LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGENDALIAN GULMA MATERI “Analisis Vegetasi”
Disusun oleh:
Nama
: Nirmala Kusuma Wardani
Nim
: 115040101111106 11504010111110 6
Kelas
:A
Asisten
: Elvira Ambarasti Rahmiana Rahajeng Arinda
Kelompok
: Rabu, Jam 11.00 WIB
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan dan biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis. Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Ada berbagai metode yang dapat di gunakan untuk menganalisa vegetasi ini. Diantaranya
dengan
menggunakan
metode
kuadran
atau
sering
disebut
dengan
kuarter. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa denga melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkan waktu yang sangat lama. Selain menggunakan metode kuadran, analisis vegetasi juga dapat dilakukan dengan metode titik dan metode garis. Analisis vegetasi digunakan untuk mengetahui gulma - gulma yang memiliki kemampuan tinggi dalam penguasaan sarana tumbuh dan ruang hidup. Dalam hal ini, penguasaan sarana tumbuh pada umumnya menentukan gulma tersebut penting atau tidak. Namun dalam hal ini jenis tanaman memiliki peran penting, karena tanaman tertentu tidak akan terlalu terpengaruh oleh adanya gulma tertentu, meski dalam jumlah yang banyak. 1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum analisis vegetasi ini, antara lain : 1. Untuk mengetahuai jenis spesies apa saja yang menyusun dan mendominasi vegetasi atau pertanaman 2. Untuk menentukan metode pengendalian yang akan digunakan dalam pengendalian gulma
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Gulma ialah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan. Gulma di suatu tempat mungkin berguna sebagai bahan pangan, makanan ternak atau sebagai bahan obat-obatan. Dengan demikian, suatu spesies tumbuhan tidak dapat diklasifikasikan sebagai gulma pada semua kondisi. Namun demikian, banyak juga tumbuhan diklasifikasikan sebagai gulma dimanapun gulma itu berada karena gulma tersebut umum tumbuh secara teratur pada lahan tanaman budidaya (Sebayang, 2005). Gulma dari golongan monokotil pada umumnya disebut juga dengan istilah gulma berdaun sempit atau jenis gulma rumput-rumputan. Sedangkan gulma dari golongan dikotil disebut dengan istilah gulma berdaun lebar. Ada pula jenis gulma lain yang berasal dari golongan teki-tekian (atau golongan sedges) (Moenandir, 1993). Dalam mengidentifikasi gulma dapat ditempuh satu atau kombinasi dari sebagian atau seluruh cara-cara ini: 1) Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasi di herbarium. 2) Konsultasi langsung, dengan para ahli di bidang yang bersangkutan. 3) Mencari sendiri melalui kunci identifikasi. 4) Membandingkannya dengan determinasi yang ada. 5) Membandingkannya dengan ilustrasi yang tersedia (Tjitrosoedirdjo, dkk., 1984). Teki mempunyai batang berbentuk segitiga, kadang-kadang bulat dantidak berongga, daun berasal dari nodia dan warna ungu tua. Gulma ini mempunyai sistem rhizoma dan umbi sangat luas. Sifat yang menonjol adalah cepatnya membentuk umbi baru yang dapat bersifat dorman pada lingkungan tertentu (Sukman dan Yakup, 2002). Konsepsi dan
metode analisis vegetasi sesungguhnya sangat bervariasi, tergantung
keadaan vegetasi itu sendiri dan tujuannya. Misalnya apakah ditujukan untuk mempelajari tingkat suksesi, apakah untuk evaluasi hasil suatu pengendalian gulma. Metode yang digunakan harus disesuaikan dengan struktur dan komposisi vegetasi. Untuk areal yang luas dengan vegetasi semak rendah misalnya, digunakan metode garis (line intersept), untuk pengamatan sebuah contoh petak dengan vegetai “tumbuh menjalar” (cpeeping) digunakan metode titik (point intercept) dan untuk suatu survei daerah yang luas dan tidak tersedia cukup waktu, estimasi visual (visual estimation) mungkin dapat digunakan oleh peneliti yang sudah berpengalaman. Juga harus diperhatikan keadaan geologi, tanah, topografi, dan data vegetasi yang mungkin telah ada sebelumnya, serta fasilitas kerja/keadaan, seperti peta lokasi
yang bisa dicapai, waktu yang tersedia, dan lain sebagainya; semuanya untuk memperoleh efisiensi (Tjitrosoedirdjo, dkk., 1984). Pengamatan gulma dilakukan dengan analisis vegetasi untuk penentuan nilai NJD atau SDR (Nisbah Jumlah Dominasi) dengan perhitungan analisis vegetasi(Tjitrosoedirdjo et al. 1984). Analisis vegetasi gulma dengan menghitung nilai SDR pada setiap petak percobaan. Nilai SDR didapat-kan dengan menghitung setiap jumlahspesies gulma yang terdapat pada petak contoh. Nilai SDR diperoleh dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Tjitrosoedirdjo dkk.(1934) dan Kusmana (1997) Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990). Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh anthropogenik (Setiadi, 1984; Sundarapandian dan Swamy, 2000). Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya tergantung struktur dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebut. Dalam komunitas vegetasi, tumbuhan yang mempunyai hubungan di antara mereka, mungkin pohon, semak, rumput, lumut kerak dan Thallophyta, tumbuh-tumbuhan ini lebih
kurang menempati strata atau lapisan dari atas ke bawah secara horizontal, ini disebut stratifikasi. Individu yang menempati lapisan yang berlainan menunjukkan perbedaan perbedaan bentuk pertumbuhan, setiap lapisan komunitas kadang-kadang meliputi klas-klas morfologi individu yang berbeda seperti, strata yang paling tinggi merupakan kanopi pohon pohon atau liana. Untuk tujuan ini, tumbuh-tumbuhan mempunyai klas morfologi yang berbeda yang terbentuk dalam “sinusie” misalnya pohon dalam sinusie pohon, epifit dalam sinusie epifit dan sebagainya Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode garis dan metode intersepsi titik (metode tanpa plot) (Syafei, 1990).
BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan
Alat tulis
: untuk mencatat hasil
Kuadran persegi dengan ukuran 50 cm x 50 cm
: untuk alat analisis
Kamera
: dokumentasi
3.2 Alur Kerja Siapkan Alat dan Bahan
kuadran yang telah dibawa dilemparkan pada lahan yang akan diamati secara acak
Amati gulma yg masuk kedalam kudran
Hitung masing-masing jenis gulma
Dokumentasikan
Catat Hasil
3.3 Jenis Gulma yang Ditemukan dan Gambar 3.3.1 Gulma Pada Jagung No.
No. Plot
Jenis Gulma
Jumlah
1.
1
Cynodon dactylon
5
2.
2
Cynodon dactylon
2
Cynodon dactylon
1
Cyperus rotundus
1
Cynodon dactylon
2
Cynodon dactylon
1
Cyperus rotundus
2
Cynodon dactylon
1
3.
3
4.
4
5.
5
6.
6
Dokumentasi
7.
7
Cynodon dactylon
5
8.
8
Cynodon dactylon
8
9.
9
Cynodon dactylon
1
10.
10
-
-
-
11.
11
-
-
-
12.
12
Cynodon dactylon
5
13.
13
Cynodon dactylon
4
14.
14
Cynodon dactylon
2
15.
15
-
-
-
16.
16
-
-
-
17.
17
Cynodon dactylon
1
Cynodon dactylon
3
Cyperus rotundus
1
18.
18
19.
19
-
-
-
20.
20
-
-
-
21.
21
-
-
-
Cynodon dactylon
4
Cyperus rotundus
3
Cynodon dactylon
1
Cyperus rotundus
2
22.
22
23.
23
24.
24
Cyperus rotundus
2
25.
-
-
-
-
3.3.2 Gulma Pada Kacang Tanah No
No Plot
Jenis Gulma yang
Jumlah Gulma
ditemukan 1
2
Digitaria ciliaris
1
(Retz.) Koel.
2
4
Echinochloa crus-
2
galli
3
8
Echinochloa
1
colonum (L.) Link
4
9
Digitaria ciliaris (Retz.) Koel.
1
Gambar Gulma
5
14
Phyllanthus niruri
1
6
18
Digitaria ciliaris
1
(Retz.) Koel
7
24
Echinochloa
1
colonum (L.) Link
3.3.3 Gulma Pada Padi No
1
No Plot
4
Jenis Gulma yang
Jumlah
ditemukan
Gulma
Limnocharis flava
1
(Genjer)
Gambar Gulma
2
7
Portulaca
1
oleraceae (Krokot)
3
10
Portulaca
1
oleraceae (Krokot)
4
11
Portulaca
1
oleraceae (Krokot)
5
16
Portulaca
1
oleraceae (Krokot)
6
18
Echinochloa crusgalli (Jawan)
1
7
19
Echinochloa
1
crusgalli (Jawan)
8
21
Limnocharis flava (Genjer)
1
3.3.4 Gulma Pada Kapas No. No. Plot 1. Petak 1
Jenis gulma yang ditemukan Cyperus rotundus
Jumlah gulma 3 (tiga)
Cynodon dactylon
Crassocephalum crepidioides
2.
Petak 2
Cyperus rotundus
Phillanthus niruri
2 (dua)
3.
Petak 3
Cynodon dactylon
2 (dua)
Crassocephalum crepidioides
4.
Petak 4
Phillanthus niruri
1 (satu)
5.
Petak 5
Cyperus rotundus
1 (satu)
3.3.5 Gulma Pada Ubi Kayu No
No Plot
Jenis Gulma
Jumlah Gulma
1
Plot Kayu)
1
(Ubi
Rumput Teki
7
(Cyperus rotundus)
Jawan ( Echinochloa crusgalli)
2
Gambar
BAB IV PEMBAHASAN
Dari hasil praktikum analisis vegetasi lahan jagung di kebun praktikum Ngijo diperoleh hasil terdapat dua jenis gulma yaitu Cynodon dactylon dan Cyperus rotundus. Terdapat 25 plot yang diamati, pada Plot 1 terdapat 5 gulma Cynodon dactylon. Pada Plot 2 terdapat 2 gulma Cynodon dactylon. Pada Plot 3 terdapat 1 gulma Cynodon dactylon dan 1 gulma Cyperus rotundus. Pada Plot 4 terdapat 2 gulma Cynodon dactylon. Pada Plot 5 terdapat 1 gulma Cynodon dactylon dan 2 gulma Cyperus rotundus. Pada Plot 6 terdapat 1 gulma Cynodon dactylon. Pada Plot 7 terdapat 5 gulma Cynodon dactylon. Pada Plot 8 terdapat 8 gulma Cynodon dactylon. Pada Plot 9 terdapat 1 gulma Cynodon dactylon. Pada Plot 10 dan Plot 11 tidak terdapat jenis gulma yang tumbuh. Pada Plot 12 terdapat 5 gulma
Cynodon dactylon. Pada Plot 13 terdapat 4 gulma Cynodon dactylon. Pada Plot 14 terdapat 2 gulma Cynodon dactylon. Plot 15 dan Plot 16 tidak terdapat jenis gulma yang tumbuh. Pada Plot 17 terdapat 1 gulma Cynodon dactylon. Pada Plot 18 terdapat 3 gulma Cynodon
dactylon dan 1 gulma Cyperus rotundus. Plot 19, 20 dan Plot 21 tidak terdapat jenis gulma yang tumbuh. Pada Plot 22 terdapat 4 gulma Cynodon dactylon dan 3 gulma Cyperus rotundus. Pada Plot 23 terdapat 1 gulma Cynodon dactylon dan 2 gulma Cyperus rotundus. Pada Plot 24 terdapat 2 gulma Cyperus rotundus. Dan yang terakhir yaitu pada Plot 25
tidak terdapat jenis gulma yang tumbuh. Dari hasil analisis vegetasi tersebut ternyata sebagian besar gulma yang mendominasi yaitu gulma jenis Cynodon dactylon dan sedikit gulma Cyperus rotundus. Gulma ini sedikit mengganggu pertumbuhan jagung karena terjadinya persaingan unsur hara, air, cahaya dll. Sehingga untuk mengoptimalkan pertumbuhan jagung dibutuhkan teknik pengendalian gulma. Pengendalian gulma bisa dilakukan dengan penggunaan metode manual, metode mekanis, metode kultur teknis dan ekologi, pengendalian secara biologi, pengendalian secara kimia dan pengendalian terpadu. Namun untuk mengatasi pada lahan jagung ini, cukup dengan pengendalian secara manual yaitu metode penyiangan dengan tangan atau dengan penggunaan alat kecil seperti sekop, tajak, tongkat atau garpu kebun. Karena dengan melihat luasan lahan yang tidak begitu luas serta pertumbuhan gulma yang masih sedikit dan masih dalam fase pertumbuhan, dapat dilihat bahwa gulma yang di dapat masih kecil. Pada analisis vegetasi di lahan kacang tanah, pada Plot 2 terdapat 1 gulma Digitaria ciliaris (Retz.) Koel . Pada Plot 4 terdapat gulma Echinochloa crus-galli dengan jumlah 2
gulma. Pada Plot 8 terdapat 1 gulma Echinochloa colonum (L.) Link . Pada Plot 9 terdapat 1 gulma Digitaria ciliaris (Retz.) Koel. Pada Plot 14 terdapat 1 gulma Phyllanthus niruri. Pada Plot 18 terdapat 1 gulma Digitaria ciliaris (Retz.) Koel. Pada Plot 24 terdapat 1 gulma
Echinochloa colonum (L.) Link . Di lahan kacang tanah ini penyebaran gulma masih belum banyak. Dapat diketahui bahwa dari 25 plot yang diamati, hanya 7 plot yang terdapat gulma. Pada analisis vegetasi di lahan padi , pada Plot 4 terdapat 1 gulma Limnocharis flava (Genjer). Pada Plot 7, 10 , 11, 16 terdapat 1 gulma Portulaca oleraceae (Krokot). Sedangkan Pada Plot 18 dan 19 terdapat 1 gulma Echinochloa crusgalli (Jawan). Pada Plot 21 terdapat 1 gulma Limnocharis flava (Genjer). Di lahan padi ini penyebaran gulma
tergolong belum menyebar banyak karna dapat diketahui tidak banyak gulma yang tumbuh antar plot, dan dapat dilihat bahwa dari 25 plot yang diamati hanya 8 plot yang terdapat gulma. Pada analisis vegetasi di lahan kapas, pada Plot 1 terdapat 3 jenis gulma yaitu Cyperus rotundus, Cynodon dactylo, Crassocephalum crepidioides. Pada Plot 2 terdapat 2 jenis gulma yaitu Cyperus rotundus dan Phillanthus niruri. Pada Plot 3 terdapat 2 jenis gulma yaitu Cynodon dactylon dan Crassocephalum crepidioides. Pada Plot 4 terdapat 1 jenis gulma yaitu Phillanthus niruri. Pada Plot 5 terdapat 1 jenis gulma yaitu Cyperus rotundus. Dilahan kapas ini penyebaran gulma belum mendominasi karne hanya terdapat 5 plot yang terdapat gulma. Pada analisis vegetasi di lahan ubi kayu, pada Plot 1 terdapat 7 gulma Cyperus rotundus dan 2 gulma Echinochloa crusgalli. Hanya ditemukan gulma di plot 1 sehingga dapat disimpulkan bhwa gulma belum mendominasi area lahan ubi kayu.
BAB V KESIMPULAN
Dari hasil praktikum analisis vegetasi lahan jagung di kebun praktikum Ngijo diperoleh hasil terdapat dua jenis gulma yaitu Cynodon dactylon dan Cyperus rotundus. Dari 25 plot yang diamati terdapat gulma total jumlah gulma Cynodon dactylon adalah 37 gulma. Sedangkan untuk gulma Cyperus rotundus total jumlahnya dalam 25 plot yaitu 11 gulma. Pada plot 10, 11, 15, 16, 19, 20, 21 dan 25 tidak ditemukan jenis gulma yang tumbuh. Di lahan kacang tanah penyebaran gulma masih belum banyak. Dapat diketahui bahwa dari 25 plot yang diamati, hanya 7 plot yang terdapat gulma. Di lahan padi penyebaran gulma tergolong belum menyebar banyak karna dapat diketahui tidak banyak gulma yang tumbuh antar plot, dan dapat dilihat bahwa dari 25 plot yang diamati hanya 8 plot yang terdapat gulma. Dilahan kapas ini penyebaran gulma belum mendominasi karne hanya terdapat 5 plot yang terdapat gulma. Serta hanya ditemukan gulma di plot 1 sehingga dapat disimpulkan bhwa gulma belum mendominasi area lahan ubi kayu.
DAFTAR PUSTAKA
Arrijani, dkk.2006. Analisis Vegetasi .Hulu DAS Cianjur Taman Nasional Gunung GedePangrango Greig-Smith, P. 1983. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology. Volume 9. Oxford: Blackwell Scientific Publications Kershaw, K.A. 1979. Quantitatif and Dynamic Plant Ecology. London: Edward Arnold Publishers. Kimmins, J.P. 1987. Forest Ecology. New York: Macmillan Publishing Co. Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi. Institut PertanianBogor. Bogor. Moenandir, J. 1993. Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: JICA. Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung. ITB Sebayang, H. T., 2005. Gulma dan Pengendaliannya Pada Tanaman Padi . UnitPenerbitan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang Setiadi, D. 1984. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam Hubungannya dengan Pendugaan Sifat Habitat Bonita Tanah di Daerah Hutan Jati Cikampek, KPH Purwakarta, Jawa Barat . Bogor: Bagian Ekologi, Departemen Botani, Fakultas Pertanian IPB. Sukman, Y. dan Yakup, 1995. Gulma dan Tehnik Pengendaliannya. Rajawali Press, Jakarta. Tjitrosoedirdjo, S., H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo., 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT Gramedia, Jakarta Tjitrosoedirdjo, S., Is Hidayat Utomo, dan J. Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaan Gulma diPerkebunan. Penerbit PT. Gramedia, Jakarta.а pp 209