LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1
Disusun oleh : Kelompok 1 A
1. KHAIRUL ANWAR
1307035148
2. NAUVAL DWI FADILLAH
1307035131
3. SARI CLARA PRECELIA
1307035135
4. SURVINA OSALIA GINTING
1307035158
LABORATORIUM KIMIA FISIK DAN ANORGANIK FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA
2014
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga pada akhirnya ”Laporan Praktikum Anorganik 1” ini dapat kami susun dan sajikan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Adapun maksud dan tujuan kami dengan membuat ”Laporan Praktikum Anorganik 1” ini adalah untuk memenuhi tugas praktikum kami. Selain dari pada itu semoga pembuatan laporan ini juga dapat membantu rekan - rekan mahasiswa lain untuk dapat digunakan sebagai literatur tambahan. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama praktikum hingga tersusun laporan ini, khususnya para asisten yang telah membimbing dan mengarahkan kami dalam praktikum dan pembuatan laporan. Akhirnya jika dalam penyajian laporan ini masih ada kekurangan, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian sangat kami harapkan. Harapan kami semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Samarinda, 28 November 2014
Penyusun Kelompok 1A
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMA ANORGANIK 1 “KOROSI BESI”
Disusun oleh : Kelompok 1A
1. KHAIRUL ANWAR
1307035148
2. NAUVAL DWI FADILLAH
1307035131
3. SARI CLARA PRECELIA
1307035135
4. SURVINA OSALIA GINTING
1307035158
Samarinda, 28 November 2014 Mengetahui, Dosen Pembimbing,
Asisten Praktikum,
Niswatun Khasanah ,S.Si. M.Si NIP. 19711203 200012 1 001
M. Arief R.F.D NIM. 1107035038
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menjumpai berbagai macam-macam logam yang ada disekitar kita, misalnya besi baja dan alumunium yang tidak terawat dengan baik dan menyebabkan logam tersebut rusak dan berkarat. Besi merupakan logam yang digunakan banyak orang karena haranya tidak terlalu mahal dan mudah didapat serta daya tahannya kuat. Dalam kimia, korosi adalah kerusakan degrasi logam akibat reaksi-reaksi redoks antara suatu logam berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut pengkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah pengkaratan besi. Reaksi reduksi dan oksidasi merupakan reaksi yang disertai pertukaran elektron antara pereaksi yang menyebabkan keadaan oksidasi berubah. Korosi mendatangkan kerugian yang tahan, tidak indah dan tidaklah aman untuk dipakai dalam bangunan-bangunan maupun pengkaratan yang memakai besi dan sebagainya. Terjadinya karat pada besi disebabkan karena terjadinya reaksi kimia oleh pengaruh lingkungan misalnya karena oksigen atau gas lain dari atmosfer air larutan garam asam dan basa. Proses terjadinya karat disebut korosi. Oleh karena itu dilakukan percobaan kali ini yaitu untuk mengetahui reaksi oksidasi maupun reduksi yang terjadi pada besi, baja, alumunium, perak dan lainnya. Mengetahui apa saja yang mempengaruhi dan menyebabkan terjadinya korosi. Proses elektrokimia yang terjadi dalam proses pengkaratan (korosi) yang terjadi dalam kali ini yang dilakukan dan penerapannya dalam kehidupan seharihari dan macam-macam cara untuk mengatasi korosi besi baik secara sederhana maupun dengan cara proses yang menggunakan peralatan canggih.
1.2 Tujuan percobaan - Mengetahui besarnya efek korosi pada paku dengan kontrol dalam 48 jam 1
- Mengetahui reaksi yang terjadi pada kontrol dan indikator pp - Mengamati korosi yang terjadi terhadap reagen
1.3 Prinsip percobaan Sifat asam kuat dari HCl mempercepat terjadinya korosi pada besi sedangkan pada senyawa basa kuat NaOH proses reaksi korosi berlangsung lambat karena NaOH melindungi besi dan lama kelamaan menyebabkan korosi. Senyawa K3Fe(CN)6 mengoksidasi paku, indikator pp mendeteksi kandungan OH- pada paku, pada setiap penambahan reagen paku bengkok lebih banyak mengalami korosi karena lapisan permukaan paku telah rusak. Dan pada proses ini terjadi reaksi redoks dimana besi yang mengalami oksidasi dan oksigen (udara) yang mengalami reduksi. Sedangkan oksigen tereduksi menjadi 4OH- dan adapun faktor-faktor yang dapat mempercepat terjadinya korosi pada percobaan kali ini adalah dengan penambahan NaOH, HCl, K3Fe(CN)6 dan indikator pp. pada kecepatan korosi pada paku akibat terjadinya oksidasi logam besi sehingga dihasilkan Fe dan Fe2+ karena penambahan NaOH, K3Fe(CN)6, indikator pp, HCl yang mempengaruhi korosi
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Korosi adalah kerusakan atau degredasi logam akibat reaksi-reaksi redoks antara suatu logam berbagai zat dilingkungannya yang menghasilkan senyawasenyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut pengkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah pengkaratan besi. Reaksi reduksi dan oksidasi merupakan reaksi yang disertai pertukaran elektron antara pereaksi yang menyebabkan keadaan oksidasi berubah. Dari sejarahnya, istilah oksidasi diterapkan untuk proses. Proses dimana oksigen diambil oleh suatu zat. Maka reduksi dianggap sebagai proses, dimana oksigen diambil dari dalam suatu zat. Kemudian penangkapan hidrogen juga disebut reduksi, sehingga kehilangan hidrogen harus disebut dengan oksidasi (Svehla, 1985). Korosi dapat digambarkan sebagai sel galvanik yang mempunyai hubungan pendek dimana beberapa daerah permukaan logam bertindak sebagai katoda dan lainnya sebagai anoda dan rangkaian listrik dilengkapi oleh aliran elektron menuju besi itu sendiri. Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi karat logam umumnya dalah berupa oksdia dan karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3, xH2O, suatu zat pada yang berwarna coklat, merah. Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada proses besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai anode dimana besi mengalami oksidasi Fe(S) ↔ Fe2+ + 2e Elektron yang dibebaskan di anode mengalir kebagian lain dari besi itu yang bertindak sebagai katode, dimana oksigen tereduksi O2(g) + 4H+(aq) + 4e ↔ 2H2O(e) O2(g) + 2H2O(e) + 4e↔ 4OH-(aq) Ion besi (II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi (III) yang kemudian membentuk senyawa oksidasi terhidrasi yaitu karat besi. Mengenai bagai mana, dari besi itu bertindak sebagai anode dan bagian mana yang sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor atau
perbedaan rapatan logam itu. Besi murni adalah logam yang berwarna putih perak yang kukuh dan liat. Ia melebur pada suhu 1535oC. Jarang terdapat besi komersial yang murni biasanya besi mengandung sejumlah kecil karbida, silsida, fosfida, dan sulfida dari besi. Serta sedikit grafit. Zat-zat pencemar ini menaikkan peran penting dalam kelarutan struktur besi. Berbeda dengan tembaga, tembaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat ditempa dan liat. Melebur pada suhu 1038oC. Karena potensial elektron standarnya positif, ia tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun adanya oksigen ia bisa larut sedikit (Svehla, 1990). Terdapat beberapa teknik untuk mencegah korosi. Pelapisan permukaan dengan suatu lapisan tak tertembuskan, seperti cat, dapat mencegah masuknya udara lembab. Sayangnya, perlindungan ini akan gagal dan menimbulkan malapetaka jika cat menjadi berpori. Jika demikian maka oksigen dapat masuk ke dalam logam yang tersingkap, dan korosi terus berlanjut dibawah lapisan cat bentuk lain pelapisan permukaan dilakukan dengan galvanisasi yaitu pelapisan benda besi dengan seng. Karena potensial elektroda seng adalah 0,76 V yang lebih negatif dari pasangan besi itu maka korosi seng dipermudah secara temodinamika. Sehingga besi itu bertahan (seng itu bertahan karena dilindungi oleh lapisan oksida terhidrasi). Sebagai perbandingan, pelapisan timah menyebabkan korosi besi yang sangat cepat, begitu permukaanya tergores dan besinya tesikap. Hal ini disebabkan pasangan timah (Eo= -0,14 eV) mengoksidasi pasangan besi (Eo= -0,44 eV). Beberapa oksida bersifat lambat secara kinetika dalam arti bahwa oksida itu melekat pada permukaan logam dan membentuk lapisan tak tertembuskan pada jarak pH yag cukup lebar. Pasifasi atau perlindugnan kinetika itu dapat dipandang sebagai suatu cara untuk menurunkan arus pertukaran, dengan penutupan permukaan. Jadi, alumunium lambat di udara, walaupun potensial reduksinya sangat negatif (-1,66V). Metode perlindungan lainnya adalah mengubah potensial objek dengan memompa elektron yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan reduksi oksigen, tanpa melibatkan oksidasi logam. Dalam perlindungan katode objek dihubungkan dengan logam yang mempunyai potensial elektrode lebih negatif seperti magnesium (2,36 V). Magnesium bertindak sebagai anoda karbon yang memberika
elektrodanya pada besi dan dalam proses itu teroksidasi menjadi Mg2+. Pengganti balok magnesium sekali-kali jauh lebih murah dari pada kapal, bangunan, atau pipa saluran, sebagai pengorbanan. Dalam perlindungan katoda arus terpasang, sel luar menyediakan elektron sehingga menghilangkan kebutuhan besi untuk mentrasnfer elektronnya sendiri (Attkins, 1990). Pembentukan oksida logam yang berasal dari reaksi antara logam dengan oksigen adalah kejadian biasa. Kenyataanya dalam bentuk karatan (korosi) pembentukkan oksida ini merupakan sumber kerugian ekonomi dalam dunia modern ini. Besi akan beraksi dengan oksigen apabila ada uap air untuk membentuk karat yaitu oksida yang kristalnya mengandung molekul air dalam jumlah beragam (ditunjukan oleh koefisien x pada persamaan berikut): 3
2Fe(s) + 2O2(g) + xH2O(l) → Fe2O3.xH2O (karat) Karat adalah besi (III) oksida yang tehidrasi alumunium juga akan membentuk oksida apabila bereaksi dengan oksigen di udara 3
2Al(s) + 2O2(g) → Al2O3(s) Seperti telah dipelajari, alumunium akan lebih mudah dioksidasikan dari pada besi, sehingga permukaan logam alumunium yang masih segar akan cepat bereaksi dengan O2 dan akan membentuk lapisan oksida pada permukaan tersebut. Namun berbeda dengan karat besi. Al2O3 akan mengikat secara kuat pada permukaannya sehingga akan melindungi logam tersebut dari kerusakan selanjutnya. Kenyataanya karena demikian mudahnya alumunium dipakai sebagai logam bangunan (struktur mental) (Brady, 1986). Oksidan dan hidroksida, penambahan OH- kepada larutan Fe2+ menghasilkan hidroksida hijau pucat yang mudah teroksidasi oleh udara memberika ferri oksida hidrat yang coklat merah Fe(OH)2 suatu hidroksida sejati dengan struktur Mg(OH)2 agak bersifat amfoter. Seperti Fe, zat ini larut dalam NaOH pekat, dari kelarutan ini dapat diperoleh kristal-kristal biru Na4[Fe(OH)6]. Oksidasinya FeO bisa diperoleh sebagai bentuk serbuk hitam bersifat pirofor dengan menyalakan Fe2+ oksalat
biasanya non stoikiometeri Fe0,95 O, berarti bahwa ada beberapa Fe3. Penambahan OH- kepada larutan ferri memberikan massa gelatin coklat merah umumnya, disebut ferri hidroksida tetapi diberikan sebagai oksida hidrat Fe2O3.nH2O. zat ini mempunyai beberapa bentuk, salah satu FeO (O) terdapat dalam mineral lepidoctocite, dan dapat dibuat dengan hidrolisis feri klorida pada suhu tinggi. Pemanasan pada 200oC oksdia hidrat membentuk ∂-Fe2O3 coklat merah yang terdapat sebagai mineral hematile ini mempunyai struktur korondum dengan tatanan hcp dari O dan Fe3+ dalam interaksi oktahedral (Cotton, 2009). Besi adalah logam yang kedua melimpahnya sesudah Al dan unsur eempat yang paling melimpah dalam kulit bumi, teras bumi dianggap terutama terdiri atas Fe dan NI. Bijih yang utama adalah hematite Fl2O3, magnetite Fe3O4 limonite Fe O(OH) dan side FeO3. Besi murni cukup reaktif. Dalam udara lembab cepat teroksdiasi memberikan besi (III) oksida hidrat (karat) yang tidak sanggup melindungi karena zat ini hancur dan memberika permukaan logam ang baru, terbuka. Besi yang sangat halus bersifat pirofor. Logamnya mudah larut dalam asam mineral. Dengan asam bukan pengoksidasi tanpa udara, diperoleh Fe2+ dengan adanya udra atu bila digunakan HNO3 encer panas, sejumlah besi menjadi Fe3+ (Cotton, 2009). Oksidasi logam besi secara perlahan oleh dioksigen udara dikenal sebagai proses pengkaratan. Dengan menggunakan indikator dapat ditunjukkan adanya kenaikan pH disekitar permukaan besi yang berkarat. Proses pengkaratan besi merupakan pembentukan oksida terhidrat Fe3(OH)3 atau Fe(OH) secara elektrokimia ini hanya hadir karena adanya oksigen air dan suatu elektrolit. Jika salah satu dari ketiga zat tersebut tidak ada roses pengkaratan akan terhambat (Sugiyarto, 2010). Garam-garam besi (II) (atau fero) diturunkan dari besi (II oksida) FeO. Dalam larutan, garam-garam ini mengandung kation Fe2+ dan berwarna sedikit hijau. Ionion gabungan dan kompleks-kompleks sepit yang berwarna tua adalah juga umum. Ion besi (II dapat mudah dioksidasikan menjadi besi (III), maka merupakan zat pereduksi yang kuat. Semakin kurang asam larutan itu, semakin nyatalah efek ini dalam suasana netral atau basa bahan oksigen dari atmosfer akan megnoksidasikan
ion besi (II). Maka larutan besi (III) harus sedikit asam bila ingin disimpan untuk waktu yang agak lama (Svehla, 1985). Garam-garam besi (II) (atau feri) diturunkan dari oksdia besi (III), Fe2O3. Mereka lebih stabil dai pada garam besi (II). Dalam larutannya terdapat kationkation Fe3+ ang berwarna kuning muda, jika larutan mengandung klorida warna menjadi semakin kuat zat-zat pereduksi mengubah ion besi (III) menjadi besi (II) (Svehla, 1985). Karena ion heksasianoferat (II) adalah ion kompleks tidak memberi reaksireaksi besi yang khas. Besi yang ada dalam larutan demikian, bisa di deteksi dengan menguraikan ion kompleks itu dengan mendidihkan larutan dengan asam sulfat pekat dalam kamar asam mempunyai ventilasi yang baik pada mana tebentuk gas karbon monoksida: [Fe(CN)6]4- + 6H2SO4 + 6H2O → Fe2+ + 6CO↑ + 6NH4+ + 6SO2-4 (Svehla, 1985).
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat - Pipet tetes - Cawan petri - Beaker glas - Botol reagen - Stopwatch - Kamera - Batang pengaduk - Hot plate - Keranjang 3.1.2 Bahan - Paku - Amplas - Agar-agar - Tissue - Serbet - Kertas label - Larutan indikator pp - Larutan NaCl - Larutan NaOH - Larutan K3Fe(CN)6 - Aquades - Sabun cair
3.2 Prosedur percobaan - Dimasukan agar-agar sebanyak 1 bungkus ke dalam gelas beaker - Ditambah 400 mL aquades
8
- Dipanaskan hingga larut 3.2.1 Kontrol - Dimasukkan paku lurus dan bengkok ke dalam cawan petri - Dimasukan larutan agar-agar ke cawan petri sampai semua bagian paku terendam - Diamati selama 0 menit, 30 menit, 1 jam, 1,5 jam dan 48 jam - Dicatat 3.2.2 Kontrol + NaCl - Dimasukkan paku lurus dan bengkok ke dalam cawan petri - Dimasukan larutan agar-agar ke cawan petri - Ditambahkan larutan NaCl sebanyak 2 pipet pada cawan petri - Diamati selama 0 menit, 30 menit, 1 jam, 1,5 jam dan 48 jam - Dicatat 3.2.3 Kontrol + K3Fe(CN)6 - Dimasukkan paku lurus dan bengkok ke dalam cawan petri - Dimasukan larutan agar-agar ke cawan petri - Ditambahkan larutan K3Fe(CN)6 sebanyak 2 pipet pada cawan petri - Diamati selama 0 menit, 30 menit, 1 jam, 1,5 jam dan 48 jam - Dicatat 3.2.4 Kontrol + Indikator pp - Dimasukkan paku lurus dan bengkok ke dalam cawan petri - Dimasukan larutan agar-agar ke cawan petri - Ditambahkan larutan Indikator pp sebanyak 2 pipet pada cawan petri - Diamati selama 0 menit, 30 menit, 1 jam, 1,5 jam dan 48 jam - Dicatat 3.2.5 Kontrol + HCl - Dimasukkan paku lurus dan bengkok ke dalam cawan petri - Dimasukan larutan agar-agar ke cawan petri - Ditambahkan larutan HCl sebanyak 2 pipet pada cawan petri - Diamati selama 0 menit, 30 menit, 1 jam, 1,5 jam dan 48 jam - Dicatat
3.2.6 Kontrol + NaOH - Dimasukkan paku lurus dan bengkok ke dalam cawan petri - Dimasukan larutan agar-agar ke cawan petri - Ditambahkan larutan NaOH sebanyak 2 pipet pada cawan petri - Diamati selama 0 menit, 30 menit, 1 jam, 1,5 jam dan 48 jam - Dicatat 3.2.7 Kontrol + NaCl + K3Fe(CN)6 + Indikator pp - Dimasukkan paku lurus dan bengkok ke dalam cawan petri - Dimasukan larutan agar-agar ke cawan petri - Ditambahkan larutan NaCl, K3Fe(CN)6, dan Indikator pp sebanyak 2 pipet pada cawan petri - Diamati selama 0 menit, 30 menit, 1 jam, 1,5 jam dan 48 jam - Dicatat 3.2.8 Kontrol + NaOH + K3Fe(CN)6 + Indikator pp + HCl - Dimasukkan paku lurus dan bengkok ke dalam cawan petri - Dimasukan larutan agar-agar ke cawan petri - Ditambahkan larutan NaOH, K3Fe(CN)6, Indikator pp dan HCl sebanyak 2 pipet pada cawan petri - Diamati selama 0 menit, 30 menit, 1 jam, 1,5 jam dan 48 jam - Dicatat
3.3 Flow sheet 3.3.1 Kontrol Agar-agar
Aquades
Paku
dipanaskan dimasukan agar-agar dalam 400 mL aquades dipanaskan hingga larut dimasukan paku dalam cawan petri dimasukan agar-agar dalam cawan petri
0 menit Belum terjadi korosi
30 menit belum terjadi korosi
1 jam belum terjadi korosi
1.5 jam tidak terjadi korosi
48 jam tidak terjadi korosi
3.3.2 Kontrol+NaCl
Agar-agar
Aquades
Paku
dipanaskan dimasukan agar-agar dalam 400 mL aquades dipanaskan hingga larut dimasukan paku dalam cawan petri dimasukan agar-agar dalam cawan petri ditambahkan larutan NaCl
0 menit Terdapat gelembung
30 menit Terdapat gelembung
1 jam Terdapat gelembung
1.5 jam Terjadi sedikit korosi
48 jam terjadi korosi
3.3.3 Kontrol+K3Fe(CN)6
Agar-agar
Aquades
Paku
dipanaskan dimasukan agar-agar dalam 400 mL aquades dipanaskan hingga larut dimasukan paku dalam cawan petri dimasukan agar-agar dalam cawan petri ditambahkan larutan K3Fe(CN)6
0 menit Timbul warna biru pada paku
30 menit Terdapat gelembung terjadi korosi
1.5 jam Terjadai korosi lebih banyak
1 jam Terjadi korosi
48 jam Terjadi korosi pada paku
3.3.4 Kontrol+Indikator pp
Agar-agar
Aquades
Paku
dipanaskan dimasukan agar-agar dalam 400 mL aquades dipanaskan hingga larut dimasukan paku dalam cawan petri dimasukan agar-agar dalam cawan petri ditambahkan larutan Indikator pp 0 menit Tidak ada korosi
30 menit Terdapat warna merah lembayung
1 jam
Terdapat warna merah lembayung
1.5 jam Terdapat warna merah lembayung
48 jam
Terdapat banyak warna merah lembayung
3.3.5 Kontrol+HCl
Agar-agar
Aquades
Paku
dipanaskan dimasukan agar-agar dalam 400 mL aquades dipanaskan hingga larut dimasukan paku dalam cawan petri dimasukan agar-agar dalam cawan petri ditambahkan larutan HCl 0 menit Belum ada korosi
30 menit Belum ada korosi
1.5 jam Belum ada korosi
1 jam Hanya di temukan gelembung
48 jam Terjadi korosi dalam jumlah banyak
3.3.6 Kontrol+NaOH
Agar-agar
Aquades
Paku
dipanaskan dimasukan agar-agar dalam 400 mL aquades dipanaskan hingga larut dimasukan paku dalam cawan petri dimasukan agar-agar dalam cawan petri ditambahkan larutan NaOH 0 menit Belum ada korosi
30 menit Terdapat gelembung
1 jam
Terjadi sedikit korosi
1.5 jam 48 jam Terjadi sedikit Paku tidak mengalami korosi korosi
3.3.7 Kontrol+K3Fe(CN)6+NaCl+Indikator pp Agar-agar
Aquades
Paku
dipanaskan dimasukan agar-agar dalam 400 mL aquades dipanaskan hingga larut dimasukan paku dalam cawan petri dimasukan agar-agar dalam cawan petri ditambahkan larutan NaCl, K3Fe(CN)6 dan indikator pp 0 menit
30 menit Terdapat gelembung
Terdapat gelembung
1.5 jam Terjadi sedikit korosi
1 jam
Terdapat gelembung
48 jam Terjadi korosi pada paku
3.3.8 Kontrol+K3Fe(CN)6+NaCl+Indikator pp+HCl Agar-agar
Aquades
Paku
dipanaskan dimasukan agar-agar dalam 400 mL aquades dipanaskan hingga larut dimasukan paku dalam cawan petri dimasukan agar-agar dalam cawan petri ditambahkan larutan NaCl, K3Fe(CN)6 , indikator pp dan HCl 0 menit Bewarna kuning pada permukaan agaragar
30 menit Warna merah lembanyung pada permukaan paku
1 jam
Terjadi korosi pada paku
1.5 jam Terjadi korosi pada besi
48 jam Terjadi korosi pada paku
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data pengamatan Sampel
Waktu 0 menit
- Kontrol Tidak
30 menit
ada Agar-agar
perubahan
mengeras
1 jam
1.5 jam
48 jam
Belum ada Agar-agar
Hanya
pengkorosia
mengereas
terdapaat
n
sebelumnya
sedikit krosi
- Kontrol Ada sedikit Agar-agar
Belum ada Agar-agar
Hanya sedikit
+ NaCl
pengkorosia
mengeras
saja korosi
n
sebelumnya
Korosi
Agar-agar
Pakuu
mengeras
terkorosi
gelembung
mengeras
- Kontrol Ada sedikit Mulai + HCl
gelembung
nampak
ada mulai
korosi
terjadi
hingga keluar dari agar-agar
- Kontrol Sedikit
Agar-agar
Belum
+ NaOH
mengeras
nampak ada nampak ada saja korosi
gelembung
korosi
Belum
Hanya sedikit
koroi
- Kontrol Warna
Mulai sedikit Korosi
Muncul biru Korosi terjadi
+
terkorosi
turnbull
larutan
menyebar
K3Fe(CN menguning
disertai
biru
turnbull
)6 - Kontrol Ada
Mulai muncul Agar-agar
Belum
Muncul
+
gelembung
warna merah mengeras
terjadi
merah
Indikator
sedikit
lembayung
korosi
lembayung
pp
disekitar paku
15
- Kontrol Warna
Mulai muncul Muncul
+
warna merah warna biru muncul
larutan
lembayung
menjadi
larutan
Indikator menjadi pp
Mulai
turnbull
Warna
korosi
+ kuning
kehijauan dan
K3Fe(C
paku
N)6
mengalami korosi
- Kontrol Warna
Mulai muncul Ada sedikit Warna
Warna
+ HCl + larutan
warna
larutan
menjadi biru
NaCl
turnbull
merah
mulai
turnbull,
lembayung
dominan
disertai
biru
pengkorosian
+ berwarna
Indikator kuning pp
biru warna
+
K3Fe(C
pada paku
N)6
4.2 Reaksi 4.2.1 Indikator pp + basa OH
OH
O-
+ 2OH-
C
O
C
+ 2H2O
O
C C O
O-
O
(Kopkhar, 1990).
4.2.2 Pengkaratan
Fe → Fe2+
Oksidasi
:
Reduksi
:
Oksidasi
:
Reduksi
: O2 + 2H2O → 4OH
O2 → 4OH2 Fe → 2 Fe2+ 2 Fe → 2 Fe2+ + 4eO2 + 2H2O + 4e- → 4OH
2 Fe + O2 + 2H2O → 2 Fe2+ + 4 OH(Hiskia, 1992).
4.3 Pembahasan Korosi adalah kerusakan atau degredasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawasenyawa yang tidak kita kehendaki. Kata lain dari korosi adalah perkaratan. Beberapa faktor yang mempengaruhi korosi sebagai berikut: 1. Kontak langsung logam dengan H2O dan O2 Korosi pada permukaan logam merupakan proses yang mengandung reaksi redoks 2. Keberadaan zat pengotor Zat pengotor dipermukaan logam dapat menyebabkan terjadinya reaksi reduksi tambahan, sehingga lebih banyak atom logam yang teroksidasi dengan demikian proses korosi semakin cepat 3. Kontak dengan elektrolit Keberadaan elektrolit seperti garam dalam larutan dapat mempercepat laju korosi dengan menambah terjadinya reaksi tambahan sedangkan konsentrasi dan elektrolit yang besar dapat melakukan laju reaksi elektron 4. Temperatur Semakin tinggi temperatur, semakin cepat terjadi korosi. Hal ini disebabkan dengan meningkatnya temperatur, maka meningkat pula energi kinetik partikel, sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan efektif pada reaksi redoks semakin besar
5. pH peristiwa korosi pada kondisi asam pH <7, semakin besar karena adanya reaksi reduksi tambahan yang berlangsung pada katode, yaitu: 2H+(aq) + 2e- → H2 6. Permukaan logam Permukaan yang lebih kasar akan menimbulkan beda potensial dan memiliki kecendrungan untuk menjadi anoda yang terkorosi Ada pula beberapa cara untuk mencegah terjadinya korosi: - Pembalutan dengan plastik - Pelapisan dengan timah - Pelapisan dengan kromim - Pelapisan dengan zink - Pengecatan - Pelumuran dengan oli dan gemuk Pada percobaan pertama paku dihamplas terlebih dahulu agar lapisan catnya terbuka. Lalu diberi larutan agar-agar sebagai jembatan garam yang berfungsi untuk melindungi paku dari udara dan kelembaban. Pada 0 menit belum ada perubahan. Pada 30 menit agar-agar sudah mengeras, pada 1 jam 1.5 jam perubahan belum juga nampak. Pada 48 jam barulah muncul korosi, dan itu hanya terjadi disekitar kepala paku. Hal ini disebabkan lapisan paku yang sebelumnya telah di hamlas, sehingga agar-agar ang awalnya cair tadi mengenai kebagian dari besi tersebut. Pada percobaan selanjutnya yaitu kontrol + NaCl. Perlakuan masih sama sebelumnya. Pada pengamatan 0 menit mulai nampak gelembung udara disekitar paku, hal ini dikarenakan NaCl mulai membuka lapisan terluar. Pada 30 menit agaragar mengeras. Pada 1 dan 1.5 jam belum ada perubahan yang berarti. Namun, pada 48 jam agar-agar menjadi sangat keras dan nampak korosi disekitar leher paku dan daerah badan paku yang di bengkokan. Hal ini dikarenakan penambahan NaCl yang bersifat asam. Pada cawan petri selanjutnya terdapat kontrol + HCl. Perlakuan masih sama seperti sebelumnya. Pada 0 menit saja sudah banyak busa disekitar paku, hal ini dikarenakan HCl yang langsung membuka lapisan paku. Pada 30 menit agar-agar
mengeras dan nampak korosi telah terjadi disekitar badan paku yang telah dibengkokan. Pada waktu 1 dan 1.5 jam korosi terus menyebar. Dan pada 48 jam korosi terjadi seutuhnya di badan paku. Hal ini dikarenakan adanya penambahan asam kuat. Pada cawan petri selanjutnya terdapat kontrol + NaOH. Perlakuanpun masih sama, pada 0 menit warna larutan agar-agar menjadi lebih putih, ini dikarenakan adanya penambahan NaOH. Pada 30 menit agar-agar mulai mengeras disertai adanya gelembung udara disekitar paku, hal ini dikarenakan NaOH yang membuka lapisan awal dari paku tersebut. Selanjutnya pada 1 dan 1.5 jam belum ada perubahan lebih lanjut lagi. Dan pada 48 jam mulai terjadi korosi disekitar leher dan badan paku yang dibengkokan. Hal ini dikarenakan NaOH yang bersifat basa kuat mampu untuk mengkorosikan besi walaupun tak secepat asam kuat. Pada cawan petri selanjutnya terdapat kontrol + indikator pp. Perlakuan masih sama seperti sebelumnya, pada 0 menit mulai ada gelembung. Pada 30 menit mulai muncul warna merah lembayung disekitar bdan paku. Hal ini dikarenakan adanya indikator pp yang akan berubah warna bila terdapat OH-. Pada 1 dan 1.5 jam belum ada perubahan berarti. Dan pada 48 jam warna merah lembayung menyebar rata pada permukaan paku, dan terdapat korosi disekitar badan paku yang dibengkokan. Pada cawan petri selanjutnya terdapat kontrol + K3Fe(CN)6. Pada 0 menit gelembung udara muncul diatas permukaan dan warna larutan disekitar paku. Ini disebabkan adanya penambahan K3Fe(CN)6. Pada 30 menit mulai nampak terjadi korosi, dan pada 1 jam keluar warna biru turnbull disekitar paku yang terkorosi, warna ini muncul karena K3Fe(CN)6 berfungsi untuk mendeteksi ion Fe2+ yang merupakan hasil dari korosi. Dan pada 1.5 jam warna biru turnbull mulai menyebar. Dan pada 48 jam korosi terjadi dan biru turnbull muncul disekitar paku, sehingga warnanya menjadi kehijauan dikarenakan campuran warna biru dan kuning. Pada cawan petri selanjutnya terdapat kontrol + NaCl + indikator pp + K3Fe(CN)6. Pada 0 menit hanya terdapat sedikit gelembung. Pada 30 menit terdapat Fe2+, hal ini dikarenakan K3Fe(CN)6 akan menghasilkan warna biru turnbull bila terdapat ion tersebut. Pada 1 dan 1.5 jam muncul warna merah lembayung, hal ini dikarenakan adanya OH- yang terdeteksi oleh indikator pp dan pada 48 jam warna
agar-agar mulai menjadi hijau dikarenakan adanya campuran warna kuning dan biru, serta terjadi korosi pada hampir seluruh permukaan paku Pada cawan petri selanjutnya terdapat kontrol + HCl + NaCl + Ind. Pp + K3Fe(CN)6. Pada 0 menit saja warna merah lembayung muncul karena terdeteksinya OH- yang disebabkan NaCl yang membuka lapisan awal paku. Pada 30 menit warna biru turn bull mulai muncul karena adanya ion Fe2+. Dan pada 1 jam agar-agar mulai mengeras. Pada 1.5 jam warna biru turnbull mulai muncul dominan hal ini dikarenakan adanya HCl. Dan pada 48 jam warna agar-agar menjadi hijau tosca. Hal ini dikarenakan tingkat kerusakannya sangat tinggi, sehingga Fe2+ yang terdeteksi K3Fe(CN)6 banyak pula. Faktor kesalah dalam percobaan ini adalah pnghamplasan yang terlalu dalam, sehingga korosi terjadi pada waktu yang lebih cepat Elektrokimia didefinisikan sebagai studi mengenai perubahan energi kimia menjadi listrik. Sedangkan elektrolisis merupakan reaksi kimia oleh arus listrik secara tidak spontan. Perbedaan elektrokimia dan elektrolisis yaitu sebagai berikut: Pada elektrokimia: - Perubahan energi kimia menghasilkan energi listrik - Merupakan reaksi spontan - Katoda bermuatan positif - Anoda bermuatan negatif Pada elektrolisis: - Perubahan dari energi listrik menjadi energi kimia - Merupakan reaksi tidak spontan - Katoda bermuatan negatif - Anoda bermuatan positif Redoks (singkatan dari reduksi dan oksidasi) adalah istilah yang menjelaskan berubanhya bilangan oksidasi (keadaan oksidasi) atom-atom dalam sebuah reaksi kimia. Istilah redoks berasal dari dua konsep, yaitu reduksi dan oksidasi. Ia dapat dijelaskan dengan mudah sebagai berikut: - Oksidasi menjelaskan pelepasan elektron oleh sebuah molekul atom atau ion - Reduksi menjelaskan penambahan elektron oleh sebuah molekul, atom atu ion
Deret volta adalah deretan unsur logam (ditambah hidrogen) yang disusun beraturan berdasarkan potensial reduksi standarnya (Fo) Li-K-Ba-Ca-Na-Mg-Al-Mn-Zn-Cr-Fe-Cd-Ni-Sn-Pb-(H)-Sb-Bi-Cu-Hg-AgPt-Au Dari deret volta tersebut semakin ke kiri, logam semakin reaktif dan merupakan reduktor yang semakin kuat Indikator pp adalah suatu indikator yang bersifat asam dan akan memberikan warna merah lembayung bila beraksi dengan basa Fungsi bahan dalam percobaan kali ini adalah: - HCl sebagai senyawa penyebabnya korosi - K3Fe(CN)6 senyawa pendeteksi adanya Fe2+ - Indikator pp larutan pendeteksi adanya OH- Paku sampel yang diujikan sebagai pembuktian korosi besi - NaOH sebagai senyawa pembuat korosi Fungsi alat dalam percobaan ini adalah: - Hot plate: alat pemanas - Cawan petri: tempat diletakannya paku - Pipet tetes: untuk mengambil larutan - Botol reagen: wadah diletakannya reagen
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan - Pada percobaan kontrol dengan indikator pp terjadi warna merah lembayung disekitar paku yang menandakan adanya OH- Pada HCl korosi terjadi lebih cepat karena keasaman mempengaruhi kecepatan reaksi sedangkan pada NaOH korosi berlangsung lambat - Setelah 48 ja paku dalam kontrol terjadi sedikit korosi karena paku beraksi dengan air dan udara sedangkan kontrol melindungi paku dari pengaruh luar dan tidak menggangu reaksi di dalam paku
5.2 Saran Sebaiknya pada praktikum selanjutnya dapat menggunakan larutan HNO3 yang dicampurkan dengan kontrol agar hasil yang didapat bisa dibandingkan dengan kontrol yang ditambahkan dengan HCl
DAFTAR PUSTAKA Attkins, P.W. 1990. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.
Brady, James. 1985. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Bina Pura Askara.
Cotton, Wilkinson. 2009. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sugiyarto. 2010. Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Svhela. 1985. Analisa Kualitatif Makro dan Semimakro. Jakarta: Kalman Media Pustaka.
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMA ANORGANIK 1 “STOIKIOMETRI REAKSI LOGAM DAN GARAM”
Disusun oleh : Kelompok 1A
1. KHAIRUL ANWAR
1307035148
2. NAUVAL DWI FADILLAH
1307035131
3. SARI CLARA PRECELIA
1307035135
4. SURVINA OSALIA GINTING
1307035158
Samarinda, 28 November 2014 Mengetahui,
Dosen Pembimbing,
Asisten Praktikum,
Niswatun Khasanah ,S.Si. M.Si NIP.3143u134u0914890138409
Wahdana Kusuma Sari NIM. 1207035026
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering memanfaatkan sifat kimia dalam hal mencampurkan materi. Dengan melakukan pencampuran materi tersebut, akan diperoleh suatu materi yang baru serta berbeda dari materi sebelumnya entah materi baru itu bermanfaat baik atau tidak. Namun, kita selalu berusaha untuk menghasilkan suatu energy materi baru yang memiliki manfaat bagi kehidupan manusia. Sebagai tahap pertama mengembangkan keterampilan kita dalam stoikiometri, akan dibahas penulisan-penulisan untuk beberapa tipe zat-zat. Kemudian pengembangan persamaan untuk beberapa tipe reaksi yang umum. Stoikiometri, merupakan bidang dalam ilmu kimia yang berkaitan dengan analisa kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia, baik sebagai pereaksi maupun hasil reaksi. Stoikiometri berasal dari Bahasa yunani, yaitu stoicheon yang berarti unsur dan metrain yang berarti mengukur stoikiometri juga merupakan perbandingan atom unsur-unsur dalam suatu rumus kimia, misalnya perbandingan atom H dan O dalam molekul H2O. stoikiometri erat kaitanya dengan perhitungan kimia untuk menyelesaikan perhitungan kimia digunakan asas-asas stoikiometri seperti persamaan kimia dan konsep mol. Oleh karena itu dilakukan percobaan ini untuk mengetahui proses standarisasi larutan KMnO4 didalam suasana asam. Selain itu juga dapat mengetahui volume larutan setelah standarisasi, mengerti apa itu larutan standar primer dan sekunder, maupun membedakan antara titik akhir titrasi dengan ekivalen, perbedaan antara autokatalisator. Dilakukan percobaan ini untuk mengetahui konsentrasi KMnO4 dengan cara titrasi, mengetahui pula volume KMnO4 yang digunakan, mengetahui suhu optimum pemanasan antara H2SO4 dan KMnO4, maupun membedakan titik akhir dan titik equvalen dari titrasi KMnO4 secara mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Mengetahui mol MnO4- yang digunakan, mol C2O4
yang digunakan, mengetahui mol Fe3+ dan Cu yang digunakan. untuk mengetahui hasil reaksi dari H2C2O4 logam Cu dan Fe sehingga terjadi reaksi antara 10 gram dan garam yaitu antara Cu dengan FeCl3 dimana logam Cu mengaalami oksidasi dan FeCl mengalami reduksi.
1.2 Tujuan Percobaan Mengetahui volume KMnO4 yang diperoleh dari titrasi pada percobaan standarisasi KMnO4 Mengetahui volume KMnO4 yang diperoleh dari titrasi pada percobaan stoikiometri Cu dan Fe Mengetahui konsentrasi KMnO4 dalam standarisasi KMnO4
1.3 Prinsip Percobaan 1.3.1 Standarisasi KMnO4 Prinsip dari standarisasi KMnO4 adalah penentuan konsentrasi KMnO4 dengan H2C2O4 sebagai larutan standar primer yang sudah diketahui konsentrasinya dan KMnO4 oksidator dan sebagai larutan standar sekunder. Selain bereaksi, KMnO4 juga berperan sebagai indikator dengan perubahan warna merah lembayung. H2C2O4
juga berguna untuk mempercepat jalannya reaksi serta
membuat suasana asam dan mol C2O42- dapat diketahui dari hasil pembagian antara koefisien MnO42- dibagi koefisien C2O42- dan dikali mol C2O42- dan molaritas MnO42- dapat diketahui dengan nKMnO4 dibagi V KMnO4 dimana KMnO4 mengalami reduksi.
1.3.2 Stoikiometri logam Cu dan Fe Prinsip percobaan ini ialah dengan mereaksikan antara FeCl3 dan logam Cu, dimana H2SO4 berperan sebagai katalis. Dan secra analisa kuantitatif, selain itu perbandingan jumlah mol dimana ion F3+ bereaksi dengan logam Cu, yang berdasarkan reaksi redoks, serta antara mol Cu dan Fe3+. Dimana FeCl3 mengalami reduksi dan logam Cu mengalami oksidasi.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Cabang ilmu kimia yang berkaitan dengan hubungan berat antara unsur dan senyawa dengan dalam reaksi-reaksi kimia disebut stoikioemetri. Karena larutanlarutan dalam air dominan umum dipakai [ada banyaknya bidang antara kualitatif, kita akan kupas disini cara-cara yang digunakan untuk menyatakan jumlah solute dalam larutan dan perhitungan stoikiometri yang mengenai larutan (underwood, 1993). Analisa titrimetri merupakan suatu dari bagian utama dari kimia analitik dan bahwa. Perhitungannya yang terangkan berdasarkan hubungan stoikiometri sederhana dari reaksi-reaksi kimia. Dasar-dasar umum analisa cara titrimetric berdasarkan reaksi kima seperti aA + tI → hasil dengan keterangan a molekul analitik A bereaksi dengan t molekul T pereaksi T disebut titran ditambahkan secara sedikit demi sedikit, biasanya disebut buret dengan konsentrasi yang diketahui larutan yang disebut belakangan disebut larutan standarisasi dan konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses yang disebut standarisasi penambahan titran dilanjutkan hungga jumlah T yang kimia equivalen dengan A telah ditambahkan maka di kara bahwa titik equivalen tirtran telah tercapai agar mengetahui bila penambahan titan berhenti kimiawan dapat menggunakan zat kimia, yang disebut indicator yang bertanggap terhadap adanya titran berlebihan dengan perubahan bahan warna perubahan warna ini dapat atau tidak dapat terjadi tepat pada titik equivalen. Titik titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir istilah titrasi menyangkut proses untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik equivalen (Underwood, 1995). Proses membuat perhitungan yang didasarkan pada rumus-rumus dan persamaan, persamaan berimbang dirujuk sebagai Stoikiometri (dari Bahasa yunani stoicheon, unsur dan metria, ilmu pengukuran). Suatu pereaksi ini zat apa saja yang mula-mula terdapat dan kemudia diubah selam suatu reaksi kima suatu persamaan kimia (atau persamaan kimia berimbang) menunjukan rumus pereaksi, kemudian
suatu anak panah, dan lalu rumus hasil reaksi dengan banyaknya atom tiap unsur dikiri dan dikanan anak panah sama. Misalnya persamaan berimbang untuk reaksi antara hidrogen dan oksigen yang menghasilkan air ditulis sebagai 2H2 + O2 → 2H2O Rumus H2 menyatakan sebuah molekul hidrogen tersusun dari dua atom. Itu adalah molekul diatom, sama seperti molekul oksigen O2 molekul air H2O merupakan molekul air H2O merupakan molekul triatom karena terdiri dari tiga atom, dua hidrogen dan satu oksigen (keenan, 1986). Kita telah menggunakan istilah penetralan dalam reaksi asam basa membentuk garam dan air, dan kita telah memahami reaksi dasar yang terjadi selama penetralan, yaitu: H3O+ + OH-→2H2O Prinsip stoikiometri untuk menentukan kelebihan pereaksi garam kuat, sehingga kita dapat menghitung [H3O+] dalam larutan hasilnya keadaan yang sama pentingnya ialah jika baik asam dan basa dikonsumsi dengan penetralan dan kedunya tidak berlebih. Keadaan ini dinamakan titik setara (equivalence point) dari penetralan untuk mencari titik setara ini dalam penetralan perlu tindakan yang sangat berhati-hati pada waktu menambahkan basa keasam (atau asam kebasa). Dalam titrasi, suatu larutan yang harus dinetralkan misalnya asam, dimasukkan kedalam wadah tabung. Larutan lain yaitu basa dimasukkan kedalam buret lalu dimasukkan kedalam asam, mula-mula cepat, kemudian tetes demi tetes, sampai titik setara dari titrasi tersebut tercapai. Salah satunya untuk mencari titik setara adalah adalah melalui perubahan warna dinamakan titik akhir (end point) dari indicator. Yang perlu diperhatikan adalh memadamkan titik akhir indikator dengan titik setara dari penetralan ini daapat tercapai jika dapat menentukan indicator yang perubahan warnanya menjadi dalam selang pH yang meliputi pH sesuai dengan titik setara (Petrucci,1985). Konsentrasi dari larutan dapat dinyatakan dengan bermacam cara. Cara ini dapat dibagi dua yaitu: 1. Massa zat terlarut dalam sejumlah massa pelarut atau larutan
2. Massa zat terlarut dalam sejumlah volume larutan masing-masing cara mempunyai keuntungan, namun demikian dengan cara pertama lebih baik, karenaa konsentrasi pelarut disini tidak dipengaaruhi oleh temperatur Cara 1 a) Suasana berat Dalam hal ini konsentrasi dinyatakan sebagai jumlah gram dari zat terlarut tapi 1000 gram pelarut. b) Persen berat Persen berat adalah jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram larutan. Larutan 25% asam cuka artinya 25gram asam cuka dalam 100 gram larutan atau dalam 100 gram larutan atau dalam 75 gram air c) Molaritas Molaritas adalah jumlah mol terlarut dalam 1000 gram pelarut. Larutan 0,1 glukosa atrinya 0,1 mol glukosa tiap 1000 gram air d) Fraksi mol (N) Fraksi mol zat terlarut adalah jumlah mol zat terlarut adalah jumlah mol zat terlarut dalam pelarut. nZat terlarut
Nzat terlarut = n zatterlarut+n zat pelarut N= jumlah mol e) Persen mol Persen mol adalh fraksi mol x 100 Peresen mol N x 100 N = fraksi mol Cara II a) Berat persen volume Dalam hal ini konsentrasi dinyatakan dalam garam perliter larutan b) Molaritas Molaritas adalh jumlah mol zat terlarut tiap liter larutan. Untuk larutan pekat atau sebaliknya bila rapat larutan diketahui c) Persen milligram
Konsentrasi larutan biologis biasanya dinyatakan asam persen milligram yaitu jumlah zat yang digunakan tiap 100 mL larutan. d) Normalitas Normalitas adalah jumlah gram equivalen zat relarut perliter laruta. Larutan 0,1 N HaSo4 = H2SO4 artinya 0,1 gram H2SO4 dalam 1 liter larutan (sukardjo, 1985). Katalis menurunkan energi aktivasi reaksi dan meningkatkan laju reaksi melalui peningkatan. Konstanta laju oleh karenaa itu, katalis sangat penting dalam industri kimia, penanganan gas buang dan reaksi kimia lain. walaupu esensi katalis secara kimia agak kabur, aspek praktis katalis batalis telah dikembang berbasiskan akumulasi penegetahuan empiris. Pengetahuan kita tentang mekanisme katalis homogeny berkembang seiring dengan perkembangan kimia anorganik demikian juga pemahaman tentang katalis padat (saito, 1996). Kalium permanganat, zat padat cokelat tua yang menghasilkan larutan ungu biru dilarutkan dalam air, yang merupakan ciri khas untuk ion permanganate. Kalium permanganate merupakan zat pengoksid kuat, yang bekerja berlainan menurut pH dari medium. Dalam larutan asam ion permanganate direduksi menurut proses lima-elektron, bila bilangan oksidasi mangan berubah dari +7 ke + 2 MnO4- + 8 H+ 5 elekton → Mn2+ dan 4H2O Beberapa oksidasi yang penting yang menggunakan ion permanganate adalah sebgai berikut: MN42 + 5Fe2+ 8H+ →Mn2+ + 5Fe2++ 4H2O 2MN42 + 101+ + 16H+ →2Mn2+ + 5I2+ 8H2O 2MN42 + 5H26 6H+ →2Mn2+ + 5S↓+ 8H2O Dalam larutan netral atau sedikit basa permanganate direduksi menjadi mangan dioksidasi, bila dalam suatu proses tiga elektron keadaan oksidasi mangan berubah dari +7 ke +4: MnO4 + 4H+ 3e- → MnO2↓+ 2H2O Bilangan oksidasi mangan dalam mangan adalah +6. Ion MnO42menunjukan suatu warna hijau khas. Bila permanganat dipanaskan dengan basa terjadi reduksi semacam itu dan terbentuk oksigen (Svehla, 1990).
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Gelas ukur Buret Klem Tiang statif Labu Erlenmeyer Hot plate Beakerglass Pipet tetes Batang pengaduk Spatula Thermometer Corong kaca Sikat tabung Botol semprot Neraca analitik 3.1.2 Bahan Aluminium foil Aquades Tissue Logam Cu Larutan KMnO4 Larutan H2SO4 0,01 M Larutan H2C2O4 0,01 M Larutan FeCl3 Kertas label
3.2 Prosedur percobaan 3.2.1 Standarisasi KMnO4 Diukur H2SO4 2 M sebanyak 3 ml Diukur H2C2O4 0,1 M 5 ml Dicampurkan dalam erlenmayer Dipanaskan hingga suhu 60 oC- 70 oC Dititrasi dengan KMnO4 0,1 M Dicatat volume titrasi Dilakukan duplo 3.2.2 Stoikiometri Cu dengan Fe Ditimbang logam Cu sebanyak 0,1 gram Ditambahkan FeCl3 0,1 M 1,5 ml Ditambahakan H2SO4 2 M 7,5 ml Dipanaskan hingga terjadi perubahan warna Didinginkan Diencerkan sebanyak 50 ml aquades Diambil 12,5 mL dari larutan yang telah diencerkan Dititrasi dengan KMnO4 Dicatat
3.3 Flowsheet 3.3.1 Standarisasi KMnO4
Larutan H2SO4 3 mL
Larutan H2C2O4 5 mL
dicampurkan kedalam erlenmeyer Larutan bening dipanakan hingga suhu 60-70oC Larutan tetap bening dititrasi dengan KMnO4
warnan larutan menjadi merah lembayung dengna volume 9.10-3 mL
dihitung konsentrasinya Didapat konsentrasi 0,04M
3.3.2 Stoikiometri logam Cu dan Fe Logam Cu 0,1 gr
Larutan FeCl 1.5 ml
Dimasukan dalam beaker glass Larutan berwarna kekunignan Ditambahkan H2SO4 7,5 mL Larutan bening Dipanaskan Larutan bewarna kuning Didinginkan Larutan bewarna kekuningan Diencerkan dengan aquades 50 mL Dititrasi dengan KMnO4 Larutan beruah menjadi berwarna merah lembayung dengan volume titrasi 1,5 mL
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan Perlakuan
Pengamatan
1. Standarisasi KMnO4 Diukur H2SO4 2 M sebanyak 3
Warna larutan bening
mL Diukur H2C2O4 0.1 M sebanyak
Warna campuran bening Warna menjadi kecokelatan
5 mL Dicampurkan
Warna larutan bening
dalam
Erlenmeyer Dititrasi dengan KMnO4 0.1 M
dan terdapat endapan V1KMnO4 = 0,5 mL Warna
larutan
menjadi
merah lembayung Dihitung konsentrasi KMnO4
V2 KMnO4 = 1,3 mL Didapat
konsentrasi
dari
KMnO4 2. Stoikiometri Cu dan Fe Diambil 0.1 gr logam Cu
Warna Cu seperti tembaga
Ditambah FeCl3 0.1 M 1.5 mL
Warna larutan kuning
Ditambah H2C2O4 2 M 7.5 mL
Warna larutan bening
Dipanaskan hingga berubah
Larutan berwarna kuning
warna Didinginkan dan diencerkan 50 mL aquades Diambil alikuot (12.5 mL) Dititrasi Dicatat volume
pudar Warna larutan menjadi hijau kekuningan Warna
larutan
berubah
menjadi merah lembayung V1 = 0,2 mL V2 = 0,1 mL
4.2 Reaksi 4.2.1 KMnO4 + H2C2O4 (asam) MnO4- → Mn2+ MnO4- → Mn2+ + 4 H2O MnO4- + 8 H+ + 5 e- → Mn2+ + 4 H2O Reduksi setengah sel C2O4 → 2 CO2 C2O4 → 2 CO2 + 2 eReaksi redoks Red : MnO4- + 8 H+ + 5 e- → Mn2+ + 4 H2O
x2
Oks : C2O4 → 2 CO2 + 2 e-
x5
Red : 2 MnO4- + 16 H+ + 10 e- → 2 Mn2+ + 8 H2O Oks : 5 C2O4 → 10 CO2 + 10 eReaksi : 2 MnO4- + 16 H+ +5 C2O4 → 2 Mn2+ + 8 H2O + 10 CO2
4.2.2. Stoikiometri Cu dan Fe Red : MnO4- → Mn2+ MnO4- → Mn2+ + 4 H2O MnO4- + 8 H+ → Mn2+ + 4 H2O MnO4- + 8 H+ + 5 e- → Mn2+ + 4 H2O Oks : Fe2+ → Fe3+ Fe2+ → Fe3+ + eRed : MnO4- + 8 H+ + 5 e- → Mn2+ + 4 H2O x 1 Oks : Fe2+ → Fe3+ + e-
x5
MnO4- + 8 H+ + 5 e- → Mn2+ + 4 H2O 5 Fe2+ → 5 Fe3+ + 5 eMnO4- + 8 H+ + 5 Fe2+ → Mn2+ + 4 H2O + 5 Fe3+
4.3 Perhitungan 4.3.1 Stoikiometri KMnO4 M C2SO4
= 0,01 M
V
= 0,5 mL
M MnO4
= 0.1 M
V
= 1,3 mL
2 MnO4- + 16 H+ +5 C2O4 → 2 Mn2+ + 8 H2O + 10 CO2 Mol C2O4
= MxV = 0.01 x 9x10-3 = 9x10-5 mmol
Mol MnO4
=
𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑀𝑛𝑂4 𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝐶2 𝑂4 2
= 5 × 9 × 10−4 = 3.6 × 10−5 mol M MnO4
= =
𝑚𝑜𝑙 𝑀𝑛𝑂4 𝑉 𝑀𝑛𝑂4− 3.6×10−6 9×10−5
= 0.04 M
4.3.2 Stoikiometri Cu dan Fe Diket : M MnO4 = 0.4 M V MnO4 = 19 mL Mol MnO4 = M x V = 0.04 x 9x10-3 = 3.6 x 10-4 mmol
Mol Fe2+ =
Koefisien Fe3+ Koefisien MnO4 5
× mol MnO4
= 1 × 3.6 × 10−4 = 1.8 x 10−3mol
gr logam Cu
Mol Cu = Ar logam Cu 0.1
= 63.5 = 1.57 x 10-3 mol R= =
n Fe3+ n Cu 1.8𝑥10−3 1.57𝑥10−3
= 1,146
4.4 Pembahasan Stoikiometri merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari perubahan suatu zat secara kuantitatif yang meliputi konsentrasi, molal, molar, dan lain sebagainya. Dan juga stoikiometri mempelajari sebelum dan sesudah jalanya reaksi secara kuantitatif. Pada percobaan standarisasi KMnO4 diukur H2C2O4 sebanyak 5mL dan H2SO4 sebanyak 3mL. setelah kedua larutan yang berwarna bening tersebut dicampurkan, warna larutan tetap bening lalu di panaskan hingga suhu dibawah 60°C maka KMnO4 akan mengendap menjadi MnO4- sedangkan bila suhu diatas 70°C H2C2O4 akan menguap menjadi CO2 dan H2O. Lalu setelaah dititrasi dengan KMnO4 sebanyak 0,5 mL warna larutan berubah menjadi coklat dan terdapat endapan MnO4- . Hal ini dikarenakan pada saat titrasi suhu campuran H2C2O4 dan H2SO4 menurun. Lalu pada saat duplo didapat volume KMnO4 sebanyak 1,3 mL dengan warna warna larutan menjadi merah lembayung dan setelah dihitung diketahui konsentrasi KMnO4 sebesar 0,04M Pada percobaan stoikiometri logam Cu dan FeCl3, ditimbang Fe sebesar 0,1 gram menggunakan neraca ohaus dimana logam Cu memiliki warna seperti tembaga. Disiapkan larutan FeCl3 yang berwarna kuning sebanyak 1,5 mL dan H2SO4 sebanyak 7,5 mL yang berwarna bening. Lalu bahan tersebut dicampurkan warnanya berubah menjadi kuning keemasan. Lalu larutan dipanaskan menggunakan hot plate. Warna larutan berubah menjadi hijau terang. Setelah itu diencerkan dengan aquadest sebanyak 50 mL dan warnanya menjadi bening.
Perubahan warna ini bisa terjadi karna solven lebih banyak dari solute. Setelah itu disaring dengan kertas saring, hasil dari saringan yang menggunakan kertas saring didapati filtrat yang bening dan residu berupa logam Cu. Setelah di tritrasi dengan KMnO4 didapat warna merah lembayung. Kemudian dititrasi dengan KMnO4 maka didapat V1 KMnO4 sebesar 0,2 mL dan V2 KMnO4 sebesar 0,1 mL. Ada dua volume titrasi KMnO4 karena dilakukan secara duplo. Adapun beberapa alat yang berguna sebagai berikut
Hot plate untung mengukur larutan
Neraaca analitik untuk menimbang Cu
Gelas ukur untuk mengukur larutan
Pipet tetes untuk mengambila suatu larutan dalam jumlah tetesan
Spatula untuk mengambil Cu
Tiang statif untuk tempat meletakkannya buret
Erlenmeyer untuk tempat diletakkan titrat Ada pula bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah:
H2C2O4 sebagai larutan standar primer untuk membakukan KMnO4. Untuk mencari kadarasam pada standarisasi KMnO4
H2SO4 sebagai autoindikator yang memberikan suasan asam
FeCl3 sebagai larutan garam yang akan dicampurkan dengan logam
Logam Cu sebagai logam yang ingin diketahui berapa besar reaksi stoikiometri dengan larutan garam FeCl
Aquadest sebagai pengencer, untuk mencuci alat setelah digunakan Autoindikator adalah senyawa yang dapat digunakan sebagai pereaksi ataupun
indicator. Contohnya KMnO4 K2Cr2O4 dan I2 . autoindikator juga merupakan senyawa yang dapat merubah senyawanya yang menunjukan bahwa terdapat senyawa lain. Autokatalisator adalah senyawa yang dapat mempercepat laju reaksi namun tidak ikut bereaksi, contohnya H2SO4, NOH, dan HNO3. Autokatalisator dapat digunakan untuk menghitung kualitas dari produk dalam persamaan kimia contohnya autokatalisator: KBrO3 dan Na2S2O3 . larutan standar primer merupaan
suatu larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan cara penimbangan. Contoh dari larutan standar primer adalah Na2CO3, K2CrO4 dan NaCl. Adapun syrat-syarat agar suatu reagen dapat dikatakan sebagai larutan standar prmer, yaitu
Berat equivalen tinggi
Rumus molekul jelas
Tidak mengalami perubahan saat proses penimbang
Drajat kemurnian tinggi
Larutan stabil dalam penyimpanan Aplikasi dari stoikiometri adalah:
Reaksi reduksi oksidasi
Reaksi pengendapan
Reaksi pembatas
Perhitungan reaksi kimia
Reaksi pembentukakan senyawa kovalen Larutan standar skunder adalah suatu larutan yang konsentrasinya baru dapat
diketahui dengan cara pembakuan dengan larutan standar primer, contoh dari larutan standar sekunder adalah KMnO4, Na2SO4, dan AgNO3. Adapula syaratsyarat agar suatu larutan dapat dikatakan sebagai larutan standar sekunder, yaitu: Berat equivalen lebih rendah dari larutan standar sekunder Drajat kemurnian lebih rendah larutan standar primer relatif stabil dalam penyimpanan Larutan KmNO4 perlu distandarisasikan karenmenentukan konsentrasi dari KMnO4 perlu dilakukan standarisasi dalam suasana asam atau basa yang berperran sebagai reduktor dan KMnO4 sebagai oksidator. Karena KMnO4 merupakan larutan standar sekunder, hal ini dikarenakan KMnO4 merupakan larutan larutan standar sekunder, hal ini dikarenakan KMnO4 memenuhi syarat sebagai larutan sekunder maka distandarisasi dengan larutan standar primer yang telah diketahui kadarnya. Titik akhir titrasi (TAT) merupakan keadaan dimana berakhirnya proses titrasi ditandai dengan perubahan warna pada titrat dan merupakan 1-3 tetes kelebihan
titran. Titik equivalen atau TE merupan keadaan diman konsentrasi titrat dan titran setimbang.
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan Volume yang didapat dari standarisasi KMnO4 adalah 0,9mL Volume yang didapat dari standarisasi KMnO4 dalam stoikiometri FeCl3 dengan logam Cu sebesar 0,15 mL Diketahui konsentrasi KMnO4 dalam standarisasi KMnO4 dalam standarisasi KMnO4 sebesar 0,004 molar
5.2 Saran Sebaiknya dapat digunakan senyawa reduktor lain seperti K2Cr2O4 adar didapati hasilnya yang berbeda dan bervariasi lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Keenan,Charle. W.1986. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga Petrucci, Ralp.H.1985. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakaarta: Erlangga Sato, Taro.1996. Buku Teks Kimia Anorganik. Tokyo: Iwanami Publisher. Sukardjo.1985. Kimia Anorganik. Jakarta: Rineka Cipta Svehla. G.1990. Vogel Buku Teks Analisa Kimia Anorganik kualitatif Makro dan semi makro. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka Underwood.A.L.1993. Analisis Kimia Kualitatif. Jakarta: Erlangga
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMA ANORGANIK 1 “PEMBUTAN TAWAS”
Disusun oleh : Kelompok 1A
1. KHAIRUL ANWAR
1307035148
2. NAUVAL DWI FADILLAH
1307035131
3. SARI CLARA PRECELIA
1307035135
4. SURVINA OSALIA GINTING
1307035158
Samarinda, 28 November 2014 Mengetahui,
Dosen Pembimbing,
Asisten Praktikum,
Niswatun Khasanah ,S.Si. M.Si NIP. 19711203 200012 1 001
Maria Amelia K NIM. 1207035029
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dengan terus berkembangnya jaman manusia terus berkarya, khususnya dalam industri air minum. Air minum kemasan dikemas sedemikian rupa agar menarik pembeli. Namun dalam prosesnya ada beberapa tahapan yang dikerjakan. Jika kita kembali ke zaman dahulu sebenarnya hal itu sudah dilakukan orang tua kita dengan menambahkan tawas. Tawas merupakan sekelompok garam berhidrat berupa kristal dan bersifat isomorph. Isomorph adalah dimana 2 kristal memiliki bentuk yang sama. Dari rumus molekul tawa KAl (SO4).12H2O, dapat dilihat senyawa pembentukan tawas yaitu kalium, alumunium dan sulfat. Dimana dalam prosesnya di buat endapan putih dari campuran antar KNO3, H2SO4 dan logam Al, alumunium sendiri merupakan unsur, melimpah ketiga terbanyak di bumi. Tawas atau alum adalah suatu senyawa alumunium sulfat dengan rumus kimia Al2(SO4).18H2O, pembuatan tawas dapat dilakukan dengan melarutkan material yang mengandung Al2O3 dalam tanah kaolin sulfat akan menghasilkan larutan alumunium sulfat. Tawas padat diperoleh dari proses rekristalisasi larutan jenuh alumunium sulfat. Oleh karena itu dilakukan percobaan ini agar dapat mengetahui cara pembuatan tawas, serta faktor-faktor yang mempengaruhi, selain itu juga perlu diketahui berapa banyak H2SO4 yang digunakan untuk menurunkan kadar kesamaan dari tawas, serta mampu mengetahui banyaknya tawas yang terbentuk, dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
1.2 Tujuan percobaan - Mengetahui banyak tawas yang terbentuk - Mengetahui banyaknya H2SO4 yang dibutuhkan untuk menurunkan pH Kal menjadi 1-2 - Mengetahui hasil reaksi antar KOH dan logam Al
1.3 Prinsip percobaan Prinsip percobaan ini berdasarkan pada reaksi antara KOH dengan Al yang kemudian akan di tambahkan dengan H2SO4 menjadi koloid berwarna putih, dimana ukuran partikelnya 1-10 nm. Dimana akan terjadi koagulasi atau penggumpalan pada reaksi antara H2SO4 dan Al(OH)3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengendapan mungkin adalah metode yang paling sering dipakai dalam praktek analisis kualitatif. Timbulnya endapan sebagai hasil penambahan suatu reagensia tertentu dapat dipakai sebagai uji terhadap suatu ion tertentu. Dalam hal demikian, kita cukup terbentuk mempunyai warna dan tampilan umum yang tepat, dan kadang-kadang menguji lagi dengan reagensia-reagensia lebih lanjut, dengan mengamati efeknya terhadap endapan. Namun, pengendapan bisa juga dilakukan untuk pemisahan. Untuk melakukan ini, suatu reagensia yang sesuai di tambahkan, yang membentuk endapan (endapan-endapan) dengan hanya satu atau beberapa ion yang ada dalam larutan. Setelah penambahan reagensia dalam jumlah yang sesuai, endapan disaring dan dicuci. Sebagian ion tetap terlarut, sedangkan yang lain-lainya dapat ditemukan dalam endapan. Agar dicapai pemisahan yang kuantitatif sejauh mungkin, endapan harus mudah disaring dan bebas dari pencemaran (kontaminasi) (Svehla, 1990). Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan, tergantung terutama pada dua faktor penting, yaitu laju pembentukan inti dapat dinyatakan dengan jumlah inti yang terbentuk dalam satuan waktu. Jika laju pembentukan init tinggi, banyak sekali kristal yang akan terbentuk, tetapi tak satupun dai ini akan tumbuh menjadi terlalu besar, jadi terbentuk endapan yang terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju pembentukan inti tergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan (Svehla, 1990). Laju pertumbuhan kristal merupakan faktor lainnya yang mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan berlangsung. Jika laju ni tinggi, kristal yang besar-besar terbentuk. Laju pertumbuhan kristal juga tergantung pada derajat lewat jenuh. Namun, sebaiknya kita menciptakan kondisi-kondisi pada mana lewat jenuhnya sedang-sedang saja. Yang hanya memungkinkan terbentuknya sejumlah inti yang relatif sedikit, yang pada gilirannya dapat timbul menjadi kristal-kristal yang besar (Svehla, 1990).
Alumunium adalah unsur logam yang biasa dijumpai dalam kerak bumi dan terdapat dalam batuan seperti fosfat dan mika. Kandungan yang mudah diperoleh adalah oksida terhidrat seperti bauksit, Al2O.nH2O dan kryolit, Na3AlF. Galium dan In terdapat hanya dalam runutan bantuan Al dan Zn. Thalium juga dapat dikatakan sebagai unsur yang jarang diperoleh kembali dari debu asap yang berasal dari pemanggangan pyrit dan batuan sulfida lainnya (Cotton, 1989). Logam alumunium mempunyai banyak kegunaan dan beberapa garamnya sulfat, dibuat dalam skala besar. Gallium digunakan untuk keadaan padat dan ditentukan sebagai gas. Thallium terutama digunakan sebagai TI UII karboksilat dalam sintesis organik. Unsur-unsurnya lebih bersifat logam dari pada bhor, dan kimiawi senyawanya lebih ionik. Meskipun demikian banyak senyawa-senyawa berat pada garis batas sifat ionik kovalen. Keempat unsur seluruhnya memberikan senyawaan trivalensi, tetapi keadaan univalensi menjadi bertambah penting bagi Ga, In, dan Ti. Bagi Ti dua keadaan tersebut hampir sama pentingnya dan sistem redoks Ti-Ti(III) mendominasi kimiawi. Ion Ti+ dapat ditentukan dengan baik dalam larutan (Cotton, 1989). Alumunium dibuat dalam skala yang sangat besar dai bauksit Al2O2.nH2O (n 1-3). Ia dimurnikan dengan pelarutan dalam NaOH akua dan di endpakan yang sebagai Al(OH)3 dengan menggunakan CO2. Hasil dehidrasinya dilarutkan dalam lelehan kryolit, dan lelehnya pada 800 sampai 1000 dielektrolisis. Alumunium adalah logam yang keras, kuat, dan berwarna putih. Meskipun sangat elektropositif, ia bagaimanapun juga tahan terhadap korosi, karena lapisan oksidan yang kuat dan liat terbentuk pada permukaannya. Lapisan-lapisan oksida yang tebal seringkali di lapiskan secara elektrolit pada alumunium, yaitu proses yang disebut anodasiasi, lapisan-lapisan yang sangat dapat diwarnai dengan pigmen. Alumunium larut dalam asam encer, tetapi "dipasifkan" oleh HNO3 pekat. Bila pengaruh perlindungan lapisan oksida dirusakan, misalnya dengan pengerasan atau dengan amalgamasi, penyerapan cepat meskipun oleh air sekalipun dapat terjadi, logamnya mudah bereaksi oleh larutan NaOH panas, halogen dan berbagai non logam (Cotton, 1989).
Tawas atau alum adalah suatu senyawa alumunium sulfat dengan rumus kimia Al2(SO4).18H2O. pembuatan tawas dapat dilakukan dengan melarutkan alumunium sulfat. Tawas padat diperoleh dari proses kristalisasi larutan jenuh alumunium sulfat (Jalaludin, 2005). Tawas merupakan kelompok garam rangkap berhidrat beruap kristal dan bersifat isomorph. Tawas berperan sebagai koagulan di dalam pengolahan air maupun limbah. Tawas juga digunakan dalam industri kertas dan karton, bahan aditif pada makan serta penolak api pada tekstil (Jalaludin, 2005). Alumunium merupakan unsur melimpah ketiga terbanyak dalam kerak bumi (sesudah oksigen dan silicon) mencapai 8.2% dari massa total. Bijih yang penting dalam alumunium adalah bauksit. Bauksit dimurnikan dalam proses barier yang mengambil manfaat bawa oksida alumina amfoter larut dalam basa kuat tetapi besi (III) oksida tidak (Oxtoby, 2003). Alumunium adalah logam putih, liat dan dapat ditempa. Bubuknya berwarna abu-abu ia melebur pada 669oC. bila terkena udara objek-objek alumunium teroksidasi pada permukaannya. Asam nitrat pekat membuat logam menjadi pasif. Alumunium sulfat membentuk garam-garam rangkap dengan sulfat dari kationkation monovalen dengan bentuk kristal yang menarik yang disebut tawas (Svehla, 1990). Alumunium merupakan logam golongan III sejumlah garam alumunium seperti halnya logam golongan IIA, mengkristal dari larutannya sebagai hidrat, sebagian dari hidrat ini amat larut dalam air dan satu dari sedikit logam yang larut dalam larutan asam dan basa, ada kemungkinan untuk melarutkan Al2O3 dalam H2SO4(P) menghasilkan Al2(SO4).18H2O. salah satu kegunaan menarik dari Al(SO4)3 adalah sebagai pemadam api jenis busa, kegunaan lain adalah sebagai pewarna penolak air, aditif pada makanan dan dalam pengolahan limbah ari dan perusahaan air minum. Konsumsi air dan perusahaan air capai 1.106 ton. Kira-kira setengahnya digunakan dalam industri kertas dan karton. Kegunaan lainnya adalah sebagai pewarna penolak air dan pewarna kain pad tekstil, sebagai aditif pada makanan dan pengolahan limbah air atau banyak digunakan dalam perindustrian air murni karena sifatnya yang koagulan (Saito, 1996)
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat - Pipet tetes - Beaker glass - Spatula - Batang pengaduk - Neraca analitik - Gelas ukur - Desikator - Hot plate - Batang pengaduk - Stopwatch - Thermometer - Gunting - Botol timbang 3.1.2 Bahan - Aquades - Larutan H2SO4 50% - Padatan KOH - Padatan Al - pH universal - Alumunium foil - Tissue - Kertas label
3.2 Prosedur percobaan 3.2.1 Pembuatan KOH - Ditimbang KOH 2,5 gr
- Ditambahkan aquades 37,5 gr - Dihomogenkan 3.2.2 Pembuatan Tawas - Disiapkan larutan KOH yang udah dilarutkan - Ditimbang padatan Al sebanyak 0,75 gr dan dimasukan ke dalam gelas kimia yang telah berisi larutan KOH - Diaduk sampai Al larut sempurna sambil dipanaskan - Diamati reaksi yang terjadi - Diamkan selama 10-15 menit - Ditambahkan H2SO4 50% tetes demi tetes ke dalam beaker glass yang berisi filtrat - Diukur pH larutan sekitar 1-2 dan penambahan H2SO4 dihentikan - Dipanaskan campuran di atas hot plate sampai suhu 60-70oC selama 10 menit - Didiamkan dan dimasukan ke dalam desikator selama 48 jam - Disaring kristal dan ditimbang
3.3 Flow sheet 3.3.1 Pembuatan larutan KOH
KOH 2,5 gram Ditambahkan aquade 37.5 mL Dihomogenkan Larutan KOH 40 mL
3.3.2 Pembuatan tawas
Padatan Al 0,75 gr
Larutan KOH 40 mL dicampurkan
diaduk, sambil dipanaskan Ada gelembung dan warna larutan hitam keabu-abuan didiamkan larutan 10-15 menit Warna larutan hitam disaring
Residu bewarna hitam Filtrat bening ditambahkan H2SO4 78 tetes diaduk
dibuang Warna larutan putih dan pH turun menjadi1 dipanaskan hingga suhu 6080oC Larutan bewarna putih dimasukan dalam desikator 6 hari Terbentuk endapan putih disaring ditimbang kristal yang terbentuk Kristal tawas yang terbentuk sekitar 8,497 gr
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data pengamatan No Perlakuan
Data pengamatan
1.
Pembuatan larutan KOH
-
Ditimbang KOH 2,5 gr
- Padatan putih halus
-
Ditambahkan aquades 37,5 mL
- Larutan bening
-
Dihomogenkan
- Larutan bening
2.
Pembuatan Tawas
-
Disiapkan larutan KOH yang - Larutan bening sudah dilarutkan
-
Ditimbang Al sebanyak 0,75 gr - Al berwarna abu-abu, dan saat dan dimasukan kedalam gelas
dicampurkan terdapat gelembung
kimia yang telah berisi larutan
dan berwarna abu-abu
KOH sedikit demi sedikit -
Diaduk Al sampai larut sempurna - Larutan berwarna abu-abu sambil dipanaskan
-
Diamkan selama 10-15 menit
- Warna larutan hitam
-
Disaring
- Filtrat benign dan residu berwarna hitam
-
-
Ditambahkan H2SO4 50% tetes - Terbentuk gumpalan putih, dan demi tetes ke dalam beaker glass
setelah diaduk larutan menjadi
yang berisi filtrat
putih
Diukur pH larutan sekitar 1-2 dan - Dibutuhkan 78 tetes hingga pH turun penambahan H2SO4 dihentikan
menjadi 1
Dipanaskan campuran di atas hot -
plate
sampai
suhu
sampai dihentikan
60-70oC - Larutan panas, dan lumayan cair
-
Dimasukan
dalam
desikator - Didapat berat kristal tawas sebesar
selama 6 hari -
8,497 gr
Disaring kristal dan ditimbang
4.2 Reaksi 4.2.1. 2 Al + 2KOH + 2H2 O → 2KAlO2 + 3H2 4.2.2. 2KAlO2 + 2H2 O + H2 SO4 → 2K 2 SO4 + Al(OH)3 H2 SO4 + K 2 SO4 + 2Al(OH)3 → 2KAl(SO4 )2 + 6H2 O 4.3. Perhitungan Mol Al = =
gram mr
0,75 26,9
= 0,027 mol Berat Teori = mol x mr tawas = 0,027 x 186,02 = 5,022 Berat Hasil = (Berat Beaker+Endapan)-berar beaker = (82,2978)-35,8573 = 46,4405 gram % yeald
=
berat hasil x100% berat awal (Al)
=
46,4405 x100% 0,75
=6,192%
4.4 Pembahasan Tawas adalah sekelompokk garam rangkap berhidrat berupa kristal dan bersifat isomorph. Tawas ini dikenal dengan nama KAI(SO4).12H2O yang banyak dikenal sebagai koagulan di dalam pengolahan air maupun limbah. Sebagai koagulan alum sulfat sangat efektif untuk mengendapkan partikel yang melayang baik dalam
bentuk koloid maupun suspensi. Alum merupakan salah satu senyawa kimia yang dibuat dari molekul air dan dua jenis garam, salah satu biasanya Al(SO4). Alum kalium merupakan senyawa yang tidak berwarna dan mempunyai bentuk kristal oktahedral atau kubus ketika kalium sulfat dan alumunium sulfat keduanya dilarutkan dan didinginkan. Larutan alum kalium tersebut bersifat asam. Alum kalium memiliki titik leleh 900oC. kalium alumunium sulfat deodekahidrat (tawas kalium) dengan rumus KAI(SO4).12H2O digunakan dalam pemurnian air, pengolahan limbah, dan bahan pemadam api. Tawas kalium alumunium sulfat dihasilkan dengan mereaksikan logam alumunium (Al) dalam larutan asa kuat (Kalium hidroksida akan larut membentuk aluminat 2Al + 2KOH + 2H2O → 2KAIO2 + 3H2 Larutan aluminat dinetralkan dengan asam sulfat mula-mula terbentuk endapan berwarna putih dari alumunium hidroksida Al(OH)3 2KAIO2 + 2H2O + H2SO4→ K2SO4 + Al(OH)3 Dengan penambahan asam sulfa endapan putih semakin banyak dan jika asam sulfat berlebihan endapan akan larut membentuk kation K+, Al3+, dan SO24 , jika didiamkan akan terbentuk kristal tawas kalium alumunium sulfat. Secara singkat reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut H2SO4 + K2SO4 + 2Al(OH)3 → 2Kal(SO4)2 + 6H2O Alum kalium sangat larut dalam air panas, sehingga ketika penambahan H2SO4 yang membentuk endapan dan kemudian dipanaskan. Pada proses pemanasan akan terjadi penguapan sehingga saat didinginkan akan terbentuk kristal dari Kal(SO4)2.12H2O. Maka reaksi keseluruhannya adalah 2Al + 2KOH + 10H2O + H2SO4 → 2KAl(SO4)2.12H2O + 3H Aplikasi dari tawas sendiri dapat digunakan sebagai penjernih air, pewarna bahan tekstil, deodoran, pemadam api dalam bentuk busa, penghilang lumut hingga obat sariawan. Pada percobaan pertama diukur aquades terlebih dahulu sebanyak 37,5 mL dengan menggunakan gelas ukur. Setelah itu diambil padatan KOH dengan spatula lalu ditimbang sebanyak 2,5 gr dengan alat neraca analitik, dimana padatan KOH tersebut diletakan dalam botol timbang agar tidak mencair. Lalu kedua zat tersebut
di homogenkan, dan larutan tercampur rata. Selanjutanya ditimbang Al sebanyak 0,75 gr dengan neraca analitik. Setelah itu dimasukan perlahan-lahan logam Al kedalam larutan KOH tersebut. Dimasukan Al perlahan-lahan agar mudah dalam mencampurkannya, serta agar Al tercampur merata. Pengadukan dan pemanasan bertujuan untuk mempercepat jalannya reaksi antara logam Al dan larutan KOH, saat direaksikan warna larutan berubah menjadi hitam keruh yang merupakan warna dari Al. selain itu reaksi ini juga tergolong reaksi eksoterm karena melepaskan kalor, dimana pada dinding beaker glass terasa hangat dan adanya gelembung itu karena adanya gas H2. Pengadukan yang membantu mempercepat jalannya reaksi dihentikan bila gelembung-gelembung telah hilang yang menunjukan reaksi antara KOH dan Al sudah selesai. Dan berhenti pula pengadukan, sehingga membentuk larutan aluminat dan mengikat K+ dan O. Serta saat pengadukan dilakukan pula pemanasan dengan menggunakan hot plate yang bertujuannya sama dengan pengadukan. Lalu larutan didiamkan agar suhunya kembali menjadi suhu ruangan. Selanjutnya larutan disaring dengan kertas saring, maka didapatkan filtrat bening dan residu yang berwarna hitam. Dimana residu tersebut merupakan zat pengotor atau filtrat ditambah dengan larutan H2SO4 sebanyak 78 tetes hingga pHnya turun menjadi 1-2 saat ditambahkan terbentuk gumpalan putih, dimana gumpalan putih ini terbentuk karena H2SO4 melarutkan Al(OH)3 berupa larutan bening tak berwara. Senyawa Al2 (SO4)3 yang terbentuk pada reaksi Al(OH)3 dengan H2SO4 bereaksi kembali dengan K2SO4 yang membentuk kristal KAl(SO4)2.12H2O yang berwarna putih. Selanjutnya dilakukan pemanasan selama 10 menit dengan suhu antara 60-70oC yang bertujuan untuk menguapkan air. Bila suhu diatas70oC maka tawas akan larut dalam air mendidih. Lalu didiamkan dalam desikator selama 6 hari agar tawas tidak terkena air selain itu untuk menjaga kesetimbangannya. Pada saat dihitung massa tawas didapatkan 8,47 gram Sifat fisik dan sifat kimia dari tawas kalium adalah 1. Tawas Kalium Sifat fisik - Massa molar = 258,21 g/mol
- Titik lelah = 92 – 93oC - Densitas = 1,76 gr/cn3 - Titik didih = 200oC Sifat kimia - Rumus molekul = KAl(SO4)2 - Kelarutan Adam air = 50oC 2. Aluminium Sifat fisik - Valensi = 3 - Titik lebur = 660oC - Titik didih = 2452 - Tegangan permukaan = 900 dyne/cm - Massa atom = 26,98 - Panas uap = 200 Sifat kimia - Nomor atom = 1 - Bersifat amfoterm - Mudah teroksidasi - Sangat reaktif - Massa jenis 27gr/cm3 3. Asam sulfat Sifat fisik: - Larutan tak bewarna - Viskositas tinggi - Konsentrasi tinggi - Bersifat toxic Sifat kimia: - Rumus molekul H2SO4 - Asam kuat - Bersifat polar - Hidrasi bersifat eksotermik
- Reaktif - Oksidator Faktor kesalah dalam percobaan ini adalah: - Pencampuran KOH dan logam Al beaker glass tidak steril sehingga saat kedua zat dihomogenkan warna larut menjadai hijau keruh Pada saat pengujian digunakan air limbah yang keruh, kemudian dimasukkan kristal tawas yang terbentuk maka akan menghasilkan larutan yang jernih dan zat pengotor yang ada pada larutan terabsorbsi oleh kristal tawas dimana tawas sebagian koagulan dalam penjernihan air limbah. Tawas mengendapkan partikel yang melayang baik dalam bentuk koloid dan endapan
BAB 5 PENUTUP 5.1. Kesimpulan - Dari percobaan ini adalah massa tawas yang terbentuk sebanyak 8,247 gram - Dari percobaan ini untuk menurunkan kadar ph tawas menjadi 1-2, ialah sebanyak 78 tetes - Hasil reaksi antara KOH dengan Al menghasilkan K[Al(OH)], serta larutan berwarna abu-abu dimana reaksi bersifat eksoteris, serta adanya gelembung merupakan tanda adanya gas H2 dengan KAlO2
5.2. Saran Sebaiknya pada percobaan pembuatan tawas selanjutnya dengan menggunakan logam Al dari kaleng bekas agar dapat dibandingkan dengan hasil yang sudah ada.
DAFTAR PUSTAKA
Cotton, F.A. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI Press Jalaluddin. 2005. Pemanfaatan Kaolin Sebagai Bahan Baku Pembuatan Alumunium Sulfat Dengan Metode Adsorbsi. Jurnal sistem teknik industri vol 6, hal 71. Oxtoby, P.W. 2003. Prinsip-prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid II. Jakarta: Erlangga. Saito, Taro. 1996. Buku Teks Kimia Anorganik. Tokyo. Iwanami Shoten Publisher. Svehla, G. 1990. VOGEL Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMA ANORGANIK 1 “PEMBUATAN KALIUM NITRAT”
Disusun oleh : Kelompok 1A
1. KHAIRUL ANWAR
1307035148
2. NAUVAL DWI FADILLAH
1307035131
3. SARI CLARA PRECELIA
1307035135
4. SURVINA OSALIA GINTING
1307035158
Samarinda, 28 November 2014 Mengetahui,
Dosen Pembimbing,
Asisten Praktikum,
Dwi Fitria S.Si
Citra Uli Sitompul NIM. 1207035121
NIP.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Garam nitrat dan hampir semua logam telah dikenal di alam. Garam nitrat banyak dijumpai di Chilli terutama dalam bentuk natrium nitrat. Mungkin oleh karena nama umum garam natrium nitrat adalah sendawa Chilli, sedangkan istilah sendawa digunakan untuk nama umum garam kalium nitrat. Sebagian besar garamgaram nitrat bersifat higroskopis dan mudah larut dalam air. Beberapa garam nitrat dapat diperoleh dalam bentuk anhidrat dan tidak mengalami dekomposisi pada pemanasan yang cukup tinggi. Asam nitrat dan garamnya merupakan senyawa okso dari nitrogen yang sangat penting. Asam nitrat sampai sekarang sebagian besar dibuat dari merubah nitrogen dalam atmosfir menjadi ammonia, kemudian ammonia dioksidasi menjadi NO dengan adanya katalisator dan kemudian NO diserap kedalam air yang mengandung oksigen. Asam nitrat jenuh memiliki sifat oksidator sangat kuat terhadap unsur-unsur logam. Untuk reksi-reaksi dengan logam-logam seperti emas dan platina, asam nitrat dicampur dengan asam klorida menjadi aquaregia (3 bagian HCl pekat dengan 1 bagian HNO3 jenuh) adanya kompleksasi dari ion klorida juga penting untuk meningkatkan efeksitas aquaregia dibandingkan asam nitrat. Unsurunsur nonlogam biasanya dioksidasi oleh asam nitrat pekat menjadi oksida atau asam okso. Yang melatarbelakangi dilakukannya percobaan kalium nitrat adalah untuk mengetahui proses-proses dalam pembuatan kalium nitrat dengan mereaksikan padatan KCl dan NaNO3 dalam aquades hingga menghasilkan kristalisasi dari KNO3 dan dilakukan rekristalisasi terhadap KNO3. Oleh karena itu, percobaan pembuatan kalium nitrat ini penting untuk dilakukan agar kita dapat mengetahui proses-proses pembuatan KNO3 dengan mereaksikan KCl dan NaNO3 serta mengetahui proses pemurnian dari KNO3 yang terbentuk dari proses kristalisasi terhadap KNO3 serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
1.2 Tujuan Percobaan Untuk mengetahui jumlah mol KNO3 yang terbentuk secara praktek Untuk mengetahui % yield dalam percobaan Mengetahui massa kristal KNO3 yang dihasilkan dalam percobaan
1.3 Prinsip Percobaan 1.3.1 Pembuatan KNO3 Prinsip percobaan didasarkan pada kristalisasi diman KCl dan NaNO3 dilarutkan dengan aquades lalu dipanaskan hingga ½ volume dan disaring kemudian dipanaskan lagi untuk mempercepat reaksi dan mengurangi kadar aquades dalam larutan hingga terbentuk sedikit endapan yang lalu didinginkan. Dilakukan proses dekantasi untuk memisahkan endapan dan larutan. Dimana kristal yang terbentuk masih mengandung pengotor sehingga masih perlu pemurnian lebih lanjut dimana karakteristik kristal KNO3 adalah berupa padatan, berwarna putih, berukuran besar dan kasar serta masih terdapat sedikit zat cair pada kristal kalium nitrat.
1.3.2 Pemurnian Kristal KNO3 Prinsip percobaan didasarkan pada proses rekristalisasi dimana dilakukan pemurnian terhadap kristal KNO3 dengan melarutkannya kedalam aquades dan dilakukan pemanasan hingga kembali terbentuk endapan dan didinginkan. Dilakukan proses dekantasi untuk memisahkan endapan dan larutan kemudian endapan yang terbentuk dimasukkkan kedalam desikator selama 24 jam sampai diperoleh hasil rekristalisasi kristal KNO3, dimana pada proses pemanasan dengan aquades terjadi proses salting out dimana aquedes yang menguap telah mengikat zat pengotornya lalu dapat diketahui massa kristal KNO3 yang terbentuk maka dapat diketahui persen rendemennya.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kalium adalah logam putih perak yang lunak logam ini melebur pada 63,50C. Ia tetap tak berubah dalam udara kering, tetapi dengan cepat teroksidasi dalam udara lembab, menjadi tertutup dengan suatu lapisan biru. Logam itu menguraikan air dengan dahsyat, sambil melepaskan hidrogen dan
terbakar dengan nyala
lembayung : 2K + + 2H2 O → 2K + + 2OH − + H2 ↑ Kalium bisanya disimpan dalam pelarut nafta. Garam-garamkalium mengandung kation monovalen K+. Garam-garam ini biasanya larut dan membentuk larutan yang tak berwarna, kecuali bila anionnya berwarna (Svehla, 1985). Perbedaan kelarutan dengan suhu yang berlainan ini dapat dimanfaatkan untuk memurnikan zat dari kotoran-kotoran hasil samping suatu reaksi dengan cara rekristalisasi bertingkkat pada cara ini zat yang masih bercampur deengan pengotor dengan dilarutkan dalam sedikit pelarut panas, dimana pengotor lebih mudah larut dalam air dari pada zat yang akan dimurnikan. Setelah larutan dingin kotoran akan tetinggal dalam larutan dan zat murni akan memisah sebagai endapan. Kristal murni yang dihasilkan lalu disaring dan dikeringkan (Yazid, 2005). Partikel-partikel solut yang baik berupa molekul atau ion didalam air selalu dalam keadaan terhidrasi. Makin banyak partikel solut makin banyak molekul air yang diperlukan untuk menghidrasi partikel solut. Larutan jenuh adalah larutan yang telah mengandung zat terlarut dengan jumlah maksimal sehingga tidak dapat melarutkan zat terlarut lagi. Keadaan ini terjadi kesetimbangan antara solut yang tak larut atau kecepatan pelarutan sama dengan kecepatan pengendapan. Perlu diketahui bahwa istilah jenuh dan tak jenuh tidak ada hubungannya secara langsung dengan larutan pekat dan encer (Yazid, 2005). Daya larut cairan dalam cairan lain sangat sangat berbeda-beda mulai dapat bercampur dengan sempurna, bercampur sebagian sampai tidak bercampur sama sekali. Demikian juga zat padat dalam cairan, mulai ada yang larut sempurna
sampai dengan yang tidak larut. Kelarutan zat selain bergantung dari sifat solut dan pelarutnya juga dipengaruhi oleh suhu dan tekanan (Yazid, 2005). Kimiawan membedakan larutan berdasarkan kemampuannya melarutkan zat terlarut. Larutan yang mengandung jumlah maksimum zat terlarut didalam pelarut, pada suhu tertentu, dinamakan larutan jenuh (saturated solution). Sebelum titik jenuh tercapai larutannya disebut larutan tak jenuh (unsaturated solution); larutan ini mengandung zat terlarut lebih sedikit dibandingkan kemampuannya untuk melarutkan. Jenis ketiga larutan lewat jenuh (supersaturated solution) mengandung lebih banyak zat terlarut dibandingkan yang terdapat didalam larutan jenuh. Larutan lewat jenuh bukanlah larutan yang sangat stabil. Pada saatnya, sebagian zat terlarut akan terpisah dari larutan lewat jenuh sebagai kristal. Proses terpisahnya zat terlarut dari larutan dan membentuk kristal dinamakan kristalisasi (crystalization). Perhatikan bahwa pengendapan dan kristalisasi kedua-duanya menjelaskan terpisahnya zat padat berlabih dari larutan lewat jenuh. Kita biasanya membayangkan bahwa endapan terbentuk dari partikel kecil, sementar kristal dapat berukuran besar dan bentuknya bagus (Chang, 2005). Asam nitrat adalah zat kimia yang sangat penting terutama sebagai bahan pembuat pupuk (NH4NO3) dan pembuat bahan peledak, seperti trinitrotoluen (TNT) dan nitrogliserin. Oleh sebab itu, asam nitrat harus dibuat secara besar-besaran dengan melarutkan NO2 dalam air sedangkan NO2 dibuat melalui proses Ostwald. Di laboratorium asam nitrat dibuat dengan reaksi : KNO3 + H2 SO4 → KHSO4 + HNO3 Asam yang terbentuk dapat dipisahkan dengan mengembunkan karena berwujud gas. Asam nitrat murni adalah cairan tidak berwarna yang mudah teruarai diatas 00C menjadi NO2, H2O dan O2. Oleh sebab itu, HNO3 dengan konsentrasi sekitar 70% atau lebih akan berwarna sedikit kuning, karena adanya NO2 yang terbentuk dari penguraian oleh cahaya. Asam nitrat encer dengan pereduksi kuat dapat mereduksi nitrogen sampai bilangan oksidasi-3 (Syukri, 1999). Karena kereaktifannya, logam alkali tidak ditemukan dalam keadaan bebas di alam, tetapi sebagai ion positif (L+) dalam senyawa ion kebanyakan senyawanya larut dalam air sehingga logam ini banyak terdapat di air laut. Logam alkali yang
banyak dikulit bumi adalah natrium dan kalium, sadeangkan litium, rubidium dan cesium jauh lebih kecil. Fransium (Fr) sebagai unsur keenam golongan alkali tidak stabil (radioaktif) dengan waktu paro 21 menit, sehingga sulit dipelajari. Logam alkali umumnya dibuat dengan mengelektrolisis cairan garamnya atau hidroksidanya (Syukri, 1999). Kristal adalah benda padat yang mempunyai permukaan-permukaan yang datar karena banyak zat padat seperti garam, kuarsa dan salju ada di daam bentukbentuk yang jelas simetris, telah lama para ilmuan menduga bahwa atom, ion ataupun molekul zat padat ini juga tersusun secara sistematis. Penampilan kristal kita boleh menyimpulkan begitu saja penataan partikel dalam sebuah kristal besar. Semata-mata dari penampilan luarnya. Bila suatu zat dengan keadaan cair atau larutan mengkristal, kristal dapat terbentuk dengan tumbuh lebih ke suatu atom dari pada ke atom yang lain menunjukkan bagaimana sebuah kubus kecil dapat berkembang menjadi salah satu dari tiga bentuk yang mungkin sebuah kubus besar. Sebuah lempeng datar atau suatu struktur kristal kubik yang sama namun bentuk keseluruhannya berbeda (Keenan, 1984). Sifat-sifat yang terutama menentukan kegunaan suatu pelarut adalah: Daerah suhu pelarut tersebut dalam keadaan cair Tetapan dielektritnya Sifat-sifatnya sebagai donor akseptor (asam basa lewis) Keasaman protonik atau kebasaan Sifat dan derajat otodiososiasi (Cotton, 1989). Pelarut berupa cairan pada suhu kamar dan tekanan satu atmosfer paling berguna karena mudah dikelola. Selain itu, juga diinginkan agar pengukuran atau reaksi kimia bisa terjadi bisa terjadi diatas maupun dibawah suhu kamar. Zat cair nonpolar atau kecil kepolarannya zat cair tidak teroksidasi (Cotton, 1989). Katalis adalah suatu zat yang mempunyai laju reaksi tanpa perubahan secara kimia pada akhir reaksi. Beberapa catatan tentang katalis : Komposisi kimia dari katalis tidak berubah pada akhir reaksi Katalis yang diperlukan suatu reaksi sangat sedikit
Katalis tidak memulai suatu reaksi tetapi mempengaruhi laju reaksi Katalis bekerja secara spesifik Katalis mempunyai temperatur optimum Katalis tidak mempengaruhi keadaan akhir suatu reaksi kesetimbangan (tidak mengubah harga tetapan kesetimbangan) Katalis dapat diracuni oleh suatu zat dengan jumlah yang sangat sedikit yang disebut racun katalis Katalis yang memperlambat laju reaksi disebut katalis negatif (Hiskia, 1992). Perubahan kelarutan dengan tekanan yang mempunyai arti penting yang praktis dalam analisis anorganik kualitatif, karena semua pekerjaan dilakukan dalam bejana terbuka pada tekanan atmosfer. Perubahan yang sedikit dari tekanan atmosfer tak mempunyai tekanan yang berarti atas kelarutan. Terlebih penting adalah perubahan kelarutan dengan suhu. Reduksi nitrat dalam suasana basa amonia akan dilepaskan (dideteksi dari baunya) dari kerjanya atas kertas lakmus merah dan atas kertas merkurium (I) nitrat atau uji asam talat perak nitrat, bila suatu larutan nitrat dididihkan dengan serbuk zink akan dipanaskan perlahan-lahan dengan bubuk aluminium dan larutan natrium hidroksida (Svehla, 1985).
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Spatula Pipettetes Beaker glass Hot plate Neraca analitik Baskom Gelas ukur Desikator Erlenmeyer Batang pengaduk Corong kaca 3.1.2 Bahan Aquades Es batu Padatan NaNO3 Padatan KCl Garam Tissu Aluminium foil Kertas label Kertas saring Masker Sarung tangan Sabun cair
3.2 Prosedur Percobaan 3.2.1 Pembuatan KNO3 Ditimbang massa beaker glass Dilarutkan 2 gr KCl dan 3 gr NaNO3 masing-masing dalam 5 mL air panas Dicampurkan kedua larutan lalu diuapkan hingga setengah volume Disaring larutan dalam keadaan lalu diuapkan hingga setengah volume Didinginkan larutan dalam es batu kemudian dibuang larutan yang tersisa dengan cara dekantasi 3.2.2 Pemurnian Kristal KNO3 Dilarutkan kristal KNO3 dengan 1 pipet aquades Dipanaskan Didinginkan dengan menggunakan es batu Larutan yang tersisa dibuang dengan cara dekantasi Dimasukkan kedalam alat desikator selama 24 jam Ditimbang kristal KNO3 yang didapat
3.3 Flow sheet 3.3.1 pembuatan kristal KNO3
2 gr KCl
3 gr NaNO3 dilarutkan dalam 5 ml air pans
dilarutkan dalam 5 ml air pans dicampurkan dipanaskan hingga 1/2 volume
Larutan bening, volume larutan berkurang disaring larutan lebih bening dipanaskan 1/2 volume larutan bening didinginkan terbentuk kristal kasar dan berwarna putih kehitaman
3.3.2 Pemurnian kristal KNO3
Kristal KNO3 dilarutkan Larutan keruh dipanaskan larutan menguap dan volume berkurang didinginkan endapan putih kristal KNO3 didiamkan selama 24 jam dalam desikator didapat kristal KNO3 putih ditimbang kristal terbentuk 2,727 gr
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan No Perlakuan 1
Pengamatan
Pembuatan KNO3 Ditimbang massa beaker glass
-
Massa beaker glass 65,8997 gr
-
Padatan KCl berwarna putih
-
Padatan NaNO3 berwarna putih
-
Terbentuk larutan bening
-
Aquades menguap saat
Dilarutkan 2 gr KCl dan 3 gr NaNO3 masing-masing dalam 5 mL air panas Dicampurkan kedua larutan lalu diuapkan
hingga
setengah
volume Disaring larutan dalam keadaan
dipanaskan
lalu diuapkan hingga setengah volume Didinginkan larutan dalam es
-
Filtrat larutan bening
-
Tidak ada residu, larutan bening dengan sedikit kristal
batu kemudian dibuang larutan yang
tersisa
dengan
cara
dekantasi -
Pemurnian Kristal
Terdapat endapan putih dan cairan putih
Dilarutkan kristal KNO3 dengan 1 pipet aquades Dipanaskan hingga ½ volume
-
Terdapat endapan KNO3 didalam beaker glass
Didinginkan menggunakan es batu 2
Larutan yang tersisa dibuang dengan cara dekantasi Dimasukkan
kedalam
desikator selama 24 jam
alat
-
KNO3 berupa padatan putih
-
Terbentuk larutan yang kental
-
Terdapat endapan putih
Ditimbang kristal KNO3 yang didapat
-
Larutan berbentuk padatan
-
Larutan berbentuk padatan putih yang melekat pada beaker glass
-
Massa KNO3 2,4148 gr
4.2 Reaksi KCl + H2O → K+ + Cl- + H2O NaNO3 + H2O → Na+ + NO3 + H2O KCl + NaNO3 → KNO3 + NaCl
4.3 Perhitungan 4.3.1 Secara Praktek
mol KCl =
𝑔𝑟 𝑀𝑟
=
mol NaNO3 = =
KCl
2 74,54 𝑔𝑟 𝑀𝑟
+ NaNO3
=
= 0,027 𝑚𝑚𝑜𝑙 3 85
→
= 0,035 𝑚𝑚𝑜𝑙
KNO3
+ NaCl
M 0,027 mmol 0,035 mmol B 0,027 mmol 0,027 mmol S
-
0,008 mmol
0,027 mmol 0,027 mmol
0,027mmol 0,027 mmol
Massa KNO3 yang terbentuk : m KNO3 = mol KNO3 × Mr KNO3 = 0,027 mmol × 101,09 = 2,73 gr 4.3.2 Secara Teori
mol KCl = % yield = =
gr Mr
2,4148
=
101
= 0,024 mmol
gr KNO3 (prektek) gr KNO3 (teori) 2,4148 2,73
× 100%
= 88,55% % Kesalahan = =
gr KNO3 (teori)−gr KNO3 (praktek) gr KNO3 (teori)
2,73−2,4148 2,73
× 100%
× 100% = 11,45 %
4.3 Pembahasan Rekristalisasi adalah suatu proses pemurnian zat atau bahan padat dari pengotornya dengan menambahkan pelarut yang sesuai. Kristalisasi adalah pemisahan bahan padatdari larutannya dengan carapemanasan atau pendinginan (dari sbahan cair menjadi bentuk kristal. Berikut perbedaan kristalisasi dan rekristalisasi : Rekristalisasi -
Pemurnian
Kristalisasi zat
padat
dari
-
pengotornya -
Kristal yang diperoleh warna
larutan -
putih bersih -
Ukuran partikel lebih kecil
Pemisahan zat padat dari suatu
Kristal yang diperoleh masih nampak keruh
-
Ukuran partikel lebih besar dibanding rekristalisasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain:
a. Jenis pelarut dan zat terlarut , zat terlarut yang polar larut di pelarut yang polar begitu juga sebaliknya b. Pengadukan, dimana semakin besar frekuensi pengadukan maka semakin besar zat yang terlarut c. Suhu, dimana semakin tinggi suhu maka semakin besar kelarutannya d. Luas permukaan, diman semakin besar luas permukaan maka semakin cepat reaksi berlangsung e. Ion senama, diman endapan lebih mudah larut dalam air murni dibanding dalam larutan yang mengandung salah satu ion endapan Aplikasi dari pembuatan kalium nitrat antara lain : - Bahan dalam pembuatan popok - Bahan pembuatan roket - Bahan pembuatan petasan - Bahan yang berperan dalam pengawetan makanan pada pengolahan daging Pada percobaan pembuatan KNO3 dilarutkan 2 gr KCl berupa padatan berwarna putih dan 3 gr NaNO3 berupa padatan berwarna putih dalam 5 mL air panas menghasilkan larutan bening kemudian larutan dipanaskan hingga ½ volume aquades menguap lalu larutan disaring tidak terdapat residu di kertas saring kemudian larutan dipanaskan hingga 1//2 volume terdapat sedikit endapan putih dan larutan bening dan ketika didinginkan dengan air es terdapat endapan putih dan cairan putih yang kemudian dipisahkan dengan cara dekantasi diman cairan dibuang dan tersisa endapan KNO3. Ketika dipanaskan aquades menguap karena titik didihnya lebih rendah. Pemisahan dilakukan dengan cara dekantasi berdasarkan berat partikel dan adanya gaya gravitasi. Pada percobaan pemurnian KNO3, kristal KNO3 dilarutkan dalam i pipet aquades hingga terbentuk larutan yang kental berwarna putih lalu dipanaskan hingga ½ volume menghasilkan endapan putih sedangkan aquades menguap dan didinginkan dengan air es, kristal KNO3 yang terbentuk terlihat mengeras dan terdapat cairan putih kemudian dibuang larutan sisa dengan cara dekantasi dimana berdasarkan perbedaan berat partikel dari kristal KNO3 dengan aquades. Kemudian dimasukkan kedalam desikator selama 24 jam diperoleh massa KNO3 2,4248 gr
kristal KNO3 yang terlihat lebih putih karena telah melalui proses rekristalisasi (pemurnian kristal KNO3). Adapun fungsi alat dalam percobaan : -
Beaker glass untuk tempat mereaksikan larutan
-
Erlenmeyer sebagai tempat mereaksikan larutan
-
Hot plate untuk memanaskan larutan
-
Batang pengaduk untuk mengaduk larutan
-
Corong kaca untuk membantu penyaringan dengan kertas saring
-
Pipet tetes untuk mengambil larutan dan memindahkan larutan dalam jumlah tetesan
-
Botol reagen untuk menyimpan larutan/reagen
-
Spatula untuk mengambil padatan KCl dan NaNO3
-
Neraca analitik untuk menimbang padatan KCl dan NaNO3 Fungsi bahan dalam percobaan ini antara lain:
- Padatan KCl dan padatan NaNO3 sebagai bahan dalam pembuatan KNO3 - Aquades untuk melarutkan padatan KCl dan NaNO3 - Aluminium foil untuk tempat menimbang padatan KCl dan NaNO3 - Kertas label untuk menandai larutan - Kertas saring untuk menyaring larutan - Tissu untuk mengelap alat dalam percobaan Adapun fungsi perlakuan dalam percobaan adalah: - Dipanaskan untuk menaikkan suhu dan mempercepat laju reaksi - Didinginkan agar menurunkan suhu - Ditimbang untuk mengetahui massa dari larutan dan beaker glass - Diaduk agar larutan dimana zat terlarut dan pelarut menyatu Adapun faktor kesalahan dalam percobaan : - Jumlah volume yang diambil dengan pipet tetes tidak sama - Pemanasan yang tidak maksimal - Air yang terlalu dingin - Kurangnya waktu dalam percobaan - Kurang telitinya menimbang padatan KCl dan NaNO3
Struktur KNO3 : O
N+ O
O-K+
Sifat fisik dan kimia KCl : - Sangat larut dalam air - Titik leleh 7720C - Menyublim pada 15000C - Berupa padatan kristal putih - Berat molekul 74,559/mol - Rasanya garam Sifat kimia dari KCl : - Kelarutan lebih banyak dibanding NaCl tetapi lebih sedikit dalam air dingin - Sangat sedikit larut dalam metanol, n-oktanol - Berbau merangsang - Berperan dalam sejumlah proses fisioterapi Sifat fisik dari NaNO3 : - Berat molekul 84,99 g/mol - Berwarna putih berupa padatan - Titik didih: suhu dekomposisi 3800C - Titik lebur 5800K (3070C) - Densitas 2,3 × 103 kg/m3 - Spesifik gravity densitas 2,26 - Dapat menyebabkan iritasi pada mata Sifat kimia dari NaNO3 : - Mudah larut dalam air panas - Sangat larut dalam amonia cair - Kelarutan 92 gr dalam 100 mL air - Berbentuk bubuk putih - Bobot senyawa 85,0 sma
BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan - Jumlah mol KNO3 yang terbentuk secara praktek dari percobaan yang telah dilakukan adalah 0,024 mol - Besarnya % yield dalam percobaan pembuatan dan pemurnian KNO3 sebesar 88,55 % - Massa KNO3 yang dihasilkan dalam percobaan adalah 2,73 gr
5.2 Saran Sebaiknya dalam percobaan selanjutnya dapat digunakan padatan AgNO3 agar dapat dibandingkan hasil reaksinya dengan NaNO3
DAFTAR PUSTAKA Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Jakarta : Erlangga. Cotton. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI-Press. Hiskia, Ahmad. 1992. Kinetika Kimia. Bandung : Citra Aditya Bakti. Keenan, Charles W. 1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga. Svehla, g. 1985. Vogel Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: Kalman Media Pusaka. Syukri, S. 1999. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga. Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Yogyakarta: Andi-Offset.
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMA ANORGANIK 1 “TOKSIK”
Disusun oleh : Kelompok 1A
1. KHAIRUL ANWAR
1307035148
2. NAUVAL DWI FADILLAH
1307035131
3. SARI CLARA PRECELIA
1307035135
4. SURVINA OSALIA GINTING
1307035158
Samarinda, 28 November 2014 Mengetahui,
Dosen Pembimbing,
Asisten Praktikum,
Dwi Fitria S.Si NIP. 19711203 200012 1 001
M. Arief R.F.D NIM. 1107035038
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Toksikologi merupakan salah satu pecahan dari bidang biologi terapan seperti kedokteran, farmasi, ilmu lingkungan dan lain-lain dalam khusus ini dipelajari tentang racun (daya racun dan keracunan) yang dapat ditimbulkan oleh suatu senyawa. Perkembangan yang pesat mengenai toksikologi memberikan dampak yang kurang baik dan bahkan sangat buruk lagi bagi manusia sendiri. Bahan-bahan sisa yang merupakan bahan buangan dari industri berteknologi tinggi mempunyai daya racun yang kuat dan dapat menyebabkan kematian, bukan saja terhadap tumbuhan dan hewan tetapi juga manusia. Buangan industri yang mengandung unsur atau senyawa yang mempunyai daya racun tinggi. Toksikologi berasal dari kata toksik yang berarti racun dan logo yang berarti ilmu. Secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang membahas tentang toksikologi adalah semua substansi yang digunakan dibuat atau hasil dari suatu formasi dan produk sampingan dari industri yang masuk ke lingkungan dan dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh negatif bagi makhluk hidup. Oleh karena itu percobaan mengenai senyawa toksik ini penting untuk dilakukan agar kita dapat mengetahui tingkat toksisitas dari logam berat, mengetahui logam berat yang memiliki toksisitas paling tinggi dimana dengan penambahan larutan ion logam berat terhadap susu, yakult, yoghurt, teh, tes, Mizone, Hidrococo, kopi dan telur. Dimana logam berat yang digunakan Hg2+, Cd2+,Pb2+ Zn2+, Cu2+, dan Ba2+. Percobaan analisa senyawa toksik dilakukan untuk mengetahui proses terjadinya denaturasi protein akibat adanya penambahan logam berat pada sampel yang digunakan dalam percobaan.
1.2. Tujuan Percobaan - Mengetahui hasil reaksi susu beruang terhadap ion logam Hg2+, Pb2+, Zn2+, Cd2+, Cu2+ dan Ba2+
- Mengetahui hasil reaksi telur puyuh terhadap ion logam Hg2+, Pb2+, Zn2+ Cd2+, Cu2+ dan Ba2+ - Mengetahui hasil reaksi teh terhadap ion logam Hg2+, Pb2+, Zn2+ Cd2+, Cu2+ dan Ba2+ - Mengetahui hubungan dari denaturasi protein dan senyawa toksik - Mengetahui hasil reaksi senyawa toksik pada sampel Tebs
1.3.
Prinsip Percobaan Prinsip percobaan berdasarkan menentukan tingkat toksisitas dari ion logam
berat Hg2+, Pb2+, Zn2+ Cd2+, Cu2+ dan Ba2+ yang direaksikan dengan susu, telur dan sampel yang mengandung protein. Dimana sampel akan mengalami denotasi protein sedangkan sampel yang mengandung antioksidan dapat mengikat logam berat yang ditambahkan pada sampel . penambahan logam berat menyebabkan terjadinya denaturasi protein Diana terjadi kerusakan struktur sekunder, tersier dan kuarterner pada struktur protein. Terjadinya denaturasi protein dimana protein berikatan dengan logam – logam berat yang akan menghasilkan perubahan endapan, warna dan gumpalan sehingga menjadikan senyawa toksik tersebut. Semakin besar, berat molekul maka semakin banyak endapan yang terbentuk dan hal ini mengakibatkan sampel yang mengandung protein mengalami perubahan struktur.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Kation golongan pertama, memberntuk klorida-klorida yang tak larut. Namun, timbel klorida sedikit larut dalam air dan karena itu Timbel tak pernah mengendap dengan sempurna bila ditambahkan asam klorida encer kepada suatu cuplikan ion yang timbel tersisa itu, diendapkan secara kuantitatif dengan hidrogen sulfida dalam asam bersama-sama kation golongan kedua (Svehla, 1985). Timbel adalah logam berwarna abu-abu kebiruan dengan rapatan yang tinggi (11,48 g ml-1 ada suhu kamar). Dia mudah melarut dalam asam nitrat yang sedang pekatnya (8 M dan terbentuk juga nitrogen oksida dengan asam nitrat pekat, terbentuk lapisan pelindung berupa timbel nitrat pada permukaan logam. Yang mencegah pelarut lebih lanjut. Asam klorida encer dan asam sulfat encer mempunyai pengaruh yang hanya sedikit karena terbentuknya timbal klorida atau timbel sulfat yang tidak larut pada permukaan logam itu (Svehla, 1985). Merkurium atau raksa adalah logam cair putih yang kepadatan pada suhu biasa dan mempunyai rapatan 13,5349 ml-1 pada 25oC. Ia tak dipengaruhi asam klorida atau asam sulfat encer (2M) tetapi mudah bereaksi dengan asam nitrat yang dingin dan sedang pekatnya 8 M), dengan merkurium yang berlebihan menghasilkan ion merkurium (I) (Svehla, 1985) Tembaga Cu adalah logam merah muda, yang lunak dapat ditempa dan liat. Ia melebur pada 1038oC, karena potensial elektrode standarnya positif, (+0,34 V untuk pasangan Cu/Cu2+). Ia tak larut dalam asam klorida encer dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit. Asam nitrat yang sedang pekatnya (8M) dengan mudah melarutkan tembaga. Ada dua deret senyap Kwa tembaga. Senyawa-senyawa merah dan mengandung ion tembaga (I), Cu+ senyawa-senyawa ini tak berwarna, kebanyakan garam tembaga (I), tak larut dalam air, prilakunya mirip prilaku senyawa perak (I) mereka mudah di okidasi menjadi senyawa tembaga (II) yang dapat diturunkan dari tembaga (Ti) oksida, CuO, hitam. Garam-garam tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik serat atau globoral (membulat) protein serat (fibreas protein) ialah material struktural hewan dengan
demikian bersifat tidak larut dalam air. Selanjutnya, protein serat terbagi lagi menjadi kategori umum, keratin yang menyusun jaringan pelindung seperti kulit, rambut bulu, cakar dan kuku. Halogen yang berbentuk ikat seperti tulang rawan, tenden dan pembuluh darah dan sutera seperti firolin dari sarang laba-laba dan ketin (kepompong) (Fessenden , 1982). Seng dan kadmium adalah logam-logam putih mengkilap, namun mudah ternoda. Strukturnya berubah dari keemasan rapat heksagonal yang And baik dengan pemajangan senjang sepanjang seperenam sembu. Air raksa adalah carian yang bersinar pada suhu basa. Semuanya ditandai sebagai logam berat, air raksa, air raksa juga demikian. Air raksa memberikan uap mono atom dan mempunyai tekanan au (1,3x10-3). Pada 20oC, tidak disangka ia larut dalam cairan dolar maupun tidak plat, satu larutan jenuh dalam air pada 25oC mempunyai 6x10-8J/g. Arena penguapan dan toksisitas yang tinggi, air, raksa harus selalu disimpan dalam kemasan tertutup dan ditangani di iklim ruang yang cukup pertukaran udaranya. Dalam biosfer ia beracun karena konversi oleh bakteri menjadi CH3Hg+ . air raksa mudah hilang dari larutan aqua garam air raksa karena reduksi oleh runutan bahan pereduksi dan dengan disproporsionasi Hg22+ (Cotton, 1984). Baik Zn maupun Cd mudah bereaksi dengan asam bukan pengoksidasi melepaskan H2 dan menghasilkan ion bivanlensi. Hb inert terhadap asam bukan pengoksidasi seng juga larut, dam basa kuat karena kemampuannya membentuk ion zin. Kadmium tidak larut dalam basa, seng, Cd dan Hg membentuk ion-ion N22+. Ion-ion Zn22+ dan Cd22+ tidak stabil,khususnya Zn dan dikenal hanya dalam bentuk lelehan atau padatan. Jadi penambahan Zn pada leburan ZnCl menghasilkan larutan kuning yang mengandung Zn2+.ion merkuri Hg22+ dibentuk dengan reduksi. Garam air raksa dalam larutan akua dimana ada hidroksida, oksida ataupun sulfida tidak dapat diperoleh dengan penambahan-penambahan anion yang tepat pada larutan Hg22+ (Cotton, 1989). Kadmium Cd adalah logam putih keperakan yang dapat ditempa dan liat . ia melebur pada 321oC. Ia melarut dengan lambat dalam asam encer dengan melepaskan
hidrogen
(Svehla,1985).
(disebabkan
potensial
elektrodenya
yang
negatif
Secara luas protein dapat dikategorikan menurut tipe gugus yang dilaksanakan. Protein serat (fibrus protein) juga disebut protein struktural yang membentuk kulit, otot pembuluh darah dan rambut terdiri dari molekul panjang mirip benang yang kuat dan tidak larut (Fessenden, 1982). Protein konjugasi yang dihubungkan ke suatu bagian non protein seperti gula melakukan berbagai fungsi dalam seluruh tubuh secara hubungan yang lazim antara protein dan non protein adalah dengan suatu rantai samping fungsional dari protein (Fessenden, 1982). Denaturasi protein adalah hilangnya sifat-sifat struktur lebih tinggi oleh terkacaunya ikatan hidrogen dan gaya-gaya sekunder lain yang menyatukan molekul. Akibat suatu denaturasi protein adalah hilangnya banyak sifat biologis protein itu . protein adalah polianida dengan lebih dari 30 residu (satuan dalam asam logam ini bereaksi dengan air pada suhu ruang membentuk barium hidroksida dan hidrogen) (Svehla, 1985). Semua sistem kehidupan mengandung sejumlah besar protein yang berbeda. Perbedaannya mungkin terdapat dada asam amino kandungan sejumlah besar protein yang menentukan konfirmasi protein untuk menentukan struktur protein tertentu kita harus memisahkan protein dari bahan non protein dan dari protein yang lain ini kadang-kadang merupakan tugas yang sangat Bear dan harus menggunakan sejumlah kriteria berbeda untuk menetapkan kehomogenannya (Hart,2003). Seperti halnya lemak dan karbohidrat, protein adalah zat yang dibentuk oleh sel – sel yang hidup lebih dari separuh zat-zat yang berbentuk padat di dalam jaringjaring manusia dan bentang,, mamalia terdiri dari protein-protein mempunyai peranan penting dalam tubuh manusia dan binatang. Karena ia bertanggung jawab untuk
menggerakkan otot-otot, protein hemoglobin mempunyai peranan
menyangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan ke seluruh tubuh. Sehingga protein sangat penting untuk masing-masing individu
berbeda dengan lemak dan
karbohidrat dimana susunan dasarnya adalah C, H O Maka protein kecuali disusun atas tiga unsur tersebut masih mengandung juga unsur lain seperti nitrogen belerang dan kadang besi (Sastrohamidjojo, 2009).
Karbohidrat merupakan senyawa organik yang paling banyak terdapat pada ala. Hampir semua tanaman dan hewan mensistesis dan menetabolisme karbohidrat-karbohidrat biosintesis melalui proses yang kompleks, sinar matahari mengubah oksigen dari udara dan dari dalam tanah (dengan tekanan osmosis) diangkut kehijauan dan (klorofil) menjadi glukosa (Sastrohamidjojo, 2009) Karbohidrat dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian besar seperti di bawah ini - Karbohidrat kompleks (disakarida dan polisakarida) - Karbohidrat sederhana (monosakarida) Glukosa merupakan karbohidrat yang sederhana yang pertama kali dapat digunakan dan mempunyai rumus molek C6H12O6. Karbohidrat seringkali dianggap berasal dari kata karbo dan terhidrat C2(H2O)6. Saat ini ternivikasi karbohidrat yang dipakai adalah senyawa polihidroksi adehida atau keton dan biasanya dikenal dengan nama gula (sugar) (Riswiyanto, 2009). Struktur sekunder suatu protein ditandai dengan adanya ikatan hidrogen diantara asam amino dalam rantai peptida. Ikatan itu dapat terjadi antara asam amino yang agak berdekatan dalam rantai tersebut jika ikatan ini terjadi secara teratur mengakibatkan rantai peptida melilit yang disebut x-haliks. Satu pilih dalam x-haliks rata-rata mengandung 23,6 asam amino, struktur ini paling stabil dibandingkan dengan yang lain karena ikatan pada hidrogen-hidrogennya rapat dan gugus R- nya mengarah keluar spiral protein dapat hampa serabut bila tiga x-heliks berjalan membentuk halogen yaitu heliks ganda struktur tersier. Protein mempunyai struktur tersier bila satu untaian x-helis melipat dan bersilang beberapa kali sehingga membentuk gumpalan. Dengan demikian struktur menjadi mempunyai Mr 16.700 dan mengandung 153 asam amino. - Struktur kuarterner Protein berstruktur kuarterner bila mempunyai dua polipeptida atau lebih yang beruntung disebut protomer, sedangkan proteinnya disebut oligamer, contohnya hemoglobin mengandung 4 peptida yang banyak (Syukri, 1999). Protein tidak hanya bervariasi dalam jumlah dan urutan asam amino tetapi jaga dalam alur rantai peptidanya. Rantai itu mungkin lurus, membelok, memutar,
melilit dan melipat dalam tiga dimensi berdasarkan alur tersebut protein dapat dibagi atas struktur sekunder, primer, tersier dan kuarterner. - Struktur primer Protein disebut berstruktur primer bila rantai peptida membujuk dan membelok sehingga terdapat perimpitan di beberapa tempat dan terjangkau oleh ikatan S-S seperti pada insulin sapi (Syukri,1999). Dalam larutan netral H pada gugus karboksilat pindah ke gugus amino sehingga membentuk dua kutub yang berlawanan. Molekul seperti itu disebut zwilter ion (Syukri,1999).
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat -
Tabung reaksi
-
Rak tabung reaksi
-
Pipet tetes
-
Beaker Glass
-
Botol reagen
-
Kamera
-
Erlenmeyer
-
Batang pengaduk
-
Sikat tabung
-
Botol semprot
-
Gelas ukur
-
Spatula
3.1.2. Bahan -
Susu beruang
-
Susu ultra
-
Yakult
-
Telur puyuh
-
Telur bebek
-
Tebs
-
Yougurt
-
Mizone
-
Hydrococo
-
Teh
-
Kopi hitam
-
Kopi lawak
-
Larutan HgCl2
-
Larutan BaCl2 0,5 M
-
Larutan CuSO4 0,1 M
-
Larutan Cd(CH3COO)2
-
Larutan FeCl3
-
Larutan PbCl2 1000 ppm
-
Larutan ZnSO4 0,1 M
-
Sabun cair
-
Aquades
-
Tisu
-
Kertas label
3.2. Prosedur percobaan 3.2.1. Susu beruang -
Disediakan 7 tabung reaksi
-
Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+
-
Dimasukkan 1 pipet susu beruang ke dalam 7 tabung reaksi ditambahkan 5 tetes larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label
-
Dikocok
-
Diamati
3.2.2. Susu Ultra -
Disediakan 7 tabung reaksi
-
Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+
-
Dimasukkan 1 pipet susu ultra ke dalam 7 tabung reaksi ditambahkan 5 tetes larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label
-
Dikocok
-
Diamati
3.2.3. Yakult -
Disediakan 7 tabung reaksi
-
Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+
-
Dimasukkan 1 pipet yakult ke dalam 7 tabung reaksi ditambahkan 5 tetes larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label
-
Dikocok
-
Diamati
3.2.4. Yougurt -
Disediakan 7 tabung reaksi
-
Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+
-
Dimasukkan 1 pipet yougurt ke dalam 7 tabung reaksi ditambahkan 5 tetes larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label
-
Dikocok
-
Diamati
3.2.5. Mizone -
Disediakan 7 tabung reaksi
-
Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+
-
Dimasukkan 1 pipet mizone ke dalam 7 tabung reaksi ditambahkan 5 tetes larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label
-
Dikocok
-
Diamati
3.2.6. Hidrococo -
Disediakan 7 tabung reaksi
-
Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+
-
Dimasukkan 1 pipet hidrococo ke dalam 7 tabung reaksi ditambahkan 5 tetes larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label
-
Dikocok
-
Diamati
3.2.7. Telur Puyuh
-
Disediakan 7 tabung reaksi
-
Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+
-
Dimasukkan 1 pipet telur puyuh ke dalam 7 tabung reaksi ditambahkan 5 tetes larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label
-
Dikocok
-
Diamati
3.2.8. Telur bebek -
Disediakan 7 tabung reaksi
-
Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+
-
Dimasukkan 1 pipet telur bebek ke dalam 7 tabung reaksi ditambahkan 5 tetes larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label
-
Dikocok
-
Diamati
3.2.9. Tebs -
Disediakan 7 tabung reaksi
-
Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+
-
Dimasukkan 1 pipet Tebs ke dalam 7 tabung reaksi ditambahkan 5 tetes larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label
-
Dikocok
-
Diamati
3.2.10. Teh -
Disediakan 7 tabung reaksi
-
Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+
-
Dimasukkan 1 pipet teh ke dalam 7 tabung reaksi ditambahkan 5 tetes larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label
-
Dikocok
-
Diamati
3.2.11. Kopi hitam -
Disediakan 7 tabung reaksi
-
Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+
-
Dimasukkan 1 pipet kopi hitam ke dalam 7 tabung reaksi ditambahkan 5 tetes larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label
-
Dikocok
-
Diamati
3.2.12. Kopi Luwak -
Disediakan 7 tabung reaksi
-
Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+
-
Dimasukkan 1 pipet kopi luak ke dalam 7 tabung reaksi ditambahkan 5 tetes larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label
-
Dikocok
-
Diamati
3.3. Flowsheet 3.3.1. Susu Beruang 1 pipet susu beruang berwarna putih - ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi - dihomogenkan - diamati
Tabung 1 Hg2+ +++++ ada endapan
Tabung 2 Cd2+ ++++ tidak ada endapan
Tabung 3 Pb2+ ++ tidak ada endapan
Tabung 4 Zn2+ +++ ada endapan
Tabung 5 Cu2+ ++++++ ada endapan
Tabung 6 Ba2+ + tidak ada endapan
3.3.2. Susu Ultra 1 pipet susu ultra berwarna putih - ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi - dihomogenkan - diamati
Tabung 1 Hg2+ ++++++ ada endapan
Tabung 2 Cd2+ ++++ ada endapan
Tabung 3 Pb2+ +++++ ada endapan
Tabung 4 Zn2+ ++ ada endapan
Tabung 5 Cu2+ +++ ada endapan
Tabung 6 Ba2+ + tidak ada endapan
3.3.3. Yakult 1 pipet Yakult putih berwarna kekuningan - ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi - dihomogenkan - diamati
Tabung 1 Hg2+ ++++++ tidak ada endapan
Tabung 2 Cd2+ ++++ tidak ada endapan
Tabung 3 Pb2+ +++++ tidak ada endapan
Tabung 4 Zn2+ ++ tidak ada endapan
Tabung 5 Cu2+ +++ tidak ada endapan
Tabung 6 Ba2+ + tidak ada endapan
3.3.4. Yoghurt 1 pipet Yoghurt berwarna putih - ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi - dihomogenkan - diamati
Tabung 1 Hg2+ +++++ tidak ada endapan
Tabung 2 Cd2+ +++ tidak ada endapan
Tabung 3 Pb2+ ++++++ tidak ada endapan
Tabung 4 Zn2+ ++++ tidak ada endapan
Tabung 5 Cu2+ ++ tidak ada endapan
Tabung 6 Ba2+ + tidak ada endapan
3.3.5. Mizone 1 pipet Mizone berwarna bening - ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi - dihomogenkan - diamati
Tabung 1 Hg2+ +++++ tidak ada endapan
Tabung 2 Cd2+ +++ tidak ada endapan
Tabung 3 Pb2+ ++++++ tidak ada endapan
Tabung 4 Zn2+ ++++ tidak ada endapan
Tabung 5 Cu2+ ++ tidak ada endapan
Tabung 6 Ba2+ + tidak ada endapan
3.3.6. Hidrococo 1 pipet Hidrococo berwarna putih keruh - ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi - dihomogenkan - diamati
Tabung 1 Hg2+ +++ tidak ada endapan
Tabung 2 Cd2+ ++++ tidak ada endapan
Tabung 3 Pb2+ ++++++ tidak ada endapan
Tabung 4 Zn2+ + tidak ada endapan
Tabung 5 Cu2+ +++++ tidak ada endapan
Tabung 6 Ba2+ ++ tidak ada endapan
3.3.7. Telur Puyuh 1 pipet telur puyuh berwarna putih kekuningan - ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi - dihomogenkan - diamati
Tabung 1 Hg2+ ++ tidak ada endapan
Tabung 2 Cd2+ ++++ tidak ada endapan
Tabung 3 Pb2+ +++ tidak ada endapan
Tabung 4 Zn2+ +++++ tidak ada endapan
Tabung 5 Cu2+ ++++++ tidak ada endapan
Tabung 6 Ba2+ + tidak ada endapan
3.3.8. Telur Bebek
1 pipet telur Bebek keruh dan kental - ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi - dihomogenkan - diamati
Tabung 1 Hg2+ +++ tidak ada endapan
Tabung 2 Cd2+ +++++ tidak ada endapan
Tabung 3 Pb2+ ++ tidak ada endapan
Tabung 4 Zn2+ ++++ tidak ada endapan
Tabung 5 Cu2+ ++++++ tidak ada endapan
Tabung 6 Ba2+ + tidak ada endapan
3.3.9. Tebs 1 pipet Tebs putih berwarna keruh - ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi - dihomogenkan - diamati
Tabung 1 Hg2+ + tidak ada endapan
Tabung 2 Cd2+ +++ tidak ada endapan
Tabung 3 Pb2+ +++++ tidak ada endapan
Tabung 4 Zn2+ ++ tidak ada endapan
Tabung 5 Cu2+ +++++ tidak ada endapan
Tabung 6 Ba2+ + tidak ada endapan
3.3.10. Teh 1 pipet Teh putih berwarna coklat - ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi - dihomogenkan - diamati
Tabung 1 Hg2+ ++++++ tidak ada endapan
Tabung 2 Cd2+ ++ tidak ada endapan
Tabung 3 Pb2+ ++++ tidak ada endapan
Tabung 4 Zn2+ +++++ tidak ada endapan
Tabung 5 Cu2+ + tidak ada endapan
Tabung 6 Ba2+ +++ tidak ada endapan
3.3.11. Kopi Hitam
1 pipet kopi hitam berwarna hitam - ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi - dihomogenkan - diamati
Tabung 1 Hg2+ +++ tidak ada endapan
Tabung 2 Cd2+ ++ tidak ada endapan
Tabung 4 Zn2+ ++++ tidak ada endapan
Tabung 3 Pb2+ + tidak ada endapan
Tabung 5 Cu2+ +++++ tidak ada endapan
Tabung 6 Ba2+ ++++++ tidak ada endapan
3.3.12. Kopi Luwak
1 pipet Kopi Luwak berwarna putih cream - ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi - dihomogenkan - diamati
Tabung 1 Hg2+ +++++ tidak ada endapan
Tabung 2 Cd2+ ++ tidak ada endapan
Tabung 3 Pb2+ +++ tidak ada endapan
Tabung 4 Zn2+ ++++ tidak ada endapan
Tabung 5 Cu2+ + tidak ada endapan
Tabung 6 Ba2+ ++++++ tidak ada endapan
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Pengamatan No. Sampel
Hg2+
Cd2+
Pb2+
Zn2+
Cu2+
1
++++
++++
++
+++
++++ +
Susu
beruang +
Gump Sedik Gum
Larut
Bany
an putih
it
k
gump putih
ak
alan
gump
gump alan 2
++
Banya alan putih
palan
Ba2+
Blangko Putih Cream
alan
Susu
++++
++++
++
+++
ultra
+
Gump Sedik Gum
++++ + Bany
Larut an
Banya alan
it
palan
ak
k
Gum
Putih
gump putih
putih
gump
palan
alan
++++ ++
+++
Putih
alan 3
Yakult
++++
+++
++
Endap Enda
Sedik Enda
+
Putih
Larut
kekuningan
Banya an
pan
it
pan
an
k
putih
dend
putih
putih
putih
endap
apan
an 4
Yougur
++++
+++
++++ ++++ ++
t
+
Gump ++
+
Gum
Sedik Larut
Banya alan
Bany
pan
it
k
ak
putih
gump putih
putih
gump
gump
alan
alan
alan
an
Putih
5
6
7
8
Mizone
+
+++
++++ ++
Benin
Warn
++
Sedik +
Agak
g
a
Sang
it
keruh
nyala
at
pudar an
++++
keruh
++++ +
++++ ++
Bening
Hidroc
++
oco
Laruta Sediki ++
Keru
n
t
Sang
h dan Sedik an
keruh
endap
at
pudar it
an
keruh
++++
+++
++++ ++++ +
Putih kekuningan
+
Keruh
Larut
keruh
keruh
Putih
++
Telur
Laruta Ada
Larut
+
++
Larut
puyuh
n
gump
an
Gum
Bany
an
putih
alan
keruh palan
ak
keruh
sedik
gump
it
alan
Putih
+++
++++
++
++++ ++++ +
Keruh
Telur
Gump
+
Larut
Gum
++
Larut
Kental
bebek
alan
Gump an
palan
Gum
an
putih
alan
keruh sedik
palan
keruh
it
k
12.
Larut
keruh
banya
10.
++++ ++++
bany ak
Larutan
++++
++
++++ ++++ +
+++
Teh
++
Cokla
Cokl
+
Cokl
Cokla
Cokla
t
at tua
Cokl
at
t
t tua
pudar
at tua
pudar pudar
Kopi
++++
++
+++
++++ +
++++
luwak
Cokla
Cokla
Cokl
Cokl
Enda
++
t
t
at
at
pan
Cokla
banya
bany
t
Coklat
Putih Cream
11.
endap
k
ak
enda
sedik
endap
an
endap
enda
pan
it
an
an
pan +
Kopi
+++
++
hitam
Hitam
Hitam Hita
Hita
+
++
pudar
pekat
m
Hita
Hitam
m
++++ ++++ ++++
pudar pudar m
Hitam
pudar
pekat 9
Tebs
+
+++
++++ ++
++++ ++++
Keruh
Cokla
Cokla
++
Cokl
+
Keco
kental
t
t
Cokl
at
Cokl
klatan
pudar
keruh
at tua
pudar at tua
4.2. Reaksi 4.2.1. Protein dengan logam berat Protein dengan Hg2+
4.2.1.1.
H N
R1
O
C H
C
H N
R2
O
C H
C
H N H N
H N
C H
C
H N
C H
C
H N
R2
O
C H
C
H N
H C
C
H N
Hg2+ N H
H C
C
R1
O
R2
O
R1
O
R2
O
C H
C
C H
C
H N
H C
C
H N
R2
O
N H
n
Protein dengan Pb2+
4.2.1.2.
O
O
+ Hg2+ n
R1
R1
R2
O
C H
C
H N H N
Pb2+
+ Pb2+ n
H N
N H
H C
C
R1
O
N H
n
Protein dengan Zn2+
4.2.1.3.
H N
R1
O
C H
C
H N
R2
O
C H
C
H N H N
H N
C H
C
H N
R2
O
C H
C
H N
C H
C
H N
H N H N
R2
O
C H
C
H N
C H
C
H N
C
H N
H C
C
H N
C
R1
O
R2
O
R1
O
R2
O
C H
C
C H
C
H N
H C
C
H N
N H
n
H N
Cu2+ N H
H C
C
R1
O
R2
O
R1
O
R2
O
C H
C
C H
C
NH
H C
C
H N
N H
n
H N H N
H N
Ba2+
+ Ba2+ N H
H C
C
R1
O
R2
O
R1
O
R2
O
C H
C
C H
C
H N
H C
C
H N
R2
O
N H
n
Protein dengan Cd2+
4.2.1.6.
O
C H
H C
+ Cu2+
n
R1
H N
Protein dengan Ba2+
4.2.1.5.
O
C
O
Zn2+ N H
n
R1
C H
R2
Protein dengan Cu2+
4.2.1.4.
O
O
+ Zn2+ n
R1
R1
R2
O
C H
C
H N H N
Cd2+
+ Cd2+ n
H N
N H
H C
C
R1
O
N H
n
4.2.1.7.
Polifenol dengan Pb2+
OH
+
Pb2+
Putih
n
4.2.1.8.
(Fessenden,1985)
Mizone dengan Pb2+
Pb2+ + Cl4.2.1.9.
PbCl2
Putih
Tebs dengan Pb2+
Pb2+ + CO32-
PbCO3
Putih
4.3. Pembahasan Secara umum toksik (racun) merupakan St padat cair, gas yang dapat mengganggu proses kehidupan sel atau suatu organisme. Zat beracun dapat merusak sel atau suatu organisme. Zat racun dapat masuk ke dalam tubuh melalui jalur oral (mulut) maupun topikal (bagian tubuh). Senyawa toksik adalah senyawa yang berbahaya bagi lingkungan karena memiliki efek destruktif bagi fungsi sel dan struktur tubuh. Senyawa toksik adalah senyawa yang mengandung racun dan memberi efek cidera bagi tubuh. Tingkat toksisitas berdasarkan keelektronegatifannya, dimana suatu senyawa cenderung untuk menarik elektron kepihaknya. Hal ini dapat dilihat pada afinitas elektron dan energi ionisasi unsur tersebut, adapun besarnya keelektronegatifan dari senyawa- senyawa toksik yaitu: Cu 1,9 Cd : 1,7 Ag : 1,8 Pb : 1,8 Zn : 1,6 Fe : 1,7
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkatan toksisitas menurut besarnya keelektronegatifan yaitu Cu > Pb > Ag > Fe > Cd > Zn Tingkat toksisitas, bila diurutkan sesuai dengan berat molekulnya maka terpengaruh pada tingkat toksisitasnya dimana semakin berat molekul suatu unsur maka makin toksik dia Pb2 = 207,02
Cu2+ = 63,5
Hg2+ = 206,59
Fe2+ = 55,85
Zn2+ = 63,38
Cd2+ = 112,
Jadi, dapat diurutkan tingkat toksisitasnya berdasarkan berat molekulnya yaitu Pb2+>Hg2+>Cd2+>Cu2+>Fe2+ Denaturasi protein adalah hilangnya sifat-sifat struktur lebih tinggi oleh rusaknya ikatan hidrogen dari gaya-gaya sekunder lain yang mengutuhkan molekul itu. Berubahnya susunan rantai polipeptida suatu protein, tepatnya terjadi pada struktur sekunder, tersier dan kuarterner dimana hanya struktur primer yang utuh Faktor-faktor yang mempengaruhi denaturasi protein antara lain: 1.
Ph Perubahan pH (penambahan asam dan basa) dapat merusak struktur ikatan hidrogen dari protein
2.
Pemanasan Pemanasan dapat menyebabkan terhadap ikatan hidrogen itu sendiri
3.
Penambahan logam berat Logam berat akan bereaksi dengan ikatan hidrogen yang ada dalam protein, sehingga akan merusak strukturnya
4.
Pengadukan Pengadukan dapat menyebabkan ikatan hidrogen terganggu. Kerusakan terhadap protein
5.
Sinar UV Pemberian sinar UV juga dapat menyebabkan terjadinya denaturasi Antioksidan sinar adalah substansi yang menetralkan radikal bebas. Karena
senyawa-senyawa tersebut mengorbankan dirinya agar teroksidasi sehingga sel-sel
lainnya dapat terhindar dari radikal bebas ataupun melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas oksigen reaktif jika hal itu berkenaan dengan penyakit dimana radikal bebas itu sendiri dapat berasal dari hasil metabolisme tubuh. Pembagian antioksidan berdasarkan fungsinya yaitu 1. Antioksidan primer Mencegah terbentuknya radikal bebas baru dengan memutus reaksi 2. Antioksidan sekunder Menangkap radikal bebas mencegah reaksi berantai 3. Antioksidan tersier Memperbaiki sel-sel dari jaringan yang rusak karena serangan radikal bebas Pada percobaan kali ini digunakan12 sampel berbeda namun hasil yang didapat tidaklah sama pada setiap sampel. Sampel pertama digunakan susu beruang berwarna putih. Lalu ditambahkan dengan logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+. Sampel yang paling banyak gumpalan adalah Cu2+, sedangkan yang paling sedikit adalah Ba2+. berikut urutan endapan pada sampel susu beruang. Cu2+ > Hg2+ > Cd2+ > Zn2+ > Pb2+ > Ba2+ pada sampel kedua digunakan sampel susu kotak yang berwarna putih dan dimasukkan logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+.dan didapat logam Cu2= yang paling banyak menyebabkan endapan sedangkan Ba2+ tidak menghasilkan perubahan apa-apa. Berikut urutan endapan pada sampel susu kotak. Hg2+ > Cu2+ > Cd2+ > Zn2+ > Pb2+ > Ba2+ Pada sampel ketiga digunakan yakult berwarna utuh tulang yang ditambahkan dengan logam Hg2+ yang paling banyak menyebabkan terjadinya pendapa. Sedangkan Ba2+ paing sedikit membuat adanya endapan. Berikut urutan endapan pada sampel yakult. Hg2+ > Pb2+ > Cu2+ > Cd2+ > Zn2+ > Ba2+ Pada sampel keempat digunakan youghurt berwarna putih lalu ditambahkan dengan logam v dimana penambahan Pb2+ yang paling banyak endapan. Sedangkan penambahan Ba2+ tidak menunjukkan adanya perubahan. Berikut urutan endapan yang disebabkan logam pada sampel youghurt Pb2+ > Hg2+ > Zn2+ > Cd2+ > Cu2+ > Ba2+
Pada sampel yang kelima digunakan Mizone yang bening lalu ditambahkan dengan logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+. Dimana dengan penambahan Lam Pb2+ yang paling banyak endapan serta penambahan Hg2+ yang paling sedikit perubahannya. Berikut urutan logam berdasarkan banyaknya endapan pada sampel Mizone. Pb2+ > Cu2+ > Cd2+ > Zn2+ > Ba2+ > Hg2+ Pada sampel keenam digunakan hydrococo yang bening lalu ditambahkan dengan logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+.dimana penambahan Hg2+ yang Peking banyak membuat larutan keruh, sedangkan penambahan Zn2+ tidak terlihat perubahan. Berikut urutan logam berdasarkan tingkatannya pada hidrococo Pb2+ > Cu2+ > Cd2+ > Hg2+ > Ba2+ > Zn2+. Pada sampel ketujuh digunakan putih telur puyuh yang keruh. Lalu ditambahkan dengan logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+.dan penambahan logam Cu2+ Lay yang paling banyak menyebabkan gumpalan. Sedangkan Ba2+ paling sedikit gumpalan. Berikut urutan logam yang paling banyak menyebabkan endapan. Cu2+ > Zn2+ > Cd2+ > Pb2+ > Hg2+ > Ba2+. Pada sampel kedelapan digunakan putih telur bebek yang keruh. Lalu ditambahkan dengan logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+. Dimana dengan penambahan Cu2+ yang paling banyak endapan dan penambahan logam Ba2+ yang paling sedikit menyebabkan adanya gumpalan. Berikut urutan logam yang paling banyak menyebabkan endapan Cu2+ > Cd2+ > Zn2+ > Hg2+ > Pb2+ > Ba2+ Pada sampel kesembilan digunakan larutan teh yang berwarna merah kecoklatan. Lalu ditambahkan dengan logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+. Dimana penambahan logam Hg2+ yang paling membuat merah teh dan penambahan logam Cu2+ tidak nampak adanya perubahan. Berikut urutan berdasarkan perubahan warna teh. Ba2+ > Zn2+ > Pb2+ > Ba2+ > Cd2+ > Cu2+. Pada sampel kesepuluh digunakan kopi luak yang berwarna cokelat Cream lalu ditambahkan dengan logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+. Dimana penambahan Hg2+ yang paling banyak endapan dan penambahan logam Ba2+ yang
paling sedikit ada perubahannya. Berikut banyaknya endapan berdasarkan penambahan logam pada sampel kopi luak Pb2+ > Cd2+ > Hg2+ > Zn2+ > Cu2+ > Ba2+. Pada sampel kesebelas digunakan Kopi hitam lalu ditambahkan dengan Lam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+. Dimana penambahan logam Cu2+ yang paling memekatkan warna kopi dan penambahan logam Ba2+ tidak dapat dilihat perubahannya. Berikut urutan logam berdasarkan kepekatan warna pada sampel kopi. Cu2+ > Cd2+ > Pb2+ > Zn2+ > Hg2+ > Ba2+ Pada sampel kesebelas digunakan tebs berwarna cokelat keemasan, lalu ditambahkan dengan logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+. Dimana penambahan Cu2+ memerahkan tebs dan penambahan logam Hg2+ tidak nampak adanya perubahan. Berikut urutan logam berdasarkan tingkat kemerahan warna pada tebs Cu2+ > Zn2+ > Ba2+ > Cd2+ > Pb2+ > Hg2+ Faktor kesalahan dalam percobaan ini adalah - Kurang teliti dalam mengamati perubahan pada sampel Pada Ba2+ tidak bereaksi bisa saja dikarenakan reagennya telah rusak. Karena menurut teori semakin berat molekul dari suatu unsur itu besar maka ia semakin bersifat toksik. Dimana Ba2+ sendiri memiliki berat molekul sebesar 137. Seharusnya ia lebih reaktif daripada Cu2+ dan Fe2+ karena berat molekulnya tidak lebih berat dari Ba2+. Kandungan dari sampel-sampel yang digunakan pada percobaan kali ini adalah - Susu beruang mengandung protein - Susu kotak mengandung protein - Yakult mengandung bakteri lactobacilus protectus, gula (sukrosa), susu bubuk - Yougurt mengandung hasil fermentasi dari bakteri, asam flat asam penteleat dan brorin - Mizine mengandung karboksilat, atrium, gula dan elektrolit - Hydrococo mengandung isotonik alami serta mengandung anak elektrolit - Teh mengandung polifenol yang dalam tubuh dapat membentuk kinerja enzim superazide untuk nelayan radikal bebas
- Kopi hitam dan kopi luak mengandungb kafein pada kopi hitam - Tebs mengandung karbonat Dari percobaan ini didapat bahwa unsur logam dapat menyebabkan denaturasi protein yang ditandai dengan adanya pengendapan. Dimana logam berat dapat bereaksi dengan protein karena ia memutus ikatan hidrogen ada larutan protein. Setelah pemutusan ikan hidrogen karbon logam berat bereaksi dengan elektron bebas pada atom nitrogen iman semakin besar berat molekul maka logam tersebut semakin bersifat toksik yang memiliki apak buruk bagi organ tubuh manusia
BAB 5 PENUTUP 5.1. Kesimpulan -
Hasil reaksi susu beruang terhadap logam yang digunakan dari larutan paling kental adalah Cu2+, Hg2+, Cd2+, Zn2+, Pb2+ dan Ba2+
-
Hasil reaksi telur puyuh terhadap logam yang digunakan dari larutan paling kental adalah Cu2+, Zn2+, Cd2+, Pb2+, Hg2+ dan Ba2+
-
Hasil reaksi teh terhadap logam yang digunakan dari larutan paling kental adalah Hg2+, Zn2+, Pb2+, Ba2+, Cd2+ dan Zn2+
-
Pada suatu nyawa protein dapat mengikat senyawa toksik yang dapat sebagai penetral dari senyawa toksik
-
Pada penambahan logam Cu2+, Zn2+, Cd2+, Pb2+, Hg2+ dan Ba2+ pada tebs menghasilkan endapan dari yang paling toksik yaitu Pb2+, Hg2+, Cd2+, Ba2+, Cu2+ dan Zn2+
5.2. Saran Sebaiknya pada percobaan selanjutnya dapat menggunakan logam Fe2+ dan Fe3+ agar dapat dibandingkan hasil reaksinya dengan logam Hg2+, Pb2+, Cd2+, Ba2+, Cu2+ dan Zn2+
DAFTAR PUSTAKA Cotton, FA.1989.Kimia Anorganik Dasar.Jakarta:UI-Press Fessenden.1982.Kimia Organik.Jakarta:Erlangga Hart,Harold.2003.Kimia Organik Edisi 2.Jakarta:Erlangga Sastrohamidjojo,Harjono.2009.Sintesis Senyawa Organik.Bandung:ITB Svehla.1985.Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Makro. Jakarta:PT.Kalman Media Pustaka Riswiyanto.2009.Kimia Organik.Jakarta:UI-Press
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMA ANORGANIK 1 “KEREAKTIFAN UNSUR HALOGEN”
Disusun oleh : Kelompok 1A
1. KHAIRUL ANWAR
1307035148
2. NAUVAL DWI FADILLAH
1307035131
3. SARI CLARA PRECELIA
1307035135
4. SURVINA OSALIA GINTING
1307035158
Samarinda, 28 November 2014 Mengetahui,
Dosen Pembimbing,
Asisten Praktikum,
Dwi Fitria S.Si NIP. 19711203 200012 1 001
M. Arief R.F.D NIM. 110703503
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai jenis bahan kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri. Penggunaan suatu bahan bergantug pada sifat-sifat dari bahan tersebut. Kita membedakan sifat-sifat zat atas sifat fisis dan sifat kimia. Sifat fisis menyangkut penampilan serta sifat-sifat yang tidak melibatkan pengubahan zat itu menjadi zat lain. Sifat kimia berkaitan dengan reaksi-reaksi yang dapat dijalani oleh zat itu, seperti kereaktifan, daya oksidasi, sifat asam dan sifat basa. Unsur-unsur golongan VIIA disebut halogen. Nama itu berasal dari bahasa Yunani yang berarti “pembentuk garam” dinamai demikian karena unsur-unsur tersebut bereaksi dengan logam membentuk garam. Misalnya, klorin bereaksi dengan natrium membentuk NaCl yaitu garam dapur. Halogen merupakan kelompok unsur nonlogam yang paling reaktif. Namun demikian, kereaktifannya menurun dari Fluorin
ke Iodin. Hal itu sesuai dengan
keelektronegatifan yang makin kecil dari Fluorin ke Iodin. Halogen mempunyai warna da aroma tertentu. Fluorin berwarna kuning muda,klorida berwarna hijau muda, bromin berwarna merah tua, iodin padat berwarna hitam dan uapnya berwarna ungu. Oleh karena itu, percobaan mengenai kereaktifan halogen ini dilakukan untuk mengetahui kereaktifan unsur halogen dan kepolarannya dengan mereaksikan FeCl3 dan NaOH yang ditambakan unsur halogen diantaranya NaI, NaBr, NaCl, dan NaF serta mengetahui kepolarannya dengan penambahan aquades yang bersifat polar dan kloroform yang bersifat nonpolar, mengetahui proses pembuatan halogen dengan mereaksikan KMnO4 dengan HCl dan MnO2 dengan HCl
1.2 Tujuan Percobaan Mengetahui hasil reaksi dari KMnO4 dengan HCl Mengetahui hasil reaksi NaF, NaCl, NaBr, dan NaI saat ditambahkan CHCl3 Untuk mengetahui urutan kereaktifan urutan kereaktifan unsur-unsur halogen yang digunakan saat percobaan kereaktifan halogen
1.3 Prinsip Percobaan 1.3.1 Pembuatan Halogen
Prinsip percobaan didasarkan pada kereaktifan antara MnO2 dan KMnO4 yang direaksikan dengan larutan HCl dimana hasil reaksinya menghasilkan uap yang dapat memutihkan kertas saring yang berwarna merah lembayung. KMnO4 lebih reaktif dari MnO2 dan merupakan oksidator yang kuat sehingga KmnO4 lebih cepat memutihkan kertas saring dibandingkan MnO2. Reaksi antara KmnO4 dan MnO2 dimana KMnO4 dan MnO2 mengalami reduksi menjadi Mn2+ sedangkan HCl teroksidasi menjadi Cl- berupa gas yang akan membuat warna merah lembayung yang berasal dari reaksi antara KMnO4 dengan HCl lebih cepat menghilangkan warna merah lembayung pada kertas saring.
1.3.2 Kereaktifan Unsur Halogen Prinsip percobaan didasarkan pada kereaktifan unsur-unsur halogen diman dalam satu golongan semakin ke bawah kereaktifan semakin besar, FCl>Br>I semakin kebawah emakin nonpolar. Pada reaksi kepolaran unsur halogen direaksikan dengan kloroform dan aquades untuk mengetahui kepolarannya dan direaksikan NaOH dan FeCl3 dengan unsur halogen untuk mengetahui kereaktifannya.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Golongan halogen merupakan kelompok unsur yang sangat reaktif terhadap golongan alkali. Alkali adalah kelompok logam yang sangat reaktif dan bersifat elektropositif sedangkan halogen adalah terdapat pada unsur yang paling bawah sedangkan untuk halogen terdapat pada unsur yang paling atas dari golongannya di dalam suatu sistem periodik unsur-unsur dalam kimia (Sugiarto, 2010). Dalam kondisi CATF, Fluorin berupa gas dan tidak berwarna. Klorin berupa gas hijau pucat. Klorines berupa cairan minyak yang berwarna merah cokelat dan iodisis berupa padatan hitam metalik. Titik didih dan titik leleh molekul diabrome ini naik secara perlahan dan hal ini berkaitan dengan sifat polar stabilitas molekul-molekul yang bersangkutan. Sifat pelarut stabilitas molekul-molekul diatomik halogen naik secara perlahan dengan menunjuk nomor atom. Hal ini dijelaskan oleh naiknya jari-jari atom tersebut ataupun volume dari atom dan jumlah total dari elektron sehingga posisi elektron sehingga posisi elektron semakin mudah terdispersikan secara tidak homogen disepanjang elektrolitnya. Dengan deikian akan berakibat pada naiknya gaya dispersi akibat dari gaya ionidasi dan titik didihnya yang bersangkutan (Sugiarto, 2010). Bromin merupakan unsur halogen yang beracun dan mudah menguap untukmembentuk moleku gas diatomik dan berbentuk membentuk molekul gas diatomik dan berbentuk cairan. Bromium dapat mendereksikan dan menimbilkan luka apabila kontak langsung dengan kulit dan luka tersebut dapat sembuh dalam jangka waktu yang lama. Bromium dapat larut dalam air dan sangat laut dalam pearut-pelarut organik seperti etanol, eter, karbon disulfida dan kloroform. Selain itu juga brom dapatmembentuk senyawa-senyawa beracun. Beberapa senyawa lainnya seperti bromin tidak terdapat dalam bentuk unsur bebas, tetapi ditemukan dalam ssenyawa-senyawa klorida. Brom memiliki sifat fisik yaitu jari-jari atom Br1,12 A, massa sekitar 79,95 gr dan memiliki titik didih 830C. Brom dapat digunakan dalam obat irup untuk membuat senyawa dibromutana yang diguanakan sebagai bahan baku zat anti oksidan dalam tubuh. Iodin berupa padatan berwarna ungu kehitaman dan cepat menyubim pada suhu kamar. Serta memberikan uap berwarna ungu. Iodin mempunyai sifat seperti nista dan iodin mempunyai sifat yang merupakan senyawa yang mempunyai sifat sangat penting dalam senyawa pelarut organik (Svehla, 1985).
Dalam pelarut-pelarut polar, hidrokarbon tidak semua dan SO4 cair, berbentuk larutan cokelat ataupun cokelat kemerahjambuan. Warna-warna ini menunjukkan pembentukan kompleks lemah yaitu I2>I yang dikenal sebagai kompleks penyerahan muatan sebagian dari muatan dalam air I25+.Iod membentuk kompleks biru dengan pasti dimana atom-atom ion terarah dalam satuan ataupun terarah pada saluran-saluran polisakarida amilase. Iod merupakan padatan hitam dengan sedikit kilap logam. Pada tekanan atmosfer iodnya menyublim tanpa meleleh seperti pada Cs2 dan CCl4. Larutan semacam itu berwarna merah lembayung seperti dalam uapnya pada saat terjadi reaksi (Cotton, 1989). Senyawa brom terdapat sebagai leomida dalam jumlah yang jauh lebih kecil bersama klorida brom diperoleh dari air laut melalui reaksi : 2Br − + Cl2
pH 2,3,3 2Cl− + Br2 →
Ia di sapu keluar dengan aliran udara brom adalah cairan kental, mudah terbakar berwarana merah tua pada suhu kamar, melarut sedang dalam air dan dapat bercampur dengan pelarut nonpolar seperti Cs2 dan CCL4. Iod terdapat sebagai ioda dalam air laut dan ia sebagai iodat dalam garam. Berbagai bentuk kehidupan di laut mengkonsekuensikan iod. Produksi I2 menyangkut baik mengoksidasi I- ataupun mereduksi iodat menjadi I- diikuti oleh oksidasi MnO2 dalam larutan asam massanya digunakan dalam sebagai pengoksidasi. Klor merupakan gas yang berwarna kehijauan. Klor melarut sedang dalam air sambil bereaksi (Cotton, 1989). Klor terdapat sebagai NaCl, KCl, MgCl2 dan sebagainya dalam aur laut, danau bergaram dan sebagai deposit yang berasal dari penguapan prasejarah danau. Beragam klor diperoleh melalui elektrolisis air laut dengan menggunakan anoda air raksa dimana senyawa natrium melarut : Na+ + e− + Na 1 − Cl + e− 2 2 Kemudian natriumnya dihilangkan secara terpisah dengan mencuci emulgan dengan air Cl− +
memberikan NaOH murni. Kecenderungan prosedur ini adalah bahwa senyawa Hg merupakan bahaya polisi yang utama dan beberapa pabrik telah ditutup. Penggunaan elektroda lain menghasilkan NaOH yang kurang murni pada kandungannya (Cotton, 1989). Kereaktifan F2 yang besar sebagian dikaitkan kepada energi defotasi yang rendah dari ikatan F-F dan fakta bahwa reaksi flour atomatik sangat eksoterm. Energi ikatan F-F yang rendah mungkin disebabkan oleh tolakan antara elektron non ikatan. Efek yang serupa dapat menerangkan adanya energi ikatan yang rendah dalam H2O2 dan N2H4. Flour paling reaktif secara kimia dan sekalian unsur dimana akan segera bereaksi pada suhu biasa atau dengan
suhu tinggi. Sering kali dengan sangat kuat ia juga menyerang banyak senyawaan lain, memecahkan menjadi fluori dan akan terbakar dalam F2-. Fluor terdapat secara meluas misalnya sebagai flourspar, CaF2 kryait, NO3 dan sebagainya melalui penjenuhan kembali dengan HF dari tangki penyimpanan sel flour dikonstruksi dari baja dan terlapisi oleh selaput (Cotton, 1989). Fluor yang aktif secara kimia dan secara unsur dan segera berhubungan kepad suatu massa atau dengan suhu tinggi dengan unsur. Selain O2, H2 Ne dan Br. Seringkali dengan sangat kuat menyerang banyak senyawaan dan memurnikannya menjadi fluorida bahan organik seringkali reaktif (Cotton, 1989). Suatu senyawa agak lebih bening dalam organisme laut. Contohnya dalam seperti ganggang dan rumput laut, zat warna ungu funds adalah suatu senyawa brom yang diperoleh dalam suatu proses reduksi dan sejumlah kecil dan jenis langkah dari organisme sifut di dalam laut warna ungu bening dapat digunakan sebagai suatu zat warna oleh kandungan plienit dari organisme ini dan sesudah itu dapat digunakan dalam berbagai hal. Senyawa halogen digunakan secara meluas dalam masyarakat modern sebagai pelarut. Infeksitida dari bahanbahan di alam pada suatu senyawa organik dimana kebanyakan senyawa organik dimana halogen merupakan sintesis didalam senyawa organik yang dapat di jumpai di alam (Fessenden, 1982). Ekektron yang iberikan oleh atom-atom ini kemudian ditampung dalam orbital yang energinya paling rendah dengan tidak lebih dari dua elektron yang dapat menempati satu orbital sehingga harus dipanaskan terlebih dahulu, seperti dalam suatu atom jika ada beberapa orbital molekul terativasi kita dapat menambahkan elektron-elektron itu pada setiap orbital ditempati oleh dua elektron karena hal itu mengulangi teroksidasinya elektron (Atkins, 1999). Florida merupakan salah satu contoh unsur halogen yang berbentuk gas (nonlogam) yang sangat reaktif, beracun korosif, berbau menyengat dan tidak enak serta berwarna kuning kehijau-hijaun karena merupakan unsur yang sangat reaktif maka fluorin dapat membentuk beberapa jenis senyawaan seperti hidrogen fluorid, natrium florida dan lain-lain dalam bentuk klorofrolekarbon (CFC) dapat digunakan sebagai minyak pelumas. Fluor memiliki massa atom 18,9840 dengan jari-jari 0,57 A dengan titik didih 0 J0C (Svehla, 1985).
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat
Neraca analitik
Pipet tetes
Tabung reaksi
Rak tabung
Sikat tabung
Penggaris
Gunting
Spatula
3.1.2 Bahan
Larutan HCl(p)
Larutan indikator pp
Larutan NaOH
Padatan KMnO4
Padatan MnO2
Larutan FeCl3
Kertas saring
Kertas label
Aquadest
Tissue
Larutan NaBr
Larutan NaCl
Sabun cair
Larutan NaI
Larutan CHCl3
Larutan NaF
Plastik wraping
3.2 Prosedur Percobaan 3.2.1 Pembuatan Halogen 3.2.1.1 MnO2
Ditimbang 0,1 gram MnO2
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
Disiapkan kertas saring ukuran 4x4 cm ditetesi dengan NaOH dan indicator pp
Ditambahkan 1 pipet HCl(p) kedalam tabung reaksi
Ditutup tabung reaksi dengan kertas saring
3.2.1.2 KMnO4
Ditimbang 0,1 gram KMnO4
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
Disiapkan kertas asring 4x4 cm ditetesi dengan NaOH dan indicator pp
Ditambahkan 1 pipet HCl kedalam tabung reaksi
Ditutup tabung reaksi dengan kertas saring
3.2.2 Kereaktifan unsur halogen 3.2.2.1 Klorofrom
Disiapkan 4 tabung reaksi
Ditambahkan 1 pipet FeCl dan 1 pipet NaOH
Diamati
Ditambahkan 1 pipet NaF, NaCl, NAbr NaI pada setiap tabung
Diamati
Ditambahkan CHCl3 1 pipet
Diamati dan didinginkan perubahan yang terjadi
3.2.2.2 Aquades
Disiapkan 4 tabung reaksi
Ditambahkan 1 pipet FeCl dan 1 pipet NaOH
Diamati
Ditambahkan 1 pipet NaF, NaCl, NAbr NaI pada setiap tabung
Diamati
Ditambahkan Aquadest 1 pipet
Diamati dan didinginkan perubahan yang terjadi
3.3 Flow sheet 3.3.1 Pembuatan halogen 3.3.1.1 MnO2 0,1 gram MnO2 berwarna hitam ditambah 1 pipet HCl(P) dihomogenkan Larutan hitam pekat dan terdapat gelembung ditutup tabung reaksi dengan kertas saring yang telah ditetes indikator pp dan NaOH Larutan hitam pekat dan kertas saring merah lembayung didiamkan diamati Warna pada kertas saring menghilang secara perlahan-lahan
3.3.1.2 KmnO2
0,1 gram KMnO4 berwarna hitam ditambah 1 pipet HCl(P) dihomogenkan Larutan hitam pekat dan terdapat gelembung ditutup tabung reaksi dengan kertas saring yang telah ditetes indikator pp dan NaOH Larutan hitam pekat dan kertas saring merah lembayung didiamkan diamati Warna pada kertas saring menghilang dan terdapat warna kekuningan 3.3.2 Kereaktifan unsur halogen
3.3.2.1 Kloroform
Larutan H2SO4 3 mL
Larutan H2C2O4 5 mL
dicampurkan kedalam erlenmeyer Larutan dan endapann berwarna coklat
ditambah 1 pipet NaF bening
ditambah 1 pipet NaCl bening
ditambah 1 pipet NaBr bening
ditambah 1 pipet NaI bening
diamati
diamati
diamati
diamati
Larutan merah kecoklatan dan endapan coklat
endapan coklat
ditambahkan 1 pipet CHCl3 larutan 2 fase bening dan endapan coklat
ditambahkan 1 pipet CHCl3
terdapat 3fase bening diatas dan bawah ditengah endapan coklat
endapan warna coklat
ditambahkan 1 pipet CHCl3 terdapat 3 fase larutan bening di fase atas dan bawah endapan coklat ditengah
terdapat endapan coklat
ditambahkan 1 pipet CHCl3 terdapat 2 fase fase bawah endapan coklat dan fase atas larutan coklat
3.3.2.2 Aquades Larutan H2SO4 3 mL
Larutan H2C2O4 5 mL
dicampurkan kedalam erlenmeyer Larutan dan endapann berwarna coklat
ditambah 1 pipet NaF bening
ditambah 1 pipet NaCl bening
ditambah 1 pipet NaBr bening
ditambah 1 pipet NaI bening
diamati
diamati
diamati
diamati
Larutan merah kecoklatan dan endapan coklat
endapan coklat
ditambahkan 1 pipet aquades endapan berkurang larutan berwarna coklat
endapan warna coklat
ditambahkan 1 pipet aquades
endapan berkurang larutan berwarna coklat
ditambahkan 1 pipet aquades
endapan berkurang, warna coklat kemerahan
terdapat endapan coklat
ditambahkan 1 pipet aquades endapan berkurang larutan warna coklat pekat
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan Perlakuan
Pengamatan
1. Pembuatan Halogen a) MnO2
Padatan MnO2 berwarna hitam
Ditimbang 0.1 gram MnO2
NaOH bening dan indikator pp
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
bening, ketika diteteskan pada
Sisiapkan kertas saring ukuran 4x4 cm
kertas saring, berubah menjadi
ditetes dengan NaOH dan Indikator pp
merah
Ditambahkan 1 pipet HCl(p) kedalam
bening
tabung reaksi
lembayung
HCl(p)
Larutan hitam bergelembung
Ditutup tabung reaksi reaksi dengan
dan
uapnya
menyebabkan
kertas saring
kertas menjadi putih
b) KMnO4
Ditimbang 0.1 gram KMnO4
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
Disiapkan kertas saring ukuran 4x4cm ditetesi dengan NaOH dan indikator pp
Padatan KMnO4 berwarna hitam
NaOH bening dan indikator pp
Ditambahkan 1 pipet HCl(p) kedalam
bening, ketika diteteskan pada
tabung reaksi
kertas saring, berubah menjadi
Ditutup tabung reaksi dengan kertas
merah lembayung
saring
2. Kereaktifan logam halogen
Disiapkan 4 tabung reaksi
Ditambahkan 1 pipet FeCl3 dan 1 pipet NaOH
Diamati
Ditambahkan 1 pipet NaF, NaCl, NaBr, NaI pada tiap tabung reaksi
HCl bening
Larutan hitam bergelembung dan uapnya menyebabkan kertas saring menjadi putih
Diamati
FeCl3 berwarna kuning
NaOH bening
Larutan cokelat dan endapan cokelat
Ditambahkan 1 pipet CHCl3
Larutan NaF, NaCl, NaBr, dan NaI bening
Pada tabung NaF larutan 2 fase dan endapan berkurang
Pada tabung NaCl terdapat endapan cokelat dan larutan berwarna cokelat
Pada tabung NaBr, larutan 2 fase, larutan cokelat dan endapan cokelat yang berkurang
Pada tabung NaI terdapat larutan cokelat dan banyak endapan
CHCl3 bening
Pada tabung NaF membentuk 3 fase, fase atas dan bawah bening dan sedikit endapan pada fase tengah berwarna cokelat kemerahan
Pada tabung NaCl membentuk 3 fase atas dan bawah bening dan endapan berwarna cokelat kemerahan ditengah, endapan lebih banyak disbanding pada NaF
Pada tabung NaBr membentuk 3 fase, fase tengah endapan cokelat kemerahan
Pada tabung NaI membentuk 2 fase dimana larutan cokelat dan terdapatbanyak endapan berwarna cokelat dan berwarna cokelat kemerahan
3. Kereaktifan logam halogen
Disiapkan 4 tabung reaksi
FeCl3 berwarna kuning
Ditambahkan 1 pipet FeCl3 dan 1
NaOH bening
pipet NaOH
Larutan cokelat dan endapan
Diamati
Ditambahkan 1 pipet NaF, NaCl,
cokelat
NaBr, NaI pada tiap tabung reaksi
Diamati
Larutan NaF, NaCl, NaBr, dan NaI bening
Pada NaF larutan menjadi cokelat kemerahan
Pada NaCl endapan berkurang warna larutan cokelat kekuningan
Pada NaI endapan berkurang
Pada NaBr endapan cokelat kemerahan
Pada NaCl endapan berkurang warna larutan cokelatkekuningan
Pada NaF endapan berkurang warna menjadi cokelat
Pada NaBr endapan berkurang warna larutan cokelat kemerahan
Pada NaF endapan berkurang warna cokelat pekat
Berdasarkan kepolaran F
4.2 Reaksi 4.2.1 KMnO4 dengan HCl Oksidasi : HCl → H + + Cl− Cl− → Cl2 2Cl− → Cl2 + 2e− Reduksi : KMnO4 → K + + MnO4 − MnO4 − → Mn2+ MnO4 − → Mn2+ + 2H2 O MnO4 − + 8H + → Mn2+ + 4H2 O MnO4 − + 8H + + 5e− → Mn2+ + 4H2 O Oksidasi : 2Cl− → Cl2 + 2e− Reduksi : Mn04 − + 8H + + 5e− → Mn2+ 4H2 O 10Cl− → 5Cl2 + 10e− 2MnO4 − + 16H + + 10e− → 2Mn2+ + 8H2 O 10Cl− + 2MnO4 − + 16H + → 5Cl2 +2Mn2+ + 8H2 O 4.2.2 MnO2 dengan HCl Oksidasi : HCl → H + + Cl− Cl− → Cl2 2Cl− → Cl2 + 2e− Reduksi : MnO2 − → Mn2+ MnO2 − → Mn2+ + 2H2 O
MnO2 − + 4H + → Mn2+ + 2H2 O MnO2 − + 4H + + 2e− → Mn2+ + 2H2 O Oksidasi : 2Cl− → Cl2 + 2e− Reduksi : Mn02 − + 4H + + 2e− → Mn2+ 2H2 O 2Cl− + MnO2 − + 4H + → Cl2 +Mn2+ + 2H2 O 4.2.3 FeCl3 + 3NaOH → Fe(OH)3 + 3NaCl 3NaF+ Fe(OH)3 → 3NaOH + FeF3 4.2.4 FeCl3 + 3NaOH → Fe(OH)3 + 3NaCl 3NaCl+ Fe(OH)3 → 3NaOH + FeCl3 4.2.5 FeCl3 + 3NaOH → Fe(OH)3 + 3NaCl 3NaBr+ Fe(OH)3 → 3NaOH + FeBr3 4.2.6 FeCl3 + 3NaOH → Fe(OH)3 + 3NaCl 3NaI+ Fe(OH)3 → 3NaOH + FeI3 4.2.7 Indikator PP dengan NaOH OH
OH
0
ONa
+ 2NaOH
C
+ 2H2O
C O
C
O
C
O
ONa
4.4 Pembahasaan Pada percobaan pembuatan halogen direaksikan dengan MnO2. Padatan halogen direaksikan dengan MnO2 yangan berwarna hitam sebanyak 0,1 gram direaksikan dengan 1 pipet HCl(p) bening lalu dihomogenkan agar keduanya dapat bercampur menghasilkan larutan hitam pekat dan bergelembung dan mengalami atau mempunyai uap. Pada tabung reaksi yang berisi dengan MnO2 dan HCl ditutup denga kertas saring yang telah ditetesi NaOH bening yang bersifat basa dan indikator pp bening sehingga pada kertas saring berwarna merah lembayung karena indicator pp mendeteksi adanya senyawa basa sedangkan NaOH sebagai pemberi suasana basa. Kertas saring berwarna merah lembayung ditutupi pada mulut tabung kemudian setelah beberapa menit kertas saring berubah menjadi putih hal ini dikarenaakan campuran MnO2 dan HCl bersifat asam sehingga kertas saring kembali berwarna putih dimana indicator pp tidak bereaksi dengan senyawa yang bersifat asam. Perlakuan yang sama dilakukan terhadap padatan KMnO4 0,1 gram berwarna hitam direaksikan dimana kertas saring yang berwarna merah lembayung lebih cepat berubah menjadi warna putih dibandingkan dengan MnO2 hal ini dikarenakan KMnO4 merupakan senyawa desikator yang lebih kuat dibandingkan dengan MnO2. Pada percobaan kereaktifan unsur halogen, direaksikan larutan FeCl3 sebanyak 1 pipet berwarna kuning dengan 1 pipet NaOH bening menghasilkan ini dilakukan pada 4 tabung reaksi. Pada tabung 1 ditambahkan larutan NaF sebanyak 1 pipet bening menghasilkan larutan coklat dan endapan cokelat yang berkurang dari sebelumnya. Demikian juga dengan tabung yang ditambahkan NaCl, NaBr, dan NaI bening dihasilkan larutan cokelat dan endapan cokelat. Akan tetapi dari keempat tabung reaksi terdapat perbedaan jumlah endapan dimana endapan yang paling banyak secara berurutan dan pada tabung NaI, NaBr, NaCl dn tabung NaF hal ini menandakan bahwa semakin banyak jumlah endapan semakin reaktif unsur tersebut. Pada unsur halogen urutan kereaktifannya ialah I, Br, Cl, F sehingga pada percobaan NaI lebih banyak endapannya dan NaF endapannya lebih sedikit karena NaI lebih reaktif dari pada NaF, Kemudian pada masing-masing tabung ditambahkan 1 pipet klorofrom (CHCl3) bening yang bersifat non polar. Kloroform ditambahkan untuk mengetahui kepolaran dari unsur-unsur halogen pada percobaan. Setelah penambahan kloroform. Pada tabung NaF, NaCl, dan NaBr terbentuk 3 fase yaitu fase bawah bening yang bersifat nonpolar dan fase atas bening besifat polar. Pada fase tengah terdapat endapan cokelat kemerahan dimana ketika dihomogenkan akan bercampur dengan senyawa polar hal ini karena endapan memilki sifat polar sehinggaa dapat bercampur dengan polar. Hal ini sesuai dengan prinsip like dissolves like dimana senyawa polar dapat larut dalam polar dan nonpolar dengan non polar sedangkan
larutan polar tidak dapat bercampur dengan non polar. Pada keadaan ini endapan paling banyak ada pada NaF karena NaF bersifat cenderung plar dibandingkan dengan NaBr, NaCl, dan NaI, dimana semakin banyak endapan maka larutan semakin bersifat polar. Urutan kepolaran dari unsur halogen yaitu F>Cl>Br>I sehingga pada NaI larutan terlihat bercampur karena NaI cenderung bersifat nonpolar. Adapun dalam percobaan kereaktifan unsur halogen dengan menambahakan aquadest yang bersifat polar terdapat endapan yang paling banyak pada larutan NaI. Dimana berdasarkan tingkat kepolaran dari unsur halogen F>Cl>Br>I. Oleh karena itu berdasarkan prinsip like dissolves like dimana dengan pelarut aquades yang bersifat polar kelarutan yang lebih besar ada pada F sedangkan pada I terdapat endapan dan larutan cokelat karena I pada unsur halogen cenderung yang paling bersifat nonpolar disbanding unsur lainnya. Adapun faktor kesalahan dalam percobaan ini:
Kesalahan dalam mengukur atau mengambil larutan
Kuranng telitinya memperhatikan warna larutan dan endapan
Kurang tepatnya ketika menutup tabung reaksi dengan kertas saring ssehingga ada uap HCl dan MnO2 yang tidak melewati kertas saring Unsur-unsur golongan VIIA disebut halogen. Nama itu berasal dari Bahasa yunani
yang berarti “pembentukan garam”. Dinamai demikian karena unsur-unsur tersebut dapat berekasi dengan logam membentuk garam. Unsur-unsur golongan ini: Floor(F), klor(Cl), Brom(Br), iodin(I), dan astatin(Al). Aplikasi dari golongan halogen yaitu:
Pasta gigi mengandung senyawa fluorida untuk mencegah kerusakan gigi
Flour digunakan sebagai pendingin
Klor digunakan untuk penjernihan air dan pembuatan kramik
AgBr sensitif terhadap cahaya dan digunakan dalam film foto grafi dan sinar x
Iodin digunakan sebagai antiseptic yang dilarutkan dalam alcohol dan diusapkan pada luka Adapun sifat fisik dan kimia dari KMnO4:
Rumus molekul
Berat molekul 158,03 gram
Tidak berbau
Mudah larut dalam air
Merupakan oksidator kuat
Adapun sifat fisik dan kimia dari NaOH:
Berat molekul 39,79971 g/mol
Densitas 2,1 g/cm3 padat
Titik didih 1390°C
Titik lebur 318°C
Berupa cairan Adapun sifat fisik dan kimia dari HCl(p):
Berupa cairan bening
Berbau pekat
Titik lebur 101°C
Dapat larut dalam alkali monoksida, kloroform dan eter
Energi ionisasi 1250 Kj/mol
Kalor jenis 0,115 Kal/gr°C Adapun fungsi alat dalam percobaan kali ini adalah
Neraca analitik untuk menimbang massa KMnO4 dan MnO2
Tabung reaksi untuk wadah mereaksikan larutan
Spatula untuk mengambil padatan yang ditimbang Adapun fungsi bahan:
NaI, NaBr, NaCl, NaF, sebagai larutan senyawa halogen
Indicator pp untuk mendeteksi basa
NaOH sebagai larutan asam
BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Hasil reaksi dari KMnO4 dengan HCl menghasilkan larutan bening dan uapnya bersifat asam yang ditandai dengan uapnya dapat memutihkan kertas saring berwarna merah lembayung akibat ditetesi indikator PP dan NaOH Saat ditambahkan CHCl3 reaksi yang terbentuk 3 fase pada NaF, NaCl, dan NaBr sedangkan pada NaI terbentuk endapan cokelat pekat Urutan unsur-unsur halogen yang digunakan saat praktikum adalah mulai yang paling reaktif adalah NaI, NaBr, NaCl dan NaF
5.2 Saran Sebaiknya pada praktikum selanjutnya dapat digunakan larutan n-heksan yang bersifat nonpolar agar dapat dibandingkan hasil reaksinya dengan kloroform pada uji kepolaran halogen.
DAFTAR PUSTAKA Atkins.1999. Kimia Fisik. Jakarta: Erlangga Cotton.1989. Kimia Organik Dasar. Jakarta: UI – Press Fessenden.1982. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga Svehla.1985. Vogel Analisis kualitatif Anorganik Makro dan Semimikro. Jakarta: Kalma Media Pustaka Sugiarto, dkk.2010. Kimia Anorganik Dasar. Yogyakarta Graha Ilmu