Praktikum Pendugaan Produktivitas Primer dan Sekunder Dengan Menghitung Biomassa Fitoplankton dan Zooplankton
Bab I
Halaman PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................... ............................................................... .................................. ............ 1.2 Tujuan Praktikum........................................ Praktikum.............................................................. ............................... ......... 1.3 Manfaat Praktikum........................ Praktikum.............................................. ............................................ ........................
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biomassa Plankton ........................ .............................................. ............................................ ........................ 2.2 Fitoplankton ............................................................... ............................................................................... ................ 2.3 Zooplankton ............................................................... ............................................................................... ................ 2.4 Sebaran Plankton .............................................................. ....................................................................... ......... 2.5 Model Geometri Plankton .......................................... .......................................................... ................
III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktikum .............................. 3.2 Alat dan Bahan............................................ ................................................................... ............................... ........ 3.2.1 Alat yang Digunakan ............................................................. ............................................................... 3.2.2 Bahan yang digunakan ............................................ ............................................................ ................ 3.3 Prosedur Kerja ............................................ ................................................................... ............................... ........ 3.4 Analisis Data .................................... .......................................................... .......................................... .................... 3.4.1 Perhitungan Biomassa Fitoplankton .................................. ....................................... ..... 3.4.2 Perhitungan Biomassa Zooplankton .............................. ....................................... .........
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil .......................................... ................................................................ ............................................ ........................... ..... 4.1.1 Data Hasil Perhitungan Biomassa Fitoplankton ..................... ..................... 4.1.2 Data Hasil Perhitungan Biomassa Zooplankton ..................... ..................... 4.2 Pembahasan................... Pembahasan.......................................... ............................................. ...................................... ................
4.2.1 Hasil Biomassa Fitoplankton ....................... ............................................. ........................... ..... 4.2.2 Hasil Biomassa Zooplankton ........................... ................................................. ........................
V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .......................................... ................................................................ ...................................... ................ 5.2 Saran ............................................. ................................................................... ............................................ ........................
DAFTAR PUSTAKA.............................................. .................................................................... ........................
LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat yang digunakan pada Praktikum ......................... Lampiran 2. Bahan yang digunakan pada Praktikum Pr aktikum ...................... ...................... Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan Praktikum............................... ............................... Lampiran 4. Cara Perhitungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Plankton merupakan komponen penting dalam kehidupan akuatik yaitu sebagai mata rantai makanan paling dasar. Kombinasi pengaruh antara faktor fisika kimia dan kelimpahan fitoplankton menjadikan komunitas dan dominansi fitoplankton pada setiap perairan tidak sama sehingga dapat dijadikan sebagai indikator biologis suatu perairan. Produktivitas perairan yang tinggi ditandai dengan tumbuhnya fitoplankton secara massal di daerah permukaan perairan (Nastiti et al, 2001). Produktivitas primer adalah laju produksi karbon organik per satuan waktu yang merupakan hasil penangkapan energi matahari oleh tumbuhan hijau untuk diubah menjadi energi kimia melalui fotosintesis (Michael, 1995; Odum, 1993). Perbedaan tempat dan waktu menyebabkan perbedaan kondisi fisika, kimia, dan biologi perairan (Barnes dan Mann, 1994). Cahaya merupakan komponen utama dalam proses fotosintesis dan secara langsung bertanggung jawab terhadap nilai produktivitas primer perairan (Folkowski dan Raven, 1997). Biomassa adalah banyaknya zat hidup per satuan luas atau per satuan volume yang ada pada saat itu dan dapat diukur. Perubahan dalam komposisi jenis dan biomassa akan berpengaruh terhadap laju fotosintesis, efisiensi asimilasi, laju pemanfaatan unsur hara, dan laju grazing . Biomassa fitoplankton biasanya diukur dengan cara mengukur jumlah klorofil-a di perairan yang merupakan pigmen fotosintesis sehingga dapat digunakan sebagai parameter untuk mengukur produktivitas fitoplankton. Pengukuran produktivitas primer dengan biomassa plankton bertujuan untuk mengetahui banyaknya plankton se cara kuantitatif tanpa mengidentifikasi. Ini merupakan cara praktis dan sederhana namun kurang teliti karena sering kali objek yang diukur terbawa materi lain di luar plankton. Pengukuran volume plankton kurang memberikan informasi yang tepat, oleh karena rongga antar plankton sering ikut terukur. Akan tetapi, metode ini sangat penting untuk diketahui, karena pada kondisi perairan tertentu akan sangat diperlukan, karena prinsipnya biomassa diartikan sebagai ban yaknya kloroplas per
3
satuan luas. Selain itu akumulasi biomassa fitoplankton merupakan produk akhir pertumbuhan fitoplankton yang ditentukan.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum pendugaan produktivitas primer dan sekunder dengan menghitung biomassa fitoplankton dan zooplankton bertujuan untuk menduga produktivitas melalui perhitungan biomassa fitoplankton dan zooplankton pada suatu perairan.
1.3 Manfaat Praktikum Adapun manfaat dari praktikum pendugaan produktifitas primer dengan
menghitung biomassa yaitu dapat mengetahui cara perhitungan biomassa fitoplankton dan zooplankton untuk pendugaan produktivitas primer dan sekunder serta dapat mengetahui bentuk dan rumus umum dari plankton.
4
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biomassa Plankton Distribusi biomassa organisme fotoautotrof mempengaruhi produktivitas
primer perairan (Folkowski dan Raven, 1997). Menurut Jones dan Francis (1982), distribusi biomassa organisme fotoautotrof dapat terjadi secara temporal dan spatial. Distribusi temporal sangat dipengaruhi siklus matahari tahunan dan harian, misalnya alga motil yang melakukan migrasi vertikal harian. Distribusi temporal juga disebabkan siklus reproduksi, seperti peningkatan jumlah beberapa jenis fitoplankton pada bulan-bulan tertentu. Biomassa plankton adalah jumlah plankton hidup yang terdapat di dalam habitat tertentu. Biomasa pada plankton umumnya dinyatakan dalam berat kering atau basah organisme persatuan luas habitat, yang dinyatakan dalam kg/m 3. Pengukuran biomassa bertujuan untuk mengetahui banyaknya plankton secara kuantitatif tanpa mengidentifikasi. Ini merupakan cara praktis dan sederhana namun kurang teliti karena sering kali objek yang diukur terbawa materi lain di luar plankton. Pengukuran volume plankton kurang memberikan informasi yang tepat, oleh karena rongga antar plankton sering ikut terukur. Biomassa adalah banyaknya zat hidup per satuan luas atau per satuan volume yang ada pada saat itu dan dapat diukur. Biomassa diartikan sebagai banyaknya
kloroplas
per
satuan
luas.
Selain
itu
akumulasi
biomassa
fitoplankton merupakan produk akhir pertumbuhan fitoplankton yang ditentukan. Biomassa fitoplankton ditentukan oleh faktor perambanan zooplankton, laju konsumsi ikan pemakan plankton dan laju pertumbuhan serta mortalitas dari fitoplankton tersebut. Biomassa di perairan umumnya dikontrol oleh energi sinar matahari dan muatan unsur hara dari dalam perairan itu sendiri mapun dari luar, biomassa (klorofil-a) pada sel-sel alga keberadaanya dibatasi oleh intensitas cahaya. Penelitian yang dilakukan Kinne (1970) dalam Kartamihardja (2007), alga dari kelas Cyanophyceae yang tumbuh di bawah intensitas cahaya lebih rendah mempunya kandungan klorofil-a lebih tinggi dibandingkan dengan alga yang berada pada intensitas cahaya tinggi.
6
Distribusi biomassa organisme fotoautotrof terjadi secara vertikal dan horisontal. Distribusi vertikal fitoplankton pada umumnya terkait erat dengan intensitas cahaya matahari yang menembus perairan. Stratifikasi cahaya dalam kolom air, menyebabkan kemelimpahan fitoplankton terkonsentrasi pada permukaan air. Sedangkan distribusi horisontal organisme fotoautotrof terkait erat dengan kondisi fisik lingkungannya (McNaughton dan Wolf, 1990). Menurut (Siswanto et al. 2005) profl vertikal klorofl-a secara umum tidak hanya untuk mengestimasi biomassa total fitoplankton tetapi juga sebagai salah satu prinsip untuk menganalisis model estimasi produktivitas primer dengan menggunakan penginderaan jauh satelit. Menurut Sathyendranath dan Platt (1989), dua cara dalam memprediksi distribusi biomassa fitoplankton pertama adalah distribusi vertikal pada biomassa fitoplankton adalah seragam dalam percampuran air yang baik pada lapisan permukaan, oleh karena itu konsentrasi klorofil pada banyak kedalaman adalah seimbang sampai subsurface dan masih mungkin dilakukan dengan pengukuran satelit kemudian yang kedua adalah kondisi stratifikasi dimana lapisan subsurface maksimum biasanya terdapat pada kisaran kedalaman dari permukaan sampai lapisan eufotik (1% atau intensitas caha ya tinggal 1%). 2.2 Model Geometri Plankton Biomassa plankton dihitung dengan menggunakan mikroskop CX 21 yang
dilengkapi dengan millimeter occuler. Dimensi yang diukur untuk perhitungan biovolume plankton merujuk pada model geometris yang sesuai dengan jenis plankton yang ditemukan (Vadruci et al., 2013; Hillebrand et al.,1999; Sun dan Liu 2003; Pereira et al., 2013; dan Olenina et al., 2006; Carpentier 2014) maka metode perhitungan biovolume plankton berdasarkan model geometrik dapat dilihat pada tabel pada bab III analisis data.
2.3 Penerapan Geometri Plankton Dalam penentuan produktivitas primer dan sekunder suatu perairan dapat
digunakan beberapa metode yang masing-masing memiliki kelebihan serta kekurangan sehingga penerapan geometri plankton yaitu untuk mengantisipasi
7
kekurangan ini maka dilakukan pengukuran volume dari masing-masing organisme, sehingga pendugaan produktivitas zooplankton menjadi menjadi lebih akurat serta untuk menghitung volume dari zooplankton formula yang sesuai dengan bentuk zooplankton bersangkutan, walaupun variasi bentuk zooplankton tidak sebesar fitoplankton.
BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktikum Praktikum pendugaan produktivitas primer dan sekunder dengan menghitung
biomassa fitoplankton dna zooplankton ini dilaksanakan pada hari senin,7 November 2016 pada pukul 10.00 WIB bertempat di Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan Alat yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut:
1. Plankton net untuk menyaring sampel plankton 2. Gayung untuk mengambil sampel air berisi plankton dari badan air 3. Mikroskop untuk membantu mengidentifikasi fitoplankton yang diamati 4. Pipet untuk mengambil sampel fitoplankton dari botol sampel dan memindahkannya ke countinmg chamber (ruang hitung) 5. Counting Chamber (ruang hitung) untuk menempatkan sampel fitoplankton yang akan diidentifikasi dan dihitung 6. Cover glass untuk menutup ruang hitung dan berfungsi untuk mengurangi penguapan sampel fitoplankton dari ruang hitung. 7. Mikrometer okuler Whipple untuk mengukur volume fitoplankton. 8. Botol sampel untuk menyimpan sampel plankton
3.2.2 Bahan yang digunakan Bahan yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut:
1. Sampel plankton 2. pengawet sampel (larutan lugol 0,5 % atau formalin 4%)
3.3
Prosedur Kerja Prosedur kerja yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut:
1. Sampel plankton diambil dari badan air dengan menggunakan gayung selanjutnya disaring dengan menggunakan plankton net dan dimasukkan ke
8
9
dalam botol sampel dan diberi larutan pengawet untuk selanjutnya dibawa ke laboratorium 2. Sampel plankton yang dibawa dari lapangan selanjutnya diperiksa di laboratorium. 3. sampel air dimasukan ke dalam counting chamber dengan menggunakan pipet hingga penuh (1 ml) lalu tutup dengancover glass. 4. Diamati sampel menggunkan mikroskop yang telah dilengkapi mikrometer okuler, masing-masing jenis yang ditemukan diukur volumenya dengan menggunakan
formula
yang
paling
sesuai
dengan
masing-masing
fitoplankton. 5. Selanjutnya biomassa fitoplankton dihitung dengan cara menjumlahkan biomassa dari masing-masing jenis fitoplankton yang diperoleh.
3.4 Analisis Data Analisis data yang menggunakan perhitungan Model Geometri Plankton
dengan mencocokan bentuk plankton dan permodelan geometri. Berikut ini merupakan tabel bentuk-bentuk geometri umum fitoplankton. Tabel 1. Bentuk-bentuk geometri umum fitoplankton Bentuk
Diagram
Speris
Formula A
Contoh
Sphaerocystis
3
6
A
Elipsoid
AB
A
B
Scenedesmus
2
6
Euglena
10
Bentuk
Diagram
Formula
Rod
AB
Contoh
Melosira
2
4
Cyclotella
A
B
Two Cones
AB
2
AB
2
Ankistrodemus 12
A
B
One A
Synura 12
Cone B
Ireguler
12
A
AB
2
2
C
2 ED
2
FG
2
Ceratium
C
D F
BC A B A
B
C
4
B
Achnanthes
11
Bentuk
Diagram
Formula
A
Contoh
Crucigenia
3
4
A
AB
A
B
Peridinium
2
9
12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Data Hasil Perhitungan Biomassa Fitoplankton
Berikut data hasil perhitungan biomassa fitoplankton kelompok 20: Tabel 2. Data Hasil Perhitungan Biomassa Fitoplankton Kelompok 20 Spesies Ukuran Cyclindrocytis A=9 sp
Bentuk
Rumus AB
Rod
Perhitungan 2
4
4,081
4.1.2 Data Hasil Perhitungan Biomassa Zooplankton Berikut data hasil perhitungan biomassa zooplankton kelompok 20:
Tabel 3. Data Hasil Perhitungan Biomassa Zooplankton Kelompok 20 Spesies Nauplius cyclops stennus Decapoda
Moina dubia
Ukuran A = 10 B=7
Bentuk Elipsoid
A = 23 B=9
Two cones One cone
A = 11
Speris
Rumus AB
2
AB
2
AB
2
A
Perhitungan 1538,9
6
54,165 12 12
698,13
3
6
4.2 Pembahasan 4.2.1 Hasil Biomassa Fitoplankton Berdasarkan hasil perhitungan biomassa fitoplankton oleh kelompok 20,
diperoleh 1 spesies yaitu Cyclindrocytis sp. Spesies Cyclindrocytis sp berbentuk rod, dan diperoleh hasil perhitungan volume 4,081 µm 3. Perbedaan parameter kualitas air seperti kandungan bahan organik juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan biomassa fitoplankton. Fluktuasi nutrisi seperti nitrogen dan phosphat merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap perubahan ukuran dan bentuk morfologi diatom. Berdasarkan data kelas, spesies yang diperoleh kebanyakan termasuk kedalam Bacillariophyta (melosira, asterionella, bacillaria paradoxa, dll) dan Chlorophyta (chlorella, scenedesmus, dll). Bacillariophyta merupakan suatu
13
mikroalga unisel (kadang berkoloni) dengan ukuran berkisar antara 2 µm 3 sampai 4 mm (Rahmi 2013). Sedangkan chlorophyta merupakan kelompok terbesar dari vegetasi algae. Algae hijau berbeda dengan jenis fitoplankton lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti tumbuhan tingkat tnggi karena mengandung pigmen klorofil a dan klorofil b lebih dominan dibandingkan karoten dan xantofit. Ganggang hijau merupakan golongan terbessar diantara ganggang dan sebagian besar hidup di air tawar, beberapa diantaranya hidup di air laut dan air payau. Pada umumnya melekat pada batuan dan seringkali muncul apabila air menjadi surut. Jenis yang hidup diair tawar, bersifat kosmopolit, terutama hidup di tempat yang cahayanya cukup seperti kolam, danau, genangan air. Menurut Nybakken (1992) bahwa komposisi fitoplankton yang berada di laut didominasi oleh Kelas Bacillariophyta. Pada umunya perairan air tawar didominasi oleh kelas Chlorophyta dan Cyanophyta. Chlorella sp dan Scenedesmus sp yang merupakan kelas Chlorophyta merupakan fitoplankton air tawar yang sering ditemukan di kolam. Spesies Bacillariophyta yang ada bis a jadi merupakan sampel yang diambil di laut Pangandaran. Biovolume tertinggi pada Rhoicosphenia grun (Kelompok 8) sebesar 523000 µm 3 yang termasuk Bacillariophyta. Sedangkan biovolume terendah ada pada Chlorella sp dengan ukuran 0,523 µm 3. Keadaan dimana Chlorophyta dan Cyanophyta banyak menunjukkan produktivitas yang tinggi serta tingkat kesuburan yang tinggi. Faktor seperti suhu, intensitas cahaya, bahan organik berpengaruh terhadap pertumbuhan dan metabolisme fitoplankton. Kisaran suhu dari 25 sampai dengan 35o
C merupakan kisaran suhu yang baik bagi pertumbuhan optimal
Cyanobacteria. Dominansi jumlah dan jenis Chlorophyta dapat mengindikasikan bahwa suatu perairan mengalami eutrofikasi. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi terjadinya eutrofikasi di perairan adalah bergantinya populasi
fitoplankton
yang
dominan
Chlorophyceae (Marganof 2007).
dari
kelompok Diatomae
menjadi
14
4.2.2 Hasil Biomassa Zooplankton Berdasarkan perhitungan biomassa zooplankton diperoleh 3 spesies yaitu
Nauplius cyclops stennus, Decapoda , dan Moina dubia. Bentuk Nauplius cyclops stennus ellipsoid dan diperoleh volume sebesar 1538,9 µm 3. Bentuk Decapoda adalah two cones dengan volume 57,305 µm 3 . Bentuk Moina dubia adalah speris dengan volume sebesar 698,13. Ketiga jenis yang ditemukan kelompok 20 termasuk dalam filum arthropoda. Analisis biovolume pada zooplankton berbeda beda tergantung jenis dan ukurannya. Biovolume terbesar ada pada kelompok 4 dengan volume sebesar 30171 µm 3
, yakni Cyclops sp. Sedangkan biovolume terkecil ada pada kelompok 9 dengan
volume 4,18 µm 3 yakni Arcella discoides. Cyclops sp merupakan zooplankton dari kelompok copepod yang sangat umum berada di perairan tawar. Cyclops sp memiliki distribusi kosmopolitan di air tawar. Sedangkan Arcella discoides termasuk kedalam filum protozoa kelas sarcodina. Zooplankton ini banyak hidup di semua jenis air tawar, lumut basah dan kering dengan beberapa spesies ditanah. Beberapa kelompok kebanyakan menemukan zooplankton lebih sedikit dibandingkan fitoplankton, bahkan ada yang tidak menemukannya sama sekali. Hal ini berkaitan dengan keberadaan zooplankton yang tergantung pada fitoplankton karena fitoplankton merupakan makanan dari zooplankton (Arinardi 1994). Zooplankton merupakan penyambung utama rantai makanan yang berada antara heterotroph dengan autotroph, sehingga sangat penting keberadaannya di ekosistem. Faktor lain yang bisa berpengaruh yakni adanya predator yang lebih sering memangsa zooplankton serta siklus hidup zooplankton yang lebih lama dibandingkan fitoplankton. Kurang meratanya tempat pengambilan sampel baik vertical maupun horizontal juga berpengaruh terhadap banyaknya hasil identifikasi plankton. Distribusi vertikal plankton pada umumnya terkait erat dengan intensitas cahaya matahari yang menembus perairan. Stratifikasi cahaya dalam kolom air, menyebabkan kemelimpahan fitoplankton terkonsentrasi pada permukaan air, dan kelimpahan fitoplankton juga berpengaruh terhadap zooplankton. Sedangkan distribusi horisontal organisme fotoautotrof terkait erat dengan kondisi fisik lingkungannya (McNaughton dan Wolf, 1990).
15
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Hasil perhitungan biomassa fitoplankton kelompok 20 menunjukkan biomassa
terbesar berada pada Rhoicosphenia grun dengan 523000 µm 3 dan biomassa terkecil yaitu Chlorella sp (Chlorophyta) sebesar 0,523 µm 3 . Secara keseluruhan spesies dari kelas Chlorophyceae lebih banyak ditandai dengan adanya spesies Chlorella sp dan Scenedesmus sp di beberapa data kelompok. Perhitungan biomassa zooplankton terbesar dihasilkan spesies Cyclops sp dengan volume 30171 µm 3 dan Arcella discoides dengan 4,18 µm 3. Hasil identifikasi zooplankton yang sedikit menunjukkan bahwa adanya faktor seperti pemangsaan, lama siklus hidup, ketersediaan fitoplankton yang mempengaruhi keberadaan dan biomassa dari zooplankton.
5.2 Saran Pada praktikum selanjutnya diharapkan sampel yang akan dianalisis juga
diukur kualitas airnya sehingga praktikan dapat menganalisis paramater-paramater apa saja yang dapat berpengaruh terhadap perbedaan ukuran biomassa pada setiap perairan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Amanta, R., Z. Hasan., Rosidah. 2012. Struktur Komunitas Plankton di Situ Patengan Kabupaten Bandung, Jawa Barat . Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3 No. 3 September 2012. ISSN : 2088-3137 Hal. 193-200 Arinardi, O. H., Trimaningsih dan Suirdjo. 1994. P engantar tentang Plankton serta Kisaran Kelimpahan dan Plankton Predominan di Sekitar Pulau Jawa dan Bali. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. UPI-Jakarta. 108 hal. BBAP, 1996. Pengembangan Usaha Produksi Kista Artemia Oleh Petambak Garam Di Madur a. Balai Budidaya Air Payau, Direktorat Jendral Perikanan, Jepara. dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Balai Budidaya Laut Lampung. Folkowski, P.G. dan A. J. Raven. 1997. Aquatic Photosynthesis. New York: Blacwell Science-USA. Marganof. 2007. Model Pengendalian Pencemaran Perairan di Danau Maninjau Sumatera Barat . Disertasi (Dipublikasikan). Bogor : Pasca Sarjana Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, IPB. McNaughton, S.J. dan L.L. Wolf. 1990. Ekologi Umum (Terjemahan). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
17
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Eidman, M., Koesoebiono, D.G. Begen, M. Hutomo, dan S. Sukardjo [Penerjemah]. Terjemahan dari: Marine Biology: An Ecological Approach. PT. Gramedia. Jakarta. Rahmi, S, T. Haryono, N. Pratiwi. 2013 . Pengenalan Genus Diatom Menggunakan Principal Component Analysis dan Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik Sebagai Classifier . Jurnal Ilmu Komputer Agri-Informatika. Vol. 2 No. 1 Tahun 2013 ISSN: 2089-6026 Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Diponegoro. Semarang. 177 hlm. Sathyendranath S., Platt T.. 1989. Computation of Aquatic Primary Production: Extended Formalism to Include Effect of Angular and Spectral Distribution of Light. Limnol Oceanogr. 34: 188-198. Siswanto, E., Ishizaka, J., and Yokouchi, K., 2005. Estimating Chlorophyll-a Vertical Profiles from Satellite Data and the Implication for Primary Productivity in the Kuroshio Front of the East China Sea. Journal of Oceanoghraphy. Vol 61. 575-589. Sudjiharno, 2002. Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton. Departemen kelautan LAMPIRAN Lampiran 1. Alat dan Bahan
Pipet dan Counting chamber
Mikroskop
Hasil Identifikasi
Hasil Identifikasi
18
Hasil Identifikasi
Hasil Identifikasi
Lampiran 2.Data Kelas
Tabel 4. Data Biomassa Fitoplankton Kelas Kelompok Spesies Chlorella sp. Euglenea Viridis 1
2
Chlorella sp. Euglenea Viridis Squila Oscillatoria princeps
3
4
5
Pleodorina californica Eudorina wallichi Gonatozygon aculeatum Scenedesmus sp. Chlorella sp. Cylindrocystis sp.
Ukuran
Bentuk
A= 1 A= 25 B= 5 A= 1 A= 25 B= 5 A=20 A= 30 B= 2 A= 40 A= 125 A= 28 A= 2 B= 1 A= 7 B= 6 A= 3 B= 8
Speris Elipsoid
19
Speris Elipsoid
Rumus ΠA3/6
Perhitungan 0,523 327,08 ΠAB2/6 ΠA3/6 ΠAB2/6
Elipsoid Elipsoid
ΠAB2/6
Speris Speris Elipsoid Elipsoid
ΠA3/6
ΠAB2/6
0,523 327,08 2,355 94,2
ΠAB2/6
3349,3 65,42 234,45 1,65
Speris
ΠA3/6
179,5
Rod
ΠAB2/4
150,72
ΠA3/6 ΠAB2/6
Kelompok Spesies Euglena sp.
Closteriopsis
6
Scenedesmus.sp Tolipothrix terius Euglena sp.
7
Triphylus locustrine Grondbladia inflata Tetracaetum elegans
8 Rhoicosphenia grun Ankistodermus sp.
Cyclotella operculata Asterionella gracillima 9 Bacteriastrum varians Skeletorema colistum Chaetoceras lorenzium
10
Cyclindrocytis.sp Euglena sp.
11
13
Scenedesmus.sp Chlorella sp. Closterium leibleinii Chlorella sp.
15
16
Baderiastrum delicatulum Ceratium Melosira sp.
Ukuran A= 2 B= 10
Bentuk Elipsoid
Perhitungan 104,6 ΠAB2/6
A=100 B=5 A=40 B=4 A=25 B=2 A=73 B=20 A=20 B=11 A= 35 B=1 A=20 B= 1
Elipsoid
ΠAB2/6
1308,33
Elipsoid
ΠAB2/6
334,93
Elipsoid
ΠAB2/6
52,33
Elipsoid
ΠAB2/6
7640,67
One cone
ΠAB2/12
633.23
Elipsoid
ΠAB2/6
18,32
Elipsoid
ΠAB2/6
209,2
Elipsoid double cone
ΠAB2/6
523000
ΠAB2/12
94,2
Speris
ΠA3/6
14,13
Rod Speris Elipsoid
ΠAB2/4 ΠAB2/6
1,76 523,3 65,94
Elipsoid
ΠAB2/6
83,73
Rod
ΠAB2/4
4,081
Elipsoid
ΠAB2/6
23,55
Elipsoid
ΠAB2/6
23,55
Speris Two cone
ΠA3/6
33,49
ΠAB2/12
A=8
Speris
ΠA3/6
267
A=2
Speris
ΠA3/6
4,1
ΠAB2/9
262 282,6
A=50 A=40 B=3 A=3 A=9 B=0,5 A=10 A=14 B=3 A= 40 B= 2 A=52 B= 4 A=5 B=3 A=5 B=3 A=4 A = 34 B=8
AB2= 32 A = 40 20
Ireguler Rod
Rumus
ΠA3/6
ΠAB2/4
Kelompok Spesies
Ukuran B=3 A=8 A = 65
Heterosigma sp. Nostoc azollae
B=I A=2 B=1 A=8 A=70 B=2 A=10 A=15 B=3 A=12 B=2 A=70 B=2
Polyedrium trigonum 17 Periastrum duplex Nitzschia Vemicularis 18
Phacus pleuronectus Euglena sp. Schroederia.sp
19
20
Synedra acus Bacillaria paradoxa Cyclindrocytis.sp
Bentuk
Rumus
Perhitungan
Speris Elipsoid
ΠA3/6
267,946
ΠAB2/6
34
One cone
ΠAB2/12
6,28
Speris Elipsoid
ΠA3/6
267.95 146,53
ΠAB2/6
Speris Elipsoid
ΠAB2/6
523,33 70,65
Elipsoid
ΠAB2/6
25,12
Rod Elipsoid
ΠAB2/4 ΠAB2/6
94,2 125,6
Rod
ΠAB2/4
4,081
A=52
ΠA3/6
Tabel 5. Data Biomassa Zooplankton Kelas Kelompok
1
Spesies
Chironomus sp.
Bentuk
Rumus
Perhitungan
A= 85
Rod
ΠAB2/4
22686,5
Elipsoid
ΠAB2/6
2153
Two cone
ΠAB2/12
261,6
Two cone
ΠAB2/12
508,68
B= 2
Cyclops sp. 3
4
Ukuran
A=41 B=10
Nauplius sp.
A = 10 B = 10
Philodina raseola
A = 24
5
Brachionus sp.
A= 9 B= 13
Rod
ΠAB2/4
1193,98
6
cypridosisis.sp Cyclops sp.
A=8 A=40 B=10
Speris Elipsoid
ΠA3/6
267 2093,33
Multicia lacustris Antarcella.sp Cyclops sp.
A=10 A=10 A=40
Speris Speris Elipsoid
7
8
21
ΠAB2/6
ΠA3/6 ΠA3/6 ΠAB2/6
523 523 83,68
Kelompok
Spesies
Ukuran
Bentuk
Rumus
Perhitungan
Speris rod
ΠA3/6
4,18 904,32
B=10 9
Arcella discoides Benerdia.sp
A=2 A=18
ΠAB2/4
B=8 10
Keratella cochlearis
A= 17
8,18 One cone
ΠAB2/12
217,9
B= 7
11
Banchionus.sp
A=40 B=25
Elipsoid
ΠAB2/6
13,083
Cyclops sp.
A=47 B=9
Elipsoid
ΠAB2/6
1992,33
Euchlanis.sp
A=62
Elipsoid
ΠAB2/6
121,675
Elipsoid
ΠAB2/6
3401,67
Elipsoid
ΠAB2/6
1046,6
Rod
ΠAB2/4
569
A=20 B=6
Elipsoid
ΠAB2/6
30171
nauplius cyclops stennus
A=8
Speris
ΠA3/6
134,1
Diapanosoma brachiura
A=15
Elipsoid
ΠAB2/6
1571,43
Elipsoid
ΠAB2/6
Elipsoid
ΠAB2/6
209 508,68 75
Rod
ΠAB2/4
314
irreguler
ΠAB2/9
587,72
irreguler
ΠAB2/9
222,8
irreguler
ΠAB2/9
120,64
irreguler
ΠAB2/9
4429,4
Rod
ΠAB2/4
1356,48
B=50 Euchata concinna
A=65 B=10
12
udinula.sp
A=50 B=20
Nauplius cyclops
A=17 B=8
Cyclops sp.
14
B=10 copepoda 15
Rotifera
A=25 B=4 A=16 B=3
16
Keratella sp
A = 16 B=5
Nauplius cyclops stennus
A=12 B=7
17 Moina dubia
A=12 B=4
18
nauplius cyclops stennus
A=10 B=4
Diapanosoma brachiura 19 Diaptomus gracilis
A=24 B=25 A=27 B=8 22
Kelompok
Spesies Daphnia.sp
Ukuran A=14
Bentuk Rod
Rumus ΠAB2/4
Perhitungan 538,51
Elipsoid
ΠAB2/6
1538,9
B=7 Nauplius cyclops stennus
A=10 B=7
Decapoda
A=23 B=9
Two cones one cone
ΠAB2/12
57,305
Moina dubia
A=11
Speris
ΠA3/6
698,13
20
23