PENDAHULUAN Hifema merupakan kedaan diamana terdapat darah di dalam bilik mata depan, yaitu daerah diantara kornea dan iris, yang dapat terjadi akibat trauma tumpul (gaya-gaya kontusif) yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar dan bercampur dengan humor aqueus (cairan mata) yang jernih. 1,2,3 Penelitian menemukan 33% dari seluruh trauma mata yang serius menimbulkan hifema, 80% hifema terjadi pada pria, perkiraan rata-rata kejadian di Amerika utara adalah 17-20/100.000 17-20/100.000 populasi pertahun. Sering pada pasien yang berumur kurang dari 20 tahun dan pertengahan 30 tahun. Perbandingan antara pria dan wanita adalah 3:1. Penelitian yang dilakukan di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, menunjukan pada tahun 2002-2006 terdapat 50 kasus hifema. Kasus terbanyak pada usia 1-12 tahun. Penyebab terbanyak akibat trauma benda tumpul.4,5 Trauma tumpul menyebabkan kompresi bola mata, disertai peregangan limbus, dan perubahan posisi dari iris atau lensa. Hal ini dapat meningkatkan tekanan intraokuler secara akut dan berhubungan dengan kerusakan jaringan pada sudut mata. Perdarahan biasanya terjadi karena adanya robekan pembuluh darah, antara lain arteri-arteri utama dan cabang-cabang dari badan siliar, arteri koroidalis, dan vena-vena badan siliar.5 Pada gejala klinik pasien akan mengeluh nyeri pada mata, disertai dengan epifora dan blefarospasme. Pengelihatan pasien kabur dan akan sangat menurun. Terdapat penumpukan darah yang terlihat dengan mata telanjang bila jumlahnya cukup banyak. Bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul di bagian bawah bilik mata depan, dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis. 1,3 Berdasarkan waktu terjadinya, hifema dibagi atas 2 yaitu Hifema primer: terjadi langsung setelah trauma, dapat sedikit dapat pula banyak. Hifema sekunder: biasanya timbul pada hari ke 5 setelah trauma. Perdarahanya biasanya lebih hebat dari pada yang primer. Oleh karena itu seseorang dengan hifema sekunder harus dirawat sedikitnya 5 hari. 7
1
Berdasarkan tampilan klinisnya, Rakusin membagi hifema menurut: 4,6 1. Grade I
: Perdarahan mengisi ¼ bilik mata depan
2. Grade II
: Perdarahan mengisi ½ bilik mata depan
3. Grade III
: Perdarahan mengisi ¾ bilik mata depan
4. Grade IV
: Perdarahan mengisi seluruh bilik mata depan.
Penderita sebaiknya di rawat di rumah sakit, karena ditakutkan terjadi perdarahan sekunder yang lebih hebat dari pada perdarahan primer, yang biasanya timbul pada hari ke lima setelah taruma. 7 perdarahan ulang dapat terjadi pada 1620% kasus dalam 2-3 hari. 2 pasien dengan hifema yang tampak mengisi lebih dari 5% bilik mata depan sebaiknya diistirahatkan. Pengobatan dengan merawat pasien dengan tidur di tempat tidur elevasi kepala 30-45 derajat. istirahat total ini harus dipertahankan minimal lima hari mengingat kemungkinan terjadinya perdarahan sekunder. Pada hifema yang baru dan terisi darath segar, dapat diberi obat antifibrinolitik, sehingga bekuan darah tidak terlalu cepat diserap dan pembuluh darah diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dahulu sampai sembuh. 2,3,7 Komplikasi yang paling sering ditemukan pada traumatik hifema adalah perdarahan sekunder, glaukoma dan hemosiderosis disamping komplikasi traumanya sendiri berupa dislokasi dari lensa, ablatio retina, katarak, dan iridodialysis. Besarnya komplikasi tergantung pada tingginya hifema. 7,8 Prognosis tergantung pada banyaknya darah yang tertimbun pada kamera okuli anterior. Biasanya hifema dengan darah yang sedikit dan tanpa disertai glaukoma, prognosisnya baik karena darah akan diserap kembali dan hilang sempurna dalam beberapa hari. Sedangkan hifema yang telah mengalami glaukoma, prognosisnya bergantung pada seberapa besar glaukoma tersebut menimbulkan defek pada ketajaman penglihatan. Bila tajam penglihatan telah mencapai 1/60 atau lebih rendah maka prognosisnya penderita adalah buruk kerena dapat menyebabkan kebutaan. 1
2
LAPORAN KASUS Seorang penderita anak laki-laki , usia 10 tahun, bangsa Indonesia, suku Minahasa, agama Kristen Protestan. Alamat Lowu II Ratahan Kabupaten Minahasa Selatan. Datang ke Poliklinik Mata RSUP Dr. Prof Kandou Manado pada tanggal 31 Januari 2013 dengan keluhan utama mata kiri terasa nyeri, merah dan penglihatan kabur.
Anamnesa (Heteroanamnesa)
Penderita datang dengan keluhan utama mata kiri terasa nyeri, merah dan penglihatan kabur. Keluhan ini dialami penderita satu hari sebelum datang ke Poliklinik Mata RSUP Dr. Prof Kandou. Menurut penderita keluhan ini dialami setelah penderita tidak sengaja terkena bola bulu tangkis saat sedang bermain bulu tangkis dengan kakaknya. Awalnya mata kiri penderita tidak begitu nyeri, merah, dan kabur. namun setelah dibiarkan sehari, penderita merasa mata kirinya semakin nyeri, terlihat merah dan penglihatanya semakin kabur. Kemudian orang tua penderita membawanya ke Poliklinik Mata untuk mendapatkan penanganan. Sebelum kejadian mata penderita tampak baik, riwayat memakai kaca mata tidak ada.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis Keadaan umum: baik. Kesadaran: kompos mentis. Tekanan darah : 100/70 mmHg. Nadi: 70 x/m. Respirasi: 24 x/m. Suhu: 36,5 0C.
Kepala: tidak ada
kelainan. Thoraks: Jantung dan paru dalam batas normal. Abdomen: Datar, lemas, bising usus positif normal, hepar dan lien tidak teraba . Ekstrimitas : akral hangat, edema tidak ada.
Status Psikiatri Sikap penderita kooperatif bila dilakukan pemeriksaan pada mata kirinya, selama perawatan diruangan ekspresi wajah dan sikap yang ditunjukan cukup baik.
3
Status Neorologis Motorik dan sensorik normal, refleks fisiologis normal, refleks patologis tidak ada.
Status Oftalmikus Pemeriksaan subjektif pada penderita didapatkan visus okuli dextra 6/6 dan visus okuli sinistra 6/12. Pemeriksaan objektif tekanan intra okuler dekstra 15 mmHg, tekanan intra okuler sinistra 15mmHg. Inspeksi segmen anterior okuli dextra didapatkan pada supersilia normal, palpebra tidak ada kelainan, konjungtiva normal, sklera normal, kornea jernih, iris normal, kamera okuli anterior (COA) normal, pupil bulat isokor, refleks cahaya positif, lensa jernih. Segmen posterior okuli dextra di dapatkan refleks fundus positif uniform, papil batas tegas, makula refleks fovea positif, warna normal. Pada segmen anterior okuli sinistra didapatkan pada supersilia normal, palpebra tidak ada kelainan, konjungtiva hiperemis, injeksi konjungtiva positif, injeksi siliar positif, sklera normal, kornea jernih, iris reguler, kamera okuli anterior (COA) terdapat darah 1/2 bilik mata depan, pupil bulat isokor, refleks cahaya positif, lensa jernih. Segmen posterior okuli sinistra di dapatkan refleks fundus positif non uniform. Pemeriksaan objektif palpasi, pada okuli dextra didapatkan nyeri tekan tidak ada, tumor tidak ada. Pada palpasi okuli sinistra didapatkan adanya nyeri tekan, tumor tidak ada.
Diagnosis
Penderita di diagnosis dengan Hifema Grade II Okulus Sinistra di sebabkan Trauma Tumpul.
Penanganan
Penderita diberikan penanganan yaitu tirah baring total dengan elevasi kepala 30 – 45 derajat. Tekanan Intra Okuler (TIO) di ukur setiap hari. Asam traneksamat di minum 3 kali 250 mg perhari, timolol 0,25% di tetes 2 kali sehari, tobramycin di tetes 3 kali sehari, vitamin C 1000 mg perhari, sulfat atropin di tetes 2 kali sehari.
4
Perawatan hari kedua ( 1 februari 2013), keluhan tidak ada. Pemeriksaan fisik didapatkan visus okili sinistra 6/12, visus okuli dekstra 6/6, tekanan intra okuler dekstra dan sinistra 15 mmHg. Segmen anterior okuli sinistra pupil isokor, refleks cahaya ada, injeksi konjungtiva ada, injeksi siliar ada, terdapat darah ½ bilik mata depan. Pasien di diagnosa dengan Hifema grade II okulus sinistra disebabkan trauma tumpul. Penanganan tirah baring dengan elevasi kepala 30 - 45 derajat. Asam traneksamat 250 mg diminum 3 kali sehari. Timolol 0,25% di tetes 2 kali sehari pada mata kiri. Tobramycin di tetes 4 kali sehari pada mata kiri. Vit C diminum 1 hari sekali. Sulfat atropin ditetes 2 kali sehari pada mata kiri.
Perawatan hari ke tiga ( 2 februari 2013), keluhan tidak ada. Pemeriksaan fisik didapatkan visus okili sinistra 6/6, visus okuli dekstra 6/6, tekanan intra okuler dekstra dan sinistra normal pada palpasi. Segmen anterior okuli sinistra pupil isokor, refleks cahaya ada, injeksi konjungtiva ada, injeksi siliar ada, terdapat darah 1/3 bilik mata depan. Pasien di diagnosa dengan Hifema grade II okulus sinistra disebabkan trauma tumpul. Penanganan tirah baring dengan elevasi kepala 30 - 45 derajat. Asam traneksamat 250 mg diminum 3 kali sehari. Timolol 0,25% di tetes 2 kali sehari pada mata kiri. Tobramycin di tetes 4 kali sehari pada mata kiri. Vit C diminum 1 hari sekali. Sulfat atropin ditetes 2 kali sehari pada mata kiri.
Perawatan hari ke keempat (3 februari 2013), keluhan tidak ada. Pemeriksaan fisik didapatkan visus okili sinistra 6/6, visus okuli dekstra 6/6, tekanan intra okuler dekstra dan sinistra normal pada palpasi. Segmen anterior okuli sinistra pupil isokor, refleks cahaya ada, injeksi konjungtiva ada, injeksi siliar ada, terdapat darah 1/4 bilik mata depan. Pasien di diagnosa dengan Hifema grade II okulus sinistra disebabkan trauma tumpul. Penanganan tirah baring dengan elevasi kepala 30 - 45 derajat. Asam traneksamat 250 mg diminum 3 kali sehari. Timolol 0,25% di tetes 2 kali sehari pada mata kiri. Tobramycin di tetes 4 kali sehari pada mata kiri. Vit C diminum 1 hari sekali. Sulfat atropin ditetes 2 kali sehari pada mata kiri.
5
Perawatan hari ke lima (4 februari 2013), keluhan tidak ada. Pemeriksaan fisik didapatkan visus okili sinistra 6/6, visus okuli dekstra 6/6, tekanan intra okuler dekstra dan sinistra normal pada palpasi. Segmen anterior okuli sinistra pupil isokor, refleks cahaya ada, injeksi konjungtiva ada, injeksi siliar tidak ada, terdapat darah 1/4 bilik mata depan. Pasien di diagnosa dengan Hifema grade II okulus sinistra disebabkan trauma tumpul. Penanganan tirah baring dengan elevasi kepala 30 - 45 derajat. Asam traneksamat 250 mg diminum 3 kali sehari. Timolol 0,25% di tetes 2 kali sehari pada mata kiri. Tobramycin di tetes 4 kali sehari pada mata kiri. Vit C diminum 1 hari sekali. Sulfat atropin ditetes 2 kali sehari pada mata kiri.
Perawatan hari ke enam (5 februari 2013), keluhan tidak ada. Pemeriksaan fisik didapatkan visus okuli sinistra 6/6, visus okuli dekstra 6/6, tekanan intra okuler dekstra dan sinistra normal pada palpasi. Segmen anterior okuli sinistra pupil isokor, refleks cahaya ada, injeksi konjungtiva ada, injeksi siliar tidak ada, tidak terdapat darah pada bilik mata depan. Pasien di diagnosa dengan Hifema grade II okulus sinistra disebabkan trauma tumpul. Penanganan tirah baring dengan elevasi kepala 30 - 45 derajat. Asam traneksamat 250 mg diminum 3 kali sehari. Timolol 0,25% di tetes 2 kali sehari pada mata kiri. Tobramycin di tetes 4 kali sehari pada mata kiri. Vit C diminum 1 hari sekali. Sulfat atropin ditetes 2 kali sehari pada mata kiri.
Perawatan hari ke ke tujuh
(6 februari 2013), keluhan tidak ada.
Pemeriksaan fisik didapatkan visus okuli sinistra 6/6, visus okuli dekstra 6/6, tekanan intra okuler dekstra dan sinistra normal pada palpasi. Segmen anterior okuli sinistra pupil isokor, refleks cahaya ada, injeksi konjungtiva tidak ada, injeksi siliar tidak ada, tidak terdapat darah pada bilik mata depan. Pasien di diagnosa dengan Hifema grade II okulus sinistra disebabkan trauma tumpul. Penanganan tirah baring dengan elevasi kepala 30 - 45 derajat. Asam traneksamat 250 mg diminum 3 kali sehari. Timolol 0,25% di tetes 2 kali sehari pada mata kiri. Tobramycin di tetes 4 kali sehari pada mata kiri. Vit C diminum 1 hari sekali. Sulfat atropin ditetes 2 kali sehari pada mata kiri.
6
Resume Masuk
Seorang penderita laki-laki, usia 10 tahun, datang ke Poliklinik Mata RSUP DR. Prof. Kandou Manado pada tanggal 31 januari 2013 dengan keluhan utama mata kiri terasa nyeri, merah dan penglihatan kabur. Keluhan ini dialami satu hari sebelum dibawa ke Poliklinik Mata akibat tidak sengaja terkena bola bulu tangkis saat bermain bulu tangkis dengan kakaknya. Awalnya mata kiri penderita tidak begitu nyeri, merah dan kabur namun setelah dibiarkan sehari penderita merasa mata kirinya semakin nyeri, terlihat lebih merah dan penglihatannya lebih kabur. Pada pemeriksaan didapatkan visus okuli sinistra 6/12. Segmen anterior okuli sinistra: konjungtiva hiperemis, injeksi konjungtiva ada, injeksi siliar ada, sklera normal, iris reguler, kamera okuli anterior (COA) terdapat darah 1/2 bilik mata depan. Segmen posterior okuli sinistra di dapatkan refleks fundus positif non uniform. Pada palpasi okuli sinistra didapatkan adanya nyeri tekan. Penderita di diagnosis dengan Hifema Okuli Sinistra grade II disebabkan Trauma Tumpul. Diberikan penanganan berupa tirah baring total dengan elevasi kepala 30 – 45 derajat. Tekanan Intra Okuler (TIO) di ukur setiap hari. Asam traneksamat di minum 3 kali 250 mg perhari, timolol 0,25% di tetes 2 kali sehari, tobramycin di tetes 3 kali sehari, vitamin C 1000 mg perhari, sulfat atropin di tetes 2 kali sehari.
7
DISKUSI Berdasarkan anamnesis di dapatkan penderita datang dengan keluhan mata kiri terasa nyeri, merah dan penglihatan kabur, serta terdapat darah 1/2 bilik mata depan, setelah terkena bola bulu tangkis saat bermain. Berdasarkan kepustakaan, gambaran klinik pada penderita ini sesuai dengan gambaran klinik pada hifema dimana pasien akan mengeluh nyeri pada mata disertai dengan epifora. Penglihatan pasien kabur dan akan sangat menurun. Terdapat penumpukan darah yang terlihat dengan mata telanjang bila jumlahnya cukup banyak. 1,3 Hifema biasanya debabkan oleh trauma tumpul pada mata seperti terkena bola, batu, peluru senapan angin, dan lain-lain. Hifema yang terjadi karena trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan oleh kerusakan jaringan bagian dalam bola mata, misalnya terjadi robekan-robekan jaringan iris, korpus siliaris dan koroid. Jaringan tersebut mengandung banyak pembuluh darah, sehingga akan menimbulkan perdarahan. Perdarahan yang timbul dapat berasal dari kumpulan arteri utama dan cabang dari badan siliar, arteri koroid, vena badan siliar, pembuluh darah iris pada sisi pupil. Perdarahan didalam bola mata yang berada di kamera anterior akan tampak dari luar. Timbunan darah ini karena ga ya berat akan berada di bagian terendah.8
Berdasarkan waktu terjadinya pasien ini termasuk dalam hifema primer dimana hifema primer adalah perdarahan yang langsung terjadi setelah trauma. Perdarah primer dapat sedikit dapat pula banyak. Perdarahan sekunder biasanya timbul pada hari kelima setelah trauma. Perdarahanya biasanya lebih hebat dari primer. Oleh karena itu seseorang dengan hifema harus dirawat sekurang – kurangnya lima hari mengingat kemungkinan akan terjadinya perdarahan sekunder. Perdarahan sekunder dapat terjadi akibat reabsorbsi dari bekuan darah yang terlalu cepat, sehingga pembuluh darah tidak mendapat waktu yang cukup untuk regenerasi kembali, misalnya pada proses keradangan iris dan badan siliaris yang menyebabkan dilatasi pembuluh darah sehingga memungkinkan fibrin yang telah menutup terlepas lagi. Akibat yang ditimbulkan adalah penurunan ketajaman
8
penglihatan yang dapat sedang atau berat. Hal ini terjadi segera atau lambat sampai berbulan-bulan setelah trauma.7,8
Berdasarkan pemeriksaan objektif didapatkan pada inspeksi okuli sinistra: pada COA tampak adanya darah dalam ½ bilik mata depan. berdasarkan kepustakaan pasien ini tergolong dalam hifema grade II dimana perdarahan mengisi 1/2 bilik mata depan. 4,6
Dari pemeriksaan oftalmikus didapati mata kiri visusnya 6/12, konjungtiva hiperemis terdapat injeksi siliaris dan terdapat juga darah yang mengisi 1/2 bilik mata depan. Sehingga pasien ini di diagnosis dengan hifema grade II okulus sinistra disebabkan trauma tumpul. Pada pasien ini dilakukan rawat inap untuk mengamati jika terjadi perdarahan sekunder. Setelah dilakukan observasi selama kurang lebih lima hari di rumah sakit, tampak adanya penurunan dari volume darah yang mengisi bilik mata depan. Berdasarkan kepustakaan hal ini menunjukan penyerapan darah melalui trabekula dan kanal schlemm berjalan lancar artinya tidak terdapat bekuan darah atau epitel yang menyumbat saluran tersebut. Darah pada hifema dikeluarkan dari kamera okuli anterior dalam bentuk sel darah merah melalui sudut kamera okuli anterior menuju kanal sclemm dan juga melalui permukaan depan iris. Penyerapan pada iris dipercepat dengan adanya enzim fibrinolitik di daerah ini. Sebagian hifema dikeluarkan setelah terurai dalam bentuk hemosiderin. Bila terdapat penumpukan dari hemosiderin ini, dapat masuk ke dalam lapisan kornea, menyebabkan kornea menjadi berwarna kuning dan disebut hemosiderosis atau imbibisio kornea, yang hanya dapat ditolong dengan keratoplasti. Komplikasi dari hifema dapat terjadi glaukoma dan dapat pula menimbulkan uveitis.7,8
Penanganan pada pasien ini dilakukan secara konservatif hal ini dikarnakan adanya penurunan dari volume darah yang mengisi bilik mata depan. Penanganan yang dilakukan antara lain tirah baring total dengan posisi kepala dielevasi 30 – 45
dimaksudkan untuk melokalisir darah di bilik mata depan
bawah, supaya pupil tidak terhalang oleh darah dan memperkecil lokasi
9
hemosiderosis. Pengukuran Tekanan Intra Okuler (TIO) setiap hari dilakukan untuk mengawasi terjadinya glaukoma sebagai komplikasi dari hifema pada penderita
ini.
sedangkan
pengobatan
pada
pasien
ini
yaitu pemberian
antifibrinolitik agent seperti asam traneksamat untuk mencegah terjadinya dialisis mempertahankan trombus-trombus sehingga dapat mencegah terjadinya hifema sekunder. Pemberiannya 4 kali 250 mg perhari dan hanya kira-kira 5 hari jangan melewati 1 minggu karena dapat mengganggu aliran humor akueus. 8
Pada pasien ini juga diberikan sulfat atropin 2 kali sehari pada mata kiri. Berdasarkan kepustakaan sulfat atropin yaitu merupakan suatu antikolinergik yang menghasilkan dilatasi pupil dan paralisis. Bekerja dengan cara menghambat respon otot sfingter iris dan otot akomodasi badan siliar terhadap perangsangan kolinergik, menghasilkan dilatasi pupil (midriasis) dan paralisis akomodasi (siklopegia).
Pada pasien ini diberikan terapi timolol 0,25% 2 kali sehari pada mata kiri. Berdasarkan kepustakaan Pemberian Beta Bloker yaitu Timolol diberikan untuk mengurangi tekanan intraokuler, mungkin dengan mengurangi produksi cairan bola mata (aqueous humor) oleh badan siliar. Hipotesis lain adalah bahwa beta bloker mengurangi aliran darah mata sehingga mengurangi pembentukan cairan bola mata. Timolol tersedia sebagai obat tetes mata dengan kadar 0,25% dan 0,5%. Dosis awal 1 tetes larutan 0,25% 2 kali sehari. Lamanya efek lebih dari 7 jam. Absorpsi sistemik dapat terjadi dan menimbulkan efek samping pada jantung dan paru. Oleh karena itu sediaan ini harus digunakan dengan hati-hati pada pasien asma, PPOK, atau braditmia. Pada pasien ini diberikan terapi timolol 0,25% 2 kali sehari. 9 Pemberian vitamin C 1000 mg perhari berguna untuk menekan atau menghentian perdarahan. 8
Pada pasien ini diberikan tobramycin 3 tetes sehari. Berdasarkan kepustakaan tobramycin merupakan preparat antibiotik yang secara spesifik digunakan untuk mengobati infeksi luar pada mata, dan termasuk kedalam jenis antibiotik aminoglikosida yang dapat larut dalam air. Tobramycin memiliki
10
aktifitas bakterisid terutama terhadap bakteri gram negatif seperti pseudomonas aeruginosa, enterobacter aerugenes, proteus dan klebsiella sp. Dengan cara menghambat sintesis protein sel bakteri tersebut juga terhadap strain yang sensitif dari staphylococci termasuk S. Aureus, dan S.epidermidis. digunakan untuk mengobati infeksi pada mata yang disebabkan oleh bakteri yang sensitif. Dan dikontra indikasikan terhadap pasien yang hipersensitif terhadap komponen obat. Selain itu hindari penggunaan jangka panjang karena dapat menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme yang tidak sensitif termasuk jamur yang dapat menyebabkan super infeksi. 10
Prognosis pada pasien ini adalah ad vitam bonam karena pada pasien ini penyakit yang dideritanya tidak mengancam jiwa, karena telah mendapatkan penanganan yang baik dan setelah dilakukan observasi selama kurang lebih tujuh hari di rumah sakit, pada hari keenam pada bilik mata depan sudah tidak terdapat darah dan keadaan umunya sudah membaik. Berdasarkan kepustakaan hal ini menunjukan penyerapan darah melalui trabekula dan kanal schlem berjalan lancar artinya tidak terdapat bekuan darah atau epitel yang menyumbat saluran tersebut. 4 ad fungsionam bonam karena pada pasien ini mata kiri yang awalnya terdapat penurunan fungsi penglihatan dimana visusnya 6/12, namun setelah mendapatkan penangan pada hari ke tiga telah mengalami perbaikan dimana penglihatan pasien telah kembali normal yaitu visusnya 6/6. ad sanationan bonam karena pada pasien ini fungsi penglihatanya telah membaik dan kembali normal.
PENUTUP
11
Demikian telah dilaporkan sebuah laporan kasus dengan judul “Hifema Grade II Okulus Sinistra disebabkan Trauma Tumpul” dari seorang penderita la kilaki berusia 10 tahun yang datang berobat ke Poliklinik Mata RSUP. Prof. DR. R.D
kandou
Manado.
Mencakup
diagnosis,
pemeriksaan
oftalmologi,
penalaksanaan dan prognosisnya.
DAFTAR PUSTAKA
12
1.
Available from: http://www.scribd.com/doc/39184834/refrat-mata-hifema
2.
Vaughan D,Asbury T. Hifema. Dalam : Oftalmologi umum. Edisi 14. Jakarta: EGC; 2000:384-5
3.
Ilyas S, Tansil M, Salamun, Ashur Z. Hifema Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta: FKUI; 2010.
4.
Ranovian. Hifema. Skripsi. Pekanbaru: 2011.
5.
Anonim.
Epidemiologi
Hifema.
2011.
Di
unduh
dari
http://www.scribd.com/jessiewidyassari/d/36493516-hifema. 6.
James. Klasifikasi Hifema. Dalam: lecture notes oftalmologi. Jakarta: penerbit Erlangga, 2005.
7.
Wijana N. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-6. Jakarta: EGC; 1993.
8.
Anonim. Trauma mata. Sugeng Seto. Jakarta, 2002.
9.
Sulistia G. Farmakologi dan Terapi. Edisi ke 5. Jakarta: FKUI; 2007:100.
10. Anna P. Obat Tetes Mata Mini Dose. Juni 2012. Di unduh dari http://annapotterzone.blogspot.com/
13