Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kultivasi cair, diperoleh bahwa pH awal fermentasi ialah 6,1. Tingkat keasman atau pH tersebut merupkan pH yang tidak optimum karena pada pH 6,1 dapat kemungkinan terjdinya kontaminasi oleh organisme lain dan terjadinya pembentukan asam organik yang tidak diinginkan. Menurut Papagianni (1995), pH 2 merupakan derajat keasaman optimum pada awal fermentasi untuk memproduksi asam sitrat. Rendahnya pH tersebut mengurangi resiko kontaminasi pada saat fermentasi oleh mikroorganisme, serta menghambat produksi asam organik yang tidak diinginkan (misalnya asam glukonat, asam oksalat) sehingga hal tersebut membuat perbaikan asam sitrat dari media cair. Selain itu diperoleh hasil bahwa terdapat perubahan pH yang cenderung meurun dari hari pertama dengan pH 6,1 sampai hari kedua dengan pH 5,1 atau menandakan semakin meningkatnya tingkat keasaman. Perubahan pH tersebut menunjukkan adanya pembentukan asam sitrat, dimana asam sitrat yang terbentuk tersebut akan meurunkan pH cairan atau meningkatkan keasaman cairan. Produksi asam sitrat meningkat selama proses fermentasi dan maksimum pada hari pertama sampai hari keempat dengan volume cairan 38 ml, 40m, 40 ml, dan 44,1 ml dan menurun pada hari kelima sebanyak 35 ml. Demikian juga halnya dengan biomassa, dimna pada hari pertam sampai hari keempat mengalami peningkatan yaitu sebanyak 0,0002 g/ml, 0,0006 g/ml, 0,0008 g/ml, dan 0,00198 g/ml, kemudian menurun pada hari yang kelima yaitu sebnyak 0,0009 g/ml. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada hari pertama sampai hari ketiga meupakan fase pertumbuhan eksponensial yang menujukkan adanya peningkatan jumlah biomass dan produk yang dihasilkan dan penurunan substratnya. Sedangkan pada hari keempat dan hari kelima merupakan fase pertumbuhan stasioner dimana jumlah biomassa yang diperoleh cenderung statis atau bahkan menurun karena terbatasnya atau semakin berkurangnya substrat atau komponen nutrisi. Oleh karena itu, berkuranggnya nutrisi pada fasa stasioner akan menekan kapang A. Niger mensekresikan enzim untuk mengurai substrat menjadi asam sitrat sebagai produk metabolit sekunder ( Friderich at al, 1994). Laju pertumbuhan spesifik yang diperoleh berdasarkan hasil regresi linear grafik antara Ln biomassa terhadap ialah sebesar 1, 775 gr perhari. Menurut Gupta dkk ( 1976) laju pertumbuhan dapat ditingkatkan dengan penambahan komposisis gula media, kandungan garam organik media, pH media, luas permukaan fermentasi, suplai oksigen, suhu dan lama fermentasi secara otimum. Selain itu, total asam yang diperoleh mengalami peningkatan secara signifikan pada hari ke empat dan kelima yaitu sebanyak 309,12 mg/ml dan 245 mg/ml, sedangkan pada hari pertama sampai ketiga total asam yang dihasilkan cenderung sedikit yaitu sebnyak 26,88 mg/ml, 46,08 mg/ml, dan 57,6 mg/ml. Hal ini menunjukkan asam sitrat pada fase eksponensial yaitu hari pertama sampai hari ketiga cenderung sedikit, sedangkan pada fase stasioner asam sitrat yang diperoleh lebih banyak (hari keempet dan kelima), sehingga menandakan bahwa asam sitrat merupakan produk metabolit sekunder. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka menurut Hossain dkk (1984) yang menyatakan bahwa total asam pada fase eksponensial cenderung sedikit, sedangkan pada fase stasioner total asam meningkat total. Untuk DNS diperoleh bahwa data yang dihasilkan cenderung tidak beraturan dimana pada hari pertama sampai hari keenama nilai DNS secra berurutan yaitu 0,004; 0,187; 0.09; 0,261; dan 0,125. Sehingga hasil ini tidak sesuai dengan tinjauan pustaka dari Hang dkk (1977) yang menyatakan bahwa jumlah kadar glukosa pada proses fermentasi pembuatan asam sitrat cnderung menurun, hal ini dikarenakan kadar glukosa digunkan sebgai sumber makanan/nutrisi yang digunakan mikroba sehingga akan jumlahnya akan selalu menurun. Menurun nya kadar glukosa seanding dengan menurunnya nilai DNS.
TINPUS Papagianni M. 1995. Morphology and citric acid production of Aspergillus niger in Submerged Culture. PhD Thesis, University of Strathclyde. Friederich J., A. Cinerman, dan W. Steiner. 1994. Concomitant Biosynthesis of Aspergillus niger Pectolytic Enzymes and Citric Acid on Sucrosa. J Enzym and Microbial Technology 16: 703-710
Gupta J.K, L.G Heding dan O.B. Jorgensen. 1976. Effect of Sugars, Hydrogen Ion Concentration and Amnonium Nitrate on Formatiom of Citric Acid by Aspergillus niger. Acta Microbial Acad Sci Hung 23: 63-73. Hossain M., J.D. Brooks dan I.S. Maddox. 1984. The effect of the sugar source on citric acid production by Aspergillus niger. Appl Microbiol Biotechnol 19: 393–7. Hang Y.D, D.F. Splittstoessitr, R.E.E. Woodams, dan R.M. Sherman. 1977. Citric Acid Fermentation of Brewery Waste. J. of Food Science. 42 (2) : 383-388