DAFTAR ISI
FIELDTRIP ALUMNI TG UPN VETERAN YOGYAKARTA PENDAHULUAN
RINGKA RINGKASAN SAN GEOLOGI DAERAH BAYAT & KARANGSAMBUNG
-
PENGANTAR JADWAL PERJALANAN NAMA PESERTA
RINGKASAN GEOLOGI DAERAH BAYAT & KARANGSAMBUNG (Jogjakarta – Bayat – Jogjakarta – Karangbolo Karangbolo ng – Karangsambung - Jog jakarta)
-
FISIOGRAFI STRATIGRAFI STRUKTUR
7 – 8 Agustus 2010
REFERENSI
Pelaksana:
Pengurus Ikatan Alumni Geologi UPN (IAGEOUPN) i
ii
Jam 13.00-16.00 WIB: Perjalanan menuju SS-4, pantai Karangbolong, Gombong. Jam 16.00-16.30 WIB: SS-4, Pantai Karangbolong. menikmati indahnya panorama pantai selatan Karangbolong dimana terdapat singkapan yang menarik juga, yakni breksi volkanik (OAF = old andesite formation) yang terpisah jauh dengan singkapan ekivalennya breksi volkanik Formasi Waturanda di Karangsambung. Jam 17.30 WIB : Tiba dan check in di Hotel Candisari, Karanganyar, Kebumen. Jam 19.00 WIB : Makan Malam, dilanjutkan dengan acara ramahtamah (dimeriahkan oleh hiburan organ dan biduanita tunggal). Jam 22.00 WIB : Istirahat.
HARI-2 (Minggu, 7 Agustus 2010) Jam 06.30 WIB: Sarapan pagi di Hotel Candisari. Jam 07.00 WIB: Berangkat menuju Kampus LIPI Karangsambung, … back to Karangsambung fieldcamp… Jam 08.00 – 08.30 WIB: SS-5, tiba di Kampus LIPI, bertukar kendaraan dengan kendaraan lokal untuk ke lokasi Totogan, Pucangan dan Seboro.
Jam 09.00 – 09.30 WIB: SS-6, Bentangalam Totogan. Menikmati bentangalam “K-T (Cretaceous-Tertiary) (Cretaceous-Tertiary) boundary” yang spektakuler. Jam 10.00 – 12.00 WIB: SS-7, Desa Seboro, berjalan sejauh 400 m ke lokasi G.Watukelir untuk menikmati sensasi jejak-jejak lantai samudera Zaman Kapur. Jam 12.00 – 12.30 WIB: SS-8, Pucangan, lokasi singkapan blok serpentinit yang eksotik. Jam 13.00 – 15.00 WIB: Kampus LIPI Karangsambung, makan siang dan ISHOMA (dilanjutkan dengan peninjauan kompleks Kampus LIPI Karangsambung). Jam 15.00 WIB : Kembali ke Jogja. Jam 17.30 WIB: Sampai di Jogja, tiba kembali di Kampus Condongcatur…. sayonara…
DAFTAR PESERTA 1. Bambang Prastistho (67) 2. Hendrobusono (68) 3. Bambang Sugeng (71) 4. Joewono H (71) 5. Helmy Murwanto (71) 6. Zulmar Zainuddin (71) 7. Sutanto(73) 8. Habash Semimbar (74) 9. Achmad Rodhi (74) 10. Sari Bahagiarti (75) 11. Budiyono Suryosumarno (76) 12. Nur Haryanto (76) 13. Hadi Prasetyo (77) 14. Kun Yulia (77) 15. Mustoto (77) 16. Buskamal (77) 17. Djoko Sunaryanto (78) 18. M.Jauzi Arief (78) 19. Susetyadi (78) 20. C.Prasetyadi (78) 21. Achmad Subandrio 22. Premonowati (79) 23. Kunto Wibisono (81) 24. Soegino (82) 25. Rahmatul Hakim (82) 26. Sutarto (83) 27. Gde Wirawan (86) 28. Hendratmoko (87) 29. Riana Muliani (87) 30. Amir Hidayat (90) 31. Benyamin Sembiring (91) 32. Dandy Hidayat (92) 33. Arief Prasetya (97) 34. Anton P.Sukendarmono (99) 35. Ibak (99)
36. Hery Riswandi (00) 37. Vivian B Indranadi (01) 38. Purnama AS (02) 39. Adi Gunawan (04) 40. Ketua HMJ TG UPNVY 2010
Eosen (Formasi Wungkal-Gamping) dengan Formasi KeboButak di atasnya.
Tabel-2: Hasil analisis kimia batuan beku daerah Bayat Setiawan (2000)
Sutanto (2004)
Pgj01
Kk01
Gjy01
Pdl01
BY-47
BY48
BY49
BY50
BY51
SiO2
47,75
49,79
47,13
49,16
50,85
50,90
48,83
51,20
49,17
TiO2
1,76
1,35
1,16
1,24
1,48
1,58
0,97
1,98
1,02
Al2O3
16,72
17,22
16,72
13,29
14,68
14,85
16,01
14,29
15,21
Fe2O3
9,50
10,15
9,24
9,21
10,94
11,20
8,67
11,71
8,25
MnO
0,13
0,25
0,18
0,19
0,18
0,18
0,13
0,19
0,12
MgO
5,25
6,20
7,25
7,20
6,02
5,10
8,25
5,78
7,96
CaO
7,05
7,67
9,04
11,26
9,53
7,58
10,8
7,76
9,6
Na2O
4,63
3,17
3,61
3,97
2,78
3,6
3,16
3,30
3,30
K2O
2,83
1,16
0,53
1,59
0,55
0,73
0,30
0,50
1,14
P2O5
0,19
0,17
0,14
0,09
0,10
0,19
0,05
0,2
0,08
LOI
3,24
2,85
4,52
2,39
2,97
3,28
3,03
2,92
4,07
Total
99,05
99,98
99,52
99,78
100,08
99,19
100,2
99,83
99,92
. ) 7 0 0 2 , i d a y t e s a r P ( t a y a B h a r e a d i g o l o e g a t e P
. 1 r a b m a G
. ) 7 0 0 2 , i d a n a r d n I & i d a y t e s a r P ( ) t a y a B k u s a m r e t ( n a t a l e s h a g n e T a w a J i f a r g i t a r t s o n o r K
: 2 r a b m a G
. ) 7 0 0 2 , i d a y t e s a r P ( ) C ( r e m r a m n a d , ) B & A ( t i l i f f r o m a t e m n a u t a b n a p a k g n i S
: 3 r a b m a G
Gambar-4: Fotomikrograf (nikol silang) sayatan tipis batuan (A-B) sekis muskovit-kuarsa-garnet (G.Pendul), (C-E) sekis kalsit-kuarsa-grafit (G.Jokotuo dan G.Merak), (F) marmer (G.Jokotuo), (G) meta-batupasir (G.Merak), dan (H) meta-serpih (G.Merak), yang merupakan penyusun utama Komplek Batuan Pra-Tersier Perbukitan Jiwo, Bayat (Prasetyadi, 2007)
Gambar-6: Singkapan batuan Eosen Formasi Wungkal-Gamping di G. Cakaran, Jiwo Barat, (A) serpih, (B) konglomerat, dan (C) batupasir kuarsa (Prasetyadi, 2007). Gambar-5: Struktur lipatan mikro pada foliasi satuan filit, daerah Rondonom. Kedudukan bidang sumbu mendekati horisontal (U285ºT/10º). (Lokasi: BY-73, lereng barat G.Jokotuo, Jiwo Timur) (Prasetyadi, 2007)
Gambar-7: Kontak antara filit dengan batugamping numulit (A), kontak ditandai dengan konglomerat alas yang mengandung butiran urat kuarsa dari filit (B), fragmen filit di dalam batugamping numulit (C), lokasi di Desa Padasan, Jiwo Timur (Prasetyadi, 2007).
Gambar-8: Singkapan bagian atas Formasi Wungkal-Gamping di Desa Gamping, lereng timur G.Pendul, Jiwo Timur, terdiri dari: (A) serpih, (B) blok filit dan sekis di dalam serpih, dan (C) Batulanau dengan struktur laminasi sejajar (Prasetyadi, 2007).
Gambar-9: Foto sayatan foram besar Eosen di daerah Bayat (Umiyatun dkk, 2006).
Gambar-10: Singkapan intrusi gabro Perbukitan Jiwo yang terdapat di lokasi-lokasi: (A) G. Jabalkat, Jiwo Barat, (B) G. Pendul (C) G. Temas, dan (D-E) Desa Gamping, Jiwo Timur (Prasetyadi, 2007).
Gambar-11: Fotomikrograf (nikol silang) sayatan tipis intrusi gabro Perbukitan Jiwo (A) G. Jabalkat, (B) G. Pendul (C) G. Temas, (D) Desa Gamping, (E) G. Cakaran, (F) Desa Jerukan (utara G. Pendul), komposisi terdiri dari piroksen dan plagioklas (labradorit), bertekstur diabasik (C, D, E dan F) dan telah teralterasi sebagian (Prasetyadi, 2007).
Gambar-12: Singkapan batupasir tufan-kerikilan yang merupakan bagian bawah Formasi Kebo-Butak, mengandung fragmen-fragmen batuan yang lebih tua seperti filit, konglomerat, batupasir kuarsa, dan batugamping Nummulites (Lokasi Ds. Mojosari) (Prasetyadi, 2007).
Gambar-13: Distribusi singkapan batuan Pra-Tersier Kapur di tepi tenggara Paparan Sunda (modifikasi dari Guntoro, 1996).
Gambar-14: Penelitian terdahulu di daerah Luk Ulo, Karangsambung.
Gambar-15: Peta geologi daerah Luk Ulo hasil penelitian terdahulu (Asikin, dkk, 1992; Condon dkk, 1996).
Gambar-16: Peta geologi daerah Luk Ulo hasil penelitian lebih mutakhir (Prasetyadi, 2007).
Gambar-17: Stratigrafi daerah Luk Ulo Karangsambung (Asikin dkk, 1992). Gambar-18: Batuan Pra-Tersier Karangsambung: (A) serpentinit (Lokasi: Ds.Pucangan), (B) gabro (K.Medana), (C) basalt (K.Medana), (D) rijang dan gamping merah Ds.Sadang Wetan), (E) basalt berstruktur bantal (K.Muncar), (F) sekis kuarsa mika (K.Medana), (G) sekis biru (K.Muncar), dan salah satu bongkah batuan sedimen, (H.) batupasir graywacke (Ds.Wagir Sentul) (Prasetyadi, 2007).
Gambar-19: Singkapan broken formation bagian dari Melange Jatisamit, terdiri dari serpih silikaan dengan sisipan batupasir (lokasi: K. Cacaban) (Prasetyadi, 2007).
Gambar-20: Singkapan batulempung tergerus, matrik Komplek Melange Luk-ulo, mengandung fragmen-fragmen batupasir graywacke (lokasi: Ds. Wagir Sentul) (Prasetyadi, 2007).
Gambar-21A: Struktur boudin dalam matrik batulempung tergerus, Komplek Melange Luk-ulo (Lokasi (A) KS-101, daerah Binangun), (B) KS-206, K. Muncar) (Prasetyadi, 2007).
Gambar-21B: Kontak sesar yang menandai hubungan antar blok Komplek Melange Luk-ulo, (A) Kontak sesar antara blok basalt dengan filit (Lokasi: K. Sapi), (B) Bidang sesar naik miring ke selatan yang membatasi blok sekis (Lokasi: K. Sigobang) (Prasetyadi, 2007).
Gambar-22: (A) Penampang lintasan yang menunjukan arah umum kemiringan ke selatan Komplek Melange Luk-ulo, (B) citra 3-dimensi daerah Luk-ulo. Penggungan-punggungan berarah barat-timur dengan bagian lereng yang curam menghadap ke arah utara (Sumber citra-3D: Lundin Banyumas b.v.) (Prasetyadi, 2007).
Gambar-23: (A). Model pengalih-tempatan Komplek Ofiolit Karangsambung Utara (Suparka, 1988), (B). Penampang utara-selatan yang menggambar struktur Melange Seboro berdasarkan anomali gaya berat (Kamtono dkk, 1996).
o l U a k y u a L g y e l g a n m a l o e n M a l n e a d k o r a m s a ) d B ( r e , ) b 4 o 7 l 9 U 1 ( k u n L i k e i s g A n a t l e u r M u n k e e l m p o l m o U K k ) u C L ( , e ) g 7 n 9 a 9 l e 1 , M a . i i ) s t k k 1 u a 0 0 d W b ( 2 , u s S a l P k e O r a d i s p o k u M r S ) t s & A ( n o s : k o 4 e t r n 2 - t a r u S a r ( b u t m n a r a e e G m b
n a k i s a t e r p r e t n i i d o l U k u L e g n a l e M k e l p m o . K ) . 7 ) 0 6 0 8 2 9 , i 1 ( d k a k y d t e e s l a c r s P a ( M ) i r n a a t d i r i u s b e r i k s a e r a k a m ( s i r n o p i l t e e d r o c c M a : r 5 a e 2 - r r i a a b g a m a b e G s
Gambar-26: Zona subdukdsi Lesser Antilles di Laut Karibia yang dianggap sebagai analog modern dari model prisma akrasi Mascle dkk. (1986); a.) keadaan masa kini, b.) perkembangan tektonik mulai dari Eosen Awal hingga Kuarter (Park,1988).
palung Sunda juga berkurang secara drastis. Hard collision India menyebabkan efek maksimal tektonik ekstrusi sehingga berkembang fase kompresi di wilayah Asia Tenggara. Fase kompresi ini menginversi sebagian besar endapan syn-rift Eosen. Di Cekungan Jawa Timur fase kompresi ini menginversi graben RMKS menjadi zona Sesar RMKS. Di selatan Jawa, kegiatan volkanik Oligosen menjadi tidak aktif dan mengalami pengangkatan. Pengangkatan ini ditandai dengan pengendapan karbonat besar-besaran seperti Formasi Wonosari di Jawa Tengah dan Formasi Punung di Jawa Timur. Sedangkan di bagian utara dengan aktifnya inversi berkembang endapan syn-inversi formasi-formasi Neogen di Zona Rembang dan Zona Kendeng. Selama periode ini, inversi cekungan terjadi karena konvergensi Lempeng Indian menghasilkan rezim tektonik kompresi di daerah “busur depan” Sumatra dan Jawa. Sebaliknya, busur belakang merupakan subjek pergerakan strike-slip utara-selatan yang dominan sepanjang sesar-sesar turun (horst dan graben) utara-selatan yang telah ada.
Peri ode Mi osen Tenga h –Mio sen Akhi r
Pengaktifan kembali sepanjang sesar tersebut menghasilkan mekanisme transtension dan transpression yang berasosiasi dengan sedimentasi turbidit dibagian yang mengalami penurunan. Namun demikian, di bagian paling timur Jawa Timur, bagian basement dominan berarah timur-barat, sebagaimana secara khusus dapat diamati dengan baik mengontrol Dalaman Kendeng dan juga Dalaman Madura. Bagian basement berarah Timur – Barat merupakan bagian dari fragmen benua yang mengalasi dan sebelumnya tertransport dari selatan dan bertubrukan dengan Sundaland sepanjang Suture Meratus (NE-SW struktur). Tektonik kompresi karena subduksi ke arah utara telah mengubah sesar basement Barat – Timur menjadi pergerakan sesar mendatar, dalam perioda yang tidak terlalu lama (Manur dan
Barraclough, 1994). Kenaikan muka air laut selama periode ini, menghasilkan pengendapan sedimen klastik di daerah rendahan, dan sembulan karbonat (carbonate buildup) pada tinggian yang membatasinya.
Gambar-27: Sejarah pemekaran lantai Samudera Hindia (Liu dkk, 1983).
Gambar-28: Tektonostratigrafi Jawa bagian timur berdasarkan penelitian geologi Paleogen di daerah Karangsambung, Nanggulan, Bayat, dan Cekungan Jawa Timur (Prasetyadi, 2007).
Gambar-29: Rekonstruksi skematis perkembangan tektonik Kapur-Paleosen (Prasetyadi, 2007).
Gambar-30: Rekonstruksi skematis perkembangan tektonik Eosen Tengah (Prasetyadi, 2007).
Gambar-31: Rekonstruksi Tengah (Prasetyadi, 2007).
skematis
perkembangan
tektonik
Oligosen