pengembangan. D. Pencegahan Kecelakaan Kerja 1. Pengertian Kecelakaan Kerja
Dalam Permenaker No. 03/MEN/98 kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda. Menurut (OHSAS 18001, 1999) dalam Shariff (2007), kecelakaan kerja adalah suatu kejadian tiba-tiba yang tidak diinginkan yang mengakibatkan kematian, luka-luka, kerusakan harta benda atau kerugian waktu. 2. Sebab-Sebab Kecelakaan Kerja
Tarwaka
(2012)
menjelaskan
tentang
penyebab
kecelakaan
kerja
diantaranya adalah sebab dasar atau asal mula. Sebab dasar merupakan sebab atau faktor yang mendasari secara umum terhadap kejadian atau peristiwa kecelakaan. Sebab dasar kecelakaan industri antara lain meliputi : - Faktor komitmen atau partisipasi dari pihak manajemen atau pimpinan perusahaan dalam upaya penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan.
STIKes Faletehan
13
- Manusia atau para pekerjanya sendiri. - Kondisi tempat kerja. Sebab utama dari kejadian kecelakaan kerja adalah adanya dari kejadian kecelakaan kerja adalah adanya faktor dan persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja yang belum di laksanakan secara benar ( substandars). Sebab utama kecelakaan kerja karena : a. Faktor Manusia Faktor manusia atau dikenal dengan istilah tindakan tidak aman ( Unsafe Action) yaitu merupakan tindakan berbahaya dari para tenaga kerja yang mungkin di latar belakangi oleh sebab antara lain : - Kekurangan pengetahuan dan ketermpilan (lack of knowledge and skill ) - Ketidakmampuan untuk bekerja secara normal (inadequate capability) - Ketidakfungsian tubuh karena cacat yang tidak tampak (biodilly defect) - Sikap dan tingkah laku yang tidak aman ( unsafe attitude and habits) - Kebingungan dan stres (confuse and stress) karena prosedur kerja yang baru dan belum di pahami. - Belum menguasai atau belum terampil dengan peralatan mesin-mesin baru (lack of skill) - Penurunan konsentrasi (difficulting in concerting) dari tenaga kerja saat melakukan pekerjaan. - Sikap-sikap masa bodoh (ignorance) dari tenaga kerja - Kurang adanya motivasi kerja (improper motivation) dari tenaga kerja. - Kurang adanya kepuasan kerja (low job satisfaction) - Sikap kecenderungan mencelakai diri sendiri. Manusia sebagai faktor penyebab kecelakaan seringkali disebut sebagai human f actor” dan sering di salah-artikan karena selalu di tuduhkan
“
sebagai penyebab terjadinya kecelakaan. Padahal seringkali kecelakaan
STIKes Faletehan
14
terjadi karena keselahan desain mesin dan peralatan kerja yang tidak sesuai. b. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan atau dikenal dengan kondisi tidak aman (Unsafe Condition) yaitu kondisi tidak aman dari : mesin, peralatan, pesawat, bahan, lingkungan dan tempat kerja, proses kerja, sifat pekerjaan dan sistem kerja. Lingkungan dalam arti luas dapat di artikan tida saja lingkungan fisik, tetapi juga faktor-faktor yang berkaitan dengan penyediaan fasilitas, pengalaman manusia yang lalu maupun sesaat sebelum bertugas, pengaturan organisasi kerja, hubungan sesama pekerja, kondisi ekonomi dan politik yang bisa mengganggu konsentrasi. c. Interaksi Manusia dan Sarana Pendukung Kerja Interaksi manusia dan sarana pendukung kerja merupakan sumber penyebab kecelakaan. Apabila interaksi antara keduanya tidak sesuai maka akan menyebabkan terjadinya suatu kesalahan yang mengarah kepada terjadinya kecelakaan kerja. Dengan demikian, penyediaan sarana kerja yang sesuai dengan kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia, harus sudah di laksanakan sejak desain sistem kerja. Satu pendekatan yang holistic (sederhana dan mudah di pahami secara menyeluruh), Sistematik (secara menyeluruh pada sistem yang ada) dan Interdisiplinary (antar disiplinpada bidang studi) harus di terapkan untuk mencapai hasil yang optimal, sehingga kecelakaan kerja dapat di cegah sedini mungkin. Kecelakaan kerja akan terjadi apabial terdapat kesenjangan atau ketidakharmonisan interaksi antara manusia pekerjatugas atau pekerjaan-peralatan kerja. 3. Pencegahan Kecelakaan Kerja
Menurut Tarwaka (2012) pencegahan kecelakaan kerja pada umumnya adalah upaya untuk mencari penyebab dari suatu kecelakaan dan bukan mencari siapa yang salah. Dengan mengetahui dan mengenal penyebab kecelakaan maka dapat di susun suatu rencana pencegahannya, yang mana hal ini merupakan program keselamatan dan kesehatan kerja, yang
STIKes Faletehan
15
hakekatnya adalah merupakan rumusan dari suatu strategi bagaimana menghilangkan atau mengendalikan potensi bahaya yang sudah di ketahui. Menurut Ramli, (2010) prinsip mencegah kecelakaan sebenarnya sangat sederhana yaitu menghilangkan faktor penyebab kecelakaan yang di sebut tindakan tidak aman dan kondisi yang tidak aman. Berikut ini adalah teori dan konsep pendekatan pencegahan kecelakaan : a. Pendekatan Energi Sesuai dengan konsep energi, kecelakaan bermula karena adanya sumber energi yang mengalir mencapai penerima (recipient). Karena itu pendekatan energi yang mengendalikan kecelakaan melalui 3 titik yaitu pada sumbernya, pada aliran energi ( path way) dan pada penerima. 1)
Pengendalian Pada Sumber Bahaya Bahaya sebagai sumber terjadinya kecelakaan dapat di kendalikan langsung pada sumbernya dengan melakukan pengendalian secara teknis atau administratif.
2)
Pendekatan Pada Jalan Energi Pendekatan
berikutnya
dapat
dilakukan
dengan
melakukan
penestrasi pada jalan energi sehingga intensitas energi yang mengalir ke penerima dapat di kurangi. 3)
Pengendalian Pada Penerima Pendekatan berikutnya adalah melalui pengendalian terhadap penerima baik manusia, benda, atau material.
b. Pendekatan Manusia Pendekatan secara manusia di dasarkan hasil statistik yang menyatakan bahwa 85% kecelakaan di sebabkan oleh faktor manusia dengan tindakan yang tidak aman. Karena itu untuk mencegah kecelakaan di lakukan berbagai
upaya
pembinaan
unsur
manusia
untuk
meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan sehingga kesadaran keselamatan dan kesehatan kerja meningkat. Untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian mengenai K3 di lakukan berbagai pendekatan dan program K3 antara lain :
STIKes Faletehan
16
- Pembinaan dan Pelatihan - Promosi K3 dan Kampanye K3 - Pembinaan Perilaku Aman - Pengawasan dan Inspeksi K3 - Audit K3 - Komunikasi K3 - Pengembangan Prosedur Kerja Aman (Safe Working Practice) c. Pendekatan Teknis Pendekatan teknis menyangkut kondisi fisik, peralatan, material, proses maupun lingkungan kerja yang tidak aman. Untuk mencegah kecelakaan yang bersifat teknis di lakukan upaya keselamatan antara lain : - Rancang bangun yang aman yang di sesuaikan dengan persyaratan teknis dan standar yang berlaku untuk menjamin kelaikan instalasi atau peralatan kerja. - Sistem pengaman pada peralatan atau inslatasi untuk mencegah kecelakaan dalam pengoperasian alat atau instalasi misalnya tutup pengaman
mesin,
sistem
inter
lock ,
sistem
alarm,
sistem
instrumentasi, dan lainnya. d. Pendekatan Administratif Pendekatan secara administratif dapat di lakukan dengan berbagai cara antara lain : - Pengaturan waktu dan jam kerja sehingga tingkat kelelahan dan paparan bahaya dapat di kurangi. - Penyediaan alat keselamatan kerja. - Mengembangkan dan menetapkan prosedur dan peraturan tentang K3. - Mengatur pola kerja, sistem produksi dan proses kerja. e. Pendekatan Manajemen Banyak kecelakaan yang disebabkan faktor manajemen yang tidak kondusif sehingga mendorong terjadinya kecelakaan. Upaya pencegahan yang di lakukan antara lain :
STIKes Faletehan
17
- Menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehaktan kerja (SMK3). - Mengembangkan organisasi K3 yang efektif. - Mengembangkan komitmen dan kepemimpinan dalam K3, khususnya untuk manajemen tingkat atas. E. Perencanaan Inspeksi Keelamatan dan Kesehatan Kerja
Untuk perencanaan pelaksanaan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja itu sendiri tidak diatur dalam Perundang-undangan yang secara khusus mengatur tentang inspeksi, tetapi lebih mengacu pada perencanaan K3 yang terdapat dalam PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Berikut adalah penerencanaannya : 1. Pengusaha menyususn rencana K3 berdasarkan : a. Hasil penelaahan awal b. Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko c. Perturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya d. Sumber daya yang dimiliki 2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat : a. Tujuan dan sasaran b. Skala prioritas c. Upaya pengendalian bahaya d. Penetapan sumber daya e. Jangka waktu pelaksanaan f. Indikator pencapaian g. Sistem pertanggung jawaban F. Sumber Daya Manusia Dalam Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Inspektor
atau
pelaksana
inspeksi
harus
memahami
kebijaksanaan-
kebijaksanaan dan norma-norma keselamatan kerja, selain itu juga harus menguasai undang-undang dan peraturan-peraturan keselamatan kerja yang di keluarkan oleh pemerintah maupun standar-standar lainnya (Alkon, 1998).
STIKes Faletehan
18
Agar dapat melaksanakan inspeksi dengan baik, seorang pelaksana inspeksi memerlukan : a. Pengetahuan yang menyeluruh tentang tempat kerja. b. Pengetahuan tentang standart dan peraturan perudang-undangan. c. Langkah pemeriksaan yang sistematik. d. Metoda pelaporan, evaluasi dan penggunan data (Sahab, 1997). Berdasarkan pelaksananya inspektor atau pelaksana inspeksi keselamatan kerja dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu : a. Ektern Perusahaan Inspeksi keselamatan kerja yang dilaksanakan oleh pengawas dari instansi pemerintah atau pihak ketiga. (Depnakertrans, ISO, OHSAS, Sucofindo,dll) b. Intern Perusahaan Inspeksi yang dilakukan oleh orang yang berkepentingan seperti supervisor dan manager lini dan juga mempunyai spesialisasi dibidangnya seperti safety advisor dan teknisi atau ahli yang terbaik setiap unsur karyawan dari level terendah sampai tingkat tinggi. (P2K3) G. Sarana dan Prasarana Dalam Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Secara umum tidak dijelaskan tentang sarana dan prasarana inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja, karena inspeksi K3 tidak dijelaskan secara khusus dalam peraturan perundang-undangan. Tetapi sarana dan prasarana inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja merujuk berdasarkan kebutuhan pada tahap persiapan inspeksi. Sarana dan prasarana atau alat-alat yang harus dipersiapkan dan yang akan digunakan saat melakukan kegiatan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut : a. Laporan inspeksi yang lalu b. Lembar checklist atau daftar periksa c. Peta inspeksi berdasarkan gambar lokasi d. Alat tulis kerja e. Alat pelindung diri disesuaikan dengan bahaya yang ada di tempat kerja
STIKes Faletehan
19
f. Alat pengukur yang akan digunakan untuk mengukur lingkungan kerja g. Kamera untuk mendokumentasikan temuan h. Work Instruction atau Standart Operational Procedure yang berlaku H. Monitoring dan Evaluasi Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rekomendasi yang dibuat jika tanpa diikuti tindak lanjut atau tanpa di monitoring dan evaluasi secara berkesinambungan tidak akan memberikan nilai terhadap inspeksi yang telah dilakukan. Oleh karena itu perusahaan perlu memeriksa sistem formal yang terpola yang mampu memonitor pelaksanaan rekomendasi. Rekomendasi sebaiknya memuat siapa petugas yang bertanggung jawab
melakukan
tindakan
koreksi
dan
ditetapkan
batas
waktu
penyelesaiannya. Rekomendasi dari laporan dapat dijadikan dasar untuk membuat rencana kerja yang menyusun prioritas dalam rencana kerja. Untuk penindak lanjutan, rekomendasi dapat dikelompokkan menurut : a. Daerah bahaya ditemukan. b. Penanggung jawab perbaikan. Kemudian rekomendasi tersebut perlu dikirim kepada yang berwenang untuk persetujuan pelaksanaan perbaikan. Untuk pelaksanaannya dibuat form, pemerima form rekomendasi harus memberi jawaban tentang tindak lanjutnya dalam waktu yang ditentukan dalam prosedur, apabila menyetujui rekomendasi diminta memberi kepastiannya kapan tindak lanjutnya telah dilaksanakan, apabila menolaknya supaya menjelaskan kepada atasannya. Ada 4 tahap yang perlu diikuti inspektor dalam membuat rekomendasi yaitu: a. Sedapat mungkin seorang inspektor memperbaiki sebab dari devisi (penyimpangan) yang di temukan. Jangan hanya memperbaiki hasil terakhir dan membiarkan permasalahannya. b. Perbaiki apa saja yang mungkin diperbaiki secara la ngsung. c. Laporkan kondisi yang ada di luar wewenang anda dan usulkan solusinya. d. Ambil tindakan sementara bila perlu.
STIKes Faletehan
20
I. Kebijakan Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Kebijakan atau dasar hukum inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku di Indonesia adalah sebagai berikut : 1.
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2.
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat 2
3.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
4.
Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
5.
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja
6.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
7.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per04/MEN/1980 tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan
8.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja
9.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja
10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan 11. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri 12. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep-333/MEN/1989 tentang Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja 13. Keputusan Meneri Tenaga Kerja RI No. Kep-186/MEN/1999 tentang Penanggulan Kebakaran di Tempat Kerja 14. Instruksi Menteri Tenaga Kerja RI No. Ins. 11/M/B/1997 tentang Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran
STIKes Faletehan
BAB III GAMBARAN UMUM PT. AEROFOOD ACS
A. Visi dan Misi PT. Aerofood ACS 1. Visi
Visi PT. Aerofood ACS Indonesia adalah menjadi penyedia jasa makanan dan layanan berkualitas premium di Asia Tenggara. 2. Misi
Misi PT. Aerofood ACS adalah sebagai berikut : a. Operasional yang prima kepada Garuda Indonesia dan customer lainnya. b. Selalu menjaga kualitas produk dan keamanan pangan. c. Mengembagkan semua fasilitas pendukung sesuai dengan perkembangan teknologi terakhir/terkini. d. Secara terus menerus melakukan pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia. e. Membangun kedekatan hubungan untuk kemitraan jangka panjang. f. Mewujudkan keselamatan dan kesehatan kerja. g. Memaksimalkan
nilai-nilai
perusahaan
untuk
kepentingan
para
stakeholder melalui implementasi IFRESH sebagai Corporate Culture. 3. Sejarah Singkat PT. Aerofood ACS
PT. Aerofood ACS berdiri sejak tahun 1974, dimana saat itu perusahaan memulai operasinya dibawah nama PT Aero Garuda Dairy Farm bekerja sama dengan Dairy Farm, sebuah perusahaan catering yang berbasis di Hong Kong. Setelah sempat berubah nama menjadi PT Angkasa Citra Sarana Catering Service, di tahun 1991 perusahaan ini beroperasi dengan bendera ACS (Aerowisata Catering Services), di tahun 2010 ACS mengubah namanya menjadi Aerofood ACS.
21
STIKes Faletehan
22
PT. Aerofood ACS memiliki lima Strategic Business Units (SBU) yang beroperasi di kota-kota besar di Indonesia yang terbagi ke dalam 3 kategori antara lain : a. Inflight Catering Service : unit usaha ini lebih memprioritaskan kepada layanan jasa boga bagi perusahaan penerbangan yang terbagi dalam beberapa unit antara lain unit Layanan Boga Penerbangan ( In-Flight Catering ), Layanan Boga Industri ( Industrial Catering), Penyedia Logistik ( Inflight Service Total Solution/ISTS), Food and Beverges Retail dan Laundry. Dimana unit ini beroperasi hampir di seluruh Bandar Udara besar Indonesia. b. Industrial Catering : unit usaha ini bergerak dibidang layanan jasa boga dan jasa terkait lainnya diluar pelayanan maskapai penerbangan. Layanan yang ditawarkan ditujukan bagi perusahaan-perusahaan besar dengan banyak sumber daya manusia misalnya pengeboran minyak dan gas bumi, pengelolaan kantin karyawan pabrik, juga layanan kebutuhan jasa boga untuk rumah sakit bertaraf Internasional, baik menu normal untu karyawan maupun makanan dengam diet khusus untuk pasien. Unit usaha ini juga menawarkan jasa binatu dan jasa pengelolaan dan perawatan wisma (house keeping dan maintance). Adapun perusahaan yang bekerja sama dengan PT. Aerofood ACS Cilegon di antaranya adalah PT. NS Bluescope Indonesia, PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk, PT. Mitshubishi Chemical Indonesia, PT. St yrindo Mono Indonesia, dan PT. BP Petrochemical Indonesia. c. Inflight Service Total Solution : unit usaha ini memberikan layanan pengelolaan logistik untuk pelayanan dalam penerbangan. Layanan ini meliputi
jasa
konsultasi
perencanaan
dan
pengelolaan
barang
penerbangan (airlines equipment handle sera cabin service), pengadaan barang untuk penerbangan seperti barang sekali pakai baik dry goods, minuman (beverages), peralatan pecah belah dan bahan bacaan, jasa penyimpanan barang penerbangan (bonded strores), dan jasa pengiriman barang penerbangan.
STIKes Faletehan
23
4. Value Perusahaan
Aerofood ACS mendemostrasikan komitmennya dengan menghadirkan layanan catering yang inovatif sebagai wujud implementasi dari konsep “IFRESH“ ( Integrity, Fast, Reliable, Effective & Efficient, Service Excellence And Hygiene). Lima elemen ini adalah rangkaian corporate value yang menjadi pegangan bagi karyawan dalam melaksanakan tugas mereka, dan lima elemen ini pulalah yang telah menghantarkan perusahaan untuk mencetak begitu banyak prestasi bisnis. 1. Integrity Kami selalu mengedepankan nilai kejujuran moral (moral uprightness) sebagai bagian integral dari bagaiman kami melakukan bisnis, mengaplikasikan nilai etis dalam kegiatan harian dan menguatkan rasa percaya para mitra dan customer . 2. Fast Layanan premium kami sellau dihadirkan dengan lekas dan hemat biaya, dengan tujuan secara konstan memberikan respon yang cepat dan akurat terhadap kebutuhan para customer. 3. Reliable Komitmen kami untuk menjunjung tinggi reputasi perusahaan dan kepercayaan para customer adalah salah satu faktor yang membuat kami sebagi mitra bisnis berkualiatas yang selalu memahami kebutuhan bisnis anda. 4. Effective & Efficient Perusahaan ini dibangun di atas fondasi yang kuat berdasarkan nilai-nilai yang luhur,prinsip yang berdasarkan kebaikan dan keahlian inovatif, semuanya secara efektif diharmonisasikan untuk mendapatkan efesiensi maksimum. 5. Service Excellence Kami terus berusaha menjadi yang terbaik dengan mengoptimalkan keahlian kami dan mendayagunakan kekayaan pengalaman kami untuk menghadirkan keunggulan layanan yang melebihi ekspektasi para customer.
STIKes Faletehan
24
6. Hygiene Kami selalu menggunakan standar higienis dan keamanan yang paling ketat, tanpa kompromi sedikit pun. Karena itulah, semua produk kami selalu memperhatikan dan memenuhi standar dann aturan kesehatan dan keamanan internasional. B. Data Geografi
PT. Aerofood ACS Cilegon unit Bluescope terletak lingkungan perkantoran di PT. NS Bluescope Indonesia yang beralamat di JL. Asia Raya, Kavling O2, Kawasan Industri Krakatau Steel RT 004/02, Kec. Cilegon, Indonesia. PT. NS Bluescope Indonesia Cilegon didirikan pada tahun 1995. Bergerak dalam pelapisan logam datar dan pewarnaan. Batas-batas wilayah administrasi PT. NS Bluescope Indonesia adalah sebagai berikut : 1. Sebelah utara berbatasan dengan Jl. Kawasan Industri Krakatau Steel. 2. Sebelah timur berbatasan dengan PT. Krakatau Prima Dharma Sentana 3. Sebelah selatan berbatasan dengan PT. Sumimagne Utama 4. Sebelah barat berbatasan dengan PT. Briketama C. Keadaan Sosial Masyarakat PT. Aerofood ACS 1. Ketenagaan
PT. Aerofood ACS Cilegon mempunyai 96 orang karyawan, terdiri dari 15 orang di PT. NS Bluescope Indonesia, 36 orang di PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk, 27 orang di PT. Mitshubishi Chemical Indonesia, 8 orang di PT. Styrindo Mono Indonesia , 8 orang di PT. BP Petrochemical Indonesia, dan 2 orang staff di Branch yang berlokasi di Jl. Kakap No 38 Kavling Block C Cilegon. Secara terperinci dapat dilihat pada lampiran.
STIKes Faletehan
25
2. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi yang terdapat di PT. Aerofood ACS ini menggambarkan secara nyata pemisahan delegasi dan penugasan antara satu pekerja dengan yang lainnya. PT. Aerofood ACS Cilegon dipimpin oleh seorang AOM ( Area Operation Manager ) yang bertanggung jawab dalam kegiatan perusahaan unit Cilegon, Seorang site manager mempunyai tugas untuk mengawasi ditiap unit, AOM membawahi beberapa site manager untuk tiap cabang perusahaan untuk mencapai tujuannya dan memberikan pengarahan kepada bawahan bawahannya. Secara garis besar terdapat dua bagian dalam struktur organisasi yaitu departemen produksi dan non produksi (administrasi). 3.
Kerja Shi ft
PT. Aerofood ACS Cilegon beroperasi selama 19 jam dalam seh ari sehingga jam kerja diatur bergiliran dengan menggunakan sistem shift untuk bagian produksi dan non shift untuk bagian non produksi (administrasi). Karyawan Aerofood ACS bekerja 40 jam kerja dalam satu minggu, 7 jam kerja untuk karyawan shift dengan waktu kerja 6 hari kerja dalam satu minggu, dan 8 jam kerja untuk karyawan non shift dengan waktu kerja 5 hari kerja dalam satu minggu. Ketentuan ini sudah sesuai dengan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003. Pembagian jam kerja untuk shift dan non shift adalah sebagai berikut : 1. Jam kerja non shift untuk karyawan bagian non produksi atau administrasi adalah bekerja pada hari senin sampai dengan hari jum’at, jam kerja dimulai dari jam 08.00-17.00 WIB dan waktu istirahat dari jam 13.30-14.30 WIB. Untuk karyawan administrasi ( Office) memiliki jadwal kerja 5:2 yaitu lima hari kerja dan dua hari libur pada hari Sabtu dan Minggu. 2. Jam kerja shift untuk karyawan bagian produksi adalah bekerja pada hari senin sampai dengan hari sabtu, jam kerja dibagi menjadi 5 shift . Shift 1 bekerja dari jam 07.00-15.00 WIB, shift 2 bekerja dari jam 10.00-14.00
STIKes Faletehan
26
WIB, shift 3 bekerja dari jam 12.00-20.00 WIB, shift 4 bekerja dari jam 15.00-23.00 WIB, dan shift 5 bekerja dari jam 17.00-02.00 WIB. Jadwal kerja bagi karyawan produksi adalah 6:1 yaitu sebanyak enam hari kerja dan satu hari libur, yang mana bergantian dengan karyawan lain untuk mengantisipasi kekosongan tugas produksi. D. Gambaran Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Aerofood ACS Tahun 2015
Rencana program inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Aerofood ACS Cilegon tahun 2015 diantaranya yaitu inspeksi internal dan inspeksi eksternal. Kebijakan pelaksanaan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja telah ditetapkan dengan dibuatnya Standar Operasional Prosedure (SOP) yang diantaranya mengenai pelaksanaan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja. a. Program inspeksi internal yang diterapkan yaitu inspeksi PRP Inspection, Summary PRP Inspection dan HSE Inspection. 1)
PRP ( Pre Requisite Program) Inspection di PT. Aerofood ACS Cilegon yaitu inspeksi fasilitas, personal hygiene, pest management , mesin dan peralatan, inspeksi gudang penyimpanan, cara pencucian sayur dan buah, thawing , penyimpanan raw material , inspeksi pemasakan bahan baku di hot kitchen, dan inspeksi pencucian peralatan.
2)
Summary PRP Inspection
meliputi pemeriksaan berdasarkan area
temuan seperti area produksi, area storage, area chiller dan freezer , area service dan juga area diswashing . 3) Health Safety Enviromental (HSE) Inspection meliputi inspeksi ruang kantor, inspeksi area penerimaan barang, inspeksi area penyimpanan barang, area produksi (dapur/hot kitchen), dan juga inspeksi sumber daya manusia. Contoh lain Health Safety Enviromental (HSE) Inspection yaitu
pemeriksaan
APD,
pemeriksaan
kotak
P3K,
pemeriksaan kesehatan pekerja dan pemriksaan lingkungan kerja. b. Program inspeksi eksternal adalah inspeksi yang dilakukan secara tidak terduga untuk mengamati apakah ada kegiatan dan pekerja yang beraktifitas tidak sesuai dan berpotensi menimbulkan kecelakaan dan juga kerugian.
STIKes Faletehan
27
Program inspeksi internal dilakukan oleh pihak internal atau pihak perusahaan itu sendiri yaitu dari Departemen HSE ( Health Safety Enviromental ) dan Departemen QA (Quality Assurance). Sedangkan program inspeksi eksternal dilakukan oleh pihak ketiga yaitu pihak perusahaan yang bekerjasama dengan PT. Aerofood ACS atau dapat dikatakan sebagai pihak customer , Lembaga Akreditasi, dan juga dari Dinas Kesehatan. Alat-alat yang digunakan saat melakukan pelaksanaan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja adalah : a. Formulir PRP Inspection, Summary PRP Inspection, dan HSE Inspection b. Thermometer Gun dan Thermometer Probe c. Sound Level Meter, Luxmeter, Thermometer, Hygrometer. d. Alat tulis kerja e. Kamera f. Alat pelindung diri berupa safety shoes dan hair net . Kegiatan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Aerofood ACS dilakukan dalam tiga tahap kegiatan yaitu : tahap persiapan inspeksi, tahap pelaksanaan inspeksi, dan tahap pelaporan inspeksi.
STIKes Faletehan
BAB IV HASIL PRAKTIKUM KESEHATAN MASYARAKAT
A. Hasil Kegiatan Mingguan Selama Praktik Kesehatan Masyarakat
Praktikum Kesehatan Masyarakat (magang) dilaksanakan di PT. Aerofood ACS Cilegon Unit PT. NS Bluescope Indonesia tahun 2016, dengan melakukan pengambilan data sekunder tentang pelaksanaan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Aerofood ACS Cilegon-Banten tahun 2016. Kegiatan ini berlangsung dari tanggal 1 Maret sampai dengan 31 Maret 2016. Kegiatan harian selama magang secara rinci terlampir pada lampiran. Pada BAB ini kegiatan selama magang di uraikan dalam bentuk kegiatan mingguan, diantaranya adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Kegiatan Mingguan Mahasiswa Selama Praktik di PT. Aerofood ACS Cilegon Unit PT. NS Bluescope Indonesia No 1
Minggu ke1
2
2
Kegiatan - Tanggal 1 Maret 2016, diberikan Safety Induction oleh PT. Aerofood ACS Cilegon dan PT. NS Bluescope Indonesia. Safety Induction dilakukan untuk menjelaskan tentang lingkungan dan bahaya yang ada di perusahaan. - Tanggal 2 Maret 2016, pengenalan dengan karyawan PT. Aerofood ACS, latihan penyusunan Job Safety Analysis untuk kegiatan produksi di PT. Aerofood ACS - Tanggal 3 Maret 2016, pengenalan Flow Chart atau alur kerja pada kegiatan produksi dari tahap persiapan sampai dengan tahap kegiatan produksi berakhir, latihan penyusunan blueprint . Blueprint meliputi cakupan proses keseluruhan, apa yang boleh dan tidak boleh dila kukan. - Tanggal 7 Maret 2016, melakukan pengukuran suhu alat produksi ( freezer, chiller , dan bain marie) menggunakan temperatur gun. - Tanggal 8 Maret 2016, melakukan pengecekan suhu ruang (hot kitchen dan storage) - Tanggal 10 Maret 2016, latihan membuat safety poster terkait hazard yang ada di area dan proses produksi. - Tanggal 11 Maret 2016, mengikuti Safety Meeting dari Safety Officer dengan karyawan.
28
STIKes Faletehan
29
3
3
- Tanggal 14 Maret 2016, melakukan PRP ( Pre Requisite Program) Inspection - Tanggal 17 Maret 2016, melakukan pengawasan kegiatan di area produksi - Tanggal 18 Maret 2016, konsul laporan magang dengan pembimbing lapangan
4
4
5
5
- Tanggal 24 Maret 2016, melakukan HSE ( Health Safety Enviroment ) Inspection, dan melakukan pengukuran kebisingan, pencahayaan, kelembapan dan suhu. - Tanggal 25 Maret 2016, melakukan kunjungan ke PT. Aerofood ACS Unit PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk, pengenalan dengan karyawan, melakukan PRP ( Pre Requisite Program) Inspection dan juga melakukan pengukuran kebisingan, pencahayaan, kelembapan dan suhu. - Tanggal 28 Maret 2016, melakukan kunjungan ke PT. Aerofood ACS Unit PT. Styrindo Mono Indonesia, pengenalan dengan karyawan, melakukan PRP ( Pre Requisite Program) Inspection dan juga melakukan pengukuran kebisingan, pencahayaan, kelembapan dan suhu. - Tanggal 29 Maret 2016, melakukan kunjungan ke PT. Aerofood ACS Unit PT. Bp Petrochemical Indoenesia, pengenalan dengan karyawan, melakukan PRP ( Pre Requisite Program) Inspection dan juga melakukan pengukuran kebisingan, pencahayaan, kelembapan dan suhu. - Tanggal 29 Maret 2016, konsul laporan magang ke pembimbing lapangan dan persetujuan presentasi hasil kegiatan magang. - Tanggal 30 Maret 2016, melakukan presentasi hasil kegiatan magang - Tanggal 31 Maret 2016, perpisahan dengan karyawan PT. Aerofood ACS
Sumber : Catatan Harian Kegiatan Mahasis wa
B. Hasil Praktikum Kesehatan Masyarakat 1. Kebijakan Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di PT. Aerofood ACS tahun 2016
Kebijakan tentang pelaksanaan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Aeofood ACS mengacu pada perundang-undangan sebagai berikut : a. Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerj a. b. Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
STIKes Faletehan
30
c. Undang-Undang RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan d. Peraturan
Menteri
Tenaga
Kerja
dan
Transmigrasi
RI
No.
Per.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri. e. Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. 05 Tahun 1997 tentang Pengawasan Alat Pelindung Diri. f. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 4 Tahun 1980 tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan APAR. g. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 186 Tahun 1999 tentang Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja. h. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2000 tentang Ketentuan Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. i. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1405/MENKES/SK/XI/ Tahun 2002 tentang Pesyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja di Perkantoran dan Industri. j. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48/MenLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan. k. Instruksi Menteri Tenaga Kerja RI No. 11 Tahun 1997 tentang Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran. 2. Jenis-Jenis Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Aerofood ACS tahun 2016
PT. Aerofood ACS melaksanakan 2 macam inspeksi yaitu : a. Inspeksi Internal Inspeksi Internal yang dilaksanakan di PT. Aerofood ACS adalah PRP ( Pre Requisite Program) Inspection yang dilakukan dua kali dalam satu minggu, Summary PRP Inspection yang dilakukan minimal seminggu sekali disesuaikan dengan banyaknya temuannya dan Health Safety Enviromental (HSE) Inspection yang dilakukan dua kali atau empat kali dalam satu bulan. 1) PRP ( Pre Requisite Program) Inspection di PT. Aerofood ACS merupakan daily inspection yang dilakukan rutin setiap harinya,
STIKes Faletehan
31
meliputi inspeksi fasilitas, personal hygiene, pest management , mesin dan peralatan, inspeksi gudang penyimpanan, cara pencucian sayur dan buah, thawing , penyimpanan raw material , inspeksi pemasakan bahan baku di hot kitchen, dan inspeksi pencucian peralatan. 2) Summary PRP Inspection merupakan akumulasi dari temuan yang ada di PRP inspection bertujuan untuk meninjau apakah temuan yang ada telah
dilakukan
perbaikan
atau
belum,
meliputi
pemeriksaan
berdasarkan area temuan seperti area produksi, area storage, area chiller dan freezer , area service dan juga area diswashing . 3) Health Safety Enviromental (HSE) Inspection merupakan inspeksi yang rutin dilakukan setiap bulannya, meliputi inspeksi ruang kantor, inspeksi area penerimaan barang, inspeksi area penyimpanan barang, area produksi (dapur/hot kitchen), dan juga inspeksi sumber daya manusia. Contoh lain dari Health Safety Enviromental (HSE) Inspection adalah pemeriksaan APD, pemeriksaan kotak P3K, pemeriksaan kesehatan pekerja, dan pemeriksaan lingkungan kerja. a) Pemeriksaan APD Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat kelayakan APD yang digunakan oleh pekerja yang ada di area kerja, kepatuhan para pekerja dalam pemakaian APD pada saat berada di area kerja (hot kitchen). Seperti penggunaan safety shoes dan hair net di area hot kitchen dan kantin. Penggunaan hot hand gloves saat pekerja memindahkan peralatan yang panas, penggunaan metal hand gloves saat pekerja melakukan pemotongan menggunakan benda tajam, dan penggunaan appron guna melindungi pekerja dari minyak panas dan air panas. b) Pemeriksaan Kotak P3K Pemeriksaan kotak P3K dilakukan untuk mengetahui kelengkapan isi kotak P3K, mengetahui apakah isi kotak P3K telah sesuai dengan standar yang berlaku, serta untuk mengetahui rekapan daftar pemakai dan penggunanya, agar saat pekerja membutuhkan
STIKes Faletehan
32
obat saat mengalami kecelakaan atau hal lain telah tersedia dalam kotak P3K di ruangan office. c) Pemeriksaan Kesehatan Pekerja Sesuai dengan Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan maka program Medical check-up di PT. Aerofood ACS harus dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu guna mencegah terjadinya kasus kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat Kerja (PAK). Pemeriksaan kesehatan ini dilakukan secara berkala untuk mengetahui keadaan kesehatan karyawan, yaitu enam bulan sekali untuk pemeriksaan dubur atau usap rectal untuk menentukan apakah terdapat bakteri Salmonela Shigella pada pekerja. Dan satu tahun sekali untuk pemeriksaan kesehatan fisik secara menyeluruh, meliputi: - Pemeriksaan Darah - Pemeriksaan Urin - Pemeriksaan Thorax - Pemeriksaan Mata - Pemeriksaan Hidung - Pemeriksaan Telinga - Pemeriksaan Rongga Mulut - Pemeriksaan Abdomen - Pemeriksaan Vertebra - Pemeriksaan Neurologis - dan juga Pemeriksaan Kulit. d) Pemeriksaan Lingkungan Kerja Pemeriksaan ini meliputi : - Pemeriksaan keadaan lantai untuk melihat apakah lantai dalam kondisi yang baik, tidak kotor dan juga tidak licin yang dapat menimbulkan bahaya terpeleset dan jatuh bagi pekerja.
STIKes Faletehan
33
- Pemeriksaan
kebersihan hot kitchen, kantin, dan juga office.
Pemeriksaan ini dilakukan oleh petugas HSE atau safety officer , bekerja sama dengan steward . Steward memiliki tugas untuk menjaga kebersihan di lingkungan kerja area hot kitchen, dan area kantin. - Pemeriksaan APAR, Inspeksi APAR dilakukan setiap tiga bulan sekali. APAR yang ada di PT. Aerofood ACS Unit PT. NSBI adalah milik dari PT. NS Bluescope Indonesia, safety officer hanya melakukan pengecekan untuk memeriksa apakah APAR masih dalam kondisi yang baik atau tidak, masih layak pakai dan juga tidak kadaluarsa. - Pemeriksaan Saluran Air untuk melihat apakah telah sesuai dan tidak tersumbat. - Pemeriksaan Pencahayaan di ruangan untuk melihat keadaan pencahayaan yang ada di ruangan office, di area kerja atau hot kitchen dan juga di area storage apakah telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. - Pemeriksaan kebisingan dilakukan untuk mengetahui apakah kebisingan yang di area kerja seperti area produksi ( hot kitchen), area storage dan juga area office telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan tidak melebihi nilai ambang batas. - Pemeriksaan kelembapan dan suhu dilakukan untuk melihat apakah kelembapan dan suhu yang di area kerja seperti area produksi (hot kitchen), area storage dan juga area office telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan tidak melebihi nilai ambang batas. - Serta keadaan Exhaust Ventilation apakah dalam keadaan bersih, tidak berdebu, tidak berminyak dan tidak mengganggu pertukaran udara dalam ruangan. b. Inspeksi Eksternal Inspeksi Eksternal yang dilaksanakan di PT. Aerofood ACS adalah inspeksi yang dilakukan secara tidak terduga oleh pihak ketiga untuk
STIKes Faletehan
34
mengamati apakah ada kegiatan atau proses, lingkungan kerja dan juga pekerja yang beraktifitas tidak sesuai dan berpotensi menimbulkan kecelakaan dan juga kerugian. Inspeksi ini biasanya dilakukan enam bulan sekali, untuk kegiatan inspeksi eksternal hal-hal yang di inspeksi atau yang dilakukan pemeriksaan sama saja dengan kegiatan inspeksi internal hanya saja yang membedakannya ialah pelaksana inspeksinya saja. 3. Perencanaan Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Aerofood ACS tahun 2016
PT. Aerofood ACS Cilegon merencanakan kegiatan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja tahun 2016 sebanyak 2 macam, meliputi inspeksi internal dan juga inspeksi eksternal . a. Rencana Kegiatan Inspeksi Internal Rencana kegiatan inspeksi internal ialah melakukan PRP ( Pre Requiste Program) Inspection, Summary PRP Inspection, dan HSE ( Health Safety Enviroment) Inspection. 1) PRP
( Pre
Requiste
Program) Inspection direncanakan
akan
dilaksanakan rutin setiap harinya, tetapi dikarenakan pelaksana inspeksi di PT. Aerofood ACS mobile atau berpindah-pindah di tiap unitnya maka akan dilaksanakan minimal dua kali setiap minggunya atau direncanakan akan dilaksanakan 96 kali dalam setahun untuk tiap unit. 2) Summary PRP Inspection direncanakan akan dilaksanakan minimal sekali setiap minggunya disesuaikan dengan banyaknya temuan atau akan dilaksanakan 48 kali dalam setahun untuk tiap unit. 3) HSE ( Health Safety Enviroment) Inspection direncanakan akan dilaksanakan dua kali setiap bulannya atau direncanakan akan dilaksanakan 24 kali dalam setahun untuk tiap unit.
STIKes Faletehan
35
b. Rencana Kegiatan Inspeksi Eksternal Kegiatan inspeksi eksternal di PT. Aerofood ACS direncanakan pada bulan Mei 2016 oleh pihak costumer atau pihak PT. NS Bluescope Indonesia. 4. Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Aerofood ACS tahun 2016
Dalam rentang waktu Januari sampai dengan Maret 2016 PT. Aerofood ACS Unit PT. NS Bluescope Indoensia telah melaksanakan inspeksi internal . a. Inspeksi Internal 1) PRP ( Pre Requiste Program) Inspection Pelaksanaan inspeksi PRP ( Pre Requiste Program) ini bersifat observasi dan telah dilaksanakan sebanyak 24 kali dalam rentang waktu bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2016 oleh safety officer atau QHSE (Quality Health Safety Enviroment ). Dalam rentang waktu Januari sampai dengan Maret 2016 telah ditemukan temuan berupa ketidaksesuaian grooming service di sebuah unit, ditemukan pest atau serangga saat pemeriksaan pest management dan ditemukan penyimpanan sampah yang terbuka dan fasilitas ruang ganti yang kurang rapi saat melaksanakan pemeriksaan fasilitas. Pelaksanaan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaaan di lingkungan kerja dengan menggunakan formulir checklist yang tersedia yaitu formulir PRP Inspection. 2) Summary PRP Inspection Pelaksanaan inspeksi Summary PRP bersifat perbaikan dan tindak lanjut dari PRP inspection atau hasil akumulasi dari temuan PRP inspection. Inspeksi ini telah dilakukan sebanyak 12 kali dalam rentang waktu bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2016 oleh safety officer atau QHSE (Quality Health Safety Enviroment ). Dalam rentang waktu bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2016 ditemukan saluran air tersumbat di area diswashing. Pelaksanaan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaaan di lingkungan kerja
STIKes Faletehan
36
dengan menggunakan formulir checklist yang tersedia yaitu formulir Summary PRP Inspection. 3) HSE ( Health Safety Enviroment) Inspection Pelaksanaan inspeksi HSE ( Health Safety Enviroment) telah dilakukan sebanyak 6 kali dalam rentang waktu bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2016 oleh safety officer atau QHSE (Quality Health Safety Enviroment ). Dalam rentang waktu bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2016 ditemukan lantai kotor, licin dan berpotensi menimbulkan bahaya jatuh dan terpeleset, ditemukan isi kotak P3K ada yang telah habis berupa Alkohol 70% dan belum di isi kembali, penggunaan APD yang kurang tepat yaitu menggunakan safety shoes dengan cara bagian belakangnya yang diinjak, penggunaan hair net kurang sesuai, ditemukan suhu di area produksi yang melebihi standar, dan ditemukan pegawai yang belum melakukan medical check-up. Pelaksanaan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaaan di lingkungan kerja dengan menggunakan formulir checklist yang tersedia yaitu formulir HSE ( Health Safety Enviroment) Inspection. b. Inspeksi Eksternal Pelaksanaan inspeksi eksternal masih belum dilaksanakan sehingga hasil dari kegiatan inspeksi eksternal belum diketahui. Kegiatan inspeksi dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu : a. Tahap Persiapan Inspeksi 1) Menyiapkan jadwal dan tim inspeksi. 2) Menyiapkan formulir checklist (formulir PRP Inspection, Summary PRP Inspection, HSE Inspection) yang akan digunakan saat melakukan inspeksi. 3) Menyiapkan alat-alat inspeksi (Sound Level Meter, Luxmeter, Thermometer, Hygrometer, Thermometer Gun, Thermometer Probe) yang akan digunakan saat melakukan inspeksi untuk mengukur lingkungan kerja.
STIKes Faletehan
37
4) Menggunakan alat pelindung diri ( safety shoes dan hair net ) sebelum melakukan inspeksi. b. Tahap Pelaksanaan Inspeksi 1) Pendahuluan Petugas inspeksi menghubungi penanggung jawab site yang akan dikunjungi untuk menjelaskan bahwa akan diadakan inspeksi di area kerja tersebut. 2) Area Inspeksi Inspeksi yang dilakukan sesuai dengan area kantin yang ada di lokasi tersebut. Meliputi office room atau ruang kantor, area penerimaan barang, area penyimpanan barang, dan area produksi. 3) Pengamatan Mengamati semua kegiatan proses produksi untuk memastikan ada atau tidaknya pelanggaran atau ketidaksesuaian terhadap peraturan keselamatan dan kesehatan kerja. 4) Observasi Observasi tindakan-tindakan perorangan untuk mencocokkan dengan syarat-syarat keselamatan dan kesehatan yang berlaku sesuai SOP perusahaan. 5) Penelitian Penelitian yang dilakukan yaitu secara survei untuk mengumpulkan atau juga cross-check data apakah telah sesuai dengan lembar checklist . 6) Perbaikan Perbaikan dilakukan dari hasil temuan inspeksi tersebut. 7) Catatan Catatan ringkas tentang ketidak sesuaian dan kesesuaian peralatan, tindakan dan kondisi terhadap standar kemudian periksa pedoman identifikasi bahaya. 8) Closing Closing atau penutupan kegiatan dilakukan apabila semua temuan hasil inspeksi sudah diperbaiki.
STIKes Faletehan
38
c. Tahap Pelaporan Inspeksi 1) Pelaksana
inspeksi
dilakukan
oleh
Quality
Health
Enviromental (QHSE) menggunakan Formulir PRP
Safety
inspection,
Summary PRP inspection, HSE inspection. Laporan inspeksi yang telah dibuat kemudian diserahkan kepada Site Manager . 2) Site Manager melakukan perbaikan laporan inspeksi yang telah diterima, kemudian dikembalikan ke QHSE untuk divalidasikan. Jika telah valid maka dilanjutkan oleh QHSE/PIC untuk membuat SIR (Service Improvement Report ) menggunakan formulir SIR, jika belum valid maka harus dilakukan perbaikan kembali. 3) Laporan inspeksi kemudian disimpan untuk menjadi pembahasan dalam rapat bulanan. 4) Sumber Daya Manusia Yang Melakukan Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Aerofood ACS tahun 2016
Inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Aerofood ACS meliputi inspeksi internal dilakukan oleh pihak internal atau pihak perusahaan itu sendiri yaitu dari Departemen HSE ( Health Safety Enviromental ) dan Departemen QA (Quality Assurance) atau dapat dijelaskan lagi yaitu seorang safety officer dari bagian HSE dan seorang QHSE ( Quality Health Safety Enviroment ) yang merupakan gabungan antara HSE ( Health Safety Enviromental ) dan QA (Quality Assurance). Inspeksi eksternal dilakukan oleh pihak ketiga yaitu pihak perusahaan yang bekerjasama dengan PT. Aerofood ACS atau dapat dikatakan sebagai pihak Customer , OHSAS, Lembaga Akreditasi, dan juga dari Dinas Kesehatan. Kualifikasi dari seorang petugas inspeksi ialah harus dari HSE ( Health Safety Enviromental ) dan berpendidikan minimal Strata 1 (S1). 5) Sarana dan Prasarana Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Aerofood ACS tahun 2016
Sarana dan prasarana atau alat-alat yang digunakan saat melakukan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja yaitu :
STIKes Faletehan
39
a. Formulir inspeksi yang digunakan mengacu pada SOP ( Standar Operasional Procedur) perusahaan. Secara rinci dapat dilihat pada lampiran, seperti : - Formulir PRP ( Pre Requiste Program) Inspection digunakan untuk inspeksi PRP - Formulir Summary PRP Inspection digunakan untuk inspeksi Summary PRP - Formulir HSE ( Health Safety Enviroment) Inspection digunakan untuk inspeksi HSE. b. Thermometer Gun dan Thermometer Probe Thermometer itu sendiri memiliki fungsi untuk mengukur suhu akhir suatu produk
setelah dimasak. Digunakan pada saat melakukan PRP
( Pre Requiste Program) Inspection. c. Sound Level Meter, Luxmeter, Thermometer, dan Hygrometer. Sound Level Meter digunakan untuk mengukur kebisingan yang ada di area kerja , Luxmeter digunakan untuk mengukur tingkat pencahayaan di area kerja , Thermometer untuk mengukur suhu yang ada di area kerja , dan Hygrometer digunakan untuk mengukur kelembapan atau padatan hunian yang ada di area kerja. Alat ukur diatas digunakan saat melakukan HSE ( Health Safety Enviroment) Inspection. d. Alat tulis kerja yang digunakan berupa pulpen untuk mencatat semua temuan yang ada saat inspeksi, seperti : - PRP ( Pre Requiste Program) Inspection - Summary PRP Inspection - HSE ( Health Safety Enviroment) Inspection e. Kamera digunakan untuk mendokumentasikan hasil temuan yang ada di area kerja seperti : - PRP ( Pre Requiste Program) Inspection - Summary PRP Inspection - HSE ( Health Safety Enviroment) Inspection
STIKes Faletehan
40
f. Alat pelindung diri berupa safety shoes dan hair net. Safety shoes digunakan untuk melindungi pekerja dari bahaya terpeleset karena lantai yang licin dan juga melindungi kaki pekerja agar tidak tertimpa peralatan yang ada di area kerja dan hair net digunakan untuk melindungi rambut karyawan yang memasuki area produksi agar tidak terjatuh dan membuat hasil produksi terganggu, karena hal itu akan menjadi sebuah temuan. seperti : - PRP ( Pre Requiste Program) Inspection - Summary PRP Inspection - HSE ( Health Safety Enviroment) Inspection 6) Monitoring dan Evaluasi Dari Hasil Temuan Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Aerofood ACS tahun 2016
a. Inspeksi Internal Pada saat melaksanakan inspeksi internal jika ditemukan adanya ketidak sesuaian maka safety officer langsung menegur pekerja tersebut untuk segera memperbaiki ketidaksesuaian yang ada. Jika ada pekerja mengabaikan teguran petugas maka safety officer akan mencatat namanya
dan
dilaporkan
ke site
manager agar
dapat
segera
ditindaklanjuti. Dan hasil temuan yang ada akan dibahas pada saat melakukan safety meeting dengan pekerja untuk evaluasi. 1) Pemeriksaan APD Jika menemukan ketidakpatuhan pekerja dalam memakai APD, pelaksana inspeksi berhak menegur dan mengingatkan pekerja untuk memakai APD yang wajib dipakai. Jika teguran diabaikan maka pelaksana inspeksi akan mencatat nama pekerja dan melaporkan ke site manager agar dapat ditindak lanjuti. Dan jika ditemukan APD yang telah tidak layak pakai maka pelaksana inspeksi harus mencatat daftar APD yang tidak layak untuk segara diganti dengan APD yang baru. Pada saat melakukan kegiatan inspeksi di area produksi ditemukan
ketidaksesuaian berupa ketidakpatuhan
pekerja yang
dalam memakai safety shoes, pekerja memakainya tetapi bagian
STIKes Faletehan
41
belakangnya diinjak, saat melakukan kunjungan ke unit yang lain banyak pula karyawan yang tidak menggunakan menggunakan hair net dengan benar dengan alasan panas dan tidak nyaman. Tindak lanjut yang harus dilakukan adalah menegur dan mengingatkan karyawan agar menggunakan APD dengan benar jika diabaikan maka petugas inspeksi akan melaporkan kepada Site Manager . 2) Pemeriksaan Kotak P3K Pada saat persediaan obat dalam kotak P3K habis, pelaksana inspeksi bertanggungjawab untuk mendata obat-obatan yang ada di kotak P3K yang telah habis dan safety dan safety officer membuat membuat formulir data obat-obatan P3K agar dapat segera membeli obat-obatan yang telah habis. Pada saat pelaksanaan inspeksi ditemukan isi kotak P3K yang telah habis yaitu berupa alkohol 70%. Tindak lanjut yang harus dilakukan adalah melaporkan keapada Safety Officer agar mendata obat atau isi kotak P3K yang telah habis. 3) Pemeriksaan Kesehatan Pekerja Setelah
melaksanakan
medical
check-up check-up pekerja
dapat
lebih
mengetahui riwayat kesehatannya. Jika ditemukan pekerja yang sakit maka segera dilakukan tindak lanjut berupa pengobatan ke rumah sakit menggunakan BPJS. Kemudian jika medical check-up check-up belum dilaksanakan dalam waktu yang biasa dijadwalkan safety officer bertanggung jawab untuk membuat proposal permohonan pelaksanaan medical check-up. check-up. Pada saat kegiatan praktik berlangsung ada satu pekerja yang belum melakukan pemeriksaan kesehatan, setelah petugas HSE mengajukan surat permohonan pelaksanaan medical check-up ke bagian Head bagian Head Office. Office. Pemeriksaan kesehatan pekerja dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. 4) Pemeriksaan Lingkungan Kerja Jika pada saat melakukan inspeksi petugas menemukan kondisi area hot kitchen dalam kitchen dalam keadaan yang kurang baik maka pelaksana inspeksi langsung meminta steward untuk membersihkannya. Jika pada saat melakukan inspeksi menemukan kondisi tempat penyimpanan raw
STIKes Faletehan
42
material kurang baik maka safety officer langsung meminta pekerja yang bertanggungjawab untuk memperbaikinya. Dan jika pada saat melakukan inspeksi ditemukan kondisi lingkungan kerja tidak sesuai dengan standar yang berlaku maka pelaksana inspeksi atau QHSE harus melaporkan ke site ke site manager untuk dilakukan perbaikan laporan dan laporan akan divalidasikan oleh QHSE, jika telah valid maka QHSE membuat Service Improvement Report . Pada saat kegiatan inspeksi ditemukan saluran air yang tersumbat, tempat sampah yang terbuka, lantai licin karena genangan air, exhaust ventilasi ventilasi yang kotor, berdebu dan berminyak. Tindak lanjut yang dilakukan adalah steward dengan segera melakukan pembersihan lingkungan kerja. Sedangkan untuk pengukuran tingkat kebisingan, pencahayaan, kelembapan dan suhu ditemukan bahwa suhu di tiap unit perusahaa terlalu tinggi melebihi standar suhu yang berlaku yaitu 18-28◦C. Secara rinci dapat dilihat pada lampiran. Tindak lanjut yang harus dilakukan adalah melaporkan ke site manager agar segera dilakukan perbaikan. b. Inspeksi Eksternal Inspeksi Eksternal Laporan inspeksi akan diberikan kepada safety officer atau site atau site manager oleh pihak PT. NS Bluescope Indonesia untuk segera memperbaiki ketidaksesuaian yang ada, jika tidak segera ditindaklanjuti maka costumer berhak untuk memutuskan hubungan kerja dan pihak Dinas Kesehatan berhak mencabut surat izin usaha.
STIKes Faletehan
BAB V KESIMPULAN KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pelaksanaan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Aerofood ACS dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Secara keseluruhan pelaksanaan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Aerofood ACS Cilegon telah dilaksanakan dengan baik. 2. Kebijakan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Aerofood ACS Cilegon telah sesuai dengan peraturan per aturan perundang-undangan yang berlaku. 3. PT. Aerofood ACS Cilegon melaksanakan 2 jenis inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja, yaitu inspeksi internal dan inspeksi eksternal . 4. Perencanaan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Aerofood ACS meliputi PRP Inspection, Inspection, Summary Summary PRP Inspection, Inspection, dan HSE Inspection telah Inspection telah sesuai dengan PP No. 50 Tahun 2012. 5. Pelaksanaan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Aerofood ACS dilakukan melalui 3 tahap, yaitu tahap persiapan inspeksi, tahap pelaksanaan inspeksi, dan tahap pelaporan inspeksi. Hal ini telah sesuai dengan PP No. 50 Tahun 2012. 6. Sumber Daya Manusia dalam inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Aerofood ACS Cilegon dilakukan oleh pihak intern intern perusahaan yaitu dari Departemen HSE ( Health Safety Enviromental ), ), dan Departemen QA (Quality Assurance), Assurance), dari pihak ekstern yaitu pihak ketiga atau perusahaan Costumer yang yang bekerja sama dengan PT. Aerofood ACS, OHSAS, Lembaga Akreditasi, dan Dinas Kesehatan. 7. Sarana dan prasarana inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja meliputi lembar checklist, alat tulis, kamera, APD, dan alat ukur lingkungan kerja.
43
STIKes Faletehan
44
8. Monitoring dan evaluasi hasil temuan inspeksi dilaporkan oleh pelaksana inspeksi yaitu safety officer atau QHSE kepada Site Manager sebagai bahan saat rapat bulanan agar dapat segera dilakukan evaluasi. B. Saran
1. Saran bagi PT. Aerofood ACS a. Agar segera dilakukan tindakan perbaikan oleh pekerja yang bertanggung jawab, jika pada saat inspeksi K3 ditemukan adanya potensi bahaya kecelakaan. b. Adanya penerapan “ punishment and rewards” yang tegas agar tenaga kerja merasa diperhatikan dan dihargai terhadap pelaksanaan K3 di perusahaan. c. Menanamkan budaya K3 di perusahaan untuk selalu berperilaku selamat dengan cara pendekatan langsung seperti : himbauan untuk bekerja dengan aman dan peduli keselamatan diri sendiri dan orang lain. d. Diharapkan untuk meningkatkan kebersihan dan kerapihan area loker atau area penyimpanan barang bagi pekerja dan juga kebersihan saluran air yang ada di dalam area produksi. Dengan cara aktualisasi jadwal general cleaning . 2. Saran bagi STIKes Faletehan Perbanyak lagi daftar bacaan yang ada di perpustakaan agar mahasiswa lebih mudah mendapatkan refrensi buku dalam pembuatan karya ilmiah.
STIKes Faletehan
DAFTAR PUSTAKA
Ramli, S., (2010) Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta, Penerbit Dian Rakyat Tarwaka. (2012) Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Serta Pencegahan Kecelakaan Di Tempat Kerja. Surakarta, Penerbit Harapan Press. D.E. Oktavia, 2009. Laporan Khusus : INSPEKSI K3 TERHADAP POTENSI BAHAYA KECELAKAAN KERJA DI TEMPAT KERJA DI PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK DIVISI NOODLE CABANG SEMARANG. Semarang : Universitas Sebelas Maret Surakarta. Candra, K, 2009. Laporan Khusus : PELAKSANAAN INSPEKSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SEBAGAI TINDAKAN PENCEGAHAN KECELAKAAN AKIBAT KERJA DI PT. COCA-COLA BOTLING INDONESIA CENTRAL JAVA. Universitas Sebelas Maret Surakarta Sarwoko, Alexius Ardi (2014), Laporan Praktikum Kesehatan Masyarakat, Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT. Harapan Shipyard Cilegon Tahun 2014 : STIKes Faletehan Serang. Mustika, Dwi (2015), Laporan Praktikum Kesehatan Masyarakat, Gambaran Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT. Daekyung Indah Heavy Industry Cilegon Tahun 2015 : STIKes Faletehan Serang. UU No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerj a PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Permenaker
No.PER-03/MEN/1998
tentang
Tata
Cara
Pelaporan
dan
Pemeriksaan Kecelakaan Depkes, 2015, Pusat Data dan Informasi Kecelakaan http://www.depkes.go.id/ (diakses tanggal 15 Maret 2016 )
Kerja,
Tempo, 2015, Kecelakaan Kerja di Kota Cilegon Tinggi, http://m.tempo.co/ (diakses tanggal 11 Maret 2016)
44
STIKes Faletehan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15 Lampiran 16 Lampiran 17 Lampiran 18 Lampiran 19 Lampiran 20 Lampiran 21 Lampiran 22 Lampiran 23 Lampiran 24 Lampiran 25 Lampiran 26 Lampiran 27 Lampiran 28 Lampiran 29 Lampiran 30 Lampiran 31 Lampiran 32 Lampiran 33 Lampiran 34 Lampiran 35 Lampiran 36 Lampiran 37
Surat Permohonan Izin Praktikum Kesehatan Masyarakat Catatan Harian selama magang Lembar Bimbingan Magang Struktur Organisasi PT. Aerofood ACS (Divisi Industrial Catering ) Struktur Organisasi PT. Aerofood ACS Unit PT. NS Bluescope Indonesia Struktur Organisasi HSE ( Health Safety Enviroment ) Struktur Organisasi Team Emergency Response Plan Struktur Organisasi P2K3 Peran dan Tanggung Jawab P2K3 Denah Kitchen Unit PT. NS Bluescope Indonesia Kebijakan Perusahaan Peraturan dan Standar Kepatuhan K3LH SOP (Standar Operational Prosedur ) Medical Check-up Contoh Hasil Medical Check-up Karyawan Sertifikat Inspeksi Eksternal Formulir PRP ( Pre Requiste Program) Inspection Formulir Summary PRP ( Pre Requiste Program) Inspection Formulir HSE (Health Safety Enviromental) Inspection Formulir Kuisioner Kesehatan Pengunjung Formulir Penggunaan P3K Standar Kotak P3K SOP (Standar Operational Prosedur ) Penanganan Kecelakaan Kerja Penanganan Kecelakaan (HSE) Penanganan Kondisi Darurat/Bencana PT. Aerofood ACS Unit PT. NS Bluescope Indonesia Standar Grooming Karyawan PT. Aerofood ACS Standar Alat Pelindung Diri Keselamatan Terhadap Lantai Keselamatan Saat Pelayanan Makan Prosedur Keselamatan Kerja di PT. Aerofood ACS Lembar Checklist Kebisingan, Pencahayaan, dan Kelembapan Udara yang dibuat oleh penulis Tabel Pengukuran Lingkungan Kerja di PT. NSBI, PT. CAP, dan di PT. SMI. Tabel Kegiatan Harian Mahasiswa Selama Magang Tabel Jumlah karyawan berdasarkan unit di PT. Aerofood ACS Cilegon Tabel Pembagian Shift Kerja Karyawan PT. Aerofood ACS Unit PT. NS Bluescope Indonesia Tabel JSA ( Job Safety Analysis) kegiatan produksi yang dibuat oleh penulis Work Instruction Penanggulangan Kebakaran Work Instruction Identifiaksi Bahaya, Evaluasi dan Pengendalian Dampak Risiko K3 dan Lingkungan
ix