BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka implementasi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
26 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah,
diperlukan bahan belajar (learning materials) sebagai bahan belajar mandiri
dan keperluan pelatihan bagi Tenaga Laboran pada laboratorium fisika di
SMA/MA.
Bahan ajar ini merupakan bahan ajar untuk pengembangan kompetensi
spesifik yang menggambarkan kekhususan yang harus dimiliki tenaga laboran
fisika sehingga dalam layanannya dapat mengembangkan aktivitas science
process/ manipulative skills and thingking skills dan scientific attitude
and value bagi siswa.
Penyusunan bahan ajar ini didasarkan pada tupoksi dan kompetensi yang
harus dimiliki oleh para laboran fisika yang selanjutnya dijabarkan dalam
indikator pada setiap kompetensi yang akan dikembangkan. Pada setiap
kegiatan belajar terdiri dari konsep, contoh, latihan dan umpan balik. Pada
bagian selanjutnya adalah Evaluasi Kinerja berdasarkan kompetensi yang
ingin dicapai.
B. Tupoksi
Tugas Pokok dan Fungsi Laboran Fisika adalah membantu Kepala
Laboratorium Fisika melaksanakan tugasnya dalam mengelola laboratorium.
Tugas pokok dan fungsi laboran fisika adalah sebagai berikut:
1. menjaga keamanan ruang dan peralatan laboratorium;
2. melayani penggunaan ruang, kebutuhan peralatan dan bahan praktik
peserta didik dan pendidik;
3. menginventarisasi dan mendokumentasikan semua peralatan, bahan,
dokumen termasuk petunjuk penggunaan alat, dan fasilitas laboratorium;
4. mendeteksi dan memperbaiki peralatan laboratorium dengan kerusakan
ringan;
5. menjaga kebersihan alat dan lingkungan laboratorium;
6. menyimpan dan memelihara alat dan bahan praktik;
7. menangani limbah laboratorium sesuai dengan prosedur keselamatan dan
kesehatan;
8. membuat laporan kerusakan peralatan laboratorium dan mengusulkan
program perbaikannya; serta
9. membuat laporan semester dan tahunan kebutuhan, penggunaan peralatan
dan bahan praktik.
C. Kompetensi dan Indikator
Setelah mengikuti pelatihan para peserta dapat memiliki kompetensi
professional sebagai berikut:
1. Merawat Ruang Laboratorium Fisika di Sekolah
Indikator:
a. Menata ruang laboratorium Fisika
b. Memelihara kebersihan dan kenyamanan ruangan laboratorium Fisika
2. Mengelola Bahan dan Peralatan Laboratorium Fisika di sekolah
Indikator:
a. Mengklasifikasi bahan dan peralatan laboratorium Fisika
b. Menggunakan alat ukur dasar fisika
c. Menata bahan dan peralatan praktikum Fisika
d. Mengidentifikasi kerusakan bahan, peralatan dan fasilitas
laboratorium Fisika
e. Memelihara kebersihan alat laboratorium Fisika
3. Membantu Kegiatan Praktikum Fisika
Indikator:
a. Menyiapkan bahan, peralatan dan kelengkapan pendukung sesuai dengan
penuntun praktikum Fisika
b. Membantu guru dan peserta didik dalam kelancaran pelaksanaan
praktikum Fisika
4. Menjaga Keselamatan Kerja di Laboratorium Fisika
Indikator:
a. Menggunakan peralatan untuk keselamatan kerja di laboratorium
Fisika
b. Menangani bahan-bahan berbahaya dan beracun sesuai dengan prosedur
yang berlaku
c. Menangani limbah laboratorium sesuai dengaan prosedur yang berlaku
d. Memberi pertolongan pertama pada kecelakaan
D. Cara Mempelajari Modul
Modul ini bertujuan untuk memandu peserta pelatihan dalam melaksanakan
kegiatan belajar dalam mencapai kompetensi yang diharapkan. Oleh karena itu
bahan ajar ini terdiri dari konsep yang dapat memberikan gambaran tentang
konsep yang mendasari kompetensi yang harus dikembangkan, dilanjutkan
dengan pembahasan tentang contoh yang bertujuan untuk memperkuat konsep.
Selanjutnya disajikan latihan yang bertujuan untuk membahas studi kasus
spesifik yang mungkin terjadi di lapangan. Beberapa kegiatan yang berupa
tugas praktek dilengkapi dengan Lembar Kerja Laboran (LKL) yang memberi
kesempatan untuk berlatih secara langsung di laboratorium. Pada kegiatan
umpan balik para peserta ditugaskan untuk menjawab beberapa persoalan
terkait dengan kegiatan belajar dan meteri pelatihan yang telah dipelajari.
E. Alokasi Waktu
Alokasi waktu setiap kegiatan belajar dalam pelatihan tenaga laboran
adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Alokasi Waktu
"No "Materi "Kegiatan Belajar"Alokasi waktu "
" " " "(x 50 menit) "
"1 "Penataan Laboratorium "Teori "2 "
" "Fisika di Sekolah "Praktek "3 "
"2 "Mengelola Bahan dan "Teori "2 "
" "Peralatan Laboratorium "Praktek "3 "
" "Fisika di sekolah "Praktek lapangan"4 "
"3 "Melayani Kegiatan "Teori "2 "
" "Praktikum Fisika "Praktek "3 "
" " "Praktek lapangan"4 "
"4 "Menjaga Kesehatan dan "Teori "2 "
" "Keselamatan Kerja di "Praktek "3 "
" "Laboratorium Fisika " " "
"Jumlah "28 "
BAB II
KEGIATAN BELAJAR
KEGIATAN BELAJAR 1
A. Laboratorium Fisika di Sekolah
1. Penataan Laboratorium Fisika dan Perlengkapannya
Fisika adalah suatu disiplin yang didasarkan pada hasil observasi
fenomena, pengukuran yang tepat, interaksi yang luas dengan peralatan,
eksperimen yang luas dan mendalam, serta interpretasi dan prediksi yang
tepat (Renner, 1976). Renner juga menyatakan bahwa fisika adalah disiplin
ilmu yang berupaya menjelaskan fenomena alam dan memberikan pengalaman
penyelidikan yang berguna bagi pertumbuhan intelektual siswa. Fisika adalah
ilmu eksperimen. Para ahli fisika mengamati fenomena alam dan mencoba untuk
menemukan pola dan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan gejala tersebut.
Model-model atau pola-pola tersebut disebut dengan prinsip ataupun hukum-
hukum alam. Pengembangan teori dalam fisika seperti yang dikatakan Galileo
selalu dimulai dari observasi dan berakhir dengan observasi. Fisika
bukanlah fakta dan prinsip-prinsip saja, tetapi merupakan proses bagaimana
orang sampai pada prinsip-prinsip umum yang menggambarkan perilaku fisik
alam semesta.
Laboratorium ialah suatu tempat dilakukannya percobaan dan penelitian.
Sekolah yang mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan fisika di dalamnya
hendaknya memiliki laboratorium. Pada dasanya IPA mempelajari dan berusaha
memahami gejala-gejala alam melalui pengamatan-pengamatan. Karena itu dalam
mempelajari IPA (Fisika) siswa tidak hanya sekedar mendengarkan penuturan
guru tentang pelajaran yang diberikan tetapi ia harus melakukan kegiatan
sendiri untuk mencari dan memperoleh informasi lebih lanjut tentang ilmu
yang dipelajarinya.
Gambar 1
Siswa yang sedang melakukan percobaan optik
Sebagai tempat melaksanakan pembelajaran IPA (Fisika), laboratorium
memerlukan perlengkapan yaitu: mebeller, alat peraga pendidikan, bahan
percobaan, perkakas, kotak PPPK, alat kebersihan dan kumpulan buku-buku.
Disamping laboratorium tempat siswa melakukan kegiatan pembelajaran IPA
(Fisika), terdapat pula ruangan-ruangan sebagai penunjang kegiatan
laboratorium, yaitu ruangan persiapan, ruangan penyimpanan, ruang gelap,
ruang timbang.
Pada umumnya luas bangunan laboratorium di Indonesia adalah 124 m2, yang
terdiri dari ruang praktek 80 m2, ruang penunjang (ruang persiapan dan
gudang) 22 m2 dan selasar 22 m2. Luas ruang praktek lebar 8 meter dan
panjang 10 meter. Di sekeliling laboatorium hendanga diberi selasar yang
luasnya 20% dari luas seluruh laboratorium. Selasar sangat diperlukan untuk
mencegah cahaya matahari langsung masuk ke dalam laboratorium, juga
mencegah air hujan masuk ke dalam laboratorium.
A. Penataan Perlengkapan Laboratorium IPA (Fisika) dan Fungsinya
Untuk kelancaran dan keteraturan melakukan percobaan di laboratorium
perlu dilakukan pengaturan ruangan dengan perlengkapan laboratorium
diuraikan sebagai berikut.
1. Perabot (Mebeller)
2. Yang dimaksud dengan perabot (mebeller) adalah: meja, kursi (baik untuk
siswa maupun untuk guru), lemari untuk buku, alat-alat dan bahan) dan
rak.
3. Alat Peraga Pendidikan
4. Alat peraga pendidikan terbagi atas: 1) instrument, seperti alat-alat
pengukur listrik, alat pengarah arus, 2) alat dari kaca seperti gelas
ukur, tabung resonansi, 3) Carta atau gambar dinding memuat bagan
sepertia, fisika film termasuk struktur bumi, daur air, Sistem tata
surya, 4) Model seperti model atom, model mesin uap, 5) CD dan VCD
terkait dengan materi dan eksperimen fisika.
5. Perkakas
6. Perkakas (Tools Kit) adalah alat yang diperlukan untuk memperbaiki jika
ada alat yang mengalami kerusakan. Contoh perkakas antara lain obeng,
tang, pisau, catut, gergaji, kikir, gunting, pemotong kaca, pelubang
gabus dan lain sebagainya.
7. Bahan Percobaan. Bahan percobaan yang digunakan dalam percobaan fisika
antara lain yaitu serbuk besi, larutan (H2SO4), air raksa (Hg), oli,
air, dan lain-lain.
8. Kotak PPPK beserta isinya
9. Alat Pemadam Kebakaran
10. Alat Kebersihan seperti sapu, lap, tempat sampah dan lain sebagainya.
11. Kumpulan buku: catalog, buku sumber, buku petunjuk, manual alat dan
kumpulan LKS, dan kumpulan laporan siswa.
Di samping laboratorium tempat siswa melakukan percobaan fisika,
terdapat pula ruangan-ruangan lain yang merupakan bagian dari laboratorium.
Ruangan ini sebagai ruang penunjang kegiatan praktikum Fisika yaitu:
1. Ruangan Persiapan
Fungsinya untuk mempersiapkan alat-alat dan bahan yang digunakan dalam
laboratorium baik untuk percobaan-percobaan yang akan dilakukan oleh
siswa maupun yang akan digunakan untuk demonstrasi guru. Jika sekolah
tidak mempunyai ruang penyimpanan alat, ruang ini bisa digunakan
serbaguna sebagai ruangan penyimpanan alat.
2. Ruang Penyimpanan (Gudang)
Fungsinya sesuai dengan namanya yaitu untuk menyimpan alat-alat dan
bahan yang digunakan. Gudang hendaknya mempunyai pintu yang berkunci.
Alat dan bahan yang disimpan di gudang ialah alat-alat dan bahan yang
jarang digunakan. Alat-alat dan bahan yang sering digunakan disimpan
dalam laboratorium supaya mudah mencari dan mengambilnya. Perlu diingat
penyimpanan alat-alat dan bahan-bahan kimia harus disimpan secara
terpisah, sebab kalau tidak alat-alat akan mudah berkarat dan mudah
rusak. Disamping itu bahan-bahan yang berbahaya harus disimpan terpisah.
3. Ruang Gelap
Ruang gelap ialah ruangan yang didesain untuk tidak diterangi. Ruang ini
digunakan untuk melakukan percobaan-percobaan yang menghendaki tidak
adanya cahaya luar. Misalnya untuk percobaan-percobaan optik atau
fotografi. Dalam ruang gelap hendaknya disediakan fasilitas untuk aliran
air, listrik dan lampu khusus untuk ruang gelap. Perlu diingat bahwa
dalam ruang gelap ventilasi (aliran udara) harus dalam keadaan baik.
4. Ruang Timbang
Alangkah baiknya jika laboratorium sekolah dilengkapi dengan ruang
timbang yang digunakan khusus untuk menyimpan neraca. Neraca jangan
disimpan dengan zat kimia, karena zat kimia akan menimbulkan uap yang
menyebabkan neraca mudah berkarat dan mudah rusak. Ruangan khusus untuk
menimbang dan menyimpan neraca akan memperpanjang usia neraca.
5. Perlengkapan Ruang Laboratorium
a. Meja Demonstrasi
Meja demonstrasi sangat diperlukan bagi semua laboratorium, lebih-
lebih jika ruang praktek dari laboratorium itu digunakan juga untuk
keperluan mengajar dan tidak hanya untuk praktikum siswa saja. Meja
demonstrasi juga diperlukan untuk meletakkan alat-alat dan bahan tertentu
sewaktu siswa sedang melakukan praktikum, atau tempat mengumpulkan alat-
alat dan bahan setelah siswa selesai melakukan praktikum sehingga
memudahkan untuk dengan cepat memeriksa alat dan bahan kembali.
Gambar 2. Meja Demonstrasi
Ukuran meja demonstrasi kira-kira panjangnya 300 – 400 cm dan lebar 80
– 90 cm dengan tinggi 90 cm. Meja ini biasanya dipasang secara permanen
dan dilengkapi dengan lemari-lemari dan atau rak-rak di bawah meja. Jarak
antara meja demonstrasi dan papan tulis hendaknya jangan terlalu sempit
hingga mengurangi kebebasan guru untuk melakukan kegiatan demonstrasi dan
tulis menulis di papan tulis, tetapi juga jangan terlalu lebar. Jarak ini
kira-kira 90 cm. Jarak antara meja demonstrasi dengan meja praktikum
siswa yang terdepan harus cukup besar. Antara kedua meja ini cukup ada
ruang bagi siswa untuk memperhatikan alat-alat apa saja yang ada di meja
demonstrasi. Kadang-kadang jika jumlah siswanya tidak terlalu banyak guru
dapat menyuruh siswa untuk mengelilingi meja demonstrasi untuk
memperhatikan dari dekat apa saja yang sedang dikerjakan guru. Jarak
antara kedua meja ini kira-kira 150 cm.
Meja demonstrasi bagian atas hendaknya terbuat dari kayu yang cukup
baik dengan tebal 2,5 – 3,0 cm. Agar meja ini tampak baik hendaknya
dipelitur. Meja demonstrasi dilengkapi dengan bak cuci dengan ukuran 54 x
35 x 20 cm (ukuran dalam) terbuat dari porselin. Bak cuci ini diletakkan
pada ujung kanan meja dipandang dari pihak guru. Jika ada aliran gas
pembakar, maka pada bagian tepi depan meja demonstrasi dipasang pipa gas
yang masing-masing memmpunyai dua kran. Stop kontak untuk sumber listrik
dipasang pada sisi meja pada pihak guru. Malahan lebih baik jika saklar
sumber listrik dan sumber gas dipasang di bawah meja demonstrasi, dengan
demikian memudahkan guru mengontrol dan menjaga keamanannya.
b. Meja kerja (Meja praktikum dan kursi siswa)
Bentuk meja praktikum siswa yang digunakan bergantung pada jenis
laboratorium. Laboratorium fisika lebih banyak menghendaki bentuk meja
yang tidak permanen, artinya bentuk meja yang mudah untuk dipindah-
pindah. Meja ini diperlukan karena praktikum fisika yang memerlukan
mobilitas siswa. Atas dasar di atas disarankan untuk menggunakan meja
yang tidak permanen.
Tinggi meja praktikum siswa bergantung juga pada jenis
laboratoriumnya. Untuk laboratorium fisika diperlukan tinggi 80 cm.
Seperti juga meja demonstrasi meja kerja siswa bagian atasnya terbuat
dari kayu yang baik dengan tebal 2,5 – 3,0 cm. Panjang meja kerja siswa
bergantung pada lebar ruang laboratorium, sedang lebarnya bergantung pada
cara menyusun meja. Ada tiga cara menyusun meja kerja siswa.
Cara Pertama: meja disusun sejajar dengan meja demonstrasi. Siswa
duduk menghadap papan tulis yang dipasang di belakang meja demonstrasi.
Jika meja disusun secara demikian, maka ukuran lebar meja 70 cm. Jarak
antara meja yang satu dengan yang lain ialah 80 – 90 cm. Dengan
penyusunan meja seperti ini guru mudah mengawasi semua kegiatan siswa
selama melakukan praktikum. Di samping itu disiplin akan lebih mudah
ditegakkan. Kelemahan penyusunan meja seperti ini siswa kurang leluasa
bergerak.
Cara Kedua: Jika ditekankan pada kelonggaran hingga siswa dapat
bergerak dengan leluasa, maka meja kerja siswa disusun sejajar dengan
meja demonstrasi, tetapi siswa duduk berhadap-hadapan. Dengan penyusunan
secara ini jumlah meja dapat dikurangi, tetapi memerlukan meja lebih
lebar yaitu kira-kira 110 cm. Sedang jarak antara meja yang satu dengan
lainnya kira-kira 120 cm. Dengan menggunakan meja lebih lebar, atau bak
cuci dapat digunakan oleh dua kelompok siswa yang sedang bekerja
berhadapan, sehingga lebih hemat. Dengan susunan meja secara ini sebagian
siswa akan duduk membelakangi papan tulis sehingga mungkin disiplin siswa
berkurang.
Cara Ketiga: Meja disusun tegak lurus dengan meja demonstrasi.
Biasanya susunan semacam ini dilaksanakan jika laboratorium itu digunakan
untuk praktikum saja dan tidak untuk kegiatan pembelajaran yang lain.
Gambar 3. Meja kerja siswa
Dari ketiga cara tersebut, karena ruang laboratorium sering digunakan
untuk pembelajaran juga maka disarankan menggunakan cara pertama. Jika
jumlah siswa tidak terlalu banyak maka meja kerja siswa dapat dipilih
dengan ukuran pendek. Cara pemasangannya tidak dihimpitkan menjadi satu,
tetapi antara meja yang satu dengan lainnya yang terletak pada satu baris
ada antara 70 cm. Dengan demikian di tengah-tengah susunan meja terdapat
ruangan kosong (gang) untuk lalu lintas siswa dan guru.
Gambar 4 Meja Kerja Siswa
Gambar 5. Meja kerja siswa dan Lemari Gantung
Disamping meja kerja siswa juga terdapat meja dinding. Meja ini
ukurannya lebih sempit dan lebih rendah ukurannya tinggi 70 cm, lebar 40
– 50 cm. Guna meja ini disamping sebagai tambahan ruang untuk praktikum
siswa juga dipakai sebagai tempat untuk menyimpan alat-alat pendukung
percobaan, sehingga memudahkan guru dan siswa untuk menggunakannya.
Di bawah meja dinding dapat dipasang lemari atau rak untuk tempat
penyimpanan alat-alat. Pada meja dinding hendaknya dipasang beberapa bak
cuci. Pemasangan bak cuci ini sangat penting terutama jika meja siswa
berbentuk tidak permanen.
c. Lemari
Ada tiga jenis lemari yang digunakan dalam laboratorium, yaitu lemari
biasa, lemari gantung, dan lemari meja. Ketiga jenis lemari ini berfungsi
sama yaitu tempat penyimpangan alat dan bahan.
Lemari gantung dipasang pada dinding bagian belakang ruang praktikum.
Tinggi lemari gantung kitra-kira 60-100 cm, dengan kedalaman 30 cm.
Panjang lemari menurut kebutuhan. Jarak lemari dengan lantai kira-kira
160 cm. Lemari gantung ini dilengkapi dengan pintu sorong dari kaca.
Lemari di bawah meja, terutama di bawah meja dinding dan meja
demonstrasi. Meja yang berlemari di bawah meja sangat bermanfaat karena
berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat dan bahan. Dengan demikian alat-
alat tidak perlu dijejalkan disimpan dalam gudang atau ruang persiapan.
Lemari di bawah meja hendaknya berpintu sorong dan terbuat dari kayu atau
kayu lapis/tripleks.
d. Bak cuci pada meja
Air merupakan bahan yang sangat penting di laboratorium. Air tidak
hanya dipakai untuk beberapa percobaan, tetapi juga digunakan untuk
mencuci alat dan bahan pendingin. Air juga dipakai sebagai bahan pemadam
kebakaran. Karena banyak manfaatnya, maka diperlukan bak cuci dan kran.
Bak cuci yang biasanya digunakan terbuat dari teraso atau poselin,
laboratorium sekarang digunakan bak cuci dari alumunium.
Bak cuci yang baik dilengkapi dengan pencegah pelimpahan. Jika bak
ditutup lubang bawahnya dan diisi air sampai penuh, kelebihan air dapat
melimpah keluar melalui lubang pencegah limpahan. Pencegah pelimpahan
dapat diganti dengan paralon berbentuk selinder yang tingginya lebih
rendah sedikit daripada bibir bak cuci. Ukuran bak cuci ialah 54 x 35 x
20 cm (ukuran dalam).
Laboratorium yang hanya digunakan untuk fisika tidak memerlukan bak
cuci pada setiap meja praktikum siswa. Pada laboratorium fisika bak cuci
di meja kerja siswa tidak diperlukan karena akan mengganggu kegiatan
siswa. Bak cuci pada meja demonstrasi hendaknya dilengkapi dengan tiga
buah kran, yang satu tingginya kira-kira 60 cm di atas dasar bak cuci
sedang dua lainnya 45 cm dari dasar bak cuci. Ketika ujung kran dapat
dipasang slang karet atau slang plastik.
e. Rak
Disamping lemari biasa dan lemari bawah meja diperlukan rak-rak
sebagai tempat menyimpan alat-alat ban bahan. Rak yang digunakan untuk
menyimpan botol-botol yang berisi larutan lebarnya kira-kira 20 cm.
Tinggi rak kira-kira 180 cm sedang panjangnya menurut panjangnya tempat
yang ada atau menurut kebutuhan. Jarak dari rak yang terbawah samapi
lantai kira-kira 40 cm. Jarak ini diperlukan agar bagian bawah rak dapat
dipakai untuk menyimpan botol-botol yang besar. Jarak rak yang satu
dengan rak yang berikutnya makin ke atas makin berkurang, sedangkan jarak
antara rak teratas dengan rak yang dibawahnya kira-kira 20 cm.
Untuk menyimpan botol-botol yang berisi zat padat dapat digunakan
ukuran rak yang sama, jika dikehendaki keseragaman atau rak yang keaneka
gunaan.
f. Papan Tulis
Ukuran papan tulis hendaknya tidak terlalu kecil dan juga tidak
terlalu besar. Ukuran panjang 300 cm dan lebar 100 cm sudah cukup. Papan
tulis yang panjang hendaknya dibagi menjadi dua atau tiga bagian, dengan
bagian luarnya dapat dilipat ke dalam. Dengan papan tulis seperti ini
maka gambar yang penting dan sukar dibuat atau grafik, dapat dilukiskan
pada bagian belakang papan tulis yang sewaktu-waktu dapat digunakan.
Papan tulis dipasang pada dinding yang tidak ada jendelanya, yaitu
dinding terpendek dari ruangan. Jarak papan tulis dari lantai kira-kira
90 cm. Papan tulis hendaknya mendapat penerangan yang cukup baik.
Hendaknya juga diusahakan supaya siswa yang menghadap ke papan tulis
mendapat penerangan dari sebelah kiri. Disamping papan tulis yang
dibicarakan di atas, hendaknya juga mempunyai papan tulis yang ukurannya
lebih kecil, untuk papan pengumuman dan untuk menempelkan informasi
penting berkaitan dengan kegiatan laboratorium fisika. Papan tulis ini
dipasang pada dinding yang kosong, tetapi tempatnya harus mudah dilihat
siswa.
g. Listrik
Tenaga listrik sangat penting di laboratorium, baik untuk penerangan
maupun untuk percobaan-percobaan. Untuk pengamanan, arus listrik bolak-
balik maupun searah sebelum dialirkan ke meja-meja praktikum siswa
sebaiknya melalui saklar yang terpasang pada bagian samping meja
demonstrasi. Dengan demikian guru dapat mudah mengontrol dan mengawasi
penggunaan arus listrik.
Untuk laboratorium SMA hendaknya menggunakan arus listrik bertegangan
220 V, karena banyak alat yang menggunakan tegangan sebesar itu.
Kegiatan Diskusi Kelompok
Diskusikan beberapa topik masalah berikut ini berkaitan dengan penataan
laboratorium fisika di sekolah.
Lembar Kerja Laboran 1.1
Tujuan: Peserta pelatihan dapat mengidentifikasi fasilitas laboratorium
yang ada di sekolah dan merancang penataan laboratorium fisika.
Permasalahan:
1. Berdasarkan kondisi dan keberadaan fasilitas penunjang fisika yang ada
di sekolah tempat anda bekerja, tuliskan fasilitas apakah yang telah
dimiliki, diserta luas setiap ruangan.
2. Perlengkapan apakah yang dimiliki sebagai penunjang kegiatan
laboratorium di sekolah tempat anda bekerja.
3. Berdasarkan komponen perlengkapan di dalam laboratorium fisika, buatlah
sketsa penataan ruang laboratorium fisika di sekolah anda sesuai dengan
luas ruang dan kondisi pencahayaan laboratorium.
4. Berilah penjelasan aspek-aspek apa yang mendasari penataan ruang yang
saudara rancang tersebut.
5. Faktor kesulitan apakah yang mungkin terjadi dan upaya apakah yang
harus dilakukan?
C. Pemeliharaan Kebersihan dan Pengamanan Ruangan Laboratorium
Pemeliharaan kebersihan di laboratorium merupakan tanggungjawab semua
pengguna laboratorium baik guru, siswa dan juga laboran. Pemeliharaan
kebersihan merupakan kegiatan yang dilakukan secara rutin. Pada setiap
akhir kegiatan laboratorium posisi kursi harus kembali ke posisi semula
yaitu kursi diletakkan di atas meja dan lantai selalu dalam keadaan bersih.
Peralatan yang telah digunakan harus dikembalikan ke tempat penyimpanan
alat semula. Apabila ada peralatan yang kotor harus segera dicuci dan
dikembalikan ke tempat semula.
Seorang laboran memiliki tanggung jawab penuh dalam pengamanan ruangan
laboratorium. Jadwal pemakaian laboratorium mulai awal pembelajaran hingga
akhir pembelajaran harus diketahui oleh laboran. Seorang laboran
bertanggungjawab dalam membuka dan menutup laboratorium dalam kondisi yang
aman. Pengamanan laboratorium juga tergantung dari konstruksi bangunan,
apakah sudah dilengkapi oleh tralis atau belum. Karena, cukup beresiko
apabila ruangan laboratorium belum dilengkapi dengan tralis. Setiap ruangan
dalam laboratorium pastikan semua terkunci dengan baik setelah kegiatan
laboratorium berakhir. Tidak boleh meninggalkan laboratorium dalam keadaan
tidak terkunci, walaupun hanya karena ada keperluan sebentar. Jangat
tinggalkan siswa bekerja sendiri di laboratorium, karena cukup beresiko
terhadap keamanan alat dan ruangan laboratorium. Semua lemari alat selalu
dalam keadaan rapi dan terkunci kembali.
Peraturan penggunaan laboratorium diperlukan untuk menjaga keamanan.
Siapapun yang akan menggunakan laboratorium harus sepengetahuan kepala
laboratorium dan tenaga laboran. Laboratorium harus dalam keadaan rapi dan
bersih apabila telah digunakan baik untuk pembelajaran maupun untuk
praktikum.
D. Latihan
Setelah mengikuti pelatihan tentang penataan laboratorium fisika
dan pemeliharaan ruangan laboratorium Fisika. Jawablah beberapa pertanyaan
berikut ini:
1. Sebutkan perlengkapan laboratorium IPA (Fisika) yang dimiliki oleh
sekolah tempat anda bekerja.
2. Jelaskan apakah semua perlengkapan laboratorium sudah berfungsi
sebagaimana mestinya?
3. Jelaskan upaya yang harus dilakukan agar penataan laboratorium Fisika
menjadi lebih baik.
4. Upaya apakah yang harus dilakukan untuk menjaga kebersihan di
laboratorium?
5. Resiko apakah yang mungkin akan terjadi berdasarkan kondisi dan
pengalaman anda sebagai laboran? Upaya apakah yang harus dilakukan
agar keamanan ruangan laboratorium tetap terjaga?
E. Umpan Balik
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban Kegiatan Belajar 1 yang
terdapat pada bagian Lampiran. Hitunglah jawaban yang benar, Kemudian
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 1.
Arti tingkat penguasaan : 90 – 100 % = baik sekali
80 – 89 % = baik
70 – 79 % = cukup
< 70 % = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, anda dapat meneruskan
dengan Kegiatan Belajar 2. Jika masih di bawah 80% anda harus mengulangi
materi Kegiatan Belajar 1, terutama tentang bagian yang belum dikuasai.
KEGIATAN BELAJAR 2
Mengelola Peralatan Laboratorium Fisika di Sekolah
A. Mengklasifikasi Peralatan di Laboratorium Fisika
1. Klasifikasi Alat Fisika
Pengklasifikasian sangat perlu dilakukan untuk memudahkan dalam
menginvetarisir alat, mengindentifikasi alat serta memudahkan dalam proses
pemanfaatan alat sebagai alat percobaan maupun sebagai alat demonstrasi.
Peralatan fisika terdiri dari 14 kelompok dengan kode alat berdasarkan
buku Katalog Alat Pendidikan IPA untuk SMP dan SMA tahun 1994. Penulisan
kode/ nomor katalog terdiri dari 3 huruf alphabet dilanjutkan dengan 2
numerik. Peralatan yang terkait dengan kebutuhan laboratorium Fisika
terdapat dua kelompok yaitu Kelompok Umum dan Kelompok Fisika. Kelompok
Umum yaitu alat yang digunakan secara umum baik untuk laboratorium fisika,
laboratorium biologi, dan laboratorium kimia. Kode katakog alat yang
bersifat umum contohnya Basic Meter (KAL 41), Multimeter (KAL 45), Catu
daya (KAL 60) dan Stopwatch (KKW 71) dan lainnya.
Peralatan yang termasuk kelompok fisika terdiri dari 14 kelompok
materi, seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Kode Alat Fisika
"No. "Kode "Kelompok Materi "
"1 "FME "Mekanika "
"2 "FSP "Zat Padat "
"3 "FSC "Zat Cair "
"4 "FSG "Zat Gas "
"5 "FGE "Gelombang "
"6 "FPT "Optik "
"7 "FCA "Cahaya "
"8 "FPA "Panas "
"9 "FES "Listrik Statis "
"10 "FLS "Listrik Mengalir "
"11 "FMA "Magnet "
"12 "FEM "Elektromagnet "
"13 "FAL "Alat Listrik "
"14 "FET "Elektronika "
Lembar Kerja Laboran 2.1
Tujuan: Peserta pelatihan dapat mengklasifikasikan alat-alat fisika
berdasarkan kode dan pokok bahasan.
Permasalahan:
Pada sebuah laboratorium di sekolah terdapat beberapa peralatan sebagai
berikut: Jangka sorong, hambatan batang statif, rel presisi, papan
rangkaian, kereta dinamika, stopwatch, pembakar spirtus, meja optik,
baterei, penggaris, pegas, catu daya, termometer, tempat lampu, kabel
penghubung, prisma siku-siku, lensa bikonveks, beban, sakelar
penghubung, cermin, gelas kimia, neraca pegas, penggaris, klem
universal, Audio generator, dan inti besi. Klasifikasilah peralatan
tersebut dengan mengisi tabel di bawah ini berdasarkan nama alat, kode
dan materi.
Tabel 3. Hasil Pengklasifikasian Alat Fisika
"No. "Nama Alat dan "Kode "Materi "
" "bahan " " "
"1 " " " "
"2 " " " "
" " " " "
" " " " "
" " " " "
" " " " "
"Dst. " " " "
2. Pengenalan dan Penggunaan Alat Fisika
Seorang laboran harus mengenal dan memiliki keterampilan dalam
menggunakan alat-alat fisika terutama alat ukur. Jenis alat pendidikan IPA
yang terdaftar pada buku katalog alat pendidikan IPA SMP dan SMA kurang
lebih 550 jenis. Dari sekian banyak itu sebagian besar adalah alat-alat
pendidikan Fisika. Karena tidak mungkin memperkenalkan seluruh alat Fisika,
maka pada sub pokok bahasan ini akan diperkenalkan beberapa jenis alat.
Alat yang diperkenalkan merupakan alat-alat yang diperkirakan memiliki
tingkat kesulitan dalam penggunaannya. Pada pengenalan alat ini dibahas
spesifikasi alat, fungsi, dan hal-hal khusus yang perlu diperhatikan
berkaitan dengan alat tersebut.
a. Basic Meter (KAL 41)
Basic Meter (KAL 41) adalah alat ukur dasar yang dapat digunakan untuk
mengukur tegangan dan arus listrik. Alat ini tidak memerlukan catu daya
dari luar, jadi dapat langsung dipakai. Basic Meter dapat difungsikan
sebagai voltmeter DC maupun amperemeter DC.
Batas ukur maksimum alat ini adalah:
Pengukur tegangan (sebagai voltmeter) 100 mV, 1V, 10 V, 50 V.
Pengukur arus (sebagai amperemeter) 100 uA, 100 mA, 1A, 5A.
Gambar 6 memperlihatkan bagian-bagian Basic Meter.
Gambar 6
Bagian-bagian Basic Meter
Keterangan gambar 6:
1) Binding Post untuk memilih batas ukur maksimum
2) Sakelar pemilih fungsi (voltmeter/ ampere meter)
3) Ground/ nol
4) Skala Meter
5) Petunjuk fungsi alat
6) Penyetel nol
a) Cara pemakaian
Sebelum alat dipakai aturlah dulu penyetel nol. Jarum penunjuk harus berada
pada posisi angka nol. Apabila belum menunjuk nol, setel dengan menggunakan
obeng yang sesuai.
Pada basic meter terdapat 2 skala (skala ganda), yaitu:
Skala I : -5 sampai dengan 50
Skala II: -10 sampai dengan 100
Skala I sebaiknya digunakan untuk pengukuran dengan batas ukur 50 volt,
sedang skala II digunakan untuk pengukuran dengan batas ukur lainnya.
b) Cara membaca skala pada basic meter
Contoh; Pengukuran arus dengan batas ukur 1 A. Jarum menunjukkan skala 75,
maka hasil pengukurannya adalah:
Catatan: Bila tegangan atau arus yang akan diukur tidak diketahui, maka
gunakan batas ukur yang lebih besar terlebih dahulu.
Lembar Kerja Laboran 2.2
Tujuan: Peserta pelatihan terampil dalam menggunakan Basic Meter.
Alat dan bahan yang digunakan:
Basic meter dengan jumlah disesuaikan dengan jumlah peserta pelatihan
dengan rasio (1:3)
Tugas:
1. Sebutkan komponen pada basic meter dan fungsinya.
2. Aturlah posisi nol basic mater.
3. Lakukan pengukuran tegangan dan kuat arus dengan basic meter pada
rangkaian listrik sederhana.
4. Tuliskan pada tabel hasil pengukuran.
a. Multimeter (KAL 45)
Multimeter sering digunakan dalam pengukuran besaran-besaran listrik.
Multimeter sering dikenal pula dengan nama multitester atau AVO (ampere,
volt dan ohm) meter. Multitester sesuai dengan namanya adalah alat ukur
multiguna untuk besaran-besaran listrik. Besaran-besaran listrik yang
dapat diukur adalah:
Kuat arus searah (DC mA)
Beda Potensial arus searah (DCV)
Beda potensial arus bolak balik (ACV)
Hambatan ( )
Gambar 7. Multimeter
1. Spesifikasi
Multimeter yang dikirim ke sekolah mempunyai spesifikasi sebagai
berikut.
Voltmeter DC, 10 V sampai 1000 V dalam 4 langkah
Apmpere DC, 1 mA sampai 500 mA dalam 3 langkah
Volt AC, 10 V sampai 1000 volt dalam 4 langkah
Ohm, x1, x10. X100 dan x1000 ohm
Kepekaan minimum 4000 ohm/ VDC; 2500 ohm/ VAC
a) Persiapan pemakaian
Sebelum menggunakan multimeter perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Koreksi titik nol
Sebelum memui pengukuran, jarum penunjuk harus ditempatkan dulu pada
angka nol. Apabila belum menunjukkan angka nol dapat dikalibrasi
dengan memutar sekrup di bagian tengah pada panel depan.
1) Memilih area pengukuran
Memilih area pengukuran penting untuk diperhatikan karena salah
menempatkan sakelar pilih dapat merusak alat. Caranya adalah dengan
memutar sakelar pilih sesuai besaran yang akan diukur.
2) Menghubungkan steker
Menempatkan steker tidak boleh salah. Dalam hal ini steker merah
untuk positif (+) dan colokan hitam untuk negatif (-).
3) Membaca skala
Pada panel multimeter terdapat beberapa skala. Untuk mengukur kuat
arus DC dan beda potensial angka nol mulai dari sebelah kiri, sedang
untuk mengukur hambatan angka nol mulai dari kanan. Hal penting yang
perlu diperhatikan dalam mengukur hambatan, setiap kali memindah
"range" alat ukur harus dikalibrasi.
a) Penggunaan alat ukur
1) Mengukur kuat arus
Tempatkan sakelar pilih pada DC mA sesuai dengan perkiraan besarnya
arus yang akan diukur. Apabila kuat arus belum dapat diperkirakan,
tempatkan sakelar pilih pada kuat arus yang terbesar. Kemudian setelah
dilihat penyimpangan jarum skala pindahkan sakelar pilih sesuai dengan
skala yang diperkirakan. Pada saat memindah sakelar pilih rangkaian
harus diputus.
Untuk rangkaian yang akan diukur dalam keadaan terbuka, multimeter
dipasang seri dengan rangkaian (gambar 9). Hati-hati polaritas probe
jangan sampai terbalik.
Gambar 8. Rangkaian Pengukuran Arus
Perhatikan Tabel 3 tentang pembacaan skala yang menunjukkan kuat
arus yang terukur.
Tabel 3. Pembacaan Skala Kuat Arus
"Range (mA) "Skala yang "Besar skala tiap "
" "digunakan "garis "
"0,25 "0 – 250 "0,001 "
"25 "0 - 250 "0,1 "
"500 "0 - 50 "10 "
2) Mengukur beda potensial arus searah
Sakelar pilih tempatkan pada DCV sesuai dengan perkiraan besarnya
beda potensial yang akan diukur. Apabila beda potensial belum dapat
diperkirakan, sakelar pilih ditempatkan pada beda potensial yang
terbesar seperti yang ditunjukkan pada gambar 10. Kemudian setelah
dilihat penyimpangan jarum skala dapat diperkirakan pindahkan sakelar
pilih sesuai skala yang diperkirakan. Pada saat memindahkan sakelar
pilih, rangkaian harus diputus.
Gambar 9. Rangkaian pengukuran tegangan DC
Untuk rangkaian yang akan diukur dalam keadaan tertutup multitester
dipasang paralel dengan rangkaian. Hati-hati, polaritas probe jagan
sampai terbalik. Perhatikan Tabel 4 tentang pembacaan skala yang
menunjukkan beda potensial yang terukur.
Tabel 4. Pembacaan Skala Beda Potensial
"Range (Volt "Skala yang "Besar skala tiap "
"DC) "digunakan "garis "
"0,25 "0 – 250 "0,001 "
"10 "0 – 10 "1 "
"50 "0 – 50 "1 "
"250 "0 – 250 "1 "
"500 "0 – 50 "10 "
"1000 "0 – 10 "100 "
3) Mengukur beda potensial arus bolak-balik
Sakelar pilih ditempatkan pada ACV sesuai dengan perkiraan besarnya
beda potensial yang diukur. Apabila beda potensial belum dapat
diperkirakan, sakelar pilih tempatkan pada beda potensial yang
terbesar. Kemudian setelah dilihat penyimpangan jarum skala,
pindahkan sakelar pilih sesuai skala yang diperkirakan (gambar 11).
Pada saat memindah sakelar rangkaian harus diputus.
Gambar 10. Rangkaian pengukuran tegangan AC
Untuk rangkaian yang akan diukur dalam keadaan tertutup multimeter
dipasang parallel dengan rangkaian. Polaritas probe boleh terbalik.
Perhatikan Tabel 5 tentang pembacaan skala yang menunjukkan beda
potensial yang terukur.
Tabel 5. Pembacaan Skala Beda Potensial VAC
"Range "Skala yang "Besar skala tiap "
"(Volt AC) "digunakan "garis "
"50 "0 – 50 "1 "
"250 "0 – 250 "1 "
"500 "0 – 50 "10 "
"100 "0 – 10 "100 "
4) Mengukur hambatan
Saklar pilih ditempatkan pada hambatan/ rangkaian yang akan diukur
dipasang paralel multimeter seperti pada gambar 12. Polaritas probe
boleh terbalik, kecuali saat mengukur hambatan dalam suatu rangkaian.
Sebelum mengukur hambatan, kedudukan jarum skala perlu dikalibrasi
terlebih dahulu.
Caranya adalah:
Tempatkan sakelar pilih pada posisi k .
Tempelkan kedua kutub probe, pada saat ini maka jarum akan
bergerak ke kanan. Putar sakelar "adjus" (biasanya berada di
sebelah kanan atas di bawah skala). Sehingga jarum skala tepat
berimpit dengan titik nol.
Gambar 11.
Rangkaian Pengukuran Hambatan
Lembar Kerja Laboran 2.3
Tujuan: Peserta pelatihan terampil dalam menggunakan Multimeter
sebagai alat ukur besaran listrik
Alat yang digunakan:
Multimeter
Batere
Hambatan
Kabel penghubung
Tugas:
1. Berdasarkan petunjuk penggunaan multimeter di atas, ukurlah:
Kuat arus searah (DC mA) pada rangkaian sederhana
Beda Potensial arus searah (DCV) pada rangkaian sederhaan
Beda potensial arus bolak balik (ACV)
Hambatan ( ) pada rangkaian sederhana
2. Isilah pada Tabel 6.hasil pengukuran sesuai dengan besaran listrik
yang diukur dilengkapi satuannya.
Tabel 6. Hasil Pengukuran Besaran Listrik
"No "I (DC mA) "V (DC Volt) "AC (volt) "R ( ) "
" " " " " "
" " " " " "
" " " " " "
" " " " " "
" " " " " "
c. Neraca 4 Lengan (KNE 23)
Neraca empat lengan masih disebut oleh sebagian orang sebagai neraca
"OHAUSS". Sebutan ini adalah sebutan yang keliru, sebab Ohauss adalah nama
produsen pembuatnya. Sekarang sudah beredar merk lain untuk neraca tipe
ini. Penyebutan yang betul untuk neraca ini adalah neraca 4 lengan dengan
kode katalog 23. Bagian neraca 4 lengan ditunjukkan pada gambar 12.
Gambar 12.
Bagian Neraca 4 lengan
Keterangan:
1) Sekrup kalibrasi
2) Penumpu (pisau) lengan neraca
3) Piringan timbangan
4) Landasan piring timbangan
5) Beban geser
6) Penunjuk nol (setimbang)
7) Lengan berskala
Kapasitas neraca ini adalah 311 gram, dengan rincian:
Lengan 1 berkapasitas 200 gram, masing-masing skala 100 gram,
Lengan 2 berkapasitas 100 gram, masing-masing skala 10 gram
Lengan 3 berkapasitas 10 gram, masing-masing skala 1 gram
Lengan 4 berkapasitas 1 gram, masing-masing skala 0,01 gram.
Teknik Pemakaian
a. Persiapan
1) Piring neraca dan penggantungnya harus dalam keadaan bersih dan
kering,
2) Pemegang penggantung piring harus dapat bergoyang bebas pada
ujung-ujung pisau baja,
3) Kembalikan semua benda geser pada keempat lengan pada kedudukan
'nol'
4) Penunjuk pada lengan harus nol, ditunjukkan oleh tanda indikator
pada lengan sebelah lengan kanan yang segaris dengan angka nol.
Jika belum nol, putar skrup yang berada pada lengan sebelah
kiri. Dan apabila masih belum bisa bukalah wadah peluru logam
yang terdapat pada bagian bawah piring neraca.
b. Menimbang Benda
1) Letakkan benda yang telah bersih dan kering di piring neraca,
lengan akan naik.
2) Geser beban geser mulai dari lengan 1 ke arah kanan. Apabila
lengan itu mengayun keras ke atas berarti beban lengan terlalu
besar.
3) Geser beban geser lainnya sehingga indikator pada lengan segaris
dengan tanda nol. Pada saat menggeser beban geser pada suatu
lengan, jangan menggeser beban geser pada lengan lainnya.
4) Bacalah massa benda yang ditimbang
c. Menimbang serbuk dan cairan
Serbuk dan cairan tidak boleh langsung diempatkan pada piringan
dari baja. Sebab hal ini dapat mengakibatkan korosi pada piring
neraca. Serbuk dapat ditimbang dengan menuangkan dalam kertas
saring Sedangkan zat cair sebaiknya ditimbang dalam gelas atau
wadah lain yang bersih. Langkah-langkah menimbang adalah sebagai
berikut.
1) Timbang wadah kosong, catat massanya. Misalnya x gram.
2) Masukkan serbuk atau zat cair dalam wadah, timbang beserta
wadahnya. Misalnya massanya = y gram.
3) Hitung massa serbuk atau zat cair, yaitu (y-x) gram
4) Pastikan tidak ada bahan yang tumpah, jika ada yang tumpah
segera bersihkan.
Lembar Kerja Laboran 2.4
Tujuan : Peserta pelatihan terampil dalam menggunakan neraca 4 lengan
Alat yang diperlukan:
Neraca 4 lengan
Berbagai benda
Benda berbentuk serbuk
Air
Tabung
Wadah
Tugas:
1. Setting naraca 4 lengan di titik nol.
2. Lakukan pengukuran massa benda-benda yang tersedia (padat, serbut
dan cair).
3. Tuliskan hasil pengkuran massa pada Tabel 7 hasil pengkuran.
Tabel 7. Hasil Pengukuran Massa Benda
"No. "Nama Benda "Massa (gram) "
" " " "
" " " "
" " " "
" " " "
" " " "
" " " "
d. Jangka Sorong (KPK 45)
1) Bagian jangka sorong
Jangka sorong adalah alat yang dapat dipergunakan untuk pengukuran besaran
panjang. Besaran panjang yang dapat diukur meliputi bidang luar, bidang
dalam (diameter lubang), dan kedalaman (tinggi) dari suatu benda dengan
ketelitian tertentu. Bagian jangka sorong ditunjukkan pada gambar 13 dan
14.
Gambar 13. Jangka sorong
Gambar 14. Bagian Jangka Sorong
Keterangan:
1. Daerah pengukuran dalam
2. Daerah pengukuran luar
3. Daerah pengukuran tinggi
4. Rahang tetap
5. Rahang bergerak
6. Skala utama
7. Skala nonius
8. Mur pengunci
9. Batang pengukur tinggi
Jangka sorong mempunyai dua skala, yaitu skala utama dan skala
nonius.
a. Skala utama terdapat pada rahang tetap dan merupakan skala standar
dengan skala terkecil adalah 1 mm.
b. Skala nonius terdapat pada rahang yang bergerak dan merupakan skala
tertentu, yaitu suatu jarak dibagi menjadi beberapa bagian. Pada
skala nonius inilah yang menunjukkan ketelitian alat ukur.
b. Cara Membaca Jangka Sorong
Gambar 15.
Pembacaan jangka sorong
Pada pengukuran seperti gambar 15, skala "0" nonius menunjukkan posisi
10 mm lebih pada skala utama artinya rahang telah terbuka 10 mm lebih.
Kemudian cari skala nonius yang berimpit tepat dengan skala utama,
yaitu pada skala ke 7. Jadi kelebihan itu adalah 7 bagian x 0,01 cm =
0,07 cm. Maka hasil pengukuran jangka sorong tersebut adalah 3,5 cm +
0,07 cm = 3,57 cm.
c. Posisi pengukuran dengan jangka sorong
1) Mengukur bidang luar
Gambar 16
Cara mengukur bidang luar
2) Mengukur bidang dalam
Benar salah
Gambar 17
Cara mengukur bidang dalam
3) Mengukur kedalaman (tinggi)
Gambar 18
Cara mengukur kedalaman
Lembar Kerja Laboran 2.5
Tujuan: Laboran trampil dalam menggunakan Jangka Sorong.
Alat dan bahan yang digunakan:
Jangka sorong
Benda yang akan diukur
Tugas:
1. Lakukan pengukuran terhadap panjang, ketebalan, diameter, kedalaman
sesuai dengan bentuk benda-benda yang akan diukur.
2. Isilah pada Tabel 8. hasil pengukuran berikut ini.
Tabel 8. Hasil Pengukuran
"No. "Nama Benda "Panjang "Tinggi "Diameter "Kedalaman "
" " "(cm) "(cm) "(cm) "(cm) "
" " " " " " "
" " " " " " "
" " " " " " "
" " " " " " "
A. Menata bahan dan peralatan praktikum Fisika
Masalah penyimpanan alat biasanya ditentukan oleh keadaan laboratorium,
artinya ditentukan oleh susunan keadaan laboratorium, keadaan perabot dan
adanya gudang dan ruang persiapan. Disamping itu masalah ini juga
ditentukan oleh pribadi-pribadi pemakai laboratorium, yaitu dimana barang-
barang itu harus disimpan yang cukup aman, mudah dicari dan mudah dicapai
oleh pemakai.
Dalam penyimpanan alat hendaknya dibedakan antara alat-alat yang sering
digunakan, alat-alat yang boleh diambil sendiri oleh siswa dan alat-alat
yang mahal harganya. Alat yang sering digunakan hendaknya disimpan
sedemikan sehingga mudah diambil dan mudah dikembalikan. Alat-alat seperti
rak tabung reaksi, kaki tiga, kasa asbes dan penjepit tabung reaksi dapat
disimpan dalam laci atau lemari pada meja demonstrasi yang menghadap ke
siswa. Siswa dapat mengambil dan mengembalikan sendiri alat-alat tersebut
setelah mendapat petunjuk dari guru. Jika meja demonstrasi ini tidak ada,
dapat digunakan lemari pada dinding laboratorium. Alat-alat seperti alat
ukur listrik, mikroskop, stopwatch, termometer hendaknya disimpan
tersendiri dalam laci atau lemari yang terkunci, sedang alat-alat itu
disamping mahal harganya juga peka dan mudah rusak.
Alat-alat untuk percobaan fisika, biasanya dikumpulkan berdasarkan
kelompok percobaan seperti :
a. sifat-sifat benda
b. panas
c. bunyi dan gelombang
d. optik
e. listrik dan magnet
f. fisika modern
g. IPBA
Alat-alat yang digunakan untuk beberapa jenis percobaan, misalnya
termometer yang juga dipakai untuk percobaan panas dan listrik, disimpan di
suatu tempat khusus untuk alat aneka guna.
Penyimpanan juga dapat dilakukan berdasarkan atas bahan alat, misalnya
alat-alat dari kaca disimpan dalam satu kumpulan, demikian pula alat-alat
bahan dari kayu, besi, porselin dan sebagainya. Tetapi jika sistem ini yang
diambil kadang-kadang kita sukar menentukan kumpulan alat jika sebuah alat
terbuat dari beberapa bahan berlainan. Walaupun demikian sistem apapun yang
digunakan dalam penyimpanan alat, maka alat-alat itu harus dalam keadaan
aman, mudah dicari dan mudah diambil.
Masing-masing tempat penyimpanan alat diberi daftar nama agar alat
mudah ditemukan. Hendaknya laboran tahu dimana alat-alat itu disimpan, dan
bertanggung jawab atas keamanan dan pemeliharaannya.
Alat-alat yang sebagian besar terdiri dari logam hendaknya disimpan
jauh dari zat-zat kimia, karena uap zat kimia dapat merusak alat. Statif
yang sebagian besar digunakan hendaknya disimpan di atas meja di muka di
sudut laboratorium, supaya mudah diambil dan dikembalikan. Hendaknya statif
ini jangan disimpan di bagian bawah lemari asap atau di atas lantai, karena
akan mudah kena debu dan akan kurang mendapat perhatian.
Penyimpanan pipet dan buret sebaiknya disimpan dalam keadaan berdiri,
dan perlu diletakkan pada tempat yang khusus. Dengan cara demikian pipet
dan buret akan cepat kering dan siap untuk dipakai lagi. Jika pipet dan
buret tidak sering dipakai hendaknya penyimpanannya di tempat yang tertutup
hingga tidak kena debu.
Apabila harus mengambil pipet dan buret sendiri untuk percobaan
biasanya siswa-siswa berebut memilih alat-alat yang diperlukan itu. Untuk
mencegah ini, sebelum percobaan pipet dan buret diletakkan pada meja siswa
tempat percobaan akan dilakukan terlebih dahulu. Agar pipet atau buret
tidak mudah jatuh terguling, maka kedua alat tersebut dapat ditempatkan
pada tempat khusus.
Pipa Kaca sebaiknya disimpan pada rak yang khusus dan disimpan dalam
ruang persiapan atau gudang. Jika jumlah barang tidak terlalu banyak, rak
itu dapat dijadikan satu dengan rak untuk keperluan lainnya. Misalnya
bagian atasnya pipa kaca bagian bawahnya untuk menyimpan alat-alat fisika
yang panjang dan berat seperti tabung kundt, jembatan wheatstone dan lain
sebagainya.
Gabus dan Penutup Karet dapat disimpan dalam laci ditempatkan dalam kotak-
kotak. Sebaiknya ukuran yang sama dimasukkan dalam satu kotak, dan jangan
mencampur adukan tutup karet berlubang dengan yang tidak berlubang. Gabus-
gabus yang telah dipakai hendaknya disimpan di tempat tersendiri karena
gabus-gabus ini masih dapat digunakan.
Film-film strip, slide dan buku hendaknya disimpan dalam ruang
persiapan. Film hendaknya disimpan pada rak dengan kompartemen selebar
besar tempat film. Film strip disimpan dalam kaleng-kaleng kecil khusus
untuk itu dan diatasnya diberi tulisan judul film yang bersangkutan. Kaleng-
kaleng itu dimasukan ke dalam kotak yang lebih besar dan dimasukan ke dalam
lemari. Ke dalam masing-masing kotak dimasukan daftar judul alat yang
disimpan di dalamnya. Judul-judul tersebut dituliskan dalam buku stok.
Penyimpanan buku dilakukan seperti penyimpanan di perpustakaan. Buku-buku
yang disimpan di sini selain buku teks juga buku pegangan guru, tetapan
fisika, dan katalog.
Alat-alat yang mahal harganya, seperti mikroskop dan osiloskop hendaknya
disimpan di tempat yang aman dan terkunci. Mikroskop dan lensa lainnya
harus ditempatkan di lingkungan yang kering. Karena kalau ditempatkan
ditempat yang lembab, lensanya akan cepat rusak dan berjamur. Oleh sebab
itu mikroskop dan lensa lainnya harus disimpan dikotaknya dengan diberi zat
penyerap uap air (silica gel) atau ditempatkan di lemari yang diberi lampu
pemanas.
Alat-alat seperti alat tulis menulis dan perkakas (obeng, tang dsb.)
hendaknya disimpan dalam ruang persiapan. Ruang persiapan dengan fungsinya
sangat memerlukan alat-alat itu.
Lembar Kerja Laboran 2.6
Tujuan : Peserta pelatihan dapat menata bahan dan peralatan praktikum
Fisika
Tugas:
1. Jelaskan mengapa dalam penyimpanan alat dan bahan diperlukan penataan
yang khusus.
2. Sebutkan contoh peralatan fisika yang memerlukan penyimpanan secara
khusus dan jelaskan dampak bahayanya apabila tidak disimpan pada tempat
yang khusus.
3. Upaya apakah yang harus dilakukan agar peralatan fisika dapat
dimanfaatkan dengan mudah, terpelihara dengan baik dan terjaga
keamanannya.
C. Pemeliharaan Alat dan Pencegahan Kerusakan Alat Fisika
Rusaknya alat-alat kadang-kadang disebabkan karena salah menangani
alat itu, misalnya, baterai rusak karena arus pendek, amperemeter rusak
karena arus terlalu tinggi, termometer rusak karena tidak sesuai dengan
suhu yang diukur. Oleh sebab itu sebelum siswa menggunakan alat-alat yang
mudah pecah atau rusak, harus diminta perhatian khusus cara menggunakan
alat-alat itu. Dalam beberapa hal, terutama dalam percobaan listrik,
percobaan boleh dilakukan setelah susunan alat-alat diperiksa guru dan
laboran.
Untuk mencegah kerusakan usaha pertama yang paling penting adalah
menjaga alat itu supaya tetap kering dan bersih. Siswa harus dibiasakan
membersihkan alat-alat terlebih dahulu sebelum menyimpannya. Laboran harus
memeriksa betul apakah alat-alat yang dimasukkan ke laci itu betul dalam
keadaan bersih. Termasuk yang diperiksa ialah meja kerja siswa dan bak
cuci. Kontrol laboran dalam hal ini sangat perlu karena ada sebagian siswa
yang ingin menghindari tanggung jawab atas kebersihan tapi melimpahkan pada
orang lain. Karena itu pemeriksaan atas kebersihan, hendaknya per kelompok
dan sanksi bagi mereka yang melalaikan tanggung jawab harus ada. Perlu
ditekankan bahwa setiap alat yang rusak atau pecah karena kelalaian siswa,
harus diganti. Pergantian ini dapat diatur menurut kebijakan guru atau
kepala laboratorium, apakah siswa harus mengganti secara keseluruhan atau
sebagaian dari alat tersebut. Dengan cara begini siswa akan hati-hati dalam
bekerja.
Alat-alat dari kaca dibersihkan dengan sabun. Jika kotoran yang
melekat sukar dihilangkan alat direndam dalam asam kromat (100 g kalium
bikromat dilarutkan dalam 100 g asam sulfat pekat, dimasukan dalam 1 liter
air).
Lensa dibersihkan dengan kertas lensa khusus dan bila tidak ada dapat
digunakan kertas tisu lembut. Mikroskop, neraca analitik dan beberapa alat
fisika yang ada lensanya supaya dijaga kering dengan meletakkan silica gel
didekatnya atau di tempat dengan pemanas lampu. Untuk menghindarkan neraca
dari kerusakan supaya diperhatikan cara siswa menimbang, terutama menimbang
bahan kimia dan batas ukurnya. Lensa mikroskop kadang-kadang kotor. Lensa
tersebut harus dibersihkan dengan xilena.
Alat-alat dari besi perlu dicegah dari karat dengan cara mengecatnya.
Sebelum dicat digosok terlebih dahulu dengan ampelas. Untuk alat-alat
tertentu pencegahan karat dapat dilakukan dengan penyepuhan.
Tutup kaca sewaktu dibersihkan supaya disatukan dengan induknya, agar
tidak hilang atau tertukar. Semprot (siring) untuk percobaan gas harus
selalu dalam keadaan bersih. Adanya zat yang tertinggal di dalamnya akan
menyebabkan siring rusak. Siring jangan dijepit karena menjepit siring akan
merusak selongsongnya. Siring plastik tidak boleh dipakai untuk zat yang
panas, siring dapat dipakai sebagai pipet.
Alat-alat yang rusak, hendaknya segera mendapat perhatian untuk
diperbaiki. Hendaknya laboran dapat melakukan perbaikan-perbaikan atas
kerusakan yang kecil. Jika tidak dapat memperbaiki sendiri hendaknya segera
mengirimkan alat itu ketempat perbaikan. Jika tidak mungkin untuk
diperbaiki bisa dimanfaatkan untuk keperluan lain atau dibuang. Perlu
dipertimbangkan apakah waktu cukup memadai dan ongkos perbaikan cukup murah
sehingga masih lebih rendah dari pada harga alat yang baru. Alangkah lebih
baiknya jika yang akan dibuang ada administrasinya sebagai catatan di buku
administrasi.
D. Latihan
1. Berdasarkan apakah penomoran katalog alat fisika, bagaimanakah sistem
pengkodeannya? Jelaskan terdiri dari berapa kelompok alat-alat fisika.
2. Sebutkan bagian-bagian dari Basic meter.
3. Apakah perbedaan penggunaan multimeter sebagai pengukur kuat arus
dengan mengukur beda potensial arus searah?
4. Tunjukkan bagian-bagian pada jangka sorong dan fungsinya.
5. Bagaimanakah menata bahan dan alat praktikum fisika untuk membantu guru
dalam mempersiapkan praktikum fisika?
6. Berilah tiga contoh cara memelihara peralatan fisika, dan jelaskan
upaya pencegahan kerusakan pada alat fisika.
E. Umpan Balik
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban Kegiatan Belajar 2 yang
terdapat pada bagian Lampiran. Hitunglah jawaban yang benar, Kemudian
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 2.
Arti tingkat penguasaan : 90 – 100 % = baik sekali
80 – 89 % = baik
70 – 79 % = cukup
< 70 % = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, anda dapat meneruskan
dengan Kegiatan Belajar 3. Jika masih di bawah 80% anda harus mengulangi
materi Kegiatan Belajar 2, terutama tentang bagian yang belum dikuasai.
KEGIATAN BELAJAR 3
Melayani Kegiatan Praktikum Fisika
A. Menyiapkan alat dan bahan sesuai dengan penuntun praktikum Fisika
Penggunaan alat fisika akan dilaksanakan dalam bentuk percobaan. Jenis
percobaan/judul percobaan yang akan dilaksanakan merupakan percobaan-
percobaan yang menggunakan sebagian besar alat yang diperkenalkan.
Pelaksanaan percobaan secara garis besar terdiri dari dua macam, yaitu
percobaan terbimbing dan percobaan mandiri. Yang dimaksud percobaan
terbimbing adalah percobaan yang telah disediakan langkah-langkahnya,
sedang percobaan mandiri adalah percobaan yang harus dilaksanakan dengan
hanya diberi rambu-rambu berupa konsep, sub konsep dan saran penyajiannya
saja. Setiap akhir pelaksanaan percobaan disusun laporan hasil percobaan.
Isi laporan meliputi data, analisis data dan kesimpulan percobaan.
Dalam menyiapkan alat bahan untuk percobaan perlu diperhatikan lembar
kerja siswa (petunjuk percobaan) yang akan digunakan, kode alat,
spesifikasi alat, serta jumlah set alat yang dibutuhkan untuk percobaan.
Periksalah apakah semua komponen alat berfungsi dengan baik.
B. Contoh alat dan bahan fisika yang diperlukan untuk percobaan Fisika
Dalam petunjuk percobaan fisika pada umumnya dilengkapi dengan alat dan
bahan yang dibutuhkan seperti contoh berikut ini.
Contoh 1. Percobaan Hidrostatika
1. Tujuan Percobaan : Menyelidiki hubungan gaya ke atas terhadap gaya
berat.
1. Alat/ bahan yang digunakan:
Tabel 9. Alat dan Bahan Percobaan Hidrostatika
"No. Katalog "Nama Alat/Bahan "Jml "
"FME 51.07/07 "Neraca pegas "1 "
"FME 51.08/09 "Tali nilon "1 "
"FSP 11.02/13 "Tabung berpancuran "1 "
"FSP 11.05/17 "Silinder ukur 100 ml "1 "
"FSP 11.04/27 "Gelas kimia "1 "
"KNE 23 "Neraca 311 gram "1 "
"FSP 11.10/50 "Corong plastik "1 "
"FSP 11.13/55 "Tabung plastik, dgn tutup "1 "
"FSP 11.14/56 "Tabung plastik, dgn peluru"1 "
Gambar 24
Alat dan bahan percobaan Hidrostatika
Gambar 19. Alat dan Bahan Percobaan Hidrostatika
Lembar Kerja Laboran 3.1
Tujuan : Peserta pelatihan dapat menyiapkan peralatan sesuai dengan
kebutuhan percobaan hidrostatika.
Tugas:
1. Berdasarkan petunjuk praktikum di atas, alat dan bahan apakah
diperlukan, serta jumlah yang dibutuhkan untuk siswa sebanyak 40 orang
yang terdiri dari 8 kelompok.
2. Peralatan apakah yang tidak perlu disediakan untuk setiap kelompok
percobaan.
3. Alat apakah yang perlu dibersihkan kembali agar terpelihara dengan baik.
4. Bagaimanakan proses penyimpanan kembali peralatan yang telah digunakan
untuk percobaan.
5. Alat apakah yang perlu menjadi perhatian laboran agar keamanan alat
terjaga dan terpelihara dengan baik.
Contoh 2. Percobaan Optik
1. Tujuan Percobaan : Menyelidiki sifat bayangan yang terbentuk oleh lensa
cembung.
2. Alat/bahan yang digunakan :
Tabel 10. Alat dan bahan untuk Percobaan optik
"No. Katalog"Nama Alat/bahan "Jml "
"FPT 16.01 "Meja optik "1 "
"FPT 16.02 "Rel presisi "1 "
"FPT 16.06 "Pemegang slaid diafragma "1 "
"FPT 16.25 "Diafragma anak panah "1 "
"FPT 16.17 "Tumpakan berpenjepit "1 "
"FPT 16.14 "Lensa + 100 mm "1 "
"FPT 16.15 "Lensa + 200 mm "1 "
"FPT 16.05 "Rumah lampu "1 "
"KAL 60 "Catu-daya "1 "
"KAL 98 "Kabel penghubung "2 "
"- "Kertas HVS "1 "
III. Persiapan Percobaan
Gambar 20. Rangkaian Percobaan Optik
Lembar Kerja Laboran 3.2
Tujuan : Peserta pelatihan dapat menyiapkan peralatan sesuai dengan
kebutuhan percobaan optik.
Tugas:
1. Berdasarkan petunjuk praktikum di atas, alat dan bahan apakah
diperlukan, serta jumlah yang dibutuhkan untuk siswa sebanyak 40 orang
yang terdiri dari 8 kelompok masing-masing 5 orang siswa.
2. Peralatan apakah yang tidak perlu disediakan untuk setiap kelompok
percobaan?
3. Alat apakah yang perlu dibersihkan kembali setelah digunakan untuk
praktikum agar terpelihara dengan baik?
4. Bagaimanakan proses penyimpanan kembali peralatan yang telah digunakan
untuk percobaan?
5. Alat apakah yang perlu menjadi perhatian laboran agar keamanan alat
terjaga dan terpelihara dengan baik?
Contoh 3. Percobaan Rangkaian Hambatan Seri
1. Tujuan Percobaan: Mempelajari hubungan kuat arus, tegangan, dan hambatan
total pada rangkaian hambatan yang tersusun secara seri.
2. Alat dan bahan yang diperlukan:
Tabel 11.
Alat dan Bahan Percobaan Rangkaian Hambatan Seri
"NO. KATALOG "NAMA ALAT/BAHAN "JUMLAH "
"KAL 41 "Meter dasar 90 "2 "
"KAL 99/020 "Kabel penghubung merah"3 "
"KAL 99/030 "Kabel penghubung hitam"3 "
"FLS 20.22/470 "Hambatan tetap 470 "1 "
"FLS 20.22/100 "Hambatan tetap 100 "1 "
"FLS 20.25 "Papan rangkaian "1 "
"FLS 20.02 "Saklar 1 kutub "1 "
"FLS 20.07 "Jembatan penghubung "6 "
"KAL 60 "Catu-daya "1 "
Gambar 21. Alat dan Bahan Percobaan Rangkaian Hambatan Seri
Lembar Kerja Laboran 3.3
Tujuan : Peserta pelatihan dapat menyiapkan peralatan sesuai dengan
kebutuhan percobaan rangkaian hambatan seri.
Tugas:
1. Berdasarkan petunjuk praktikum di atas, alat dan bahan apakah
diperlukan, serta jumlah yang dibutuhkan untuk siswa sebanyak 40 orang
yang terdiri dari 8 kelompok masing-masing 5 orang siswa.
2. Peralatan apakah yang tidak perlu disediakan untuk setiap kelompok
percobaan?
3. Alat apakah yang perlu dicek terlebih dahulu agar dapat berfungsi
dengan baik sebagai alat percobaan?
4. Bagaimanakan proses penyimpanan kembali peralatan yang telah digunakan
untuk percobaan?
5. Alat apakah yang perlu menjadi perhatian laboran agar keamanan alat
terjaga dan terpelihara dengan baik?
C. Latihan
1. Aspek apakah yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan alat dan bahan
percobaan fisika?
2. Jelaskan mekanisme penyiapan alat dan bahan yang akan digunakan pada
ketiga contoh percobaan tersebut.
3. Bagaimanakah peran laboran ketika dalam kegiatan praktikum, siswa
mengalami kesulitan dalam pengambilan data terkait ada alat yang tidak
berfungsi dengan baik. Berikan satu contoh terkait kasus tersebut.
D. Umpan Balik
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban Kegiatan Belajar 3 yang
terdapat pada bagian Lampiran. Hitunglah jawaban yang benar, Kemudian
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 3.
Arti tingkat penguasaan : 90 – 100 % = baik sekali
80 – 89 % = baik
70 – 79 % = cukup
< 70 % = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, anda dapat meneruskan
dengan Kegiatan Belajar 4. Jika masih di bawah 80% anda harus mengulangi
materi Kegiatan Belajar 3, terutama tentang bagian yang belum dikuasai.
KEGIATAN BELAJAR 4
Menjaga Keselamatan Kerja di Laboratorium Fisika
A. Menjaga lingkungan kerja
Suasana kerja di dalam laboratorium berbeda dengan suasana kerja di
dalam kelas. Di dalam kelas guru dan siswa hanya menghadapi alat-alat
pelajaran yang umumnya tidak membahayakan. Di laboratorium alat-alat dan
bahan yang digunakan mungkin dapat mendatangkan bahaya. Oleh karena itu
pada waktu guru membimbing siswa belajar di dalam laboratorium perlu faktor
keamanan kerja dijelaskan terlebih dahulu. Kemungkinan siswa mendapat
kecelakaan yang disebabkan oleh kelalaian guru dan siswa sangatlah besar.
Jangankan dalam keadaan lalai, dalam keadaan hati-hatipun, kecelakan dapat
saja terjadi.
Ketertiban kerja selalu harus menjadi perhatian guru dan laboran. Setiap
siswa yang telah menyelesaikan praktikum harus segera mengembalikan alat-
alat/bahan-bahan yang digunakan ke tempat semula, sehingga meja kursi
selalu bersih. Bahkan setiap kali selesai satu tahap percobaan semua alat
yang tidak digunakan lagi harus segera disimpan kembali untuk menghindari
kekacauan jalannya praktikum. Semua siswa hendaknya sadar dan memahami
tentang tata tertib yang berlaku. Di bawah ini disajikan beberapa contoh
kecelakaan yang sering terjadi di dalam laboratorium.
a. Luka disebabkan oleh karena terkena benda tajam, pecahan kaca, atau
luka bakar.
b. Terkena percikan cairan korosif seperti asam pekat atau basa pekat,
baik mata maupun bagian tubuh lainnya.
c. Terkena zat-zat beracun atau korosif.
d. Pingsan disebabkan oleh gas yang memusingkan
e. Terkena kejutan arus listrik
f. Kebakaran yang disebabkan oleh peletusan yang terjadi dari hasil
percobaan atau sebab lain.
Sedapat mungkin kecelakaan-kecelakaan tersebut harus dihindari atau
dikurangi sampai sekecil mungkin. Hal ini hanya dapat terlaksana bila guru
dan siswa memperhatikan segala peraturan tata tertib kerja di laboratorium.
Yang paling penting guru sadar akan bahaya-bahaya yang mungkin timbul
selama siswa bekerja di laboratorium.
Oleh karena itu aspek-aspek keamanan yang berhubungan dengan masalah di
bawah perlu diperhatikan.
1. laboratorium dengan perabotnya
2. Listrik
3. Sumber panas dan kebakaran
4. Bahan kimia
5. Radiasi dan zat radioaktif
B. Kecelakaan di Labotatorium
1. Perabot/ Mebeller
Kecelakaan sering terjadi karena bentuk dan cara menempatkan bangku
atau meja tidak memenuhi persyaratan yang sesuai dengan tuntutan situasi
belajar di laboratorium. Sekolah-sekolah di Indonesia umumnya memiliki luas
laboratorium 7 x 8 m2 sedangkan jumlah siswa untuk setiap kelas rata-rata
40 orang siswa. Seperti yang telah diuraikan, ukuran laboratorium yang
sesuai dengan 40 siswa adalah 90 m2, oleh sebab itu sebenarnya laboratorium
dengan ukuran 7 x 8 m2 atau 8 x 9 m2 terlalu kecil. Ruangan yang sempit
akan lebih banyak mengundang bahaya, dan disiplin kerja lebih sukar
ditegakkan. Dalam hal ini guru hendaknya bijaksana menegakkan peraturan
waktu praktikum sesuai dengan keadaan setempat tanpa melupakan segi-segi
keamaanan kerja.
Untuk mengurangi terjadinya kecelakaan, perlu kita perhatikan
persyaratan-persyaratan laboratorium sebagai sarana belajar mengajar. Dalam
hal ini perlu diperhatikan pengaturan tempat duduk atau meja kerja siswa
sehingga di manapun ia duduk dapat dengan mudah melihat kesegala arah,
terutama bila sedang memperhatikan demonstrasi yang dilakukan guru.
Semua laboratorium harus mempunyai sirkulasi udara yang baik dengan
jendela-jendela yang mudah dibuka dan ditutup.
Meja kursi siswa, barang-barang dan alat-alat hendaknya diatur
penempatannya sedemikian rupa sehingga lalu lintas siswa dalam ruang
laboratorium cukup leluasa. Untuk mengurangi siswa berjalan di ruangan
sebaiknya alat-alat dan bahan-bahan praktikum diletakkan tidak terlalu jauh
dari meja kerja. Perlu juga disediakan tempat penyimpanan tas dan buku
siswa karena besar kemungkinan peralatan yang dibawa siswa akan mengganggu
kelancaran kerja di laboratorium.
2. Pipa, kabel Listrik, Stop Kontak
Jika laboratorium terdapat pipa gas, pipa air dan kabel listrik
sebaiknya pipa-pipa itu diberi kode warna. Dengan demikian kita akan dengan
mudah mengenali pipa-pipa tersebut. Stop kontak yang mempunyai tegangan
tinggi perlu diberi label dan tertutup untuk menghindari terjadinya
kecelakaan dan kerusakan alat yang kita gunakan.
4. Listrik
Percobaan-percobaan fisika yang menggunakan arus listrik banyak
dilaksanakan di SMA dan juga di SLTP. Arus listrik yang bertegangan 110 V
cukup berbahaya karena arus listriknya lebih besar. Hampir di semua tempat
tegangan listrik yang sekarang digunakan adalah 220 V. Untuk menghindari
terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh kontak tubuh dengan arus listrik
yang berbahaya, sebaiknya di tempat tertentu mudah dijangkau guru tersedia
pemutus arus. Jika pada waktu praktikum terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan, guru dapat segera memutus hubungan arus listrik dari sumbernya.
Laboratorium SMA/MA tidak dilengkapi dengan alat pemutus. Pemutusan arus
dapat dilakukan dengan melepaskan steker dari stop kontaknya. Dalam hal ini
mungkin alat-alat yang sedang digunakan siswa menggunakan sumber arus (catu
daya) yeng mengubah tegangan dari 220 V ke tegangan yang sesuai dengan
kebutuhan. Kabel yang menghubungkan sumber tegangan dengan arus utama harus
diketahui guru supaya guru dapat dengan mudah memutuskan arus bila terjadi
sesuatu.
Yang penting harus diperhatikan laboran, sekering pemutus hubungan
pendek harus sesuai dengan peruntukkannya, jangan sekali-kali diganti
dengan serat kawat yang berlebih karena jika terjadi arus pendek sekering
tidak akan putus sehingga memungkinkan terjadinya kebakaran.
Umumnya alat-alat fisika menggunakan arus listrik untuk keperluan
praktikumnya, keperluan tegangannya biasanya 3 – 12 volt. Tegangan arus
listrik yang dianggap tidak membahayakan siswa. Untuk ketertiban kerja
serta keamanan, sebelum praktikum dimulai alat-alat itu selalu diperiksa
terlebih dahulu, terutama dalam hal penyesuaian tegangan yang digunakan
dengan kemampuan alat itu sendiri. Ada yang memerlukan tegangan 110 V atau
220 V. Jika hal ini salah, alat tersebut akan rusak dan mungkin pula
terjadi kecelakaan karena terkejut. Kecelakaan seperti ini sering terjadi
karena kabel listrik tidak tersambung sempurna atau bungkusnya terkelupas.
Jika pada suatu ketika di laboratorium terjadi kecelakaan karena arus
listrik, maka laboran harus segera mengambil tindakan sebagai berikut :
1. Memutuskan aliran listrik yang menuju tempat kejadian dengan cara :
a) Mematikan sakelar pusat
b) Mencabut steker atau kabel
2. Menolong penderita dengan cara menarik tangan dengan menggunakan
isolator.
C. Kesalahan Prosedur yang mengakibatkan kecelakaan
1. Kecelakaan Akibat Listrik
Arus listrik yang terkecil yang masih dapat dirasakan oleh indera perasa
umumnya sebesar 1 mA pada frekuensi 50 Hz untuk AC dan 5 mA untuk DC.
Semakin besar arus listrik yang menyentuh tubuh, semakin kejang gerakan
otot yang terjadi. Kira-kira mulai arus 15 mA pada 50 Hz untuk AC dan 70 mA
untuk DC, respon otot terhadap rangsangan listrik ini sudah tidak teratur
lagi, dan mulai berbahaya bagi kesehatan tubuh. Sedangkan arus 20 MA pada
50 Hz untuk AC dan 80 mA untuk DC sudah mulai sangat berbahaya bagi tubuh
dan dapat membawa kematian, dan arus sebesar 100 mA dapat langsung
menyebabkan kematian.
Pengaruh listrik terhadap tubuh juga bergantung pada sifat individu,
bahkan juga bergantung pada kondisi tempat. Misalnya arus listrik menyentuh
tubuh orang yang berada di tempat basah, berbeda jika orang tersebut berada
di tempat kering.
Percobaan-percobaan listrik biasanya menggunakan catu daya dari 220 V
menjadi tegangan yang sesuai dengan kebutuhan tegangan listrik alat yang
digunakan. Bahaya yang sering terjadi berasal dari kabel yang menghubungkan
catu daya dengan stop kontak. Contoh-contoh menyambung kabel ke stop kontak
yang dapat menimbulkan kecelakaan.
Gambar 22. Contoh menyambung kabel ke stop kontak
Kabel yang dihubungkan ke stop kontak tergeletak di lantai tanpa
pelindung, dapat mengakibatkan terjeratnya kaki orang yang lewat.
Menyambung kabel ke stop kontak yang berada di ruang lain yang dihubungkan
dengan pintu yang banyak dibuka dan ditutup, mengandung resiko rusaknya
kabel, hal ini dapat menyebakan tersentuhnya tubuh dengan kabel yang rusak.
Stop kontak yang rusak juga mengundang bahaya, termasuk kabel yang
diikat dapat merusak kabel sehingga membahayakan.
Gambar 23. Contoh membuka dan memperbaiki peralatan listrik yang
membahayakan
Membuka dan memperbaiki peralatan listrik dimana arus listrik masih
terhubung ke stop kontak juga mengundang bahaya. Mencabut stop kontak harus
dilakukan dengan cara yang benar, yaitu dengan cara memegang kepala steker
jangan sekali-kali mencabut steker dengan cara menarik kabelnya.
2. Pencegahan Kecelakaan Akibat Listrik
Pada dasarnya usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang
ditimbulkan arus listrik, adalah dengan cara menghindarkan kemungkinan
tersentuhnya tubuh pada kabel yang dialiri arus listtrik. Ini dapat
dilakukan dengan mengusahakan kabel atau komponen yang dialiri arus listrik
selalu terlindung isolasi, misalnya dengan cara selalu memeriksa kondisi
stop kontak dan segera menggantinya jika rusak.
3. Kecelakaan Akibat Kebakaran
Penyebab Kebakaran
Kebakaran dapat terjadi dimana-mana dan biasanya terjadi mendadak
sehingga dapat menimbulkan kerugian harta maupun jiwa. Laboratorium IPA
termasuk rawan bahaya kebakaran. Karena itu petugas atau pengguna
laboratorium perlu tahu penyebab terjadinya kebakaran, cara mencegah dan
cara menanggulangi kebakaran.
Kebakaran adalah suatu reaksi kimia antara bahan dengan oksigen yang
menghasilkan energi panas dan cahaya (api). Panas akan merambat ke
sekelilingnya yang selanjutnya akan mempercepat pula kebakaran. Bahaya
kebakaran dapat dipahami dari segitiga api, yakni api hanya akan terbentuk
apabila ada tiga unsur yaitu bahan yang mudah terbakar, panas dan oksigen
bertemu. Apabila salah satu tidak ada, maka tidak akan terjadi kebakaran.
O
B P
B = bahan
P = panas
O = oksigen
Gambar 24. Segitiga api
Salah satu faktor penyebab kebakaran yang sukar dikendalikan adalah
oksigen yang ada dalam udara sekeliling kita. Kadar O2 sebesar 21% cukup
untuk suatu proses kebakaran. Bahan-bahan seperti ini meskipun sukar
terbakar, tetapi dapat menyebabkan bahan lain terbakar meskipun tidak
kontak dengan udara luar. Bahan-bahan mudah terbakar dapat berupa :
a) Padat : karet, kertas, kayu, plastik, dan sebagainya
b) Gas : gas bakar, dan sebagainya.
4. Pencegahan Kebakaran
Sudah kita ketahui bahwa terjadinya kebakaran akibat tiga unsur yaitu:
bahan, panas dan oksigen bertemu, oleh sebab itu dalam mencegah kebakaran
harus memisahkan ketiga unsur tersebut. Langkah-langkah yang harus
dilakukan untuk menghindari pertemuan ketiga unsur tersebut :
Botol berisi zat mudah terbakar hendaknya jangan disimpan atau dibuka
dekat nyala api.
Nyala pembakar spirtus mungkin tidak kelihatan dalam cahaya terang, oleh
sebab itu, jika alat itu tidak diguankan hendaknya api dipadamkan dan
sumbunya ditutup dengan tutup khusus.
Periksa terlebih dahulu jika akan membuat sisa-sisa percobaan yang masih
panas, jangan membuang bahan yang masing panas ke tempat sampah.
Sisa fospor sebaiknya dibakar sampai habis sebelum alat yang digunakan
dibersihkan.
Sebelum meninggalkan laboratorium yakinkan diri bahwa semua api/pembakar
telah dipadamkan termasuk, pipa gas tertutup dan lampu dipadamkan.
5. Penanggulangan kebakaran
Prinsip utama dalam penanggulangan kebakaran adalah bahwa api sebelum
membesar harus segera dipadamkan. Semakin besar api akan semakin sulit
untuk diatasi, karena suhu yang telah tinggi akan mempercepat proses
pembakaran. Api yang baru timbul harus segera dipadamkan dengan kain atau
karung basah atau selimut api.
Tetapi apabila api sudah terlalu besar dan membahayakan untuk ditutup
dengan karung basah, maka segera menggunakan pemadam kebakaran yang
berfungsi :
a) Menurunkan suhu bahan bakar.
b) Mengurangi kontak dengan oksigen.
c) Mengurangi radikal penyebab reaksi berantai.
Ada beberapa jenis pemadam kebakaran, masing-masing digunakan sesuai jenis
api yang menyebabkannya, yaitu :
Air
Mudah diperoleh dengan cepat. Dalam pemadaman, air berfungsi sebagai
pendingin dan menyelimuti bahan dari oksigen oleh adanya uap air yang
terbentuk. Pemakaian air untuk pemadam kebakaran bila api ditimbulkan oleh
kebakaran kertas, kayu, karet dan plastik. Tetapi perlu diperhatikan bahwa
penggunaan air tidak baik untuk jenis kebakaran sebagai berikut :
Kebakaran pelarut organik (heksan, eter, petrolium eter) air justru
akan memperbesar atau memperluas kobaran api.
Pada kebakaran akibat listrik, air akan menimbulkan hubungan pendek
kecuali apabila aliran listrik dipadamkan terlebih dahulu.
Pada kebakaran oleh logam-logam alkali seperti natrium dan kalium, air
akan memperbesar reaksi kebakaran.
Busa
Adalah dispersi gas dalam cairan yang berfungsi mengisolasi bahan dari
oksigen. Pemadam kebakaran jenis busa cukup efektif untuk api yang
ditimbulkan oleh kebakaran bahan-bahan padat (kayu, kertas, karet, palstik)
dan bahan-bahan pelarut organik. Tetapi busa berbahaya untuk kebakaran
akibat listrik serta logam alkali.
Busa kering (Dry powder)
Adalah bubuk halus campuran kimia seperti : Na2CO3, K2CO3, KCl, dsb yang
mudah mengalir apabila disemprotkan. Dalam pemadam kebakaran, bahan
tersebut berfungsi sebagai :
a) melindungi bahan dari oksigen
b) meilindungi bahan dari radiasi panas
c) Menyerap radikal pembentuk reaksi berantai.
Sangat baik untuk jenis kebakaran bahan padat, bahan pelarut organik, dan
bahan logam alkali. Tetapi tidak efektif untuk tempat terbuka.
Gas CO2
Gas CO2 bertenaga tinggi dengan efektif dapat digunakan untuk
pemadaman segala jenis kebakaran. Hal ini terjadi karena gas tersebut lebih
berat dari udara. Dapat mengisolasi bahan yang terbakar dari oksigen, namun
kelemahannya adalah dapat terjadinya penyalaan api kembali.
Halon
Suatu senyawa hidrokarbon yang terhalogenasi (umumnya turunan metana
atau etana), Jenis pemadaman kebakaran ini berfungsi sebagai pembentuk
selimut api yang mengisolasi bahan dari oksigen, penyerap efektif radikal
penyebab reaksi berantai. Halon baik untuk semua jenis kebakaran, karena
mempunyai volum yang lebih kecil sehingga lebih praktis dari pada CO2.
Secara singkat penggunaan pemadam kebakaran dan jenis api dapat
dilihat dari Tabel 12 berikut.
Tabel 12. Identifikasi Bahan yang mudah terbakar
"Bahan terbakar "Pemadaman kebakaran "
" "Air "Busa "Bubuk "CO2 "Halon "
" " " "Kering " " "
"Benzena, eter, heksan,"Tidak "Ya "Ya "Ya "Ya "
"dan minyak cair. " " " " " "
"Listrik "Tidak "Tidak "ya "ya "ya "
"Logam alkali (Na,K) "Tidak "Tidak "ya "ya "ya "
Dalam penanggulangan kebakaran selain tersedia pemadam kebakaran, juga
harus ada petugas yang terlatih mengoperasikan alat pemadam kebakaran.
Selain itu alat pemadam kebakaran harus selalu diperiksa secara teratur
kadaluarsanya dari waktu ke waktu, masih berfungsi atau tidak.
6. Akibat kebakaran
Kebakaran yang tidak terkendalikan, selain bahaya api atau panas yang
terjadi dapat menimbulkan akibat lain:
a. Korban panik
Situasi yang kacau dalam kebakaran menimbulkan kepanikan. Ini akan
menyebabkan korban berupa :
Jatuh dan terinjak-injak
Tindakan ceroboh atau spekulasi loncat dari tempat tinggi.
a. Asap
Asap hasil pembakaran akan bergerak lebih cepat dari panas, dan dapat
mengkibatkan :
Seseorang terperangkap asap dan kekurangan oksigen
Gangguan terhadap penglihatan/mata
b. Gas Panas
Gas panas atau udara panas akan merusak paru-paru. Panas dapat pula
menyebabkan benda-benda lain ikut mudah terbakar. Juga panas akan
menyebabkan bahan-bahan kimia lain dapat meledak atau mengeluarkan gas
beracun.
c. Gas beracun
Gas beracun dalam kebakaran dapat terjadi seperti :
Karbon monoksida (CO), sebagai akaibat pembakaran yang tidak sempurna,
gas tersebut amat beracun.
Hidrogen sulfida (H2S), terbentuk akibat kebakaran kulit dan karet,
keracunan oleh gas ini dapat fatal.
Belerang dioksida (SO2), gas ini dihasilkan oleh kebakaran kulit dan
belerang.
Amoniak (NH3), sebagai hasil kebakaran dari plastik fenolik.
Asam sianida (HCN), dihasilkan pada kebakaran karet, busa polisianida
dan akrilik.
Hidrogen Klorida (HCL), dihasilkan oleh kebakaran PVC
Fosgen, senyawa-senyawa organoklor bila terbakar dapat menghasilkan
gas fosgen yang amat beracun.
D. Memberi pertolongan pertama pada kecelakaan
Kecelakaan dapat terjadi dimana-mana, terutama di lingkungan yang
berbahaya. Pada pembahasan ini hanya akan dibicarakan P3K yang banyak
sangkut pautnya dengan kecelakaan yang terjadi di laboratorium IPA.
Tujuan PPPK bukanlah usaha mengobati penderita tetapi hanya sekedar
meringankan penderitaan si penderita sambil menunggu pengobatan dari
dokter.
Kecelakaan yang sering terjadi di laboratorium:
1. Luka bakar
Luka bakar dapat terjadi oleh beberapa penyebab, yakni :
a. Terbakar karena api atau tersinggung panas
Daerah terbakar secepatnya didinginkan dengan air dingin atau air
es, hingga penderita merasa tidak sakit lagi.
Bagian terbakar ditutup dengan kasa pembalut yang telah diolesi
vaselin, atau minyak kelapa, atau lemak ayam atau minyak ikan.
Jangan sekali-kali diolesi dengan mentega, mentega bukan mengurangi
rasa sakit tetapi menambah rasa sakit!
b. Terbakar oleh asam atau basa
Cucilah dengan air dingin bagian yang terbakar sebanyak-banyaknya.
c. Terbakar karena natrium atau kalium
Hilangkan logamnya, kemudian cuci dengan air dingin sebanyak-
banyaknya.
1. Mata kemasukan benda asing
Mengingat mata adalah bagian yang lunak dan peka terhadap benda
asing, maka kecelakaan pada mata digolongkan sebagai kecelakaan yang
berbahaya. Benda asing yang masuk dibedakan menjadi :
Mata kemasukan Asam
Cuci mata dengan air sebanyak-banyaknya, kemudian dengan gelas
pencuci mata, cucilah mata dengan larutan 1% natrium bikarbonat.
Mata Kemasukan basa
Cuci mata dengan air sebanyak-banyaknya, kemudian dengan gelas
pencuci mata, cucilah mata dengan larutan 1% asam borat.
Mata Kemasukan Brom
Cuci mata dengan air sebanyak-banyaknya, kemudian dengan gelas
pencuci mata, cucilah mata dengan larutan 1% natrium bikarbonat.
Mata Kemasukan Debu/benda padat
Tangan sipenolong harus dicuci terlebih dahulu. Bukalah kelopak
mata dengan telunjuk dan ibu jari. Kemudian suruhlah sipenderita
mengedip-mengedipkan matanya. Jika debu atau benda asing telah
terlihat, ambillah debu tersebut dengan cara menempelkan ujung
saputangan basah pada debu tersebut, ingat cara melakukannya harus
hati-hati. Jika benda asing susah dikeluarkan hendaknya mata ditutup
dengan segumpal kapas, kemudian cari pertolongan dokter.
2. Luka tergores
Semua jenis luka berbahaya, sebab luka itu memungkinkan bibit penyakit
masuk ke dalam tubuh. Tindakan pertama yang harus dilakukan adalah
mengusahakan agar tubuh tidak kemasukan bibit penyakit melalui luka. Jika
luka kecil, sapulah luka dengan mercuro chrom (obat merah) atau yodium
tinktur. Tetapi jika luka tersebut terlalu besar hingga menganga jangan
mengoleskan obat tersebut pada bagian lukanya, tetapi sapulah dengan obat
tersebut pada bagian pinggirnya, kemudian tutuplah dengan pembalut kasa.
Jika luka itu megeluarkan banyak darah, ambilah tumpukan kapas yang cukup
tebal dan tekanlah pada luka tersebut untuk mengurangi darah mengalir. Bila
bagian yang luka itu dapat diangkat berusahalah mengangkat lebih tinggi
dari letak jantung, ini akan mengurangi keluarnya darah. Pendarahan yang
menetes atau menyembur karena pembuluh darah balik luka. Menghentikan
pendarahan menetes biasanya dilakukan dengan memijit urat balik di bawah
luka. Pendarahan yang memancar disebabkan pembuluh nadi yang luka.
Pendarahan ini dihentikan dengan memijit urat nadi di atas luka, atau
dengan pembalut penekan pendarahan. Cara membuat dan memasang pembalut
penekan pendarahan sebagai berikut :
Lipatlah sehelai pembalut segitiga hingga menjadi pembalut yang
lebarnya kurang dari 4 cm. Kemudian ikatkan balut itu longgar di atas luka.
Masukan ranting atau tongkat pendek ke dalam simpul balut, lalu putarlah
ranting itu, hingga kain balut terikat kuat pada bagian yang dibalut, dan
darah tidak memancar, tetapi harus diperhatikan untuk mengendorkan balut
setelah beberapa saat agar pasokan darah ke luka tidak terhenti.
Gambar 25 memperlihatkan titik-titik pembuluh darah yang penting,
tempat pemijitan untuk menghentikan pendarahan.
Gambar 25. Pemijitan untuk penghentian pendarahan
Luka yang disebabkan sengatan hewan, janganlah sekali-kali digosok,
sebab racun yang dikeluarkannya akan lebih cepat tersebar masuk ke dalam
tubuh.
Racun yang dikeluarkan oleh lebah madu, laba-laba, nyamuk mempunyai
sifat asam. Oleh karena itu gosoklah bekas sengatan itu dengan kapas yang
dibasahi dengan amonia atau larutan soda untuk menawarkan racun tersebut.
Dan luka sengatan lebah harus disapu dengan asam cuka, karena racunnya
bersifat basa.
3. Pingsan
Perasaan tidak sadar atau pingsan merupakan akibat dari terganggunya
aliran darah ke otak. Rasa takut, terik matahari, kelelahan yang melampaui
batas, sesak napas di tempat tertutup dan pendarahan yang luar biasa dapat
mengakibatkan pingsan.
Pingsan biasanya dapat dilihat dari tanda-tanda yang dapat kita amati,
misalnya muka pucat, kulit terasa dingin, banyak mengeluarkan keringat.
Jika terlihat ada tanda-tanda tersebut maka penderita suruh membungkuk,
sehingga kepala ada di bawah jantung. Usaha ini untuk memperlancar
peredaran darah ke kepala. Keadaan membungkuk terus menerus tidak baik bagi
jalannya pernapasan. Oleh karena itu setelah beberapa detik si penderita
suruh tegak kembali sambil bernapas sedalam-dalamnya, dan ciumkan benda
yang merangsang, umpamanya minyak wangi.
Apabila si penderita sampai pingsan, perlu ditolong dengan pernapasan
buatan. Menolong orang pingsan dengan mengadakan pernapasan buatan ini
banyak caranya, diantarnya:
a) Metoda Schaefer
Baringkan penderita tertelungkup dengan kepala agak miring ke bawah.
Untuk itu letakkan lipatan kain atau pakaian di bawah perutnya.
Cara mengadakan pernapasan buatan menurut Schaefer. Tangan penderita
ditaruh lurus ke muka, kemudian berlututlah di samping kaki penderita dan
letakkan kira-kira pada tempat tulang rusuk yang kedua dari bawah.
Tekanlah pinggang penderita dengan perlahan - lahan dengan
menggerakkan badan penolong ke arah muka. Dengan demikian penderita
mendapat tekanan seberat badan penolong. Dengan cara tersebut diharapkan
udara dari paru-paru akan terhembus keluar. Lakukan tekanan ini selama dua
detik, kemudian lepaskan tekanan ini perlahan-lahan sehingga udara terhisap
kembali. Biarkan selama 3 detik, setelah itu lakukan kembali seperti
semula.
b) Metode Sylvester
Terlentangkan penderita di tempat yang tenang. Letakkan lipatan baju
atau bantal di bawah bahunya. Kemudian berlututlah di sebelah kepala
penderita. Peganglah penderita itu dan angkatlah tangannya ke atas.
Kemudian letakkan tangan itu pada tanah lurus dengan badannya. Kembalikan
kedua tangan penderita kepada sikap semula. Sikunya di atas batas dada,
perut dan letaknya berdekatan sedangkan tangannya terletak di dada.
Tekanlah penderita seberat badan penolong pada kedua belah siku penderita
di atas dada. Dengan cara demikian dada penderita menjadi sempit dan udara
akan terhembus keluar. Ulangi hingga 10 sampai 12 kali.
Itulah cara yang sering dilakukan orang untuk mengadakan pernapasan
buatan bagi penderita pingsan. Cara menolong orang pingsan dengan cara yang
lain tentu masih ada.
4. Radiasi dan zat radioaktif
Di negara-negara yang telah maju banyak dikenalkan zat-zat radioaktif
di sekolah untuk keperluan praktikum. Di beberapa sekolah besar ada
beberapa zat radioaktif diantaranya radium, Amecicum, Cobalt, Strontium.
Radiasi zat radioaktif ini berbahaya untuk kesehatan tubuh, terutama
mempengaruhi jaringan-jaringan tubuh yang dalam keadaan tumbuh atau lunak.
Zat radioaktif yang dikirimkan ke sekolah memiliki radiasi yang tidak
terlalu membahayakan tubuh, namun demikian jika radiasi itu terus menerus
menembus tubuh, maka kitapun tidak akan luput dari bahaya radiasi. Oleh
karena itu untuk melaksanakan percobaan-percobaan yang menggunakan zat
radioaktif ini perlu diperlihatkan beberapa ketentuan seperti di bawah ini
:
a) Guru yang membimbing siswa melakukan percobaan dengan zat radioaktif
hendaknya yang telah mendapat latihan yang baik dalam melaksanakan
percobaan ini.
b) Pelaksanaan tata tertib kerja di laboratorium harus diawasi dengan
ketat, misalnya dilarang makan, minum atau merokok sewaktu melakukan
praktikum.
c) Sewaktu melaksanakan praktikum harus selalu memakai baju pelindung
(baju lab) dan jika sudah selesai baju lab itu disimpan ditempat
praktikum.
d) Setelah praktikum, tangan harus dicuci dan kemudian dikeringkan
dengan handuk atau serbet yang sesudah dipakai atau langsung dibuang
ke tempat yang disediakan khusus untuk ini.
e) Selalu menghindarkan sentuhan dengan zat radioaktif.
f) Dilarang menempel label dengan cara menjilat label yang kemudian
ditempelkan pada zat radioaktif.
g) Selama melakukan percobaan dengan zat radioaktif sebaiknya digunakan
sarung tangan (sangat dianjurkan sarung tangan politena).
h) Percobaan yang berhubungan dengan zat radioaktif sebaiknya
dilaksanakan di ruang khusus.
i) Wadah-wadah yang digunakan untuk melakukan percobaan, hendaknya
disimpan secara terpisah dan dicuci secara terpisah pula dengan alat
lainnya.
j) Usai percobaan zat radioaktif yang tersisa harus selalu dikontrol
sehingga mungkin terbuang ke tempat sampah atau ke tempat lain yang
jauh.
k) Setiap botol kimia yang berisi zat radioaktif selalu diberi label,
sebagai peringatan bahwa isi botol tersebut berbahaya.
Isi Kotak PPPK
Setiap laboratorium harus mempunyai kotak PPPK. Isi kotak P3K yang sangat
diperlukan adalah :
1. Spalk dua buah
2. Pembalut, 2 sampai 3 rol
3. Pembalut steril 1 rol
4. Kain pembalut segitiga dengan panjang diagonal kira-kira 80 – 100 cm,
5. Plester 1 rol
6. Gunting kecil 1 buah
7. Peniti 10 sampai 15 buah
8. Pinset 1 buah
9. Termometer badan 1 buah
10. Mercurrochrom, yodium tinkur, betadin 1 botol
11. Boorwater 1 botol dan gelas pencuci mata 1 buah
12. Obat-obatan penghilang rasa sakit (novalgin, decolgen, naspro, dsb.)
13. Obat sementara sakit perut (norit)
14. Amoniak, soda
15. Asam cuka
16. Minyak kelapa, vaselin, air kapur
17. Garam oralit
E. Latihan
1. Apakah usaha anda agar di laboratorium tempat anda bekerja tidak
terjadi kebakaran?
2. Apa yang anda lakukan ketika seorang siswa membuat kesalahan sehingga
tangannya luka bakar?
3. Jika ada seorang siswa yang ceroboh sehingga terkena aliran listrik,
langkah pertama apakah yang harus anda lakukan untuk menolong siswa
tersebut?
4. Di setiap laboratorium diharuskan adanya alat pemadam kebakaran,
pemeliharaan apakah yang harus dilakukan terhadap alat tersebut ?
F. Umpan Balik
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban Kegiatan Belajar 4 yang
terdapat pada bagian Lampiran. Hitunglah jawaban yang benar, Kemudian
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 4.
Arti tingkat penguasaan : 90 – 100 % = baik sekali
80 – 89 % = baik
70 – 79 % = cukup
< 70 % = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, maka anda dapat
mengikuti uji kompetensi tenaga laboran. Jika masih di bawah 80% anda
harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 3, terutama tentang bagian yang
belum dikuasai.
BAB III
EVALUASI KINERJA
Evaluasi kinerja bertujuan untuk mengukur hasil pelajar peserta
pelatihan berdasarkan kompetensi dan indikator capaian. Evaluasi kinerja
terdiri dari evaluasi hasil belajar dalam bentuk tes kognitif dan
penilaian proses selama pelatihan berlangsung.
A. Evaluasi Hasil Belajar
1. Jelaskan upaya yang harus dilakukan agar penataan laboratorium Fisika
menjadi lebih baik.
2. Upaya apakah yang harus dilakukan untuk menjaga kebersihan di
laboratorium?
3. Upaya apakah yang harus dilakukan agar keamanan ruangan laboratorium
tetap terjaga?
4. Bagaimanakah menata bahan dan alat praktikum fisika untuk membantu guru
dalam mempersiapkan praktikum fisika?
5. Berilah tiga contoh cara memelihara peralatan fisika, dan jelaskan upaya
pencegahan kerusakan pada alat fisika.
6. Jika ada seorang siswa yang ceroboh sehingga terkena aliran listrik,
langkah pertama apakah yang harus anda lakukan untuk menolong siswa
tersebut?
7. Aspek apakah yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan alat dan bahan
percobaan fisika?
8. Jelaskan mekanisme penyiapan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
percobaan fisika.
B. Penilaian Proses
Tabel 13. Format Penilaian Kinerja Kompetensi Administrasi
"No. "Kompetensi "Skala penilaian "
" " " "
"1 "Menata ruang laboratorium fisika "1 "2 "3 "4 "5 "
"2 "Memelihara kebersihan dan kenyamanan " " " " " "
" "laboratorium fisika " " " " " "
"4 "Mengklasifikasi bahan dan peralatan " " " " " "
" "laboratorium fisika " " " " " "
"5 "Menggunakan alat ukur dasar fisika " " " " " "
"6 "Mengidentifikasi kerusakan bahan, peralatan " " " " " "
" "dan fasilitas laboratorium fisika " " " " " "
"7 "Memelihara kebersihan alat laboratorium fisika" " " " " "
"8 "Menyiapkan bahan dan peralatan laboratorium " " " " " "
" "fisika " " " " " "
"9 "Menggunakan peralatan keselamatan kerja di " " " " " "
" "laboratorium fisika " " " " " "
"10 "Menangani bahan-bahan berbahaya dan beracun " " " " " "
" "sesuai dengan prosedur yang berlaku " " " " " "
"11 "Menangani limbah laboratorium sesuai dengan " " " " " "
" "prosedur yang berlaku " " " " " "
"13 "Memberi pertolongan pertama pada kecelakaan " " " " " "
Petunjuk penilaian
Skala Kriteria
1. sangat kurang
2. kurang
3. cukup
4. baik
5. sangat baik
DAFTAR PUSTAKA
Laws, P.W. (1997). Workshop Physics Activity Guide. Vol 1-4. New York: John
Wiley & Sons, Inc.
Laws, P.W. (1999). "Women's Responses to An Activity-Based Introductory
Physics Program". American Journal of Physics. Supplement. 67 (7), S32-
S37.
McDermott, L.C. Shaffer, P.S. Rosenquist, M.L. (1996). Physics By Inquiry,
An Introduction to physics and the Physical Sciences. Vol. I dan II,
New York : John Wiley & Sons Inc.
Permendiknas Nomor 26 tahun 2008. Standar Tenaga Laboratorium
Sekolah/Madrasah.
Depdiknas.2003.Pedoman Pendayagunaan Laboratorium dan Alat Pendidikan
IPA.Jakarta.
Pudak Scientific.2003. Optika Panduan Contoh-Contoh Percobaan Untuk Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama.
Pudak Scientific.2003. Hidrostatika dan Panas, Panduan Contoh-Contoh
Percobaan Untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.
Pudak Scientific.2003. Gelombang dan Thermodinamika, Contoh-Contoh
Percobaan Untuk Sekolah Menengah Atas.
Pudak Scientific.2003. Listrik magnet, Contoh-Contoh Percobaan Untuk
Sekolah Menengah Atas.
Diakses pada :
http://images.google.co.id/imglanding?q=jangka%20sorong&imgurl=http://pe
ngetahuanumum.com/2008
Depdiknas.2003.Pengelolaan Laboratorium Fisika.Jakarta.Proyek Peningkatan
Mutu SMA.
LAMPIRAN
A. Kisi-kisi jawaban latihan kegiatan belajar 1
"No. "Jawaban "Skor "
"1 "Menyebutkan perlengkapan laboratorium IPA "20 "
" "(Fisika) yang terdiri dari perabot/ mebeller, " "
" "alat peraga pendidikan, perkakas, alat P3K, " "
" "alat kebersihan dan kumpulan buku. Ruangan " "
" "penunjang kegiatan laboratorium yang terdiri " "
" "dari ruangan persiapan, ruangan penyimpanan, " "
" "ruang gelap dan ruang timbang. Semua fasilitas " "
" "tersebut dirinci keterangannya sesuai dengan " "
" "fasilitas laboratorium di sekolah anda bekerja." "
" "Menyebutkan hanya perlengkapan laboratorium "10 "
" "fisika tanpa menyebutkan tuangangan penunjang. " "
" "Menyebutkan perlengkapan laboratorium tidak "2 "
" "berdasarkan keadaan sekolah. " "
"2 "Menyebutkan perlengkapan dan ruangan penunjang "20 "
" "laboratorium lengkap dengan fungsinya dan " "
" "menyebutkan perlengkapan laboratorium tidak " "
" "sesuai dengan fungsinya. " "
" "Menyebutkan perlengkapan dan ruangan penunjang "10 "
" "laboratorium lengkap dengan fungsinya dengan " "
" "benar " "
" "Menyebutkan perlengkapan dan ruangan penunjang "2 "
" "laboratorium dengan fungsinya tetapi kurang " "
" "tepat. " "
"3 "Jawaban yang menjelaskan penataan laboratorium "20 "
" "terkait dengan aspek-aspek sebagai berikut: " "
" "kenyamanan di laboratorium, " "
" "petepatan menataan setiap perlengkkapan sesuai " "
" "dengan fungsinya, " "
" "kemudahan dalam pengambilan alat percobaan, " "
" "pemeliharaan dan " "
" "keamanan peralatan memerlukan penanganan " "
" "khusus. " "
" "Jawaban yang menjelaskan upaya penataan "10 "
" "laboratorium fisika yang terdiri dari 3 aspek " "
" "di atas " "
" "Jawaban yang menjelaskan upaya penataan "2 "
" "laboratorium fisika yang terdiri dari 3 aspek " "
" "di atas " "
"4 "Upaya yang harus dilakukan untuk memelihara "20 "
" "kebersihan di laboratorium: " "
" "membuat jadwal kebersihan ruang laboratorium " "
" "secara teratur. " "
" "Melakukan kegiatan membersihkan seluruh ruangan" "
" "laboratorium secara teratur. " "
" "Membersihkan peralatan laboratorium setelah " "
" "peralatan digunakan untuk percobaan. " "
" "Membersihkan perlengkapan laboratorium selain " "
" "alat percobaan dan dilengkapi contohnya. " "
" "Menjawab upaya menjaga kebersihan laboratorium "10 "
" "fisika dua dari tiga kegiatan yang harus " "
" "dilakukan " "
" "Menjawab upaya yang harus dilakukan tanpa "3 "
" "disertai contoh. " "
"5 "Upaya menjaga keamanan laboratorium terdiri "20 "
" "dari: " "
" "Mengunci ruang lab ketika laboratorium sedang " "
" "kosong. " "
" "Menjaga laboratorium ketika sedang digunakan " "
" "untuk praktikum. " "
" "Mengecek kelengkapan peralatan praktikum " "
" "setelah digunakan, terutama peralatan yang " "
" "berukuran kecil dan berharga mahal. " "
" "Menyimpan peralatan yang mahal dan selalu " "
" "dikunci untuk menghindari kehilangan alat. " "
" "Menyebutkan upaya keamanan laboratorium 3 dari "10 "
" "empat kegiatan. " "
" "Menyebutkan upaya keamanan lab 1 dari 4 "3 "
" "kegiatan " "
B. Kisi-kisi jawaban latihan kegiatan belajar 2
"No. "Jawaban "Skor "
"1 "Sistem pengkodean alat fisika terdiri dari kode"20 "
" "katalog yang terdiri dari 3 huruf dilanjutkan " "
" "dengan 2 numerik. Peralatan fisika terdiri dari" "
" "14 kelompok yaitu mekanika, zat padat, zat " "
" "cair, zat gas, gelombang, optik, cahaya, panas," "
" "listrik statis, listrik mengalir, magnet, " "
" "elektromagnet, alat listrik, dan elektronika. " "
" "Menyebutkan system pengkodean dan jumlah "10 "
" "kelompok peralatan fisika tanpa menyebutkan " "
" "nama kelompok peralatannya. " "
" "Menyebutkan system pengkodean tanpa menyebutkan"3 "
" "pengelompokkan alat fisika " "
"2 "Bagian-bagian dari basic meter adalah: "20 "
" "Binding Post untuk memilih batas ukur maksimum " "
" "Sakelar pemilih fungsi (voltmeter/ ampere " "
" "meter) " "
" "Ground/ nol " "
" "Skala Meter " "
" "Petunjuk fungsi alat " "
" "Penyetel nol " "
" "Menyebutkan bagian-bagian dari basic mater 4 "10 "
" "dari 6 bagian dari basic meter " "
" "Menyebutkan bagian-bagian dari basic meter 2 "3 "
" "dari 6 bagian basic meter " "
"3 "Penggunaan multimeter sebagai pengukur kuat "15 "
" "arus DC dengan menempatkan sakelar pilih pada " "
" "DC mA sesuai dengan perkiraan batas ukur; " "
" "multimeter dipasang seri dengan rangkaian; dan " "
" "pembacaan skala sesuai dengan range skala arus " "
" "pada multimeter. " "
" "Penggunaan multimeter sebagai pengukur beda " "
" "potensial DC dengan menempatkan sakelar pilih " "
" "pada DC V sesuai dengan perkiraan batas ukur; " "
" "multimeter dipasang paralel dengan rangkaian; " "
" "dan pembacaan skala sesuai dengan range skala " "
" "tegangan pada multimeter. " "
" "Menyebutkan perbedaan dengan dua kriteria dari "10 "
" "tiga kriteria yang benar. " "
" "Menyebutkan satu perbedaan dengan benar "5 "
"4 "Bagian bagian dari jangka sorong adalah: "20 "
" "Daerah pengukuran dalam " "
" "Daerah pengukuran luar " "
" "Daerah pengukuran tinggi " "
" "Rahang tetap " "
" "Rahang bergerak " "
" "Skala utama " "
" "Skala nonius " "
" "Mur pengunci " "
" "Batang pengukur tinggi " "
" "Jangka sorong mempunyai dua skala, yaitu skala " "
" "utama dan skala nonius. " "
" "Skala utama terdapat pada rahang tetap dan " "
" "merupakan skala standar dengan skala terkecil " "
" "adalah 1 mm. " "
" "Skala nonius terdapat pada rahang yang bergerak" "
" "dan merupakan skala tertentu, yaitu suatu jarak" "
" "dibagi menjadi beberapa bagian. Pada skala " "
" "nonius inilah yang menunjukkan ketelitian alat " "
" "ukur. " "
" "Menyebutkan 7 dari 9 bagian dari jangka sorong "10 "
" "dan menjelaskan 2 jenis skala pada jangka " "
" "sorong. " "
" "Menyebutkan 4 dari 9 bagian dari jangka sorong "3 "
" "dan tidak menjelaskan skala pada jangka sorong " "
"5 "Cara menata bahan dan alat praktikum fisika "20 "
" "adalah: " "
" "Alat-alat untuk percobaan fisika dikumpulkan " "
" "berdasarkan kelompok percobaan. " "
" "Alat-alat yang digunakan untuk beberapa jenis " "
" "percobaan, misalnya termometer yang juga " "
" "dipakai untuk percobaan panas dan listrik, " "
" "disimpan di suatu tempat khusus untuk alat " "
" "aneka guna. " "
" "Penyimpanan juga dapat dilakukan berdasarkan " "
" "atas bahan alat, misalnya alat-alat dari kaca " "
" "disimpan dalam satu kumpulan, demikian pula " "
" "alat-alat bahan dari kayu, besi, porselin dan " "
" "sebagainya. " "
" "Masing-masing tempat penyimpanan alat diberi " "
" "daftar nama agar alat mudah ditemukan. " "
" "Alat-alat yang sebagian besar terdiri dari " "
" "logam hendaknya disimpan jauh dari zat-zat " "
" "kimia, karena uap zat kimia dapat merusak alat." "
" " " "
" "Penyimpanan pipet dan buret sebaiknya disimpan " "
" "dalam keadaan berdiri, dan perlu diletakkan " "
" "pada tempat yang khusus. " "
" "Dengan cara demikian pipet dan buret akan cepat" "
" "kering dan siap untuk dipakai lagi. Jika pipet " "
" "dan buret tidak sering dipakai hendaknya " "
" "penyimpanannya di tempat yang tertutup hingga " "
" "tidak kena debu. " "
" "Menyebutkan cara menata dan menyimpan alat dan "10 "
" "bahan praktikum sebanyak 4 dari 7 cara. " "
" "Menyebutkan cara menata dan menyimpan alat dan "3 "
" "bahan praktikum fisika sebanyak 2 dari 7 cara. " "
"6 "Menjelaskan 3 contoh dari 13 contoh dibawah ini"15 "
" "dengan benar. " "
" "Contoh-contoh cara memelihara peralatan fisika," "
" "dan upaya pencegahan kerusakan pada alat " "
" "fisika yaitu: " "
" "sebelum siswa menggunakan alat-alat yang mudah " "
" "pecah atau rusak, harus diminta perhatian " "
" "khusus cara menggunakan alat-alat itu. " "
" "Untuk mencegah kerusakan usaha pertama yang " "
" "paling penting adalah menjaga alat itu supaya " "
" "tetap kering dan bersih. Siswa harus dibiasakan" "
" "membersihkan alat-alat terlebih dahulu sebelum " "
" "menyimpannya. " "
" "Laboran harus memeriksa betul apakah alat-alat " "
" "yang dimasukkan ke laci itu betul dalam keadaan" "
" "bersih. " "
" "Alat-alat dari kaca dibersihkan dengan sabun. " "
" "Jika kotoran yang melekat sukar dihilangkan " "
" "alat direndam dalam asam kromat (100 g kalium " "
" "bikromat dilarutkan dalam 100 g asam sulfat " "
" "pekat, dimasukan dalam 1 liter air). " "
" "Lensa dibersihkan dengan kertas lensa khusus " "
" "dan bila tidak ada dapat digunakan kertas tisu " "
" "lembut. " "
" "Mikroskop, neraca analitik dan beberapa alat " "
" "fisika yang ada lensanya supaya dijaga kering " "
" "dengan meletakkan silica gel didekatnya atau di" "
" "tempat dengan pemanas lampu. " "
" "Untuk menghindarkan neraca dari kerusakan " "
" "supaya diperhatikan cara siswa menimbang, " "
" "terutama menimbang bahan kimia dan batas " "
" "ukurnya. " "
" "Lensa mikroskop kadang-kadang kotor. Lensa " "
" "tersebut harus dibersihkan dengan xilena. " "
" "Alat-alat dari besi perlu dicegah dari karat " "
" "dengan cara mengecatnya. Sebelum dicat digosok " "
" "terlebih dahulu dengan ampelas. Untuk alat-alat" "
" "tertentu pencegahan karat dapat dilakukan " "
" "dengan penyepuhan. " "
" "Tutup kaca sewaktu dibersihkan supaya disatukan" "
" "dengan induknya, agar tidak hilang atau " "
" "tertukar. " "
" "Semprot (siring) untuk percobaan gas harus " "
" "selalu dalam keadaan bersih. Adanya zat yang " "
" "tertinggal di dalamnya akan menyebabkan siring " "
" "rusak. Siring jangan dijepit karena menjepit " "
" "siring akan merusak selongsongnya. Siring " "
" "plastik tidak boleh dipakai untuk zat yang " "
" "panas, siring dapat dipakai sebagai pipet. " "
" "Menyebutkan 2 contoh dari 13 contoh tersebut "10 "
" "dengan benar " "
" "Menyebutkan 1 contoh dari 13 contoh tersebut "5 "
" "dengan benar " "
C. Kisi-kisi jawaban latihan kegiatan belajar 4
"No. "Jawaban "Skor "
"1 "Usaha mencegah terjadinya kebakaran adalah : "40 "
" "Dalam mencegah kebakaran harus memisahkan " "
" "ketiga unsur bahan, panas dan oksigen. " "
" "Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk " "
" "menghindari pertemuan ketiga unsur tersebut : " "
" "Botol berisi zat mudah terbakar hendaknya " "
" "jangan disimpan atau dibuka dekat nyala api. " "
" "Nyala pembakar spirtus mungkin tidak kelihatan " "
" "dalam cahaya terang, oleh sebab itu, jika alat " "
" "itu tidak diguankan hendaknya api dipadamkan " "
" "dan sumbunya ditutup dengan tutup khusus. " "
" "Periksa terlebih dahulu jika akan membuat " "
" "sisa-sisa percobaan yang masih panas, jangan " "
" "membuang bahan yang masing panas ke tempat " "
" "sampah. " "
" "Sisa fospor sebaiknya dibakar sampai habis " "
" "sebelum alat yang digunakan dibersihkan. " "
" "Sebelum meninggalkan laboratorium yakinkan diri" "
" "bahwa semua api/pembakar telah dipadamkan " "
" "termasuk, pipa gas tertutup dan lampu " "
" "dipadamkan. " "
" "Menyebutkan 3 cara pencegahan kebakaran. "20 "
" "Menyebutkan 2 cara pencegahan kebakaran "10 "
"2 "Usaha yang dilakukan ketika seorang siswa "30 "
" "membuat kesalahan sehingga tangannya luka bakar" "
" "yaitu: pada daerah terbakar secepatnya " "
" "didinginkan dengan air dingin atau air es, " "
" "hingga penderita merasa tidak sakit lagi. " "
" "Bagian terbakar ditutup dengan kasa pembalut " "
" "yang telah diolesi vaselin, atau minyak kelapa," "
" "atau lemak ayam atau minyak ikan. " "
" "Menyebutkan usaha dengan benar, tetapi tidak "10 "
" "dilanjutkan dengan pembaluatan pada luka bakar " "
"3 "Langkah pertama jika ada seorang siswa yang "30 "
" "ceroboh sehingga terkena aliran listrik adalah:" "
" "Memutuskan aliran listrik yang menuju tempat " "
" "kejadian dengan cara: mematikan sakelar pusat, " "
" "mencabut steker atau kabel, menolong penderita " "
" "dengan cara menarik tangan dengan menggunakan " "
" "isolator. " "
" "Menyebutkan dua langkah pertolongan pertama "20 "
" "dengan benar " "
" "Menyebutkan satu langkah pertolongan pertama "10 "
" "dengan banar " "
-----------------------
SKETSA
PENATAAN RUANG LABORATORIUM FISIKA
Tingkat Penguasaan = Jumlah skor yang diperoleh x 100 %
Jumlah skor total
1
2
3
4
5
6
DC mA
R
+
_
DC V
+
_
R
AC V
+
_
&!
+
_
R
1
2
3
4
5
6
7
4
5
7
+
_
R
1
2
3
4
5
6
7
4
5
7
6
8
9
Tingkat Penguasaan = Jumlah skor yang diperoleh x 100 %
Jumlah skor total
Tingkat Penguasaan = Jumlah skor yang diperoleh x 100 %
Jumlah skor total
Tingkat Penguasaan = Jumlah skor yang diperoleh x 100 %
Jumlah skor total