ANALISIS KOSENTRASI KEBUTUHAN OKSIGEN KIMIAWI (COD) AIR BAKU DI SUNGAI CIHIDEUNG, DRAMAGA CHEM I CAL OXY OXYGEN DEM AND (COD) (COD) CONCETRATI CONCETRATI ON OF RAW WATER ANAL YSI YSI S I N CIH I DEUNG RI RI VER, DRAM AGA 1
Ginar Sukma Pratami Selasa – kelompok kelompok 5 Pagi 1) Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jalan Kamper, Kampus IPB Dramaga, Bogor, 16680 1
[email protected] Abstrak: Sungai merupakan ekosistem yang sangat penting bagi manusia. Kegiatan manusia sebagai
bentuk dari kegiatan pembangunan akan berdampak pada kondisi perairan sungai. Hal tersebut akan berdampak pada penurunan kualitas air, yaitu perubahan kondisi fisika, kimia, dan biologi. Kebutuhan oksigen kimiawi (KOK/COD) adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa organik secara kimiawi. Pengukuran COD dilakukan untuk mengetahui kadar bahan organik yang dapat dioksidasi secara kimiawi dengan menggunakan dikromat dalam media asam. Aktivitas yang terjadi di Institut Pertanian Bogor memerlukan ketersediaan air bersih yang mencukupi. Untuk menjamin kualitas air yang digunakan, mengetahui nilai parameter pencemaran air menjadi sangat penting. Salah satunya adalah mengetahui kosentrasi COD. Penelitian dilakukan untuk mengetahui nilai COD pada salah satu titik di sungai Cihideung. Penelitian dilakukan pada hari Selasa, tanggal 16 Mei 2017 di salah satu titik di Sungai Cihideung. Penelitian pengukuran COD dilakukan dengan metode refluks terbuka. Berdasarkan penelitian, larutan FAS yang digunakan untuk titrasi larutan blanko adalah 9.45 ml sedangkan larutan FAS yang digunakan untuk titrasi larutan sampel adalah 9.15 ml. Berdasarkan pada hasil tersebut diperoleh konsentrasi COD sebesar 12 mg O 2 per liter air sungai. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan dan Pengendalian Pencemaran Air, konsentrasi COD pada air sungai Cihideung berada pada kelas dua dan masih d apat digunakan untuk berbagai keperluan selain air minum. Kata kunci: kunci: air, kimiawi, oksigen, organik Abstract: River ecosystem is very important for humans. Human activities as a form of development
activities will have an impact on the condition of the river waters. It will impact on the water quality decline, namely change the condition of physical, chemical, and biological. Chemical oxygen demand (COD) is the number of oxygen required to oxidize organic compound chemically. Measurement of COD aimed to determine levels of organic matter that can be oxidized chemically using dichromate in an acid medium .The activity at Bogor Agricultural University need clean water supply enough. To ensure the quality of water used, known the parameters water pollution is very important. One of them to known is COD concentration. Research conducted to determine the COD at one point on the river Cihideung. The research was done on Tuesday, May 16, 2017 at one point on the river Cihideung. The research was using open reflux method. Based on the research, a solution of FAS used for titration in blanko is 9.45 ml while a solution of FAS used for titration solution in the sample is 9.15 ml. Based on these results obtained concentration COD is 12 mg O 2 per liter. Based on PP Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan dan Pengendalian Pencemaran Air, the concentration of COD on the river Cihideung is at second grade and can still be used for other purposes besides drinking water. Keywords: chemical, organic, oxygen, water
1
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
PENDAHULUAN Sungai merupakan ekosistem yang sangat penting bagi manusia. Sungai memenuhi berbagai kebutuhan manusia, seperti kebutuhan air, kebutuhan pangan seperti ikan dan udang, serta sebagai sarana transportasi di beberapa daerah. Air sungai digunakan manusia untuk memenuhi berbagai kegiatan, seperti kegiatan domestik, pertanian, atau kegiatan industri (Siahaan, Indrawan, Soedharma, Prasetyo 2011). Kegiatan manusia sebagai bentuk dari kegiatan pembangunan akan berdampak pada kondisi perairan sungai. Sebagian besar limbah kegiatan domestik, pertanian, maupun industri di buang ke badan sungai. Hal tersebut akan berdampak pada penurunan kualitas air, yaitu perubahan kondisi fisika, kimia, dan biologi (Suparjo 2009). Air sungai yang telah tercemar tentunya memiliki dampak negatif bagi manusia apabila digunakan tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu. Chemical oxygen demand (COD) adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa organik secara kimiawi. COD merupakan uji yag dilakuka untuk menentukan kandungan secawa organik yang mudah terurai dan senyawa organik yang tidak mudah terurai. Pengukuran COD dilakukan untuk mengetahui kadar bahan organik yang dapat dioksidasi secara kimiawi dengan menggunakan dikromat dalam media asam (Shovitri dan Kuswytasari 2012). Aktivitas yang terjadi di Institut Pertanian Bogor memerlukan ketersediaan air bersih yang mencukupi. Peningkatan jumlah mahasiswa serta pegawai di lingkungan lingkun gan kampus IPB Dramaga secara langsung menigkatka kebutuhan air bersih di lingkungan tersebut. Penyediaan air bersih di IPB memanfaatkan aliran Sungai Ciapus dan Cihideung sebagai sumber. Sistem produksi air bersih pada dua lokasi teserbut dilakukan di water treatment plant (WTP) sebanyak lima unit di WTP Cihideung dan dua unit di WTP Ciapus (Apriyanto 2011). Pengolahan ditujukan untuk meningkatkan kualitas air yang diambil dari Sungai Cihideung agar menjadi air bersih sehingga aman digunakan oleh masyarakat di lingkungan dalam kampus IPB. Untuk menjamin kualitas air yang digunakan dalam produksi air bersih di WTP tersebut, mengetahui nilai parameter pencemaran air menjadi sangat penting, salah satunya adalah mengetahui kosentrasi COD di Sungai Cihideung. Penelitian dilakukan untuk mengetahui nilai COD pada salah satu titik di sungai Cihideung. Nilai COD di beberapa titik tersebut dibandingkan untuk mengetahui pengaruh jarak effluen kontaminan terhadap nilai COD. Dengan begitu dapat diketahui tingkat pencemaran yang terjadi di sungai Cihideung dengan baku mutu yang terdapat pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 sehingga dapat ditentukan solusi yang tepat untuk mengatasi tingkat pencemaran tersebut.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
METODOLOGI Penelitian dilakukan pada hari Selasa, tanggal 16 Mei 2017 di salah satu titik di Sungai Cihideung. Penelitian pengukuran COD dilakukan dengan metode refluks terbuka. Penelitian pengukuran COD diawali dengan pengambilan sampel air sungai di titik yang telah ditentukan menggunakan botol sampel. Pengambilan sampel air ke dalam botol dilakukan secara manual tanpa ketentuan tertentu hingga botol terisi penuh oleh air sungai. Penggunaan metode refluks terbuka cocok dilakukan pada berbagai jenis air limbah namun memerlukan lebih banyak sampel air dengan pereaksi yang lebih banyak. Penelitian dilakukan dengan bantuan beberapa alat dan bahan untuk mengukur kosentrasi COD. Larutan kimia yang akan direaksikan dengan sampel air sungai diantaranya adalah larutan K 2Cr 2O7 0.1 N sebanyak 5 ml, larutan asam Ag2SO4 pada H2SO4 pekat sebanyak 15 ml, laritan ferro ammonium sulfat (FAS) untuk titrasi, akuades, serta indikator ferroin. Peralatan yang diperlukan adalah tabung COD, klem, rak COD, labu Erlenmeyer 125 ml, pipet volumetrik 5 ml dan 15 ml, dan gelas piala 100 ml. Penetapan konsentrasi COD dilakukan dengan mencampurkan 10 ml sampel air sungai dengan 5 ml larutan standar K 2Cr 2O7 0.1 N dan 10 ml larutan asam Ag2SO4 pada H2SO4 pekat hingga larutan menjadi homogen. Tabung COD yang berisi sampel o kemudian ditutup dengan klem lalu dipanaskan dalam oven pada suhu 150 C selama dua jam. Pembuatan larutan blanko dilakukan menggunakan 10 ml akuades sebagai pengganti sampel dengan langkah yang sama. Setelah mengalami pengovenan, sampel uji kemudian didinginkan kemudian ditambahkan 50 ml akuades dengan penyemprotan pada dinding tabung secara merata. Larutan sampel dan blanko kemudian dititrasi dengan larutan FAS menggunakan indikator ferroin sebanyak tiga tetes. Titrasi dilakukan hingga terjadi perubahan warna pada larutan dari hijau menjadi merah bata. Konsentrasi COD pada sampel air sungai dihitung menggunakan persamaan 1.
Keterangan: Kb = ml FAS yang digunakan untuk titrasi blanko Kc = ml FAS yang digunakan untuk titrasi sampel air sungai N = molalitas FAS
(1)
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Mulai
Air
A uades
Air sun sun ai
Air dipipet ke tabung COD
Air ditambahkan K 2Cr 2O7 dan asam
larutan dihomogenkan
tabung ditutup dan dipanaskan
Didinginkan dan ditambah aquades ditambahi indikator ferorin
dititrasi dengan FAS
COD dihitung
Selesai
Gambar 1 Diagram alir pengukuran COD HASIL DAN PEMBAHASAN Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air air (Yuliastuti 2011). Agar kualitas air tetap terjaga maka setiap kegiatan penghasil limbah cair yang dibuang ke perairan atau sungai harus memenuhi standar baku mutu sehinggapencemaran air dapat dihindari. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan dan Pengendalian Pencemaran Air, air diklasifikasi ke dala empat kelas berdasarkan kualitasnya, mulai dari air kelas satu sampai air kelas empat.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
perikanan air tawar, peternakan, dan pengairan tanaman. Air kelas tiga adalah air yang peruntukannya hanya sebagai media budidaya perikanan air tawar, peternakan dan air tanaman. Air kelas empat adalah jenis air yang sudah sangat tercemar dan peruntukannya hanya sebagai pengairan pada tanaman. Terdapat indikator yang dapat diamati untuk mengetahui tingkat pencemaran air, diantaranya adalah perubahan suhu, perubahan pH, perubahan kosentrasi ion hidrogen, perubahan warna, bau, dan rasa, timbulnya endapan atau koloidal, adanya mikroorganisme, serta peningkatan radioaktivitas air (Wardhana 2004). Salah satu parameter kualitas air adalah chemical oxygen demand (COD). Tabel 1 adalah baku mutu COD berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan dan Pengendalian Pencemaran Air. Tabel 1 Kelas baku mutu air air (batas minimum) Kelas I II III IV
Konsentrasi COD (mg/l) 10 25 50 100
Chemical oxygen demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia (Wardhana 2004). Bahan buangan organik tersebut akan dioksidasi oleh kalium bikromat yang digunakan sebagai sumber oksigen menjadi gas CO2 dan H2O serta sejumlah ion krom. Jika pada suatu perairan terdapat bahan organik yang resisten terhadap degradasi biologis, sepertin tannin, tannin, fenol, polisakarida, dan lain sebagainya, maka pengukuran COD lebih tepat dilakukan. Perairan dengan nilai konsentrasi COD tinggi tidak layak digunakan untuk perikanan dan pertanian. Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mg O2 per liter (Yuliastuti 2011). Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan dan Pengendalian Pencemaran Air. Tabel 1 menunjukkan untuk air kelas dua, baku mutu maksimum kosentrasi COD adalah 25 mg O2 per liter. Dengan kata lain, air dianggap berada pada kelas air bersih dan dapat dimanfaatkan manusia selain untuk minum apabila kosentrasi kosen trasi COD kurang dari 25 mg O2 per liter. Pengukuran nilai COD dilakukan pada sampel air yang diambil dari Sungai Cihideung di titik sebelum WTP. Pengukuran dilakukan dengan membuat blanko dan larutan sampel air sungai. Dalam perhitungan COD, dilakukan titrasi menggunakan
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Tabel 2 Hasil Pengukuran COD di Sungai Cihideung Sampel
Kb (ml)
Kc (ml)
COD (mg/liter)
1
9.45
9.15
12
Berdasarkan pada Tabel 1, kosentrasi COD yang diperoleh adalah 12 mg O2 per liter air sungai. Kosentrasi COD akan semakin besar apabila selisis antara ml FAS yang digunakan untuk mentitrasi blanko dengan ml FAS yang digunakan untuk mentitrasi sampel air semakin besar. Larutan kalium bikromat (K 2Cr 2O7) berfungsi sebagai oksidator zat organik yang terkandung pada larutan sampel. Titrasi dengan larutan FAS ditujukan untuk mentera kelebihan kalium bikromat. Semakin besar volume larutan FAS yang digunakan maka semakin besar kandungna kalium bikromat yang terlarut. Volume larutan FAS yang lebih sedikit untuk mentera kelebihan kalium bikromat pada sampel air sungai menunjukkan terdapat kalium bikromat yang terpakai untuk oksidasi zat organik sehingga diperoleh konsentrasi COD pada sampel air sungai. Besarnya nilai COD pada suatu badan air dipengaruhi oleh banyaknya senyawa organik yang perlu diuraikan serta pengoksidasi yang terlarut dalam badan air. Selain dari pada itu, waktu pengambilan sampel, titik pengambilan, serta waktu pengamatan juga mempengaruhi nilai COD yang diperoleh. Penelitian di titik sebelum WTP Sungai Cihideung menunjukkan bahwa lokasi pengambilan sampel berada pada jarak yang cukup jauh dari sumber effluen limbah domestik atau industri yang bersifat organik sehingga tidak banyak zat organik yang perlu diuraikan. Hal ini juga berkaitan dengan tingginya kosentrasi senyawa pengoksidasi dalam sampel air dari titik pengambilan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan dan Pengendalian Pencemaran Air, baku mutu nilai COD untuk air kelas dua (air bersih) dan air kelas satu (air minum) berturut-turut adalah 10 mg/liter dan 25 mg/liter. Melihat pada hasil pengukuran COD yang telah dilakukan, yaitu 12 mg/liter, nilai tersebut berada di bawah baku mutu COD untuk air kelas dua sehingga air sungai Cihideung termasuk dalam air bersih dan dapat digunakan untuk keperluan selain air minum. Hasil tersebut menunjukkan bahwa air baku yang digunakan untuk produksi air bersih di WTP Sungai Cihideng masih berada dalam kualitas yang baik. Lebih baiknya, untuk menurunkan kadar COD, perlu dilakukan pengolahan air dengan koagulasi, flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi sehingga zat-zat organik yang terkandung dalam air baku dapat dihilangkan.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
adalah 9.15 ml. berdasarkan pada hasil tersebut diperoleh kosentrasi COD sebesar 12 mg O2 per liter air sungai. Berkurangnya volume titrasi FAS pada sampel disebabkan oleh berkurangnya kalium bikromat yang terkandung dalam air sungai sebagai tanda terjadinya pengolahan zat organik secara kimiawi yang menyebabkan kalium bikromat mengalami reduksi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan dan Pengendalian Pencemaran Air, konsentrasi COD pada air sungai Cihideung berada pada kelas dua dan masih dapat digunakan untuk berbagai keperluan selain air minum. Konsentrasi COD dipengaruhi oleh banyaknya senyawa organik yang diuraikan dan senyawa pengoksidasi sehingga untuk mengurangi kosentrasi COD perlu dilakukan pengolahan air. DAFTAR PUSTAKA Apriyanto Budi. 2011. Analisis kebutuhan air dan head loss pada loss pada distibusi air bersih di Kampus IPB Dramaga Bogor [skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Salmin. 2005. Oksigen terlarut (DO) dan kebutuhan oksigen biologi (BOD) sebagai salah satu indikator untuk menentukan kualitas perairan. Oseana. Oseana. 30(3): 21-26. Shovitri Paramita, Kuswytasari N D. 2012. Biodegradasi limbah organik pasar dengan menggunakan mikroorganisme alami tangki septik. Jurnal Sains dan Seni ITS . 1(9): 23-26. Siahaan Ratna, Indrawan Andry, Soedharma Dedi, Prasetyo Lilik. 2011. Kualitas air Sungai Cisadane, Jawa Barat – Banten. Jurnal Banten. Jurnal Ilmiah Sains Sains.. 11(2): 268-272. Suparjo Mustofa. 2009. Kondisi pencemaran perairan Sungai Babon Semarang. Jurnal Saintek Perikanan. 4(2): 38-45. Wardhana W. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Lingkungan. Yogyakarta (ID): Andi Offset. Yuliastuti Etik. 2011. Kajian kualitas air Sungai Ngringo Karanganyar dalam upaya pengendalian pencemaran pencemaran air [tesis]. Universitas Universitas Diponegoro Diponegoro Semarang. Semarang.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Lampiran 1 Contoh Perhitungan Konsentrasi COD Konsentrasi COD (
)=
x1000= 12 mg/L