BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberlakuan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), menuntut siswa untuk memiliki kompetensi khusus dalam semua mata pelajaran setelah proses pembelajaran. Kompetensi merupakan kemampuan berpikir, bertindak, dan
bersikap
secara
konsisten
sebagai
perwujudan
dari
pengetahuan,
keterampilan, dan nilai. Kompetensi ini sebagai bekal bagi peserta didik agar dapat menanggapi: i) isu lokal, nasional, kawasan, dunia, sosial, ekonomi, lingkungan dan etika; ii) menilai secara kritis perkembangan dalam bidang Sains dan teknologi serta dampaknya; iii) memberi sumbangan terhadap kelangsungan perkembangan Sains dan teknologi; dan iv) memilih karir yang tepat (Depdiknas, 2004:6). Selama proses pembelajaran siswa seharusnya ikut terlibat secara langsung agar siswa memperoleh pengalaman dari proses pembelajaran. Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Carl Sagan dalam Koes (2003:5) mendefinisikan Sains lebih sebagai sebuah cara berpikir daripada satu kumpulan pengetahuan. Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam
rumpun
Sains,
yang
mengembangkan
kemampuan
berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar. Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala- gejala
alam dan interaksi didalamnya. Mata pelajaran Sains di SMP menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi
agar
guru
mampu
mengembangkan suatu strategi dalam mengajar yang dapat meningkatkan motivasi siswa, sehingga keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar meningkat. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa fisika merupakan mata pelajaran yang menarik apabila disampaikan dengan cara yang menarik. Menurut supriyadi (2008:46) dalam pembelajaran fisika siswa harus belajar untuk mendapatkan sendiri apa itu fisika. Dari pernyataan tersebut, dalam pembelajaran fisika siswa harus mendapatkan pengalamannya sendiri sehingga siswa dapat menemukan konsep dari materi yang mereka pelajari dan siswa tidak merasa terbebani dalam melaksanankan pembelajaran. Namun sepanjang pengalaman dan pengamatan yang dilakukan penulis, selama ini banyak siswa yang tidak begitu menyukai pelajaran fisika karena menganggap behwa pelajaran fisika itu sulit dan membosankan. ”Dari
hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh
Badan Pusat Statistik SPMB-Lover terhadap 34 jumlah responden member SPMBLover yang mengikuti polling terhitung tanggal Januari 2007 sampai 6 Maret 2007, hampir 70,59% responden menyatakan mata pelajaran Fisika merupakan mata pelajaran yang paling sulit untuk dipahami”(SPMB-LOVER:2008).
Hasil poling
tersebut jelas menunjukan bahwa dalam kenyataan masih banyak siswa yang menganggap bahwa mata pelajaran fisika adalah mata pelajaran yang sulit bagi mereka. Dengan kata lain minat siswa terhadap matapelajaran fisika pun masih rendah. Rendahnya minat siswa terhadap pelajaran fisika bisa berdampak terhadap hasil belajar yang diperolehnya. Seperti yang kita ketahui bahwa hasil belajar IPA (fisika) siswa selama ini cukup memprihatinkan. Nilai UN (Ujian Nasional) IPA (fisika) yang diperoleh siswa lebih rendah dibanding dengan matapelajaran lainnya. Ada banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut, beberapa diantaranya
: metode pembelajaran, pendekatan, dan strategi yang digunakan oleh guru kurang tepat, dsb. Dalam pelaksanaannya, metode ceramah yang merupakan metode konvensional masih mendominasi dalam proses pembelajaran fisika. Metode ceramah hanya mengutamakan produk atau hasilnya saja. Padahal dalam pembelajaran fisika, proses dan produk sama pentingnya serta tidak dapat dipisahkan. Namun di sisi lain, melalui metode ceramah bahan yang banyak dapat disampaikan dalam waktu yang singkat, mampu membangkitkan antusias dan minat siswa, membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan mendengarnya, mampu menyampaikan pengetahuan yang belum diketahui siswa, dan dapat merangsang siswa untuk mencari
pernah
informasi dari
berbagai sumber yang ada. Dengan demikian metode ceramah hendaknya dikombinasikan dengan metode lainnya seperti metode eksperimen, demonstrasi, diskusi dan lain sebagainya. Metode eksperimen merupakan salah satu metode yang efektif dalam pembelajaran. Dalam eksperimen siswa dapat lebih berperan dalam proses pembelajaran karena siswa diberi kesempatan
untuk melakukan eksperimen
sehingga siswa akan terlibat aktif dalam proses belajar mengajar.menurut Roestiyah N.K (1990: 80) “metode eksperimen merupakan salah satu metode untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa”. Sehingga dengan melakukan eksperimen siswa menjadi lebih tertarik dan termotivasi untuk mengikuti proses belajar. Sedangkan pendekatan yang dapat digunakan pun beragam. Menurut Ahmad Abu Hamid (2004:42) pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran sains antara lain “pendekatan : 1). generik, 2). discovery-Inquiry, 3). keterampilan proses, 4). Sains, teknologi, dan masyarakat, 5). Fisika, teknologi, lingkungan, dan masyarakat, 6). Fisika untuk semua, 7). Induktif, dan deduktif”. Penggabungan pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat
diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, dan dengan meningkatnya aktivitas selama pembelajaran, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian hal tersebut dapat menjadikan proses belajar mengajar menjadi lebih efektif.
Kemampuan berpikir merupakan hal yang berkitan dengan hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan merupakan salah satu kompetensi yang dituntut agar dimiliki siswa dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Menurut Sri Handayani dkk (2002:
10-11)
“dalam
perencanaan
pembelajaran,
guru
sebaiknya
memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar terutama yang dapat meningkatkan keterampilan berfikir siswa. Kemampuan berpikir siswa dapat dikembangkan melalui keterampilan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis merupakan proses kognitif untuk memperoleh pengetahuan. McMurarry et al dalam Muhfahroyin (2009) menyampaikan bahwa berpikir kritis merupakan kegiatan yang sangat penting untuk dikembangkan di sekolah,
guru
diharapkan
mampu
merealisasikan
pembelajaran
yang
mengaktifkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis pada siswa. Hal ini didukung oleh penyataan Friedrichsen dan King dalam Muhfahroyin (2009) bahwa kemampuan berpikir kritis seyogyanya dikembangkan sejak usia dini. Selanjutnya, disampaikan oleh Ennis (1993) bahwa evaluasi terhadap kemampuan berpikir kritis antara lain bertujuan untuk mendiagnosis tingkat kemampuan siswa, memberi umpan balik keberanian berpikir siswa, dan memberi motivasi agar siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya. Menurut teori perkembangan kognitif Piaget anak SMA berada pada fase operasional formal,anak usia 14 tahun keatas. Sehingga Untuk anak SMA aspek berpikir kritis
yang dilatihkan disesuaikan dengan karakteristik konsep dan tingkat
perkembangan anak.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas maka penulis bermaksud untuk menerapkan penggabungan metode pembelajaran dan pendekatan yang tepat. Dengan pendekatan dan metode yang digunakan maka akan diketahui pengaruhnya terhadap kemampuan berfikir kritis yang dimiliki oleh siswa. Dalam hal ini metode eksperimen merupakan metode yang tepat untuk diberikan. Dengan menggunakan dua pendekatan yang berbeda yaitu pendekatan dengan inkuiri terbimbing dan pendekatan dengan verifikasi laboratorium. Menurut Kindsvatter dalam paul suparno (207:68-69) inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang menggunakan panduan berstruktur yang sudah disiapkan oleh guru dalam aktivitas menemukan konsep sains.
Jadi
pendekatan pembelajaran kerja laboratorium inkuiri terbimbing merupakan sebuah pendekatan yang bertujuan agar siswa melakukan statu proses investigasi untuk dapat menemukan statu konsep físika sedangkan kerja laboratorium verifikasi
merupakan pendekatan yang bertujuan untuk memperjelas dan
membuktikan statu konsep físika yang telah diperoleh dalam proses pembelajaran sebelumnya.Dengan proses virifikasi ini, sebuah konsep fisika akan lebih berarti bagi siswa, karena konsep fisika tersebut tidak hanya pernyataan namun juga dibuktikan secara langsung. Penelitian yang relevan dilakuan oleh Nuryati (2008) tentang Perbedaan Hasil Belajar Fisika pada Pembelajaran Metode Eksperimen yang Menggunakan Pendekatan Inquiri dan Verivikasi. Disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan hasil belajar fisika yang menggunakan pendekatan Inquiri dan Verifikasi pada pokok bahasan elastisitas bahan. Sedangkan penelitian lain tentang kemampuan berfikir kritis siswa dilakukan oleh Gustanti suci Nur lela (2004) dalam Penerapan Model CTL dengan pendekatan Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampun Berfikir Siswa. Dituliskan bahwa komponen pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran model CTL dengan pendekatan inquiri meningkatkan kemampun berpikir konvergen siswa.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Perbedaan Pengaruh Penerapan Metode Eksperimen dengan Inkuiri Terbimbing
dan
Eksperimen
dengan
verivikasi
Laboratorium
terhadap
Keterampilan Berfikir Kritis dalam Pembelajaran Fisika Siswa kelas X SMA ............. . Adapun Subjek yang dilibatkan dalam penelitian ini siswa SMA kelas X dengan memilih dua kelas sebagai kelas eksperimen. Masing-masing kelas akan diberikan perlakuan yang berbeda kemudian akan dibandingkan hasil keduanya dalam hal keterampilan berpikir kritis yang dimiliki oleh siswa. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahansebagai berikut: 1. masih banyak siswa yang menganggap mata pelajaran fisika adalah pelajaran yang sulit 2. rendahnya minat dan hasil belajar fisika siswa 3. rendahnya tingkat ketermpilan berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan pelajaran fisika. 4. penggunaan metode dan
pendekatan dalam
pembelajaran yang masih
konvensional 5. perlunya penerapan suatu pendekatan pembelajaran fisika di SMP yang melibatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran 6. adanya metode eksperimen dengan pendekatan kerja laboratorium verifikasi dan pendekatan inkuiri terbimbing 7. apakah ada perbedaan dalam menggunakan metode eksperimen dengan pendekatan
verifikasi
laboratorium
dan
metode
eksperimen
dengan
pendekatan inkuiri terbimbing A. Batasan Masalah Mengingat luasnya permasalahan yang ada dan adanya berbagai
keterbatasan maka penulis membatasi ruang limgkup penelitian ini. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini untuk mengetahui efektivitas pembelajaran fisika menggunakan metode eksperimen dengan pendekatan inkuiri terbimbing dan verifikasi Laboraturium terhadap keterampilan berfikir kritis siswa. B. Rumusan Masalah Dari uraian di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan metode eksperimen dengan pendekatan inkuiri terbimbing dengan siswa yang mengunakan pendekatan verivikasi laboratorium ? 2. Bagaimana respon siswa terhadap metode eksperimen dengan pendekatan inkuiri terbimbing ataupun verifikasi laboratorium ? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. untuk mengetahui perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan metode eksperimen dengan pendekatan inkuiri terbimbing dengan siswa yang mengunakan pendekatan verivikasi laboratorium ? 2. untuk mengetahui
respon siswa terhadap metode eksperimen dengan
pendekatan inkuiri terbimbing ataupun verifikasi laboratorium ? D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut: 1. Merupakan sumbangan yang berharga bagi lembaga pendidikan SMA dalam rangka memperbaiki dan mengembangkan proses belajar mengajar terutama untuk meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran fisika. 2. Bagi siswa dapat menumbuhkan motivasi belajar yang positif terhadap mata pelajaran fisika
3. Bagi sekolah sebagai masukan dalam usaha meningkatkan kualitas peserta didik 4. Bagi peneliti dapat menambah pengalaman dan wawasan berpikir bagi penulis terutama tentang penelitian ilmiah.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Pengertian Pembelajaran Fisika Menurut Oemar hamalik (2004 : 27) belajar merupakan suatu proses, kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Beljar adalah proses yang darahkan kepada tujuan, proses erbuat melalui berbagai pengalaman (Nana Sujana, (2005: 28). Sedangkan pembelajaran adalah suatu proses terjadinya interaksi atara pelajar dan pengajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang berlangsung di tempat tertentu pada jangka waktu tetentu. Keberhasilan tujuan pembelajaran sangat ditentukan oleh proses belajar peserta didiknya. Pembelajaran fisika merupakan suatu wahana untuk mengembangkan penguasaan
konsep-konsep
fisika
serta
keterampilan
meningkatkan hasil belajar yang berguna bagi
proses
dalam
kehidupan peserta didik,
masyarakat dan lingkungannya. Pembelajaran fisika memungkinkan fakta, konsep dan prinsip tidal diterima secara procedural tanpa pemahaman dan penalaran, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitusaja dari seorang guru kepada siswa. Menurut Supriyadi (2008:46) dalam pembelajaran fisika siswa harus belajar untuk mendapatkan sendiri apa itu fisika. 2. Kerja Laboratorium Inkuiri Terbimbing Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari
jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Schmid dalam Prof. Dr. Muslimin Ibrahim, 2007). Menurut Prof. Dr. Muslimin Ibrahim (2007:1), dalam inkuiri terbimbing kegiatan belajar harus dikelola dengan baik oleh guru dan luaran pembelajaran sudah dapat diprediksikan sejak awal. Inkuiri jenis ini cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran mengenai konsep-konsep dan prinsipprinsip yang mendasar dalam bidang ilmu tertentu. Orlich, et al dalam Prof. Dr. Muslimin Ibrahim (2007),menyatakan ada beberapa karakteristik dari inkuiri terbimbing yang perlu diperhatikan yaitu: 1)
siswa
mengembangkan
kemampuan
berpikir melalui observasi spesifik hingga membuat inferensi atau generalisasi, 2)
sasarannya
adalah
mempelajari
proses
mengamati kejadian atau obyek kemudian menyusun generalisasi yang sesuai, 3)
guru mengontrol bagian tertentu dari pembelajaran
misalnya
kejadian,
data,
materi dan berperan sebagai pemimpin kelas, 4)
tiap-tiap siswa berusaha untuk membangun pola yang bermakna berdasarkan hasil observasi di dalam kelas,
5)
kelas
diharapkan
berfungsi
sebagai
laboratorium pembelajaran, 6)
biasanya sejumlah generalisasi tertentu akan diperoleh dari siswa,
7)
guru
memotivasi
semua
siswa
untuk
mengkomunikasikan hasil generalisasinya sehingga dapat dimanfaatkan oleh seluruh siswa dalam kelas. Menurut kindsvatter dalam Suparno (2007: 68), inkuiri terbimbing adalah inkuiri yang banyak dicampuri oleh guru. Guru banyak mengarahkan dan memberikan petunjuk baik lewat prosedur yang lengkap dan pertanyaan – pertanyaan pengarahan selama proses inkuiri. Guru memberikan persoalan dan siswa disuruh memecdahkan persoalan itu dengan prosedur tertentuyang diarahkan oleh guru. Siswa dalam menyelesaikan persoalan mengikuti prosedur yang ditetapkan oleh guru. Pada pembelajaran dengan pendekatan
inkuiri terbimbing guru
berperansebagai sumber informasi, guru hanya member bantuan yang cukup untuk memastikanbahwa para siswa itu tidak terhalang atau gagal dalam pengalaman kerja laboratorium mereka. Bantuan guru harus berupa pertanyaan-pertanyaan yang mendorong siswa untuk memikirkan solusi dari permasalahan yang telah diteliti. Menurut carin, peranan guru dalam memberikan petunjuk dalam merencanakan dan menyiapkan pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai berikut: 1)
menentukan tujuan yang akan dipelajari oleh siswa
2)
memilih
metode
yang
sesuai
dengan
kegiatan inkuiri 3)
menentukan lembar pengamatan untuk siswa
4)
menyiapkan alat dan bahan secara lengkap.
5)
Menentukan dengan cermat apakan siswa akan
bekerja
secara
kelompok
atau
individu. 6)
Mencoba terlebih dahulu kegiatan yang akan
dikerjakan
oleh
siswa
untuk
mengetahui kesulitan yang mungkin timbul ataukemungkinan untuk modifikasi. Inkuiri terbimbing memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut: Menurut Suryobroto (2002:201), ada beberapa kelebihan pembelajaran inkuiri antara lain : 1. membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa. 2. membangkitkan gairah pada siswa misalkan siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadangkadang kegagalan. 3. memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuan. 4. membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. 5. siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk belajar. 6. strategi ini berpusat pada anak, misalkan member kesempatan kepada mereka dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide. Guru menjadi teman belajar, terutama dalam
situasi penemuan yang jawabanya belum diketahui. Kelemahan inkuiri menurut Suryobroto (2002:201) adalah sebagai berikut. 1. Dipersyaratkan keharusan ada persiapan mental untuk cara belajar ini. 2. Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalnya sebagian waktu hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu. 3. Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pembelajaran secara tradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran inkuiri. 3. Kerja Laboratorium Verifikasi Dalam pembelajaran fisika maupun sains lainnya, pendekatan yang mungkin sering dijumpai adalah pembelajaran dengan kerja laboratorium verifikasi.
Tujuan
dari
kerja
laboratorium
verivikasi
adalah
untuk
memperjelas suatu konsep fisika yang telah diperoleh siswa di kelas. Kerja laboratorium verifikasi dilaksanakan melalui dua tahapan. Tahap pertama dimulai dengan kegiatan pembelajaran secara langsung, penyampaian materi dilakuakn oleh guru dengan disertai pemberian contoh-contoh (fase pembelajaran). Pada tahap ini siswa diminta untuk mengidentifikasikonsep siswa yang ada dalam setiap contoh yang diberikan oleh guru. Tahapan yang kedua melalui pengalaman langsung (fase laboratorium)
untuk memperjelas atau membuktikan konsep-konsep fisika yang telah diperoleh siswa pada fase pembelajaran. Tahap ini dimulai dengan uraian tugas yang harus dilakukan siswa menggunakan kegiatan eksperimen. Langkah berikutnya siswa diminta melakukan serangkaian aktivitas dalam rangka klarifikasi konsep-konsepyang telah diterimanya (Zuhdan: 2001). 4. Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Salah satu kecakapan hidup (life skill) yang perlu dikembangkan melalui prosespendidikan adalah leterampilan berpikir (Depdiknas,2003 dalam Ibrahim). Menurut Ennis, Garrison & Archer, kemampuan seseorang untuk dapat berhasil dalam kehidupannya antara lain ditentukan oleh keterampilan berpikirnya, terutama dalam upaya memecahkan masalahmasalah kehidupan yang dihadapinya. Disamping pengembangan fitrah bertuhan, pembentukan fitrah moral dan budi pekerti,l inkuiri dan berpikirkritis disarankan sebagai tujuan utama pendidikan sains dan merupakan dua hal yang sangat berkaitan satu sama lain (Ibrahim, 2007). Menurut Jhonson, Keterampilan Berpikir dapat dibedakan menjadi berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis merupakan Proses mental yang terorganisasi dengan baik dan berperan dalam proses mengambil keputusan
untuk
memecahkan
masalah
dengan
menganalisis
dan
menginterpretasi data dala kegiatan inkuiri ilmiah. Berpikir kreatif adalah proses berpikir yang menghasilkan gagasan asli atau orisinil, konstruktiv dan menekankan pada aspek intuitif dan rasional (Ibrahim, 2007). Pemahaman mengenai berpikir kritis sebenarnya adalah pencerminan dari apa yang digagas oleh jhon Dewey sejak tahun 1916 sebagai inkuiri ilmiah dan merupakan salah satu cara untuk membangun pengetahuan. Berpikir secara umum dianggap sebaigai suatu proses kognitif, tindakan mental untuk memperoleh
pengetahuan. Penekanan
dalam
keterampilan berpikir menekankan penalaran (reasoning) sebagai focus utama
kognitif. Berpikir merupakan pokok pangkal untuk memperoleh pengetahuan. Berpikir juga didefinisikan sebagai suatu proses untuk mencapai sesuatu yang menuntut kita sebagai makhluk hidup untuk menjadi dewasa. Dengan demikian berpikir merupakan potensi dasar yang harus dikembangkan sedini mungkin dimulai menggunakan akal sehat sejak berhubungan dengan lingkungan. Indikator dan aspek kemampuan berpikir kritis yang diadaptasi dari Ennis (1985) dalam Mufahroyin (2007): 1. Merumuskan masalah: Memformulasikan bentuk
pertanyaan
yang memberi arah untuk memperoleh jawaban 2.
Memberi argumen
:
Argumentasi
atau
alasan yang sesuai konteks, menunjukkan persamaan
dan
perbedaan
dengan
argumentasi komprehensif 3.
Melakukan deduksi: Mendeduksi secara
logis, kondisi logis deduktif, melakukan interpretasi terhadap pertanyaan. 4. Melakukan induksi
:
Melakukan investigasi/pengum pulan
data,
membuat generalisasi
dari
data, membuat tabel dan
grafik,
membuat kesimpulan
terkait
dengan hipotesis 5. Melakukan evaluasi : Evaluasi diberikan berdasarkan
fakta
dan berdasar prinsip atau
pedoman,
memberikan alternatif penyelesaian masalah 6. Memutuskan melaksanakan
dan :
Memilih kemungkinan solusi, menentukan kemungkinan tindakan yang akan dilaksanakan Menurut Novak (1997:203) proses berpikir dasar merupakan proses mental yang merupakan gambaran dari proses berpikir rasional yang terdiri dari sepuluh kemamapuan yaitu: menghafal (recalling), membayangkan (imagining),
mengelompokan
(generalizing), membandingkan
(classifiying),
mengeneralisasikan
(comparing), mengevaluasi (evaluating),
menganalisis (analizing), mensintesis (synthesizing), mendeduksi (deducing), dan menyimpulkan (inferring). Keterampilan berpikir kompleks merupakan perpaduan dari keterampilan berpikir rasional. Proses berpikir kompleks ini meliputi pemecahan masalah, pembuatan keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif. Untuk anak SMP aspek berpikir kritis yang dilatihkan disesuaikan dengan karakteristik konsep dan tingkat perkembangan anak.
Jika konsep-
konsep itu merupakan inti dari berpikir kritis maka guru sebaiknya merencanakan pembelajarannya. Pertam-tama mengidentifikasikan konsepkonsep utama dan sub konsep yang berhubungan dengan objek yang akan dipelajari siswa. Setiap konsep dikategorikan pada label konsep, jenis konsep, dan definisi konsep. Lalu dibuat bagan konsep yang menghubungkan antara satu konsep dengan konsep lainnya untuk memperoleh hirarki konsep. Berdasarkan indikator tersebut di atas, maka kalangan pendidikan dapat mengembangkancara-cara untuk mambantu siswa agar dapat berpikir kritis. Berpikir rasional siswa tidak dapat tumbuh dalam waktu singkat, maka sebaiknyapada usia dini anak sudah dilatih seiring dengan perkembangan
intelektualnya. B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh; Nuryati (2008) yang berjudul “perbedaan hasil belajar fisika pada pembelajaran dengan metode eksperimen yang menggunakan pendekatan inkuiri dan verifikasi”, yang mempunyai tujuan yaitu mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar fisika yang menggunakan metode eksperimen dengan pendekatan inkuiri dan verifikasi. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas X IPA SMA N ……… pada pokok bahasan elastisitas bahan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan hasil belajar fisika yang menggunakan metode eksperimen dengan pendekatan inkuiri dan verifikasi. C. Kerangka Berpikir Guru memegang peranan pentaing dalam menciptakan serta mengatur situasi yang memungkinkan siswa melakukan relajar sehingga tercapai tujuan relajar. Salah satu cara meningkatkan keberhasilan belajar siswa adalah dengan penggabungan metode dan pendekatan pembelajaran yang tepat. Selain itu bisa juga dilakukan dengan penggunaan strategi mengajar oleh guru yang lebih banyak melibatkan aktivitas siswa. Dalam pembelajaran físika terdapat berbagai macam model, pendekatan, ataupun metode yang dapat diterapkan. Masing-masing memilika karakteristik dan cara yang berbeda-beda dalam penyampaiannya. Perbedaan tersebut memungkinkan terciptanya perbedaan kemampuan berpikir kritis yang berbedabeda dari dalam diri siswa. Perbedan itu muncul karena ada perbedaan cara yang ditempuh untuk mencapai kompetensi pembelajaran yang diharapkan. Pendekatan merupakan sebuah
pembelajaran
kerja laboratorium
inkuiri terbimbing
pendekatan yang bertujuan agar siswa melakukan statu
proses investigasi untuk dapat menemukan statu konsep físika sedangkan kerja laboratorium verifikasi
merupakan pendekatan yang bertujuan untuk
memperjelas dan membuktikan statu konsep físika yang telah diperoleh dalam proses pembelajaran sebelumnya. Pada dasarnya setiap siswa mempunyai kemampuan berpikir yang hampir sama, hanya kurang dapat mengembangkannya. Kegiatan pembelajaran merupakan suatu kesempatan bagi guru untuk mengembangkan keterampilan berpikir siswanya. Tetapi, pada umunya pengembangan keterampilan berpikir kurang dilakukan oleh guru, padahal kemampuan tersebut dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah baik di sekolah, di rumah, ataupun di lingkungan masyarakat. Salah satu keterampilan berpikir yang dapat dikembangkan adalah keterampilan berpikir rasional kritis yang dimiliki siswa. Melalui metode eksperimen dengan dua pendekatan yang berbeda yaitu pendektan kjerja laboratorium inkuiri terbimbing dan pendekatan kerja labortorium verifikasi akan dibandingkan kemampuan berpikir kritis yang dimiliki oleh siswa estela masing-masing kelas eksperimen diberi perlakuan. D. Hipotesis Hipotesis nol (H0) dan Hipotesis alternatif (Ha) yang merupakan Hipotesis komparatif dua variable dalam penelitian ini adalah : H0 : Tidak ada perbedaan yang positif dan signifikan kemampuan berpikir kritis antara siswa dengan kerja laboratorium verifikasi dan inkuiri terbimbing Ha : Ada perbedaan yang positif dan signifikan kemampuan berpikir kritis antara siswa dengan kerja laboratorium verifikasi dan inkuiri terbimbing
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan rancangan eksperimen the two groups pretest posttest design.
Dalam
penelitian ini terdapat dua kelas dengan satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas yang lain sebagai kelas kontrol. Pada kelas eksperimen pertama diberikan pembelajaran menggunakan metode eksperimen dengan inkuiri terbimbing dan pada kelas eksperimen kedua diberikan pembelajaran menggunakan metode eksperimen dengan verifikasi laboratorium. K1
Pre test
Perlakuan 1
K2
Pre test
Perlakuan 2
Post test Post test
Keterangan: K1
= kelas eksperimen 1
K2
= kelas eksperimen 2
Perlakuan 1
= pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing
Perlakuan 2
=pembelajaran
dengan
pendekatan
verifikasi
laboratorium B. Definisi Operasional Penelitian 1. Kerja laboratorium inkuiri terbimbing adalah sebuah pendekatan di dalam pembalajaran fisika yang menitik beratkan pada serangkaian proses investigasi dalam rangka
menemukan suatu konsep fisika dengan
menggunakan setrategi kerja laboratorium. 2. Kerja laboratorium verifikasi adalah sebuah pendekatan
di dalam pembelajaran fisika yang bertujuan untuk memperjelas dan membuktikan suatu konsep fisika yang
telah
diperoleh
siswa
di
kelas
dengan
menggunakan strategi kerja laboratorium. 3. Berpikir kritis merupakan cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar untuk menentukan apa yang akan dikerjakan dan diyakini. Kemampuan berpikir kritis merupakan proses kognitif untuk memperoleh pengetahuan. C. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini hádala seluruh siswa kelas X SMA….. yang tercatat relajar pada tahun ajaran 2009/2010. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas X semester 2 SMA…….. pada tahun ajaran 2009/2010. Dari sejumlah kelas yang ada akan diambil dua kelas, kelas pertama sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas kedua sebagai
kelas eksperimen 2. Teknik
pengambilan sampel dilakukan secara acak (sampling). D. Instrument Penelitian Penelitan ini menggunakan tiga instrumen penelitian. Instrumen pertama instrumen tindakan, instrumen kedua berupa soal pilihan ganda untuk mengukur keampuan berpikir siswa, dan instrumen yang ketiga berupa angket yang digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap perlakuan yang diberikan. a. Instrument Tindakan Merupakan
instrument
yang
digunakan
selama
proses
pembelajaran fisika . Dalam instrumen ini terdapat empat perangkat pembelajaran yaitu : rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) inkuiri terbimbing, lembar kerja siswa (LKS) inkuiri terbimbing, rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) verifikasi laboratorium, dan lembar kerja siswa (LKS) verifikasi laboratorium b. Instrument kemampuan berpikir kritis siswa Instrumen ini meliputi soal-soal obyektif dan soal subyektif. Instrumen ini berupa tes yang akan diberikan pada saat pretest guna mengtahui kemampuan awal kognitif siswa dan pada saat posttest untuk menjarih data hasil kemampuan berpikir siswa melalui hasil belajar mereka. c. Instrument Respon Siswa Bentuk instrument respon siswa
berup angket yang memuat
sejumalah pernyataan yang berhubungan dengan perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen. Penilaian menggunakan pernyataan SS = Sangat Setuju, S = Setuju, TS = Tidak Setuju, STS = sangat tidak setuju. E. Analisis Data 1.
Uji persyaratan analisis Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a.Uji Normalitas data b.Uji Homogenitas
2. Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan untuk membandingkan dua populasi yang standar deviasinya tidak diketahui, dengan cara menguji kesamaan dan rata-rata populasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Ahmad Abu Hamid. 2003. Kajian Fisika Sekolah. Yogyakarta : FMIPA UNY. Dadang Sulaeman. 1988. Teknologi/ Metodologi Pengajaran. Jakarta: Depdikbud Direktoral Jendral Pendidikan Tinggi. Jujun Suria Sumantri. 1996. Filsafat Ilmu Sebuah pengantr Populer. Jakarta : Pustaka Sinar harapan Mey Wulandari. 2003. Efektivitas Pembalajaran Fisika Menggunakan Metode Eksperimen dengan Pendekatan Induktif dan Pendekatan Deduktif pada Siswa Sekolah Menengah. Yogyakarta : MIPA Moh. Amien. 1987. Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam Denga Metode “Discovery” dan “Inquiry”. Jakarta : Depdikbud Direktoral Jendral Pendidikan Tinggi. Moch. Idochi. 1989. Kepemimpinan dalan Proses Belajar Mengajar. Bandung : Penerbit Angkasa Bandung. Moh. Surya. 1992. pskologi Pendidikan. Bandung : IKIP Bandung Muhfahroyin. 2007. Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis .http://muhfahroyin.blogspot.com/2009/01/berpikir-kritis.html (di download pada tanggal 12 November 2009) Mujianto. 1998. Perbedaan Prestasi elajar Siswa dalam pembelajaran elastisitas dengan Metode Demonstrasi melalin Pendekatan Induktif dan Pendekatan Deduktif. Yogyakarta: MIPA Muslimin Ibrahim. 2007. Metodologi Pembelajara keterampilan berpikir kritis http://kpicenter.web.id/neo/content/view/19/1/20-01-2008 Novak, J. D. 1979. ” Meaningful Reception Learning as a basic for Rational Thinkig” . In A. E Lwson (ed). 1980. AETS Yearbook The Phychology of Teaching for Thinking and Creativity. Oiho : Clearing house. Roestiyah N. K(1990). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Sri Handayani dkk. 2002. Pengembangan Model Pembalajaran Children Learning in Science (CLIS) Tentang Konsep Hewan da Benda untuk Meningkatkan Ketrampilan Berpikir Rasional Siswa Kelas III SD Kutoharjo 1 Kabupaten Rembang. Semarang: Laporan Penelitian FKIP/ UPBJJ-UT Semarang. Tidak diterbitkan Suryosubroto, B. 2002. Proses belajar mengajar di sekolah. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Presseisen, B.Z. 1985. ayash, In A. L. Costa (ed) Developing Minds : A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria : ASCD. 43-53. Prof.
Dr. Muslimin Ibrahim. 2007. Pembelajaran Inkuiri. , http://herfis.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-inkuiri.html. (di download pada tanggal 12 November 2009)
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/matematika/article/view/3129 http://www.spmb-lover.com/index.php? s=e9300935de5003bfb5684987b4a11afb&showtopic=566 http://www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/custom/portlets/recordDetails/detailmini.jsp? _nfpb=true&_&ERICExtSearch_SearchValue_0=ED184894&ERICExtSear ch_SearchType_0=no&accno=ED184894 http://jurnal-ekonomi.org/2007/09/17/mengkaji-ulang-metode-ilmiah-sebagai-asasdalam-berpikir/