BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG
Daerah pegunungan Selatan pulau Jawa adalah suatu fenomena geologi yang sangat menarik untuk diteliti. Di lokasi perbukitan Jiwo, pegunungan Selatan bagian Barat banyak tersingkap batuan-batuan dari formasi yang terbentuk di masa lampau, termasuk batuan metamorf yang merupakan batuan tertua di pulau Jawa sebagai batuan dasar (basement rock) dari pulau Jawa. Oleh karena itu para peneliti geologi termasuk praktikan Geologi Struktur dari program studi Geofisika UGM yang dipandu oleh asisten dan dosen dari program studi Tenik Geologi UGM melakukan penelitian guna memperkenalkan lithologi, struktur geologi di lapangan serta sejarah t erbentuknya. erbentuknya. I.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Field Trip Geologi Struktur di Pegunungan Bayat dimaksudkan untuk memperkenalkan kepada praktikan mengenai berbagai fenomena struktur geologi seperti
lipatan,
sesar,
kekar,
gores-garis
dan
struktur-struktur
lainnya.
Tujuan dari kegiatan fieldtrip geologi struktur ini adalah praktikan mampu mengukur mengukur arah dan besar sudut pada suatu kekar baik kekar berapasangan maupun tidak dan sesar serta menentukan jenisnya, mampu mengukur mengukur arah dan besar sudut suatu lipatan serta menentukan jenisnya, mampu mendeskripsikan batuan sehingga dapat menentukan urutan umur lapisan batuan, mampu menentukan arah pergerakan sesar sehingga dapat ditentukan jenisnya, mampu merekonstruksi dan menganalisa suatu kekar, sesar, dan lipatan sehingga dapat ditentukan arah gaya, jenis, dan proses terbentuknya. I.3 WAKTU DAN TE MPAT
K egiatan egiatan Fieldtrip ini dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 11 desember 2010 yang bertempat di 3 lokasi pengamatan di kecamatan Bayat, kabupaten K laten, laten, propinsi Jawa Tengah. Lokasi Stasiun pengamatan 1 berada di desa Semen dekat dengan perbatasan antara kecamatan Bayat, 1|P a ge
K laten laten dengan
kabupaten Gunungkidul DIY. Lokasi Stasiun pengamatan 2 di situs Jokotuo, desa Gununggajah dan lokasi tasiun pengamatan 3 berada di gunung K ampak, ampak, desa Modjopereng. I.4 ALAT YANG DIGUNAKAN
Dalam kegiatan fieldtrip kegiatan fieldtrip ini digunakan peralatan-peralatan tertentu untuk menunjang aktivitas di lapangan. Peralatan-peralatan Peralatan-peralatan yang digunaka n antara lain : 1.
Peta topografi, digunakan untuk menentukan lokasi dan untuk mengetahui keadaan topografi lapangan.
2.
K ompas ompas geologi, digunakan untuk menentukan arah mata angin, mengetahui posisi pada peta, menentukan arah jurus lapisan batuan (strike), dan derajat kemiringan (dip).
3.
Palu geologi, terdiri dari dua mata palu, yaitu : a. Bagian runcing yang berfungsi untuk pengambilan sampel dengan cara mencongkel. b. Bagian tumpul yang berfungsi untuk pengambilan sampel dengan cara memecahnya
4.
Lup, digunakan untuk melihat objek yang secara makroskopis sukar dilihat atau dideskripsi, terutama yang menyangkut mineral penyusun batuan.
5.
Larutan HCl, digunakan untuk mengetahui kandungan mineral karbonat (CaCO3) pada batuan yang diamati dengan cara meneteskannya pada batuan tersebut.
6.
K antong antong plastik sampel, digunakan untuk menyimpan sampel batuan.
7.
K amera amera digital, digunakan untuk mendokumentasikan batuan dan keadaan geologi di lapangan.
8.
ertas HVS dan clip board untuk mencatat (mengambil data) hasil K ertas pengamatan di lapangan.
9.
Alat tulis lengkap (pensil, bollpoint, busur derajat, karet penghapus, penggaris segitiga, dan pensil warna) merupakan kelengkapan alat untuk memperoleh data.
10.
Pakaian, tas, sepatu, dan topi la pangan. pangan.
11.
Mantel.
2|Page
BAB II GEOLOGI REGIONAL II.1
GEOMORFOLOGI REGIONAL
Perbukitan Jiwo merupakan inlier dari inlier dari batuan Pre-Tertiary batuan Pre-Tertiary dan Tertiary di sekitar endapan Quartenary, Quartenary, terutama terdiri dari endapan fluvio-vol endapan fluvio-vol canic anic yang berasal dari G. Merapi. Elevasi tertinggi dari puncak-puncak yang ada tidak lebih dari 400 m di atas muka air laut, sehingga perbukitan tersebut merupakan suatu perbukitan rendah. Perbukitan Jiwo dibagi menjadi dua wilayah yaitu Jiwo Barat dan Jiwo Timur yang keduanya dipisahkan oleh Sungai Dengkeng secara antec antecedent . Sungai Dengkeng sendiri mengalir mengitari komplek Jiwo Barat, semula mengalir ke arah South-Southwest , berbelok ke arah East kemudian ke North memotong perbukitan dan selanjutnya mengalir ke arah Northeast . Sungai Dengkeng ini merupakan pengering utama dari dataran rendah di sekitar Perbukitan Jiwo.Gambar 4.2. Pembagian fisiografi daerah Bayat di mana Perbukitan Jiwo Barat dan Timur Ti mur dipisahkan oleh Sungai Dengkeng Dataran rendah ini semula merupakan rawa-rawa yang luas akibat air yang mengalir dari lembah G. Merapi tertahan oleh Pegunungan Selatan. Genangan air ini, di utara Perbukitan Jiwo mengendapkan pasir yang berasal dari lahar. Sedangkan di selatan atau pada bagian lekukan antarbukit di Perbukitan Jiwo merupakan endapan air tenang yang ya ng berupa lempung hitam, suatu sedimen Merapi yang subur ini dikeringkan (direklamasi) oleh pemerintah K olonial olonial Belanda untuk dijadikan daerah perkebunan. Reklamasi ini dilakukan degan cara membuat saluran-saluran yang ditanggul cukup tinggi sehingga air yang datang dari arah G. Merapi akan tertampung di sungai sedangkan daerah dataran rendahnya yang semula berupa rawa-rawa berubah menjadi tanah kering yang digunakan untuk perkebunan. Sebagian dari rawayang semula luas itu disisakan di daerah yang dikelilingi Puncak Sari, Tugu, dan K ampak ampak di Jiwo Barat, dikenal sebagai Rawa
3|Page
Jombor. Rawa yang disisakan itu berfungsi berfungsi sebagai tendon untuk keperluan irigasi darah perkebunan di dataran sebelah utara Perbukitan Jiwo Timur. Untuk mengalirakan air dari rawara wa-rawa rawa tersebut, dibuat saluran buatan dari sudut Southwest rawa-rawa menembus perbukitan batuan metamorfik di G. Pegat mengalir ke timur melewati Desa Sedan dan memotong Sungai Dengkeng lewat aqueduct di sebelah seatan Jotangan Jota ngan menerus ke arah timur. Daerah perbukitan yang tersusun oleh batugamping menunjukkan perbukitan memanjang dengan punggung yang tumpul sehingga kenampakan punca-puncak tidak begitu nyata. Tebing-tebing perbukitannya tidak terlalu terbiku sehingga alur-alurnya tidak banyak dijumpai (Perbukitan Bawak-Temas di Jiwo Timur dan Tugu-K Tugu- K ampak ampak di Jiwo Barat). Untuk daerah yang tersusun oleh batuan metamorfik perbukitannya menunjukkan relief yang lebih nyata dengan tebing-tebing yang terbiku kuat. K uatnya uatnya hasil penorehan tersebut menghasilkan akumulasi endapan hasil erosi di kaki perbukitan ini yang dikenal sebagai colluvial . Puncak-puncak perbukitan yang tersusun dari batuan metamorfik terlihat menonjol dan beberapa diantaranya cenderung berbentuk kerucut seperti puncak Jabalkat dan puncak Semanggu. Daerah degan relief kuat ini dijumpai daerah Jiwo Timur mulai dari puncak K onang onang kea rah timur hingga puncak Semanggu dan Jokotuo. Daerah di sekitar puncak Pendul merupakan satu-satunya satu-satunya tubuh bukit yang seluruhnya tersusun oleh batuan beku. K ondisi ondisi morfologinya cukup kasar mirip perbukitan metamorfik namun relief yang ditunjukkan puncaknya puncaknya tidak sekuat perbukitan metamorfik. Daerah Jiwo Barat
Jiwo Barat terdiri dari deretan perbukitan G. K ampak, ampak, G. Tugu, G. Sari, G. K ebo, ebo, G. Merak, G. Cakaran, dan G. Jabalkat. G. K ampak ampak dan G. Tugu memiliki litologi batugamping berlapis, putih kekuningan, kompak, tebal lapisan 20 ± 40 cm. Di daerah G. K ampak ampak batugamping tersebut sebagian besar merupakan suatu tubuh yang massif, menunjukkan adanya asosiasi dengan kompleks terumbu (reef ). ). Di antara G. Tugu dan G. Sari batugamping tersebut mengalami kontak langsung dengan dengan batuan metamorfik (mi (micca sc schist ). ). 4|Page
Daerah Jiwo Barat memiliki puncak-puncak bukit berarah utara-selatan yang diwakili diwakili oleh puncak puncak Jabalkat, K ebo, ebo, Merak, Cakaran, Budo, Sari, dan T ugu dengan di bagian paling utara membelok ke arah barat yaitu G. K ampak. ampak. Batuan metamorf di daerah ini mencakup daerah di sekitar G. Sari, G. K ebo, ebo, G. Merak, G. Cakaran, dan G. Jabalkat yang secara umum berupa sekis mika, filit, dan banyak mengandung mineral kuarsa. Di sekitar daerah G. Sari, G. K ebo, ebo, dan G. Merak pada sekis mika tersebut dijumpai bongkah-bongkah bongkah-bongkah andesit dan mikrodiorit. Zona-zona lapukannya berupa spheroidal weathering yang banyak dijumpai di tepi jalan desa. Batuan beku tersebut merupakan batuan terobosan yang mengenai tubuh sekis mika . singkapan yang baik dijumpai di dasar sungai-sungai kecil yang menunjukkan kekar kolom ( columnar joint ). ). Batuan metamorfik yang dijumpai juga berupa filit sekis klorit, sekis talk, terdapat mieral garnet, kuarsit serta marmer di sekitar G. Cakaran, dan G. Jabalkat. Sedangkan pada bagian puncak dari kedua bukit itumasih ditemukan bongkah-bongkah konglomerat kuarsa. Sedangkan di sebelah barat G. Cakaran pada area pedesaan di tepian Rawa Jombor masih dapat dapat ditemukan sisa-sisa sisa-sisa konglomerat kuarsa serta batupasir. Sampai saat ini batuan metamorfik tersebut ditafsirkan sebagai batuan berumur Pre-Tertiary, Pre-Tertiary, sedagkan batupasir dan konglomerat konglomerat dimasukkan ke dalam dala m Formasi Wungkal. Di daerah ini dijumpai dua inlier (isolated hill ) masing-masing di bukit Wungkal dan bukit Salam. Bukit Wungkal semakin lama semakin rendah akibat penggalian penduduk untuk mengambil batu a sah (batu wungkal) yang terdapat di bukit tersebut. Daerah Jiwo Timur
Daerah ini mencakup sebelah timur Sungai Dengkeng yang merupakan deretan perbukitan yang terdiri dari Gunung K onang, onang, Gunung Pendul, Gunung Semangu, Di lereng selatan Gunung Pendul hingga mencapai bagian puncak, terutama mulai dari sebelah utara Desa Dowo dijumpai batu pasir berlapis, kadang kala terdapat £ragmen sekis mika ada di dalamnya. Sedangkan di bagian timur
5|Page
Gunung Pendul tersingkap batu lempung abu-abu berlapis, keras, mengalami deformasi lokal secara kuat hingga terhancurkan. terhancurkan. Hubungan antar satuan batuan tersebut masih memberikan berbagai kemungkinan karena kontak antar satuan terkadang tertutup oleh koluvial di daerah dataran. K epastian epastian stratigrafis antar satuan batuan tersebut barn dapat diyakini jika telah ada pengukuran umur absolut. Walaupun demikian berbagai pendekatan penyelidikan serta rekontruksi stratigrafis telah banyak dilakukan oleh para ahli. Daerah perbukitan Jiwo Timur mempunyai puncak-puncak bukit berarah barat-timur yang diwakili oleh puncak-puncak K onang, onang, Pendul dan Temas, Gunung J okotuo dan Gunung T emas. Gunung K onang onang dan Gunung Semangu merupakan tubuh batuan sekismika, berfoliasi cukup baik, sedangkan Gunung Pendul merupakan tubuh intrusi mikrodiorit. Gunung Jokotuo merupakan batuan metasedimen (marmer) dimana pada tempat tersebut dijumpai tanda-tanda struktur pense saran. Sedangkan Gunung Temas merupakan tubuh batu gamping berlapis. Di sebelah utara Gunung Pendul dijumpai singkapan batu gampmg nummulites, berwarna abu-abu dan sangat kompak, disekitar batu gamping nummulites tersebut terdapat batu pasir berlapis. Penyebaran batugamping nummulites dijumpai secara setempat-setempat terutam di sekitar desa Padasan, dengan percabangan ke arah utara yang diwakili oleh puncak Jopkotuo dan Bawak. Di bagian utara dan tenggara Perbukitan Jiwo timur terdapat bukit terisolir yang menonjol dan dataran aluvial yang ada di sekitamya. Inlier (isolited hill) ini adalah bukit Jeto di utara dan bukit Lanang di tenggara. Bukit Jeto secara umum tersusun oleh batu gamping Neogen yang bertumpu secara tidak selaras di atas batuan metamorf, sedangkan bukit Lanang secara keseluruhan tersusun oleh batu gamping Neogen.
6|Page
II.2
STRATIGRAFI REGIONAL
Penamaan satuan litostratigrafi Pegunungan Selatan termasuk perbukitan Jiwo didalamnya telah banyak dikemukakan oleh beberapa peneliti. Urutan stratigrafi Pegunungan Selatan bagian barat telah diteliti antara lain oleh Bothe (1929), van Bemmelen (1949), Sumarso dan Ismoyowati (1975), Sartono (1964), Nahrowi, dkk (1978) dan Suyoto (1992) serta Wartono dan Surono dengan perubahan (1994). Tabel II.2.1. Tatanan Stratigrafi Pegunungan Selatan dari beberapa
penulis.
. Secara stratigrafi, urutan satuan batuan dari tua ke muda menurut penamaan litostratifrafi menurut Wartono dan Surono dengan perubahan (1994) adalah :
7|Page
1. Formasi Wungkal-Gamping Wungkal-Gamping Lokasi tipe formasi ini terletak di G. Wungkal dan G. Gamping, keduanya di Perbukitan Jiwo. Satuan batuan Tersier tertua di daerah Pegunungan Selatan ini di bagian bawah terdiri dari perselingan antara batupasir dan batulanau serta lensa batugamping. Pada bagian atas, satuan batuan ini berupa napal pasiran dan lensa batugamping. Formasi ini tersebar di Perbukitan Jiwo, antara lain di G. Wungkal, Desa Sekarbolo, Jiwo Barat, menpunyai ketebalan sekitar 120 meter. Sebagian dari satuan batuan ini semula merupakan endapan laut dangkal yang kaya akan fosil. K arena arena pengaruh gaya berat di lereng bawah laut, formasi ini kemudian meluncur ke bawah dan diendapkan kembali di laut dalam sehingga merupakan exotic exotic faunal assemblage (Rahardjo, 1980). 1980). Formasi ini tersebar luas di Perbukitan Jiwo dan K . Oyo di utara G. Gede, menindih secara tidak selaras batuan metamorf serta diterobos oleh Diorit Pendul dan di atasnya, secara tidak selaras, ditutupi oleh batuan sedimen klastika gunungapi (vol ( vol canic aniclastic lastic sediments) sediments) yang dikelompokkan ke dalam Formasi K ebo-Butak, ebo-Butak, mbipitu. Formasi Semilir, Formasi Nglanggran dan Formasi Sa mbipitu. 2. Formasi K ebo-Butak ebo-Butak Lokasi tipe formasi ini terletak di G. K ebo ebo dan G. Butak yang terletak di lereng dan kaki utara gawir Baturagung. Litologi penyusun formasi ini di bagian bawah berupa batupasir berlapis baik, batulanau, batulempung, serpih, tuf dan aglomerat. Bagian atasnya berupa perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan tipis tuf asam. Setempat di bagian tengahnya dijumpai retas lempeng andesit-basal dan di bagian atasnya ata snya dijumpai breksi andesit. andesit. Lingkungan Lingkungan pengendapannya adalah laut terbuka t erbuka yang dipengaruhi oleh arus turbid. Formasi ini tersebar di kaki utara Pegunungan Baturagung, sebelah selatan K laten laten dan diduga menindih secara tidak
8|Page
selaras Formasi Wungkal-Gamping serta tertindih selaras oleh Formasi Semilir. K etebalan etebalan dari formasi ini lebih dari 650 meter. 3. Formasi Semilir Formasi ini berlokasi tipe di G. Semilir, sebelah selatan K laten. laten. Litologi penyusunnya penyusunnya terdiri dari t uf, tuf lapili, lapili batuapung, breksi batuapung dan serpih. K omposisi omposisi tuf dan batuapung tersebut bervariasi dari andesit hingga dasit. Di bagian bawah satuan batuan ini, yaitu di K . Opak, Dusun Watuadeg, Desa Jogotirto, K ec. ec. Berbah, K ab. ab. Sleman, terdapat andesit basal sebagai aliran lava bantal. Penyebaran lateral Formasi Semilir ini memanjang dari ujung barat Pegunungan Selatan, yaitu di daerah Pleret-Imogiri, di sebelah barat G. Sudimoro, Piyungan-Prambanan, di bagian tengah pada G. Baturagung dan sekitarnya, hingga ujung timur pada tinggian G. Gajahmungkur, Wonogiri. K etebalan etebalan formasi ini diperkirakan lebih dar i 460 meter. Formasi Semilir ini menindih secara selaras Formasi K ebo-Butak, ebo-Butak, namun secara setempat tidak selaras (van Bemmelen, 1949). Formasi ini menjemari dengan Formasi Nglanggran dan Formasi Sambipitu, namun tertindih secara tidak selaras oleh Formasi Oyo (Surono, dkk., 1992). Dengan melimpahnya tuf dan batuapung dalam volume yang sangat besar, maka secara vulkanologi Formasi Semilir ini dihasilkan oleh letusan gunungapi yang sangat besar dan merusak, biasanya berasosiasi dengan pembentukan kaldera letusan. 4. Formasi Nglanggran Lokasi tipe formasi ini adalah di Desa Nglanggran di sebelah selatan Desa Semilir. Batuan penyusunnya terdiri dari breksi gunungapi, aglomerat, tuf dan aliran lava andesit-basal dan lava andesit. Breksi gunungapi dan aglomerat yang mendominasi formasi ini umumnya tidak berlapis. K epingannya epingannya terdiri dari andesit dan sedikit basal, berukuran 2 ± 50 cm. Di bagian tengah formasi ini, yaitu
9|Page
pada breksi gunungapi, ditemukan batugamping terumbu yang membentuk lensa atau berupa kepingan. Secara setempat, formasi ini disisipi oleh batupasir gunungapi epiklastika dan tuf yang berlapis baik. Formasi ini juga tersebar luas dan memanjang dari Parangtritis di sebelah barat hingga hingga tinggian G. Pa nggung di sebelah timur. K etebalan etebalan formasi ini di dekat Nglipar sekitar 530 meter. Formasi ini menjemari dengan Formasi Semilir dan Formasi Sambipitu dan secara tidak selaras ditindih oleh Formasi Oyo dan Formasi Wonosari. Dengan banyaknya fragmen andesit dan batuan beku luar berlubang serta mengalami oksidasi kuat berwarna merah bata maka diperkirakan lingkungan lingkungan asal batuan gunungapi ini adalah darat hingga laut dangkal. Sementara itu, dengan ditemukannya fragmen batugamping terumbu, maka lingkungan pengendapan Formasi Nglanggran ini diperkirakan di dalam laut. 5. Formasi Sambipitu Lokasi tipe formasi ini terletak di Desa Sambipitu pada jalan raya Yogyakarta-Patuk-Wonosari Yogyakarta-Patuk-Won osari kilometer 27,8. S Secara ecara lateral, penyebaran formasi ini sejajar di sebelah selatan Formasi Nglanggran, di kaki selatan Subzona Baturagung, namun menyempit dan kemudian menghilang di sebelah timur. K etebalan etebalan Formasi Sambipitu ini mencapai 230 meter. Batuan penyusun formasi ini di bagian bawah terdiri dari batupasir kasar, kemudian ke atas berangsur menjadi batupasir halus yang berselang-seling dengan serpih, batulanau dan batulempung. Pada bagian bawah kelompok batuan ini tidak mengandung bahan karbonat. Namun di bagian atasnya, terutama batupasir, mengandung bahan karbonat. Formasi Sambipitu mempunyai kedudukan menjemari dan selaras di atas Formasi Nglanggran.
10 | P a g e
6. Formasi Oyo Lokasi tipe formasi ini berada di K . Oyo. Batuan penyusunnya pada bagian bawah terdiri dari tuf dan napal tufan. Sedangkan ke atas secara berangsur dikuasai oleh batugamping berlapis dengan sisipan batulempung karbonatan. Batugamping berlapis tersebut umumnya kalkarenit,
namun
kadang-kadang
dijumpai
kalsirudit
yang
mengandung fragmen andesit membulat. Formasi Oyo tersebar luas di sepanjang K . Oyo. K etebalan etebalan formasi ini lebih dari 140 meter dan kedudukannya menindih secara tidak selaras di atas Formasi Semilir, Formasi Nglanggran dan Formasi Sambipitu serta menjemari dengan Formasi Oyo. Lingkungan pengendapannya pada laut dangkal (zona neritik) yang dipengaruhi kegiatan gunungapi. gunungapi. 7. Formasi Wonosari Formasi ini tersingkap baik di daerah Wonosari dan sekitarnya, membentuk bentang alam Subzona Wonosari dan topografi karts Subzona Gunung Sewu. K etebalan etebalan formasi ini diduga lebih dari 800 meter. K edudukan edudukan stratigrafinya di bagian bawah menjemari dengan Formasi Oyo, sedangkan di bagian atas menjemari dengan Formasi K epek. epek. Formasi ini didominasi oleh batuan karbonat yang terdiri dari batugamping berlapis dan batugamping terumbu. Sedangkan sebagai sisipan adalah napal. Sisipan tuf hanya terdapat di bagian timur. Berdasarkan kandungan fosil foraminifera besar dan kecil yang melimpah, diantaranya Lepido Lepidocc yc yclina sp.
dan Miogypsina
sp. ,
ditentukan umur formasi ini adalah Miosen Tengah hingga Pliosen. Lingkungan pengendapannya adalah laut dangkal (zona neritik) yang mendangkal ke arah selatan.
11 | P a g e
8. Formasi K epek epek Lokasi tipe dari formasi ini terletak di Desa K epek, epek, sekitar 11 kilometer di sebelah barat Wonosari. Formasi K epek epek tersebar di hulu K . Rambatan sebelah barat Wonosari yang membentuk sinklin. Batuan penyusunnya adalah napal dan batugamping berlapis. Tebal satuan ini lebih kurang 200 meter. Formasi K epek epek umumnya berlapis baik dengan kemiringan kurang dari 10o dan kaya akan fosil foraminifera kecilBerdasarkan kandungan fosil tersebut, maka umur Formasi K epek epek adalah Miosen Akhir hingga Pliosen. Formasi K epek epek menjemari dengan bagian atas dari Formasi Wonosari-Punung. Lingkungan pengendapannya adalah laut dangkal (zona neritik). 9. Endapan Permukaan Endapan permukaan ini sebagai hasil dari rombakan batuan yang lebih tua yang terbentuk pada K ala ala Plistosen hingga masa kini. Terdiri dari bahan lepas sampai padu lemah, berbutir lempung hingga kerakal. Surono dkk. (1992) membagi endapan ini menjadi Formasi Baturetno (Qb), Aluvium Tua (Qt) dan Aluvium (Qa). Sumber bahan rombakan berasal dari batuan Pra-Tersier Perbukitan Jiwo, batuan Tersier Pegunungan Selatan dan batuan G. Merapi. Endapan aluvium ini membentuk Dataran Yogyakarta-Surakarta dan dataran di sekeliling Bayat. Satuan Lempung Hitam, secara tidak selaras menutupi satuan di bawahnya. Tersusun oleh litologi lempung hitam, konglomerat, dan pasir, dengan ketebalan satuan 10 m. Penyebarannya dari Ngawen, Semin, sampai Selatan Wonogiri. Di Baturetno, satuan ini menunjukan menunjukan ciri endapan danau, pada K ala ala Pleistosen. Ciri lain yaitu: terdapat secara setempat laterit (warna merah kecoklatan) merupakan endapan terarosa, yang umumnya menempati uvala pada morfologi karst.
12 | P a g e
II.2.1 :
Gambar
peta
geolo gi
bayat.
www.iageoupn.com/.../GUIDEBOOK_FT_BAYAT-
KARSAM_IAGEOU PN2010.pdf
Se j
geol geologi ogi zona Pegunungan Sel Selatan Jawa Ti T i ur di ulai pada
Eosen Tengah sampa i dengan Eosen
khi khir . Mula-mul a-mula terendapkan
al a la
ormasi ormas i
Wungkal Wungkal-Gampi -Gamping, di bagi bagian bawah terdi erdir i dar i perseli perselingan ngan ant antara bat batupasi upas ir dan bat batulanau. Sebagi Sebagian dar i sat satuan bat batuan ini semul semula merupakan endapan laut aut dangkal dangka l yang kaya akan fosil fos il..
arena pengaruh gaya berat bera t di lereng bawah laut aut
formasi formasi ini kemudi kemudian mel meluncur ke bawah dan di d iendapkan kembali kemba li di laut aut dal daam. al m. Pada formasi formasi ini terdapat erdapat terobosan yait ya itu u intrusi rus i dior ite ite pendul pendul emudi emudian ter jad jadii pengangkat pengangka tan yang menyebabkan erosi eros i pada k isaran umur Oli Oligosen gosen Oligosen ligosen
wal wa l ± Tengah.
khi khir ± Miosen Miosen
emudi emudian ter jad jadii sedi sediment mentasi asi pada umur
wal wa l yait yaitu u formasi formas i
ebo-B ebo-Butak. Lit Lito ologi ogi penyusun
formasi formasi ini di bagi bagian bawah berupa bat ba tupasi upasir ber lapi apis bai baik, bat batulanau, bat batulempung, serpi serp ih, tuf dan agl aglomerat omerat. Bagi agian atasnya berupa perseli perselingan ngan bat batupasi upas ir dan bat batulempung dengan si s isi pan pan ti pi pis tuf asam. Set Setempat empat di bagi bagian tengahnya dij dijumpa umpaii ret retas lempeng andesit andes it-basa -basall dan di di bagi bagian atasnya dij dijumpa umpaii breksi breksi andesit andesit.. Li Lingkungan pengendapannya ada lah laut aut terbuka yang di di pengaruhi pengaruhi
13 | P a g e
oleh arus turbid, pada akhir pembantukan formasi ini dipengaruhi oleh adanya aktivitas gunungapi. gunungapi. Pada K ala ala Miosen Awal (N6 ± N7) terjadi peningkatan aktivitas gunungapi yang ditandai dengan adanya piroklastik yang cukup luas. Endapan piroklastik menyusun satuan tuf Semilir. Satuan ini terendapakan dengan mekanisme endapan jatuhan piroklastik. Endapan hasil erupsi gunungapi tersebut terendapkan pada lingkungan lingkungan laut dangkal. Aktivitas gunungapi memuncak pada K ala ala Miosen Awal (N7). Pada kala ini terjadi letusan besar yang bersifat destruktif, membentuk sistem kaldera. Letusan tersebut bersifat eksplosif dan menghasilkan material gunungapi berupa pumis yang membentuk satuan breksi pumis Semilir. Satuan breksi pumis Semilir ini terendapkan dengan mekanisme jatuhan piroklastik. Pada fase ini pula terbentuk kaldera pada bagian puncak gunungapi dan merusak sebagian besar dari tubuh gunungapi. K emudian emudian diikuti oleh fase konstruktif dengan adanya aliran lava yang menyusun bagian bawah dari satuan breksi andesit Nglanggran. Selain menghasilkan material gunungapi melalui mekanisme jatuhan piroklastik, gunungapi tersebut juga menghasilkan material melalui mekanisme aliran lava dan aliran piroklastik yang menempati lembah-lembah berupa endapan channel . Pada K ala ala Miosen Awal bagian atas hingga Miosen Tengah bagian bawah (N7 ± N9 ) tersebut juga terendapkan breksi andesit epiklastik yang menyusun satuan breksi andesit Nglanggran. Bagian bawahnya tersusun oleh breksi basal piroklastik. Satuan ini terendapkan pada lingkungan darat dengan mekanisme high density flows. flows. Pada fase ini, kegiatan gunungapi sudah mulai menurun. K emudian emudian pada K ala ala Miosen Tengah, terendapkan satuan batupasir karbonatan Sambipitu yang didominasi oleh batupasir karbonatan yang bergradasi secara normal menjadi batulempung karbonatan. Material ini terendapkan pada lingkungan lingkungan laut dangkal dangkal dengan meka nisme pengendapan arus turbid. Pada kala Miosen Tengah (N9-N10) cekungan mengalami pengangkatan kepermukaan, sehingga mengalami erosi dan terendapkan secara tidak selaras 14 | P a g e
satuan batugamping klastik. Dijumpainya batugamping yang korelasi hasil analisis foraminifera kecil, batugamping ini masuk dalam satuan batugamping Oyo. Hal ini menandai bahwa cekungan sedimen pada waktu itu semakin tenang yang menendakan aktifitas vulkanisme menurun. Dalam hal ini tentunya akan berkembang dengan baik secara normal ya ng berkarakteristik klastik Pada saat pengendapan terus berlangsung dan vulkanisme menurun, tetapi secara setempat dijumpainya tuf yang mempunyai hubungan melensa dengan satuan batugamping Oyo. K edapatan edapatan tuf pada satuan batugamping Oyo bisa terjadi karena pada saat kegiatan vulkanisme menurun berarti kegiatan vulkanisme masih berjalan. Secara genesa tuf sangat dipengaruhi oleh arah angin dan gravitasi dan itu membentuk satuan tuf Oyo. Pada K ala ala Resen, sebagian material pada tinggian Zona Baturagung mengalami pelapukan, erosi dan penggerusan oleh aktivitas fluvial. Material hasil rombakan ini kemudian terendapkan di sebelah utara tinggian tersebut dan membentuk satuan endapan lempung-bongkal. Formasi wonosari tebentuk berikutnya dengan umur Miosen Tengah hingga Pliosen. Lingkungan pengendapannya adalah laut dangkal (zona neritik) yang mendangkal ke arah selatan dengan litologi didominasi oleh batuan karbonat yang terdiri dari batugamping berlapis dan batugamping terumbu. Pada bagian bawah
adanya
hubungan
menjari
dengan
formasi
Oyo
yang
berarti
pembentukannya pembentukannya seumur dengan for masi oyo bagian atas. Akhir pembentukan formasi Wonosari bersamaan dengan terbentuknya formasi K epek, epek, batuan penyusunnya adalah napal dan batugamping berlapis. umur Formasi K epek epek adalah Miosen Akhir hingga Pliosen.Lingkungan Pliosen.Lingkungan pengendapannya pengendapannya adalah laut dangkal (zona neritik). neritik). Endapan permukaan ini sebagai hasil dari rombakan batuan yang lebih tua yang terbentuk pada K ala ala Plistosen hingga masa kini. Terdiri dari bahan lepas sampai padu lemah, berbutir lempung hingga kerakal.
15 | P a g e
II.3
STRUKTUR GEOLOGI REGIONAL
Struktur geologi regional di daerah Pegunungan Selatan bagian barat berupa perlapisan homoklin, sesar, kekar dan lipatan. Perlapisan homoklin terdapat pada bentang alam Subzona Baturagung mulai dari Formasi K ebo-Butak ebo-Butak di sebelah utara hingga Formasi Sambipitu dan Formasi Oyo di sebelah selatan. Perlapisan tersebut mempunyai jurus lebih kurang berarah barat-timur dan miring ke selatan. K emiringan emiringan perlapisan menurun secara berangsur dari sebelah utara (200 ± 350) ke sebelah selatan (50 ± 150). Bahkan pada Subzona Wonosari, perlapisan batuan yang termasuk F termasuk Formasi Oyo dan Formasi Wonosari mempunyai kemiringan sangat kecil (kurang dari 50) atau bahkan datar sama sekali. Pada Formasi Semilir di sebelah barat, antara Prambanan-Patuk, perlapisan batuan secara umum miring ke arah baratdaya. Sementara itu, di sebelah timur, pada tanjakan Sambeng dan Dusun Jentir, perlapisan batuan miring ke arah timur. Perbedaan jurus dan kemiringan batuan ini mungkin disebabkan oleh sesar blok (anthithetic fault blocks; Bemmelen, 1949) atau sebab lain, misalnya pengkubahan (updoming) yang berpusat di Perbukitan Jiwo atau merupakan kemiringan asli (original dip) dari bentang alam kerucut gunungapi dan lingkungan sedimentasi Zaman Tersier (Bronto dan Hartono, 2001). Struktur sesar pada umumnya berupa sesar turun dengan pola anthithetic fault blocks (van Bemmelen,1949). Sesar utama berarah baratlaut-tenggara dan setempat berarah timurlaut-baratdaya. Di kaki selatan dan kaki timur Pegunungan Baturagung dijumpai sesar geser mengkiri. Sesar ini berarah hampir utara-selatan dan memotong lipatan yang berarah timurlaut-baratdaya. Bronto dkk. (1998, dalam Bronto dan Hartono, 2001) menginterpretasikan tanda-tanda sesar di sebelah selatan (K ( K . Ngalang dan K . Putat) serta di sebelah timur (Dusun Jentir, tanjakan Sambeng) sebagai bagian dari longsoran besar (megaslumping) batuan gunungapi tipe Mt. St. Helens.Di sebelah barat K . Opak diduga dikontrol oleh sesar bawah permukaan yang berarah timurlaut-baratdaya dengan blok barat relatif turun terhadap blok barat. Struktur lipatan banyak terdapat di sebelah utara G. Panggung berupa sinklin dan antiklin. Tinggian batuan gunung berapi ini dengan tinggian G. 16 | P a g e
Gajahmungkur di sebelah timurlautnya diantarai oleh sinklin yang berarah tenggara-baratlaut. Struktur sinklin juga dijumpai di sebelah selatan, yaitu pada Formasi K epek, epek, dengan arah ti murlaut-baratdaya murlaut-baratdaya
17 | P a g e
B B III PEMB
TIAP STASIUN
III.1
STASIUN PENGAMATAN 1
A. L
ASI STASIUN PENGAMATAN
Lokasi Lokasi Stasi as iun pengamat pengamatan ini teletak di desa Semen, abupat abupat en
ecamat ecamatan Bayat ayat,
laten, Propi Propinsi nsi Jawa Tengah. Lokasi Lokas i ini tepat epatnya berada di di
perbat perbatasan ant antara kecamat kecamatan Bayat ayat ( lat en, Jawa Tengah) dengan kabupat kabupa ten Gunungk idul dul (DIY).
Lok asi
STA 1
Gambar III.1.A .1: ci tra sateli t Stasi un pr ngamatan
18 | P a g e
B. GE M
L GI DAE AH PENGAMATAN
Lokasi Lokasi Stasi as iun pengamat pengama tan ini merupakan daerah dat dataran tingg tinggii berkont berkontur renggang dengan kel kelerengan kurang dar i 100 yang berada di di lereng sebel sebelah utara dar i Gunungk idul dul dan berada di disebel sebelah sel selatan dar i perbuk itan itan Jiwo. Lokasi Lokasi ini ter letak di sungai sunga i kecil kecil dekat dekat pemuk iman warga set setempat empat. ir sungai sunga i hanya ada jika jika musi musim penghu jan, jan, sungai sunga i ini disebut sebut sungai sunga i intermit ermiten. en. C.
LITHOLOGI DAE AH PENGAMATAN
Batuan yang dij dijumpa umpaii di lokasi okasi pengamat pengama tan ini bat batuan sedi sedimen pl plutoni oni k mengandung tuff dan zeolit zeolit hasil hasil letusan gunungapi gunungap i purba di di lingkunagan lingkunagan laut aut dal dalam. Minera Minerall zeolit zeolit memili memilik k i warna khas kehij kehijaua auan n yang bers bersiifat fat basa, inilah ilah yang men jad jadii buk ti ti terbent erbentuknya di di lingkungan lingkungan laut au t dal dalam. Batuan ini adal adalah jen jeniis bat batuan sedi sedimen pl plutoni onik dengan d engan warna abu-abu kehij kehijauan, auan, ber t ekst ekstur k lasti astik k dengan ukuran buti bu tirr pasi pasir sangat sangat hal halus sampai sampa i lanau (1/64 ± 1/16 mm), w ll
t , kemas ter tutup, berst berstruk tur massi mass if, komposi kompos isi
mat mater ial lanau yang mengandung tuff dan zeolit zeolit,, bat batu ini bernama bat batulanau tuffan zeoliti zeolitik. k.
Gambar III.1.C.3: ba batula na u tuff an zeol i tik
19 | P a g e
Batu ini merupakan bagian dari formasi K ebobutak ebobutak yang terbentuk pada masa akhir Oligose hingga awal Miosen dengan mekanisme letusan gunungapi bawah laut yang sangat eksplosif dan merusak. Jika dilihat dari ukuran butirnya, batu ini terbentuk dari material muntahan gunungapi dengan mekanisme piroklastik jatuhan ( pyroc pyroclastic lastic fall ) yang terdeposisi dan terlitifikasi. Pada proses transportasi dan deposisi ini sangat dipengaruhi oleh arus turbulen dasar laut sehingga material ini mudah sekali bercampur dengan material lain bawah laut seperti mineral zeolit. D. STRUKTUR GEOLOGI DAERAH PENGA MATAN
Struktur geologi yang dijumpai di Stasiun pengamatan ini adalah kekar dan sesar. K ekar ekar adalah rekahan pada batuan yang belum mengalami pergeseran, sedangkan sesar adalah rekahan pada batuan yang telah mengalami pergeseran pada bidang rekahannya. K ekar ekar yang dijumpai disini adalah kekar gerus, kekar ekstensi, dan kekar rilis. K ekar ekar gerus adalah kekar yang selalu berpasangan dan membentuk sudut lancip arah gaya terbentuk oleh gaya kompresi. K ekar ekar ekstensi adalah kekar yang sejajar arah gaya, ga ya, sedangkan kekar rilis tegaklurus ara h gaya. Di ST A ini dijumpai kekar gerus dan kekar rilis yang sistematis, sedangkan kekar ekstensi jarang ditemukan.
20 | P a g e
Table III.1.D.1: data kekar gerus dari hasil pengukuran di lapangan. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 10.
Pasangan kekar gerus Kelompok 1 151°E/87° N87°E/84° x N151°E/87° 155°E/85 5° N89°E/85 N89°E/85° x N155°E/8 102°E/80 0° x N145°E/84° N102°E/8 159°E/85 5° N81 N81°E/87° x N159°E/8 50°E/75 5° x N94°E/81 N50°E/7 N94°E/81° 158°E/55 55°° N88°E/5 N88°E/58° x N158°E/ 165°E/70 0° N75 N75°E/79° x N165°E/7 N83°E/6 N83°E/68° x N175°E/75 °E/75° 162°E/62 62°° N79°/6 N79°/68° x N162°E/ 163°E/65 65 N87°E/5 N87°E/57° x N163°E/
Kelompok 2 11. 11. 12. 12. 13. 13. 14. 14. 15. 15. 16. 16. 17. 17. 18. 18. 19. 19. 20. 20.
N130°E/5 °E/54° x N270°E/60 °E/60°° 165°E/55 55°° N90 N90°E/71 °E/71° x N165°E/ 155°E/60 60°° x N260°E/ 260°E/6 64° N155°E/ 62° N95 N95°E/72 °E/72° x N320 N320°E °E /62° 160°E/52 52°° x N273°E/5 N160°E/ 73°E/58° 100°E/80 0° x N150°E/ 150°E/60 60°° N100°E/8 N87°E/81 N87°E/81° x N178°E/81 78°E/81° 163°E/80 0° x N268°E/8 268°E/81 1° N163°E/8 153°E/85 5° N92 N92°E/81 °E/81° x N153°E/8 N94°E/80 N94°E/80° x N31 N317°E/77°
Kelompok 3 21. 21. 22. 22. 23. 23. 24. 24. 25. 25. 26. 26. 27. 27. 28. 28. 29. 29. 30. 30.
N86 N86°E/88° x N333°E/86 N333°E/86° N77°E/80 N77°E/80° x N332 N332°E/84° N80 N80°E/86 °E/86° x N338°E/88° N86 N86°E/82 °E/82° x N334°E/87° 2° N81 N81°E/78° x N312 N312°E/7 °E/72 N89°E/85 N89°E/85° x N345 N345°E/75 °E/75° N83°E/81 N83°E/81° x N330 N330°E/75 °E/75° N85 N85°E/77° x N340 N340°E/74° N75 N75°E/78° x N337°E/77° 6° N78°E/80 N78°E/80° x N325 N325°E/8 °E/86
Kelompok 4 31. 31. 32. 32. 33. 33. 34. 34.
N194°E/5 94°E/57° x N245°E/56 °E/56°° N198°E/55 98°E/55°° x N334°E/74° N198°E/56 98°E/56°° x N334°E/77° N85 N85°E/81 °E/81° x N340 N340°E/74°
21 | P a g e
No. 35. 35. 36. 36. 37. 37. 38. 38. 39. 39.
Pasangan kekar gerus 155°E/88° N89°E/85 N89°E/85° x N155°E/88° 151°E/82 2° N82 N82°E/84° x N151°E/8 159°E/85 5° N145°E/84° x N159°E/8 219°/84° x N31 N219°/84° N314°E/79° N277°/65 77°/65°° x N352 N352°E/78° °E/78°
Kelompok 5 40. 40. 41. 41. 42. 42. 43. 43. 44. 44. 45. 45. 46. 46. 47. 47. 48. 48. 49. 49.
N17°E/78° x N274°E/55 74°E/55°° N33°E/77° x N98°E/70 N98°E/70° 224°E/6 67° N2°E/70 °E/70° x N224°E/ 263°E/73° x N340 N263°E/73° N340°E/80 °E/80° N91 N91°E/70 °E/70° x N145°E/85 °E/85° 250°E/5 54° x N342 N250°E/ N342°E/75 °E/75° 229°E/84° x N32 N229°E/84° N324°E/79° 227°E/65 65°° x N352 N227°E/ N352°E/73° °E/73° 151°E/87° N87°E/84° x N151°E/87° 155°E/85 5° N89°E/89° x N155°E/8
Kelompok 6 50. 50. 51. 51. 52. 52. 53. 53. 54. 54. 55. 55. 56. 56. 57. 57. 58. 58. 59. 59.
N5°E/65 °E/65°° x N 28°E/55 8°E/55°° N284°E/75 84°E/75° x N340 N340°E/65 °E/65°° 12°E/80 0° x N84°E/70 N12°E/8 N84°E/70° N17°E/70 7°E/70° x N274°E/61 74°E/61°° N98°E/78° x N330 N330°E/77° 263°E/73° x N348°E/70 N263°E/73° N348°E/70° N91 N91°E/70 °E/70° x N145°E/85 °E/85° N2°E/70 °E/70° x N274°E/6 74°E/67° 229°E/84° x N31 N229°E/84° N314°E/78° N277°E/65 77°E/65°° x N352 N352°E/73° °E/73°
Kelompok 7 60. 60. 61. 61. 62. 62. 63. 63. 64. 64.
210°E/74° N189°E/65 89°E/65°° x N210°E/74° 250°E/6 69° N194°E/6 94°E/67° x N250°E/ 205°E/6 68° x N264°E/ 264°E/60 60°° N205°E/ 201°E/66 66°° x N265°E/ 265°E/60 60°° N201°E/ 265°E/70 0° N190°E/66 °E/66°° x N265°E/7
N«0W
Freq
%
N«0E
0 ± 5
2
1,6
5 ± 10
3
10 ± 15
Turus
Turus
Freq
%
0 ± 5
3
2,3
2,3
5 ± 10
2
1,6
4
3,1
10 ± 15
3
2,3
15 ± 20
9
7
15 ± 20
4
3,1
20 ± 25
9
7
20 ± 25
2
1,6
25 ± 30
12
9,4
25 ± 30
2
1,6
30 ± 35
5
3,9
30 ± 35
1
0,8
35 ± 40
2
1,6
35 ± 40
1
0,8
40 ± 45
1
0,8
40 ± 45
1
0,8
45 ± 50
4
3,1
45 ± 50
4
3,1
50 ± 55
-
-
50 ± 55
-
-
55 ± 60
-
-
55 ± 60
-
-
60 ± 65
-
-
60 ± 65
1
0,8
65 ± 70
-
-
65 ± 70
2
1,6
70 ± 75
-
-
70 ± 75
2
1,6
75 ± 80
3
2,3
75 ± 80
5
3,9
80 ± 85
5
3,9
80 ± 85
13
10,6
85 ± 90
10
7,8
85 ± 90
13
10,6
Data-data kekar tersebut di analisis menggunakan metode grafis, yaitu mengkelaskan data jurus kekar dengan lebar kelas yaitu 5 dan di bagi menjadi 18 0
0
kelas untuk N« W dan 18 kelas N« E. dengan metode tersebut di tentukan 0
0
maxima 1 dengan arah N 27,5 W dan maxima 2 dengan arah N 85 E, sehingga 0
dapat ditentukan arah gaya utama pembentuk kekar tersebut adalah N 32 E (lihat kurva histogram analisis kekar grafis), jadi arah gaya kompresi dengan arah relatif yaitu timurlaut-baratdaya.
22 | P a g e
23 | P a g e
Gambar III.1.D.1: kenampakan akan kekar gerus di di lapangan gan
Dar i dat data-dat a-data kekar gerus yang berpasangan tersebut ersebut dapat dapat di anali analissis dengan proyeksi proyeks i stereograf is sehi sehingga dapat dapat dicar i maxi maxima dan da n gaya ga ya-gaya -ga ya pembent pembentuk kekar yait ya itu u 1, 2 dan 3. T
l III.1.D.2: dat data kekar r ilis ilis dar i hasil hasil pengukuran di d i lapangan.
No
Strik bid ng
Dip bid ng
k k r
k k r
0
0
1.
N 209 E
70
2.
N 2070 E
690
3.
N 206 E
24 | P a g e
0
0
74
Gambar III.1.D.2: kenampakan akan kekar rilis di di lapangan gan
T bl III.1.D.3: dat data bi b idang per lapi apisan bat batuan hasil has il pengukuran di di lapangan.. Strik bid ng
No
p rl pi pi
Dip bid ng
n
p rl pi pi
0
11
N 68 E
0
10
3.
N 640 E
110
4.
N 52 E
21
5.
N 450 E
110
1.
N 55 E
2.
0
n
0 0
0
Dar i dat data tersebut ersebut, kedudukan j kedudukan jurus urus bi b idang per lapi ap isan menghadap rel re lati e ke timur ti mur laut aut-barat -baratdaya, dengan kemi kem ir ingan bi bidang menghadap rel re lati e ke tenggara.
edudukan tersebut ersebut hampi hampir sesuai sesua i dengan kedudukan per lapi ap isan rat rata-
rat rata formasi formas i dengan kemi kemir ingan bi bidang menghadap ke sel se latan. Di Stasi asiun pengamat pengama tan ini juga juga di di jumpa jumpaii suat suatu sesar dengan kenampakan bi bidang sesar yang tidak tidak j jeelas karena bi bidang sesar ini beru ber upa breks bre ksii-breksi -breks i sesar 0
dan di dialir lir i oleh sungai sunga i yang arahnya se ja ja jar jar deng den gan jurus jurus bi b idang sesar yait ya itu u N 20 0
E/69 .
enampakan bidang sesar ini juga juga dit ditun un jukan jukan ol oleh adanya cermi cermin sesar,
namun karena letaknya yang sulit su lit dijangkau ijangkau maka kenampakan cermi cermin sesar ini tidak tidak tt eramati eramati dengan bai ba ik.
25 | P a g e
III.2
STASIUN PENGAMATAN 2
A. LOKASI STASIUN PENGAMATAN
Lokasi Lokasi Stasi as iun Pengamat Pengamatan 2 ini ter letak di gunung Jokot Jokotuo, Dukuh Jokot Jokotuo, Desa Gunung Ga j Ga jah, ah,
ecamat ecamatan Bayat aya t,
abupat abupaten
laten, Propi Propinsi nsi
Jawa Tengah. Peneliti Penelitian an dilaksanakan ilaksanakan pada pukul puku l 10.00 ± 11.30 WIB WI B saat saat cuaca cerah berawan. berawan.
Lok asi
STA 2
U Gambar II.3.A.1: citra satelit Stasiun pengamatan 2
26 | P a g e
B. GEOMORFOLOGI DAERAH PENGAMATAN
Gunung Jokot Jokotuo ini ter letak di perbuk itan itan Jiwo bagi bagian Timur, lereng sebel sebelah utara. Lokasi Lokas i ini merupakan buk it it kecil kecil di sebel sebelah utara sit situs us Wat Watuprahu dengan kel kelerengan ( sl sl
) rat rata-rat a-rata 110 ± 150 . Situs itus Jokot Jokotuo ini tadi adinya
merupakan per tambangan bat batu Marmer ol oleh warga sek itar, itar, namun per tambangan ini dihenti hentikan kan karena kualit kua litas as Marmer yang kurang ekonomi ekonom is. Sisa-sisa per tambangan ini membent membentuk suat suatu tebi ebing dengan kemi kemir ingan hampi hamp ir ver tika tikall 0
0
yait yaitu u 67 ± 72 .
Ke miringan tebing
Gambar II.3. A.2: tebing stasiun pengamatan
C.
LITHOLOGI DAERAH PENGAMATAN
Pada lokasi okas i Stasi asiun pengamat pengamatan ini dijumpa ijumpaii singkapan Marmer dan Sek is- ilit berupa tebi ebing. Batuan ini merupakan bat ba tuan ter tua di pul pulau jawa jawa sebagai sebaga i bat batuan dasar (basemen (basement t ) yang terbent erbentuk pada zaman pra-t pra-tersi ersier. Batuan ini tersi ersingkap karena proses tek toni onik.
27 | P a g e
Seki kiss-Filit Marmer
Gambar II.3.A.3: si singkap gkapa n Marmer da n Sekis ki s-Fil it
Sebaran Sek is dan ilit pada si singkapan ini tidak tidak merat merata, hal ha l ini disebabkan karena gaya tekan yang dit diter er ima tidak tidak merat merata diseti setiap ap bagi bagian. Cara membedakan ant antara bat batu Sek is dan
ilit ialah bidang foli folias asii Sek is lebi ebih je jelas dar i pada pada
ilit
karena kehadi kehadiran moneral monera l mika hasil hasil dar i met metamorf isme shal sha le, dan Sek S ek is lebi ebi h mudah di di bel belah pada bi b idang foli folias asiinya wal wa laupun secara kesel keseluruhan Sek is lebi ebi h keras jika jika di pat patahkan dar i pada pada
ilit, ilit, hal hal ini dikarenakan dera ja jat met metamorf isme
Sek is lebi ebih tingg tinggii di bandi banding ilit. ilit.
Batu Filit Fol iasi terl iha t jel as
Batu Seki kiss Fol iasi
Gambar II.3.A.4: perbandi ndingan gan Sekis kis da dan Fil it
sampel batu Marmer Gambar II.3.A.5: sa
28 | P a g e
tak jel as
Batu Sekis-F Sekis-Filit yang dijumpai berwarna abu-abu kecoklatan, batuan asal shale, memiliki struktur foliasi, bertekstur Lepidoblastik. Lepidoblastik. Sedangkan batu Marmer Mar mer yang dijumpai berwarna putih, struktur masif, bertekstur granoblastik, asal batugamping dengan komposisi material karbonat. Table II.3.A.1: identifikasi batuan War a
Te stur tur
Stru tur tur
Kom Kom osis sisi
Asal batua
Nam Nama batua
A bu-abu
Lepidoblastik Foliasi
kecoklatan Putih
Material shale, mika
Granoblastik
kecoklatan
Nonfoliasi
Material
Shale
SekisFilit
Batugamping Marble
karbonat
Dari data hasil penelitian, diduga batu Marmer berada didalam batu SekisFilit sebagai lensa dengan bukti batuan yang mendominasi adalah batu Sekis- Filit dan batu Marmer Mar mer ditemukan sebagai seba gai bongkah besar didalamnya. didala mnya. Batuan SekisSekisFilit ini memiliki foliasi horisontal, hal ini menunjukkan bahwa gaya tekan yang bekerja pada proses metamorfisme adalah gaya tekan kebawah atau pembebanan (lithostatic lithostatic stress). stress ). Jika dilihat bahwa batu Marmer adalah lensa didalam batu Sekis- Filit maka secara logika batu Marmer lebih tua yang berarti batu Marmer telah terbentuk lebih dahulu. Namun dari hasil penelitian dan literatur, kedua batu ini memiliki umur yang sama dalam arti mengalami proses metamorfisme dalam waktu yang sama walaupun tidak diketahui umur batuan asalnya. Dari pernyataan tersebut, berarti terdapat mekanisme perlapisan batugamping yang diapit oleh batulempung ( shale ( shale)) yang kemudian terkena tekanan. Dalam proses pembebanan ini, batugamping yang termetamorfisme menjadi Marmer, sedangkan shale termetamorfisme menjadi Sekis- Filit. Setelah batuan tersebut termetamorfisme, batuan ini juga terpecahkan karena adanya gaya yang arahnya dari samping (defferential ( defferential stress) stress) akibat pergerakan lempeng di zona
29 | P a g e
subduksi subduksi (subduksi (subduks i purba). Beberapa buk ti ti adanya gaya tersebut ersebut adal adalah t erbent erbentuk struk tur sesar dan kekar pada bat ba tuan.
D. STRUK TUR GEOLOGI DAERAH PENGAMATAN
Struk tur geol geologi ogi yang dij dijumpa umpaii di Stasi as iun pengamat pengama tan ini adal ada lah struk tur sesar dan kekar.
enampakan kekar d isini ter liha lihatt pada si singkapan bat ba tuan Marmer,
namun kekar ini ter liha lihatt tidak tidak si sist emati ematiss bahkan ter liha lihatt acak ca k. Diduga kekar ini telah t erkena deformasi deformas i dar i adanya st struk tur sesar sehi seh ingga kenampakan kekar ini men jad jadii tidak tidak berat beraturan. Struk tur sesar j sesar juga uga dij dijumpa umpaii di lokasi okasi Jokot Jokotuo ini.
eberadaan struk tur
sesar ini ditanda itandaii oleh adanya bi b idang sesar yang ter liha lihatt je jelas, breksi breks i sesar disek itar itar bidang sesar, t ensi ensi n gash dan gores-gar is pada bi b idang sesar. Tensi Tensi n gash, gash, gores-gar is dan bi bidang sesar ini nampak di di f twa twall sesar yait ya itu u blok sesar yang berada di d i bawah bawah bi bidang sesar.
Tension gash BIDANG SESAR
Gambar III.2.D. 1: kenampakan akan bi bi dang sesar dan tensi nsi o n gash gash di di lapangan gan
0
Bidang Bidang sesar tersebut ersebut memili memilik k i kedudukan N 335
0
E/85 , berar ti ti
kedudukan st s tr ikenya kearah baratl baratlau autt dengan di di p kearah barat baratdaya tegak lurus 30 | P a g e
terhadap strike. Di bidang sesar terdapat tension gash dengan bidang vertical menghadap ketimur, membentuk sudut tumpul tehadap bidang sesar kearah baratlaut, sehingga dari analisis tersebut disimpulkan footwall sesar bergerak kearah baratlaut dan hangingwall sesar bergerak kearah tenggara, berarti sesar tersebut berjenis sesar geser sinistral. Pada bidang footwall sesar juga terdapat gores-garis yang mengarah ke tenggara terbentuk akibat goresan dari pergerakan 0
hangingwall, gores-garis tersebut memiliki pitch 10 terhadap strike yang diukur mengarah baratlaut. Itu berarti pergerakan hangingwall sesar yang bergerak kearah tenggara juga bergerak 10 0 terhadap horizontal. Dengan menggunakan analisa stereografis, dapat ditentukan zona gaya pembentuk sesar, plunge dan trend dari striasi (gores-garis). Plunge/ Plunge/trend dari striasi adalah 90/ N 1530 E. Zona gaya pembentuk sesar pembentuk sesar dibagi menjadi tiga, yaitu 1 sebagai gaya utama pembentuk sesar, 2 adalah gaya yang sejajar dengan perpotongan kedua bidang, dan 3 merupakan gaya lemah. Gaya utama pembentuk sesar bukan merupakan satu acuan arah melainkan suatu zona (kuadran) dan selalu berpasangan. berpasangan.
31 | P a g e
32 | P a g e
STASIUN PENGAMATAN 3
III.3
A. LOKASI STASIUN PENGAMATAN
Lokasi Lokasi Stasi asiun pengamat pengama tan ini ter letak di penambangan bat batugampi ugamping rakyat rakyat disebel sebelah barat barat gunung kecamat kecama tan Bayat ayat, kabupat kabupaten
ampak, dusun
opl op lak, desa Mod jopereng, jopereng,
lat en, propi prop insi nsi Jawa Tengah. Lokasi Lokas i ini ber jarak jarak
cukup jauh jauh dar i lokasi okas i Stasi asiun pengamat pengamatan 1 dan St Stasi asiun pengamat pengama tan 2 karena lokasi okasi ini berada di di perbuk itan itan Ji J iwo bagi bagian barat barat.
Lokasi
STA 3
Gambar III.3.A .1: ci tra satelit Stasi un pengamatan
B. GEOMORFOLOGI DAERAH PENGAMATAN
Lokasi Lokasi gunung
ampak ini berada agak terpi erpisah dar i deret deretan perbuk itan itan
Jiwo bagi bagian barat barat dekat dekat dengan kot kota Bayat ayat. Gunung
ampak ini berupa suat suat u
buk it it yang t erbent erbentuk ol o leh bat batugampi ugamping formasi formas i Oyo Oy o-Wonosa -Wo nosar r i dengan kel kelerengan 0
0
rat rata-rat a-rata 12 ± 14 . Lokasi Lokasi pengamat pengamatan ini sendi sendir i berada di di sebel sebelah barat barat gunung
33 | P a g e
ampak K ampak
dengan kont kon tur renggang dan kel kelerengan kurang dar i 100 dekat dekat dengan
pemuk iman warga. Namun lokasi okasi ini terdapat erdapat buk it it kecil kecil yang men ju julang dengan kel kelerengan hampi hamp ir tegak karena hasil has il penambangan bat batugampi ugampng n i g oleh warga set setempat empat.
Slope hampir tegak
Gambar III.3.B.1: kenampakan akan morf olo olo gi Stasi un pengamatan
C.
LITHOLOGI DAERAH PENGAMATAN
Litho ithollogi ogi Stasi as iun pengamat pengamatan ini tersusun sepenuhnya ol o leh bat batugampi ugamping dar i formasi formasi Oyo-Wonosar i.
K enampakan enampakan
bat ba tugampi ugamping ini secara outc outc op adal ada lah
bat batugampi ugamping ber lapi apis, hal ha l tersebut ersebut menun jukan jukan bat batugampi ugamping tersebut ersebut merupakan bat batu hasil hasil rombakan dar i bat batuan yang sudah ada dengan mat ma ter ial-mat -mater ial karbonat karbonat dan mud . Batugampi ugamping tersebut ersebut ber jen jeniis
karenit K a lkarenit
karena mat mater ial
penyusunnya berukuran buti bu tirr pasi pasir. dentif f ikasi kas i bat batuan. T bl III.3.C.1: identi arna
puti putih h kekuni kekuningan
y y
T k tur k lasti astik k ukuran buti butirr pasi pasir
dengan ukuran mm bent bentuk buti butir r
y
34 | P a g e
-2
Struk tur tur
ber lapi ap is
Komposisi
mat mater ial sedi sedimen berukuran pasi pasir bersi bersifat fat karbonat karbonatan sebagai sebaga i
Nama batuan
bat batugampi ugamping kal kalkarenit karenit
y y
subangul subangu larsubrounded sor tasi as i bai baik kemas ter tutup
mineral neral pr imer.
Gambar III.3.C.1: kenampakan akan ba batu gampi ng berlapi s secara outcrop
Batugampi ugamping ini bereaksi bereaksi cepat cepat dengan larut aru tan HCl karena pada bat batugampi ugamping ini banyak terdapat erdapat urat urat kal kalsit. it. Urat Urat kal kalsit ini t erbent erbentuk pada rekahan-rekahan pada bat ba tugampi ugamping ak i bat bat struk tur dan deposi depos isi yangdil yangdilewa ewati ti f luida pembawa mat mater ial karbonat karbonat ter larut arut dar i bat batugampi ugamping itu itu sendi sendir i.
Gambar III.3.C.2 : kenampakan aka n urat kal sit dan Kri stal kal si t
35 | P a g e
Batugampi ugamping sendi sendir i terbent erbentuk ak i bat bat penumpukan mat ma ter ial karbonat karbonat yang ter litif litif ikasi kasi dar i sistem terumbu di di laut aut dangkal dangkal zona ner itik itik . Diliha ilihatt dar i mat mater ialnya yang bersi bers ih (ti (tidak dak tterkot erkotor i oleh mat mater ial lain), ini terbent erbentuk di di lereng depan yang menghadap laut aut lepas dar i sistem terumbu. Penumpukan mat ma ter ial ini terkonsoli erkonsolidas dasii sebagi sebagian men jad jadii agak padat padat dan kemudi kemudian t ererosi ereros i oleh arus laut aut men jad jadii buti butiran-bu ran-buti tiran ran pasi pas ir. Butiran tiran pasi pasir ini terdeposi erdepos isikan di di cekungan laut aut dangkal dangka l, terkonsoli erkonsolidas dasii menbent menbentu bat batu dan t ersi ersingkap ke permukaan ak i bat bat pengangkat pengangka tan regi regional onal pegunungan Sel Selatan.
D. STRUK TUR GEOLOGI DAERAH PENGAMATAN
Struk tur geol geologi ogi yang dij dijumpa umpaii di Stasi as iun pengamat pengama tan ini adal ada lah struk tur sesar.
enampakan K enampakan
st struk tur sesar ini ditanda itandaii oleh adanya bi bidang da ng sesar sesa r da n
cermi cermin sesar pada bi b idang sesar yang nampak sanga sa ngatt je jelas, sel selain itu itu juga juga dij dijumpa umpaii str iasi asi (gores-gar i (gores-gar is) ak i bat bat seret seretan dar i pergerakan bl b lok sesar dan breks i sesar yang merupakan bat ba tuan yang hancur ak i bat bat gerusan dar i pergerakan bl b lok sesar.
HANGINGWALL
FOOTWALL
BIDAN G SESAR CERMIN SESAR
Gambar III.3.D.1 : kenampakan akan blok sesar
36 | P a g e
Dar i gambar kenampakan di d iatas, dapat dapat diamati amati bahwa bi bidang sesar t sesar ter liha lihatt je jelas pada foot footwall wall,, sedangkan bl b lok hangi hangingwall ngwall sebagi sebagian hilang ilang ak i bat bat per tambangan bat ba tugampi ugamping ol oleh warga.
BIDAN G SESAR
N 103 N/ 45
U STRIASI
Gambar III.3.D.2: kenampakan akan bi bidang sesar
37 | P a g e
38 | P a g e
Dari data pengukuran dilapangan didapat data sesar sebagai berikut : 0
0
Strike/ Strike/dip bidang sesar = N 103 E/ 45
Striasi dengan plunge/ plunge /trend = 38 0/ N N 166 0 E dan pitch 660. Dari data strike/ strike/dip bidang sesar dan trend dari striasi, dapat dianalisa dengan proyeksi stereogrfis menggunakan wulff net. Setelah di plot data bidang sesar dan trend dari striasi didapat data pitch 70 0 dan plunge 42 0. Dat pitch dan plunge hasil proyeksi stereografis dengan data pengukuran dilapangan terdapat selisih sedikit, hal tersebut dikarenakan keterbatasan saat pengukuran dilapangan. K emudian emudian dengan membuat bidang yang tegak lurus striasi, didapat zona kuadran gaya pembentuk sesar yaitu zona gaya 1, 3 dan garis 2 yang sejajar dengan perpotongan bidang sesar dengan bidang yang tegak lurus striasi.
39 | P a g e
BAB IV KESIMPULAN Perbukitan Jiwo adalah tempat yang sangat representatif sebagai tempat penelitian untuk mengungkap fenomena-fenomena geologi sebagai bahan ajaran untuk peneliti-peneliti muda yaitu praktikan yang mendalami ilmu geologi. Di perbukitan Jiwo ini tersingkap batuan-batuan dari formasi-formasi pembentuk pegunungan Selatan pulau Jawa dan batuan metamorf sebagai batuan dasarnya. Di mlokasi ini juga terdapat stuktur geologi seperti sesar, kekar dan lipatan sebagai hasil dari deformasi a kibat pergerakan lempeng aktif pada z ona subduksi purba. Pada Stasiun pengamatan 1 desa semen, terdapat lithologi batulanau tuffan zeolitic yang terbentuk di lingkungan laut dalam pembentuk formasi K ebobutak. ebobutak. Pada batuan ini juga terdapat kekar-kekar yang sistematis yaitu kekar gerus, kekar ekstensi, dan kekar rilis. Dari data kekar gerus berpasangan yang diukur dilapangan dapat dianalisis menggunakan metode grafis, ditemukan arah gaya 0
utama pembentuk kekar tersebut adalah N 32 E yaitu arah timurlaut-baratdaya. Pada stasiun pengamatan 2 situs Jokotuo desa Gununggajah, terdapat lithologi singkapan batuan metamorf yaitu Sekis-F Sekis- Filit dengan lensa Marmer didalamnya. Batuan tersebut adalah batuan tertua dan menjadi batuan dasar pulau Jawa. Pada batuan Marmer terdapat bidang sesar yang jelas dengan bukti kenampakan striasi dan tension gash blok gash blok footwall footwall sesar. Dengan analisa tension gash yang membentuk sudut tumpul terhadap arah pergerakan sebenarnya blok sesar. Dengan data tension gash dan pitch dari striasi ditentukan blok footwall sesar bergerak relatif ke arah tenggara (kiri dari sudut pandang penulis) dengan 0
komponen turun 10 . Sedangkan blok hangingwall sesar bergerak ke arah timur 0
laut dengan komponen naik 10 . Maka sesar tersebut dinamakan sesar geser sinistral (pitch < = 10 0 termasuk sesar geser). Dari data strike /dip bidang sesar dan pitch striasi, dapat ditentukan zona gaya pembentuk sesar dengan proyeksi stereografis yaitu zona gaya utama pembentu sesar 1 merupakan gaya kompresi pada sesar geser dan ssesar esar naik.
40 | P a g e
Pada Stasiun pengamatan 3 gunung K ampak ampak desa Modjopereng, terdapat lithologi batugamping berlapis pembentuk formasi Wonosari. Batugamping tersebut secara outcrop bersturktur berlapis dengan ukuran butir pasir sehingga disebut batugamping kalarenit. Disini juga terdapat struktur geologi yang berupa struktur kekar yang keberadaanya tidak hanya 1 bidang sesar, namun bidang sesar yang terlihat jelas dan dapat diamati oleh penulis hanyalah 1 sesar. K enampakan enampakan bidang sesar tersebut sangat jelas dilihat oleh mata dengan disertai kenampakan cermin sesar dan striasi. Dari data pengamatan tersebut ditentukan sesar tersebut adalah sesar turun sinistral dengan pitch 66 0 hasil pengukuran dilapangan. Dengan metode proyeksi stereografis, dapat ditentukan zona gaya pembentu sesar yaitu gaya utama 1 merupaka gaya ekstensi pada sesar turun, gaya 2 yang sejajar dengan perpotongan bidang, dan gaya lemah 3. Dari data gaya utama pembentuk kekar di STA ST A 1 dan gaya utama pembentu sesar di STA STA 2 dan STA ST A 3, dapt diamati dia mati bahwa arah ar ah gaya-gaya ini adalan relatif ke arah tenggara sampai baratdaya atau secara satu arah dianggap selatan. Arah gaya tersebut diakibatkan oleh adanya zona pergerakan lempeng aktif yaitu subduksi antara lempeng Indo- Australia dengan lempeng Eurasia di sebelah selatan pulau Jawa. Dengan pengalaman melakukan pengamatan langsung dilapangan dan analisis dari literatur yang ada, diharapkan para peneliti geologi muda khususnya penulis dapat memperoleh pengalaman dalam medan geologi dilapangan sebagai bekal untuk studi lebih lanjut dan pengalaman sebelum merambah dunia kerja.
41 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA Endarto, Danang. 2005. Pengantar Geologi Dasar. Solo : UPT Penerbitan dan Percetakan UNS
Soetono. 1995. Geologi. Yogyakarta : Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.
Staf A Staf Asisten Geologi Struktur. 2010. Panduan Pra ktikun Geologi Struktur. Yogyakarta : Laboraturium Geologi Dinamik, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjahh Mada.
http:// http: //caryos.blogspot.com caryos.blogspot.com//2008 2008//02 02//geologi-daerah-perbukitan-jiwo.html http:// http: //ibnudwibandono.wordpress.com ibnudwibandono.wordpress.com//2010 2010//07 07//12 12//geologi-regional-bayat-klaten geologi-regional-bayat-klaten// http:// http: // budhygeologist.blogspot.com budhygeologist.blogspot.com /2010 2010//08 08//geologi -dan-stratigrafi-daerah bayat.html http:// http: //ariskriswanto.blogspot.com ariskriswanto.blogspot.com//2009_12_01_archive.html www.iage
pn.c
42 | P a g e
/... /GUIDE B
BA A _F _ _BA
S
_IAGEOU PN2010.pdf