LAPORAN KKN – PAR 2008 Begaganli mo, 29 Juli – 28 Agustus 2008
1
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sejarah membuktikan bahwa mahasiswa adalah agent of change; pembawa
misi
perubahan.
Berbekal
keilmuan
yang
didapatkan
di
almamaternya, peranan mahasiswa terhadap perubahan minus ke plus, negatif ke positif, bawah ke atas, cukup signifikan dibanding peranan pihak-pihak yang tidak bermodal keilmuan (baca: berstrata pendidikan tinggi). Hal ini dapat dimaklumi karena sudah merupakan kewajaran jika jenis perubahan sebagaimana tersebut di muka, akan lebih mudah terealisasi oleh gerakan ―tangan-tangan yang berpengetahuan‖. Maka mahasiswa—setidaknya— adalah bagian besar dari ―tangan-tangan yang berpengetahuan‖ tersebut. Asumsi bahwa mahasiswa adalah ―yang berpengetahuan‖ sehingga menjadi pihak yang turut bertanggung jawab terhadap perubahan, diperkuat oleh Tri Dharma Perguruan Tinggi yang terdiri dari: Pendidikan-Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian kepada masyarakat. Terkhusus untuk mahasiswa
bertambah dengan adanya tujuh misi IAIN Sunan Ampel Surabaya yaitu: meningkatkan profesionalitas dan akuntabilitas sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan keislaman dan ilmu-ilmu yang terkait berdasar standar nasional dan global; mengupayakan integrasi paradigma dan epistemologi ilmu umum-ilmu keislaman; mendidik mahasiswa menjadi warga masyarakat yang agamis; mengupayakan konseptualisasi ajaran dan pemikiran Islam agar dapat diaktualisasikan dalam kehidupan; mengembangkan penelitian kualitatif dan kuantitatif untuk pengembangan ilmu pengetahuan; meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pola pengabdian kepada masyarakat; dan mempertahankan nilai-nilai lama yang positif dan mengambil nilai-nilai baru yang lebih positif. Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi Pendidikan-Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian kepada masyarakat menuntut mahasiswa untuk
http://my.opera.com/begaganlimo
IAIN Sunan Ampel Surabaya, keberadaan Tri Dharma Perguruan Tinggi
LAPORAN KKN – PAR 2008 Begaganli mo, 29 Juli – 28 Agustus 2008
2
menguasai ketiga aspek tersebut. Ketiga aspek tersebut telah terjabarkan oleh tujuh misi IAIN Sunan Ampel Surabaya sehingga tercapainya misi-misi tersebut, menjadi tugas mahasiswa untuk mewujudkannya. Beragam teori terkait dengan misi-misi tersebut di muka, telah didapatkan oleh mahasiswa sepanjang masa-masa kuliahnya. Sehingga menjadi tugas mahasiswa untuk mempraktekkannya (mengaplikasikannya).
Artinya, mahasiswa
sebagai
―orang dalamnya‖ perguruan tinggi berkewajiban untuk menjadi motor perubahan di berbagai bidang: ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, kesehatan, agama, dan sebagainya. Dengan menjadi motor perubahan, maka tertunaikanlah Tri Dharma yang ketiga yaitu Pengabdian kepada masyarakat. Maka sebagai media awal untuk memenuhi tanggung jawab mahasiswa dan untuk menunaikan Tri Dharma Perguruan Tinggi tersebut, perguruan tinggi IAIN Sunan Ampel Surabaya mencanangkan sebuah program yaitu Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang notebene juga merupakan penjabaran dari tujuh misi IAIN sebagaimana tersebut di muka. Dalam program KKN yang merupakan perwujudan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi dan/atau penjabaran dari tujuh misi IAIN tersebut, selain sebagai sebuah bentuk pengabdian kepada masyarakat, mahasiswa juga belajar
pengetahuan (baca: teori) yang telah didapatkan. Program KKN juga bisa dijadikan semacam bentuk ujicoba keabsahan teori karena tidak bisa tidak, seiring dengan perjalanan waktu, terjadi pergeseran situasi dan kondisi yang terjadi di masyarakat. Benturan antara teori dengan realitas—banyak atau pun sedikit—pasti terjadi.sehingga perubahan yang diharapkan sulit bahkan tidak terwujudkan. Fakta ini membuat format KKN yang telah berjalan sebelumnya (KKN Konvensional) layak untuk dikritisi karena dirasa belum mampu memberikan kontribusi yang maksimal (masyarakat hanya menjadi objek/bersifat pasif) serta belum mampu menjadikan mahasiswa memiliki kompetensi untuk melakukan proses pengabdian kepada masyarakat secara lebih progresif. Sehingga dimunculkan sebuah alternatif yaitu KKN Transformatif yang
http://my.opera.com/begaganlimo
bersama dengan masyarakat agar mahasiswa bisa mengaplikasikan ilmu
LAPORAN KKN – PAR 2008 Begaganli mo, 29 Juli – 28 Agustus 2008
3
merupakan upaya memasukkan ide-ide Participatory Action Research (PAR). Sedangkan PAR sendiri merupakan sebuah pendekatan yang terumuskan atas dasar konsep Learning to Know, Learning to Do, Learning to Be, dan Learning to Live Together. Berdasar konsep tersebut, Participatory Action Research (PAR) secara berurutan tercirikan dengan tiga buah variabel utama yaitu: research (riset), action (aksi), dan participatory (partisipasi). Dengan ketiga ciri tersebut, dapat dipahami bahwa KKN Transformatif dengan pendekatan PAR diawali oleh kegiatan riset (research), yaitu kegiatan yang dirupakan dengan melakukan penelitian yang diikuti dengan pemahaman yang detail dan mendalam terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi di masyarakat. Setelah kegiatan riset mendapatkan hasil yang detail dan pemahaman yang mendalam, kegiatan selanjutnya adalah aksi (action), yaitu kegiatan yang dirupakan dengan melakukan pencarian solusi-solusi sekaligus poin-poin bentuk programnya. Meski demikian, berdasarkan konsep yang melandasi PAR, kedua kegiatan yang merupakan ciri PAR tersebut di muka harus dilaksanakan secara partisipatif (participatory). Artinya, dalam melakukan
riset
beserta
pemahamannya
maupun
dalam
berupaya
mendapatkan solusi beserta bentuk-bentuk pelaksanaannya, harus melibatkan
Uraian di depan menunjukkan bahwa KKN Transformatif dengan pendekatan PAR memiliki peran yang signifikan: masyarakat tidak hanya dijadikan sebagai obyek, tetapi juga menjadi subyek. Artinya, masyarakat dan mahasiswa bekerjasama dan bersama-sama menjadi subyek perubahan dengan mahasiswa berperan sebagai fasilitator, katalisator, animator, dan enabler dari transformasi tersebut.
B. TUJUAN KKN TRANSFORMATIF (KKN-PAR) Selain berpegangan pada Tri Darma Perguruan Tinggi, program KKN Transformatif juga memiliki tujuan, umum dan khusus. Tujuan umumnya adalah untuk meningkatkan kualitas peran IAIN Sunan Ampel dalam rangka memberdayakan dan mengembangkan masyarakat melalui pendampingan
http://my.opera.com/begaganlimo
komponen utama yaitu masyarakat.
LAPORAN KKN – PAR 2008 Begaganli mo, 29 Juli – 28 Agustus 2008
4
untuk mewujudkan masyarakat transformatif menuju kehiduan masyarakat kritis yang agamis, berkeadilan, mandiri, dan demokratis. Sedangkan tujuan khusus KKN Transformatif IAIN Sunan Ampel Surabaya meliputi: 1. Meningkatkan kesadaran terhadap tanggung jawab sosial mahasiswa dan civitas akademika terhadap kehidupan masyarakat. 2. Meningkatkan kualitas intelektual mahasiswa dalam berbagai disiplin ilmu sebagai bekal untuk memberdayaan masyarakat 3. Menjadikan mahasiswa mampu--dan mau--belajar bersama masyarakat untuk memahami dan memecahkan maslah sehingga memperoleh pengalaman dan pengetahuan dari kehidupan nyata di masyarakat. 4. Melatih kepekaan, empati, simpati, dan kepedulian sosial mahasiswa terhadap beragam masalah sosial yang terjadi di masyarakat. 5. Menjadikan mahasiswa memilki sikap tanggap aksi dalam menangani permasalahan yang terjadi di masyarakat. 6. Memperkuat integrasi mahasiswa dengan masyarakat melalui partisipasi aktif bersama masyarakat dalam mengurai dan memecahkan masalahmasalah bersama masyarakat. 7. Membekali mahasiswa dengan ragam metode dan teknik sebagai sarana
8. Membentuk mahasiswa yang dinamis, konstruktif, dan reformatif yang mampu mengadakan perubahan sosial melalui beragam improvisasi dan inovasi terhadap pola-pola pemecahan problem sosial. 9. Mensinergikan potensi keilmuan yang diperoleh mahasiswa di kampus dengan pengetahuan yang dimiliki masyarakat dalam rangka pemecahan problem sosial. 10. Mengubah paradigma pembinaan dan penyuluhan menjadi paradigma partisipatori dan transformatif dalam pemberdayaan masyarakat.
C. SASARAN DAN TARGET KKN KKN Transformatif dengan pendekatan PAR yang merupakan bentuk KKN alternatif yang diterapkan oleh IAIN Sunan Ampel Surabaya ini
http://my.opera.com/begaganlimo
untuk menggali dan menggerakkan potensi yang ada di masyarakat.
LAPORAN KKN – PAR 2008
5
Begaganli mo, 29 Juli – 28 Agustus 2008
bertempat di Desa Begaganlimo Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto. Dengan tujuan mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di masyarakat melalui tiga tahap: tahap research (penelitian), action (aksi) dan participatory. Artinya bahwa KKN Transformatif dengan pendekatan PAR bukanlah sebuah kegiatan yang insidental, sporadis, dan sektoral melainkan merupakan sebuah upaya sistematis, terpadu, dan berkelanjutan. Sehingga segala program yang nantinya dilaksanakan bersama masyarakat dapat tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan pokok masyarakat. Pada tahap selanjutnya,
masyarakat
dapat membaca kondisinya sendiri jika suatu saat mengalami suatu masalah tanpa meminta bantuan dari pihak luar sehingga masyarakat dapat hidup mandiri dalam segala aspek kehidupannya.
D. SISTEMATIKA PEMBAHASAN Sistematika
pembahasan
laporan
KKN-PAR
2008
di
Desa
Begaganlimo adalah sebagai berikut: KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I
PENDAHULUAN
B. Tujuan KKN C. Sasaran dan Target KKN D. Sistematika Pembahasan BAB II
KONDISI SOSIAL MASYARAKAT DESA BEGAGANLIMO (HISTORIS, GEOGRAFIS, DAN DEMOGRAFIS) A. Sejarah Desa Begaganlimo B. Gambaran Global Kondisi Geografis Desa Begaganlimo C. Gambaran Sektoral Kondisi Demografis Desa Begaganlimo a. Sektor Ekonomi b. Sektor Pendidikan c. Sektor Keagamaan
http://my.opera.com/begaganlimo
A. Latar Belakang
LAPORAN KKN – PAR 2008 Begaganli mo, 29 Juli – 28 Agustus 2008
BAB III
PROSESI
PENERAPAN
PARTICIPATORY
6
ACTION
RESEARCH A. TAHAP-TAHAP RISET AKSI 1. Pengenalan dan Sosialisasi dengan Masyarakat 2. Inkulturasi dengan Masyarakat 3. Identifikasi Masalah dan Prosesnya 4. Identifikasi Potensi B. RENCANA DAN PELAKSANAAN PROGRAM/AKSI 1. Peningkatkan Kualitas Pengajar TPQ 2. Reformasi Ta’mir Masjid dan Pelatihan Manajemen Masjid 3. Pembentukan Majlis Dzikir 4. Pelatihan Qiraat Ibu-Ibu Jamaah Masjid Ash Sholihin 5. Pelatihan Manajemen Koperasi 6. Pelatihan Komputer BAB IV
REFLEKSI (ANALISIS DAN TEORITISASI) A. IDENTIFIKASI HASIL PROGRAM B. EVALUASI HASIL PROGRAM
BAB V
PENUTUP
B. KENDALA-KENDALA LAMPIRAN-LAMPIRAN
http://my.opera.com/begaganlimo
A. SIMPULAN
LAPORAN KKN – PAR 2008 Begaganli mo, 29 Juli – 28 Agustus 2008
7
BAB II KONDISI SOSIAL MASYARAKAT DESA BEGAGANLIMO (HISTORIS, GEOGRAFIS, DAN DEMOGRAFIS)
A. SEJARAH DESA BEGAGANLIMO Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Bapak Syamsi (Bayan), Desa Begaganlimo bermula ketika anak buah Pangeran Diponegoro tiba di hutan yang terletak di perbukitan di mana desa Begaganlimo saat ini berlokasi. Mereka adalah anak buah Pangeran Diponegoro yang menyelamatkan diri dari kejaran
Pasukan
Kompeni
Belanda
pasca
tertangkapnya
Pangeran
Diponegoro. Jumlah pelarian ini adalah 5 orang dipimpin oleh Mbah Sarirejo. Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, selanjutnya mereka membuka ladang di hutan tersebut. Ladang dalam bahasa Jawa Tengah dibahasakan dengan Pegagan. Kemudian terucap dengan lidah Jawa (Timur) menjadi Begagan. Berhubung yang babat alas adalah lima orang, daerah tersebut kemudian dinamai Begaganlimo yang secara harfiahnya berarti ladange wong limo (ladangnya lima orang).
(di puncak bukit), maka penghuni Begaganlimo sepakat memindah lokasi desa lebih ke bawah. Dengan demikian, sebenarnya Desa Begaganlimo merupakan sebuah ―desa tua‖ yang menjadi ―muda‖ karena terjadi perpindahan lokasi. Sebenarnya ada versi lain dari sejarah desa Begaganlimo, di antaranya adalah adanya keterkaitan antara Troliman (nama salah satu dusun dari dua dusun di desa Begaganlimo) dengan Trowulan. Seperti yang dituturkan oleh Bapak Ponimin, dulu ada Pangeran dari Trowulan (mungkin Majapahit) yang ingin mempersunting putri dari Ki Ageng Pengging yang ketika itu berdomisili di Troliman. Namun, Ki Ageng Pengging tahu bahwa wujud ruh nya Pangeran adalah Bajul (kura-kura). Sehingga Ki Ageng Pengging tidak terima dan mengutuk Pangeran menjadi batu yang berwujud Bajul. Adapun batu yang berwujud Bajul tersebut saat ini bisa ditemui di pinggiran hutan
http://my.opera.com/begaganlimo
Seiring dengan perjalanan waktu, karena faktor letak yang terlalu jauh
LAPORAN KKN – PAR 2008 Begaganli mo, 29 Juli – 28 Agustus 2008
8
yang terletak di dusun Begagan berupa batu besar berbentuk kura-kura yang oleh penduduk Desa Begaganlimo disebut dengan watu bajul, bahkan nama watu bajul juga diresmikan menjadi nama sebuah gang di dusun Begagan. Jika diteliti lebih mendalam, nampaknya cerita versi Bapak Syamsi lah yang lebih mendekati kebenaran. Karena, rentang waktu antara zaman Majapahit lebih jauh dibanding dengan zaman Pangeran Diponegoro. Sehingga, ketersambungan antara Troliman dan Trowulan tidak lebih hanya sekadar uthak-athik gathuk (dipaksakan kesesuaiannya) yaitu antara liman (liman: lima, yang merupakan jumlah hari dalam penanggalan jawa) dengan wulan (wulan: bulan). Namun, keberadaan petilasan Majapahit yang berupa peralatanperalatan yang terbuat dari batu yang saat ini masih ada dan bisa ditemui di dekat sumber air di tengah hutan membuat dua versi cerita di muka menjadi lebih sulit dideteksi: versi mana yang benar. Sehingga sejarah desa Begaganlimo sampai saat ini masih misterius. Artinya belum ada narasumber yang bisa memberikan informasi yang akurat karena hampir sebagian besar penduduk desa Begaganlimo sama sekali tidak mengetahui sejarah desa mereka. Adapun yang mengetahui, informasi yang mereka berikan hanya
B. GAMBARAN GLOBAL KONDISI GEOGRAFIS Desa Begaganlimo yang ditentukan sebagai lokasi sasaran KKN-PAR memiliki luas wilayah + 111 hektar. Secara geografis, Desa Begaganlimo terletak di sekitar Pegunungan Anjasmoro. Di sebelah utara, desa Begaganlimo bersebelahan dengan Desa Kalikatir; sebelah selatan dibatasi oleh sungai dan Hutan PERHUTANI; sedangkan di sebelah barat dibatasi oleh sungai dan Desa Ndilem; dan di sebelah timur berbatasan dengan hutan. Sebagaimana umumnya daerah yang berlokasi di kaki gunung dan dikelilingi oleh sungai, kondisi tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian di desa Begaganlimo tergolong tanah yang sangat subur. Sehingga memungkinkan penduduk untuk menanam berbagai macam jenis tanaman.
http://my.opera.com/begaganlimo
sepotong-sepotong dan hanya berkutat pada dua versi tersebut di depan.
LAPORAN KKN – PAR 2008 Begaganli mo, 29 Juli – 28 Agustus 2008
9
Adapun lahan pertanian di desa Begaganlimo terbagi dalam tiga bentuk yaitu sawah, hutan rakyat, dan tegalan (kebun). Sesuai dengan luas wilayahnya yang terbilang sempit (apalagi jika dibandingkan dengan desa Centong), lahan persawahan di desa ini pun terbilang sedikit. Semakin menyempit setelah musibah banjir melanda pada tahun 2003 yang mana mematikan fungsi sekitar 1/3 dari lahan persawahan yang ada sebelumnya. Lahan persawahan di desa Begaganlimo tidak berada pada satu lokasi melainkan terpisah-pisah. Ada yang terletak di pinggir hutan, di atas tebing sungai, dan bahkan ada yang berada di pinggir jalan beraspal. Sawah digunakan oleh penduduk untuk menanam padi serta sesekali diselingi dengan jagung. Selain kedua jenis tanaman ini, belum pernah ada penduduk yang mencoba menanam tanaman jenis lain di sawah. Meski hanya memiliki lahan persawahan yang sempit, penduduk Begaganlimo sedikit tertolong oleh adanya sistem pengamanan hutan mandiri yang mana penduduk Begaganlimo yang menjadi anggota KMDH (Koperasi Masyarakat Desa Hutan), selain berkewajiban menjaga kelestarian hutan juga mendapat kompensasi yang kemudian biasa disebut dengan hutan rakyat, yaitu penduduk berhak menanam tanaman apa pun di lahan hutan Perhutani.
Adapun tegalan (kebun) yang berada tidak jauh dari rumah-rumah penduduk, mayoritas ditanami dengan tanaman durian. Selain bidang pertanian, sebagian kecil penduduk desa Begaganlimo juga menggeluti bidang peternakan yaitu peternakan kambing dan sapi. Usaha di bidang ini terdukung oleh berlimpahnya pakan ternak yang berupa rumput dan daun-daun dari jenis tanaman tertentu. Sehingga pola beternak mereka adalah pola peternakan tradisional. Tidak banyaknya penduduk yang menggeluti bidang peternakan lebih disebabkan oleh faktor tidak adanya modal untuk membeli hewan ternak. Selain itu, penduduk juga merasa bahwa waktu dan tenaga mereka cukup banyak tersita untuk bergelut di bidang pertanian.
http://my.opera.com/begaganlimo
Umumnya, hutan rakyat ini ditanami dengan tanaman pisang dan ketela.
LAPORAN KKN – PAR 2008 Begaganli mo, 29 Juli – 28 Agustus 2008
10
Di bidang pendidikan, Desa Begaganlimo termasuk daerah tertinggal. Hal ini ditandai dengan tidak adanya lembaga pendidikan tingkat dasar di desa tersebut. Sehingga anak-anak yang berusia ―wajib belajar‖ terpaksa harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk kepentingan pendidikan mereka. Bahkan sampai saat ini, masih banyak ditemui anak-anak SD dan SMP yang pulang-pergi dengan berjalan kaki kurang lebih 4 kilometer (SMPN 3 Gondang) dan 2 kilometer (SDN Begaganlimo). Faktor jarak pula (dan juga faktor biaya) yang membuat tingkat pendidikan penduduk Begaganlimo sangat rendah. Mayoritas, pendidikan formal mereka terhenti setelah lulus dari SMP. Di bidang keagamaan, mayoritas penduduknya beragama Islam., dam hanya ada 8 KK yang beragama non-Islam (Kristen). Sehingga wajar jika di desa Begaganlimo terdapat dua buah masjid dan dua buah musholla. 1 masjid dan 1 musholla terletak di dusun Troliman, 1 masjid dan 1 musholla lainnya terletak di dusun Begagan. Dua buah musholla sudah ada sejak dulu; 1 masjid (Masjid Ass Sholihin) di dusun Troliman berdiri sejak tahun 2003; sedangkan 1 masjid (Masjid An Nuur) yang terletak di dusun Begagan baru saja selesai
C. GAMBARAN SEKTORAL KONDISI DEMOGRAFIS Desa Begaganlimo yang terdiri dari dua dusun (Troliman dan Begagan) memilki penduduk sebanyak 563 jiwa yang terbagi menjadi 188 kepala keluarga 1 dan dikelompokkan menjadi 6 RT (3 RT di Troliman dan 3 RT di Begagan). Masing-masing RT dibatasi oleh gang-gang kecil yang papan namanya dibuat oleh peserta KKN dari UNTAG Surabaya yang datang kurang lebih 4 bulan sebelum kedatangan peserta KKN-PAR Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya. Prosentase warga desa Begaganlimo bisa disebut kurang seimbang karena para pemudanya banyak yang meninggalkan
1
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statsistik (BPS) Tahun 2003, adapun Kepala Desa Begaganlimo dalam sambutannya menyatakan bahwa Desa Begaganlimo dihuni oleh sebanyak 181 KK.
http://my.opera.com/begaganlimo
pembangunannya 2 bulan sebelum kedatangan mahasiswa peserta KKN-PAR.
LAPORAN KKN – PAR 2008 Begaganli mo, 29 Juli – 28 Agustus 2008
11
desa untuk bekerja di kota sehingga terjadi semacam keterputusan generasi (dari generasi tua ke generasi anak-anak).
a. Sektor Ekonomi Desa Begaganlimo termasuk desa yang berwilayah sempit jika dibandingkan dengan desa-desa lain yang ada di kecamatan Gondang (kecuali desa Ndilem). Ini terlihat dari sedikitnya lahan pertanian yang ada desa tersebut serta sedikitnya jumlah penduduk yang menghuni desa tersebut. Dengan kondisi tanah di desa Begaganlimo yang sangat subur, penduduknya yang sebagian besar adalah petani menanami sawah-sawah dengan tanaman padi dan jagung. Dari hasil pertanian itulah (padi dan jagung), penduduk desa Begaganlimo menggantungkan hidupnya sehingga hasil tanaman terutama padi lebih diutamakan untuk dikonsumsi sendiri. Namun, meskipun bertanah sangat subur, hasil dari pertanian mereka tidak terlalu maksimal karena terkendala oleh terbatasnya lahan. Sehingga, ada yang mencoba usaha lain yaitu dengan memelihara hewan ternak berupa kambing dan/atau sapi.
mereka bekerja sebagai pedagang di rumah-rumah (warung atau toko) atau pun di pasar-pasar, dan dari hasil itulah mereka memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Berdasar data, ada sekitar 4 buah warung dan 3 buah toko yang terdapat di desa Begaganlimo.
b. Sektor Pendidikan Desa Begaganlimo yang penduduknya berjumlah 563 orang, merupakan desa yang tingkat pendidikan formal warganya sangat rendah. Dari jumlah penduduk tersebut di muka,
hanya 3 orang yang
berpendidikan terakhirnya S1; 4 orang D1/D2/D3; dan 2 orang yang sedang menempuh jenjang pendidikan perguruan tinggi.
http://my.opera.com/begaganlimo
Adapun penduduk yang tidak memiliki lahan untuk bertani,
LAPORAN KKN – PAR 2008 Begaganli mo, 29 Juli – 28 Agustus 2008
12
Dari data yang telah terkoleksi tersebut, dapat disimpulkan pula bahwa tingkat kesadaran masyarakat Desa Begaganlimo terhadap urgensi pendidikan masih rendah. Kondisi ini terutama dilatarbelakangi oleh rendahnya tingkat perekonomian warganya. Para orang tua umumnya merasa keberatan (baca: tidak mampu) untuk membiayai anak-anaknya (terutama biaya pendaftaran) untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal inilah yang kemudian menyebabkan mayoritas warga Desa Begaganlimo setelah lulus SMP tidak lagi meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi melainkan bersegera meninggalkan desa untuk bekerja di kota. Rendahnya kesadaran warga desa Begaganlimo terhadap urgensi pendidikan juga diperburuk dengan ketiadaan lembaga pendidikan tingkat dasar di desa tersebut. Ada sebuah Sekolah Dasar yang meskipun secara legal-formal bernama SDN Begaganlimo, kenyataannya tidak berlokasi di Desa Begaganlimo melainkan di Dusun Dokare Desa Kalikatir yang berjarak cukup jauh. Sehingga, sampai dengan saat ini, di Desa Begaganlimo hanya ada lembaga pendidikan ―sangat dasar‖ yaitu Play
c. Sektor Keagamaan Menurut penuturan Bapak Sholihin (donatur terbesar pendirian Masjid
Ass
Sholihin),
tingkat
kesadaran
keagamaan
penduduk
Begaganlimo sebenarnya tidak rendah. Hal ini terbukti dengan antusiasme penduduk desa terhadap gagasan pendirian masjid yang dia gagas. Hanya saja, karakteristik masyarakat yang rata-rata berego tinggi sehingga berimbas pada tingkat pemahaman keagamaan, membuat kegiatan keagamaan (dalam berbagai bentuknya) kurang bisa berjalan lancar. Bahkan pendirian masjid yang dia gagas dan yng pada awalnya disambut dengan antusias, harus mengalami berbagai hambatan sebab karakterisitik masyarakat yang telah mendarah daging tersebut. Sedangkan menurut Kepala Desa Begaganlimo, Desa Begaganlimo sangat kekurangan tokoh
http://my.opera.com/begaganlimo
Group, masing-masing 1 Play Group di masing-masing dusun.
LAPORAN KKN – PAR 2008 Begaganli mo, 29 Juli – 28 Agustus 2008
13
agama atau orang yang ahli di bidang agama (Islam) sehingga berpengaruh besar pada rendahnya tingkat pemahaman keagamaan warga. Kalaupun ada, adalah tokoh-tokoh yang ―nanggung‖ dan tokoh-tokoh yang menokohkan diri. Sehingga sektor keagamaan di desa Begaganlimo tidak bisa tergarap maksimal karena masyarakat kurang bisa percaya dan kurang bisa patuh kepada tokoh-tokoh yang ―nanggung‖ apalagi tokoh-tokoh yang menokohkan diri. Meskipun demikian, kegiatan keagamaan di desa Begaganlimo tetap ada dan berjalan. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa rutinitas keagamaan. Kegiatan-kegiatan keagamaan tersebut bisaanya dilakukan oleh warga secara rutin dan bergilir secara per dusun. Untuk dusun Troliman, ada acara khataman yang biasanya dilakukan pada pagi sampai dengan siang hari seminnggu sekali di masjid Ass Sholihin Troliman. Kegiatan Tahlilan bapak-bapak dilaksanakan setiap hari Kamis malam Jumat sedangkan kegiatan tahlilan ibu-ibu dilaksanakan pada hari Sabtu malam Minggu. Selain kegiatan tahlilan, juga ada kegiatan dibaan yang dilaksanakan setiap hari Rabu malam Kamis. Adapun untuk dusun Begagan, kegiatan tahlilan bapak-bapak dilaksanakan bersamaan dengan
malam Rabu. Sementara khataman bertempat di masjid An Nur setiap pagi hari Kamis. Terpisahnya kegiatan keagamaan antara dusun Troliman dengan dusun Begagan tersebut selain karena faktor jauhnya jarak antara kedua dua dusun tersebut, juga dilatarbelakangi oleh perbedaan prinsip dan karakter antartokoh agama kedua dusun tersebut. Bahkan pembangunan masjid An Nur di Begagan, menurut beberapa narasumber, juga dilatarbelakangi oleh adanya kesenjangan antartokoh agama. Perbedaan karakter dan prinsip ini pun kemudian berimbas pada kuantitas dan kualitas kegiatan keagamaan di masing-masing dusun. Dusun Begagan berdasarkan pengamatan, lebih aktif dibanding dusun Troliman karena
http://my.opera.com/begaganlimo
kegiatan tahlilan di dusun Troliman, tahlilan ibu-ibu pada hari Selasa
LAPORAN KKN – PAR 2008 Begaganli mo, 29 Juli – 28 Agustus 2008
14
tokoh agamanya lebih dapat diterima oleh masyarakat sehingga mampu menggerakkan masyarakat dalam beragam jenis kegiatan keagamaan. Adapun fasilitas keagamaan yang ada di desa Begaganlimo adalah dua masjid dan dua musholla. Masjid Ass Sholihin terletak di dusun Troliman, tepatnya berada di gang Sumber Agung dan berdiri di sebelah barat rumah pewakaf tanah (Bpk. Karnoko). Sampai dengan saat ini, bangunan masjid tersebut belum sempurna sebab kekurangan dana untuk menyempurnakan bangunan serambinya. Adapun musholla yang terdapat di dusun Troliman lebih difungsikan sebagai tempat pembelajaran TPQ. Musholla ini terletak di dekat sungai dan mungkin karena faktor kedekatan dengan sungai ini membuat fasilitas tempat wudhu tidak berfungsi dengan baik. Jika di dusun Troliman ada satu masjid dan satu musholla, maka demikian pula di dusun Begagan. Masjid An Nur yang baru berumur kurang lebih dua bulan terletak di bagian selatan dusun Begagan dan mushollanya terletak di bagian utara dusun Begagan. Keberadaan masjid di dusun Begagan ini sangat penting terutama jika terkait dengan ibadah shalat Jum’at karena antara dusun Begagan dengan dusun Troliman
keberatan jika harus menempuh perjalanan ke dusun Troliman.
http://my.opera.com/begaganlimo
terpisah oleh jarak yang lumayan jauh. Sehingga orang-orang tua merasa
LAPORAN KKN – PAR 2008 Begaganli mo, 29 Juli – 28 Agustus 2008
15
BAB III PROSES PENERAPAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH (PRAKTEK KERJA PARTISIPATORY RURAL APPRAISAL) A. TAHAP-TAHAP RISET AKSI 1. Perkenalan dan Sosialisasi dengan Masyarakat Sebagai serombongan tamu yang belum dikenal sebelumnya, maka mahasiswa peserta KKN-PAR yang ditempatkan di Desa Begaganlimo memperkenalkan diri kepada masyarakat desa Begaganlimo mengenai diri, dari, dan tujuan. Hal ini bertujuan agar kedatangan dan kehadiran mahasiswa peserta KKN-PAR bisa diterima dengan baik dan terbuka oleh masyarakat setempat, baik secara personal maupun komunal. Sehingga proses penerapan PAR dalam pelaksanaan program KKN yang dijalankan oleh mahasiswa peserta KKN-PAR selanjutnya mendapat apresiasi yang baik (respon positif dan dukungan) dari masyarakat yang endingnya adalah kelancaran dan kesuksesan KKN PAR Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan
Langkah pertama adalah seremonial perkenalan dengan perangkat desa Begaganlimo. Seremonial ini berlangsung tidak lama setelah acara pembukaan KKN di Balai Kecamatan Gondang yang diikuti oleh seluruh peserta KKN-PAR yang tersebar di lima desa dan dihadiri oleh Camat Gondang (Bapak Susantoso), Kapolsek Gondang, 4 Kepala Desa dan 1 perwakilan kepala desa, Dekan Fakultas Ushuluddin, para Dosen Pemdamping Lapangan (DPL), dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan pelaksanaan program KKN-PAR. Dalam acara pembukaan tersebut Camat Gondang memberikan sedikit tentang gambaran umum mengenai desa-desa yang akan kami tempati. Setelah selesai mengikuti acara pembukaan di Balai Kecamatan, para mahasiswa peserta KKN-PAR di desa Begaganlimo langsung
http://my.opera.com/begaganlimo
Ampel Surabaya di Desa Begaganlimo.
LAPORAN KKN – PAR 2008 Begaganli mo, 29 Juli – 28 Agustus 2008
16
berangkat ke desa yang telah ditentukan. Tiba di desa Begaganlimo, para mahasiswa peserta KKN-PAR di desa Begaganlimo berhenti di Balai Desa Begaganlimo karena ternyata Kepala Desa Begaganlimo telah menyiapkan acara penyambutan. Dalam acara penyambutan di Balai Desa tersebut, hadir seluruh perangkat Desa Begaganlimo kecuali Sekretaris Desa. Dalam acara ini masing-masing dari perangkat desa dan masing dari para mahasiswa peserta KKN-PAR di desa Begaganlimo memperkenalkan diri. Tidak lupa, Koordes dalam sambutannya menyampaikan penjelasan tentang KKN Transformatif berpendekatan PAR. Penjelasan tentang PAR dirasa perlu sebagai langkah awal untuk menyamakan persepsi karena desa Begaganlimo sudah pernah ditempati sebelumnya sebagai lokasi KKN perguruan tinggi lain yang sistem KKN-nya tidak berpendekatan PAR. Selanjutnya rombongan mahasiswa peserta KKN-PAR dengan dipandu oleh Kepala Desa meneruskan perjalanan menuju rumah yang akan dijadikan posko KKN-PAR di desa Begaganlimo. Pada
malam
harinya,
bertepatan
dengan
acara
kenduri
memperingati Isra’ Mi’raj, Kepala Desa memperkenalkan para mahasiswa peserta KKN-PAR di desa Begaganlimo kepada seluruh masyarakat yang
tidak sulit bagi para mahasiswa peserta KKN-PAR di desa Begaganlimo untuk bersosialisasi dengan masyarakat. Dalam kesempatan ini, untuk kedua kalinya, perwakilan dari para mahasiswa peserta KKN-PAR di desa Begaganlimo menjelaskan tentang KKN-PAR. Penjelasan tentang KKNPAR terhadap masyarakat dirasa perlu karena sudah menjadi pengertian umum bahwa mahasiswa peserta KKN pasti sudah membawa program dari kampus yang biasanya bersifat fisik, sedangkan yang sudah mengetahui— apalagi memahami—tentang KKN-PAR baru beberapa orang perangkat desa. Proses perkenalan diri dan sosialisasi tentang KKN-PAR tidak berhenti sampai di sini karena pendekatan secara personal dan door to door dirasa perlu dalam rangka mendukung kesuksesan program KKN-
http://my.opera.com/begaganlimo
hadir. Sambutan masyarakat waktu perkenalan ini sangat baik sehingga
LAPORAN KKN – PAR 2008
17
Begaganli mo, 29 Juli – 28 Agustus 2008
PAR yang secara sekilas tampak sulit untuk diterima oleh masyarakat yang telah terbiasa dengan KKN Konvensional. Keesokan harinya, para mahasiswa peserta KKN-PAR di desa Begaganlimo secara terpisah (perseorangan
maupun
berkelompok)
mendatangi
rumah-rumah
masyarakat. Terutama rumah kepala desa, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh pemuda, di antaranya:
a. Kepala Desa (Bapak Miseri) Sebagai Kepala Desa Begaganlimo, Bapak Miseri termasuk sedikit dari pemimpin yang terbuka dan merakyat. Asumsi ini berangkat dari mudahnya beliau untuk ditamui maupun sekadar ditemui. Bahkan dengan penuh rasa kebapakan, beliau dan istrinya bersedia meluangkan waktu dan tenaga untuk memenuhi kebutuhan makan-minum para mahasiswa peserta KKN-PAR selama satu bulan. Kondisi ini membuat para
mahasiswa
peserta
KKN-PAR
sangat
mudah
untuk
berkomunikasi dan berkonsultasi dengan beliau. Komunikasi secara personal dimulai pada hari pertama saat makan siang, membahas lebih detail tentang KKN berpendekatan PAR. Satu
Kepala Desa Begaganlimo sudah memahami dengan baik konsep PAR sejak mendapat penjelasan pada waktu acara pembukaan KKN-PAR di balai kecamatan Gondang. Dalam kesempatan ini Kepala Desa Begaganlimo secara terbuka juga menceritakan sejarah kepemimpinannya. Beliau juga menayadari dan menyatakan bahwa desa Begaganlimo sangat kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul. Terutama di bidang keagamaan (Islam). Sehingga beliau sangat berharap kedatangan dan kehadiran para mahasiswa peserta KKN-PAR bisa menutupi kekurangan tersebut.
http://my.opera.com/begaganlimo
keuntungan bagi para mahasiswa peserta KKN-PAR adalah bahwa
LAPORAN KKN – PAR 2008 Begaganli mo, 29 Juli – 28 Agustus 2008
18
b. Bapak Sauji (Tokoh Agama) Pernyataan bahwa desa Begaganlimo minim kuantitas dan kualitas SDM keagamaan membuat para mahasiswa peserta KKN-PAR berusaha mencari tahu. Sehingga bertemu dengan Bapak Sauji yang ternyata adalah—mungkin—satu-satunya SDM keagamaan yang berkualitas
tidak
minim.
Setelah
memperkenalkan
diri
dan
menyosialisasikan misi, Bapak Sauji menyatakan dukungan terhadap program KKN-PAR, terutama di bidang kegamaan.
c. Bapak Karnoko (tokoh Masyarakat) Selain dengan Kepala Desa dan Perangkat Desa, pada hari kedua para mahasiswa peserta KKN-PAR juga bertemu dan bertamu ke beberapa tokoh masyarakat, di antaranya adalah Bapak Karnoko. 2 Karena kekurangtahuan beliau tentang IAIN, beliau tidak bertanya tentang ―apa itu KKN-PAR‖ melainkan lebih radikal: apa eksistensi IAIN. Pertanyaan beliau difahami oleh para mahasiswa peserta KKN-PAR sebagai ketidaktahuan beliau tentang bidang keilmuan apa yang ada di IAIN. Sehingga pertemuan ini lebih banyak berisi penjelasan detail
eksistensi IAIN—mempertanyakan apa saja yang akan dikerjakan oleh para mahasiswa peserta KKN-PAR di desa Begaganlimo. Pertanyaan ini membuka ruang untuk menyosialisasikan KKN-PAR. Namun meski sudah mendapat penjelasan tentang KKN-PAR, Bapak Karnoko tampak belum memahami benar KKN-PAR. Beliau lebih ingin melihat realisasi; bukti nyata. Meski demikian, ada satu pernyataan beliau yang cukup baik untuk menjadi pondasi perubahan ke arah yang lebih baik: ―Kalau benar, aku ikuti.‖
2
Pewakaf tanah Masjid Ash Sholihin Dusun Troliman.
http://my.opera.com/begaganlimo
tentang IAIN. Selanjutnya Bapak Karnoko—setelah memahami
LAPORAN KKN – PAR 2008 Begaganli mo, 29 Juli – 28 Agustus 2008
19
d. Bapak Joko Suroso (Ketua Karang Taruna Troliman dan Pemilik Rumah yang dijadikan Posko KKN-PAR) Tidak berselang lama setelah menempati rumah yang dijadikan Posko KKN-PAR (sebelum makan siang dan berbincang dengan Kepala Desa), para mahasiswa peserta KKN-PAR menemui pemilik rumah yaitu Bapak Joko Suroso. Kebetulan beliau adalah ketua Karang Taruna
Dusun
Troliman. 3
Dalam
pertemuan
ini,
disamping
menyampaikan keprihatinan bahwa Desa Begaganlimo sangat jarang ditempati sebagai lokasi KKN dibanding beberapa desa lain di kecamatan Gondang, Bapak
Joko Suroso—setelah
mendengar
penjelasan tentang KKN berpendekatan PAR—dengan nada gembira juga menyatakan bahwa pendekatan seperti PAR inilah yang selama ini beliau cari dan tunggu-tunggu. Pernyataan ini wajar adanya karena Bapak Joko Suroso termasuk sedikit dari ―orang terpelajar‖ yang ada di desa Begaganlimo. Kehadiran para mahasiswa peserta KKN-PAR juga beliau harapkan mampu merekatkan (baca: menyatukan) kembali masyarakat— khususnya—dusun Troliman yang terpecah sebab “eker-ekeran”
Joko Suroso mengingatkan para mahasiswa peserta KKN-PAR agar tidak berlaku dan ―bernasib seperti para mahasiswa peserta KKN Untag yang sedikit—bahkan tidak—mengenal dan dikenal masyarakat Begaganlimo.
e. Ngateman (Ketua Karang Taruna Begagan) Unsur yang tidak kalah penting yang harus dirangkul demi keberhasilan KKN-PAR adalah unsur pemuda karena para mahasiswa peserta KKN-PAR notabene adalah sekumpulan pemuda. Hal ini mendorong 3
para
mahasiswa
peserta
KKN-PAR
untuk
Karena kuantitas pemuda di desa Begaganlimo sangat sedikit, Karang Taruna yang notabene adalah organisasi pemuda pun akhirnya berisi dan dipimpin oleh orang-orang yang secara usia tidak termasuk dalam kategori pemuda.
http://my.opera.com/begaganlimo
PILKADUS (Pilihan Kepala Dusun). Pada akhir pertemuan ini Bapak
LAPORAN KKN – PAR 2008 Begaganli mo, 29 Juli – 28 Agustus 2008
20
memperkenalkan diri ke kelompok Karang Taruna. Perkenalan dan sosialisasi lebih intensif terutama dengan Ketua Karang Taruna. Paimin,
ketua
Karang
Taruna
dusun
Begagan
menyatakan
kesediaannya untuk bekerjasama. Bahkan, dia berharap agar para mahasiswa peserta KKN-PAR mau untuk memberinya berbagai ide dan pendapat dalam rangka mengembangkan dan memajukan desa.
f. Masyarakat Di samping melakukan memperkenalkan diri dan menyosialisasikan misi ke masyarakat melalui media shalat jamaah, tahlilan, marung, dan sebagainya, para mahasiswa peserta KKN-PAR merasa perlu untuk memperkenalkan diri dan menyosialisasikan misi secara door to door ke beberapa orang tertentu Mengutamakan yang terabaikan merupakan salah satu prinsip kerja PRA. 4 Prinsip ini mendasari para mahasiswa peserta KKN-PAR untuk mendatangi beberapa orang non-tokoh masyarakat. Kegiatan ini dimulai pada hari ketiga, setelah hari pertama dan kedua terfokus ke perangkat desa dan tokoh agama-tokoh masyarakat. Orang pertama adalah Pak Kamad yang kebetulan
menerima dengan baik kedatangan para mahasiswa peserta KKN-PAR. Setelah memperkenalkan diri, beliau pun memperkenalkan diri dan keluarganya. Beliau tampaknya sudah mengetahui spesifikasi IAIN: yaitu di bidang keagamaan (Islam). Sehingga, sebagai salah seorang penganut agama Islam sekaligus ―agama‖ kejawen, beliau berharap agar ―agama‖ kejawen tidak diusik. Karena ―agama‖ kejawen sudah merupakan peninggalan nenek-moyang yang harus dilestarikan. Artinya, beliau beharap agar kejawen tidak disalahkan. Meski demikian, beliau sangat mendukung misi para mahasiswa peserta KKN-PAR. Di bidang keagamaan, beliau tetap mengharapkan bidang keagamaan di Begaganlimo berkembang. Adapun di bidang ekonomi, 4
Modul Pelatihan KKN Transformatif IAIN Sunan Ampel Surabaya, Hal. 79.
http://my.opera.com/begaganlimo
rumahnya berada tepat di depan Posko KKN-PAR. Pak Kamad
LAPORAN KKN – PAR 2008 Begaganli mo, 29 Juli – 28 Agustus 2008
21
beliau berharap agar di desa Begaganlimo ada semacam home industry yang Sumber Daya Manusia nya adalah penduduk desa Begaganlimo sendiri. Harapan ini dilandasi oleh berlimpahnya Sumber Daya Alam di desa Begaganlimo namun tidak terkelola dengan baik. 5 Orang kedua adalah Bapak Ponimin yang rumahnya berada di sebelah Bapak Kamad. Perkenalan dan sosialisasi disambut dengan baik. Dalam kesempatan ini, Bapak Ponimin lebih banyak bercerita tentang sejarah desa. Orang ketiga adalah Ibu Sujak. Beliau menyatakan kagum dan terkesan dengan ―keagamaan‖ para mahasiswa peserta KKN-PAR. Dari sini beliau berharap agar pendidikan kegamaan anakanak kecil lebih diperhatikan. 2. Inkulturasi dan Trust Building dengan Masyarakat Setelah proses perkenalan dan upaya sosialisasi KKN-PAR kepada masyarakat, maka proses selanjutnya adalah membangun hubungan kemanusiaan
dengan
masyarakat
(inkulturasi)
dan
membangun
kepercayaan dengan masyarakat (trust building) sehingga bisa terjalin hubungan yang setara dan saling mendukung (simbiosis mutualisme).
seiring dalam melakukan riset, belajar memahami masalah, dan memecahkan permasalahan secara kolektif dan partisipatif. Diperlukan metode yang tepat agar inkulturasi dan trust building berhasil baik. Namun sebelum inkulturasi dan trust building ini diupayakan, pendalaman terhadap kondisi masyarakat dari berbagai sektornya harus dilakukan agar didapatkan pemahaman yang benar dan tidak menjebak. Adapun metode yang digunakan dalam pelaksanaannya adalah sebagai berikut: a. Observasi Sesuai dengan artinya (peninjauan secara cermat; mengawasi dengan teliti; mengamati), maka para mahasiswa peserta KKN-PAR melakukan 5
Desa Begaganlimo adalah penghasil pisang dengan kuantitas yang banyak dan dengan kualitas yang baik. Dulu pernah ada usaha home industri kripik pisang namun tidak dapat eksis karena kalah saing dengan produsen lain (terutama produk pabrik).
http://my.opera.com/begaganlimo
Dengan proses ini, diharapkan peserta KKN-PAR dan masyarakat bisa
LAPORAN KKN – PAR 2008 Begaganli mo, 29 Juli – 28 Agustus 2008
22
pengamatan secara cermat dan teliti terhadap kondisi sosial masyarakat Begaganlimo. Proses pengamatan ini agar mendapatkan hasil yang tepat, dilakukan dengan dengan dua cara: langsung dan tidak langsung. Cara langsung dilakukan dengan wawancara secara personal maupun komunal dengan masyarakat. Juga dengan melibatkan diri dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan warga desa. Cara tidak langsung dilakukan dengan memperhatikan dan mencermati kebiasaan-kebiasaan (perilaku dan kultur) masyarakat. Karena pola pikir dan pola pemahaman dari masing-masing mahasiswa peserta KKN-PAR pasti berbeda, maka hasil observasi didiskusikan di dalam forum evaluasi harian. Hal ini penting untuk menghindari bias informasi yang bisa terjadi tanpa adanya evaluasi dan diskusi. Sehingga data yang didapatkan sebagai hasil observasi berupa data yang valid dan akurat. b. Trust Building Meskipun sudah berusaha secara maksimal untuk menyosialisasikan KKN berpendekatan PAR melalui baik secara door to door maupun melalui forum kegiatan masyarakat semisal tahlilan, dibaan, dan kenduri, namun masih
belum
bisa
lepas
dari
bayang-bayang
KKN
Konvensional. Tidak sedikit dari masyarakat yang masih mempertanyakan ―bentuk fisik‖ KKN-PAR. Kondisi ini membuat para mahasiswa peserta KKN-PAR di desa Begaganlimo berinisiatif untuk ―membuka jalan‖ PAR dengan melakukan yang bersifat konvensional. Lembaga pendidikan seperti
TPQ
dan
Play
Group
menjadi
sarana
awal
untuk
mengkonvensionalkan diri sehari-hari. Selain itu, momen tahlilan dan khutbah jumat juga menjadi sarana. Inisiatif ini penting karena berangkat dari aktivitas inilah para mahasiswa peserta KKN-PAR bisa mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Dapat dikatakan, KKN-PAR tidak bisa berjalan lancar dan normal tanpa didasari KKN-Konvensional. Bahkan berdasarkan fakta yang ada, kepercayaan masyarakat terhadap KKN-PAR mustahil didapatkan tanpa melakukan aktifitas konvensional.
http://my.opera.com/begaganlimo
masyarakat
LAPORAN KKN – PAR 2008
23
Begaganli mo, 29 Juli – 28 Agustus 2008
3. Identifikasi Masalah dan Prosesnya Setelah mendapatkan pemahaman mendalam terhadap kondisi sosial masyarakat desa Begaganlimo melalui proses observasi dan telah menjalani proses inkulturasi dan upaya trust building, masalah-masalah yang ada
di
masyarakat Begaganlimo
dapat teridentifikasi
dan
terspesifikasi. Masalah-masalah tersebut meliputi sektor agama, ekonomi, dan pendidikan—secara perseorangan maupun kelembagaan. Identifikasi masalah didapatkan oleh para mahasiswa peserta KKN-PAR dengan cara melakukan wawancara dengan masing-masing individu dari masyarakat, baik secara personal maupun komunal. Adapun proses spesifikasi masalah diperoleh melalui forum musyawarah bersama masyarakat yang diikuti oleh key person maupun non key person yang diundang untuk mengikuti forum tersebut. a. Wawancara dengan Masyarakat Faktor wilayah yang tidak luas dan faktor jumlah penduduk yang tidak banyak memudahkan para mahasiswa peserta KKN-PAR untuk melakukan pengamatan maupun untuk melakukan wawancara dengan individu-individu dari masyarakat. Sehingga permasalahan ada
di
masyarakat
Begaganlimo
diidentifikasikan. Identifikasi masalah
dapat
dengan
mudah
yang terdiri dari
sektor
keagamaan, ekonomi, dan pendidikan tersebut terjabarkan sebagai berikut: Pertama, di bidang keagaamaan, desa Begaganlimo kekurangan Sumber
Daya
Manusia
yang
berkompetensi
tinggi.
Hal
ini
memengaruhi rendahnya tingkat pemahaman keagamaan masyarakat, sehingga agama tidak lebih dari sekadar seremonial dan ritual. Kedua, di bidang ekonomi, sebagaimana yang terjadi di bidang keagamaan, desa Begaganlimo juga kekurangan—bahkan tidak memiliki—Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni di bidang ini. Sehingga Sumber Daya Alam (SDA) desa Begaganlimo yang berlimpah dan berpotensi besar untuk dapat meningkatkan taraf hidup
http://my.opera.com/begaganlimo
yang
LAPORAN KKN – PAR 2008 Begaganli mo, 29 Juli – 28 Agustus 2008
24
masyarakat, tidak terkelola dengan baik: produktif dan professional. Ketiga, di bidang pendidikan, karena tingkat perekonomian masyarakat belum mencapai garis standar, orientasi masyarakat Begaganlimo terhadap jalur pendidikan formal dapat dinyatakan hampir tidak ada. Hal ini wajar, karena secara global, kemampuan finansial
masyarakat
Begaganlimo
terbatasi
oleh
biaya
jalur
pendidikan formal yang dari tahun ke tahun semakin mahal.
b. Musyawarah Bersama Masyarakat Setelah
melakukan
wawancara
dengan
individu-individu
masyarakat yang menghasilkan data akurat sehingga masalah yang ada di masyarakat dapat teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah melakukan spesifikasi dan perangkingan masalah. Langkah ini dirupakan
oleh
para
mahasiswa
peserta
KKN-PAR
dengan
menyelenggarakan musyawarah bersama masyarakat yang melibatkan berbagai komponen masyarakat. Karena materi yang direncanakan untuk dibahas cukup luas namun waktu yang dimiliki oleh masyarakat untuk bisa berkumpul terbatas, musyawarah bersama masyarakat
wilayah (Mapping); materi tahap kedua berupa pembuatan Diagram Venn, Analisis Masalah, dan Matriks Ranking. Dua tahap musyawarah bersama masyarakat ini terjabarkan sebagai berikut: 1) Pemetaan wilayah (Mapping)7 Meskipun para mahasiswa peserta KKN-PAR telah melakukan transect8, musyawarah bersama warga untuk memetakan wilayah tetap dibutuhkan. Hal ini untuk menghindari kekeliruan informasi, posisi, dan kondisi sebab penduduk asli pasti lebih mengetahui detail 6
Tahap I tanggal 10 Agustus 2008; tahap II tanggal 11 Agustus 2008. Menggali informasi yang meliputi sarana fisik dan kondisi sosial dengan menggambar kondisi wilayah secara umum dan menyeluruh menjadi sebuah peta (Modul Pelatihan KKN Transformatif IAIN Sunana Ampel Surabaya, Hal. 88) 8 Pengamatan secara langsung dengana cara berjalan menelusuri wilayah desa (Modul Pelatihan KKN Transformatif IAIN Sunana Ampel Surabaya, Hal. 92). 7
http://my.opera.com/begaganlimo
dilaksanakan dalam dua tahap6. Materi tahap pertama berupa pemetaan
LAPORAN KKN – PAR 2008
25
Begaganli mo, 29 Juli – 28 Agustus 2008
wilayahnya. Musyawarah bersama warga tahap pertama ini bertempat di rumah Bapak Kepala Desa, diikuti oleh 7 orang perwakilan peserta KKN-PAR dan 4 orang perwakilan masyarakat (Kepala Desa, Kepala Dusun Troliman, Kepala Dusun Begagan, dan Bapak Sauji). Adapun gambar peta wilayah yang merupakan hasil Musyawarah Bersama Masayarakat tahap pertama sebagaimana terlampir (Lampiran 1). 2) A. Diagram Venn9 Setelah melakukan mapping dan transect, dan sebelum memasuki tahap analisis, pembuatan diagram venn diperlukan karena dari diagram venn inilah dapat diketahui data pengaruh lembaga-lembaga maupun tokoh-tokoh yang ada di masyarakat. Termasuk juga bisa diketahui kadar "daya bantu' lembaga atau tokoh tersebut dalam upaya memecahkan permasalahan yang dihadapi masyarakat. Pembuatan diagram venn
ini melibatkan
beberapa
komponen
masyarakat
Begaganlimo dan bertempat di Balai Desa Begaganlimo. Adapun diagram venn yang merupakan hasil dari musyawarah bersama masyarakat tahap kedua ini sebagaimana terlampir. B. Analisis Masalah (Identifikasi dan Spesifikasi)
dilakukan analisis masalah yang mana masyarakat bersama peserta KKN-PAR melakukan analisis terhadap berbagai macam jenis permasalahan yang telah teridentifikasi. Dengan cara ini, akar (penyebab) berbagai masalah dapat diketahui. Sebagaimana telah tersebut di muka bahwa masalah yang ada di masyarakat desa Begaganlimo meliputi tiga pendidikan),
maka
dalam
bidang (keagamaan, ekonomi, kesempatan
ini
masyarakat
dan
dengan
difasilitatori peserta KKN-PAR, bersama-sama melakukan analisis terhadap ketiga bidang tersebut. untuk memudahkan pemahaman masyarakat terhadap permasalahan, 9
proses ini diriingi
dengan
Melihat hubungan masyarakat dengan lembaga yang terdapat di desa dan lingkungannya (Modul Pelatihan KKN Transformatif IAIN Sunana Ampel Surabaya, Hal. 104).
http://my.opera.com/begaganlimo
Dalam musyawarah bersama masyarakat tahap kedua ini juga
LAPORAN KKN – PAR 2008 Begaganli mo, 29 Juli – 28 Agustus 2008
26
pembuatan pohon masalah (terlampir). a. Bidang Keagamaan Dari hasil wawancara, masalah di bidang keagamaan berkutat pada dua pos: masjid dan TPQ. Analisis terhadap masjid menghasilkan penemuan bahwa selama ini, masjid di desa Begagnlimo "sangat sepi". Hal ini terbukti dengan sedikitnya jumlah warga masyarakat yang mau shalat berjamaah di masjid. Selain itu, masjid juga sepi dari aktifitas keagaaman. Pada akhirnya, analisis masalah masjid menghasilkan kesimpulan bahwa akar masalahnya adalah tidak optmalnya kinerja pengurus Ta'mir Masjid. Ketidakoptimalan yang ternyata disebabkan oleh ketidaktahuan dari masing-masing pengurus tentang tugastugasnya. Artinya, akar tunggalnya adalah rendahnya kualitas SDM (Sumber Daya Muslim) karena orang-orang yang ditokohkan maupun menokohkan diri sebagai tokoh agama ternyata berpengetahuan minim. Akhirnya, keberadaan Ta'mir Masjid tidak lebih dari sekadar formalitas, dan papan struktur ta'mir masjid pun tidak lebih dari sekadar penghias. Pos masalah kedua bidang keagamaan adalah TPQ. Para pengajar
tidak adanya dorongan orang tua terhadap anaknya agar mau belajar ilmu agama di TPQ. Sehingga jumlah anak yang belajar di TPQ sangat sedikit. Namun dari pihak orang tua non-pengajar menyampaikan alas an bahwa tidak adanya dorongan orang tua kepada anak tidak lain karena para orang tua merasa bahwa TPQ "tidak ada hasilnya". Tidak ada bedanya antara belajar dan tidak belajar di TPQ. Akhirnya dapat diketahui bahwa akar masalahnya adalah minimnya kualitas pengajar. Pengetahuan dan kapabilitas para pengajar TPQ di bidang keagamaan dinilai belum memadai sehingga pendidikan dan pengajaran anak-anak TPQ kurang berhasil baik. b. Bidang Ekonomi Dari hasil observasi, masalah di bidang ekonomi berada di dua
http://my.opera.com/begaganlimo
TPQ yang pola mengajarnya ―lillahi taa'la” mengeluhkan tentang
LAPORAN KKN – PAR 2008 Begaganli mo, 29 Juli – 28 Agustus 2008
27
jenis lembaga: koperasi dan home industry. Koperasi adalah lembaga yang sudah dan sedang ada sedangkan home industry adalah lembaga yang pernah ada, sudah tidak ada, dan diharapkan ada kembali. Masalah perkoperasian berupa kemandegan koperasi, artinya koperasi minim
peranannya
terhadap
upaya
peningkatan
taraf
hidup
masyarakat. Menanggapi hal ini, pihak koperasi mengakui bahwa minimnya peranan tersebut juga disebabkan oleh minimnya kualitas SDM yang mengelola koperasi, terutama di bidang administrasi. Pengakuan ini akhirnya disimpulkan sebagai akar permaslahan. Sedangkan permasalahan di wilayah home industry adalah tidak berdayanya masyarakat begaganlimo dalam produksi dan dsitribusi kripik pisang. Sehingga home industry pemroduksi kripik pisang mengundurkan diri secara
sporadis dari persaingan di pasar.
Permasalahan home industry ini akhirnya diketahui akhirnya berupa minimnya pengetahuan masyarakat tentang produksi dan distribusi kripik pisang sehingga sebagai produsen mereka tidak menguasai proses produksi, dan sebagai distributor mereka tidak menguasai teori bisnis dan pemasaran.
Permasalahan di bidang pendidikan adalah rendahnya kesadaran masyarakat terhadap urgensi pendidikan (formal). Secara global masyarakat bermufakat bahwa akar masalahnya adalah rendahnya tingkat pendapatan masyarakat sementara biaya pendidikan dari tahun ke tahun semakin mahal. Selain itu, tidak adanya dorongan (moral maupun finansial) orang tua terhadap anak untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi juga bias dijadikan sebagai akar permasalahan karena dengan kondisi demikian, secara tiding langsung orientasi anak terhadap dunia pendidikan menjadi tidak ada sehingga para pemuda desa Begaganlimo secara mayoritas berorientasi kerja.
http://my.opera.com/begaganlimo
c. Bidang pendidikan
LAPORAN KKN – PAR 2008 Begaganli mo, 29 Juli – 28 Agustus 2008
28
C. Matriks Rangking10 Proses analisis masalah sebagaimana terjabarkan di muka tidak hanya berhenti pada pencarian akar masalah melainkan juga diiringi dengan
penyampaian
komentar,
pendapat,
saran,
dan
solusi.
Masyarakat menjadi peduli untuk menemukan solusi bagi masalah mereka sendiri. Kondisi ini sangat menunjang proses pembandingan antarmasalah. komentar, pendapat, saran, dan solusi dari masyarkat untuk selanjutnya ditabulasikan oleh peserta KKN-PAR yang mana tabulasi ini diperlukan dalam proses matriks rangking. Permasalahan dan
sebab
yang
teridentifikasi
pada
proses
analisis
masalah
ditabulasikan berdasarkan skala prioritas yang berprinsip pada tiga hal: urgensi, potensi, dan durasi. Dari penentuan dan ketentuan tersebut, masalah yang diprioritaskan dan sesuai dengan kebutuhan dan potensi masyarakat adalah masalah di bidang keagamaan dan masalah di bidang ekonomi yang berakar masalah sama: SDM yang kurang berkualitas. B. RENCANA DAN PELAKSANAAN PROGRAM /AKSI
oleh nasyarakat adalah masalah di bidang keagmaan dan bidnag ekonomi yang berakar masalah sama yaitu SDM yang kurang berkualitas. Sebagai langkah solusi dan juga merupakan langkah yang disepakati masyarakat, maka peserta KKN-PAR di desa Begaganlimo mencanangkan 5 program: 1. Peningkatan Kualitas Pengajar TPQ 2. Reformasi Ta'mir Masjid dan Pelatihan Manajemen Masjid 3. Pembentukan Majlis Dzikir 4. Pelatihan Qiraat Ibu-ibu Jamaah Masjid Ash Sholihin 5. Pelatihan Manajemen Koperasi 6. Pelatihan Komputer 10
Membandingkan dan menentukan masalah terpenting dari beberapa masalah yang telah teridentifikasi dalam bentuk perangkingan atau scoring (Modul Pelatihan KKN Transformatif IAIN Sunana Ampel Surabaya, Hal. 112).
http://my.opera.com/begaganlimo
Hasil matriks rangking menunjukkan bahwa masalah yang diprioritas
LAPORAN KKN – PAR 2008 Begaganli mo, 29 Juli – 28 Agustus 2008
29
BAB IV ANALISIS HASIL
A. IDENTIFIKASI HASIL PROGRAM Dari lima program yang dicanangkan (tiga program solusi untuk bidang keagamaan dan dua program solusi untuk bidang ekonomi), identifikasi hasil program terjabarkan sebagai berikut: 1. Peningkatan kualitas pengajar TPQ Mengingat kurang berkualitasnya SDM pengajar TPQ yang tampak mencolok dari kurangnya pengetahuan tentang metode pengajaran Alquran, maka peningkatan kualitas pengajar TPQ difokuskan pada metode pengajaran Alquran untuk anak-anak. Program ini berjalan kurang maksimal karena kendala tempat dan waktu (jarak antara rumah pengajar TPQ dusun Begagan yang cukup jauh dari masjid Ash Sholihin dusun Troliman sebagai tempat pelaksanaan program. 2. Reformasi pengurus Ta'mir Masjid dan pembinaan manajemen masjid
(khususnya masjid Ash Sholihin) dicoba untuk dihidupkan dengan menawarkan ide reformasi kepada pengurus ta'mir masjid lama. Tawaran reformasi disambut baik sehingga pada 21 Agustus 2008 terbentuklah Ta'mir Masjid baru. Pembaruan ini diikuti dengan pelaksanaan Pelatihan Manajemen Masjid yang mana dalam pelatihan ini disampaikan materi-materi ke-Ta'mir Masjid-an berupa AD/ART dan Program kerja (Pokja). 3. Pembentukan majlis dzikir Demi menjaga tetap terjaganya keimanan (baca: ketauhidan) dan keislaman masyarakat Begaganlimo, salah satu medianya adalah Majelis Dzikir. Tawaran pembentukan majlis dzikir disambut baik terutama oleh masyarakat dusun Troliman sehingga pada tanggal 13
http://my.opera.com/begaganlimo
Belajar dari reformasi Republik Indonesia, maka masjid yang vakum
LAPORAN KKN – PAR 2008 Begaganli mo, 29 Juli – 28 Agustus 2008
30
Agustus 2008 di dusun Begagan resmi berdiri sebuah perkumpulan Majelis Dzikir yang secara komunal berlabel "Majelis Dzikir Sunan Ampel". 4. Pelatihan Qiraat Ibu-ibu Jamaah Masjid Ash Sholihin Meskipun dari segi penguasaan tajwid kurang memadai, pelatihan qiraat (seni baca Alquran) dirasa perlu terutama bagi kalangan jamaah perempuan. Hal ini dimaksudkan untuk menambah semangat mereka untuk—minimal—berjamah di masjid. Kegiatan ini pun tidak melulu terkonsentrasi pada seni bacanya melainkan juga disisipi dengan penyampaian materi tajwid dan tafsir dari ayat Alquran yang menjadi obyek bacaannya. 5. Pelatihan Manajemen Koperasi Antusiasme SDM yang berkecimpung di koperasi untuk meningkatkan kualitas diri ditindaklanjuti dengan pencanangan program pelatihan Manajemen Koperasi. Namun program ini gagal terlaksana sebab pihak yang terkait (SDM Koperasi) waktu dan tenaganya terbentur dengan tugasnya di program Gerdu Taskin. 6. Pelatihan Komputer
pelatihan manajemen Koperasi. Namun karena terhambat oleh kendala tersebut di depan, program ini akhirnya menjadi bersifat individual sehingga hasilnya pun tidak maksimal.
B. EVALUASI HASIL PROGRAM Dari sekian banyak program yang sudah terealisasi, mahasiswa KKN belum bisa melakukan pengontrolan dan evaluasi secara langsung terkait dengan hasil dari program yang telah terealisasi. Hal ini terkait dengan waktu pelaksanaan KKN-PAR yang hanya berdurasi pendek: satu bulan, tidak sebanding dengan tingkat kompleksitas permasalahan yang cukup tinggi. Meskipun demikian, dari setiap program
http://my.opera.com/begaganlimo
Berdasarkan rencana, pelatihan komputer merupakan bagian dari
LAPORAN KKN – PAR 2008 Begaganli mo, 29 Juli – 28 Agustus 2008
31
yang telah dcanangkan dan dijalankan, fasilitator (peserta KKN-PAR) sekaligus melakukan kaderisasi yang kadernya diambil dari orang-orang tertentu dari masyarakat Begaganlimo sebagai langkah antisipasif, sehingga setelah berakhirnya KKN, program-program yang telah dicanangkan dan telah
http://my.opera.com/begaganlimo
dijalankan, tidak ikut berakhir.
LAPORAN KKN – PAR 2008 Begaganli mo, 29 Juli – 28 Agustus 2008
32
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Proses identifikasi hingga aksi menghasilkan kesimpulan bahwa masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat desa Begaganlimo meliputi bidang keagamaan dan bidang ekonomi yaitu pada kurang berkualitasnya Sumber Daya Manusia yang berkecimpung di masing-masing bidang. Sedangkan masalah yang sudah teridentifikasi, namun sebagian solusi atau program yang dibuat bersama masyarakat belum bisa terealisasikan yaitu masalah realisasi home industry kripik pisang, dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya.
B. KENDALA-KENDALA 1. Internal
Minimnya pengetahuan dari peserta KKN terutama dalam bidang
Perbedaan prinsip di antara peserta KKN.
Perbedaan pemahaman terkait dengan konsep dan aplikasi PAR.
2. Masyarakat
Pandangan awal yang kurang baik dari masyarakat terhadap mahasisiwa KKN.
Adanya konflik internal di masyarakat.
Masyarakat kurang memahami konsep PAR, yang merupakan konsep KKN baru.
3. Lain-lain
Ketidakjelasan pihak pelaksana KKN-PAR terkait agenda KKN-PAR.
Kurangnya pendampingan dari Dosen Pendamping Lapangan (DPL).
http://my.opera.com/begaganlimo
pemberdayaan masyarakat.