LAPORAN LANSIA PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS DI RW XII KELURAHAN MANYAR SABRANGAN KECAMATAN MULYOREJO KOTA SURABAYA 21 September – 6 6 Oktober 2015
Oleh MAHASISWA B16 GELOMBANG I
KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2015
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Lansia ( growing growing old ) adalah seseorang yang karena penambahan usianya mengalami perubahan biologis, fisik dan sosial. Perubahan yang terjadi pada lansia merupakan suatu proses yang wajar bagi manusia. Perubahan pada semua organ dan jaringan tubuh sudah terjadi sejak awal kehidupan hingga lanjut usia (Ismayadi, 2004). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan suatu proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan baik dari dalam maupun dari luar tubuh. Walaupun demikian harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menyerang lanjut usia (Nugroho, 2000).
Penyakit pada
lansia memiliki karakteristik berupa penyakit multiple, degeneratif, dan kronis. Seringkali keluhan sakit pada lansia tidak diikuti adanya kondisi patologis sehingga yang muncul hanya keluhan yang bersifat subjektif dari lansia (Astuti, 2008). Meningkatnya usia harapan hidup penduduk Indonesia membawa konsekuensi pertambahan jumlah lanjut usia. Abad 21 merupakan abad lanjut usia ( era of population aging ). ). Dari data BPS diperkirakan mulai tahun 2010 akan terjadi kenaikan jumlah penduduk lanjut usia. Hasil prediksi menunjukkan presentasi penduduk lanjut usia akan mencapai 9,77% dari total jumlah penduduk sekitar 23,9 juta dan tahun 2010 dan menjadi menjadi 11,34% pada tahun 2020 atau tercatat 28,8 juta orang (Efendi, 2009). Seiring perubahan usia, tanpa disadari lanjut usia us ia akan mengalami perubahan fisik, psikososial dan spiritual., didapatkan data lansia di di RW II Kelurahan Mulyorejo Kecamatan Mulyorejo adalah sebanyak sejumlah 81 orang (9%).
Proses penuaan pasti terjadi pada manusia, memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis. Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan
–
perubahan yang menuntut dirinya untuk
menyesuaikan diri secara terus-menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh Munandar Ashar Sunyoto (1994) menyebutkan masalahmasalah yang menyertai lansia yaitu: 1. Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang l ain, 2. Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya, 3. Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau pindah, 4. Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak dan 5. Belajar memperlakukan anak-anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan perubahan fisik, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar adalah perubahan gerak. Pelayanan kesehatan yang profesional dapat diberikan pada klien lanjut usia baik yang sehat maupun sakit melalui pendekatan proses keperawatan
yang
memperhatikan aspek pendekatan fisik, psikis, sosial dan spiritual. Fokus asuhan keperawatan lansia adalah melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan mengoptimalkan fungsi fisik dan mental. Berkaitan dengan peran perawat sebagai
pemberi
asuhan
keperawatan
maka
perlu
mengadakan
praktek
keperawatan klinik pada lansia yang merupakan bagian dari keperawatan
komunitas. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan perawat dapat bertanggung jawab untuk membantu lansia memperoleh kesehatan secara optimal dan komprehensif. Oleh karena itu, mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners (P3N) Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya
mendapat
kesempatan
secara
langsung mengenali
perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia serta konsep keperawatan pada lansia yang mengalami gangguan atau masalah kesehatan baik segi fisik, mental, sosial maupun spiritual di komunitas, kami dapat memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia secara komprehensif.
1.2 Tujuan 1.2.1
Tujuan umum
Mahasiwa Program Pendidikan Profesi Ners (P3N)FKp.UA dapat memberikan asuhan keperawatan komunitaskhsusnya pada lansia, sehingga kelompok lansia di RW II Mulyorejo Kecamatan Mulyorejo Surabaya dapat mempertahankanstatus kesehatannya dengan baik dan lebih berkualitas. 1.2.2
Tujuan khusus:
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan atau masalah keperawatan yang terjadi pada kelompok lanjut usia di RW II Mulyorejo Kecamatan Mulyorejo Kecamatan Mulyorejo Kota Surabaya. 2. Meningkatkan pengetahuan para lansia tentang proses penyakit dan cara perawatannya di wilayah RW II Mulyorejo Kecamatan Mulyorejo. 3. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan kader posyandu lansia dalam melakukan pemeriksaan kesehatan pada lansia.
4. Melibatkan karang taruna dalam mengenal masalah kesehatan lansia dan cara perawataannya di RW II Kelurahan mulyorejo. 5. Melaksanakan kegiatan senam lansia dengan jumlah peserta lebih banyakdari sebelumnya yang mencakup seluruh RW II Kelurahan mulyorejo 6. Meningkatkan pengetahuan lansia tentang pentingnya kebutuhan spiritual dalam menjaga kesehatan jiwa lansia di RW II Kelurahan Mulyorejo Kecamatan Mulyorejo Kota Surabaya.
1.3 Manfaat 1.3.1
Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat menerapkan dan mengaplikasikan teori asuhan keperawatan gerontik secara nyata pada lansia di RW II Kelurahan mulyorejo RW II Kelurahan mulyorejo Kecamatan Mulyorejo Kota Surabaya. 1.3.2
Bagi Lansia
1. Lansia
mendapatkan
pelayanan
keperawatan
khusus
lansia
secara
komprehensif 2. Lansia dapat mengenal dan mengetahui masalah kesehatanyang dialaminya dan cara perawatannya. 3. Lansia mendapat pendidikan kesehatan yang memadai dalam upaya menjaga status kesehatannya. 1.3.3
Bagi Institusi Pendidikan
Tercapainya tujuan pembelajaran asuhan keperawatan gerontik pada lansia di lingkungan komunitas.
1.4
Ruang Lingkup
Dalam penulisan proposal ini mahasiswa program pendidikan profesi ners (P3N) FKp.UA angkatan B15
memberikan asuhan keperawatan kesehatan
komunitas di RW II Kelurahan Mulyorejo Kecamatan Mulyorejo Kota Surabaya dalam menangani masalah kesehatan kelompok lanjut usia.
1.5
Metode pendekatan
Metode pendekatan yang dilakukan adalah metode pendekatan asuhan keperawatan gerontik yang profesional yang meliputi biologis, psikologis, sosial, spiritual dan kultural secara mandiri maupun kolaborasi lintas sektor yang diberikan secara langsung kepada kelompok lanjut usia di Kelurahan Mulyorejo Kecamatan Mulyorejo Kota Surabaya.
1.6
Sistematika penulisan
Sistematika penulisan dimulai dengan pengkajian data keperawatan, analisis data, penapisan masalah, penentuan prioritas diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi, evaluasi keperawatan dan kesimpulan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lansia 2.1.1
Pengertian Lansia
Menurut Undang-undang Kesehatan tahun 1992 pasal 19 ayat 1, lansia ( growing old ) adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada keseluruhan aspek kehidupan termasuk kesehatan (Ismayadi, 2004). Pengertian lansia menurut WHO dalam Nugroho (2009) meliputi : 1. Middle age (usia pertengahan) antara usia 45-59 tahun. 2. Elderly (usia lanjut) antara 60-74 tahun. 3. Old (lanjut usia tua) antara 75-90 tahun. 4. Very old (usia sangat tua) diatas 90 tahun. Lansia (lanjut usia) adalah mereka yang telah berusia 65 tahun ke atas. Durmin (1992) membagi lansia menjadi young elderly (65 sampai 74 tahun) dan older elderly (75 tahun ke atas). Sementara Munro, dkk (1987) mengelompokkan older elderly kedalam dua bagian yaitu usia 75-84 tahun dan usia 85 tahun ke atas. Jika mengacu pada usia pensiun, lansia ialah mereka yang berusia di atas 56 tahun (Arisman 2003). Depkes RI (2005) juga mengelompokkan usia lanjut menjadi 3 (tiga) kategori yaitu: 1. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun 2. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas
3. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan masalah kesehatan. Asuhan keperawatan keluarga dengan lansia adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan komprehensif yang diberikan kepada lansia dan keluarga dengan tujuan
meningkatkan
kesehatan,
rehabilitasi
kesehatan,
memaksimalkan
kemampuan lansia dan keluarga dalam meningkatkan status kesehatan (Santoso, 2009) 2.1.2
Teori Proses Penuaan
Teori penuaan dibagi menjadi dua bagian yaitu Genetik dan nongenetik, antara lain (Pudjiastuti, 2003): 1. Teori Genetik 1) Teori Hayflick Menurut studi Hayflick dan Moorehead (1961), penuaan disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain perubahan fungsi sel, efek kumulatif dari tidak normalnya sel, dan kemunduran sel dalam organ dan jaringan. 2) Teori Kesalahan Dalam teori ini dinyatakan bahwa kesalahan dalam proses atau mekanisme pembuatan protein akan mengakibatkan beberapa efek. Penuaan ketepatan sintesis protein secara spesifik telah dihipotesiskan penyebabnya, yaitu ketidaktepatan dalam penyiapan pasangan kodon mRNA dan antikodon tRNA. Namun, penelitian terakhir ternyata bertentangan dengan teori kesalahan,
yang
menerangkan
bahwa
tidak
menghimpun molekul nonspesifik ditemukan.
semua
penuaan
sel
3) Teori DNA lewah (kelebihan DNA) Medvedev (1972) mengemukakan teori yang berhubungan dengan teori kesalahan. Ia percaya bahwa perubahan usia biologis merupakan hasil akumulasi kesalahan dalam memfungsikan gen (plasma pembawa sifat). Perbedaan usia makhluk hidup mungkin merupakan suatu fungsi dari tingkat urutan genetik berulang (repeated genetic sequences). Jika kesalahan muncul dalam urutan genetik tidak berulang (nonrepeated geneticsequences), kesempatan untuk menjaga hasil akhir produksi gen selama evolusi atau selama hidup akan berkurang. 4) Teori Rekaman Rekaman (transcription) adalah tahap awal dalam pemindahan informasi dari DNA ke sintesis protein. Teori yang mengacu pada teori Haflick itu menyatakan kondisi berikut: (1)
Dengan peningkatan usia terjadi perubahan yang sifatnya merusak metabolisme posmitotic cells yang berbeda.
(2)
Perubahan merupakan hasil dari kejadian primer yang terjadi pada inti kromatin.
(3)
Perubahan itu terjadi dalam inti kromatin kompleks, merupakan suatu mekanisme kontrol yang bertanggung jawab terhadap penampilan dan urutan penuaan primer.
(4)
Mekanisme kontrol meliputi regulasi transkripsi meskipun regulasi lain dapat terjadi.
5) Teori Nongenetik (1) Teori Radikal Bebas Pada dasarnya radikal bebas adalah ion bermuatan listrik yang berada di luar orbit dan berisi ion tak berpasangan. Radikal bebas mampu merusak membran sel, lisosom, mitokondria, dan, inti membran melalui reaksi kimia yang disebut perioksidasi lemak. Kerusakan membran dan cross- linkage biomolekul merupakan hasil rangkaian reaksi radikal bebas. Hasil reaksi radikal bebas adalah turunnya penyatuan sel karena turunnya aktivitas enzim, kesalahan metabolisme asam nukleat, kerusakan fungsi membran, dan penumpukan lipofusin pada lisosom. Penumpukan lipofusin tidak tampak sebagai titik- titik kehitaman pada tangan seseorang, tetapi tampak secara mikroskopis pada saraf dan otot. Mengetahui jumlah penumpukan lipofusin adalah cara yang baik untuk melihat perubahan kronologis usia dan mungkin menjadi salah satu
cara
Penumpukan degeneratif.
untuk
melihat
lipofusin Apabila
kenyataan
merupakan
terjadi
pada
penuaan
contoh jaringan,
pada
mamalia.
perubahan
dengan
penumpukan
akan
menghambat suplai oksigen dan nutrisi ke sekeliling jaringan, menyebabkan degenerasi, dan kemungkinan kematian jaringan. Teori radikal bebas pada penuaan ditunjukkan oleh hormon. Perubahan hormon pada penuaan penunjang reaksi radikal bebas dan akan menimbulkan efek patologis, seperti kanker dan aterosklerosis. Penelitian telah dikembangkan untuk melihat fungsi antioksidan pada radikal bebas. Vitamin A, vitamin C, selenium, glutation peroksidase,
dan superokside dismutase telah digunakan untuk menghambat radikal bebas dan peroksidase lemak. Pengaruh dari hambatan radikal bebas mencegah degenerasi sel, seperti penurunan pengumpulan lipofusin. (2) Teori Autoimun Menurut teori autoimun penuaan diakibatkan oleh antibodi yang bereaksi terhadap sel normal dan merusaknya. Reaksi itu terjadi karena tubuh gagal mengenal sel normal dan memproduksi antibodi yang salah. Akibatnya, antibody itu bereaksi terhadap sel normal, disamping sel abnormal yang menstimulasi pembentukannya. Teori ini mendapat dukungan dari kenyataan bahwa jumlah antibodi autoimun meningkat pada lansia dan terdapat persamaan antara penyakit imun (misalnya arthritis reumatoid, diabetes, tiroiditis, dan amiloidosis) dan fenomena menua. (3) Teori Hormonal Donner Denckle percaya bahwa pusat penuaan terletak pada otak. Pernyataan ini didasarkan pada studi hipotiroidme. Hipotiroidme dapat menjadi fatal apabila tidak diobati dengan tiroksin, sebab seluruh manifestasi dari penuaan akan tampak, seperti penurunan sistem kekebalan, kulit keriput, uban, dan penurunan proses metabolisme secara perlahan. Pada wanita, menopause merupakan peristiwa hormonal yang kronis, tetapi tidak mengatur penuaan. Ovarium merupakan glandula endokrin yang kapasitas fungsinya berkurang sejalan dengan penuaan normal. Pada laki- laki, androgen dari testis tidak mudah diperkirakan karena perbedaan pada tiap individu.
(4) Teori Pembatasan Energi Roy Walford (1986) adalah penganut kuat diet yang didasarkan pada pembatasan kalori, yang dikenal sebagai pembatasan energi. Diet nutrisi tinggi yang rendah kalori berguna untuk meningkatkan fungsi tubuh agar tidak cepat tua. Program pembatasan energi bertujuan untuk mengurangi berat badan secara bertahap dalam beberapa tahun sampai efesiensi metabolisme tercapai untuk hidup sehat dan panjang usia. Tinggi rendahnya diet mempengaruhi perkembangan umur dan adanya penyakit. Termasuk dalam program diet adalah pantangan merokok, minum alkohol, dan mengendalikan penyebab stres seperti kecemasan, frustasi, atau stres yang disebabkan oleh kerja keras. 2.1.3
Perubahan pada lansia
Perubahan pada lansia ada empat yaitu perubahan-perubahan pada fisik, mental, psikososial dan spritual (Ismayadi, 2004). 1. Perubahan-perubahan fisik: 1) Sel (1) Lebih sedikit jumlahnya. (2) Lebih besar ukurannya. (3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intrase luler. (4) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati. (5) Jumlah sel otak menurun. (6) Terganggunya mekanisme perbaikan sel. (7) Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.
2) Sistem persarafan (1) Berat otak menurun 10-20%. (Setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam setiap harinya). (2) Cepatnya menurun hubungan persarafan. (3) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres. (4) Mengecilnya saraf panca indra. Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin. (5) Kurang sensitif terhadap sentuhan. 3) Sistem pendengaran (1) Presbiakusis (gangguan dalam pendengaran). Hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun. (2) Otosklerosis akibat atrofi membran tympani. (3) Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin. (4) Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa/stres. 4) Sistem penglihatan (1) Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar. (2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola). (3) Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.
(4) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam caha ya gelap. (5) Hilangnya daya akomodasi. (6) Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangannya. (7) Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau. 5) Sistem kardiovaskuler (1) Elastisitas dinding aorta menurun. (2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku. (3) Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini menyebabakan menurunnya kontraksi dan volumenya. (4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi. Perubahan posisi dari tidur ke duduk atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun, mengakibatkan pusing mendadak. (5) Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer. 6) Sistem pengaturan temperatur tubuh (1) Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis akibat metabolisme yang menurun. (2) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas akibatnya aktivitas otot menurun. 7) Sistem respirasi (1) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menja di kaku. (2) Menurunnya aktivitas dari silia.
(3) Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun. (4) Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang. (5) Kemampuan untuk batuk berkurang. (6) Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia. 8) Sistem gastrointestinal (1) Kehilangan gigi akibat Periodontal disease, kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk. (2) Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecapan di lidah terhadap rasa manis, asin, asam, dan pahit. (3) Eosephagus melebar. (4) Rasa lapar menurun, asam lambung menurun. (5) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi. (6) Daya absorbsi melemah. 9) Sistem reproduksi (1) Menciutnya ovarium dan uterus. (2) Atrofi payudara. (3) Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur. (4) Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal kondisi kesehatan baik. (5) Selaput lendir vagina menurun.
10) Sistem perkemihan (1) Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urin, darah yang masuk ke ginjal disaring di glomerulus (nefron). Nefron menjadi atrofi dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%. (2) Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat dan terkadang menyebabkan retensi urin pada pria. 11) Sistem endokrin (1) Produksi semua hormon menurun. (2) Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR ( Basal Metabolic Rate), dan menurunnya daya pertukaran zat. (3) Menurunnya produksi aldosteron. (4) Menurunya sekresi hormon kelamin misalnya, progesteron, estrogen, dan testosteron. 12) Sistem kulit (sistem integumen) (1) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak. (2) Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi, serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis. (3) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu. (4) Rambut dalam hidung dan telinga menebal. (5) Berkurangnya
elastisitas
akibat
dari
menurunya
cairan
vaskularisasi. (6) Pertumbuhan kuku lebih lambat. (7) Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya. (8) Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
dan
13) Sistem muskuloskletal (1) Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh. (2) Kifosis (3) Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas. (4) Persendiaan membesar dan menjadi kaku. (5) Tendon mengerut dan mengalami skelerosis. (6) Atrofi serabut otot (otot-otot serabut mengecil).Otot-otot serabut mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor. (7) Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh. 2. Perubahan-perubahan mental Perubahan mental dipengaruhi oleh perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas) dan lingkungan (Ismayadi, 2004). 1) Kenangan (Memory) (1) Kenangan jangka panjang: berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu mencakup beberapa perubahan. (2) Kenangan jangka pendek atau seketika: 0-10 menit, kenangan buruk. 2) IQ ( Inteligentia Quantion) (1) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal. (2) Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor, terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor waktu. 3. Perubahan-perubahan psikososial 1) Pensiun: nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun
(purna tugas), ia akan mengalami kehilangan-kehilangan, antara lain : (1) Kehilangan finansial (income berkurang). (2) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya). (3) Kehilangan teman/kenalan atau relasi. (4) Kehilangan pekerjaan/kegiatan. 2) Merasakan atau sadar akan kematian ( sense of awareness of mortality) 3) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit. 1) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation). 2) Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya pengobatan. 3) Penyakit kronis dan ketidakmampuan. 4) Gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan ketuli an. 5) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan. 6) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan temanteman dan family. 7) Hilangnya
kekuatan
dan
ketegapan
fisik:
perubahan
terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri. 4. Perkembangan spritual 1) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan 2) Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari 3) Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun adalah berpikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai keadilan.
2.2 Program Posyandu Lansia 2.2.1
Pengertian
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya. 2.2.2
Tujuan
Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain 1.
Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.
2. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut. 2.2.3
Sasaran posyandu lansia:
1. Sasaran langsung : 1) Pra usia lanjut (45-59 tahun) 2) Usia lanjut (60-69 tahun) 3) Usia lanjut risiko tinggi: usia lebih dari 70 tahun atau usia lanjut berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan. 2.
Sasaran tidak langsung : 1) Keluarga dimana usia lanjut berada 2) Masyarakat tempat Usila berada
3) Organisasi sosial 4) Petugas kesehatan 5) Masyarakat luas 2.2.4
Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia:
Mekanisme pelayanan posyandu lansia berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut : 1. Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau tinggi badan. 2. Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan di meja II ini. 3. Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa dilakukan pelayanan pojok gizi. 2.2.5
Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia
Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan Kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi
dini)
atau
ancaman
masalah
kesehatan
yang
dihadapi.
Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu Lansia seperti :
1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya. 2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit 3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT) 4. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit. 5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat 6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes mellitus) 7. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal. 8. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7. 9. Penyuluhan Kesehatan. 10. Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran. Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan, sarana dan prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka), meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia
.
2.3 Peran Perawat Komunitas bagi kesehatan Lansia
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorangsesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik daridalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yangdiharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21).Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik,dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara professional sesuaidengan kode etik professional. Dalam prakteknya, keperawatan gerontik meliputi peran dan fungsi sebagai berikut: 1. Sebagai Care Giver /Pemberi Asuhan Langsung Memberikan
asuhan
keperawatan
kepada
lansia
yang
meliputi
intervensi/tindakankeperawatan, observasi, pendidikan kesehatan, dan menjalankan tindakan medis sesuaidengan pendelegasian yang diberikan. 2. Sebagai Pendidik Sebagai pendidik, perawat membantu lansia meningkatkan kesehatannya malalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medik yangditerima sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yangdiketahuinya. Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan kesehatankepada kelompok keluarga yang beresiko tinggi, kadar kesehatan, dan lain sebagainya. 3. Sebagai Motivator Sebagai motivator,perawat memberikan motivasi kepada lansia dalam upaya menjaga dan mempertahankan status kesehatannya.
4. Sebagai Advokasi Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antar klien dengan timkesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien danmembantu klien memahami semua informasi dan upeya kesehatan yang diberikan oleh timkesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional.
BAB 3 PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS DI RW XII KELURAHAN MANYAR SABRANGAN KECAMATAN MULYOREJO
Asuhan keperawatan komunitas adalah suatu kerangka kerja untuk memecahkan masalah kesehatan yang ada di masyarakat secara sistematis dan rasional yang didasarkan pada kebutuhan dan masalah masyarakat. Penerapan ilmu dan kiat asuhan keperawatan komunitas yang ada di masarakat dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan untuk dapat mencapai tujuan yang kita harapkan. Dari pengkajian terhadap ketua RW II dan RT 01, 02, 03 Kelurahan Mulyorejo Kecamatan Mulyorejo Kota Surabaya pada tanggal 2327 September 2015 didapatkan data pengamatan melalui komponen Winshield Survey sebagai berikut: Elemen Perumahan dan Lingkungan (Daerah)
Lingkungan Terbuka
Batas
Deskripsi
1. Bangunan Mayoritas bangunan di RT 01, 02, 03 RW II terbuat dari tembok (permanen) namun masih ada status kepemilikan tanah masih sewa. 2. Arsitektur Bentuk rumah di wilayah RW II hampir sama antara satu rumah dengan yang lain. Hampir semua lantainya terbuat dari keramik, rata-rata di setiap rumah terdapat jendela, namun sebagian besar pencahayaan remang dan jarak antar rumah saling berdempetan. 3. Halaman Sebagian besar rumah di RW II tidak mempunyai halaman dan sebagian kecil memiliki halaman yang tidak seberapa luas dan digunakan sebagai teras dengan diberi beberapa tanaman, terdapat sebagian rumah yang memiliki saluran pembuatan limbah melalui got yang alirannya cukup lancar namun berlumut. Luas Terdapat 1 lahan kosong di RT 03 seluas 10x20 m, ada pohon dan sering digunakan anak-anak untuk latihan bola dan voli. Terdapat 1 kebun di RT 02 seluas 10x20 m, seperempat bagian digunakan untuk TOGA sisanya lahan kosong berumput tidak digunakan untuk kegiatan apapun. Batas daerah RT 01, 02, 03 RW II
Barat : Kecamatan Mojoarum Utara : Mulyorejo Utara Timur : RT 04 RW II Selatan : RT 01 RW III dan RT 07 RW II Tingkat Sosial Ekonomi
Kebiasaan
Transportasi
Fasilitas Umum
1. Tingkat Sosial Masyarakat di RW II mempunyai hubungan sosial yang baik antar tetangga, kegiatan pengajian mingguan yang diadakan oleh RW II dapat berjalan. Jarak masing-masing rumah sebagan besar saling berdempetan. 2. Tingkat Ekonomi Sebagian besar pekerjaan warga RW II adalah wiraswasta dan sebagian besar warga berada pada tingkat ekonomi menengah keatas 1. Lansia Sebagian besar lansia baik di RW II menggunakan waktunya untuk melakukan pekerjaan rumah tangga yang ringan, merawat cucu dan bercengkrama dengan lansia lain namun juga ada yang bekerja. Kegiatan pengajian rutin dan posyandu lansia juga telah ada. 2. Dewasa-tua Pada pagi dan sore hari sebagian warga RW II bekerja. Dan pada malam hari warga mempunyai kegiatan rutin mengikuti pengajian bapak-bapak/ibuibu. Beberapa warga juga menggunakan waktunya untuk mengikuti kegiatan yang ada di daerahnya khususnya pengurus RT, kader, dan PKK. 3. Remaja Remaja di RW II mempunyai kebiasaan berkumpul dengan teman (cangkrukan), merawat burung dara, bermain karambol, persahabatan futsal dan hampir setengah remaja adalah perokok 4. Anak-anak Baik di RW II pada pagi hari mayoritas pergi ke sekolah, siang hari bermain dengan teman sebaya atau menonton televisi di rumah dan sore hari mayoritas mengikuti kegiatan keagamaan dengan mengaji (TPA). 1. Umumnya sebagian besar warga menggunakan kendaraan pribadi untuk mobilisasi dengan menggunakan motor, mobil dan sepeda, selain itu juga beberapa warga menggunakan mobil angkutan umum, becak ataupun jalan kaki. 2. Situasi jalan yang masuk ke area warga RW II sebagian besar paving blok. 1. Kesehatan Terdapat posyandu lansia, balita, remaja mengikuti posyandu yang diselenggarakan puskesmas Mulyorejo
Suku bangsa
Agama Health and Morbidity
Media
2. Sekolah Terdapat PAUD, TK Dwi Warna Raya, SD Muhammadiyah 18 3. Agama Musholla dan TPA yang terletak dalam wilayah RT 2 4. Ekonomi Terdapat bengkel, pedagang keliling, dan warung makan yang menyebar diseluruh wilayah RW II. 5. Agen-agen Air isi ulang, air mineral, LPG 6. Toko/Warung/pusat belanja Terdapat beberapa toko sembako, sayur mayur, dan warung makan. Pedagang keliling (bakso, pentol, roti, nasi goreng, siomay, mie ayam, dan es oyen) dapat ditemui di jalan wilayah RW II. Berdasarkan pengamatan dari penggunaan bahasa sehari-hari, mayoritas warga RW II berasal dari suku Jawa. Mayoritas warga beragama Islam 1. Penyakit terbanyak yang terjadi di masyarakat selama 6 bulan terakhir adalah batuk pilek (ISPA). Sedangkan pada lansia penyakit yang terbanyak diderita adalah Hipertensi. 2. Sebagian besar warga RW II bila sakit mempunyai kebiasaan untuk berobat klinik dan puskesmas. 3. Ada kegiatan posyandu balita yang diadakan setiap hari selasa minggu kedua dan ketiga oleh bidan puskesmas mulyorejo dengan dibantu oleh kader KIA dari RW II. 4. Sudah terdapat posyandu lansia hari jumat/sabtu minggu keempat dan senam lansia di wilayah RW II setiap hari minggu minggu ke 1, 2 dan 3 1. Komunikasi: sebagian besar warga telah memiliki televisi, radio (tape) dan menggunakan telepon (handphone), serta selebaran. 2. Informasi: warga mendapatkan informasi melalui undangan, pemberitahuan keliling, papan pengumuman.
3.1 Data Primer dari Kuisioner 1. Data Jumlah Lansia
Proporsi lansia berdasarkan kunjungan Posyandu lansia
Posyandu Lansia 20% rajin 55%
25%
tidak rajin tidak pernah
Gambar 3.1 proporsi lansia berdasarkan angka kunjungan ke Posyandu balita di RT 01, RT 02, RT 03 di RW 02 Kelurahan Mulyorejo Kecamatan Mulyorejo Kota Surabaya pada tanggal 22-27 Sept ember 2015 Gambar diatas menunjukkan bahwa sebagian besar lansia rajin ke Posyandu lansia yaitu sebanyak 45 lansia (55%) 80 % lansia rajin ke posyandu dengan rincian 55% aktif dan 25 % anggota posyandu tidak rajin ke posyandu 20 % lansia tidak pernah ikut posyandu dengan alasan jauh 2.
Proporsi lansia berdasarkan keikutsertaan lansia mengikuti penyuluhan kesehatan lansia
Penyuluhan kesehatan lansia 5%
33%
rajin 62%
tidak rajin tidak pernah
Gambar 3.2 Proporsi lansia berdasarkan keikutsertaan lansia mengikuti penyuluhan kesehatan lansia di RT 01, RT 02, RT 03 di RW 02 Kelurahan Mulyorejo Kecamatan Mulyorejo Kota Surabaya pada tanggal 22-27 September 2015
Gambar diatas menunjukkan bahwa sebagian besar lansia rajin mengikuti penyuluhan kesehatan lansia yaitu sebanyak 45 lansia (62%) 3. Proporsi lansia berdasarkan kegiatan sosial lansia yang diikuti
Kegiatan Sosial Lansia 23% 44% rajin tidak rajin 33%
tidak pernah
Gambar 3.3 Proporsi lansia berdasarkan kegiatan sosial lansia yang diikuti di RT 01, RT 02, RT 03 di RW 02 Kelurahan Mulyorejo Kecamatan Mulyorejo Kota Surabaya pada tanggal 22-27 Sept ember 2015 Gambar diatas menunjukkan bahwa hampir separuh lansia mengikuti kegiatan sosial secara rutin yaitu sebanyak 29 lansia (44%) 4. Data 5 penyakit yang di derita lansia
5 Penyakit pada Lansia 40 30 20 10 0
HT
kolesterol
au
dm
ispa
Gambar 3.4 Menunjukkan dari 45 lansia yang berkunjung ke Posyandu didapatkan penyakit yang di derita lansia adalah sebagai berikut hipertensi 30 lansia, kolesterol 15 lansia, asam urat 10 lansia, DM 10 lansia dan ISPA 5 lansia
3.2 Hasil F ocus Gr oup Discussion (FGD)
Tanggal 5 Oktober 2015 telah dilaksanakan pengkajian melalui proses Focus Group Discussion (FGD) antara mahasiswa dengan kader Lansia. Berikut resume kegiatan wawancara Pokjakes Lansia. Tabel 3.2 Hasil Focus Group Discussion Jawaban No. Pertanyaan 1.
Narasumber
Apakah semua lansia
Ibu Diana
Jumlah
lansia
yang
mengikuti
2
dalam
lansia kurang lebih 60-70 orang,
posyandu
sisanya sekitar 10-20 orang tidak
aktif
lansia ?
kegiatan
aktif
yang terdaftar di RW
kegiatan
2.
Pernyataan
posyandu
aktif
Apa alasan beberapa
Ibu Diana
Alasan tidak ikut posyandu lansia
lansia tak mau atau
kebanyakan karena tempat terlalu
jarang
jauh, bertepatan dengan acara
mengikuti
posyandu ?
lain,
ada
juga
yg
berjualan
sehingga tidak bisa ikut. 3.
Apa
saja
kegiatan
Ibu Diana
Kegiatan posyandu lansia: setiap
lansia di posyandu
hari Sabtu pada minggu ke empat
lansia RW 2?
adalah
pemeriksaan
kesehatan
oleh dr waluyo (dr puskesmas), setiap minggu ada senam lansia dan
pembagian
PMT,
arisan
lansia pada minggu ke dua, dan rekreasi setiap satu tahun sekali 4.
5.
Apa
saja
kegiatan
Ibu diana
Momong cucu, berjualan, jaga
lansia RW 12 disaat
toko,
waktu senggang ?
kegiatan rumah tangga, pengajian
Apa saja pendidikian kesehatan
atau
Ibu Diana
Penkes
berkebun,
tentang
mengurus
penyakit
hipertensi, DM, Diit HT, Cara
penyuluhan sudah
di
yang
olah raga bagi penderita DM
peroleh
lansia RW 12 ? 6.
Bagaimana
minat
Ibu Diana
Sebagian
besar
lansia RW 2 dalam
posyandu
ikut
mengikuti
sekitar 5 sd 10 dari anggota yang
kegiatan
senam lansia ?
yang
aktif
senam,
hanya
tidak ikut seaman karena jadwal yang lain
7.
Apa
saja
masalah
kesehatan
Ibu Diana
yang
HT, DM, kolesterol, asam urat, stroke
dialami lansia RW 2 (5
besar
penyakit
yang
sering
dikeluhkan) 9.
Bagaimana
usaha
pengobatan
yang
dilakukan
Ibu Diana
Sebagian
besar
posyandu,
lansia,
berobat
saat
tidak
ada
kalau
perubahan dibawa ke rumah sakit
apakah
dengan
atau
pengobatan
medis,
menggunakan obat herbal karena
herbal,
atau
puskesmas,
tidak
keduanya.
tahu
sehingga
jarang
dosisnya takut
yang
seberapa
nanti
malah
kelebihan dosis 10.
11.
Pengobatan
herbal
Ibu Diana
Jarang ada yang tahu karena
apa saja yang sudah
untuk urusan kesehatan lansia
diketahui lansia RW
mereka
2?
dokter saat posyandu
Apa harapan kader untuk
kesehatan
lansia di RW 2 ?
Ibu Diana
tergantung
Lansianya stress,
selalu
karena
dari
obat
sehat,
tidak
kalau
stress
tensinya naik lagi, kalau bisa ada penyuluhan terutama
kesehatan untuk
mengatasi susah tidur.
lagi
bagaimana
BAB 4 ANALISIS DATA KESEHATAN KOMUNITAS DI RW VI KELURAHAN DUKUH SUTOREJO KECAMATAN MULYOREJO KOTA SURABAYA
Data yang diperoleh dari hasil pengkajian yang dilakukan mulai 22 sd 25 September 2015 kepada warga RW II khususnya RT 1, 2 dan 3 dan wawancara ketua RW, RT, masyarakat di lingkungan RW II khususnya RT 1, 2 dan 3, dianalisis dan diperoleh diagnosa kesehatan lansia, kemudian dilakukan penapisan masalah untuk menentukan prioritas. 4.1 Analisa Data No.
DATA SUBJEKTIF
DATA OBJEKTIF
1.
Kader mengatakan kegiatan posyandu sudah jalan dan sebagaian besar lansia ikut posyandu Dan ada sebagaian kecil yang tidak ikut posyandu dengan alasan jauh dengan hari pelaksanaan setiap hari jumat atau sabtu minggu ke 4
- 80 % lansia rajin ke posyandu dengan rincian 55% aktif dan 25 % anggota posyandu tidak rajin ke posyandu - 20 % lansia tidak pernah ikut posyandu dengan alasan jauh - 62 % rajin ikut penyuluhan kesehatan, 33% tidak pernah dan 5 % tidak pernah - 44 % lansia di RT 1, 2, 3 rajin ikut, 33% tidak rajin dan 23 % tidak pernah ikut kegiatan lansia - Dari pengkajian di Posyandu dari 45 lansia dapatkan penyakit pada lansia yaitu rata adalah hipertensi 30 lansia, kolesterol 15 lansia,
Kader mengatakan lansia yang mengikuti posyandu rajin melakukan senam seminggu sekali setiap hari minggu ke 1,2 dan ke 3 Kader mengatakan ratarata penyakit yang di derita lansia adalah hipertensi, DM, asam urat, kolesterol dan stroke
MASALAH KEPERAWATAN Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (00099)
asam urat 10 lansia, DM 10 lansia dan ISPA 5 lansia - Dalam upaya kesehatan yang mereka lakukan ketika sakit dari jumlah total 81 lansia, sebanyak 45 lansia sudah berobat ke sarana kesehatan seperti dokter umum. Lansia yang rajin ke posyandu lansia sebanyak 45 orang - Lansia tidak rajin ke posyandu sebanyak 20 orang 24,69%
4.2 Penapisan Masalah
Dari hasil analisa data, didapatkan data yang kemudian dilakukan penapisan masalah untuk menentukan prioritas masalah, adapun penapisan tersebut dapat dilihat sebagai berikut: Diagnosa Keperawatan pada agregate lansia
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (Kode: 00099) pada lansia di RW 2 Kelurahan Mulyorejo
Pentingnya penyelesaian masalah 1: rendah 2: sedang 3: tinggi
2
Perubahan positif untuk penyelesaian di komunitas 0 : tidak ada 1: rendah 2: sedang 3: tinggi 3
Penyelesaian untuk peningkatan kualitas hidup 0: tidak ada 1: rendah 2: sedang 3: tinggi 3
Total score
8
1.3 Prioritas Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (00099)
BAB 5 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI RW XII KELURAHAN MANYAR SABRANGAN KECAMATAN MULYOREJO KOTA SURABAYA POKJA LANSIA
Dari hasil analisa data maka telah didapatkan diagnosa keperawatan komunitas sesuai prioritas. Dari diagnosa tersebut kami melakukan perencanaan bersama dengan kader lansia yang dilaksanakan pada tanggal 5 Oktober 2015. Adapun perencanaan yang akan kami laksanakan adalah sebagai berikut: No
1
Diagnosa Keperawatan Ketidakefektifan
Setelah
pemeliharaan
tindakan
kesehatan
(00099)
NOC
NIC
dilakukan keperawatan
selama
7
minggu,
pada lansia di RW 2 diharapkan para lansia di Kelurahan Mulyorejo
RW
2
kelurahan
Mulyorejo
Kecamatan
Mulyorejo
diharapkan
Lansia mampu:
Waktu
Tempat
Metode
Media
Prevensi Primer
1.Pendidikan Kesehatan
(Kode:
5510)
Penkes diit DM
Rini
2.Pengajaran
1-11-
Halaman
2015
SDN
Sound
Mulyorejo
sistem
Prosedur/tindakan
Ceramah
Leaflet,
(Kode:5618)
Prevensi Primer
1. Pengetahuan Promkes
PJ
Prosedur relaksasi
(Kode
progresif
Sri Mulya otot
18-10-
Halaman
Ceramah
Sound
2015
SDN
Demontrasi
sistem,
Mulyorejo Simulasi
Booklet
1823) 2. Pengetahuan:
Prosedur senam Carolina
1-11-
Halaman
Ceramah
kaki diabetikum
2015
SDN
Demontrasi
Perilaku sehat (Kode:
Leaflet, Sound
Mulyorejo Simulasi system
1805) 3. Pengetahuan:
Gaya
hidup
sehat
(Kode:1855)
1. Modifikasi Perilaku
Prevensi Sekunder
1. Kepatuhan
Prevensi Sekunder
perilaku
(Kode:4360)
Senam Lansia
Rini
(Kode:1600) 2. Perilaku
11-10-
Jl
2015
Mulyorejo
Promkes
DVD, CD senam, sound sistem
Simulasi
DVD, CD senam, sound sistem
depan
(Kode:1602) 3. Kontrol
Simulasi
SDN resiko
Mulyorejo
(Kode:1902) 4. Status
kesehatan
komunitas (Kode:2701)
Senam Lansia
Achmad
18-10-
Jl
Lucky
2015
Mulyorejo depan SDN Mulyorejo
Senam Lansia
Dewi
1-11-
Jl
Simulasi
2015
Mulyorejo depan SDN
DVD, CD senam, sound sistem
Mulyorejo
2. Skrining Kesehatan (Kode:6520)
Julia
24-10-
Halaman
2015
warga
Jl Kesehatan
Posyandu Lansia
Mulyorejo
dan Pemeriksaan
RT 1/19
GDA
Pemeriksaan
Buku register, KMS, tensi, stetos kop, tim bangan, peng ukur TB, gluko test,
BAB 6 IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS (PELAKSANAAN KEGIATAN) DI RW II KELURAHAN MULYOREJO KECAMATAN MULYOREJO KOTA SURABAYA
Dalam kegiatan praktik profesi keperawatan komunitas dan keluarga ini implementasi yang berhasil kami laksanakan sesuai dengan hasil kesepakatan pada perencanaan antara warga di RW II Kelurahan Mulyorejo Kecamatan Mulyorejo Kota Surabaya dengan mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya adalah sebagai berikut: No.
1.
Diagnosa
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (00099) pada lansia di RW 2 Kelurahan Mulyorejo
Kegiatan
Senam lansia
Waktu/ Tempat Minggu, 11 oktober 2015
Peserta
Pelaksanaan
Hambatan
Solusi
14 Mahasiswa Senam yang dilakukan senam SKJ 35 Lansia Lansia, dengan instruktur senam Rini, Lucky dan komsiati, senam lansia berjalan dengan lancar dan peserta Jl Mulyorejo bersemangat mengikuti setiap gerakan depan SD yang diajarkan, sebelum senam Mulyorejo 1 dimulai peserta terlebih dijelaskan tentang manfaat senam dan alur senam, senam dipimpin oleh instruktur dan mahasiswa, setelah senam dilakukan pemeriksaan tekanan darah.
Karena rangkaian senam agak panjang, lansia belum mampu mengingat gerakan senam
Memandu lansia saat senam dan melaksanakan senam lansia secara rutin 1 minggu sekali
Minggu, 18 Oktober 2015
Gerakan bervariasi sehingga
Saran ke instruktur untuk memberikan
8 mahasiswa Senam yang diadakan adalah senam 1 Pendidik aerobik untuk lansia yang dipimpin 36 lansia oleh instuktur senam yang sudah di
kontrak tiap minggu. Senam diikuti 36 banyak lansia dengan kader, 8 mahasiswa. yang Instruktur memimpin di depan dan di hapal belakang instruktur ada 2 mahasiswa baru barisan lansia, sisa mahasiwa menyebar diantara lansia. Acara senam berjalan dengan lancar dan semua gerakan bisa diikuti lansia. Selama kegiatan senam tidak ada lansia yang meninggalkan tempat senam sebelum waktunya. Setelah senam dilakukan pemeriksaan tekanan darah.
Jl Mulyorejo depan SD Mulyorejo 1
Minggu, 1 November 2014
Mahasiswa 14 … Lansia ….Pendidik
Jam 06.00 sd 07.30 Jl Mulyorejo depan SD Mulyorejo 1 Simulasi relaksasi otot prpgresif
Minggu 18 Oktober 2015
1 Pendidik 8 Mahasiswa 35 Lansia
lansia gerakan senam tidak yang sama selama 1 bulan.
Senam yang dilakukan senam aerobik Gerakan yang dipimpin oleh instruktur senam. bervariasi Acara senam berjalan dengan lancer sehingga dan semua gerakan bisa diikuti lansia. banyak lansia Selama kegiatan senam tidak ada yang tidak lansia yang meninggalkan tempat hapal senam sebelum waktunya. setelah senam dilakukan pemeriksaan tekanan darah.
Saran ke instruktur untuk memberikan gerakan senam yang sama selama 1 bulan
Relaksasi otot progresif dilakukan Karena akan setelah pelaksanaan senam lansia, dilaksanakan metode yang digunakan demontrasi kerja bakti di dan simulasi Sebelum mulai simulasi tempat dijelaskan tentang pengertian, manfaat pelaksanaan dan demontrasi relaksasi otot progresif relaksasi otot
Meberikan booklet sebagai panduan yang bisa di tiru gerakannya oleh lansia
oleh mahasiswa dan diikuti lansia. Setelah itu semua lansia simulasi bersama. Semua lansia lancar melakukan simulasi gerakan. Setelah acara simulasi dilanjutkan dengan pemberian booklet dan pemberian doorprise bagi yang bisa menjawab pertanyaan. Posyandu Minggu, 14 mahasiswa, Posyandu lansia dilaksanakan sebulan lansia dan 24 Oktober 8 Kader, sekali, kegiatan berjalan lancar, fungsi pemeriks 2015 47 Lansia tiga meja sudah dapat dilaksanakan, aan GDA RW 2, mahasiswa dan kader lansia Jl Imam 2 petugas melaksankan tupoksinya masing bonjol RT PKM masing. Setelah dilakukan 1/19 (Rumah pemeriksaan dan ditemukan hasil yang dr Waluyo) menyimpang dari normal di lakukan konsultasi antara lansia dan Petugas medis dari Puskesmas untuk memperoleh penanaganan lebih lanjut dan dilakukan penkes oleh mahasiswa tentang diit dan pola hidup sehat. Dari hasil pemeriksaan didapatkan lansia menderita hipertensi sebanyak 17 dan dari pemeriksaan GDA didapatak lansia yang GDA dibawah 90 mg/dl sebanyak 3 lansia, GDA <120 mg/dl sebanyak 20, dan yang GDA diatas 120 mg/dl adalah 20 lansia. Simulasi Minggu, 1 14 Mahasiswa Senam diabetikum dilaksanakan senam November 1 Kader setelah senam lansia, Sebelum
progresif maka tidak ada simulasi yg ke 3 padahal para Lansia belum hapal
Ada 1 Lansia yang datang setelah posyandu selesai di karenakan Lansia profesi berdagang
Mengingatkan jadwal Posyandu Lansia dan memberikan Layanan hanya penimbangan dan pengukuran TD tapi tidak memberikan penyuluhan dan konsultasi ke medis supaya tidak menjadikan kebiasaan datang terlambat
Diabetiku m
2018
Penyuluh an diit DM
Minggu 1 Oktober 2015 Di Jl Mulyorejo depan SDN 1 Mulyorejo
Pendidik lansia
14 mahasiswa Kader Pendidik Lansia RW 2
simulasi di mulai 1 mahasiswa memberikan penyuluhan tentang pengertian, tujuan, dan geakan senam. Setelah itu dilakukan demontrasi 8 mahasiswa, setelah itu dilakukan simulasi bersama lansia sebanyak 2 kali . Penyuluhan tentang diit DM berisi pengertian, syarat diit jenis dm, waktu pemberian dan contoh menu diit DM, Penyuluhan dilakukan metode ceramah dengan media leaflet, acara berjalan dengan lancar, lansia sangat antusias mengikuti kegiatan, saat diskusi terdapat ….. pertanyaan dari lansia. Setelah acara penyuluhan dilanjutkan pemberian doorprize bagi yang bisa menjawab pertanyaan.
BAB 7 EVALUASIASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS POKJAKES LANSIA RW II KELURAHAN MULYOREJO KECAMATAN MULYOREJO KOTA SURABAYA
Dalam kegiatan praktek profesi keperawatan komunitas dan keluarga ini sesuai dengan hasil implementasi yang berhasil kami laksanakan, maka hal-hal yang dapat kami evaluasi berdasarkan analisa S WOT adalah sebagai berikut: Diagnosa Strenght Weakness Keperawatan Ketidakefektifan 1.Sudah terbentuk 1. Kader lansia pemeliharaan Pokjakes lansia saat belum maksimal kesehatan (00099) mini lokakarya awal dalam pada lansia di RW 2. Sudah dilakukan menerapkan 2 Kelurahan senam lansia sistem 3 meja Mulyorejo tanggal 11 Oktober terutama meja ke2015 3 penyuluhan 3. Sudah dilakukan dalam posyandu. senam lansia 2. Belum semua tanggal 18 Oktober lansia yang ada di 2015 RW 2 khususnya 4. Simulasi relaksasi RT 1, 2 dan 3 otot progresif untuk menjadi anggota meningatkan Posyandu lansia kualitas hidup dikarenakan jauh lansia pada tangal dari Posyandu 18 Oktober 2015 dan tidak mampu 5. Telah dilaksanakan ke Posyandu. posyandu lansia 3. Beberapa lansia
Opportunity
1. Kader lansia sangat aktif dan antusias pada setiap kegiatan yang menyangkut lansia 2. Ketua RW mendukung segala kegiatan lansia di RW 2 3. Puskesmas mendukung dan membantu kegiatan yang menyangkut kesehatan lansia terutama dalam posyandu lansia 4. Adanya mahasiswa praktik yang
Threatened
Tindak Lanjut
1. Saat posyandu 1. Memaksimalkan yang diadakan kinerja meja 3 tanggal 24 dengan adanya Oktober dari 47 penyuluhan atau lansia terdeteksi pendidikan 17 lansia dengan kesehatan di setiap hipertensi dan 20 pelaksanaan dengan GDA posyandu lansia diatas 120 mg/dl 2. Lokasi kegiatan 2. Melakukan gerakan untuk lansia relaksasi otot berpusat di jl progresif dan senam Mulyorejo no 19 kaki diabetikum Rt 1, sehingga seara kontinu, masih sulit setiap habis acara dijangkau oleh senam lansia lansia yang supaya lansia tempat menjadi hapal tinggalnya jauh dengan gerakan
dan pemeriksaan GDA, konsultasi ke petugas medis dan penkes hasil laboratorium oleh mahasiswa tanggal 24 Oktober 2015 6. Sudah dilakukan senam lansia tanggal 1 November 2015 7. Telah dilaksanakan penyuluhan kesehatan tentang diit DM pada tanggal 1 November 2015 8. Telah dilakukan simulasi senam kaki diabetikum pada tanggal 1 November 2015 9. Ada program dari DKK selama 3 bulan untuk pemeriksaan GDA, Asam urat,
belum termotivasi untuk mengikuti senam lansia dan posyandu lansia 4. Tidak semua anggota posyandu mengikuti kegiatan senam, relaksasi otot progresif, senam kaki diabetikum dan penyuluhan diit karena 5. Peserta yabg hadir dalam screening kesehatan dan pengobatan hanya 47 orang dari target sebelumnya 50 orang 6. Hampir semua anggota Posyandu adalah perempuan
membantu pelaksanaan kegiatan lansia 5. Mahasiswa mau menjemput bola
dari tempat kegiatan terutama jika lansia memiliki keterbatasan fisik 3. Hanya 47 lansia yang mengikuti screening dan pengobatan 4. Lansia dengan keterbatasan fisik masih jarang mengikuti posyandu dan senam lansia karena kurangnya motivasi dan kepedulian keluarga
yang sudah dilakukan 3. Memfasilitasi transportasi bagi lansia yang rumahnya jauh dari tempat kegiatan posyandu 4. Membentuk dukungan/Sosial support bagi lansia yang tidak memiliki keluarga dalam pemeliharaan kesehatannya 5. Adanya kunjungan dari petugas terhadap lansia yang tidak mampu ikut Posyandu lansia 6. Melakuakan monitoring, implementasi sesuai masalah kesehatan, dan evaluasi pada lansia yang dilakukan kunjungan rumah 7. Melakukan
cholesterol 10. Sudah ada jadwal senam tiap hari Minggu ke 1, 2, 3 11.Sudah ada jadwal Posyandu lansia tiap Jumat atau Sabtu minggu k eke empat
motivasi personal door to door pada lansia untuk aktif mengikuti senam lansia, posyandu lansia dan setiap kegiatan mahasiswa
BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
Praktik profesi keperawatan komunitas yang dilaksanakan mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga di RW II Kelurahan Mulyorejo merupakan bentuk aplikasi disiplin ilmu keperawatan keluarga dan komunitas. Praktik klinik keperawatan komunitas terdapat beberapa kegiatan yang harus dilakukan, yaitu praktik klinik keperawatan komunitas, praktik klinik keperawatan keluarga dan praktik klinik di Puskesmas. Dalam pelaksanaan praktik klinik tidak meninggalkan konsep proses keperawatan yaitu pengkajian, penetapan diagnosa, perencanaan, intervensi dan evaluasi kegiatan yang terstruktur. Kegiatan praktik profesi keperawatan komunitas di RW II kelurahan Mulyorejo yang dilaksanakan dibagi menjadi 5 kelompok kerja kesehatan (POKJAKES) yaitu pokjakes KIA, Kesehatan remaja, Kesehatan lansia serta Kesehatan Lingkungan dan Anak Usia Sekolah. Kegiatan yang telah dilaksanakan pada pokjakes Kesehatan Lansia adalah senam lansia, posyandu lansia, penyuluhan diit DM, screening kesehatan dan pengobatan pada lansia, simulasi relaksasi otot progresif dan senam kaki diabetikum. Secara umum, praktik profesi keperawatan komunitas yang dilakukan oleh mahasiswa bekerjasama dengan masyarakat di wilayah RW II Kelurahan Mulyorejo serta kelompok kerja kesehatan pada khususnya, mendapatkan respon