LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA Alat Penglihatan dan Alat Pendengaran
Disusun Oleh :
Vita Istiq!ah
"#$%$$&"
%$Anggi D'ah Aristi
"#$%$$$"(%
Ria Lestari
"#$%$$$")*
Shelena Nugraha R De+i
"#$%$$$"),
Ir!a Fitri'ani
"#$%$$$",&
P-NDIDIKAN .IOLOGI R-GUL-R *&$$ /URUSAN .IOLOGI FAKULTAS MAT-MATIKA DAN ILMU P-NG-TA0UAN ALAM UNIV-RSITAS N-G-RI /AKARTA
*&$"
KA/IAN T-ORI
I1
Alat Penglihatan Cahaya yang masuk
melalui
kornea
diteruskan ke
pupil. Pupil
merupakan lubang bundar anterior di bagian tengah iris yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata. Jika intensitas cahaya tinggi, maka pupil akan mengecil. Reaksi ini dikenal dengan refleks cahaya pupil. Jarak saraf untuk refleks ini diperlihatkan oleh dua jalur hitam pada gambar. Bila cahaya mengenai retina, terjadi beberapa impuls yang mula-mula berjalan melalui nervus optikus menuju nervus pretektalis. ari sini, impuls berjalan ke nukleus !dinger-"estphal !dinger-"estphal dan akhirnya kembali melalui saraf parasimpatik untuk untuk mengko mengkonst nstrik riksik sikan an sfingte sfingterr iris. iris. #ebali #ebalikny knyaa dalam dalam keadaa keadaan n gelap, gelap, refleks refleks ini dihambat oleh saraf simpatis yang menyebabkan dilatasi pupil $%uyton, &''() *(+. engan keadaan pupil yang berdilatasi ini, cahaya dapat masuk ke dalam mata dengan intensitas yang lebih, sehingga objek dapat dilihat. Pupil adalah lubang di pusat iris mata. ubang ubang itu bisa bisa mengem mengemban bang g dan mengun menguncup cup seiring seiring dengan dengan aktivi aktivitas tas muskul muskulus us dilatator dan musculus sfingter pupilae. edua otot itu ialah otot polos yang disarafi oleh serabut serabut parasim parasimpat patetik etik dan serabut serabut ortosim ortosimpat patetik etik.. iamet iameter er pupil pupil ditent ditentuka ukan n oleh oleh kesei keseimb mban anga gan n
akti aktivi vita tass
paras parasim impa patet tetik ik dan dan
orto ortosi simp mpate ateti tik. k. Pupi Pupill
yang yang norm normal al 1
mempunyai diamter yang berkisar antara &-* mm. Rata-rata diamtere pupil adalah /
2
mm. 0idak semua individu sehat mempunyai diameter pupil yang sama. iantaranya 1(2 1(2 menu menunu nuju jukk kkan an aniso anisoko koria ria deng dengan an selisi selisih h sampa sampaii 1 mm dalam dalam diam diamet etern ernya ya.. 3nisokoria dianggap tidak patologis selama kedua pupil bereaksi terhadap penyinaran dengan sama cepatnya $3rif 4utta5in, &''6 Pupil Pupil yang yang sempit sempit disebu disebutt miosis miosis dan pupil pupil yang yang lebar lebar disebu disebutt midria midriasis. sis. Pada Pada keadaan nyeri, ketakutan, ketakutan, dan cemas terjadi midriasis. alam keadaan tidur, koma yang dalam dalam dan tekana tekanan n intrak intrakran ranial ial yang yang mening meningkat kat terjadi terjadi miosis. miosis. 4idria 4idriasis sis dan miosis miosis unilateral adalah patologis. alam alam suatu suatu eksper eksperimen imen mengen mengenai ai konstri konstriksi ksi pupil pupil diguna digunakan kan gambar gambar sebagai sebagai modulator untuk mengetahui respon pupil terhadap cahaya, kontras gambar, inversi ,dan kecerah kecerahan an 7arna 7arna dalam dalam gambar gambar,, didapa didapatka tkan n hasil hasil bah7a bah7a gambar gambar tegak tegak mengin menginduk duksi si kontriksi lebih besar pada diameter pupil daripada gambar terbalik, perbedaan dalam pencahayaan memperkirakan pada konten gambar tingkat tinggi akan memicu pupil dilatasi dilatasi,, ukuran ukuran pupil pupil menyes menyesuai uaikan kan terhadap terhadap peruba perubahan han persep persepsi si di kecerah kecerahan an dan
KA/IAN T-ORI
I1
Alat Penglihatan Cahaya yang masuk
melalui
kornea
diteruskan ke
pupil. Pupil
merupakan lubang bundar anterior di bagian tengah iris yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata. Jika intensitas cahaya tinggi, maka pupil akan mengecil. Reaksi ini dikenal dengan refleks cahaya pupil. Jarak saraf untuk refleks ini diperlihatkan oleh dua jalur hitam pada gambar. Bila cahaya mengenai retina, terjadi beberapa impuls yang mula-mula berjalan melalui nervus optikus menuju nervus pretektalis. ari sini, impuls berjalan ke nukleus !dinger-"estphal !dinger-"estphal dan akhirnya kembali melalui saraf parasimpatik untuk untuk mengko mengkonst nstrik riksik sikan an sfingte sfingterr iris. iris. #ebali #ebalikny knyaa dalam dalam keadaa keadaan n gelap, gelap, refleks refleks ini dihambat oleh saraf simpatis yang menyebabkan dilatasi pupil $%uyton, &''() *(+. engan keadaan pupil yang berdilatasi ini, cahaya dapat masuk ke dalam mata dengan intensitas yang lebih, sehingga objek dapat dilihat. Pupil adalah lubang di pusat iris mata. ubang ubang itu bisa bisa mengem mengemban bang g dan mengun menguncup cup seiring seiring dengan dengan aktivi aktivitas tas muskul muskulus us dilatator dan musculus sfingter pupilae. edua otot itu ialah otot polos yang disarafi oleh serabut serabut parasim parasimpat patetik etik dan serabut serabut ortosim ortosimpat patetik etik.. iamet iameter er pupil pupil ditent ditentuka ukan n oleh oleh kesei keseimb mban anga gan n
akti aktivi vita tass
paras parasim impa patet tetik ik dan dan
orto ortosi simp mpate ateti tik. k. Pupi Pupill
yang yang norm normal al 1
mempunyai diamter yang berkisar antara &-* mm. Rata-rata diamtere pupil adalah /
2
mm. 0idak semua individu sehat mempunyai diameter pupil yang sama. iantaranya 1(2 1(2 menu menunu nuju jukk kkan an aniso anisoko koria ria deng dengan an selisi selisih h sampa sampaii 1 mm dalam dalam diam diamet etern ernya ya.. 3nisokoria dianggap tidak patologis selama kedua pupil bereaksi terhadap penyinaran dengan sama cepatnya $3rif 4utta5in, &''6 Pupil Pupil yang yang sempit sempit disebu disebutt miosis miosis dan pupil pupil yang yang lebar lebar disebu disebutt midria midriasis. sis. Pada Pada keadaan nyeri, ketakutan, ketakutan, dan cemas terjadi midriasis. alam keadaan tidur, koma yang dalam dalam dan tekana tekanan n intrak intrakran ranial ial yang yang mening meningkat kat terjadi terjadi miosis. miosis. 4idria 4idriasis sis dan miosis miosis unilateral adalah patologis. alam alam suatu suatu eksper eksperimen imen mengen mengenai ai konstri konstriksi ksi pupil pupil diguna digunakan kan gambar gambar sebagai sebagai modulator untuk mengetahui respon pupil terhadap cahaya, kontras gambar, inversi ,dan kecerah kecerahan an 7arna 7arna dalam dalam gambar gambar,, didapa didapatka tkan n hasil hasil bah7a bah7a gambar gambar tegak tegak mengin menginduk duksi si kontriksi lebih besar pada diameter pupil daripada gambar terbalik, perbedaan dalam pencahayaan memperkirakan pada konten gambar tingkat tinggi akan memicu pupil dilatasi dilatasi,, ukuran ukuran pupil pupil menyes menyesuai uaikan kan terhadap terhadap peruba perubahan han persep persepsi si di kecerah kecerahan an dan
kontras. $4arni8 9aber : en 9akayama, &'1/. Respon pupil juga dapat disebabkan karena pengolahan adegan atau kejadian, dapat dikaitkan dengan perubahan kognitif lain dari stimulasi stimulasi simpatis $#teinhauer $#teinhauer,, #iegle, Condray Condray,, : Pless, &''; dalam Journal of Vision (2013) 13(6):7, 1–8. 1–8 . Pada umumnya pupil adalah bundar dan batasnya rata dan licin.
degenerasi ganglion siliaris, misalnya pupil 3rgyll-Robertson 3rgyll-Robertson pada sifilis> Jika refleks langsung positif, menunjukkan adanya lesi korteks serebri, misalnya kebutaan kortikal. Pemerik Pemeriksaan saan refleks refleks pupil pupil harus harus dilaku dilakukan kan pada pada ruanga ruangan n dengan dengan penera peneranga ngan n
rendah rendah.. Bentuk Bentuk pupil pupil harus harus diamati diamati dengan dengan teliti teliti untuk untuk mencari mencari iregula iregularita ritas. s. #enter #enter
disorotkan dua kali pada tiap mata $ satu untuk respons langsung dan satu lagi untuk respons konsensual, sebaiknya dari arah samping sehingga pasien tidak memfokuskan pandangan ke arah cahaya $ sehingga timbul refleks akomodasi-konvergensi. Pupil juga akan berkontriksi jika fokus suatu benda dipindahkan dari jarak jauh ke dekat. Pada orang usia lanjut, saat lensa tidak mampu lagi berakomodasi $mengubah ketebalan lensa untuk penglihatan jauh dan dekat, maka konstriksi pupil akan tetap terjadi disertai oleh konvergensi mata yang dirangsang dengan menfokuskan pandangan ke objek yang dekat.
Gangguan Fungsi Pu4il
esi pada jaras refleks pupil secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi defek aferen dan defek eferen. efek aferen seringkali tidak lengkap, yaitu satu mata yang terkena dapat tetap merespons secara langsung $direk terhadap cahaya, tetapi tidak demikian pada mata lainnya. efek pupil aferen relatif merupakan tanda penting neuritis optik. ?al paling baik diperlihatkan dengan menggunakan tes s7inging torch@cahaya berayun, yaitu penyinaran cahaya diberikan secara berulang pada mata yang terkena bergantian pada mata yang sehat. etika cahaya mengenai mata yang sehat, maka kedua pupil berkonstriksi. etika cahaya disinarkan pada mata yang terkena, maka terjadi dilatasi kedua pupil. ?al ini disebabkan oleh refleks cahaya langsung yang lemah pada mata yang sakit akan lebih diimbangi oleh penghentian stimulus dari mata normal yang akan menyebabkan dilatasi konsensual. 0erdapat & sindrom pupil yang sering dikenal, $ionel, &''A ) •
Pupil 3rgyll Robertson, tanda klasik dari neurosifilis yang saat ini sudah jarang ditemukan. Pupil iregular, dengan respons akomodasi yang masih baik, tetapi refleks
•
cahaya menurun atau tidak ada. Pupil 4iotonik, pupil yang terganggu berdilatasi, refleks cahaya terganggu, tetapi berkonstriksi sangat lambat pada penglihatan dekat. Refleks akomodasi untuk penglihatan dekat dapat menjadi tonik dan menunjukkan perlambatan redilatasi.
Visus isus $ketajaman penglihatan adalah nilai kebalikan sudut $dalam menit terkecil di
mana sebuah benda masih kelihatan dan dapat dibedakan $%abriel, 1++*. 4enurut !di #. 3ffandi $&''A , tajam penglihatan adalah kemampuan untuk membedakan antara dua titik yang berbeda pada jarak tertentu.
etajaman penglihatan seseorang dapat berkurang. ?al ini disebabkan antara lain oleh faktor-faktor sebagai berikut) 1. uat Penerangan atau Pencahayaan 4ata manusia sensitif terhadap kekuatan pencahayaan, mulai dari beberapa lu8 di dalam ruangan gelap hingga 1''.''' lu8 di tengah terik matahari. ekuatan pencahayaan ini aneka ragam yaitu berkisar &'''-1''.''' di tempat terbuka sepanjang siang dan A'-A'' lu8 pada malam hari dengan pencahayaan buatan. Penambahan kekuatan cahaya berarti menambah daya, tetapi kelelahan relatif bertambah pula. elelahan ini diantaranya akan mempertinggi kecelakaan. 9amun meskipun pencahayaan cukup, harus dilihat pula aspek kualitas pencahayaan, antara lain faktor letak sumber cahaya. #inar yang salah arah dan pencahayaan yang sangat kuat menyebabkan kilauan pada obyek. ilauan ini dapat menimbulkan kerusakan mata. Begitu juga penyebaran cahaya di dalam ruangan harus merata supaya mata tidak perlu lagi menyesuaikan terhadap berbagai kontras silau, sebab keanekaragaman kontras silau menyebabkan kelelahan mata. #edangkan kelelahan mata dapat menyebabkan) =ritasi, mata berair dan kelopak mata ber7arna merah $konjungtivitis • Penglihatan rangkap • #akit kepala • etajaman penglihatan merosot, begitu pula kepekaan terhadap perbedaan • •
$contrast sensitivity dan kecepatan pandangan ekuatan menyesuaikan $accomodation dan konvergensi menurun
$irektorat Bina Peran #erta 4asyarakat, 1++' . &.
"aktu Papar Pemaparan terus menerus misalnya pada pekerja sektor perindustrian yang jam kerjanya melebihi ;' jam@minggu dapat menimbulkan berbagai penyakit akibat kerja. ang dimaksud dengan jam kerja adalah jam 7aktu bekerja termasuk 7aktu istirahat $irektorat Bina Peran #erta 4asyarakat, 1++' . 4eskipun terjadi keanekaragaman jam kerja, umumnya pekerja informal bekerja lebih dari ( jam@hari. ?al ini menimbulkan adannya beban tambahan pada pekerja yang pada akhirnya
menyebabkan kelelahan.mental dan kelelahan mata. /.
dan lebih pipih, ber7arna kekuningan dan menjadi lebih keras . ?al ini mengakibatkan lensa kehilangan kekenyalannya, dan karena itu, kapasitasnya untuk melengkung juga berkurang. 3kibatnya, titik-titik dekat menjauhi mata, sedang titik jauh pada umumnya tetap saja. ;. elainan Refraksi ?asil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea, cairan mata, lensa, benda kaca, dan panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya bola mata demikian seimbang sehingga bayangan benda selalu melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea. 4ata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh $=lyas, &'';. Pada penentuan visus, para ahli mata mempergunakan kartu #nellen, dengan berbagai ukuran huruf dan jarak yang sudah ditentukan. 4isalnya mata normal pada 7aktu diperiksa diperoleh &'@;' berarti penderita dapat membaca huruf pada &' ft sedangkan bagi mata normal dapat membaca pada jarak ;' ft, $&' ft E ; meter. engan demikian dapat ditulis rumus ) d
E
D
eterangan ) d E Jarak yang dapat dilihat oleh FP E Jarak yang dapat dilihat oleh maa normal. Penggunaan kartu #nellen ini, kualitasnya terkadang meragukan karena huruf yang sama besarnya mempunyai derajat kesukaran yang berbeda, demikian pula huruf dengan ukuran berbeda kadang-kadang tidak sama bentuknya. .uta 5arna 0erjadi akibat disfungsi atau ketiadaan subtipe $konus fotoreseptor yang distimulasi
oleh cahaya merah, hijau atau biru yang menyebabkan kesulitan membedakan 7arna tertentu. Buta 7arna yang disebabkan oleh defisiensi salah satu subtipe konus ini sering kali mengenai konus merah atau hijau, $Chris Brooker, &''6 Pemeriksaan penglihatan 7arna digunakan untuk mendeteksi adanya defek dalam fungsi ketiga subtipe $ hijau,biru, atau merah sel konus. iduga bah7a (2 populasi pria mengalami buta 7arna, banyak dari mereka yang tidak menyadari bah7a ada sesuatu
yang salah. #ensitivitas 7arna berkurang di beberapa kondisi okular, termasuk neuritis opik dan beberapa gangguan makular. 4etode umum dalam pemeriksaan penglihatan 7arna adalah dengan uji =shihara yang meminta individu melihat serangkaian lempeng 7arna dengan nomor atau hruf yang terdapat di dalamnya. FP diminta untuk mengatakan huruf atau nomor yang tertera. =ndividu yang normal mampu melihat nomor atau huruf pada setiap lempeng, sementara individu yang mengalami defek penglihatan 7arna tidak dapat melihat satupun nomor atau huruf tersebut $defek monokromatik, atau hanya dapat mengidentifikasi beberapa di antaranya, bergantung pada tipe konus yang mengalami defek. II1
Alat Pendengaran Anat!i Siste! Pendengaran
Pendengaran adalah persepsi terhadap rangsangan bunyi atau persepsi saraf mengenai energi suara. Frgan yang berperan dalam sistem pendengaran adalah telinga. 0elinga merupakan organ pendengaran dan juga memainkan peran penting dalam mempertahankan keseimbangan. Peran telinga itu sendiri dalam sistem pendengaran yaitu menerima gelombang suara, membedakan frekuensinya dan akhirnya mengirimkan informasi suara ke dalam sistem saraf pusat. Bagian-bagian yang berperan dalam pendengaran ) bagian luar, bagian tengah, dan koklea. Bagian-bagian yang berperan dalam keseimbangan ) kanal semisirkular, utrikel, dan sakulus. $Roger "atson, &''&. 0elinga terdiri dari tiga bagian yaitu telinga luar, tengah, dan dalam. Bagian luar dan tengah telinga menyalurkan gelombang suara dari udara ke telinga dalam yang berisi cairan, untuk memperkuat energi suara dalam proses tersebut. 0elinga dalam dua sistem sensorik yang berbeda) koklea yang mengandung reseptor-reseptor untuk mengubah gelombang suara menjadi impuls-impuls saraf, sehingga kita dapat mendengar> dan aparatus vestibularis yang penting untuk sensasi keseimbangan $#her7ood, &''1. 0elinga luar terdiri dari atas aurikula $daun telinga dan liang telinga luar $meatus akustikus eksternus. 4eatus akustikus eksternus terdapat di antara daun telinga dan membrana timpani $Jun5ueira, &''+. #eluruhnya dilapisi kulit, denan rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar apokrin yang telah dimodifikasi disebut kelenjar seruminosa. elenjar ini mensekresi serumen atau tahi telinga. 9ormalnya harus basah, sesuai fungsinya untuk menangkap benda asing dan mencegah serangga masuk. 0elinga luar dipisahkan dari telinga luar oleh membrana timpani. 0elinga bagian tengah merupakan merupakan ruang kecil dalam tulang temporal, dipisahkan oleh membran timpani dari telinga bagian luar, dinding selanjutnya dibentuk oleh dinding bagian lateral telinga dalam. Rongga tersebut dikelilingi membran mukosa
dan berisi udara yang masuk dari faring melalui saluran pendengaran. ?al ini membuat tekanan udara di kedua sisi membran timpani sama. 0elinga tengah terdiri dari tiga tulang tipis, yang disebut osikel, yang menghantarkan getaran ke membrana timpani melalui telinga dalam. 4embran timpani tipis dan semitransparan dan tempat melekatnya malleus, osikel pertama, melekat dengan kuat ke permukaan dalam. =nkus berartikulasi dengan malleus dan stapes, bagian dasar osikel, yang menempel pada fenestra vestibuli dan mengarah ke bagian dalam telinga. inding posterior telinga tengah terbuka tidak beraturan, mengarah ke mastoid antrum dan membelok ke sekolompok sel udara mastoid, seperti sinus nasal yang terinfeksi. 0elinga dalam $disebut juga labirin terdiri atas sebuah sistem saluran yang tak beraturan $labirin membranosa yang dibatasi oleh tulang $labirin tulang. abirin tulang dapat dibagi dalam tiga bagian yang secara struktural dan fungsional berbeda, yaitu vestibulum, koklea dan kanalis semisirkularis $Jun5ueira, &''+. abirin tulang ini berisikan prelimfe. abirin membranosa, yang dikelilingi dan berenang dalam prelimfe, berisikan endolimfe. 0erdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam> banyak kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu $#etiadi, &''6. i dalam vestibulum terdapat dua kantong labirin bermembran, yaitu sakulus dan utrikulus. #akulus, yang lebih kecil, berhubungan dengan duktus koklearis melalui saluran kecil, sedangkan utrikulus berhubungan dengan kanalis semisirkularis. Pada sakulus dan utrikulus terdapat reseptor keseimbangan yang disebut makula, untuk memantau perubahan posisi kepala. 0erdapat tiga kanalis semisirkularis, yang tersusun dalam tiga bidang berbeda $anterior, posterior dan lateral. i dalam kanalis semisirkularis tulang terdapat tiga duktus semisirkularis. 4asing-masing duktus memiliki satu ujung yang melebar disebut ampula, yang berisikan reseptor keseimbangan disebut krista ampularis. Reseptor ini berespons terhadap gerak anguler $rotasi dari kepala. oklea adalah saluran tulang berpilin konis $rumah siput. 4eluas dari bagian anteroir vestibulum dan berpilin & G kali mengelilingi tulang yang disebut modiolus. i dalamnya terdapat duktus koklearis, yang berakhir buntu di apeks koklea. i dalam duktus koklearis terdapat organ corti, reseptor pendengaran. uktus koklearis bersama lamina spiralis membagi rongga koklea menjadi tiga bagian $skala terpisah, yaitu skala vestibuli $atas, skala media atau duktus koklearis $tengah dan skala timpani $ba7ah. ua bagian labirin tulang yang terletak di atas dan di ba7ah skala media adalah skala vestibuli dan skala timpani. edua skala tersebut mengandung cairan prelimfe dan
terus memanjang melalui lubang pada apeks koklea, yang disebut helikotrema. 4embran reissner memisahkan skala media dari skala vestibuli, yang berhubungan dengan fenestra vestibuli. 4embran basilar memisahkan skala media dari skala timpani, yang berhubungan dengan fenestra cochleae $!thel #loane, &'';.
Gel!6ang Suara
#uara adalah sensasi yang timbul apabila getaran longitudinal molekul di lingkungan eksternal, yaitu masa pemadatan dan pelonggaran molekul yang terjadi berselang seling mengenai membran timpani. Plot gerakan-gerakan ini sebagai perubahan tekanan di membran timpani persatuan 7aktu adalah satuan gelombang, dan gerakan semacam itu dalam lingkungan secara umum disebut gelombang suara $%anong, &''A. #uara adalah sensasi yang dihasilkan karena gerakan longitudinal molekul-molekul dari lingkungan luar, berupa pemadatan dan perenggangan molekul, secara silih berganti mengenai membran timpani. Pola gerakan ini digambarkan sebagai perubahan tekanan pada membran timpani tiap unit 7aktu yang berupa sederetan gelombang yang disebut gelombang suara $0ri 4urtiati, &'1&. %elombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerahdaerah bertekanan tinggi karena kompresi $pemampatan molekul-molekul udara yang berselang-seling
dengan
daerah-daerah
bertekanan
rendah
karena
penjarangan
$rarefaction molekul tersebut $#her7oood, &''1. #etiap alat yang mampu menghasilkan pola gangguan molekul udara seperti itu adalah sumber suara. #uatu contoh sederhana adalah garpu tala. #e7aktu dipukulkan, gigi garpu tala bergerak satu arah, molekul-molekul udara didepannya terdorong bersama, atau tertekan, sehingga terjadi peningkatan tekanan di daerah ini. #ecara bersamaan, molekul-molekul udara di belakang gigi garpu tala menyebar atau mengalami penjarangan se7aktu gigi bergerak ke depan, sehingga terjadi penurunan tekanan di daerah ini. Pada saat gigi garpu tala bergerak ke arah yang berla7anan, tercipta gelombang pemampatan dan penjarangan yang berla7anan. "alaupun setiap molekul udara bergerak hanya dalam jarak pendek sesuai getaran gig garpu, gelombang penempatan dan penjarangan yang berganti-ganti tersebut menyebar dalam jarak yang cukup jauh seperti riak air. 4olekul-molekul udara yang terganggu akan mengganggu molekul-molekul lain didekatnya, sehingga tercipta daerah baru penekanan dan pengembangan, demikian seterusnya. !nergi suara secara berangsur-angsur mereda ketika gelombang suara bergerak menjauhi sumber suara semula. =ntensitas gelombang
suara berkurang, sampai akhirnya lenyap ketika gelombang suara terakhir terlalu lemah untuk menimbulkan gangguan-gangguan pada moleku-molekul udara di sekitarnya $#her7ood, &''1. %elombang suara juga dapat berjalan melalui medium selain udara, misalnya air. 9amun, perjalanan gelombang suara dalam media tersebut kurang efisien, diperlukan tekanan yang lebih besar untuk menimbulkan pergerakan cairan daripada pergerakan udara karena inersia $resistensi terhadap perubahan cairan yang lebih besar $#her7ood, &''1. #ecara umum kekerasan suara berkaitan dengan amplitudo gelombang suara dan nada berkaitan dengan frekuensi $jumlah gelombang persatuan 7aktu. #emakin besar suara semakin besar amplitudo, semakin tinggi frekuensi dan semakin tinggi nada. 9amun nada juga ditentukan oleh faktor - faktor lain yang belum sepenuhnya dipahami selain frekuensi dan frekuensi mempengaruhi kekerasan, karena ambang pendengaran lebih rendah pada frekuensi dibandingkan dengan frekuensi lain. %elombang suara memiliki pola berulang, 7alaupun masing - masing gelombang bersifat kompleks, didengar sebagai suara musik, getaran apriodik yang tidak berulang menyebabakan sensasi bising. #ebagian dari suara musik bersala dari gelombang dan frekuensi primer yang menentukan suara ditambah sejumla getaran harmonik yang menyebabkan suara memiliki timbre yang khas. ariasi timbre mempengaruhi mengetahhi suara berbagai alat musik 7alaupun alat tersebut memberikan nada yang sama $%anong, &''A. etajaman pendengaran secara kasar dapat diukur dengan menggunakan nilai ambang pendengaran. #uara yang terdengar dipengaruhi oleh amplitudo gelombang suara, intensitas suara dan 7aktu berlangsungnya nada suara. oklea berfungsi untuk menentukan tinggi rendahnya nada. 0elinga manusia dapat mendengar nada yang berbeda pada rentang antara &' H &'.''' ?I $0ri 4urtiati, &'1&. #uara ditandai oleh nada $tone, tinggi-rendahnya suara, intensitas $kekuatan, kepekaan, loudness, dan timbre $kualitas, 7arnanada $#h7erood, &''1. •
9ada suatu suara ditentukan oleh frekuensi getaran. #emakin tinggi frekuensi getaran, semakin tinggi nada. 0elinga manusia dapat mendeteksi gelombang suara dengan frekuensi dari &' H &'.''' siklus per detik, tetapi paling peka terhadap
•
frekuensi antara 1.''' dan ;.''' siklus per detik. =ntensitas atau kepekaan $kekuatan suatu suara bergantung pada amplitudo gelombang suara, atau perbedaan tekanan antara daerah penempatan yang bertekanan tinggi dan daerah penjarangan yang bertekanan rendah. alam rentang
pendengaran, semakin besar amplitudo, semakin keras $pekak suara. 0elinga manusia dapat mendeteksi intensitas suara dalam rentang yang luas, dari suara bisikan terhalus sampai suara jet lepas landas yang memekakan. epekakan dinyatakan dalam desibel $dB, yaitu ukuran logaritmik intensitas dibandingkan dengan suara teredam $terhalus yag dapat terdengar H ambang pendengaran. ualitas suara atau 7arna nada $timbre bergantung pada nada tambahan
•
$overtone, yaitu frekuensi tambahan yang menimpa nada dasar. %arpu tala memiliki nada yang murni, tetapi sebagian besar suara tidak murni. 9ada-nada tambahan juga merupakan penyebab perbedaan khas suara manusia. "arna nada memungkinkan pendengar membedakan sumber gelombang suara, karena setiap sumber suara menghasilkan pola nada-nada tambahan yang berlainan. 0elah diketahui bah7a adanya suatu suara akan menurunkan kemampuan seseorang mendengar suara lain. enomena ini dikenal sebagai masking $penyamaran. enomena ini diperkirakan disebabkan oleh refrakter relative atau absolute pada reseptor dan urat saraf pada saraf audiotik yang sebelumnya teransang oleh ransangan lain. 0ingkat suatu suara menutupi suara lain berkaitan dengan nadanya. ecuali pada lingkungan yang sangat kedap suara, !fek penyamaran suara lata akan meningkatan ambang pendengaran dengan besar yang tertentu dan dapat diukir. Penyaluran suara prosesnya adalah telinga mengubah gelombang suara di lingkungan eksternal menjadi potensi aksi di saraf pendengaran. %elombang diubah oleh gendang telinga dan tulang-tulang pendengaran menjadi gerakan-gerakan lempeng kaki stapes. %erakan ini menimbulkan gelombang dalam cairan telinga dalam. !fek gelombang pada organ Corti menimbulkan potensial aksidi serat-serat saraf. $%anong, &''A.
Me3anis!e Pendengaran %elombang suara yang ditangkap oleh telinga dialirkan ke telinga melalui meatus
acusticus e8terna kemudian gelombang tersebut akan mengenai membran timpani, sehingga membran timpani bergetar. %etaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar ke jendela oval. %etaran struktur koklea pada jendela oval diteruskan ke cairan limfe yang ada di dalam saluran vestibulum. %etaran cairan tadi akan menggerakkan membran reissmer dan menggetarkan cairan limfe dalam saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfe di dalam saluran tengah menggerakkan membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani. Perpindahan ini
menyebabkan melebarnya membran pada jendela bundar. %etaran dengan frekuensi tertentu akan menggetarkan selaput-selaput basilar, yang akan menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke ba7ah. Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion kalium dan ion 9a menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang 9.=== yang kemudian meneruskan ransangan ke pusat sensori pendengaran di otak melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis $%uyton, &''(. Gangguan7 Kelainan Fisilgi Telinga
0uli konduktif 0erjadi apabila gelombang suara tidak secara adekuat dihantarkan melalui telinga luar dan tengah untuk menggetarkan cairan di telinga dalam. 0uli konduktif mungkin disebabkan oleh sumbatan fisik saluran telinga oleh kotoran telinga, ruptur gendang telinga, infeksi telinga tengah disetai penimbunan cairan, atau retriksi •
gerakan osikula karena adhesi antara stapes dan jendel oval. 0uli perseptif isebabkan oleh kerusakan koklea $9. audiotorius atau kerusakan pada sirkuit sistem saraf pusat dari telinga. Frang tersebut mengalami penurunan atau kehilangan kemampuan total untuk mendengar suara dan akan terjadi kelainan
•
pada) a. Frgano corti b. #araf ) 9.coclearis dan 9.vestibularais c. Pusat pendengaran otak 0uli campuran 0erjadi karena tuli konduksi yang pada pengobatannya tidak sempurna sehingga infeksi skunder $tuli persepsi juga.
%angguan-gangguan lain diantaranya, yaitu) a. #uara berdenging $tinnitus eluhan telinga berdenging dapat dirasakan dikepala atau ditelinga, pada satu sisi atau kedua sisi telinga. b. Rasa pusing berputar $ertigo apat sebagai keluhan gangguan keseimbangan dan rasa ingin jatuh. c. 9yeri dalam 0elinga $Ftalgia Bila ada keluhan nyeri didalam telinga, perlu ditanyakan apakah pada telinga kiri atau kanan dan sudah berapa lama. 9yeri alih ke telinga dapat berasal dari nyeri di gigi molar atas, sendi mulut, dasar mulut, tonsil atau tulang servikal karena telinga dipersarafi oleh saraf sensoris yang berasal dari organ tersebut. d. eluar cairan dari dalam telinga $Ftorea 3pakah secret ini keluar dari satu atau kedua telinga, disertai rasa nyeri atau tidak dan sudah berapa lama. #ecret yang sedikit biasanya berasal dari infeksi telinga luar
dan secret yang banyak dan bersifat mukoid umumnya berasal dari telinga tengah. Bila bercampur darah, harus dicurigai tumor. Bila bau busuk, curigai kolesteatoma. Ke3urangan Pendengaran
ang dimaksud dengan kekurangan pendengaran adalah keadaan dimana seorang kurang dapat mendengar dan mengerti suara atau percakapan yang didengar untuk mendiagnosis kurang pendengaran. 3spek yang diperhatikan yait u) o
Penentuan pada penderita apakah ada kurang pendengaran atau tidak. alam penentuan apakah ada P atau tidak pada penderita hal penting yang harus diperhatiakan adalah umur penderita. Respon manusia terhadap suara atau percakapan yang didengranya tergantung pada umur pertumbuhannya.
o
* tahun keatas dan de7asa. Jenis kurang pendengaran Jenis kurang pendengaran $P berdasarkan lokalisasi lesi ) a. P jenis hantaran okalisasi gangguan atau lesi terletak pada telinga luar dan atau telinga tengah. b. P jenis sensorineural okalisasi gangguan atau lesi terletak pada telinga dalam $pada koklea dan 9.=== c. P jenis campuran okalisasi gangguan atau lesi terletak pada telinga tengah dan telinga dalam. d. P jenis sentral okalisasi gangguan atau lesi terletak pada nucleus auditorius dibatang otak sampai dengan korteks otak. e. P jenis fungsional Pada P jenis ini tidak dijumpai adanya gangguan atau lesi organi pada s=stem pendengaran baik perifer maupun sentral, melainkan berdasarkan
o o
adanya masalah psikologis atau omosional. erajat kurang pendengaran 4enentukan penyebab kurang pendengaran 4enetukan penyebab P merupakan hal yang paling sukar diantara kempat batasan atau aspek tersebut diatas, untuk itu diperlukan ) a. 3namnesis yang luas dan cermat tentang ri7ayat terjadinya P tersebut
b. Pemeriksaan umum dan khusus $telinga, hidung dan tenggorokan yang teliti. c. Pemeriksaan penunjang $bila diperlukan seperti foto laboratorium 3da ; cara yang dapat kita lakukan untuk mengetes fungsi pendengaran penderita, yaitu ) a. 0es bisik b. 0es bisik modifikasi c. 0es garputala d. Pemeriksaan audiometri
Tes Fungsi Pendengaran
1. Pemeriksaan 3udiometri etajaman pendengaran sering diukur dengan suatu audiometri. 3lat ini menghasilkan nada-nada murni dengan frekuensi melalui aerphon. Pada sestiap frekuensi ditentukan intensitas ambang dan diplotkan pada sebuah grafik sebagai prsentasi dari pendengaran normal. ?al ini menghasilkan pengukuran obyektif derajat ketulian dan gambaran mengenai rentang nada yang paling terpengaruh. 3udiometri berasal dari kata audir dan metrios yang berarti mendengar dan mengukur $uji pendengaran. 3udiometri tidak saja dipergunakan untuk mengukur ketajaman pendengaran, tetapi juga dapat dipergunakan untuk menentukan lokalisasi kerusakan anatomis yang menimbulkan gangguan pendengaran. 3udiometri adalah subuah alat yang digunakan untuk mengtahui level pendengaran seseorang. engan bantuan sebuah alat yang disebut dengan audiometri, maka derajat ketajaman pendengaran seseorang daKat dinilai. 0es audiometri diperlukan bagi seseorang yang merasa memiliki gangguan pendengeran atau seseorang yag akan bekerja pada suatu bidang yang memerlukan ketajaman pendengaran. Pemeriksaan audiometri memerlukan audiometri ruang kedap suara, audiologis dan pasien yang kooperatif. Pemeriksaan standar yang dilakukan adalah ) o 3udiometri nada murni #uatu sisitem uji pendengaran dengan menggunakan alat listrik yang dapat menghasilkan bunyi nada-nada murni dari berbagai frekuensi &A'-A'', 1'''&''', ;'''-6''' dan dapat diatur intensitasnya dalam satuan $dB. Bunyi yang dihasilkan disalurkan melalui telepon kepala dan vibrator tulang ketelinga orang yang diperiksa pendengarannya. 4asing-masing untuk menukur ketajaman pendengaran melalui hntaran udara dan hantran tulang pada tingkat
intensitas nilai ambang, sehingga akan didapatkankurva hantaran tulang dan hantaran udara. engan membaca audiogram ini kita dapat mengtahui jenis dan derajat kurang pendengaran seseorang. %ambaran audiogram rata-rata sejumlah orang yang berpendengaran normal dan berusia sekitar &'-&+ tahun merupakan nilai ambang baku pendengaran untuk nada murni. 0elinga manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran frek7uensi &'-&'.''' ?I. rek7ensi dari A''-&''' ?I yang paling penting untuk memahami percakapan sehari-hari. 0abel berikut memperlihatkan klasifikasi kehilangan pendengaran Kehilangan dala!
Klasi2i3asi
Desi6el
'-1A L1A-&A L&A-;' L;'-AA LAA-('
Pendengaran normal ehilangan pendengaran kecil ehilangan pendengaran ringan ehilangan pendengaran sedang ehilangan pendenngaran sedang sampai berat ehilangan pendengaran berat ehilangan pendengaran berat sekali
o
L('-+' L+' 3udiometri tutur 3udiometri tutur adalah system uji pendengaran yang menggunakan katakata terpilih yang telah dibakukan, dituturkan melalui suatu alat yang telah dikaliberasi, untuk mengukur beberapa aspek kemampuan pendengaran. Prinsip audiometri tutur hampir sama dengan audiometri nada murni, hanya disni sebagai alat uji pendengaran digunakan daftar kata terpuilih yang dituturkan pada penderita. ata-kata tersebut dapat dituturkan langsung oleh pemeriksa melalui mikropon yang dihubungkan dengan audiometri tutur, kemudian disalurkan melalui telepon kepala ke telinga yang diperiksa pendengarannya, atau kata-kata rekam lebih dahulu pada piringan hitam atau pita rekaman, kemudian baru diputar kembali dan disalurkan melalui audiometer tutur. Penderita diminta untuk menirukan dengan jelas setip kata yang didengar, dan apabila kata-kata yang didengar makin tidak jelas karena intensitasnya makin dilemahkan, pendengar diminta untuk mnebaknya. Pemeriksa mencatata presentase kata-kata yang ditirukan dengan benar dari tiap denah pada tiap intensitas. ?asil ini dapat digambarkan pada suatu diagram yang absisnya adalah intensitas suara kata-kata yang didengar, sedangkan ordinatnya adalah
presentasi kata-kata yanag diturunkan dengan benar. ari audiogram tutur dapat diketahui dua dimensi kemampuan pendengaran yaitu ) emampuan pendengaran dalam menangkap A'2 dari sejumlah katakata yang dituturkan pada suatu intensitas minimal dengan benar, yang laIimnya disebut persepsi tutur atau 9P0, dan dinyatakan dengan satuan
de-sibel $dB. emamuan maksimal perndengaran untuk mendiskriminasikan tiap satuan bunyi $fonem dalam kata-kata yang dituturkan yang dinyatakan dengan nilai diskriminasi tutur atau 90. #atuan pengukuran 90 itu adalah persentasi maksimal kata-kata yang ditirukan dengan benar, sedangkan intensitas suara barapa saja. engan demikian, berbeda dengan audiometri nada murni pada audiometri tutur intensitas pengukuran pendengaran tidak saja pada tingkat nilai ambang $9P0, tetapi juga jauh diatasnya.
3udiometri tutur pada prinsipnya pasien disuruh mendengar kata-kata yang jelas artinya pada intensitas mana mulai terjadi gangguan sampai A'2 tidak dapat menirukan kata-kata dengan tepat. riteria orang tuli ) Ringan masih bisa mendengar pada intensitas &'-;' dB #edang masih bisa mendengar pada intensitas ;'-*' dB Berat sudah tidak dapat mendengar pada intensitas *'-6' dB Berat sekali tidak dapat mendengar pada intensitas L6' dB Pada dasarnya tuli mengakibatkan gangguan komunikasi, apabila seseorang masih memiliki sisa pendengaran diharapkan dengan bantuan alat bantu dengar $3B@ hearing 3= suara yang ada diamplifikasi, dikeraskan oleh 3B sehingga bisa terdengar. Prinsipnya semua tes pendengaran agar akurat hasilnya, tetap harus pada ruang kedap suara minimal sunyi. arena kita memberikan tes pada frekuensi tertetu dengan intensitas lemah, kalau ada gangguan suara pasti akan mengganggu penilaian. &. 0es Rinne 0ujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan antara hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu telinga pasien. 3da & macam tes rinne , yaitu ) o %arpu tala A1& ?I kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak lurus pada planum mastoid pasien $belakang mea tus akustikus eksternus. #etelah pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan didepan meatus akustikus eksternus pasien. 0es Rinne positif jika pasien masih
dapat mendengarnya. #ebaliknya tes rinne negatif jika pasien tidak dapat o
mendengarnya %arpu tala A1& ?I kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. #egera pindahkan garputala didepan meatus akustikus eksternus. ita menanyakan kepada pasien apakah bunyi garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih keras dari pada dibelakang meatus akustikus eksternus $planum mastoid. 0es rinne positif jika pasien mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih keras. #ebaliknya tes rinne negatif jika pasien mendengar didepan meatus akustikus
eksternus lebih lemah atau lebih keras dibelakang. 3da / interpretasi dari hasil tes rinne ) a. 9ormal ) tes rinne positif b. 0uli konduksi) tes rinne negatif $getaran dapat didengar melalui tulang lebih lama c. 0uli persepsi, terdapat / kemungkinan ) Bila pada posisi == penderita masih mendengar bunyi getaran garpu tala. Jika posisi == penderita ragu-ragu mendengar atau tidak $tes rinne) M@- Pseudo negatif) terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi pada posisi = yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mulamula timbul. /. 0es "eber 0ujuan kita melakukan tes 7eber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga. Cara kita melakukan tes 7eber yaitu) membunyikan garpu tala A1& ?I lalu tangkainya kita letakkan tegak lurus pada garis horiIontal. 4enurut pasien, telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih keras. Jika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien sama-sama tidak mendengar atau sama-sama mendengar maka berarti tidak ada lateralisasi. ;. 0es #ch7abach 4embandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara pemeriksa $normal dengan probandus. Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada puncak kepala probandus. Probandus akan mendengar suara garputala itu makin lama makin melemah dan akhirnya tidak mendengar suara garputala lagi. Pada saat garputala tidak mendengar suara garpu tala, maka penguji akan segera memindahkan garputala itu, ke puncak kepala orang yang diketahui normal ketajaman pendengarannya $pembanding. Bagi pembanding
dua kemungkinan dapat terjadi) akan mendengar suara, atau tidak mendengar suara. $%anong, &''A
M-TODOLOGI
==.
3lat Penglihatan 3. 3lat dan Bahan 1. Pemeriksaan Refleks Pupil #enter • Cermin atar • &. Pemeriksaan isus 3lat Fptotype dari #nellen • /. Pemeriksaan Buta "arna Buku Pemeriksaan 7arna oleh =shihara-#tilling • B. Cara erja 1. Pemeriksaan Refleks Pupil a Pemeriksaan reflek cahaya 1 #inari satu mata dengan lampu senter dari arah samping mata. Perhatikan reaksi pupil & #ingkirkan cahaya tersebut, perhatikan reaksi pupil / Catat hasil pengamatan b Pemeriksaan refleks konsensual 1 engan kedua mata FP terbuka, berilah batas antara kedua mata, misalnya dengan telapak tangan. #atu mata disinari dengan lampu senter dan seorang teman bertugas menga7asi mata lain yang tidak diberi penyinaran. Perhatukan reaksi pupil. & Catat hasil pengamatan c Pemeriksaan refleks pupil mata akibat akomodasi 1 4inta FP untuk melihat tempat yang jauh tak terhingga dan perhatikan reaksi pupil. & emudian dengan tiba-tiba minta FP untuk melihat benda yang dekat dan perhatikan reaksi pupil. / Catat hasil pengamatan &. Pemeriksaan isus a 3lat optotype dari #nellen diletakkan pada jarak * meter $d E * m dari tempat duduk FP. engan menggunakan dua mata, baca huruf satu demi satu dalam tiap deret hingga diketahui nilai . 0entukan nilai visusnya dan catat hasil pengamatan. b 3lat optotype dari #nellen diletakkan pada jarak * meter $d E *m dari tempat duduk FP. engan menggunakan satu mata tertutup $mata ditutup dengan telapak tangan tetapi tidak boleh ditekan. Baca huruf satu demi satu dalam tiap
deret hingga diketahuinila . 0entukan nilai visusnya dan cata hasil pengamatan. c akukan modifikasi dnegan meletakkan alat optotype dari #nellen pada jarak A meter $ d E A m dari tempat duduk FP. engan menggunakan dua mata, baca huruf satu demi satu dalam tiap deret hingga diketahui nilai . 0entukan nilai visusnya dan catat hasil pengamatan. /. Pemeriksaan Buta "arna a etakkan gambar-gambar pseudo-isokromatik pada jarak kurang lebih 1 meter. b 4inta FP untuk melihatnya satu persatu. Cocokkan interpretasi FP terhadap
===.
gambar-gambar tersebut dengan interpretasi gambar menurut =shihara-#tilling. c Catat hasil pemeriksaan 3lat Pendengaran 3. 3lat dan Bahan 1.
& 0ekan ganggang penala yang bergetar itu pada Processus 4astoideus salah satu telinga FP. / 0anyakan pada FP apakah ia mendengar suara penala mendengung pada telinga yang diperiksa. Bila demikian, minta FP untuk memberi tanda segera bila dengungan itu menghilang. ; Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari Processus 4astoideus dan mendekatkan ujung penala sedekat mungkin di depan telinga yang sedang diperiksa. A 0anyakan pada FP apakah ia sekarang mendengar kembali untuk beberapa saat suara dengungan penala. Bila ia mendengar kembali, maka hasil pemeriksaan dituliskan R $M, bila tak mendengar kembali dituliskan R $-. *
Processus 4astoideus sendiri. #etelah pemeriksa tak mendengar lagi segera pindahkan ke Processus 4astoideus FP. Bila ternyata FP masih mendengar, maka kondisi ini disebut #ch7abach memanjang. d. 0es Bing 1 %etarkan garpu tala $frekuensi &66 atau A1& dengan salah satu ujungnya & / ; A *
pada tepi telapak tangan. Jangan sekali-kali memukulkan pada benda keras. 0ekan ganggang penala yang bergetar itu pada Processus 4astoideus FP. 0anyakan telinga mana yang mendengar degungan paling keras. 0utp lubang telinga yang lain dengan jari. 0anyakan lagi telinga mana yang mendengar degungan paling keras. Catat hasil pemeriksaan
0ASIL
=.
3lat Penglihatan 1. Pemeriksaan Refleks Pupil 9o.
9ama FP
Refleks Cahaya $kedua mata Cahaya
1 & / ; A * ( 6
0resna Fkta =ndriya RiIki airus 3IiIah =rma Rita
Refleks Pupil Refleks onsensual
4engecil 4engecil mengecil 4engecil 4engecil 4engecil 4engecil mengecil
0anpa
#atu
#atu
cahaya
mata
mata
4embesar 4embesar 4embesar 4embesar 4embesar 4embesar 4embesar membesar
dengan mengecil 4engecil 4engecil 4engecil 4engecil 4engecil 4engecil mengecil
tanpa mengecil mengecil mengecil mengecil mengecil mengecil mengecil mengecil
Refleks 3kibat 3komodasi Jauh ekat
membesar 4engecil 4embesar 4embesar 4embesar 4engecil 4embesar membesar
mengecil membesar mengecil mengecil mengecil membesar mengecil mengecil
&. Pemeriksaan isus 9o
9ama FP
. 1 =ndriya & 9isak / RiIki ; !tih A =rma * Oori ( Rita 6 airus /. Pemeriksaan Buta "arna 9o
9ama FP
etajaman Penglihatan $isus dE*m dEAm & mata 1 mata & mata 1 mata *@* *@* *@* *@* ;@A ;@A N N ;@A ;@A ;@A ;@A *@* *@* *@* *@* *@* *@* *@* *@* *@* *@* *@* *@* *@* *@* *@* *@* ;@A *@* ;@A *@* Jenis elamin
=nterpretasi %ambar
. 1 & / ; A * ( 6 ==.
=ndriya 0resna isa Rita =rma 9isak usri
P P P P P P P
&' &' &' &' &' 1+ &'
9ormal 9ormal 9ormal 9ormal 9ormal 9ormal 9ormal
3lat Pendengaran 1.
9ama FP 3rsita 0resna =ntan Ria
0erdengar $*m 0erdengar $*m
&'
%ita
0erdengar $Am 0erdengar $;m
&'
iIa
Berbisik $* m
0erdengar $;,Am
1+
iri 0erdengar
0erdengar
0erdengar $/'m
$/'m 0erdengar
0erdengar $/'m
$/'m 0erdengar
0erdengar $/'m
$/'m 0erdengar
0erdengar $/'m
$/'m 0erdengar
0erdengar $/'m
$/'m 0erdengar
$Am anan 0erdengar (. 6.
isa
$;m 0erdengar $;,Am
&'
Putri
&'
0erdengar $*m
eras $/' m
$/'m
0erdengar $/'m
0erdengar
0erdengar $/'m
$/'m 0erdengar $*m
&. Pemeriksaan dengan %arpu 0ala 9o 1. &. /. ;. A. *.
9ama FP 3rsita =ntan iIa isa Putri Ria
Rinne R $- R $- R $M R $- R $M R $M
0es %arpu 0ala "eber #ch7abach 9ormal 9ormal 9ormal 9ormal anan 9ormal iri 9ormal anan 9ormal iri 9ormal
Bing 9ormal 9ormal anan iri 9ormal iri
(. 6.
0resna %ita
R $M R $M
9ormal iri
9ormal 9ormal
anan iri
P-M.A0ASAN I1
3lat Penglihatan 1. Pemeriksaan Refleks Pupil a. Refleks cahaya Pada percobaan refleks cahaya ini, praktikan menyinari mata FP dengan lampu senter dari arah samping dan ternyata dari perlakuan tersebut diperoleh data bah7a semua FP mengalami pengecilan pada pupilnya. Pengecilan pupil ini bertujuan untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke mata. Pengecilan pupil ini di karenakan oleh variasi kontraksi otot-otot iris untuk memungkinkan lebih banyak atau sedikit cahaya masuk sesuai kebutuhan. #elain itu juga serat-serat otot memendek jika berkontraksi sehingga menyebabkan pupil akan mengecil. Refleks kontraksi pupil ini terjadi pada cahaya terang untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke mata dan apabila otot radialis memendek maka ukuran pupil pun akan meningkat. Ftot-otot iris ini dikontrol oleh sistem saraf otonom sedangkan apabila tidak diberikan rangsangan cahaya, maka pupil akan normal. an kesemua FP ketika cahaya dijauhkan maka pupil kembali ke keadaan normal atau membesar. b. Refleks onsensual
Pada pengamatan ini hanya * FP reaksi pupil mengecil ketika melihat tempat yang dekat sedangkan untuk & FP yang lain membesar. emudian ketika melihat tempat jauh, hanya * FP pupil membesar, sedangkan yang lainnya mengeccil. #aat merespon jauh pupil mata mengecil karena serat-serat otot memendek. Pengecilan pupil ini terjadi apabila otot sirkuler atau konstriktor berkontraksi membentuk cincin yang lebih kecil. ?al ini terjadi untuk merespon cahaya terang. 3kibat melihat benda jauh yang berada di luar ruangan, pupil mengecil untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk dan pupil membesar saat melihat benda dekat di tempat teduh. Pembesaran daya akomodasi mata juga diatur melalui syaraf parasimpatis, perangsangan s yaraf parasimpatis menimbulkan kontraksi otot siliaris yang menyebabkan pupil mata mengecil,
yang selanjutnya kan mengendurkan
gligamen lensa dan meningkatkan daya bias. engan meningkatkan daya bias, mata mampu melihat objek lebih dekat dibanding 7aktu daya biasnya rendah. 3kibatnya dengan mendekatnya objek ke arah mata, frekuensi impuls parasimpatis ke otot siliaris progresif ditingkatkan agar objek tetap melihat dengan jelas $mampu melihat benda jarak jauh. Begitupun sebaliknya pada saat FP diminta tiba-tiba melihat benda jarak dekat, otot siliaris akan berdilatasi sehingga pupil mata melebar.Pada hasil pengamatan, semua hasil pada semua FP tidak sama dengan teori yang dikemukakan,hal ini dapat disebabkan mungkin karena kekurang telitian pengamat karena pupil yang memuliki 7arna yang hampir sama dengan iris,sehingga garis batas pupil tidak terlihat sehingga membesar dan mengecilnya pupil tidak dapat diamati.
memiliki 1''2 ketajaman mata $visus dalam melihat objek. Pada saat penglihatan menggunakan 1 mata =ndriya, !tih, =rma Oori, Rita dan airus masih memiliki ketajaman 1''2. #edangkan untuk yang lain baik dengan mnggunakan kedua mata atau salah satu mata tidak mencapai 1''2
hal ini mungkin disebabkan adanya
gangguan pada salah satu mata atau keduanya. Pada jarak A meter sebagian besar masih memiliki tingkat ketajaman $visus 1''2 hanya / orang FP yang memiliki tingkat ketajaman kurang, hal ini dimungkinkan pada ketiga FP memiliki kelainan pada matanya. Pada kasus ini, bayangan yang diterima tidak tepat jatuh pada fovea dan retina sehingga persepsi yang ditimbulkan tidak lengkap yang menyebabkan objek tersebut terlihat buram atau bahkan tidak terlihat sama sekali. Berkurangnya ketajaman mata atau nilai visus mata seseorang dapat disebabkan oleh beberapa factor diantaranya seperti yang telah disebutkan dalam teori yakni kekerapan reseptor pada retina, ukuran pupil, penerangan, 7aktu pajanan terhadap objek, area retina yang terstimulasi dan pergerakan bola mata. /. Pemeriksaan Buta "arna Berdasarkan hasil pengamatan semua FP merupakan orang yang normal dan tidak terjangkit buta 7arna. #imulasi citra =shihara adalah simulasi yang dilakukan terhadap FP. FP akan diperlihatkan ;6 plates citra =shihara dan diminta untuk mengenali objek yang terdapat didalamnya. Citra yang ditampilkan oleh masingmasing koresponden akan berbeda-beda urutannya karena dicoba secara acak atau random. FP akan diberi pilihan untuk masing-masing citra dimana FP akan menja7ab pertanyaan utama yaitu angka dan 7arna. etika FP diberi plate ia melihat angka pada citra, maka FP harus memberikan ja7aban atas angka yanng tertera. Bila FP tidak melihat angka atau tidak sesuai dengan kunci ja7aban maka FP termasuk kedalam penderita buta 7arna. alam proses mengimplementasikan 7arna sel-sel yang berfunngsi membedakannya adalah sel kerucut. #el kerucut akan mempunyai kepekaan yang selektif terhadap berbagai 7arna seperti 7arna biru, hijau dan merah. 4asing-masing pigmen 7arna ini disebut pigmen peka 7arna biru, pigmen peka 7arna hijau dan pigmen peka 7arna merah. Bila FP merupakan penderita buta 7arna biasanya akan sulit membedakan 7arna merah dan hijau namun ada juga kasus buta 7arna parsial yang hanya bsa melihat 7arna putih dan hitam. ari kesemua FP yang diuji, ternyata kesemua FP termasuk normal dan dapat menja7ab 7arna sesuia dengan kunci ja7aban. Berdasarkan uji penglihatan 7arna, sensivitas spektrum ketiga tipe pigmen yang
ditemukan dalam sel kerucut. 4ekanisme terlihatnya 7arna merah adalah cahaya monokromatik 7arna jingga tua dengan panjang gelombang A''nm. Frang yang menderita buta 7arna umumnya tidak menerima sel kerucut penerima 7arna tertentu. 4isalnya orang yang kehilangan sel kerucut merah atau hijau maka orang tersebut tidak dapat lagi menggunakan mekanisme membaca 7arna untuk membedakan 7arna merah atau hijau. #ehingga orang tersebut termasuk orang buta 7arna merah-hijau. Buta 7arna merah-hijau adalah buta 7arna genetik yanng timbul hampir hanya pada anak laki-laki. %en-gen pada kromosom 8 perempuan menyandi untuk masing-masing sel kerucut namun buta 7arna hampir tidak pernah terjadi pada perempuan karena setidaknya satu dari dua kromosom 8 akan selalu memiliki gen normal untuk setiap sel kerucut. arena laki-laki hanya memiliki satu kromosom 8 maka kemungkinan laki-laki yang terkena lebih besar. II1
3lat Pendengaran $1 suara biasa dan keras pada jarak /' m di lingkungan yang cukup hening. #ecara umum kekerasan suara berkaitan dengan amplitudo gelombang suara dan nada berkaitan dengan frekuensi $jumlah gelombang persatuan 7aktu. #emakin besar suara semakin besar amplitudo, semakin tinggi frekuensi dan semakin tinggi nada. 9amun nada juga ditentukan oleh faktor - faktor lain
yang
belum
sepenuhnya
dipahami
selain
frekuensi
dan
frekuensi
mempengaruhi kekerasan, karena ambang pendengaran lebih rendah pada frekuensi dibandingkan dengan frekuensi lain. %elombang suara memiliki pola berulang, 7alaupun masing - masing gelombang bersifat kompleks, didengar sebagai suara musik, getaran apriodik yang tidak berulang menyebabakan sensasi bising. #ebagian dari suara musik berasal dari gelombang dan frekuensi primer yang menentukan suara ditambah sejumlah getaran harmonik yang menyebabkan suara memiliki timbre yang khas $%anong, &''A. engan melakukan pemeriksaan voice test ini, pemeriksa dapat mengetahui ketajaman pendengaran FP dan penyebab dari keras lemahnya suara yang didengar oleh FP. 0elinga FP dihadapkan ke pemeriksa agar suara yang dipancarkan oleh pemeriksa tidak terhalang oleh apapun sehingga gelombang suara langsung diterima telinga FP. Penyaluran suara prosesnya adalah telinga mengubah gelombang suara di lingkungan eksternal menjadi potensi aksi di saraf pendengaran. %elombang
diubah oleh gendang telinga dan tulang-tulang pendengaran menjadi gerakangerakan lempeng kaki stapes. %erakan ini menimbulkan gelombang dalam cairan telinga dalam. !fek gelombang pada organ Corti menimbulkan potensial aksi diserat-serat saraf $%anong, &''A.
Pada pemeriksaan dengan garpu tala digunakan untuk mengetahui ada tidaknya gangguan fungsi pendengaran pada FP. 0es yang digunakan pada pemeriksaan garpu tala ini adalah dengan menggunakan tes Rinne, tes "eber, tes #ch7abach, dan tes Bing dengan menggunakan frekuensi garpu tala &66, A1&, dan 1&6. 0es Rinne bertujuan untuk membandingkan antara getaran yang dihantarkan oleh udara dengan yang dihantarkan oleh tulang. 0es ini dilakukan dengan menggetarkan garpu tala frekuensi &66 dan meletakkan ujung ganggang penala yang bergetar tersebut ke Processus mastoideus pada telinga FP. #etelah FP menandakan bah7a getaran yang didengar sudah menghilang sesegera mungkin ujung penala didekatkan ke telinga FP. Jika getaran masih terdengar maka R$M tetapi bila tidak terdengar maka R$-. FP dapat mendengar dengan baik suara yang menghilang saat garpu tala ditempelkan pada Processus 4astoideus dan mendengar kembali suara tersebut saat didekatkan dengan telinga. =ni terjadi karena saat suara menghilang di Processus 4astoideus sebenarnya garpu tala itu masih bergetar, hanya karena intensitas terlalu halus maka tidak dapat terdengar oleh telinga FP. #ehingga perlu didekatkan ke telinga FP untuk mendengar suara yang halus itu. Pada FP yang pendengarannya masih baik $normal maka setelah getaran yang ada di processus mastoideus hilang, masih terdengar bila ujung penala diletakkan di depan telinga FP. Pada FP iIa, Putri, Ria, 0resna, dan %ita masih dapat mendengar getaran pada telinganya 7alaupun getaran suara pada saat ganggang garpu tala di letakkan pada processus mastoideus sudah menghilang. 4aka dapat dikatakan Rinne positif atau pendengaran FP masih baik $normal. #edangkan pada FP 3rsita, =ntan, dan isa didapatkan Rinne negatif, yang menunjukkan bah7a mereka tidak dapat mendengar getaran suara pada saat ujung penala didekatkan ke telinga mereka. =nterpretasi dari Rinne negatif adalah tuli konduksi, yang artinya adanya gangguan pada transmisi suara di telinga luar atau telinga tengah. ?asil tersebut bisa juga terjadi karena adanya kesalahan pemeriksaan, misalnya kesalahan meletakkan ganggang garpu tala yang tidak tegak, tidak tepat dalam meletakkan garpu tala ke processus mastoideus, tangkai@ ganggang garpu tala terhalang oleh benda lain seperti rambut atau jilbab yang digunakan oleh FP, dan mungkin juga dikarenakan oleh banyaknya jaringan lemak pada processus mastoideus FP. Pada tes "eber bertujuan untuk membandingkan getaran yang dihantarkan tulang oleh kedua telinga FP. 0es ini dilakukan dengan menggetarkan garpu tala
frekuensi A1& dan meletakkan ganggang garpu tala tegak lurus pada dahi di garis meridian. Pendengaran FP dapat dikatakan normal apabila getaran yang didengar pada kedua telinga sama kuat. 0idak adanya perbedaan kuatnya getaran@ dengungan diantara kedua telinga kiri dan kanan maka dapat dikatakan tidak ada lateralisasi pada FP. 0etapi apabila getaran atau dengungan terdengar lebih kuat pada salah satu telinga $kanan atau kiri, maka terjadi lateralisasi pada sisi telinga tersebut. Pada FP 3rsita, =ntan, 0resna tidak ada lateralisasi yang artinya dengungan yang didengar pada kedua telinga sama kuat. ?al ini menunjukkan bah7a pendengaran pada FP tersebut normal. Pada iIa dan Putri terjadi lateralisasi ke kanan, sedangkan pada isa, Ria, dan %ita terjadi lateralisasi ke kiri. Pada tes ini, dianggap memiliki pendengaran normal apabila tidak terjadi lateralisasi. #edangkan apabila terjadi lateralisasi pada telinga yang normal maka dinamakan tuli sensorineural. an apabila terjadi lateralisasi pada telinga yang sakit maka dinamakan tuli konduksi. 0es #ch7abach dilakukan untuk membandingkan getaran yang dihantarkan tulang pada pemeriksa $normal dengan FP. 0es ini menggunakan garpu tala frekuensi 1&6. Pemeriksaan dilakukan dengan cara menggetarkan garpu tala kemudian meletakkan ganggang garpu ke processus mastoideus FP, ketika FP mengatakan getaran sudah hilang, maka ganggang garpu tersebut segera dipindahkan ke processus mastoideus pemeriksa. Pemeriksa disini harus memiliki pendengaran yang normal agar dapat dibandingkan hasilnya dengan FP. Pada pemeriksaan dengan tes sch7abach, rata-rata semua FP dikatakan normal. ?asil tes dikatakan normal apabila baik FP maupun pemeriksa sama-sama tidak mendengar lagi getaran garpu tala pada processus mastoideusnya setelah FP memberi tanda getaran sudah hilang. 0etapi apabila pemeriksa masih
mendengar
getaran
pada processus
mastoideusnya setelah FP meberikan tanda bah7a getaran sudah hilang maka hal ini dikatakan sebagai sch7abach memendek. ondisi ini dapat terjadi dikarenakan kekurangpekaan FP ataupun pemeriksa terhadap getaran yang dihasilkan. Pada tes Bing, ujung garpu digetarkan dan diletakkan pada processus mastoideus telinga FP. emudian ditanyakan telinga bagian mana yang mendengar getaran atau dengungan paling keras $kanan atau kiri. Pada pemeriksaan tes Bing, FP 3rsita, =ntan, dan Putri normal artinya kedua telinga mendengarkan suara dengungan sama kuat tidak ada perbedaannya. Pada FP iIa dan 0resna suara
dengungan terdengar lebih keras pada sisi telinga kanan, sedangkan FP isa, Ria, dan %ita mendengar dengungan lebih keras pada telinga bagian kiri. 0es ini hampir sama dengan tes "eber. 0idak ada lateralisasi atau kedua telinga mendengar getaran yang sama $tidak ada yang lebih keras pada salah satu telinga maka dikatakan normal. 0etapi apabila terjadi lateralisasi pada salah satu sisi telinga maka dapat dikatakan terjadi gangguan pendengaran@ tuli konduksi.
K-SIMPULAN
1. Pemeriksaan refleks pada pupil terdapat beberapa jenis yaitu pemeriksaan refleks cahaya, pemeriksaan refleks konsensual, dan pemeriksaan refleks pupil mata akibat akomodasi. &.