BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu komponen utama dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dapat mendukung terciptanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang sehat, cerdas, terampil dan ahli menuju keberhasilan pembangunan kesehatan. Penyakit yang masih merupakan prioritas utama di Indonesia dalam pembangunan kesehatan masyarakat adalah penyakit menular. Dalam daftar Standard Pelayanan Minimum (SPM), penanggulangan sejumlah penyakit menular wajib diselenggarakan oleh daerah kecuali terbukti masalah tersebut memang tidak ada di daerah tersebut. Insidensi salah satu penyakit menular yang masih tinggi yaitu Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). ISPA merupakan jenis penyakit menular yang masih tinggi angka morbiditas dan mortalitasnya. Menurut WHO hampir 4 juta orang meninggal karena ISPA setiap tahunnya. Di Indonesia kasus kematian yang disebabkan oleh penyakit ISPA tergolong cukup tinggi yaitu sekitar 4 dari 15 juta perkiraan kematian pada anak usia kurang dari 5 tahun setiap tahunnya, dua pertiganya terjadi pada bayi. Di Indonesia 10% masyarakat menderita ISPA. Jenis ISPA yang sering terjadi adalah ISPA bawah yaitu pneumonia. pneumonia . Tingkat kematian akibat pneumonia yang dirawat di rumah sakit yaitu sebesar 7,6%. Di Jawa Tengah distribusi penyakit ISPA tersebar di seluruh provinsi dengan rentang insidensi yang bervariasi (10,7-43,1%), data tersebut didapatkan dari RISKESDAS tahun 2012. Angka prevalensi ISPA tersebut mencapai 29,1%. Di Kota Semarang terjadi kasus ISPA mencapai 27,9%. Dari data Puskesmas yang ada di Kota Semarang insiden rate (IR) rate (IR) ISPA terutama pneumonia terdapat pada 11 Puskesmas yang melebihi target 300 per 10.000 balita yaitu puskesmas Candi lama (1257), Halmahera (1064), Mijen (620), Ngesrep (596), Lamper tengah (531), Poncol (456), Bugangan (452), Karangayu (375), Karangdoro (377), Bangetayu (313), Karanganyar (325).
1
Dari data tersebut didapatkan bahwa data penderita ISPA di Mijen masih melebihi target pemerintah. Menurut data 10 besar penyakit di Puskesmas Mijen tahun 2013 penyakit ISPA menduduki peringkat pertama yaitu sebanyak 2.580 kasus. Dari hasil survei di RW III kelurahan Mijen yaitu RT 1 dan RT 3 didapatkan beberapa jenis penyakit yaitu ISPA dan diare, dimana persentase penyakit ISPA masih menempati urutan tertinggi yaitu 16,8% (34 orang) dari populasi penduduk RT 1 dan RT 3 yang di teliti. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka dalam laporan ini kami kelompok kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang menyimpulkan suatu rumusan masalah
sebagai berikut: “tingginya jumlah kejadian penyakit ISPA di RT 1 dan RT 3 RW III Kelurahan Mijen”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit ISPA dan faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadiannya di RT 1 dan RT 3 di RW III Kelurah Mijen. 2. Tujuan Khusus a.
Mengidentifikasi, mengumpulkan, dan menganalisis data masalah kesehatan komunitas di RT 1 dan RT 3 RW III Kelurahan Mijen.
b.
Menetapkan prioritas masalah kesehatan masyarakat.
c.
Menetapkan alternatif pemecahan masalah kesehatan masyarakat.
d.
Mengetahui faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian ISPA di RT 1 dan RT 3 di RW III Kelurah Mijen.
e.
Melakukan kegiatan intervensi berupa promosi kesehatan masyarakat dengan menggunakan bahasa dan media yang efektif dan dipahami oleh
masyarakat,
dengan
intervensi
ini
diharapkan
dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat di bidang promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan rujukan penyakit ISPA.
2
D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Teoritis a.
Meningkatkan wawasan dan pengetahuan mahasiswa mengenai Ilmu Kesehatan Masyarakat melalui survei secara langsung di masyarakat.
2.
Manfaat Praktis a.
Mahasiswa mampu mengenali dan mengelola masalah kesehatan pada individu sebagai bagian dari masalah kesehatan masyarakat secara komprehensif, holistik, berkesinambungan, koordinatif, dan kolaboratif dalam konteks pelayanan kesehatan tingkat primer.
b.
Menambah pengetahuan masyarakat mengenai penyakit ISPA dan faktor risikonya, diharapkan dapat merubah sikap serta kesadaran masyarakat untuk bisa menjaga kesehatannya sendiri.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritik 1. Definisi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni antara lain :
a. Infeksi, merupakan masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. b. Saluran pernapasan, merupakan organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ aksesorinya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. c. Infeksi Akut, berlangsung sampai dengan 14 hari. Jadi disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi disetiap bagian saluran pernafasan atau struktur yang berhubungan dengan pernafasan yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari.1 2. Etiologi Etiologi ISPA adalah bakteri, virus. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium.Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adnovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.2 3. Klasifikasi a. ISPA ringan adalah apabila ditemukan gejala batuk dan pilek.
4
b.
ISPA sedang adalah apabila ditemukan gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih dari 390 C dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok.
c. ISPA berat adalah apabila ditemukan gejala kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan gelisah. 4. Faktor risiko a. Faktor Demografi terdiri dari tiga aspek yaitu: Jenis kelamin, apabila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan, laki -laki yang banyak terserang penyakit ISPA karena mayoritas orang laki-laki merupakan perokok dan sering berkendaraan, sehingga mereka sering terkena polusi udara. Usia, anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak terserang penyakit ISPA. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam kesehatan, karena lemahnya manajemen kasus oleh petugas kesehatan serta pengetahuan yang kurang di masyarakat akan gejala dan upaya penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPA yang datang ke sarana pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan berat karena kurang mengerti bagaimana cara serta pencegahan agar tidak mudah terserang penyakit ISPA. b.
Faktor Biologis terdiri dari dua aspek yaitu: Status gizi, menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga mencegah atau terhindar dari penyakit terutama penyakit ISPA. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh akan semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus (bakteri) yang akan masuk kedalam tubuh.
Misal dengan mengkonsumsi makanan 4 sehat 5
sempurna dan memperbanyak minum air putih, olah raga yang teratur serta istirahat yang cukup c. Faktor rumah, rumah sehat sebagai tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat, tempat bergaul dengan keluarga, sebagai tempat untuk
5
melindungi diri dari segala ancaman, sebagai lambang sosial. Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria yaitu : 1) Memenuhi
kebutuhan
fisiologis
meliputi
pencahayaan,
penghawaan, ruang gerak yang cukup dan terhindar dari kebisingan yang mengganggu. 2) Memenuhi kebutuhan psikologis meliputi privacy, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah. 3) Persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah meliputi penyediaan air bersih, pengelolaan tinja, limbah rumah tangga, bebas vector penyakit dan tikus, kepadatan hunian tidak berlebihan dan cukup sinar matahari pagi. 4) Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah, antara lain fisik rumah yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir. Rumah sehat adalah proporsi rumah yang memenuhi kriteria sehat minimum komponen rumah dan sarana sanitasi dari tiga komponen (rumah, sarana sanitasi dan perilaku). Syarat-syarat rumah yang sehat adalah sebagai berikut: 1) Lantai. Ubin atau semen adalah baik. Syarat yang penting disini adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang padat (tidak berdebu)
dapat
ditempuh
dengan
menyiram
air
kemudian
dipadatkan dengan benda-benda yang berat, dan dilakukan berkalikali. Lantai yang basah dan berdebu merupakan sarang penyakit gangguan pernapasan. 2) Dinding. Tembok adalah baik, namun disamping mahal tembok sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasinya tidak cukup. Dinding rumah di daerah tropis
6
khususnya di pedesaan lebih baik dinding atau papan. Sebab meskipun jendela tidak cukup, maka lubang-lubang pada dinding atau papan tersebut dapat merupakan ventilasi, dan dapat menambah penerangan alamiah. 3) Atap Genteng. Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Disamping atap genteng cocok untuk daerah tropis, juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya sendiri. Namun demikian, banyak masyarakat pedesaan yang tidak mampu untuk itu, maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun dapat dipertahankan. Atap seng ataupun asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, di samping mahal juga menimbulkan suhu panas didalam rumah. 4) Ventilasi. Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O 2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan O2 (oksigen) didalam rumah yang berarti kadar CO 2 (karbondioksida) yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat.
Tidak
cukupnya
ventilasi
akan
menyebabkan
kelembaban udara didalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri, patogen (bakteri-bakteri penyebab penyakit) 5) Cahaya. Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk kedalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari di samping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya
7
terlalu banyak cahaya didalam rumah akan menyebabkan silau, dam akhirnya dapat merusakan mata. 6) Saluran Pembuangan Air Limbah. Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Limbah merupakan buangan atau sesuatu yang tidak terpakai berbentuk cair, gas, dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dan penyakit lainnya. Air limbah tersebut harus diolah agar tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah harus dikelola untuk mengurangi pencemaran. Pengelolaan air limbah yang dapat dilakukan yaitu pengelolaan limbah air bekas mandi dan cuci dialirkan ke bak kontrol dan langsung ke sumur resapan. Bak kontrol perlu ditutup dan diberi pegangan agar memudahkan pengambilan tutup bak. Air akan tersaring pada bak resapan air yang keluar dari bak resapan sudah bebas dari pencemar an. Tempat mandi dan cuci dibuat dari batu bata, campuran semen dan pasir. Kemudian dibuat sumur resapan yang terbuat dari susunan batu bata kosong yang diberi kerikil dan lapisan ijuk. Sumur resapan diberi kerikil dan pasir. Jarak antara sumur air bersih ke sumur resapan minimum 10 m supaya tidak mencemari. 7) Tempat Pembuangan Sampah. Sampah ialah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh pemilik dan bersifat padat. Sampah ini ada yang membusuk terutama dari atas zat-zat organik seperti sisa sayuran, sisa daging, daun dan lain-lain, sedangkan yang tidak membusuk dapat berupa plastik, kertas, kertas, logam ataupun abu dan lain-lain. Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat disebabkan karena kontak langsung
dengan
sampah
8
maupun
tidak
langsung
akibat
pembusukan, pembakaran dan pembuangan. Efek tidak langsung lainnya berupa penyakit bawaan vektor yang berkembang biak di dalam sampah. 8) Kepadatan hunian. Kepadatan penghuni adalah perbandingan antara luas lantai rumah dengan jumlah anggota keluarga dalam satu rumah tinggal. Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh perumahan biasa dinyatakan dalam m² per orang. Luas minimum per orang sangat relatif, tergantung dari kualitas bangunan dan fasilitas yang tersedia. Untuk perumahan sederhana, minimum 8 m²/orang. Untuk kamar tidur diperlukan minimum 2 orang. Kamar tidur sebaiknya tidak dihuni > 2 orang, kecuali untuk suami istri dan anak dibawah dua tahun. Apabila ada anggota keluarga yang menjadi penderita penyakit tuberkulosis sebaiknya tidak tidur dengan anggota keluarga lainnya. Secara umum penilaian kepadatan penghuni dengan menggunakan ketentuan standar minimum, yaitu kepadatan penghuni yang memenuhi syarat kesehatan diperoleh dari hasil bagi antara luas lantai dengan jumlah penghuni >10 m²/orang dan kepadatan penghuni tidak memenuhi syarat kesehatan bila diperoleh hasil bagi antara luas lantai dengan jumlah penghuni < 10 m²/orang. 9) Ruang Tidur. Rumah yang sehat harus mempunyai ruang khusus untuk tidur. Ruang tidur ini biasanya digunakan sekaligus untuk ruang ganti pakaian, dan ditempatkan di tempat yang cukup tenang, tidak gaduh, jauh dari tempat bermain anak-anak. Diusahakan agar ruang tidur mendapat cukup sinar matahari. Agar terhindar dari penyakit saluran pernafasan, maka luas ruang tidur minimal 9 m2 untuk setiap orang yang berumur diatas 5 tahun atau untuk orang dewasa dan 4 ½ m2 untuk anak-anak berumur dibawah 5 tahun. Luas lantai
9
minimal 3 ½ m2 untuk setiap orang, dengan tinggi langit-langit tidak kurang dari 2 ¾ m. 4 d. Faktor Polusi terdiri dari 2 aspek yaitu: 1) Cerobong asap. Cerobong asap sering kita jumpai diperusahaan atau pabrik pabrik industri yang dibuat menjulang tinggi ke atas (vertikal). Cerobong tersebut dibuat agar asap bisa keluar ke atas terbawa oleh angin. Cerobong asap sebaiknya dibuat horizontal tidak lagi vertikal, sebab gas (asap) yang dibuang melalui cerobong horizontal dan dialirkan ke bak air akan mudah larut. Setelah larut debu halus dan asap mudah dipisahkan, sementara air yang asam bisa dinetralkan oleh media Treated Natural Zeolid (TNZ) yang sekaligus bias menyerap racun dan logam berat. Langkah tersebut dilakukan supaya tidak akan ada lagi pencemaran udara, apalagi hujan asam. Cerobong asap juga bisa berasal dari polusi rumah tangga, polusi rumah tangga dapat dihasilkan oleh bahan bakar untuk memasak, bahan bakar untuk memasak yang paling banyak menyebabkan asap adalah bahan bakar kayu atau sejenisnya seperti arang. 2) Kebiasaan merokok. Satu batang rokok dibakar maka akan mengelurkan sekitar 4.000 bahan kimia seperti nikotin, gas karbon monoksida, nitrogen oksida,
hidrogen
cianida,
ammonia,
acrolein,
acetilen,
benzoldehide, urethane, methanol, conmarin, 4-ethyl cathecol, ortcresorperyline dan lainnya, sehingga di bahan kimia tersebut akan beresiko terserang ISPA. 5 e. Faktor timbulnya penyakit Faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit menurut HL Blum menyebutkan bahwa lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, sehat atau tidaknya lingkungan kesehatan, individu, keluarga dan masyarakat sangat
10
tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Disamping itu, derajat kesehatan juga dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya membuat ventilasi rumah yang cukup untuk mengurangi polusi asap maupun polusi udara, keturunan, misalnya dimana ada orang yang terkena penyakit ISPA di situ juga pasti ada salah satu keluarga yang terkena penyakit ISPA karena penyakit ISPA bisa juga disebabkan karena keturunan, dan dengan pelayanan sehari hari yang baik maka penyakit ISPA akan berkurang dan kesehatannya sedikit demi sedikit akan membaik, dan pengaruh mempengaruhi satu dengan yang lainnya. 5. Tanda dan gejala ISPA a. ISPA ringan Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih tanda dan gejala yaitu batuk; serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misal pada waktu berbicara atau menangis); pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung; panas atau demam, suhu badan lebih dari 37 0 C atau jika dahi anak diraba. b. ISPA Sedang Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih tanda dan gejala yaitu pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur satu tahun atau lebih, cara menghitung pernafasan ialah dengan menghitung jumlah tarikan nafas dalam satu menit; suhu lebih dari 390 C (diukur dengan termometer); tenggorokan berwarna merah; timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak; telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga; pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur); dan pernafasan berbunyi menciut-ciut.
11
c. ISPA Berat Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih tanda dan gejala yaitu bibir atau kulit membiru; lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernafas; anak tidak sadar atau kesadaran menurun; pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak gelisah; sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas; nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba; tenggorokan berwarna merah 6. Penatalaksanaan penyakit ISPA Pada kasus ISPA yang ringan seperti batuk pilek biasa, penanganan tidak memerlukan Antibiotik dan akan sembuh oleh daya tahan tubuh yang baik. Pada anak-anak perlu diwaspadai adalah pneumonia, diperlukan pengobatan antibiotik karena dapat mengancam lebih serius. Pemberian antibiotik juga harus benar dan tepat dosis agar tidak terjadi resistensi kuman terhadap beberapa golongan antibiotik yang masuk. Demikian juga untuk pemilihan obat batuk, harus disesuaikan dengan jenis batuk yang diderita apakah batuk kering atau batuk berdahak. 7. Pencegahan ISPA antara lain: a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum air putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus / bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita. b. Imunisasi. Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga
12
kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri. c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan. Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah, sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi manusia. d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di udara), yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit). 6 B. Kerangka Teori Pelayanan Kesehatan
STATUS
Kependudukan
.
KESEHATAN
Lingkungan
13
Perilaku
C. Kerangka Konsep Pelayanan Kesehatan: 1 dokter umum 1 bidan
Kependudukan: Jenis kelamin, usia, pendidikan, perkerjaan, penghasilan
KEJADIAN ISPA
Perilaku: Menutup mulut ketika batuk Membersihkan rumah Membuka jendela Merokok
Lingkungan : Kepadatan hunian Kriteria rumah sehat
D. Hipotesis 1. Ada hubungan antara usia penderita dengan kejadian ISPA 2. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian ISPA 3. Ada hubungan antara tingkat penghasilan dengan kejadian ISPA 4. Ada hubungan antara kebiasaan menutup mulut ketika batuk dengan kejadian ISPA 5. Ada hubungan antara perilaku membersihkan rumah dengan kejadian ISPA 6. Ada hubungan antara perilaku membuka jendela dengan kejadian ISPA 7. Ada hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian ISPA 8. Ada hubungan antara kriteria rumah sehat dengan kejadian ISPA 9. Ada hubungan antara tingkat pendidikan, penghasilan, umur penderita dan perilaku membuka jendela dengan kejadian ISPA
14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup keilmuan
: Ilmu Kesehatan Masyarakat
2. Ruang lingkup tempat
: RT 01 dan RT 03, RW III, Kelurahan
Mijen, Kecamatan Mijen, Kota Semarang 3. Ruang lingkup waktu
: 3-4 September 2013
B. Jenis Penelitian dan Sampel Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan cross sectional (belah lintang). C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi target penelitian adalah Kepala Keluarga di wilayah Kelurahan Mijen, Kecamatan Mijen, Kota Semarang. Populasi terjangkau adalah seluruh penduduk yang bertempat tinggal di RT 01 dan RT 03, RW III. Jumlah KK di RT 1 dan RT 3 adalah 131 KK sebanyak 208 jiwa. 2. Sampel Kepala Keluarga di wilayah RW III Kelurahan Mijen, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, yang memenuhi kriteria penelitian sebagai berikut: a. Kriteria Inklusi: 1) Kepala Keluarga di wilayah RT 01 dan RT 03, RW III, Kelurahan Mijen, Kecamatan Mijen, Kota Semarang 2) Penghuni rumah merupakan warga RW III 3) Penghuni rumah menyetujui untuk diwawancarai b.
Kriteria Eksklusi: Penghuni rumah bukan penduduk asli warga RW III
c. Cara Pengambilan Sampel Besar sampel yang diperlukan untuk pengujian dua sisi diperoleh dengan rumus Lemeshow sebagai berikut :
15
( ) ( )
N = populasi n = jumlah sampel minimal yang diperlukan p = 0,5 q = 1-p d = limit dari error atau presisi absolute (0,1) sementara itu untuk besar sampel minimal yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
( )
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variable Penelitian a. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu : 1) Pengetahuan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) 2) Usia penderita 3) Tingkat Pendidikan 4) Penghasilan 5) Perilaku Buka Jendela 6) Perilaku kebiasaan menutup mulut ketika batuk 7) Perilaku membersihkan rumah 8) Perilaku merokok 9) Penyediaan air bersih 10) Pembuangan sampah 11) Lubang asap dapur 16
12) Jendela 13) Ruang tidur 14) Kualitas rumah 15) Kandang b. Variabel terikat Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu kejadian ISPA. 2. Definisi Operasional Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti didefinisikan sebagai berikut : Tabel 3.1. Definisi Operasional No. Variabel dan Definisi 1. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) penyakit infeksi saluran pernapasan yang bersifat akut yang berlangsung sampai 14 hari. 2. Tingkat pendidikan Jenjang pendidikan terakhir yang telah ditempuh responden
3.
4.
Cara pengukuran Skala Diukur dengan wawancara nominal dengan responden berdasarkan kuesioner. Terdiri dari menderita sakit ISPA dalam satu bulan terakhir atau tidak Diukur dengan wawancara nominal langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner. Terdiri dari tidak sekolah, tidak lulus SD, lulus SD, lulus SLTP dan lulus SLTA atau lulus D3/S1. Pada analisis bivariat dibagi menjadi 2 kategori yaitu pendidikan diatas SMP dan pendidikan di bawah SMP Penghasilan Diukur dengan wawancara nominal Jumlah gaji yang diterima langsung terhadap responden dalam setiap bulan berdasarkan kuesioner. Terdiri dari < 1.000.000 dan > 1.000.000 Usia penderita Usia seseorang yang menderita penyakit ISPA dalam kurun waktu satu bulan
Diukur dengan wawancara Rasio langsung terhadap responden nominal berdasarkan kuesioner. Pada analisis bivariat usia penderita dikategorikan menjadi dua yaitu anak (umur 0-21 tahun) dan
dewasa (umur ≥ 21 tahun)
17
5
Pengetahuan Diukur dengan wawancara hal yang diketahui responden langsung terhadap responden tentang ISPA berdasarkan kuesioner Terdiri dari baik dan kurang. Baik : jumlah pertanyaan
Rasio
benar ≥ 75% ; kurang :
6.
Perilaku buka jendela Perilaku responden terkait kebiasaan membuka jendela.
7.
Perilaku kebiasaan menutup mulut Perilaku menutup mulut ketika penderita batuk Perilaku membersihkan rumah Frekuensi membersihkan rumah dalam kurun waktu satu hari.
8.
9.
10.
11.
Perilaku merokok aktivitas merokok yang dilakukan oleh anggota keluarga dari responden Penyediaan air bersih Jenis sumber air minum untuk dikonsumsi oleh anggota keluarga responden
Pembuangan sampah Tersedianya tempat/lubang untuk menampung sampah rumah tangga keluarga.
jumlah pertanyaan benar < 75% Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner. Terdiri dari ya dan tidak Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner. Terdiri dari ya dan tidak Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner. Terdiri dari tidak teratur, satu kali, dua kali, tiga kali/lebih Pada analisis bivariat dikategorikan menjadi dua yaitu >2x dan <2x Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner. Terdiri dari ada dan tidak Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner. Terdiri dari air PDAM, air sumur, air sungai, air minum dalam kemasan Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner. Terdiri dari ada (memenuhi syarat), ada (tidak memenuhi syarat), tidak ada Pada analisis bivariat dikategorikan menjadi dua yaitu ada dan tidak ada
18
Nominal
Nominal
Nominal
Nominal
Nominal
Nominal
12.
Lubang asap dapur Tersedianya konstruksi untuk pengeluaran asap dapur, dimana asap dapur dapat keluar dari ruangan bila sedang dipakai memasak da tidak mengganggu penglihatan
13.
Jendela Tersedianya jendela di ruangan tamu dan tempat tidur, jendela dapat dibuka dan ditutup, luasnya 1/10 (10%) luas lantai bangunan
14.
Ruang tidur Tersedianya ruang tidur, terang pada siang hari, tidak lembab baik lantai maupun dinding
15.
Kualitas rumah Kelayakan sehat menyatakan responden.
16.
yang rumah
Kandang Bangunan kandang hewan ternak tersendiri, tidak menjadi satu dengan rumah induk, keadaan bersih terawat dan tertata rapi
Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner. Terdiri dari ada (memenuhi syarat), ada (tidak memenuhi syarat), tidak Pada analisis bivariat dikategorikan meenjadi dua yaitu ada dan tidak ada Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner. Terdiri dari ada (memenuhi syarat), ada (tidak memenuhi syarat), tidak ada Pada analisis bivariat dikategorikan meenjadi dua yaitu ada dan tidak ada Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner. Terdiri dari ada (memenuhi syarat), ada (tidak memenuhi syarat), tidak ada Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner. Terdiri dari rumah sehat (skor lebih dari 18) dan rumah belum sehat (skor kurang dari 18) Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner. Terdiri dari ada (memenuhi syarat), ada (tidak memenuhi syarat), tidak ada
Nominal
Nominal
Nominal
Nominal
Nominal
E. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner (daftar pertanyaan) dan Komputer dengan program Statistical Product and Service Solution (SPSS), sebagai alat bantu dalam mengumpul data serta mengolah data hasil penelitian.
19
F. Prosedur Penelitian/Pengumpulan Data 1. Data Primer Pengambilan data penelitian dengan wawancara menggunakan kuesioner dan pengamatan langsung di rumah responden yang berada di wilayah RW III Kelurahan Mijen, Kecamatan Mijen, Kota Semarang. Data yang dikumpulkan adalah data primer yang meliputi data kependudukan, status kesehatan, pengetahuan tentang penyakit, perilaku kesehatan, lingkungan. 2. Data Sekunder Data sekunder yaitu Laporan Monografi Kelurahan Mijen. G. Analisis Data Pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer melalui program Statistical Product and Service Solution (SPSS) for Windows versi 18.0. 1. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan secara deskriptif dari masing-masing variabel dengan tabel distribusi frekuensi disertai penjelasan. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel dependent dan independent . Karena rancangan penelitian ini adalah cross sectional hubungan antara variabel independent dengan variabel dependen digunakan uji statistik Odds Ratio (OR) memakai table 2x2, dengan tingkat
kepercayaan 90 % (α = 0,1). Berdasarkan hasil uji tersebut di atas ditarik kesimpulan dengan kriteria sebagai berikut : a. Jika nilai p < α maka Ho ditolak, berarti ada hubungan antara variabel dependent dengan independent. b.
Jika nilai p ≥ α maka Ho diterima, berarti tidak ada hubungan antara variabel dependent dengan independent.
3. Analisis Multivariat Analisis multivariat dimaksudkan untuk mengetahui variabel bebas yang merupakan faktor risiko utama dengan menggunakan uji regresi logistik berganda metode enter.
20
BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN HASIL KEGIATAN
A. Identifikasi Masalah, Prioritas Masalah dan Analisis Penyebab Masalah
1. Identifikasi Masalah Tabel 4.1. Jumlah kesakitan di RW III Kelurahan Mijen No.
Proporsi Penyakit
Jumlah (jiwa)
Persentase
a.
ISPA
34
85 %
b.
Diare
3
7,5 %
c.
Sinusitis
1
2,5%
c.
Hipertensi
1
2,5 %
d.
Ca mammae
1
2,5 %
40
100%
Jumlah
2. Prioritas Masalah Daftar masalah A
ISPA
B
Diare
C
Hipertensi
D
Sinusitis
E
Ca mammae
Kriteria Urgency (Mendesak) A A B C D E TV 0 TH 4 TOTAL 4
B +
C + -
D + + +
E + + -
1 2 3
2 1 3
3 0 3
2 0 2
TH 4 2 1 0 0
21
Kriteria Seriousness (Kegawatan) A A B C D E TV 0 TH 4 TOTAL 4
B +
C + -
D + + +
E + + -
1 2 3
2 1 3
3 0 3
2 0 2
TH 4 2 1 0 0
Kriteria Growth (Perkembangan) A A B C D E TV 0 TH 4 TOTAL 4
B +
C + -
D + + +
E + + -
1 2 3
2 1 3
3 0 3
2 0 2
TH 4 2 1 0 0
Tabel 4.2. Prioritas Masalah Masalah
U
S
G
Jumlah
Prioritas
A
4
4
4
12
I
B
3
3
3
9
II
C
3
3
3
9
III
D
3
3
3
9
IV
E
2
2
2
6
V
Urutan Prioritas Masalah 1
ISPA
2
Diare
3
Hipertensi
22
4
Sinusitis
5
Ca mammae
23
3. Analisis Penyebab Masalah Tabel 4.3. Analisis Penyebab Masalah
Penyebab Masalah Masalah Lingkungan ISPA
Perilaku
YANKES
Kependudukan
- Rumah belum sehat (93,7%) - Ada anggota masyarakat yang masih membuang sampah dengan cara ditimbun 55,6% - Ada sebagian anggota masyarakat yang memiliki jendela tidak memenuhi syarat 54,0% - Ada sebagian anggota masyarakat yang masih memiliki lubang asap tidak memenuhi syarat 42,9%
- Ada anggota masyarakat - Jumlah bidan desa di ada - Pendidikan rendah tamat SD 31,7 yang belum menutup satu orang % mulut ketika batuk 54% - Jumlah dokter praktek - Mata pencaharian penduduk - Ada anggota masyarakat umum di kelurahan mijen sebagai buruh 33,3 % yang belum membersihkan satu orang rumah secara teratur 31,7 % - Ada anggota masyarakat yang masih merokok 46% - Ada anggota masyarakat belum biasa membuka jendela setiap hari 44,4%
- Ada sebagian anggota masyarakat yang memiliki ruang tidur yang tidak memenuhi syarat 42,9% - Ada sebagian masyarakat yang memiliki kandang tidak terpisah dari rumah induk dan kurang bersih 28,6%
-
-
24
-
Daftar Penyebab Masalah: 1. Rumah belum masuk kriteria rumah sehat (93,7%) 2. Rumah tidak memiliki jendela yang memenuhi syarat (54%) 3. Rumah yang belum memiliki lubang asap dapur yang tidak memenuhi syarat (42,9%) 4. Rumah yang memiliki ruang tidur tidak memenuhi syarat (42,9%) 5. Rumah yang memiliki kandang yang tidak terpisah dari rumah induk dan kurang bersih (28,6%) 6. Perilaku masyarakat belum menutup mulut ketika batuk (54%) 7. Perilaku masyarakat yang belum membersihkan rumah secara teratur (31,7%) 8. Perilaku masyarakat belum membuka jendela setiap pagi (44,4%) 9. Perilaku masyarakat yang masih merokok (46%) 10. Jumlah bidan di desa satu orang 11. Jumlah dokter praktek umum satu orang 12. Pendidikan tamat SD (31,7%) 13. Mata pencaharian penduduk sebagian besar sebagai buruh (33,3%)
Urutan penyebab masalah berdasarkan brainstorming 1. Rumah yang memiliki kandang yang tidak terpisah dari rumah induk dan kurang bersih 2. Rumah yang memiliki ruang tidur tidak memenuhi syarat 3. Rumah yang belum memiliki lubang asap dapur yang tidak memenuhi syarat 4. Pendidikan tamat SD 5. Mata pencaharian penduduk sebagian besar sebagai buruh 6. Perilaku masyarakat yang belum menutup mulut ketika batuk 7. Perilaku masyarakat yang masih merokok 8. Perilaku masyarakat belum biasa membuka jendela setiap hari 9. Perilaku masyarakat yang belum membersihkan rumah secara teratur
25
10. Rumah belum masuk kriteria rumah sehat 11. Rumah tidak memiliki jendela yang memenuhi syarat Untuk menyelesaiakan suatu masalah yang berupa penyakit ISPA, cukup menyelesaikan lima penyebab saja berdasarkan brainstorming, yaitu: 1. Perilaku masyarakat yang masih merokok 2. Perilaku masyarakat belum biasa membuka jendela setiap hari 3. Perilaku masyarakat yang belum membersihkan rumah secara teratur 4. Rumah belum masuk kriteria rumah sehat 5. Rumah tidak memiliki jendela yang memenuhi syarat B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis univariat 1. Kependudukan (Demografi) a. Jumlah Sampel di RT.1 dan RT.3 RW.3 Kelurahan Mijen Jumlah sampel yang dikumpulkan di RT 1 dan RT 3 sebanyak 63 sampel. Distribusi sampel terdapat pada tabel sebagai berikut Tabel.4.4. Jumlah sampel dari hasil survei No.
Jenis Penyakit
Jumlah
Persentase
Kategori
1
RT 1
36
57,1%
Menular
2
RT 3
27
42,9%
Menular
Total
63
100%
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di RW III Kelurahan Mijen bulan September 2013
b. Distribusi penduduk menurut umur Distribusi Karakteristik Umur sampel di RT 1 dan RT 3 terdapat pada tabel sebagai berikut
26
Tabel 4.5. Karakteristik umur sampel dari hasil survei No.
Umur
Jumlah
Persentase
1
21-40
20
31,7
2
41-60
31
49,2
3
>61
12
19,0
Total
63
100%
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di RW III Kelurahan Mijen bulan September 2013
Pada tabel di atas terlihat bahwa penduduk RT 1 dan RT 3 paling banyak berusia 41-60 tahun, 31 sampel (49,2%) c. Distribusi penduduk menurut pekerjaan Distribusi Karakteristik Pekerjaan sampel di RT 1 dan RT 3 terdapat pada tabel sebagai berikut Tabel 4.6. Karakteristik Pekerjaan sampel dari hasil survei No. 1
Umur
Jumlah 9
Petani
Persentase 14,3
2
Swasta
25
39,7
3
Buruh
21
33,3
4
PNS
3
4,8
5
Tidak bekerja
5
7,9
Total
63
100%
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di RW III Kelurahan Mijen bulan September 2013
Pada Tabel di atas terlihat bahwa penduduk RT 1 dan RT 3 paling banyak bekerja sebagai swasta 25 sampel (39,7%) d. Distribusi penduduk berdasarkan tingkat penghasilan Distribusi
penduduk
berdasarkan
tingkat
penghasilan
sampel di RT 1 dan RT 3 terdapat pada tabel sebagai ber ikut.
27
Tabel 4.7. Karakteristik Penghasilan sampel dari hasil survei No.
Umur
Jumlah
Persentase
1
24
38,1
2
≥ Rp 1.000.000
39
61,9
Total
63
100%
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di RW III Kelurahan Mijen bulan September 2013 Pada Tabel di atas terlihat bahwa penduduk RT 1 dan RT 3 sebagian besar berpenghasilan
≥ Rp 1.000.000, sebanyak 39 sampel
(61,9%). Dasar dari data sekunder, rata-rata penghasilan kelurahan Mijen Rp 1.000.000,00, kami mengkategorikan penghasilan menjadi lebih dari Rp 1.000.000,00 dan kurang dari Rp 1.000.000,00.
2. Status Kesehatan a. Jumlah Kejadian Penyakit Jumlah kejadian penyakit di RT 1 dan RT 3 dalam satu bulan terakhir, terdapat 40 orang yang sakit. Distribusi jenis penyakit di desa ini terdapat pada table di bawah ini. Tabel 4.8. Jumlah kejadian penyakit & berbagai jenis penyakit dari hasil survei No.
Jenis Penyakit
Jumlah
Persentase
Kategori
1
ISPA
34
91,8%
Menular
2
Diare
3
8,2%
Menular
Total
37
100%
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di RW III Kelurahan Mijen bulan September 2013
Di antara 37 jumlah kejadian penyakit, adalah penyakit menular. Pada Tabel di atas terlihat bahwa penduduk RT 1 dan RT 3 Kelurahan Mijen paling banyak menderita ISPA yaitu 34 jiwa (91,8%).
28
Tabel 4.9 Jumlah kejadian penyakit & berbagai jenis penyakit dari hasil survei No.
Jenis Penyakit
Jumlah
Persentase
Kategori
1
Ca Mamae
1
33,3%
Tidak Menular
2
Sinusitis
1
33,3%
Tidak Menular
3
Hipertensi
1
33,3%
Tidak Menular
Total
3
100%
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di RW III Kelurahan Mijen bulan September 2013
b. Pengetahuan ISPA Pengetahuan ISPA pada warga RT 1 dan RT 3 terlihat pada tabel 4.6. Terlihat bahwa sebagian besar warga mempunyai pengetahuan yang kurang mengenai ISPA sebanyak 24 KK (70,6%) Tabel 4.10. Pengetahuan ISPA warga RT 1 dan RT 3 Tingkat pengetahuan Kurang
Jumlah 24
Persentase 70,6
Baik
10
29,4
Jumlah
34
100%
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di RW III Kelurahan Mijen bulan September 2013
Pengukuran pengetahuan dilakukan pada responden oleh karena itu, tidak dapat dilakukan analisis hubungan antara pengetahuan dengan kejadian ISPA. c. Umur Penderita Umur penderita ISPA pada warga RT 1 dan RT 3 terlihat pada tabel berikut ini
29
Tabel 4.11. Umur Penderita ISPA warga RT 1 dan RT 3 Umur Penderita
Jumlah
Persentase
Anak (0-21)
21
61,8
Dewasa(≥21)
13
38,2
Jumlah
34
100,00%
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di RW III Kelurahan Mijen bulan September 2013
Dari 34 orang yang sakit ISPA, sebanyak 21 orang (61,8%) yang sakit ISPA adalah kategori anak dan sebanyak 13 orang (38,2%) adalah kategori dewasa. 3. Perilaku Kesehatan a. Perilaku Mengambil Air Minum Sumber air minum yang digunakan warga RT 1 dan RT 3 terlihat pada tabel di bawah bahwa sebagian besar warga mengonsumsi air minum yang berasal dari air sumur yaitu sebesar 41 keluarga (65,1%). Tabel 4.12. Sumber air minum Sumber air minum
Jumlah
Persentase
Air sumur
41
65,1
Air PDAM
18
28,6
AMDK
4
6,3
Jumlah
63
100,00%
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
Dari 63 keluarga yang disurvei, hanya 2 keluarga (3,2 %) yang tidak memasak air sebelum diminum. b. Perilaku Buang Air Besar
30
Dari 63 keluarga yang disurvei, sebanyak 63 keluarga (100%) memiliki jamban sendiri. Berikut tipe jamban yang dimiliki oleh penduduk. Tabel 4.13. Tipe jamban yang dimiliki penduduk Tipe jamban
Jumlah
Persentase
Leher angsa
61
96,8%
Jamban cemplung tanpa tutup
2
3,2%
Jumlah
63
100%
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
Dari data di atas terlihat bahwa tipe jamban yang dimiliki penduduk adalah jenis leher angsa yaitu sebanyak 61 warga (96,8%). Namun masih terdapat 2 keluarga yang memakai jamban cemplung tanpa tutup (3,2%). Berdasarkan perilaku kebiasaan buang air besar, terlihat bahwa semua penduduk buang air di jamban (100%). Mayoritas penduduk menyediakan sabun di dekat tempat buang air (92,1%). c. Perilaku Mencuci Tangan Sebanyak 54 KK (85,7%) terbiasa mencuci tangan menggunakan sabun sebelum makan. Sebanyak 9 KK (14,3.%) tidak terbiasa mencuci tangan menggunakan sabun sebelum makan.
Tabel 4.14. Perilaku cuci tangan sebelum makan penduduk RT 1 dan RT 3 RW III Kelurahan Mijen Perilaku cuci tangan
Jumlah
Persentase
Cuci tangan
54
85,7%
Tidak cuci tangan
9
14,3%
Jumlah
63
100%
31
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
Sebanyak 56 KK (88,9%) biasa mencuci tangan dengan sabun setelah BAB, sedangkan 7 (11,1%) sisanya tidak mencuci tangan dengan sabun setelah BAB. Tabel 4.15. Perilaku cuci tangan setelah BAB penduduk RT 1 dan RT 3 RW III Kelurahan Mijen Perilaku cuci tangan
Jumlah
Persentase
Cuci tangan
54
85,7%
Tidak cuci tangan
9
14,3%
Jumlah
63
100%
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
d. Perilaku menutup mulut ketika batuk, membuang ludah dan menggantung pakaian Tabel 4.16. Perilaku menutup mulut ketika batuk, membuang ludah dan menggantung pakaian penduduk RT 1 dan RT 3 Kelurahan Mijen Kriteria Menutup mulut ketika batuk Membuang ludah
Perilaku Menutup mulut Tidak menutup mulut Jumlah Di sembarang tempat Tidak di sembarang tempat
Jumlah KK 34 29 63 8 55
Jumlah Menggantung Ya pakaian Tidak Jumlah Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1
% 54,0 46,0 100% 12,7% 87,3%
63 100% 47 74,6% 16 25,4% 63 100% dan RT 3 di
RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
Sebanyak 34 KK (54%) di RT 1 dan RT 3 memiliki kebiasaan diri menutup mulut ketika batuk tetapi, sebanyak 29 KK tidak memiliki kebiasaan menutup mulut ketika batuk. Sebagian besar
32
penduduk RT 1 dan RT 3 tidak membuang ludah sembarangan yaitu sebanyak 55 KK (87,3%). Namun sebagian besar warga RT 1 dan RT 3 masih mempunyai kebiasaan menggantung pakaian yaitu sebanyak 47 KK (74,6%). e. Perilaku membersihkan rumah Tabel 4.17. Perilaku membersihkan rumah penduduk RT 1 dan RT 3 Kelurahan Mijen Perilaku
Frekuensi
membersihkan rumah dalam sehari
membersihkan tempat penampungan air
kebiasaan membuka jendela setiap hari
Tidak teratur Satu kali Dua kali Tiga kali lebih Jumlah Tidak teratur Sebulan sekali Seminggu dua kali Seminggu sekali Tiap hari Jumlah Ya Tidak Jumlah
Jumlah keluarga 20 17 24 2 63 14 2 12
Persentase (%)
24 11 63 28 35 192
38,1 17,5 100% 44,4 55,6 100
31,7 27 38,1 3,2 100% 22,2 3,2 19,0
Dari tabel di atas terlihat bahwa sebanyak 24 KK (38,1%) membersihkan rumah dua kali sehari. Namun sebanyak 20 KK masih membersihkan rumah tidak teratur (31,7%). Sebanyak 24 KK (38,1%)
membersihkan
penampungan
air
seminggu
sekali.
Sebagian besar warga tidak mempunyai kebiasaan membuka jendela sebanyak 35 KK (55,6%). f. Perilaku Merokok Tabel 4.18. Perilaku merokok penduduk RT 1 dan RT3 Kelurahan Mijen Perilaku merokok Ya Tidak Jumlah
Jumlah 29 34 63
33
Persentase 46% 54% 100%
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
Sebagian besar warga tidak mempunyai kebiasaan merokok pada anggota keluarganya 34 KK (54%). 4. Keadaan Lingkungan a. Rumah sehat Berikut proporsi rumah sehat dan belum sehat yang didapatkan dari hasil perhitungan skor. Tabel 4.19. Rumah sehat dan tidak sehat Kriteria Penggolongan
Jumlah
Persentase (%)
Rumah sehat 4 6,3 Rumah belum sehat 59 93,7 Jumlah 63 100 Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
Dari data mengenai sarana sanitasi rumah yang meliputi pembuangan kotoran (BAB), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air limbah rumah tangga, jendela, lubang asap dapur, ruang tidur dan kualitas lingkungan rumah yang meliputi ada tidaknya jentik nyamuk, tikus, lalat, kebersihan pekarangan, pemanfaatan pekarangan, dan kebersihan kandang, diketahui sebagian besar rumah warga termasuk dalam kriteria rumah belum sehat sebanyak 59 rumah (93,7%).
34
b. Sarana Sanitasi Rumah Tabel 4.20. Sarana sanitasi rumah memenuhi syarat Variabel jumlah 51
% 81,0
tidak memenuhi syarat Jumlah % 12 19,0
tidak ada jumlah 0
% 0
0
0
3
4,8
4
6,3
2 18
3,1 28,6
Pembuangan kotoran(BAB) Penyediaan air 44 69,8 19 30,2 bersih Pembuangan 25 39,7 35 55,6 sampah Pembuangan air 25 39,7 34 54,0 limbah rumah tangga Jendela 27 42,9 34 54,0 Lubang asap 18 28,6 27 42,9 dapur Ruang tidur 35 55,6 27 42,9 Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1
1 1,6 dan RT 3 di
RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
Dari data tersebut, terlihat bahwa dari 63 kepala keluarga, 51 rumah (81%) memiliki sarana pembuangan kotoran (BAB) yang memenuhi standar seperti menggunakan jamban leher angsa. Namun masih terdapat keluarga yang memiliki rumah yang dengan pembuangan kotoran (BAB) tidak sesuai standar yaitu sebesar 12 rumah (19%). Selain itu, sebanyak 44 rumah (69,8%) telah memiliki penyediaan air bersih sesuai standar yang ditandai oleh ada sumber air yang terlindung dari pencemaran, bersih, cukup untuk memenuhi kebutuhan minum, masak, mandi dan cuci. Terdapat 35 rumah (55,6%) memiliki tempat pembuangan sampah namun tidak memenuhi syarat dan sebanyak 25 rumah (39,7%) yang memiliki pembuangan sampah sesuai standar yaitu ada tempat/lubang sampah yang cukup menampung sampah rumah tangga keluarga yang bersangkutan, dibakar/ditimbun secara teratur. Ada 25 rumah (39,7%) memiliki pembuangan air limbah rumah tangga yang memenuhi syarat. Namun sebanyak 34 rumah
35
(54%) memiliki pembuangan air limbah tetapi tidak memenuhi syarat. Terdapat 27 rumah (42,9%) rumah yang memiliki jendela yang sesuai standar (ada jendela di ruang tamu dan ruang tidur, jendela dapat dibuka dan ditutup, luas jendela 10 % dari luas lantai bangunan). Terdapat 18 (28,6 %) rumah dengan lubang asap dapur yang sesuai standar (ada konstruksi untuk pengeluaran asap dapur, asap dapur dapat keluar dari ruang dapur bila sedang dipakai memasak dan tidak mengganggu penglihatan). Dan terdapat 35 rumah (55,6%) keluarga dengan rumah yang ada ruang tidur sesuai standar seperti terang pada siang hari, tidak lembab baik lantai maupun dinding ruang tidur. c. Kualitas Lingkungan Rumah Tabel 4.21. Kualitas lingkungan rumah
Variabel Bebas jentik Bebas tikus Bebas lalat Pekarangan bersih Pekarangan dimanfaatkan Kandang terpisah dan bersih
Ya
Tidak
Jumlah 52 30 38 36 21
Persentase 82,5 47,6 60,3 57,1 33,3
Jumlah 11 33 25 27 42
Persentase 17,5 52,4 39,7 42,9 66,7
45
71,4
18
28,6
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa sebagian besar (82,5%) keluarga memiliki rumah bebas jentik yang ditandai tidak ditemukan jentik nyamuk pada tempat penampungan air baik di dalam rumah (gentong, bak mandi, dsb) maupun di luar rumah (kalen bekas, pot, dsb).Terdapat 38 (60,3%) rumah yang disurvei bebas lalat (ditandai dengan ditemukan sedikit/satu/dua lalat di dapur dan sekitarnya). Dan sebagian besar rumah yang disurvei (71,4.%) memiliki kandang hewan ternak yang sesuai standar
36
(terdapat bangunan kandang hewan ternak tersendiri, tidak menjadi satu dengan rumah induk, keadaannya bersih, terawat dan tertata rapih). Namun demikian, sebanyak 33 (52,4%) keluarga memiliki rumah yang tidak bebas tikus yang terlihat dari ditemukan tikus dan jejaknya di dalam atau luar rumah. Hanya 31 (33,3%) pekarangan warga yang telah dimanfaatkan dengan baik (pekarangan dimanfaatkan untuk tanaman pelindung, tanaman obat keluarga, sayuran, dan sejenisnya). Dan terdapat 36 (57,1%) rumah dengan pekarangan yang bersih (keadaan pekarangan bersih baik dari sampah maupun kotoran hewan ternak dan tertata dengan rapi). 2. Analisis bivariat a. Hubungan Faktor Tingkat Pendidikan dengan Kejadian ISPA Tabel 4.22. Distribusi dan Hubungan Faktor Tingkat Pendidikan dengan Kejadian ISPA Faktor risiko tk. pendidikan SMP Total
Tidak ISPA % Σ 25 86,2 4 13,8 29 100
ISPA Σ % 23 76,2 11 23,8 34 100
OR ( CI 95 % ) 2,989 (1,094-10,717)
P 0,075
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar 0,075 yang berarti terpapar tingkat pendidikan secara statistik memiliki hubungan yang bermakna dengan Kejadian ISPA. Odds Ratio sebesar 2,989 dengan 95 % Interval Kepercayaan : 1,094 < 2,989 < 10,717 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA, subyek yang memiliki tingkat pendidikan lebih rendah memiliki risiko 3,069 kali lebih besar memiliki kejadian ISPA.
37
Kami mengkategorikan pendidikan di atas SMP dan di bawah SMP dengan dasar bahwa di Indonesia telah diberlakukan program wajib belajar sembilan tahun. b. Hubungan Faktor Tingkat Penghasilan dengan Kejadian ISPA Tabel 4.23. Distribusi dan Hubungan Faktor Tingkat Penghasilan dengan Kejadian ISPA Faktor risiko tk. Tidak ISPA ISPA OR P Penghasilan ( CI 95 % ) Σ Σ % %
Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar 0,068 yang berarti terpapar tingkat penghasilan secara statistik memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian ISPA. Odds Ratio sebesar 2,976 dengan 95 % Interval Kepercayaan 1,037 < 2,976 < 8,539 menunjukkan bahwa tingkat penghasilan merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA, subyek yang memiliki tingkat penghasilan lebih rendah memiliki risiko 2,976 kali lebih besar memiliki kejadian ISPA. c. Hubungan Faktor umur penderita dengan Kejadian ISPA Tabel 4.24. Distribusi dan Hubungan Faktor Umur Penderita dengan Kejadian ISPA Faktor risiko umur
Tidak ISPA
Σ Anak Dewasa Total
1 28 60
% 3,4 96,6 100
ISPA
Σ 21 13 60
% 61,8 38,2 100
OR ( CI 95 % )
P
0,022 (0,003-0,183
0,000
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
38
Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar 0,000 yang berarti umur penderita secara statistik memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian ISPA. d. Hubungan Kebiasaan menutup mulut ketika batuk dengan Kejadian ISPA Tabel 4.25. Distribusi dan Hubungan Kebiasaan menutup mulut ketika batuk dengan Kejadian ISPA Faktor risiko
Tidak ISPA
Σ Tidak Ya
15 14
% 44,1 55,9
Total
29
100
ISPA
Σ 19 15
% 48,3 51,7
34
100
OR ( CI 95 % )
P
0,846 (0,313-2,286)
0,469
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar 0,469 yang berarti kebiasaan menutup mulut ketika batuk secara statistik tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian ISPA. e. Hubungan Perilaku membersihkan rumah dengan Kejadian ISPA Tabel 4.26. Distribusi dan Hubungan perilaku membersihkan rumah dengan Kejadian ISPA Faktor risiko
Tidak ISPA
Σ
ISPA
Σ
<2
16
% 55,2
21
% 61,8
>2
13
44,8
13
38,2
Total
29
100
34
100
OR ( CI 95 % )
P
0,762 (0,278- 2,068)
0,392
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
39
Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar 0,392 yang berarti kebiasaan membersihkan rumah dalam sehari secara statistik tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian ISPA. f. Hubungan Perilaku membuka jendela dengan Kejadian ISPA Tabel 4.27. Distribusi dan Hubungan Perilaku buka j endela dengan Kejadian ISPA Faktor risiko
Tidak ISPA ISPA OR P ( CI 95 % ) Σ Σ % % Ya 16 57,1 12 37,1 2,256 0,092 Tidak 13 42,9 22 62,9 (1,818-6,277) Total 29 100 34 100 Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar 0,092 yang berarti perilaku membuka jendela secara statistik memiliki hubungan yang bermakna dengan Kejadian ISPA. Odds Ratio sebesar 2,256 dengan 95 % Interval Kepercayaan : 1,818 < 2,256 < 6,277
menunjukkan bahwa perilaku membuka jendela
merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA, subyek yang tidak memiliki kebiasaan membuka jendela memiliki risiko 2,256 kali lebih besar memiliki kejadian ISPA. g. Hubungan Perilaku merokok dengan Kejadian ISPA Tabel 4.28. Distribusi dan Hubungan Perilaku merokok dengan Kejadian ISPA Faktor risiko Tidak Ya Total
Tidak ISPA % Σ 15 51,7 14 48,3 29 100
ISPA Σ % 14 41,2 20 58,8 34 100
OR ( CI 95 % ) 1,531 (0,564 – 4,154)
P 0,280
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar 0,280 yang berarti perilaku merokok secara statistik tidak memiliki
40
hubungan yang bermakna dengan Kejadian ISPA. Sulit dicari hubungannya karena perilaku merokok tidak dirinci merokok di dalam rumah atau di halaman. h. Hubungan Jendela dengan Kejadian ISPA Tabel 4.29. Distribusi dan Hubungan Jendela dengan Keja dian ISPA Faktor risiko Memenuhi syarat Tidak memenuhi syarat Total
Tidak ISPA % Σ 18 62,1
ISPA Σ % 18 52,9
11
37,9
16
47,1
29
100
34
100
OR ( CI 95 % ) 1,455 (0,531-3,986)
P 0,318
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar 0,318 yang berarti jendela secara statistik tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan Kejadian ISPA. i.
Hubungan Lubang Asap Dapur dengan Kejadian ISPA Tabel 4.30. Distribusi dan Hubungan Lubang asap dapur dengan Kejadian ISPA Faktor risiko Ada Tidak ada Total
Tidak ISPA % Σ 22 75,9 7 24,1 29 100
ISPA Σ % 23 67,6 11 32,4 34 100
OR ( CI 95 % ) 1,503 (0,494-4,576)
P
(≤0,1) 0,331
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar 0,331 yang berarti lubang asap dapur secara statistik tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan Kejadian ISPA. j.
Hubungan Ruang Tidur dengan Kejadian ISPA
41
Tabel 4.31. Distribusi dan Hubungan ruang tidur dengan Kej adian ISPA Faktor risiko Ada Tidak ada Total
Tidak ISPA % Σ 15 51,7 14 48,3 29 100
ISPA Σ % 13 38,2 21 61,8 34 100
OR ( CI 95 % ) 1,731 (0,634-4,726)
P
(≤0,1) 0,206
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar 0,206 yang berarti ruang tidur secara statistik tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan Kejadian ISPA. k. Hubungan Kualitas Rumah dengan Kejadian ISPA Tabel 4.32.Distribusi dan Hubungan Kualitas Rumah dengan Kejadian ISPA Faktor risiko Belum sehat Sehat Total
Tidak ISPA % Σ 28 96,6 1 3,4 29 100
ISPA Σ % 31 91,2 3 8,8 34 100
OR ( CI 95 % ) 2,710 (0,266-27,577)
P
(≤0,1) 0,369
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar 0,369 yang berarti ruang tidur secara statistik tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan Kejadian ISPA. l.
Hubungan Kandang dengan Kejadian ISPA Tabel 4.33. Distribusi dan Hubungan Kandang dengan Kejadian ISPA Faktor risiko Bersih Kotor Total
Tidak ISPA % Σ 18 62,1 11 37,9 29 100
ISPA Σ % 27 71,4 7 28,6 34 100
OR ( CI 95 % ) 2,357 (0,769-7,222)
P
(≤0,1) 0,108
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
42
Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar 0,108 yang berarti kandang secara statistik tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan Kejadian ISPA. 3. Analisis multivariat Setelah dilakukan analisis bivariat di dapatkan variabel yang bermakna yaitu tingkat pendidikan (p=0,075), tingkat penghasilan (p=0,068), umur penderita (p=0,000) dan perilaku buka jendela (p=0,092) kemudian keempat variabel tersebut dianalisis secara bersamaan menggunakan regresi logistik berganda.
Tabel 4.34. Regresi Logistik Berganda pendidikan, penghasilan, umur dan perilaku buka jendela Variable Tingkat pendidikan Tingkat penghasilan Umur penderita Perilaku buka Jendela
p 0,085 0,040 0,000 0,114
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
Setelah
dilakukan
membandingkan
uji
signifikansi
regresi
logistik
faktor-faktor
berganda yang
untuk
berpengaruh,
didapatkan tingkat pendidikan, penghasilan dan umur pernderita memiliki signifikansi. Umur penderita memiliki signifikansi yang lebih. Dari hasil regresi binary di atas dapat dibuat urutan, faktor risiko yang paling mempengaruhi Kejadian ISPA di RT 1 dan RT 3 RW III Kelurahan Mijen adalah umur penderita, tingkat penghasilan, tingkat pendidikan dan perilaku membuka jendela. C. Pembahasan Pembahasan hasil penelitian didasarkan pada hasil uji statistik, data dari wawancara berdasarkan kuesioner dan dari tinjauan pustaka. Pembahasan dilakukan untuk menemukan alasan-alasan yang mendukung hasil penelitian. Berdasarkan tinjauan pustaka, hasil wawancara dengan responden, hasil uji
43
statistik, serta hasil analisis deskriptif didapatkan hubungan yang bermakna antara pendidikan, penghasilan, umur penderita dan perilaku membuka jendela. Berdasarkan hasil uji statistik dan analisis didapatkan hubungan bermakna antara pendidikan dengan Kejadian ISPA dimana p = 0,075, OR = 2,989, CI 95% = 1,904 – 10,717 yang berarti bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam kesehatan, karena pendidikan yang kurang dikaitkan dengan pengetahuan mengenai kesehatan yang kurang pula, terutama pada gejala dan pencegahan sehingga banyak kasus ISPA yang tidak terdeteksi secara dini. Berdasarkan hasil uji statistik dan analisis didapatkan hubungan bermakna antara tingkat penghasilan dengan Kejadian ISPA di mana p = 0,068, OR = 2,976 , CI 95% = 1,037 – 8,539. Semakin tinggi penghasilan seseorang maka memiliki risiko sebesar 2,976 kali terkena ISPA dibandingkan tingkat penghasilan dibawah 1.000.000. karena penghasilan yang didapatkan bukan penghasilan secara total, hanya kepala keluarga sehingga hubungan statistik ini kurang bermakna. Berdasarkan hasil uji statistik dan analisis didapatkan hubungan bermakna antara umur penderita dengan Kejadian ISPA di mana p = 0,000, OR = 0,022, CI 95% = 0,003-0,183. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara umur penderita dengan kejadian ISPA. Umur kategori anak lebih rentan terkena penyakit ISPA dibandingkan kategori dewasa. Pernyataan tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa anak lebih banyak terserang penyakit ISPA. Berdasarkan nilai 95%CI menunjukan bahwa umur penderita bukan merupakan faktor risiko melainkan faktor protektif. Berdasarkan hasil uji statistik dan analisis didapatkan hubungan bermakna antara perilaku membuka jendela dengan Kejadian ISPA di mana p = 0,092, OR =2,256, CI 95% = 1,818-6,277. Orang yang tidak memiliki perilaku
44
membuka jendela memiliki risiko sebesar 2,256 kali terkena ISPA dibandingkan yang memiliki perilaku membuka jendela. Perilaku membuka jendela menjadikan pertukaran oksigen dan pertukaran cahaya di dalam rumah tersebut menjadi baik. Jendela yang tertutup menyebabkan oksigen didalam rumah menjadi kurang dan kadar karbondioksida yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Selain itu, jendela yang tertutup juga menyebabkan kurangnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Kedua hal ini menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik dan merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit- bibit penyakit. Keempat faktor risiko tadi yaitu pendidikan, penghasilan, umur penderita dan perilaku membuka jendela dilakukan analisis secara bersamaan (multivariat). Didapatkan bahwa ketiga faktor risiko yaitu umur penderita, penghasilan dan pendidikan hasilnya signifikan. Namun pada faktor risiko perilaku membuka jendela tidak didapatkan hasil yang signifikan. Dari hasil regresi binary logistik di atas dapat dibuat urutan, faktor risiko yang paling mempengaruhi Kejadian ISPA di RT 1 dan RT 3 RW III Kelurahan Mijen adalah umur penderita, tingkat penghasilan, tingkat pendidikan dan perilaku membuka jendela Berdasarkan tinjauan pustaka, hasil wawancara dengan responden, hasil uji statistik, serta hasil análisis deskriptif, analitik dan multivariat tidak didapatkan hubungan antara perilaku menutup mulut ketika batuk, perilaku membersihkan rumah, perilaku merokok, jendela, lubang asap dapur, ruang tidur, kandang dan kualitas rumah dengan perilaku merokok pada penduduk di RT1 dan RT 3 di RW III Kelurahan Mijen. Meskipun secara teori variabel di atas memiliki hubungan, hasil ini mungkin disebabkan karena keterbatasan penelitian Beberapa keterbatasan dan kelemahan yang terdapat dalam penelitian ini adalah
45
1.
Keterbatasan waktu dalam melaksanakan survei dan pembuatan laporan.
2.
Keterbatasan kepustakaan yang menyebabkan kurang dalamnya pembahasan materi.
3.
Keterbatasan instrumen pengukuran yang digunakan.
4.
Faktor perancu
D. Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Kegiatan Tabel 4.35. Alternatif Pemecahan Masalah No
Masalah
Tujuan
Sasaran
Alternatif
1
ISPA
Menurunkan jumlah kejadian ISPA
Seluruh warga masyarakat RT 1 dan RT 3
-
Memberikan penyuluhan tentang faktor-faktor yang menyebabkan penyakit ISPA Upayakan setiap pagi jendela di buka agar cahaya matahari masuk
-
Dalam
pengambilan
keputusan
kami
menggunakan
metode
berdasarkan kriteria mutlak dan kriteria keinginan, yang nanti akan diambil 1 (satu) kegiatan yang akan dilaksanakan. Tabel 4.36. Kriteria mutlak
Man
Money
Input Material Method
I
1
1
1
1
1
1
√
II
1
1
1
1
1
1
√
Kegiatan
Marketing
Output
Ket
Table 4.37. Kriteria Keinginan Mudah (60)
Berkembang (40)
Berkelanjutan (20)
I
6 x 60 =360
5x 40 = 200
6 x 20 = 120
680
II
6 x 60 = 360
6 x 40 = 240
6 x 20 = 120
720
46
Jadi, dari kedua kegiatan kelompok kami sepakat dengan kegiatan yang pertama yaitu penyuluhan tentang faktor-faktor yang mengakibatkan penyakit ISPA.
47
Plan of Action Tabel 4.38. Kegiatan Penyuluhan tentang faktor-faktor yang mengakibatkan penyakit ISPA
No 1
2
3
What (Uraian)
Kegiatan Persiapan (Perencanaan)
Pelaksanaan
Pengawasan Pengendalian Penilaian
Who (Pelaksana)
1.
Pembuatan surat izin kegiatan kepada ketua Mahasiswa RW, RT dan Kepala sekolah Sekolah Dasar kepaniteraan untuk kesepakatan waktu dan tempat. klinik Ilmu 2. Persiapan materi penyuluhan tentang ISPA Kesehatan mengenai gejala dan pencegahan. Masyarakat FK 3. Mempersiapkan leaflet tentang ISPA. Unimus 4. Persiapan bahan kuesioner pre dan postest. (pemegang 5. Persiapan doorprize untuk warga. program). 1. Perizinan kepada RT, RW, dan Kepala Mahasiswa sekolah Sekolah Dasar. kepaniteraan 2. Pemberian penyuluhan kesehatan tentang klinik Ilmu ISPA. Kesehatan 3. Pemberian pertanyaan pada warga dengan Masyarakat FK menggunakan kuesioner. Unimus 4. Pembagian leaflet tentang ISPA. (pemegang program) Dengan sasaran ibu PKK dan anak SD kelas 3 dan 4 Evaluasi langsung oleh DPL dan evaluasi hasil Dokter kegiatan. pembimbing lapangan (DPL)
48
When (Waktu) Sabtu, 7-9-2013
How Much (Biaya)
Where (Tempat) Labkesmas UNIMUS Wonolopo -
Minggu, 8-9-2013, pukul 16.00 18.00 WIB
Rumah warga RT III RW III Kelurahan Mijen
Iuran mahasiswa
Rabu, 10 September 2013 pukul 08.30 – 09.30
Minggu, 8-09-13 Jam 07.00
Lokasi kegiatan LKMM Kampus
-
49
E. Intervensi Kegiatan Pengambilan keputusan untuk pelaksanaan kegiatan intervensi apa saja yang akan dilakukan didasarkan pada hasil Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) yang merupakan hasil diskusi dan kesepakatan warga tentang kegiatan sesuai dengan yang mereka butuhkan. Mengingat yang hadir dalam MMD tidak memenuhi forum maka, dilakukan konfirmasi ulang ke ketua RW, ketua RT 1 dan RT 3 serta kepala sekolah. Berikut adalah hasil kesepakatan MMD dari program-program yang diusulkan 1. Penyuluhan tentang penyakit ISPA dan faktor risiko kejadian ISPA terkait dengan hasil survei yang dilakukan kepada ibu PKK warga RT 1 dan RT 3 RW III Kelurahan Mijen bertempat di rumah warga RT 3 pukul 16.0018.00 WIB 2. Penyuluhan kepada anak-anak mengenai penyakit ISPA yang dilakukan pada hari Rabu 10 September 2013 pukul 08.30 – 09.30 WIB. Kegiatan pertama dilaksanakan pada hari minggu, 8 September 2013 pukul 16.00 WIB sampai dengan selesai. Jumlah warga yang hadir sebanyak 21 orang. Adapun susunan acara terdiri dari pembukaan oleh ketua kelompok, perkenalan mahasiswa, pengisian pretest oleh ibu-ibu yang hadir, penyuluhan, tanya jawab, post test dan penutup. Pada sesi pretest diberikan 11 (sebelas) pertanyaan pada peserta, meliputi pengertian ISPA, penularan ISPA, gejala ISPA dan faktor risiko kejadian ISPA. Pertanyaan berupa checklist ya atau tidak. Sebanyak 21 warga yang hadir mengisi lembar pretest tersebut. Hasil dari pretest, dikategorikan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu pengetahuan kurang, sedang dan baik. Pengetahuan kurang apabila 40% pertanyaan dijawab dengan benar atau kurang d ari 5 (lima) pertanyaan dijawab benar. Pengetahuan sedang apabila 40-75% pertanyaan dijawab dengan benar atau 6-8 pertanyaan dijawab dengan benar. Pengetahuan baik apabila 75% pertanyaan dijawab dengan benar atau lebih dari 9 pertanyaan dijawab dengan 50
benar. Hasil pretest yang dilakukan oleh 21 warga tersebut tampak pada tabel di bawah ini: Tabel. 4.39. Hasil Pretest RW III No 1 2 3
Kategori Pengetahuan Kurang Sedang Baik Total
Jumlah 12 9 0 21
Persentase (%) 57,1 42,9 0 100
Sumber : pretest mengenai ISPA pada ibu PKK RT 1 dan RT 3 RW III
Berdasarkan hasil pretest didapatkan 12 orang (57,1%) termasuk dalam kategori pengetahuan kurang dan tidak ada ibu yang memiliki pengetahuan baik. Rata-rata responden yang mengisi lembar pretest menjawab sebanyak 5 pertanyaan benar. Sebanyak 18 orang menjawab salah pada pertanyaan ke-2 mengenai penularan ISPA (85,7%). Sebanyak 17 orang menjawab salah pada pertanyaan ke-4 yaitu kejadian ISPA paling banyak terjadi pada anak-anak (81%). Sebanyak 16 orang menjawab salah pada pertanyaan mengenai perilaku membuka jendela (76,2%). Adapun materi yang disampaikan dalam penyuluhan meliputi definisi, gejala dan tanda, penularan, faktor risiko, pencegahan, pengobatan dan komplikasi ISPA. Penyuluhan disajikan dalam bentuk paparan dan video mengenai rumah sehat. Sesi tanya jawab dan pembagian leaflet dilakukan setelah penyuluhan diberikan dan berlangsung selama 20 menit. Sesi postest terdiri dari 11 (sebelas) pertanyaan yang sama dengan pertanyaan pretest. Tabel.4.40. Hasil Postest RW III No 1 2 3
Kategori Pengetahuan Kurang Sedang Baik Total
Jumlah 0 1 20 21
Persentase (%) 0 4,8 95,2 100
Sumber : pretest mengenai ISPA pada ibu PKK RT 1 dan RT 3 RW III
51
Berdasarkan hasil postest didapatkan 20 orang (95,2%) termasuk dalam pengetahuan baik dan tidak ada ibu yang memiliki pengetahuan kurang mengenai ISPA setelah dilakukan penyuluhan. Rata-rata ibu yang mengisi lembar postest menjawab sebanyak 10 pertanyaan benar. Kemudian dari data yang didapatkan dilakukan analisis. Hambatan pada kegiatan ini adalah banyaknya warga yang datang tidak tepat waktu sehingga kegiatan penyuluhan mengalami keterlambatan. Kegiatan kedua dilakukan di SD Negeri 02 Jatibarang yang terletak di Jalan Sidodadi Jatibarang. Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 11 September 2013, pukul 08.30 WIB sampai dengan selesai. Sasaran kegiatan adalah murid kelas 3 (tiga) dan 4 (empat), sejumlah 56 murid. Murid kelas 3 (tiga) sebanyak 30 murid dan kelas 4 (empat) sebanyak 26 murid. Susunan acara terdiri dari pembukaan, perkenalan, kegiatan penyuluhan, permainan tanya jawab dan penutup. Penyuluhan dilakukan dengan media presentasi berupa slide presentasi, didalamnya dijelaskan mengenai gejala dan pencegahan ISPA dan ditampilkan gambar yang menarik. Penyuluhan diselingi dengan permainan tanya jawab yang dikemas secara menarik. Kegiatan berlangsung selama 60 menit dan berjalan dengan lancar. Materi yang disampaikan dalam penyuluhan meliputi gejala dan tanda, penularan, pencegahan dan makanan bergizi. Hambatan dari kegiatan penyuluhan ini adalah adanya keterbatasan waktu dikarenakan kegiatan penyuluhan dilakukan saat waktu istirahat saja agar tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar. F. Evaluasi Hasil Kegiatan Evaluasi kegiatan penyuluhan ibu-ibu PKK RW III Kelurahan Mijen. Pada saat pre-test didapatkan sebanyak 12 orang (57,1%) dikategorikan menjadi pengetahuan kurang dan tidak ada satupun yang berpengetahuan baik. Setelah memberikan penyuluhan, dilaksanakan post-test dengan pertanyaan yang sama, sebanyak 20 orang (95,2%) dikategorikan berpengetahuan baik.
52
Indikator keberhasilan penyuluhan adanya peningkatan pengetahuan sebelum dan setelah penyuluhan dilihat dari jumlah pertanyaan yang dijawab benar. Evaluasi kegiatan penyuluhan di SD Negeri 02 Jatibarang kelas tiga dan empat. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan berlangsung baik, terlihat bahwa murid SD kelas 3 dan 4 mengikuti permainan dengan antusias. Peserta diajarkan pentingnya mencegah penularan ISPA. Saat dilakukan penyuluhan banyak siswa yang antusias, hal tersebut tampak pada saat sesi tanya jawab dimana siswa dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh penyuluh. Kegiatan berlangsung baik, peserta yang datang antusias, guru dan sejawat dokter muda FK UNIMUS ikut membantu dalam pelaksanaan penyuluhan.
53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil survei, masalah kesehatan yang ditemukan di RT. 1 dan RT. 3 RW III adalah sebagai berikut: ISPA, Diare, Ca mamae, dan sinusitis. Berdasarkan analisis dengan menggunakan Hanlon Kualitatif dengan menggunakan kriteria urgency, seriousness, dan growth didapatkan prioritas masalah yang akan dipecahkan adalah ISPA. Dari hasil analisis penyebab masalah melalui pendekatan HL Blum dan dengan menggunakan statistik didapatkan penyebab masalah dari masingmasing prioritas masalah kesehatan berdasarkan faktor perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan kependudukan/keturunan. Prioritas
masalah
kemudian dimusyawarahkan dalam Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) dan dibuat Plan of Action dari hasil Musyawarah Masyarakat Desa (MMD). Untuk mengatasi penyebab masalah di atas, alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan penyuluhan mengenai ISPA dan faktor risikonya di RT 1 dan RT 3 RW III Kelurahan Mijen 2. Kegiatan penyuluhan mengenai ISPA di SD Negeri 02 Jatibarang Kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan yaitu mengetahui dan menyelesaikan permasalahan – permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat RT. 1 dan RT. 3 RW III Kelurahan Mijen. B. Saran Untuk mengatasi masalah kesehatan di atas, kami menyarankan hal-hal sebagai berikut : 1. Kepada Ketua RW, Ketua RT, dan Tokoh Masyarakat : - Agar berperan serta dalam memotivasi, membina, dan menggerakan masyarakat dalam upaya meningkatkan kebersihan lingkungan rumah.
54
- Perlu dilakukan tindak lanjut pelaksanaan kegiatan intervensi mahasiswa karena kesehatan lingkungan dan perilaku hidup sehat merupakan beberapa faktor yang sangat penting dalam upaya pencegahan penyakit terutama ISPA 2. Masyarakat RT 1 dan RT 3 RW III - Agar berperan serta dalam mengikuti kegiatan dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat 3. Peneliti selanjutnya -
Agar dapat menggali serta menyelesaikan lebih banyak masalah yang muncul pada prioritas masalah dengan cara mempersiapkan sumber daya yang lebih optimal.
-
Perbaikan kuesioner dalam hal pelayanan kesehatan, perilaku pengobatan karekateristik
secara
dini
penghasilan
merokok.
55
penyakit keluarga,
ISPA, dan
kepadatan
hunian,
klasifikasi
perilaku
DAFTAR PUSTAKA 1. Kemenkes RI. 2010. Visi dan Misi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2010-2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik IndonesiaI. Available from: www.depkes.go.id/index.php/profil/visi-misi.html (31 Agustus 2013).
2. Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Standar kompetensi dokter. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia Available from: http://inamc.or.id/download/Standar%20Kompetensi%20Dokter.pdf (31 Agustus 2013).
3. Dinkes Jateng. 2010. Pembangunan Kesehatan Diarahkan Pada Upaya Promotif dan Preventif. Available from : http://www.dinkesjatengprov.go.id (31 Agustus 2013)
4. Kementrian RI. 2003. Kepmenkes RI no. 128/Menkes/SK/II/2004. Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan. Jakarta : kepmenkes.
5. Suhandayani, I. 2007. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di Puskesmas Pati I Kabupaten Pati Tahun 2006. Semarang : Skripsi Tidak dipublikasikan
6. Nelson. 2003. Ilmu kesehatan anak . Jak arta: EGC
7. Lamsidi, A. 2003. Hubungan Kondisi Kesehatan Lingkungan Pemondokan Dengan Kejadian ISPA di Pondok Pesantren Sabilal Muhtadin Desa Jaya Karet Kecamatan Mentaya Hilir Selatan Propinsi Kalimantan Tengah. Semarang : Skripsi tidak dipublikasikan
8. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta
9. Depkes RI. 2002. Pedoman Pemberantasan Penyalit Saluran Pernafasan Akut . Jakarta : Departemen Kesehatan RI
10. Sastroasmoro S, Ismael S.2008. Dalam: Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto.
56
Kuesioner pengetahuan ISPA NAMA : USIA : RT/RW : NO PERNYATAAN YA 1. ISPA adalah suatu penyakit yang menyerang saluran pernafasan dikarenakan virus maupun bakteri 2. ISPA dapat ditularkan lewat udara dan percikan ludah 3. Salah satu gejala dari penyakit ISPA yaitu batuk pilek 4. ISPA sering menyerang anak-anak 5. Lingkungan rumah yang tdak bersih merupakan salah satu faktor risiko terjadinya ISPA 6. Membersihkan rumah secara teratur adalah salah satu cara untuk menurunkan faktor risiko terjdinya ISPA 7. Membakar sampah merupakan cara pencegahan penyakit ISPA 8. Menutup mulut saat btuk dan bersih merupakan cara untuk mencegah penularan ISPA 9. Membiarkan jendela tertutup sepanjang hari merupakan cara pencegahan penyakit ISPA 10. Semakin banyak jumlah rokok yang dihisap oleh keluarga dirumah semakin besar memberikan resiko terhadap kejadian ISPA 11. Cukupnya cahaya matahari yang masuk ke dalam kamar dapat menurunkan risiko kejadian ISPA
57
TIDAK
SCORE
FORM SURVEI KESEHATAN MASYARAKAT Identitas Responden Nomor identitas (kode) 1 2 3 11 12 13 21 22 23 31 32 33 Nama Responden RT/RW Kelurahan Nama pelaksana survei
: 4 14 24 34
5 15 25 35
6 16 26 36
7 17 27 37
8 18 28 38
9 19 29 39
10 20 30 40
: : : Mijen :
I. KEPENDUDUKAN Daftar nama anggota keluarga yang tinggal, berdasarkan lamanya tinggal (selama enam bulan terakhir) No Nama KK & Anggota Keluarga L/P Umur Pendidikan Pekerjaan
Jenis kelamin 1. Laki-laki 1 2 2. Perempuan Pendidikan 1. tidak sekolah 2. belum sekolah 3. tidak lulus SD 4. lulus 1 2 3 4 5. lulus 6. lulus SLTA 7. lulus D3/S1 Pekerjaan : 1. petani 2. swasta 1 2 3 3. buruh 4. PNS 5. Ibu rumah tangga Jumlah rata- rata penghasilan dalam 1 bulan : 1. < 1.000.000 1 2 2. > 1.000.000 II. a. 1. 2. 3. 4. 5. b. 1. 2.
STATUS KESEHATAN Penyakit yang pernah diderita ISPA Diare 1 2 DBD Tiphoid TB Jumlah penderita dalam 1 rumah: <2 1
≥2
5
6
4
7
5
: 3
4
2
58
5
SD SLTP
c.
III. 1.
Diderita pada usia : a. Balita ≤ 5 tahun b. Anak (6-21 tahun) c. Dewasa ( > 21 tahun)
1
2
PENGETAHUAN Pengetahuan ISPA No. Pernyataan 1. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit yang disebabkan oleh suatu virus 2. ISPA merupakan penyakit yang berlangsung lama karena dapat menyebabkan keparahan 3. ISPA dapat menyerang karena lingkungan sekitar rumah yang bersih 4.
1
Pengetahuan diare No. Pernyataan 1. Diare adalah penyakit yang parah karena menyerang segala umur dan berakibat fatal pada tubuh 2. Diare merupakan penyakit yang parah karena dapat berlangsung lama 3. Diare dapat mengakibatkan kekurangan cairan 4. Diare dapat disertai darah saat buang air besar 5. Diare dapat menyebabkan pingsan
Benar (2)
Salah (1)
2
Pengetahuan Demam Typhoid No. Pernyataan 1. Typhoid adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman 2. Typhoid merupakan penyakit yang menyerang system pencernaan 3. Typhoid ditandai dengan adanya deman terutama pada malam hari 4. Pada typhoid terdapat gangguan pencernaan misalnya diare atau sembelit 1
4.
Salah (1)
2
1 3.
Benar (2)
Bila tidak diobati secara cepat ISPA dapat menimbulkan kematian ISPA mudah menyerang karena menular lewat udara
5.
2.
3
Benar(2)
Salah (1)
Benar (2)
Salah (1)
2
Pengetahuan TB No Peryataan 1. Penyakit Tuberkulosis Paru adalah batuk berdahak bercampur darah 2. Penyebab penyakit Tuberkulosis Paru adalah kuman atau bakteri 3. Penyakit Tuberkulosis Paru dapat menular kepada anggota keluarga lain
59
4.
Penyakit Tuberculosis ditandai dengan batuk berdahak lebih dari 3 (tiga) minggu ,bercampur darah, sesak napas, rasa nyeri dada, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan turun, berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan dan demam lebih dari sebulan Penularan Tuberkulosis Paru melalui udara
5. 1 5.
2
Pengetahuan DBD No 1. 2.
3. 4. 5.
Pertanyaan
Penyebab penyakit demam berdarah adalah virus dengue Gejala dan tanda-tanda orang yang menderita penyakit demam berdarah dengue : Demam mendadak, mendadak, Sakit kepala, Nyeri sendi / tulang / otot, Nyeri ulu hati, Perdarahan berupa : bintik bintik merah di kulit, perdarahan gusi / hidung, batuk batuk darah, berak darah, dan lain-lain. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang berbahaya Penyakit demam berdarah dengue dapat menyebabkan kematian Penyebaran penyakit demam berdarah dengue melalui gigitan nyamuk yang sebelumnya telah menggigit penderita demam berdarah dengue
1 IV.
a. 1.
2.
b. 1.
2.
3.
Benar (2)
2
PERILAKU KESEHATAN Sarana Air Bersih dan Air Minum Anggota keluarga mengkonsumsi air minum bersumber dari: a. air PDAM (1) b. air sumur (2) c. air sungai (3) d. air minum dalam kemasan (4) 1 2 3 4 Apakah untuk keluarga selalu disediakan air minum yang sudah dimasak? a. ya (2) b. tidak (1) 1 2 Kebiasaan buang air besar Apakah keluarga mempunyai jamban? a. ya (2) b. tidak (1) 1 2 Apakah Jenis Jamban di rumah : a. leher angsa (2) b. wc cemplung (1) 1 2 Apakah SELURUH anggota keluarga BAB BAB di jamban/WC? a. ya (2) b. tidak (1) 1 2
60
Salah (1)
4. Apakah keluarga menyediakan air dan sabun dekat dengan tempat pembuangan tinja? a. ya (2) b. tidak (1) 1
2
c.
Kebiasaan mencuci tangan 1. Apakah anggota keluarga mencuci tangan memakai sabun sebelum makan? a. ya (2) b. tidak (1) 1 2 2. Apakah keluarga selalu mencuci tangan memakai sabun setelah buang air besar? a. ya (2) b. tidak (1) 1 2
d. Kebiasaan diri 1. Apakah anggota keluarga menutup mulut ketika batuk ? a. ya (2) b. tidak (1) 1 2 2. Apakah anggota keluarga suka membuang ludah sembarangan? a. ya (2) b. tidak (1) 1 2 3. Apakah anggota keluarga mempunyai kebiasaan menggantung pakaian ? a. Ya (2) b. Tidak (1) 1 2 e. Kebiasaan membersihkan rumah 1. Dalam sehari berapa kali membersihkan rumah ? a. Tidak teratur (1) b. 1 kali (2) c. 2 kali (3) d. 3 kali lebih (4) 1 2 3 4 2. Dalam membersihkan tempat penampungan air (bak mandi, tempayan dll) a. Tidak teratur (1) b. Sebulan sekali (2) c. Seminggu dua kali (3) d. Seminggu sekali (4) e. Tiap hari (5) 1 2 3 4 5 3. Apakah keluarga biasa membuka jendela setiap hari a. ya (2) b. tidak (1) 1 2 f. Kebiasaan merokok 1. Apakah ada anggota keluarga yang merokok? a. ya (2) b. tidak (1) 1 2
61
V. LINGKUNGAN Pembuangan kotoran (BAB) 1. Ada (memenuhi syarat) 2. Ada (tidak memenuhi syarat) 3. Tidak ada Penyediaan air bersih 1. Ada (memenuhi syarat) 2. Ada (tidak memenuhi syarat) 3. Tidak ada Pembuangan sampah 1. Ada (memenuhi syarat) 2. Ada (tidak memenuhi syarat) 3. Tidak ada Pe mbuangan air limbah 1. Ada (memenuhi syarat) 2. Ada (tidak memenuhi syarat) 3. Tidak ada Jendela 1. Ada (memenuhi syarat) 2. Ada (tidak memenuhi syarat) 3. Tidak ada Lubang asap dapur 1. Ada (memenuhi syarat) 2. Ada (tidak memenuhi syarat) 3. Tidak ada Ruang tidur 1. Ada (memenuhi syarat) 2. Ada (tidak memenuhi syarat) 3. Tidak ada Jumlah Kualitas Lingkungan Bebas jentik 1. Ya
2. Tidak Bebas tikus 1. Ya 2. Tidak Bebas lalat 1. Ya 2.
Tidak
Skor 2 1
Ada sarana, mudah disiram, bersih, menggunakan leher angsa atau bentuk cemplung dengan tutup, sehingga kecoa dan lalat dapat masuk Tidak memenuhi salah satu kreteria tsb. diatas
0
Ada sumber air yang terlindung d ari pencemaran, bersih, cukup untuk memenuhi kebutuhan minum, masak, mandi dan cuci Tidak memenuhi salah satu kreteria tsb. diatas
2 1
Ada tempat/lubang sampah yang cukup menampung sampah rumah tangga keluarga yang bersangkutan, dibakar/ditimbun secara teratur sehingga tidak menjadi sarang nyamuk, lalat dan tikus Tidak memenuhi salah satu kreteria tsb. diatas
2 1
Ada penampungan air limbah dan tertutup s ehingga tidak ada genangan air limbah di halaman Tidak memenuhi salah satu kreteria tsb. diatas
2 1
0
0
0 Ada jendela diruangan tamu dan tempat tidur, jendela apat dibuka dan tutup, luasnya 1/10 (10%) luas lantai bangunan. Tidak memenuhi salah satu kreteria tsb. diatas
2 1
Ada konstruksi untuk pengeluaran asap dapur, asap dapur dapat keluar dari rungan bila sedang dipakai memasak dan tidak mengganggu penglihatan Tidak memenuhi salah satu kreteria tsb. diatas
2 1
0
0 Ada ruangan tidur, terang pada siang hari, tidak lembab baik lantai maupun dinding
2 1
Tidak memenuhi salah satu kreteria tsb. diatas
0
Tidak ditmukan jentik nyamuk pada tempat penampungan air baik didalam rumah maupun diluar rumah Tidak memenuhi ketentuan seperti tsb.diatas
Skor 1
0
Tidak ditemukan tikus dan j ejaknya baik didalam maupn diluar Tidak memenuhi ketentuan seperti tsb.diatas
1
Ditemukan sedikit (satu/dua) lalat didapur dan sektarnya Tidak memenuhi ketentuan seperti tsb.diatas
1
62
0
0
Pekarangan bersih 1. Ya 2. Tidak Pekarangan dimanfaatkan 1. Ya
2. Tidak Kandang terpisah dan bersih 1. Ya
2. Tidak Jumlah < 18 (1)
Kaadaan pekarangan bersih baik dari sampah maupun kotoran hewan ternak dan tertata rapi Tidak memenuhi ketentuan seperti tsb.diatas
1
Pekarangan dimanfaatkan untuk tumbhan pelindung, tanaman obat keluarga, sayuran dan sejenisnya. Tidak memenuhi ketentuan seperti tsb.diatas
1
Bangungan kandang hewan ternak tersendiri, tidak menjadi satu dengan rumah induk, keadaan bersih terawat dan tertata dengan rapi. Tidak memenuhi ketentuan seperti tsb.diatas
1
≥ 18 (2)
Layak Sehat (2) Tidak layak sehat (1)
63
0
0
0
DAFTAR HADIR PENYULUHAN ISPA DI RT 1 DAN RT 3 RW III KELURAHAN MIJEN No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Nama Anik M Anik P Subiyah Supiah Sujilah Karsimah Supiyati Masitun Ruyami Ponirah Muntayah Painah Tri Farida Titik Aryati Rukanah Solekah Junari Erlina Jiyarti
64
DAFTAR HADIR KEGIATAN PENYULUHAN ISPA DAN PHBS DI SD NEGERI 02 JATIBARANG (11 SEPTEMBER 2013) Kelas III NO. 1 Muchammad R 2 Tri Mu’liman 3 Abdul Rochim 4 Deshinta Risty 5 Alyafira Salsabila P 6 Andi Priyadi 7 Arinvia Hastaria 8 Aufa Hilmi 9 Bagus Irawan 10 Cici Rahmadani 11 Cindi Putri 12 Djemric 13 Feby Nur 14 Ferdian Bagus 15 Frengky Putra 16 Isti Aminaroh 17 Ndaru Tri 18 Nonny R 19 Reva Asti Ananda 20 Trima Mulya 21 Unggul Wicaksono 22 David Romadon 23 Tema Alviyanina 24 Salsa Nadia Putri 25 M. Nur Alfath 26 Denis Attarik Kelas IV No 1 Dwi Pandu S 2 Ali dwi R 3 Adietya Hendry 4 Adkhanaya M 5 Arya Rifqi 6 Ayu Eva 7 Dendi Trio 8 Devano Ibnu 9 Dimas Dwi P 10 Dipto Rama 11 Dwi Kurnia I
NAMA MURID
Nama Murid
65
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30.
Fadhilia R Ferissa Aulia Fina Wahyu Galih Fahrian Hansen Satria Heru Priyono Ida Nur Aini Ilham Ragil Jasmine R Putri Eka Patrisia D Rama Aji Rendi Dwi Shinta Libia Tania Amelia Tirta Buana Tri Mulyani Viki Hari Eka Risma
66
LAMPIRAN
Kegiatan survei kesehatan masyarakat di RT 1 dan RT 3 RW III Kelurahan Mijen
Kegiatan MMD (Musyawarah Masyarakat Desa) di Labkesmas Wonolopo
67
Penyambutan Dokter Muda UNIMUS oleh Kepala Sekolah SD Ne geri 02 Jatibarang
Penyampaian materi penyuluhan ISPA di SD Negeri 02 Jatibarang
68