LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) DI PT. MITRA ADI JAYA Bidang Keselamatan Kesehatan Kerja Mekanik, Pesawat Uap dan Bejana Tekanan
PEMBINAAN CALON AHLI K3 UMUM ANGKATAN KE - 16
KELOMPOK 4 1.
Anastasha Fitriyana
2.
Angga Mahardika Syahrul Putra
3.
Dyah Nimas Ayu Sekarti
4.
Hilman Fajri
5.
M. Ganang Guritno
6.
Muhammad Hari Mustofa
7.
Rizqi Kridho Utomo
8.
Yori Ilham Alkindi
PENYELENGGARA PT. ENVIRONESIA GLOBAL SARAYA YOGYAKARTA, 18 APRIL 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ka mi panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’alla Ta’alla atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan laporan kerja lapangan di PT. PT Mitra Adi Jaya Bidang Keselamatan Kesehatan Kerja Mekanik, Pesawat Uap dan Bejana Tekanan dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan laporan praktek kerja lapangan (PKL) ini dimaksudkan merupakan salah satu syarat wajib sebagai calon Ahli K3. Penulisan laporan kerja lapangan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Direktur PT Mitra Adi Jaya beserta stafnya. 2. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. 3. PT. Environesia Global Saraya. 4. Pemateri pelatihan Ahli K3 Umum. 5. Orang tua kami, atas segala restu dan dukungannya dukungannya dalam bentuk apapun. 6. Teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas segala bentuk bantuannya. Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, berbagai sumbang saran yang bertujuan untuk penyempurnaan laporan ini dengan ikhlas penulis terima sebagai umpan balik untuk bahan evaluasi. Semoga laporan ini dapat memberikan tambahan ilmu yang bermanfaat bagi kami umumnya bagi pembaca.
Yogyakarta, 19 April 2018
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................. ................................................................... ............................................ .......................... .... 1 DAFTAR ISI ............................................. ................................................................... ............................................ ......................................... ...................2 BAB I PENDAHULUAN ............................................ ................................................................... ......................................... ..................3 1.1 Pendahuluan ......................... ............................................... ............................................ ......................................... ...................3 1.2 Maksud dan Tujuan Observasi ....................................................... ........................................................... ....4 1.3 Ruang Lingkup .......................................... ................................................................. ......................................... ..................4 1.3.1 K3 Bidang Mekanik......................... Mekanik............................................... ......................................... ...................5 1.3.2 K3 Bidang Pesawat Pesa wat Uap dan Bejana Tekanan ......................... .........................8 1.4 Dasar Hukum .................................. ........................................................ ............................................. .............................. .......9 BAB II KONDISI PERUSAHAAN .................................. ........................................................ ................................... .............11 2.1 Gambaran Umum Perusahaan ................................ ...................................................... ........................ ..11 2.2 Temuan Hasil Observasi............................. Observasi.................................................... .................................... .............12 2.2.1 Temuan Positif ................................................. ...................................................................... .....................12 2.2.2 Temuan Negatif.......................... Negatif................................................ ........................................... .....................13 BAB III ANALISA ................................................. ........................................................................ ............................................. ........................ .. 14 14 3.1 Analisa Temuan Temuan Positif ........................................... ................................................................ .....................14 3.2 Analisa Temuan Negatif ........................................... ................................................................ .....................21 BAB IV PENUTUP................................... PENUTUP......................................................... ............................................ ....................................... ................. 22 22 4.1 Kesimpulan ........................... .................................................. ............................................. ................................... .............22 4.2 Saran ............................................. ................................................................... ............................................ ............................ ......22 LAMPIRAN
2
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Pendahuluan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau disingkat K3 merupakan program pemerintah. Program ini lahir dari keprihatinan akan banyaknya kecelakaan yang terjadi ditempat keja yang mengakibatkan penderitaan bagi pekerja maupun keluarga pekerja. Karena frekuensi kecelakaan kerja tidak begitu banyak, maka banyak yang memandang sebelah mata pada program ini. Undang-Undang dibidang K3 sudah ada sejak tahun 1970 yaitu UU No.1 tahun 1970 yang mulai diundangkan pada tanggal 12 Januari 1970 yang juga dijadikan hari lahinya K3. Kondisi kesehatan yang baik merupakan potensi untuk meraih produktivitas kerja yang baik pula. pekerja yang menuntut produktivitas kerja tinggi hanya dapat dilakukan oleh tenaga kerja dengan kondisi ksesehatan yang prima. Sebaliknya, keadaan sakit atau gangguan kesehatan menyababkan tenaga kerja tidak atau kurang produktif dalam melakukan pekerjaannya. PT. Mitra Adi Jaya merupakan perusahaan rokok kretek dimana perusahaan tersebut adalah perusahaan mitra dari rokok Sampoerna. PT. Mitra Adi Jaya sudah menerapkan Sistem Manajemen K3 didalam segala aktivitas yang ada di lingkup produksi. Hal ini dibuktikan oleh sertifikasi yang telah diraih oleh perusahaan tersebut. Di perusahaan ini terdapat beberapa luang lingkup K3 didalamnya, yang dimana K3 bidang kesehatan kerja, bidang kelembagaan dan penerapan, bidang lingkungan kerja dan bahan berbahaya beracun, bidang listrik, penyalur petir, penanggulangan kebakaran dan K3 bidang mekanik. Karena itulah PT. Mitra Adi Jaya merupakan lokasi yang tepat untuk kami calon ahli K3 umum dalam melakukan observasi lapangan. Pada kesempatan ini, kami calon ahli K3 umum membahas pelaksanaan K3 dalam bidang K3 mekanik pada PT. Mitra Adi Jaya. Pada dasarnya K3 bidang mekanik terdapat beberapa bagian didalamnya yaitu, pesawat angkat-angkut, pesawat tenaga dan produksi, uap, dan bejana tekan.
3
1.2
Maksud dan Tujuan Observasi
Adapun maksud dan tujuan penulisan laporan ini adalah : 1.
Untuk mempraktikan teori yang telah diterima selama ke giatan pembinaan dan sebagai syarat yang harus dipenuhi bagi peserta Calon Ahli K3 Umum.
2.
Untuk mendapatkan gambaran dan pemahaman mengenai aplikasi K3 di lapangan, khususnya di bidang Mekanik, Uap dan Bejana Tekan.
3.
Peserta Calon Ahli K3 umum dapat mengidentifikasi, menganalisa dan memberikan saran atau rekomendasi terkait pelaksanaan K3 di suatu perusahaan.
4.
Menganalisa penerapan Mekanik, Uap dan Bejana Tekan di PT. Mitra Adi Jaya.
1.3
Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada laporan ini mencakup beberapa sub bab yaitu sebagai berikut ini. 1.3.1 K3 Bidang Mekanik
Pengawasan norma K3 bidang mekanik terdari dari pengawasan norma keselamatan dan kesehatan kerja pesawat tenaga dan produksi dan pesawat angkat dan angkut. Pengawasan norma K3 pesawat tenaga dan produksi terdiri dari: 1.
Penggerak mula. Penggerak mula ialah suatu pesawat yang mengubah suatu bentuk energi menjadi tenaga mekanik dan digunakan untuk menggerakkan pesawat atau mesin antara lain: motor pembakaran luar, motor pembakaran dalam, turbin air dan kincir angin.
2.
Perlengkapan transmisi tenaga mekanik Perlengkapan transmisi tenaga mekanik ialah bagian peralatan mesin yang berfungsi untuk memindahkan daya atau gerakan mekanik dari penggerak mula ke pesawat atau mesin lainnya antara lain: puli dengan ban atau pita, roda gigi dengan roda gigi, batang berulir dengan roda gigi, rantai dengan roda, gigi roda-roda gesek, poros transmisi dan batang silinder hidrolis.
4
3.
Mesin perkakas kerja Mesin perkakas kerja ialah suatu pesawat atau alat untuk membentuk suatu barang, bahan, produk teknis dengan cara memotong, mengepres, menarik, atau menumbuk antara lain: mesin asah, poles dan pelicin, alat tuang dan tempa, mesin pelubang, mesin pres, mesin rol, mesin gergaji, mesin ayak dan pemisah, mesin gunting, mesin pengeping dan pembelah. Mesin gerinda (asah) merupakan salah satu mesin perkakas dengan mata potong jamak, dimana mata potongnya
berjumlah
sangat
banyak
yang
digunakan untuk
mengasah/memotong benda kerja dengan tujuan tertentu. Prinsip kerja mesin gerinda adalah batu gerinda berputar bersentuhan dengan benda kerja sehingga terjadi pengikisan, penajaman, pengasahan, atau pemotongan. 4.
Mesin produksi Mesin produksi ialah semua mesin peralatan kerja yang digunakan untuk menyiapkan, membentuk atau membuat, merakit finishing, barang atau produk teknis antara lain: mesin pack dan bungkus, mesin jahit dan rajut, mesin intal dan tenun.
5.
Dapur Dapur ialah suatu pesawat yang dengan cara pemanasan digunakan untuk mengolah, memperbaiki sifat, barang atau produk teknis, antara lain: dapur tinggi, dapur-dapur baja, convertor dan oven. Pengawasan Norma K3 Pesawat Angkat dan Angkut terdiri dari:
1.
Peralatan angkat. Peralatan angkat adalah alat yang dikonstruksi atau dibuat khusus untuk mengangkat naik dan menurunkan muatan.
2.
Pita transport. Pita transport ialah suatu pesawat atau alat yang digunakan untuk memindahkan muatan secara kontinyu dengan menggunakan bantuan pita.
3.
Pesawat angkutan di atas landasan dan di atas permukaan. Pesawat angkutan di atas landasan dan di atas permukaan ialah pesawat atau alat yang digunakan untuk memindahkan muatan atau orang dengan
5
menggunakan kemudi baik di dalam maupun di luar pesawat dan bergerak di atas suatu landasan maupun permukaan. 4.
Alat angkutan jalan rel. Alat angkutan jalan rel ialah suatu alat angkut yang bergerak di atas jalan rel.
1.3.2 K3 Bidang Pesawat Uap dan Bejana Tekanan
Pesawat uap adalah ketel uap dan peralatan lainnya baik ters ambung langsung maupun tidak langsung, berhubung dengan suatu ketel uap dan diperuntukkan bekerja dengan tekanan yang lebih besar dari tekanan udara. Jenis-jenis ketel uap menurut peraturan uap 1930 dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Ditinjau dari sudut pandang tekanannya, yaitu: a. Ketel uap tekanan rendah, memiliki tekanan maksimum kurang dari sama dengan 0,5 Kg/cm2 melebihi tekanan udara atmosfer. b. Ketel uap tekanan tinggi, memiliki tekanan lebih dari 0,5 Kg/cm 2 melebihi tekanan udara atmosfer. 2. Menurut tempat penggunaannya, yaitu: a. Ketel uap darat tetap, ialah semua pesawat uap yang ditembok atau berada dalam tembokan. b. Ketel uap darat berpindah, ialah semua ketel uap atau pesawat uap yang tidak ditembok dan dapat dipindah-pindahkan. 3.
Menurut bangunan letak sumbu silinder ketel, yaitu: a. Ketel uap tegak, dimana letak sumbu silinder tegak lurus dengan tempat kedudukan ketel uap. b. Ketel uap darat, dimana letak sumbu silinder sejajar dengan permukaan tempat kedudukan ketel uap. Adapun saat ini, ketel uap lebih condong untuk diklasifikasikan lebih detail
lagi sebagai berikut: 1. Ditinjau dari sudut pandang tekanannya, yaitu: a. Ketel uap tekanan rendah, memiliki tekanan <20 kg/cm2 melebihi tekanan udara atmosfer.
6
b. Ketel uap tekanan sedang, memiliki tekanan 20-75 kg/cm 2 melebihi tekanan udara atmosfer. c. Ketel uap tekanan tinggi, memiliki tekanan >75 kg/cm 2 melebihi tekanan udara atmosfer. 2.
Ditinjau dari merdia yang melalui pipa, yaitu: a. Ketel uap pipa api, dimana api akan melewati pipa-pipa didalam ketel uap. b. Ketel uap pipa air, dimana air akan melewati pipa-pipa didalam ketel uap.
3.
Ditinjau dari sudut pandang bahan bakarnya, yaitu: a. Bahan bakar fosil. b. Panas sisa pembakaran. c. Bahan bakar. d. Nuklir.
4.
Ditinjau dari sudut pandang sirkulasi air, yaitu: a. Natural. b. Forced.
5.
Ditinjau dari sudut pandang ruang bakar, yaitu: a. Natural. b. Pressurized. c. Induced. d. Balance.
6.
Ditinjau dari sudut pandang metode pembakaran, yaitu: a. Eksternal. b. Internal. c. HRSG. Selain ketel uap, terdapat pesawat uap selain ketel uap. Dimana menurut
peraturan uap 1930 dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1.
Pemanas air (economiser ).
2.
Pengering uap ( superheater ).
3.
Penguap-penguap.
4.
Bejana uap. Berikut ini penjelasan dari sub-sub bab pesawat uap selain ketel uap.
7
1. Bejana tekanan Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor 1 tahun 1980, pengelompokan bejana tekanan adalah: a. Bejana penampung. b. Bejana pengangkut. c. Botol baja. d. Instalasi. e. Instalasi pipa gas. f. Reaktor. 2. Alat perlengkapan pengaman pesawat uap dan bejana tekanan berdasar Permenaker No 1 Tahun 1982 adalah sebagai berikut: a. Peralatan pengamanan ketel uap. 1)
2 buah tingkat pengaman.
2)
1 pedoman tekanan.
3)
2 buah gelas pedoman air.
4)
2 buah alat (pompa) pengisi air.
5)
1 alat tanda bahaya.
6)
1 tanda batas air terendah.
7)
1 keran cabang tiga.
8)
Keran penguras sebanyak yang diperlukan.
9)
Lubang lalu orang / pemeriksaan.
10) Satu plat nama. b. Peralatan perlengkapan pengaman pesawat uap selain ketel uap 1)
Pemanas pemanas air.
2)
Pengering pengering uap.
3)
Penguap penguap.
4)
Bejana bejana uap.
c. Peralatan perlengkapan pengaman bejana tekanan 1)
Alat perlengkapan (semua perlengkapan yang dipasang pada bejana tekan yang ditunjukkan agar bejana tekan dapat dipakai).
8
2)
Alat pengaman (peralatan yang dipasang langsung pada bejana tekan dapat membuang tekanan bila didalam bejana terdapat tekanan berlebih).
3)
Pelat nama.
3. Penanganan botol baja atau tabung gas a. Identitas dengan pewarnaan. b. Identitas dengan huruf. c. Identitas dengan label. d. Identitas dengan plat nama / tanda slight letter. 4. Penanganan instalasi pipa a. Instalasi dengan pewarnaan. b. Identitas dengan tanda. 5. Perencanaan, pembuatan, atau pemasangan, atau perakitan, perbaikan, atau pemeliharaan pesawat uap dan bejana tekan. a. Prosedur penerbitan pengesahan gambar rencana pesawat uap dan bejana tekanan. 1)
Desain dan perencanaan, meliputi tekanan desain, kerja maksimum, kerja normal, suhu kerja, suhu desain, nilai tegangan Tarik, nilai tegangan maksimum, tebal plat dinding pesawat uap, sambungan las, dan nilai batas mulur bahan.
2)
Pemilihan material, meliputi logam dan non-logam.
b. Prosedur penerbitan pengesahan kelayakan pembuatan pesawat uap dan bejana tekanan. c. Prosedur pemeriksaan dan pengujian pesawat uap dan bejana tekanan. d. Prosedur penerbitan akte izin pesawat uap dan pengesahan pemakaian bejana tekanan.
1.4
Dasar Hukum
Dasar hukum tentang K3 Mekanik, Pesawat Uap dan Bejana Tekanan adala h sebagai berikut: 1.
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
9
2.
Permenaker No. Per 05/Men/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut.
3.
Permenakertrans No. Per 09/Men/VII/2010 tentang Operator dan Petugas Pesawat Angkat dan Angkut.
4.
Permenaker No. Per 37/Men/2016 tentang Bejana Tekan dan Tangki Timbun
5.
Permenaker No. Per 38/Men/2016 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi
10
BAB II KONDISI PERUSAHAAN
2.1
Gambaran Umum Perusahaan
PT. Mitra Adi Jaya merupakan mitra produksi sigaret (MPS) yang bekerjasama dengan PT HM Sampoerna yang bergerak dibidang industri rokok kretek, dimana PT HM Sampoerna Tbk memperluas mitra produksi sigaret (MPS) di Kabupaten Sleman dengan nama PT Mitra Adi Jaya. Ini merupakan mitr a ketiga di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan yang ke 29 MPS saat ini. PT Mitra Adi Jaya terletak di Kalitirto Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman dan diresmikan pada Senin, 09 Januari 2006. Kerjasama antara PT HM sampoerna dengan MPS di beberapa daerah ini menunjukkan hasil positif terutama peningkatan pemberdayan perekonomian pedesaan. Sebanyak 1.543 tenaga kerja di Sleman telah direkrut untuk bekerja di pabrik ini, dengan harapan angka pengangguran di Kabupaten Sleman ini menurun terutama tenaga kerja usia produktif. PT Mitra Adi Jaya ini memproduksi sigaret kretek tangan (SKT) jenis Dji Sam Soe Premium. Pada saat pertama kali dilakukan rekrutmen, sebanyak 8 ribu calon tenaga kerja mendaftar. Setelah dilakukan seleksi administrasi yang dinyatakan lolos sebanyak 4 ribu orang. Namun setelah dilakukan tes fisik yang lolos hanya 1.542 orang dengan perincian tenaga gulung/linting sebanayk 936 orang, tenaga gunting 434 orang, 136 orang tenaga packing dan 36 orang tenaga bandrol. Dari 1.542 tenaga kerja itu hampir 60 persen berasal dari Sleman. Kecamatan Berbah sebanyak 551 orang atau 37,1 persen, Prambanan 249 orang, 16,7 persen dan Kalasan sebanyak 248 orang 16,6 persen. Adapun karyawan saat ini berjumlah sebanyak ±800 karyawan. Adapun visi dan misi dari perusahan PT. Mitra Adi Jaya sebagai berikut. a. Visi PT. Mitra Adi Jaya Visi PT. Mitra Adi Jaya adalah “Menjadi Mitra Produksi Sigaret yang mengutamakan keamanan, keselamatan, kualitas dan produktifitas dalam menjamin kepuasan Mitra, Pemilik dan Karyawan.”
11
b. Misi PT. Mitra Adi Jaya Misi PT. Mitra Adi Jaya adalah “Meningkatkan taraf hidup masyarakat pra sejahtera dan menciptakan lapangan kerja untuk mengurangi pengangguran serta memacu kegiatan ekonomi masyarakat sekitar.” Berikut adalah proses produksi keseluruhan di PT. Mitra Adi Jaya dalam produksi rokok :
Gambar 2.1 Proses Produksi PT. Mitra Adi Jaya
PT. Mitra Adi Jaya di dalam prosesnya menggunakan alat forklift, compressor dan gerinda. Jumlah forklift yang digunakan sebanyak 1 buah dengan spesifikasi pabrik beban maksimal yang dapat diangkat adalah sebesar 1,5 Ton, sedangkan pada pabrik ini digunakan untuk pengangkutan sebesar 1,2-1,3 Ton perhari. Gerinda yang digunakan oleh PT. Mitra Adi Jaya berjumlah 1 buah dengan penggunaan yang sudah sesuai dengan aturan yang berlaku. Compressor yang digunakan oleh PT. Mitra Adi jaya berjumlah 1 buah dengan tekanan kerjanya 9 kg, uji hydrotestnya 14,7 kg dan kapasitas 8,5 liter.
2.2
Temuan Hasil Observasi
Berdasarkan hasil observasi lapangan, diperoleh temuan sebagai berikut:
12
2.2.1 Temuan Positif
Dalam obsevasi yang kami lakukan ditemukan beberapa temuan positif diantaranya: 1. Adanya pengesahan izin pemakaian alat 2. Sudah dilaksanakannya riksa uji berkala alat forklift per 1 tahun 3. Adanya Sertifikat Izin Operator (SIO) forklift kelas II dan buku kerja 4. Adanya bukti pengecekan kondisi forklift oleh operator yang telah memiliki SIO sebelum digunakan
5. Adanya alat pelindung dan perlengkapan forklift 6. Adanya penandaan tombol penggerak dan penghenti untuk mesin forklift 7. Sudah digunakannya Alat Pelindung Diri (APD) pada operator forklift 8. Pemakaian alat forklift tidak melebihi dari spesifikasi teknis beban maksimal dari pabrik. 9. Forklift ditempatkan pada area dan jalur khusus dan telah ditandai dan diberi rambu-rambu 10. Terdapat rambu peringatan penggunaan forklift 11. Adanya Standar Operasional untuk penggunaan forklift 12. Mesin pengasah pisau (gerinda) sudah dilindungi dengan plastik pelindung disekitarnya 13. Operator gerinda menggunakan pelindung wajah dan sarung tangan 14. Penempatan gerinda jauh dari lalu lalang pekerja (diletakkan di ruang bengkel) 15. Tempat operator alat gerinda cuukup luas 16. Adanya sertifikat pada compressors ISO 9001
2.2.2 Temuan Negatif
Dalam obsevasi yang kami lakukan ditemukan beberapa temuan negatif diantaranya: 1. Tidak adanya jalur khusus atau pembatas untuk forklift yang berada di antara sepanjang jalan lokasi parkir hingga lokasi produksi.
13
2. Tidak adanya pelat nama yang memuat data Pesawat Tenaga dan Produksi pada forklift
3. Belum dilakukannya pengujian awal maupun berkala pada alat compressor 4. Tidak adanya pelat nama yang memuat data Pesawat Tenaga dan Produksi pada compressor
14
BAB III ANALISA 3.1 Analisa Temuan Positif No
Temuan
1
Adanya pengesahan izin pemakaian alat forklift dan forklift dapat digunakan
Foto Temuan
Lokasi Temuan
Gudang bahan baku tembakau
Analisa temuan
Izin pemakaian alat memastikan bahwa alat yang digunakan sudah melalui proses pemeriksaan dan dapat digunakan dengan aman
Dasar Hukum
Saran
Sudah baik dan tetap dipertahankan
UU No 1 Tahun 1970 Pasal 4 Ayat 2 Permenaker No. 38 Tahun 2016 Pasal 5 Ayat 4
Bunyi Ayat
Pasal 4 Ayat 2 “Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi suatu kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang mencakup bidang konstruksi, bahan, pengolahan dan pembuatan, perlengkapan alat-alat perlindungan, pengujian dan pengesahan, pengepakan atau pembungkusan, pemberian tanda-tanda pengenal atas bahan, barang, produk teknis dan aparat produk guna menjamin keselamatan barang-barang itu sendiri, keselamatan tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan umum.” Pasal 5 Ayat 4
15
2
Sudah dilaksanakannya riksa uji berkala alat forklift per 1 tahun
Gudang bahan baku tembakau
Dilakukannya riksa uji berkala alat per 1 tahun memastikan alat berfungsi sesuai ketentuan
Sudah baik dan tetap dipertahankan
UU No 1 Tahun 1970 Pasal 4 Ayat 2 Permenaker No 38 Tahun 2016 Pasal 133
“Pemakaian atau pengoperasian Pesawat tenaga dan Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian sebelum digunakan serta dilakukan pemeliharaan secara berkala.” Pasal 4 Ayat 2 “Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi suatu kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang mencakup bidang konstruksi, bahan, pengolahan dan pembuatan, perlengkapan alat-alat perlindungan, pengujian dan pengesahan, pengepakan atau pembungkusan, pemberian tanda-tanda pengenal atas bahan, barang, produk t eknis dan aparat produk guna menjamin keselamatan barang-barang itu sendiri, keselamatan tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan umum.”
16
Pasal 133 “Pemeriksaan berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 131 huruf b dilakukan secara berkala paling lama 1 tahun sekali.” Pasal 14 ayat 2 Bahwa operator forklift kelas II sekurangnya berpendidikan SLTP, berpengalaman sekurangkurangnya 1 tahun membantu pelayanan di bidangnya, berbadan sehat menurut keterangan dokter, umur sekurang-kurangnya 19 tahun dan mempunyai lisensi K3 dan buku kerja Pasal 110 Ayat 3 “Teknisi dan operator K3 bidang Pesawat Tenaga dan Produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus memiliki kompetensi dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.”
3
Adanya Sertifikat Izin Operator (SIO) forklift kelas II dan buku kerja
Gudang bahan baku tembakau
Adanya SIO memastikan bahwa operator yang mengoperasikan forklift sudah tersertifikasi berdasarkan peraturan yang berlaku yaitu kapasitas angkut maskimal 25 Ton dan buku kerja memastikan bahwa operator forklift menuliskan kegiatan yang berhubungan dengan pengoperasian forklift
Permenaker No 09 Tahun 2010 Pasal 14 ayat 2 Permenaker No 38 Tahun 2016 Bab VIII Pasal 110 Ayat 3
17
4
Adanya bukti pengecekan kondisi forklift oleh operator yang telah memiliki SIO sebelum digunakan
Gudang bahan baku tembakau
Adanya catatan pengecekan kondisi forklift oleh operator berSIO memastikan kondisi forklift siap dan aman untuk digunakan.
5.
Adanya alat pelindung dan perlengkapan forklift
Gudang bahan baku tembakau dan garasi forklift
Alat pelindung dan perlengkapan forklift menambah keamanan untuk operator forklift
Permenaker No.09 Tahun 2010 Bab V Pasal 34 Bagian a Permenaker No 38 Tahun 2016 Pasal 5 Ayat 4
Sudah baik dan tetap dipertahankan
UU No 1 Tahun 1970 Pasal 4 Ayat 2 Permenaker No 38 Tahun 2016 Pasal 8 Ayat 1 dan 2
Bab V Pasal 34 Bagian a Bahwa kewajiban operator dan petugas adalah melakukan pengecekan terhadap kondisi pesawat angkat-angkut, alat-alat pengaman, dan alat perlengkapan lainnya sebelum pengoperasian. Pasal 5 Ayat 4 “Pemakaian atau pengoperasian Pesawat Tenaga dan Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian sebelum digunakan serta dilakukan pemeliharaan secara berkala.” Pasal 4 Ayat 2 “Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi suatu kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang mencakup bidang konstruksi, bahan, pengolahan dan pembuatan, perlengkapan alat-alat perlindungan, pengujian dan
18
6.
Adanya penandaan tombol penggerak dan penghenti untuk mesin forklift
7.
Sudah digunakannya Alat Pelindung
Gudang bahan baku tembakau
Penandaan pada tombol memastikan operator tidak menekan tombol yang salah atau tertukar Penggunaan APD kepada operator Forklift memastikan
Permenaker No 38 Tahun 2016 Pasal 7
UU No 1 Tahun 1970 Bab VIII Pasal 12 b
pengesahan, pengepakan atau pembungkusan, pemberian tanda-tanda pengenal atas bahan, barang, produk t eknis dan aparat produk guna menjamin keselamatan barang-barang itu sendiri, keselamatan tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan umum.” Pasal 8 Ayat 1 dan 2 1. Pesawat Tenaga dan Produksi harus dilengkapi Alat Pengaman. 2. Semua bagian yang bergerak dan berbahaya dari Pesawat Tenaga dan Produksi harus dilengkapi Alat Perlindungan. Pasal 7 1.Pesawat Tenaga dan Produksi harus dilengkapi dengan tombol penggerak dan penghenti. 2.Penandaan tombol penggerak dan penhenti untuk mesin di Tempat Kerja haru seragam. Pasal 12 b
“Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat
19
Diri (APD) pada operator forklift
keamanan operator forklift
Permenaker No 05 Tahun 1985 Pasal 42 ayat 2
perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli-ahli keselamatan kerja.”
Pasal 42 ayat 2
“Operator dan tenaga kerja harus menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan bahaya yang dihadapi.” 8.
Pemakaian alat tidak melebihi dari spesifikasi teknis beban maksimal dari pabrik. Spesifikasi beban maksimal 1,5 Ton dan digunakan 1,3 Ton
Penggunaan alat tidak melebihi dari spesifikasi teknis beban maksimal membuat beban kerja alat menjadi ringan.
Sudah baik Permenaker dan tetap No 05 Tahun dipertahankan 1985 Bab I Pasal 3 Ayat 2
Pasal 3 Ayat 2 Bahwa semua pesawat angkat angkut tidak boleh dibebani melebihi beban maksimum yang diijinkan.
20
9.
Forklift ditempatkan pada area dan jalur khusus dan telah ditandai dan diberi rambu-rambu
Penempatan forklift sesuai area dan jalur penggunaan yang telah diberi tanda dan rambu-rambu dapat meminimalisasikan terjadinya kecelakaan
UU No 1 Tahun 1970 Bab X Pasal 14 b PerMen No.05 Tahun 1985 Pasal 105
Bab X Pasal 14 b “Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.” Pasal 105 “Lantai kerja yang dilalui pesawat angkutan landasan harus: a. dikontruksi cukup kuat dan rata dengan memperhatikan kecepatan, jenis roda dan ban yang digunakan; b. tidak mempunyai belokan dengan sudut yang tajam, tanjakan yang terjal, jalan yang bebas dan pelataran yang rendah; c. mempunyai tanda-tanda pada kedua sisi di sepanjang jalan.”
21
10.
Terdapat rambu peringatan penggunaan forklift
11.
Adanya Standar Operasional untuk penggunaan forklift
Garasi forklift
Rambu peringatan penggunaan forklift memastikan bahwa forklift dioperasionalkan sesuai dengan ketentuan sehingga tidak membahayakan pekerja dan pihak lain yang berada di pabrik. Standar Operasional Prosedur penggunaan forklift menjadikan forklift dioperasikan sesuai dengan aturan dan pihak pihak selain operator dapat mengetahui dan membantu
Permenaker No 05 Tahun 1985 Bab V Pasal 107
UU No 1 Tahun 1970 Bab X Pasal 14 Ayat a PerMen No.05 Tahun 1985 Pasal 105
Bab V Pasal 107 Bahwa Truck, Derek, Traktor, dan sejenisnya harus dilengkapi dengan lampu-lampu penerangan dan peringatan yang efektif.
Pasal 14 Ayat a
“Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.”
Pasal 105
22
12.
Mesin pengasah pisau (gerinda) sudah dilindungi dengan pelat pelindung disekitarnya
Bengkel alat produksi
Pengasah pisau yang sudah dilindungi plastik pelindung disekitarnya membuat debu hasil asahan pisau tidak bertebaran dan berkurangnya potensi tenaga kerja terkena alat
Permenaker No 38 Tahun 2016 Pasal 20 Permenaker No 38 Tahun 2016 Pasal 40 Ayat 1
Lantai kerja yang dilalui pesawat angkutan landasan harus: a. Kontruksi cukup kuat dan rata dengan memperhatikan kecepatan, jenis roda dan ban yang digunakan; b. Tidak mempunyai belokan dengan sudut yang tajam, tanjakan yang terjal, jalan yang bebas dan pelataran yang rendah; c. Mempunyai tanda-tanda pada kedua sisi di sepanjang jalan. Pasal 20 “Pekerjaan yang menimbulkan serbuk, serpih, debu, gas dan bunga api harus dipasang Alat Pengaman dan Alat Perlindungan.” Pasal 40 Ayat 1 “Mesin asah, mesin poles dan mesin pelicin harus dilengkapi dengan tutup atau kap pelindung dan penghisap.”
23
13
Operator gerinda menggunakan pelindung wajah dan sarung tangan
Bengkel alat produksi
14.
Penempatan gerinda jauh dari lalu lalang pekerja (diletakkan di ruang bengkel)
Bengkel alat produksi
15.
Tempat operator alat gerinda cuukup luas
Bengkel alat produksi
Penggunaan APD pada operator gerinda dapat menjaga perlindungan operator dari debu hasil asahan pisau dan terkenanya bagian tubuh pada roda asah Penempatan gerinda di bengkel memastikan bahwa gerinda hanya digunakan oleh petugas yang berwenang, tidak digunakan oleh pihak yang tidak mengetahui operasional gerinda secara sembarangan. dan tidak mengganggu lalu lalang pekerja Luas tempat kerja alat gerinda cukup luas, sehingga operator alat nyaman dan aman
Sudah baik dan tetap dipertahankan
UU No 1 Tahun 1970 Bab VIII Pasal 12 b
Bab VIII Pasal 12 b Bahwa pekerja memakai alatalat perlindungan diri yang diwajibkan.
Permenaker No 38 Tahun 2016 Pasal 12
Pasal 12 1. Pemasangan Pesawat Tenaga dan Produksi harus dipasang di atas fondasi dan konstruksi yang kuat. 2. Jarak pemasangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus cukup lebar dan bebas sehingga tidak membahayakan lalu lintas barang dan orang.
Permenaker No 38 Tahun 2016 Pasal 28 Ayat 2
Pasal 28 Ayat 2 “Tempat operator mesin harus cukup luas, aman dan mudah dicapai/”
24
16.
Terdapat compressor yang bersertifikasi ISO 9001
Compressor yang digunakan oleh perusahaan sudah dapat dipastikan aman dan sesuai dengan aturan yang berlaku, karena compressor yang digunakan sudah tersertifikasi.
Sudah baik Permenaker dan tetap No 37 Tahun dipertahankan 2016 Pasal 71 Ayat 1
Pasal 1 Pemeriksaan dan/atau pengujian pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 huruf a dilakukan pada: a. perencanaan; b. pembuatan; c. saat sebelum digunakan atau belum pernah dilakukan pemeriksaan dein/atau pengujian; atau d. pemasangan, perubahan atau modifikasi
3.2 Analisa Temuan Negatif No
1.
Temuan
Tidak adanya jalur khusus atau pembatas untuk forklift yang berada di antara sepanjang jalan lokasi parkir hingga lokasi produksi
Foto Temuan
Analisa Temuan/Potensi Bahaya Sepanjang Tidak adanya dari luar jalur khusus atau garasi forklift pembatas untuk hingga ruang forklift dapat produksi meningkatkan potensi kecelakaan yakni karyawan dapat Lokasi Temuan
Saran
Pemberian garis batas yang terang dan mudah dilihat khusus untuk jalur forklift.
Dasar Hukum
PerMen No.05 Tahun 1985 pasal 105
Bunyi Ayat
Lantai kerja yang dilalui pesawat angkutan landasan harus: a. dikontruksi cukup kuat dan rata dengan
25
tertabrak forklift jika karyawan berjalan di jalur yang dilalui forklift tapi jalur khusus forklift itu tidak diberi pembatas.
2.
Tidak adanya pelat nama yang memuat data Pesawat Tenaga dan Produksi pada forklift
Gudang bahan baku tembakau
Operator terlupa dengan kapasitas maksimal alat yang dapat diangkatnya Berat angkatnya melebihi kapasitas
Pemasangan pelat nama pada alat forklift
Permenaker No 38 Tahun 2016 Pasal 15
memperhatikan kecepatan, jenis roda dan ban yang digunakan; b. tidak mempunyai belokan dengan sudut yang tajam, tanjakan yang terjal, jalan yang bebas dan pelataran yang rendah; c. mempunyai tanda-tanda pada kedua sisi di sepanjang jalan. “Setiap Pesawat Kerja dan Produksi harus diberi pelat nama yang memuat data Pesawat Tenaga dan Produksi.”
26
3.
4.
Belum dilakukannya pengujian awal maupun berkala pada alat compressor
Garasi forklift
Tidak adanya pelat nama yang memuat data Pesawat Tenaga dan Produksi pada compressor
Garasi forklift
maksimal forklift Tidak dapat mengetahui kerusakan alat Kebocoran tabung dapat mengakibatkan terbakar jika dekat dengan sumber api
Dilakukannya Permenaker uji awal dan No 37 uji berkala alat Tahun 2016 Pasal 7 Ayat 4
Pemasangan Tidak dapat mengetahui isi pelat nama pada alat dari bejana tekan tersebut, compressor sehingga dapat terjadi kesalahan dalam pengisian ulang
Permenaker No 38 Tahun 2016 Pasal 9
Pemakaian Bejana Tekanan dan Tangki Timbun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian sebelum digunakan serta dilakukan pemeliharaan secara berkala.
Setiap Bejana Tekanan diberikan tanda pengenal
27
BAB IV PENUTUP
4.1
Kesimpulan
1.
PT. Mitra Adi Jaya sudah menerapkan sistem K3 didalam perusahaannya
2.
Implementasi K3 yang terdapat pada PT. Mitra Adi Jaya pada bidang K3 Mekanik adalah terdapatnya adanya pengesahan izin pemakaian alat, sudah dilaksanakannya riksa uji berkala alat per 1 tahun, adanya sertifikat izin operator(SIO) kelas II6 dan buku kerja, adanya bukti pengecekan kondisi forklift oleh operator yang telah memiliki SIO sebelum digunakan, adanya pelindung dan perlengkapan forklift, sudah digunakannya alat pelindung diri (APD) pada operator, pemakaian alat tidak melebihi dari spesifikasi teknis beban maksimal dari pabrik (beban maksimal 1,5 ton dan digunakan1,3 ton), forklift ditempatkan pada area dan jalur khusus dan telah ditandai dan diberi rambu-rambu, terdapat rambu peringatan pengguna forklift , adanya standar operasional, mesin pengasah pisau (gerinda) sudah dilindungi dengan plastik pelindung disekitarnya, operator gerinda menggunakan pelindung wajah dan sarung tangan, penempatan gerinda jauh dari lalu lalang pekerja (diletakkan dalam ruang bengkel).
3.
Pada PT. Mitra Adi Jaya terdapat temuan negatif, yaitu tidak tersedianya jalur forklift didalam perusahaannya.
4.2
Saran
Saran yang dapat kami sampaikan untuk perbaikan penerapan K3 pada perusahaan PT. Mitra Adi Jaya berfokus kepada temuan negatif yang kami temukan, kali ini terdapat pada jalur forklift yang tidak tersedia di perusahaa n. Yang dimana pada aturan yang sudah tertulis seharusnya forklift memiliki jalur khusus tersendiri sehingga meminimalisir bahaya serta mematuhi aturan yang sudah ditetapkan. Alangkah lebih baiknya perusahaan membuat jalur fokrlift itu sendiri.
28
LAMPIRAN
Struktur Organisasi P2K3 PT Mitra Adi Jaya
Penanda Bahaya Forklift (Ruang Garasi Forklift)
Penanda Bahaya Daerah Kerja Forklift (Ruang Produksi)
Ruang Garasi Forklift
Standart Operasional Prosedur Forklift (Ruang Garasi Forklift)
Metode 3R Harian (Ruang Garasi Forklift)
29
Charger ACCU Forklift (Ruang Garasi Forklift)
Bagian untuk Membersihkan Diri (Ruang Garasi Forklift)
Sertifikat Operator Pesawat Angkat dan Angkut (2)
Almari Alat Pelindung Diri (Ruang Garasi Forklift)
Sertifikat Operator Pesawat Angkat dan Angkut (1)
Sertifikat Operator Pesawat Angkat dan Angkut (3)
30