LAPORAN FISIOLOGI MANUSIA
PRAKTIKUM 7
Percobaan Darah I
Disusun oleh:
NI KADEK DWI ANJANI
NPM.163112620120104
FAKULTAS BIOLOGI
PROGRAM STUDI BIOMEDIK
UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA
2017
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI VII
Acara Latihan
Latihan 7. Percobaan Darah I
Tujuan
Pada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat :
Menghitung jumlah sel darah merah (sel eritrosit)
Menghitung jumlah sel darah putih (sel lekosit)
Menentukan kadar hemoglobin (Hb)
Menentukan golongan darah
Dasar Teori
Darah adalah cairan tubuh yang mengalir dalam pembuluh dan beredar ke seluruh tubuh. Darah merupakan sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen pembentuk) tertahan dan dibawa dalam matriks cairan (plasma). Darah lebih berat dibandingkan air dan lebih kental. Cairan ini memiliki rasa dan bau yang khas, serta pH 7,4 (7,35-7,45). Warna darah bervariasi dari merah terang sampai merah tua kebiruan, bergantung pada kadar oksigen yang dibawa sel darah merah (Sloane, 2003).
Darah manusia terdiri atas :
plasma darah yang terdiri atas 92% air, protein plasma 7% dan zat-zat terlarut lainnya sekitar 1% dan
elemen-elemen darah putih (leukosit) dan keping-keping darah (trombosit). Protein plasma antara lain terdiri atas : albumen 60%, globulin 35%, fibrinogen 4%, dan protein pengatur seperti enzim, proenzim, hormon yang jumlahnya kurang dari 1%.
Volume darah total sekitar 5 liter pada laki-laki dewasa berukuran rata-rata dan kurang sedikit pada perempuan dewasa. Volume ini bervariasi sesuai ukuran tubuh dan berbanding terbalik dengan jumlah jaringan adiposa dalam tubuh. Volume ini juga bervariasi sesuai perubahan cairan darah dan konsentrasi elektrolitnya (Sloane, 2003).
SEL DARAH PUTIH
Kurang dari 1% darah manusia adalah leukosit. Ukuran leukosit lebih besar daripada eritrosit. Leukosit tidak mengandung hemoglobin, memiliki nucleus dan pada dasarnya dijumpai dalam keadaan tidak berwarna (Kimball, 1996). Ada 2 macam tipe leukosit yaitu granular dan agranular. Granulosit adalah leukosit sirkular dan memiliki granule pada sitoplasmanya. Sedangkan agranulosit tidak memiliki granule pada sitoplasmanya (Pearce, 2002).
Komposisi sel darah putih dengan nilai normalnya yaitu Leukosit pada manusia memiliki nilai normalnya 5000 – 10.000/μL, dimana leukosit terdiri dari granular meliputi netrofil 60 – 70%, eosinofil 2 – 4%, basofil 0.5 – 1%; dan Agranular meliputi limposit 20 – 25% dan monosit 3 – 8% (Azhar, 2009).
Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan keadaan basal dan lain-lain. Pada bayi baru lahir, jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000 – 30.000/μl. Jumlah leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu antara 13.000 – 38.000/μl. Setelah itu jumlah leukosit turun secara bertahap dan pada umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar antara 4500 – 11.000/μl. Pada keadaan basal jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar antara 5000 – 10.000/μ1. Jumlah leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik yang sedang, tetapi jarang lebih dari 11.000/μl (Miale, 1972).
Penyakit yang disebabkan akibat kelebihan sel darah putih yaitu leukemia atau kanker darah yang merupakan sekelompok penyakit neoplastik yang beragam, ditandai oleh perbanyakan secara tak normal dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid. Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Sel leukemia mempengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal dan imunitas tubuh penderita. Pada leukemia, sel darah putih membelah diri tidak terkendali dan sel darah muda yang normalnya hanya hidup di sumsum tulang dapat keluar dan bertahan hidup (Azhar, 2009).
Kondisi sel darah putih yang turun di bawah normal disebut leukopeni. Pada kondisi ini seseorang harus diberikan obat antibiotik untuk meningkatkan daya tahan dan keamanan tubuh. Apabila tidak, maka orang tersebut dapat meninggal dunia. Pada orang yang terkena kanker darah atau leukemia, sel darah putih bisa mencapai 20 ribu butir/mm3 atau lebih. Kondisi di mana jumlah sel darah putih naik di atas jumlah normal disebut leukositosis (Ahmadi, 2010).
SEL DARAH MERAH
Sel darah merah atau eritrosit berbentuk cakram kecil bikonkaf, cekung pada kedua sisinya, sehingga dilihat dari samping tampak seperti dua buah bulan sabit yang saling bertolak belakang. Dalam setiap mm3 darah terdapat 5.000.000 sel darah. Bila dilihat satu per satu warnanya kuning pucat, tetapi dalam jumlah besar kelihatan merah dan memberi warna pada darah. Strukturnya terdiri atas pembungkus luar atau stroma dan berisi masa hemoglobin. Sel darah merah terbentuk di dalam sumsum tulang (Pearce, 2002). Fungsi sel darah merah adalah mengikat oksigen dari paru–paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru–paru. Pengikatan oksigen dan karbon dioksida ini dikerjakan oleh hemoglobin yang telah bersenyawa dengan oksigen yang disebut oksihemoglobin (Hb + oksigen 4 Hb-oksigen) jadi oksigen diangkut dari seluruh tubuh sebagai oksihemoglobin yang nantinya setelah tiba di jaringan akan dilepaskan: Hb-oksigen Hb + oksigen, dan seterusnya. Hb tadi akan bersenyawa dengan karbon dioksida dan disebut karbon dioksida hemoglobin (Hb + karbon dioksida Hb-karbon dioksida) yang mana karbon dioksida tersebut akan dikeluarkan di paru-paru (Anonim, 2010).
Jangka hidup sel darah merah kira-kira 120 hari. Sel-sel darah merah yang telah tua akan ditelan oleh sel- sel fagostik yang terdapat dalam hati dan limpa. Jumlah sel darah merah pada wanita normal kira-kira 4,5 juta sel/mm3 darah. Sedangkan untuk laki-laki normal 5 juta/mm3 darah (Kimball, 1999). Akan tetapi, jumlah itu bisa naik atau turun, tergantung dari kondisi seseorang. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit adalah:
Jenis Kelamin
Pada laki-laki normal jumlah (konsentrasi) eritrosit mencapai 5,1 – 5,8 juta sel/mm3. Pada wanita normal 4,3 – 5,2 juta sel/mm3.
Usia
Orang dewasa memiliki jumlah eritrosit lebih banyak dibanding anak-anak.
Tempat/Ketinggian
Orang yang hidup di dataran tinggi cenderung memiliki jumlah eritrosit lebih banyak.
Kondisi Tubuh Seseorang
Sakit dan luka yang mengeluarkan banyak darah dapat mengurangi jumlah eritrosit dalam darah (Ahmadi, 2010).
Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan sel darah merah adalah anemia, sedangkan bila kelebihan sel darah merah akan menimbulkan polisitemia. Anemia adalah defisiensi sel darah merah atau kekurangan hemoglobin. Hal ini mengakibatkan penurunan jumlah sel darah merah atau jumlah sel darah merah tetap normal tetapi jumlah hemoglobinnya subnormal. Karena kemampuan darah untuk membawa oksigen berkurang, maka seseorang akan keliatan pucat atau kurang tenaga. Beberapa jenis anemia, yaitu :
Anemia hemoragi terjadi akibat kehilangan darah akut. Sumsum tulang secara bertahap akan memproduksi sel darah merah baru untuk kembali ke kondisi normal.
Anemia defisiensi zat besi terjadi akibat penurunan asupan makanan, penurunan daya absorsi atau kehilangan zat besi secara berlebihan
Anemia aplastik (sumsum tulang tidak aktif), terjadi penurunan sel darah merah secara besar-besaran. Hal ini dapat terjadi karena pajanan radiasi yang berlebihan,keracunan zat kimia atau kanker.
Anemia pernicius karena tidak ada vitamin B12
Anemia sel sabit penyakit keturunan dimana molekul hemoglobin yang berbeda dari hemoglobin normalnya karena penggantian salah satu asam amino pada rantai polipeptida beta. Akibatnya sel darah merah terdistorsi menjadi berbentuk sabit dalam kondisi konsentrasi oksigen yang rendah. Sel-sel terdistorsi ini menutup kapiler dan mengganggu aliaran darah (Wijaya, 2009).
Polisitemia adalah peningkatan jumlah sel darah merah dalam sirkulasi,yang mengakibatkan viskositas dan volume darah. Aliran darah yang mengalir melalui pembuluh darah terhalang dan aliran kapiler dapat tertutup. Ada 2 macam polisitemia yaitu polisitemia vera akibat gangguan pada sumsum tulang dan polisitemia sekunder akibat hipoksia (kekurangan O2). Polisitemia sekunder dapat disebabkan oleh kediaman permanen didataran tinggi, aktivitas fisik berkepanjangan, dan penyakit paru atau penyakit jantung (Wijaya, 2009).
Hemocytometer adalah perangkat yang awalnya dirancang untuk peng-hitungan sel darah. Sekarang juga digunakan untuk menghitung jenis sel serta partikel mikroskopis lainnya. Hemocytometer diciptakan oleh Louis-Charles Malassez dan terdiri dari tebal kaca mikroskop slide dengan lekukan persegi panjang yang menciptakan ruang. Ruangan ini diukir dengan menggunakan laser-tergores grid dari garis tegak lurus. Perangkat ini disusun dengan hati-hati sehingga daerah yang dibatasi oleh garis yang diketahui, dan kedalaman ruang juga dikenal. Oleh karena itu mungkin untuk menghitung jumlah sel-sel atau partikel dalam volume tertentu cairan, dan dengan demikian menghitung konsentrasi dalam cairan sel-sel secara keseluruhan (Anonim, 2010:1).
HEMOGLOBIN
Hemoglobin ialah metalprotein pengangkut O2 yang mengandung besi dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi. Hemoglobin adalah protein berupa pigmen merah pembawa O2 yang kaya zat besi. Hemoglobin memiliki daya gabung terhadap O2 untuk membentuk hemoglobin dalam sel darah merah. Dengan dimulainya fungsi ini maka O2 dibawa dari paru menuju jaringan (Syaifuddin, 2011).
Sintesis hemoglobin di awali dari dalam proeritoblast kemudian dilanjutkan dalam fase retikulosit dalam sumsum tulang. Tahap dasar kimiawi pembentukan hemoglobin yaitu suksini KoA yang dibentuk dalam siklus Krebs berikatan dengan glisin untuk membentuk senyawa pirol yang menyatu membentuk senyawa protoporfirin. Kemudian senyawa tersebut berikatan dengan besi menggunakan bantuan enzim ferokelatase membentuk molekul heme. Setiap molekul heme bergabung dengan rantai polipeptida panjang (globin) membentuk suatu subunit hemoglobin (Guyton, 2007).
Hemoglobin di dalam darah membawa O2 dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir O2 : menerima, menyimpan dan melepas O2 di dalam sel-sel otot. Sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh berada di dalam hemoglobin (Sunita, 2001).
Menurut Depkes RI adapun fungsi dari hemoglobin darah antara lain sebagai berikut (Sopny, 2010) :
Mengatur pertukaran O2 dengan CO2 di dalam jaringan-jaringan tubuh.
Mengambil O2 dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.
Membawa CO2 dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke paru-paru untuk di buang, untuk mengetahui apakah seseorang itu kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan pengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin dari normal berarti kekurangan darah yang disebut anemia.
Batas Normal Kadar Hemoglobin Setiap kelompok Umur
Kelompok
Umur
Hb (gr/dL)
Anak
6 bulan sampai 6 tahun
13,5-19,5
6-14 tahun
12-14
Dewasa
Laki-laki
13-16,5
Wanita
11,5-15,5
Wanita hamil
11-16,5
(Sumber: Sopny, 2010)
Metode yang dapat digunakan untuk pemeriksaan kadar hemoglobin darah antara lain :
Metode Sahli
Prinsip dasar : Darah oleh larutah HCl 0,1N diubah menjadi asam hematin dan berwarna coklat. Perubahan warna yang terjadi dibaca dengan standar hemoglobin. Alat dan bahan yang digunakan : darah, standar hemoglobin, tabung hemoglobin, anti coagulant, HCl 0,1 N (Agus, 2012)
Metode Cyanmethemoglobin
Prinsp dasar hemoglobin darah diubah menjadi hemoglobin sianida dalam larutan kalium ferrisianida dan kalium sianida. Absorbsi larutan 8 diukur dengan panjang gelombang 540 mikrometer dengan satuan gram/dl. Alat dan bahan yang digunakan adalah alat tabung reaksi, pipet Hb 20 mikrom, fotometer, Reagen Cyanmed (Agus, 2012).
Alat dan Bahan
Hemositometer Neubauer atau merk lainnya yang terdiri atas :
Bilik hitung dan kaca penutupnya
Pipet Thoma (pengencer eritrosit) dengan skala pipet 0,5 – 101.
Pipet Leuco (pengencer leukosit) dengan skala pipet 0,5 – 11.
Mikroskop
Larutan pengencer
Hayem (untuk eritrosit)
Turk (untuk leukosit)
Alat pengambil darah : lanset/jarum suntik biasa
Alcohol 70% atau tissue
Cawan kecil atau gelas arloji
Alat penghitung (counter)
Gambar Kotak Hitung Sel Darah
pada Improved Neubauer
Cara Kerja
Menghitung jumlah eritrosit/sel darah merah
Prinsip hitung sel darah merah : sel darah merah dalam larutan hayem akan tetap stabil bentuknya, sedangkan protein plasma akan mengalami denaturasi.
Hisap darah vena/perifer dengan pipet thoma sampai angka 0,5 lalu diencerkan dengan larutan hayem sampai angka 101, jangan sampai ada gelembung udara.
Kocok selama 5 – 30 detik dan diamkan pada suhu kamar.
Siapkan bilik hitung dengan hati-hati, bersihkan dengan kain bersih dan halus juga siapkan mikroskop.
Setelah itu, buang larutan yang diujung pipet 3 – 4 tetes lalu diisikan ke dalam bilik hitung, lalu periksa dengan mikroskop
Amati bilik hitung dibawah mikroskop dengan pembesaran 100x (obeyktif 10x dan okuler 10x) maka akan terlihat gambar kotak-kotak seperti contoh gambar.
Kemudian hitung jumlah sel darah merah pada 5 kotak R kecil yang terletak di bagian tengah bilik hitung, masing-masin kotak kecil ini terdiri atas 16 kotak dengan ukuran yi : 120 mm x 120 mm = 1400 mm2 luasnya, dan dalamnya 110 mm sehingga jumlah isi ruangan yang dihitung eritrositnya adalah : 5 x 16 x 1400 mm2 x 110mm=150 mm3 (F bilik hitung) jadi jumlah sel eritrosit adalah :
5R x F x P
R = jumlah sel darah merah yang dihitung (5 kotak)
F = factor bilik hitung
P = pengenceran pipet
Perhitungan :
Volume ruangan bilik hitung yang digunakan 5 kotak R. kamar hitung Improved Neubauer 5 x 16 x 150 mm3. Bila jumlah sel eritrosit yang dihitung R, maka :
150 mm3 R butir
1 mm3 R x 50 butir
Faktor koreksi pengenceran:
Darah 0,5 ditambah larutan pengencer sampai 101 dikurangi 1 bagian yang tidak ikut dicampur (dibuang), sehingga pengencerannya 200x; jadi jumlah butir darah merah per mm3 darah adalah :
200 x 50 x R = R x 104 butir
Menghitung jumlah leukosit/sel darah putih
Prinsip hitung sel darah putih : sel darah menyerap violet, sedangkan sel darah merahnya hancur oleh asam cuka 2% yang ada pada reagen turk, membentuk hematin asam. Kemudian sel yang tinggal (sel darah putih) dihitung dengan menggunakan bilik hitung.
Hisap darah vena/perifer dengan pipet thoma sampai angka 0,5 selanjutkan diencerkan dengan reagen turk sampai angka 11, jangan sampai ada gelembung udara.
Kocok selama 5 – 30 detik dan diamkan pada suhu kamar.
Siapkan bilik hitung dengan hati-hati, bersihkan dengan kain bersih dan halus juga siapkan mikroskop..
Amati bilik hitung dibawah mikroskop dengan pembesaran 10x dan 40x.
Jumlah sel darah putih yang dihitung : 4W x F x P
R = jumlah sel darah merah yang dihitung (5 kotak)
F = faktor bilik hitung
P = pengenceran pipet
Perhitungan :
Untuk menghitung sel darah putih, digunakan 4 kotak yang terletak di keempat sudut bilik (yang masing-masing terdiri atas 16 bujur sangkar, pada gambar diberi tanda huruf W). satu kotak mempunyai luas 1 mm2 dan didalamnya 110 mm 4 x 1 mm x 110 mm2 = 410 mm3. Bila jumlah sel leukosit didalam tersebut = W butir, maka 1 mm3 = 410 x W.
Faktor pengenceran :
Darah 0,5 ditambah larutan pengencer sampai angka 11 dikurangi 1 bagian yang tidak ikut tercampur (dibuang), sehingga pengencerannya 20x; jadi jumlah butir darah merah per mm3 darah adalah :
20 x 410 x W = 50 x W butir
Menentukan kadar hemoglobin darah (Hb) cara Sahli
Cara ini didasarkan pada perubahan Hb dengan HCl 0,1 N menjadi hematin asm yang berwarna tengguli. Campuran ini diencerkan dengan akuades sampai warnanya sama dengan warna standar yang ada pada tabung sahli.
Tabung Sahli diisi dengan reagen HCl 0,1 N sampai angka 2.
Siapkan darah perifer, hisap dengan pipet sahli sampai angka 20, kemudian masukkan kedalam larutan HCl 0,1 N pada tabung hemoglobinometer sahli yang telah disiapkan, bilas dengan pipet 2 – 3 kali hingga pipet bersih dari darah.
Kocok tabung sampai homogen, lalu berdirikan di tengah tabung sahli.
Perlahan-lahan encerkan isi tabung dengan akuades sampai warnanya sama dengan warna standar pada tabung sahli
Hasilnya dibaca dengan melihat batas meniscus cairan
Skala pada tabung sahli menunjukkan kadar Hb dengan skala gram/dL.
Hasil Percobaan
Dapat dilihat pada lampiran pada halaman berikutnya.
Pembahasan
Darah terdiri dari sel darah merah dan sel darah putih. Mereka memiliki fungsi yang berbeda-beda. Selain itu, jumlah sel darah merah dan sel darah putih pada setiap jenis makhluk hidup berbeda-beda. Darah adalah cairan yang ter-dapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi salah satu fungsi darah di dalam tubuh adalah sebagai alat transportasi. Di dalam tubuh darah berperan dalam transport O2, karbondioksida, zat makanan, metabolit-metabolit yang tidak diperlukan, mengatur suhu tubuh normal, mempertahankan keseimbangan asam basa, mengatur keseimbangan air, mengatasi infeksi, transport hormon untuk metabolisme dan transport metabolit-metabolit antar jaringan. Fungsi utama dari sel-sel darah merah (eritrosit) adalah mengangkut Hb yang seterusnya akan membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan. Sel darah merah normal berbentuk pelat, cekung ganda dan ber-diameter 8 mikron. Konsentrasi pada pria lebih besar daripada wanita.
Hitung Sel Leukosit/ Sel Darah Putih
Komposisi sel darah putih dengan nilai normalnya yaitu Leukosit pada manusia memiliki nilai normalnya 5000 – 10.000/μL, dimana leukosit terdiri dari granular meliputi netrofil 60 – 70%, eosinofil 2 – 4%, basofil 0.5 – 1%; dan agranular meliputi limfosit 20 – 25% dan monosit 3 – 8% (Azhar, 2009).
Pemeriksaan hitung sel leukosit menggunakan sampel darah vena dengan Tantri Meitasari (Wanita/ 22 tahun) sebagai OP. Praktikum menghitung jumlah leukosit dilakukan dengan mengencerkannya terlebih dahulu dengan larutan Turk dalam pipet Leuco.
Pada leukosit, digunakan larutan Turk, karena larutan ini terdiri atas asam asetat 2% berfungsi untuk melisiskan trombosit dan eritrosit, sehingga hanya leukosit yang bisa diamati; dan gention violet 1% yang memberikan warna ungu muda pada inti dan sitoplasma granula leukosit, sehingga jelas dibawah mikroskop dan memudahkan perhitungan. Untuk pengenceran leukosit, sampel darah perifer (sesudah jari di tusuk dengan menggunakan lancet) dihisap hingga skala 0.5. Lalu hisap larutan Turk hingga skala 11. Kemudian setelah dihomogenkan, diteteskan campuran tersebut sebanyak 3-4 tetes. Hal ini dilakukan sebab, pada campuran itu tidak mengandung sel darah. Praktikum hitung jumlah sel leukosit menggunakan pengenceran 20 kali. Kemudian diteteskan campuran darah + larutan turk tersebut dalam kotak Improved Neubauer atau hemocytometer. Amati dalam mikroskop pada perbesaran 10x dan 40x dan hitung jumlah sel leukosit pada kotak W.
Hasil pemeriksaan sel leukosit pada kotak 4 W
2
4
1
2
-
3
3
1
1
2
1
2
2
3
3
4W4W2
4W
4W
-
2
4
-
2
3
2
-
-
-
2
1
-
1
2
-
-
-
-
3
4
1
2
1
3
-
3
3
-
3
2
2
3
1
2
2
3
2
1
2
1
1
1
2
2
3
2
1
Berdasarkan hasil pemeriksaan sel darah putih/leukosit diatas, dapat dihitung banyak sel leukositnya yaitu sebagai berikut
Jumlah Leukosit = 20 x 104 x W
= 20 x 104 x 107
= 5.350/µl
Berdasarkan hasil perhitungan leukosit pada sampel darah OP yaitu 5.350/µl. Jumlah sel leukosit pada OP termasuk Normal karena jumlah leukosit normal berkisar antara 5000 – 10.000/µl.
Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan basal dan lain-lain.
Hitung Sel Eritrosit/ Sel Darah Merah
Pemeriksaan hitung sel eritrosit menggunakan sampel darah perifer dengan Tantri Meitasari Kresnapati (Wanita/ 22 tahun) sebagai OP. Praktikum menghitung jumlah eritrosit dilakukan dengan mengencerkannya terlebih dahulu dengan larutan Hayem dalam pipet Thoma.
Sampel darah perifer (sesudah jari di tusuk dengan menggunakan lancet) OP dihisap dengan pipet thoma hingga skala 0,5. Setelah itu, dengan segera dilanjutkan menghisap larutan hayem hingga skala 101. Larutan hayem yang memiliki fungsi antara lain mengencerkan darah, merintangi pembekuan, bentuk bentuk eritrosit terlihat jelas, sedangkan bayangan leukosit dan trombosit lenyap. Komposisi larutan hayem adalah natrium sulfat kristal (5,0 gram), natrium klorida (1,0 gram), merkuri klorida (0,5 gram) dan air suling (200 ml). Setelah diencerkan dengan larutan hayem maka pipet dikocok secara horisontal agar tercampur sempurna.
Tetes pertama dan kedua dibuang atau di teteskan pada tissu hal ini dilakukan agar dalam hemocytometer benar-benar mengandung sel darah merah bukan larutan hayem saja. Campuran darah dan hayem dimasukkan kedalam hemocytometer untuk diamati dan dihitung jumlah eritrositnya dengan menggunakan mikroskop.
Kotak yang digunakan untuk menghitung eritrosit adalah kotak R (kotak kecil yang terletak di tengah terbagi menjadi 25 bujur sangkar dengan sisi 1/5 mm). Kotak ini lebih kecil dari pada kotak perhitungan leukosit, yaitu kotak W (kotak kecil yang terletak di bagian pojok dan masing-masing terbagi lagi menjadi 16 kotak dengan sisi ¼ mm) karena ukuran leukosit lebih besar dibandingkan eritrosit dan jumlahnya juga jarang maka ktak pengamatannya juga harus lebih besar sehingga mudah untuk diamati. Kotak R digunakan untuk eritrosit karena eritrosit ukurannya lebih kecil daripada leukosit. Jika eritrosit diamati pada kotak W akan terlalu banyak sel yang terlihat dan luas daerah hitung terlalu besar sehingga akan menyulitkan perhitungan.
Hasil pemeriksaan hitung sel darah merah/eritrosit pada kotak 5R
12
10
8
12
9
10
10
9
9
13
7
9
10
12
13
12
9
8
7
9
8
9
7
11
6
9
11
7
11
6
9
9
7
11
7
10
10
8
7
7
9
10
8
12
5
10
11
8
10
5
8
5
10
12
11
12
9
10
10
12
12
9
14
7
9
5
8
14
7
13
4
10
6
12
9
8
12
9
8
7
Berdasarkan hasil pemeriksaan sel darah merah/eritrosit diatas, dapat dihitung banyak sel eritrositnya yaitu sebagai berikut
Jumlah Eritrosit = 200 x 50 x R
= 200 x 50 x 738
= 7,38 x 106 sel/mm3
Berdasarkan hasil perhitungan eritrosit pada sampel darah OP yaitu 7,38 x 106 sel/mm3. Jumlah yang ditunjukkan sel eritrosit OP termasuk diatas rentang normal atau abnormal karena jumlah eritrosit normal berkisar antara 4 juta – 5 juta sel/mm3. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya umur, penyimpangan dari keadaan basal dan lain-lain.
Jumlah sel eritrosit dan leukosit pada manusia berbeda – beda, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
Nutrisi, bila seseorang mendapatkan nutrisi banyak maka orang tersebut akan memiliki sel darah yang banyak dibandingkan dengan orang yang kekurangan nutrisi.
Usia / umur.
Faktor lingkungan, di daerah dataran tinggi orang akan lebih banyak memiliki sel darah. Hal ini dikarenakan di dataran tinggi seseorang membutuhkan oksigen lebih banyak sehingga tubuh akan meningkatkan produksi eritrosit lebih banyak agar hemoglobin dapat lebih banyak mengikat oksigen. Hemoglobin merupakan protein yang mengandung senyawa hemin yang mengandung besi yang memilki daya ikat terhadap oksigen dan karbondioksida (Kimball , 1996).
Aktivitas, orang yang memiliki banyak aktivitas akan membutuhkan nutrisi yang banyak sehingga jumlah sel darahnya juga akan banyak.
Jenis kelamin, perempuan memiliki jumlah sel darah (eritrosit) lebih sedikit daripada laki-laki. Hal ini disebabkan berkurangnya eritrosit pada perempuan ketika menstruasi.
Kesalahan perhitungan dapat disebabkan oleh 3 hal yaitu teknis, sampling, peralatan. Kesalahan teknis yaitu adanya gelembung saat mengambil darah atau larutan pengencer sehingga bisa mempengaruhi volume pengenceran, penyedotan yang terlalu kuat sehingga volume darah yang diambil tidak sesuati dengan skala yang ditentukan, pengocokan yang kurang homogen menyebabkan sel darah akan sulit diamati karena bertumpuk atau tidak ada karena yang masuk pada hemocytometer adalah larutan pengencernya. Kesalahan peralatan bisa dikarenakan mikroskop yang memiliki fokus kurang tepat sehingga sel darah sulit diamati, pipet toma yang digunakan tidak berfungsi dengan baik sehingga sulit digunakan dalam penyedotan darah dan larutan pengencernya. Kesalahan sampling antara lain pada jari terdapat alkohol yang belum kering sehingga membuat darah yang keluar cepat beku, terdapat air pada pipet toma yang baru dibersihkan.
Pemeriksaan Hb
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas terhadap oksigen dan membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Melalui fungsi ini oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan. Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin adalah kompleks protein-pigmen yang mengandung zat besi. Kompleks tersebut berwarna merah dan terdapat didalam eritrosit. Sebuah molekul hemoglobin memiliki empat gugus haeme yang mengandung besi fero dan empat rantai globin (Rindamusti, 2012).
Metode yang digunakan saat praktikum adalah metode Hemoglobinometer sahli yaitu untuk mengetahui kadar hemoglobin (Hb) yang dilakukan dengan cara sederhana, namun tetap membutuhkan keterampilan dan ketelitian dalam pengamatan angka Hemoglobin (Hb).
Pada metode Sahli, hemoglobin dihidrolisi dengan HCl menjadi globin ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme yang akan bereaksi dengan ion Cl membentuk ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna cokelat. Warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna standar (hanya dengan mata telanjang). Untuk memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan, yang diubah adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara pengenceran sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar. Karena yang membandingkan adalah dengan mata telanjang, maka subjektivitas sangat berpengaruh. Di samping faktor mata, faktor lain, misalnya ketajaman, penyinaran dan sebagainya dapat mempengaruhi hasil pembacaan. Meskipun demikian untuk pemeriksaan di daerah yang belum mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan di lapangan, metode sahli ini masih memadai (Sopny, 2011).
15,6g/dL15,6g/dL
15,6g/dL
15,6g/dL
Berdasarkan hasil pengamatan tentang kadar Hemoglobin (Hb) yang telah di peroleh kadar hemoglobin sa mpel (I Nyoman Bagus Aji Kresnapati/ Pria/22 th) yaitu 15,6 g/dL. Kadar hemoglobin OP tergolong normal (normal = 12-16,5 g/dL).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin
Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin yaitu sebagai berikut (Sopny, 2010) :
Kecukupan Besi dalam Tubuh
Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia defisiensi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan mikro nutrien esensial dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk dieksresikan ke dalam udara pernapasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistem enzim pernapasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan peroksidase. Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan mioglobin dalam sel otot.
Metabolisme Besi dalam Tubuh
Besi yang terdapat di dalam tubuh orang dewasa sehat berjumlah lebih dari 4 gr. Besi tersebut berada di dalam sel-sel darah merah atau hemoglobin (lebih dari 2,5 g), myoglobin 150 mg), phorphyrin cytochrome, hati, limpa sumsum tulang (>200-1500 mg). Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu bagian fungsional yang dipakai untuk keperluan metabolik dan bagian yang merupakan cadangan. Metabolisme besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan dan pengeluaran.
Kadar hemoglobin dalam darah maupun kerja atau fungsi hemoglobin yang optimal dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa hal meliputi (Rindamusti, 2012) :
Makanan atau gizi
Zat-zat gizi atau komponen gizi yang terdapat dalam makanan yang dimakan digunakan untuk menyusun terbentuknya hemoglobin yaitu Fe (zat besi) protein.
Fungsi Jantung dan paru
Jantung berfungsi memompa darah keseluruh tubuh. Dalam darah terdapat hemoglobin yang membawa oksigen keseluruh tubuh sebagai pembentukan energi. Sedangkan paru berfungsi untuk menghisap oksigen dari udara luar yang kemudian disuplai ke aliran darah dengan adanya ikatan antara haemoglobin dan paru mempengaruhi kerja jantung yang optimal.
Fungsi Organ-organ Tubuh Lain
Misalnya fungsi hepar dan ginjal yang membantu dalam proses pembentukan eritrosit dan hemoglobin.
Merokok
Menurut Giam, C.K dan The K.C (1993:47) merokok mengurangi kelembaban haemoglobin membawa oksigen dari darah. Juga pengaliran darah ke organ-organ vital dan jaringan-jaringan (seperti jantung, otak dan otot) akan berkurang. Secara timbulnya stress terhadap organ-organ vital,seperti jantung.
Penyakit Yang Menyertai
Penyakit yang di derita membutuhkan lebih banyak zat gizi dan oksigen untuk pembentukan energi guna penyembuhan penyakit yang di derita.
Kesimpulan
Berdasarkan pada praktikum yang telah dilakukan pada tanggal 15 November terhadap sampel darah perifer OP atas nama Tantri Meitasari (Wanita/22 tahun) untuk pemeriksaan jumlah seI leukosit dan eritrosit serta OP atas nama I Nyoman Bagus Kresnapati (Pria/ 22 tahun) untuk pemeriksaan Hemoglobin :
Jumlah Sel Leukosit : 5350/µl; jumlah tergolong normal (jumlah leukosit normal berkisar 5.000 – 10.000/µl).
Jumlah Sel Eritrosit : 7,38 juta sel/mm3; jumlah ini tergolong abnormal (jumlah normal sel eritrosit dalam darah berkisar 4 juta – 5 juta sel/mm3).
Kadar Hemoglobin yang diperoleh dengan menggunakan metode Sahli adalah 15,6 g/dL. Kadar Hb OP ini tergolong tinggi, sebab kadar Hb normal Pria adalah 13-16,5 g/dL.
Saran
Gunakanlah alat yang bersih dari residu dan alat yang tidak rusak untuk mendapatkan hasil yang diharapkan.
Memiliki sumber buku atau penuntun yang dapat menentukan hasil kerja yang sesuai pada prosedur kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Agus. 2012. Hemoglobin darah. Online. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/ 107/jtptunimus-gdl-fajarmardh-5335-1-bab1.pdf. Diakses pada 11 Desember 2017.
Campbell et all. 2008. Biology Eight Edition. San Fransisco : Benjamin Cummings.
Guyton, A.C. 2007. Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Diterjemahkan oleh Irawati dan Luqman Y.R. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hidayati, Dewi. (2006). Modul Ajar Fisiologi Hewan. Surabaya : Program Studi Biologi FMIPA-ITS.
Kimball, Jhon W, (1993). Biologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Linman JM. Hematology Physiologic, Pathophysiologic and Clinical Principles 1st Edition., New York : MacMillan Publishing Co,
Miale JB. Laboratory Medicine Hematology. 4th Ed. St. Louis; The C.V. Mosby Companya,
Rindamusti. 2012. Hemoglobin. Online. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/139/ jtptunimus-gdl-rindamusti-6948-3-babii.pdf. Diakses pada 11 Desember 2017.
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Alih bahasa: Brahm U. Pendit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Buku kedokteran EGC.
Sopny. 2010. Kadar Hemoglobin Darah. Online. http://repository.usu.ac.id/ bitstream/123456789/20481/4/Chapter%20II.pdf. diakses pada 11 Desember 2017.
Syaifuddin, H. 2011. Anatomi Fisiologi : Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Keperawatan dan Kebidanan. Edisi 4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.