A. Pensk Penskora oran n dan Peni Penilai laian an
Pens Pensko koran ran meru merupa paka kan n lang langka kah h pert pertama ama dalam dalam pros proses es peng pengol olah ahan an hasil hasil tes pekerjaan siswa. Penskoran adalah suatu proses pengubahan jawaban-jawaban tes menjadi angka-angka (mengadakan kuantifikasi). Angka-angka hasil penskoran tersebut kemudian diubah menjadi nilai-nilai melalui suatu proses pengolahan tertentu. Penggunaan simbol untuk menyatakan nilai-nilai itu ada yang dengan angka, seperti angka dengan rentangan 0-10, 0-100, atau 0-, dan ada pula yang dengan huruf A, !, ", #, dan $. %ang terjadi selama ini, banyak diantara para guru yang masih men&uradukkan antara ' pengertian yaitu skor dan nilai. •
kor *asil pekerjaan menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka
•
bagi setiap soal tes yang dijawab betul oleh siswa. +ilai Angka ubahan dari skor dengan menggunakan a&uan tertentu, yakni a&uan normal atau a&uan standar. Pengu Pengubah bahan an skor skor menjad menjadii nilai nilai dapat dapat dilaku dilakukan kan untuk untuk skor skor tungga tunggal, l, misalny misalnyaa
sesudah memperoleh skor ulangan harian atau untuk skor gabungan dari beberapa ulangan dalam rangka memperoleh nilai akhir untuk rapor. e&ara rin&i skor dapat dibedakan atas tiga ma&am,yaitu skor yang diperoleh, skor sebenar sebenarny nya, a, dan skor skor kesalah kesalahan. an. elemah elemahan an butir butir tes, situasi situasi yang yang tidak tidak menduk mendukung ung,, ke&emasan, dan lain-lain faktor dapat berakibat terhadap skor yang diperoleh. kor sebenarnya sering juga disebut dengan skor uniers skor alam, adalah nilai hipotesis yang sangat tergantung dari perbedaan indiidu berkenaan dengan pengetahuan yang dimiliki se&ara tetap. Perbedaan skor yang diperoleh dan skor yang sebenarnya, disebut dengan istilah kesalahan dalam pengukuran atau kesalahan skor. *ubungan antara ketiga ma&am skor tersebut adalah sebagai berikut Skor yang diperoleh = skor sebenarnya + skor kesalahan
"ara menskor hasil tes biasanya disesuaikan dengan bentuk soal-soal tes yang yang dipergunakan, apakah tes objektif atau tes essay. /ntuk soal-soal objektif biasanya setiap jawaban benar di beri skor 1 (satu) dan setiap se tiap jawaban yang salah diberi skor s kor 0 (nol) total skor diperoleh dengan menjumlahkan skor yang diperoleh dari semua soal. /ntuk soalsoal essay dalam penskorannya biasanya digunakan &ara member bobot kepada setiap soal menurut tingkat kesukarannya atau banyak-sedikitnya unsure yang harus terdapat dalam jawaban yang dianggap paling baik. isalnya untuk soal nomor 1 diberi skor maksimum , untuk soal nomor 2 diberi skor maksimum 3, untuk soal nomor 4 skor maksimum 10, dan seterusnya. #i lembaga-lembaga pendidikan kita, masih banyak pengajaran yang melakukan penskoran soal-soal essay, tanpa pembobotan setiap soal diberi skor yang sama s ama meskipun sebenarnya tingkat kesukaran soal-soal dalam tes yang disusunnya itu tidak sama. !ahkan yang lebih memprihatinkan lagi, terutama dalam penilaian soal-soal essay, proses penskoran dan penilaian biasanya tidak dibedakan satu sa tu sama lain pekerjaan siswa langsung diberi nilai, jadi bukan di skor terlebih dahulu. 5leh karena itu, hal ini sering kali menimbulkan menimbulkan terjadinya terjadinya halo effe&t, effe&t, yang berarti dalam penilaiannya penilaiannya itu diikutsertakan diikutsertakan pula unsure-unsur yang irelean seperti kerapian dan ketidakrapian tulisan, gaya bahasa, atau panjang-pendeknya jawaban sehingga &enderung menghasilkan penilaian yang kurang andal. *asil penilaian jadi kurang objektif. 6ika tes yang berbentuk soal-soal essay tersebut dinilai oleh lebih dari satu orang, sering kali terjadi perbedaan-perbedaan di antara penilai, bukan juga hasil penilaian seorang penilai sering kali berbeda terhadap jawaban-jawaban yang sama dari soal tertentu. esalahan seperti ini tidak akan selalu terjadi jika dalam pelaksanaannya diadakan pemisahan antara proses penskoran dan penilaian. B. Jenis-Je Jenis-Jenis nis Kunc Kuncii Pembe Pemberian rian Skor
#isamping penyusunan dan pelaksanaan tes, menskor dan menilai merupakan pekerjaan yang menuntut ketekunan yang luar biasa dari penilai, ditambah dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan tertentu. +ama lain dari menskor adalah memberi angka. #alam hal menskor atau menentukan angka, dapat digunakan tiga ma&am alat bantu, yaitu 1) Pembantu menentukan jawaban yang benar, disebut kun&i jawaban ') Pembantu menyeleksi jawaban yang benar dan yang salah, disebut kun&i skoring 2) Pembantu menentukan angka, disebut pedoman penilaian eterangan dan penggunaannya dalam berbagai bentuk tes. a. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk pilihan ganda (Multiple Choice) #engan bentuk tes seperti ini, testte diminta untuk melingkari atau tanda silang salah satu pilihan jawaban. #alam hal menentukan kun&i jawaban untuk bentuk ini langkahnya sama seperti soal bentuk betul salah. *anya untuk soal yang jumlahnya melebihi 20 buah, sebaiknya menggunakan lembar jawaban dan nomor-nomor urutannya dibuat sedemikian rupa sehingga tidak memakan tempat. #alam menentukan angka untuk tes bentuk pilihan ganda, dikenal ' ma&am &ara pula yaitu dengan denda atau rumus tanpa denda . /ntuk penskoran soal-soal objektif jika yang dipergunakan rumus &orre&tion for guessing, atau dapat juga disebut system denda. 7umus perhitungan skor dengan denda adalah /ntuk multiple &hoi&e (obyektif)
S=
-
∑ ∑ R − n −
Contoh : !anyanknya soal %ang betul %ang salah !anyaknya pilihan
8 10 buah 8 9 buah 8 ' buah 8 2 buah
aka skornya adalah 8 9 - '
(21) 8918: Adapun rumus perhitungan skor tanpa denda adalah 8 7 eterangan 8 kor yang sedang di &ari 7 8 7ight (6umlah 6awaban betul ) "ontoh ;es *asil belajar menyajikan 10 butir item bentuk multiple &hoi&e yang masingmasing itemnya dilengkapi dengan 4 buah option. iswa menjawab dengan betul sebanyak 9 butir item , sehingga jawaban yang salah sebanyak ' butir. aka skor yang diberikan adalah 8 7 8 9 uatu hal yang perlu di &atat ialah, bahwa karena tes obyektif bentuk multiple &hoi&e utem terdiri dari berbagai model yang masing-masing memiliki derajat kesukaran yang berbeda, maka bobot jawaban betul yang diberikan belum tentu 1, melainkan bisa saja diberikan bobot 1 < , ', ' < , 2,, atau 4 misalnya. #alam hubungan ini , orang yang paling tahu berapa bobot yang seharusnya diberikan terhadapa jawaban betul itu adalah si pembuat soal itu sendiri, yaitutester , karena dialah orang yang paling tahu mengenai dereajat kesukaran yang dimiliki oleh masing-masing butir item yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar. ehubungan dengan itu, maka apabila dalam pemberian skor itu ditentukan bobot (weight) yang berbeda-beda, maka kedua rumus yang telah disebutkan di atas perlu dimodifikasi menjadi sebagai berikut
( ) W
S = R −
❑ Wt 0− 1
7umus tanpa denda
8 7 = >t "ontoh ;es hasil belajar bidang studi bahasa arab menyajikan 40 butir item tes obyektif bentuk multiple &hoi&e dengan rin&ian sebagai berikut +omor urut item 01-10 11-'0 '1-20 21-0 1-40
odel multiple &hoi&e item "? odel melengkapi 4 pilihan "? odel asosiasi dengan 4 pilihan "? odel melengkapi berganda "? odel analisis hubungan antar hal "? model analisis kasus ;otal
6umlah butir item
!obot jawaban betul
10
1
10
1<
10
1<
10
'
10
40
-
isalkan dalam tes hasil belajar tersebut siswa bernama $rlina dari 40 butir utem tes tersebut dapat menjawab betul sebagai berikut odel multiple &hoi&e item elengkapi 4 pilihan Asosiasi dengan 4 pilihan elengkapi berganda Analisis hubungan antar hal Analisis kasus
6umlah jawaban betul 9 3 : 2
Apabila dalam pemberian skor itu digunakan sanksi berupa denda, maka skor yang diberikan kepada siswa bernama $rlina adalah sebagai berikut kor yang diberikan !utir item +omor
odel "?
5ption (0)
6awaban !etul (7)
6awaban salah (>)
!obot (>t)
( ) W
S = R −
❑ Wt 0 −1
01-10
11-'0
'1-20
21-0
1-40
elengkapi 4 pilihan
4
9
'
1
Asosiasi dengan 4 pilihan
4
3
1<
elengkapi berganda
4
Analisis hubungan antar hal
4
Analisis kasus
4
( ( ( ( (
8−
6−
:
3
2
1<
4−
' 7−
2
:
3−
2
) ) ) ) )
❑ 1=7,50 5 −1 4
1
❑ 1 = 4,50 2 5 −1
6
❑ 5− 1 3
1
1 2
=1,75
❑ 2= 5,50 5 −1
7
❑ 4 =−4,00 5 −1
;otal
14,'4
Adapun apabila dalam pemberian skor dilakukan tanpa memperhotungkan denda, maka dengan menggunakan rumus 8 7 @ >t, skor yang diberikan kepada $rlina adalah sebagai berikut !utir item +omor 01-10 11-'0 '1-20 21-0 1-40 ;otal
kor 9@189 3@1<8 @1<83 : @ ' 8 1 2 @ 8 1'
alau saja dalam tes hasil belajar tersebut seoraeng siswa dapat menjawab dengan betul keseluruhan item (40 butir item), maka skor yang diberikan kepada siswa tersebut ialah !utir item +omor 01-10 11-'0 '1-20 21-0 1-40 ;otal
kor 10 @ 1 810 10 @ 1 < 8 14 10 @ 1 < 8 14 10 @ ' 8 '0 10 @ 8 0 100
#i samping pendapat yang menganggap perlu digunakannya &orre&tion for guessing dalam penskoran, ada pula pendapat yang menganggap bahwa penggunaan rumus &orre&tion for guessing itu tidak ada gunanya dan bahkan tidak mengenai sasarannya. Adapun alasan dari pendapat yang terakhir ini dikemukakan sebagai berikut 1) #alam praktek sulit sekali diketahui mana jawaban yang benar dan atau salah yang diperoleh sebagai hasil terkaan saja, dan mana yang bukan hasil terkaan. ') #alam kehidupan sehari-hari kita sering dihadapkan kepada keadaan kita harus menarik kesimpulan tanpa memiliki data informasi yang lengkap sehingga kemampuan menggunakan pengetahuan yang tidak lengkap menjadi suatu tujuan mata ajaran tertentu. isalnya, sulit bagi kita untuk membedakan se&ara halus antara nilai 4 <, 4 B, 4
:C9
dan sebagainya. Persoalan ini akan lebih dipersulit lagi dengan adanya kebiasan
yang salah dari para penilai atau pengajar yang hanya memakai rentangan angka 4-9, ada yang memakai 4-:, dan sema&amnya sehingga kualitas yang sama tidak dilukiskan dengan nilai yang sama. Atau dengan kata lain, untuk kualitas kemampuan atau penguasaan yang sama terlukiskan dalam angka berbeda-beda bagi setiap penilai. b. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk betul-salah /ntuk tes bentuk betul-salah (true-false) yang dimaksud dengan kun&i jawaban adalah deretan jawaban yang kita persiapkan untuk pertanyaan atau soal-soal yang kita susun, sedangkan kun&i skoring adalah alat yang kita gunakan untuk memper&epat pekerjaan skoring. 5leh karena itu dalam hal ini testee (ter&oba) hanya diminta untuk melingkari huruf B atau S, maka kun&i jawaban yang disediakan hanya berbentuk urutan nomor serta huruf
dimana kita menghendaki untuk melingkari atau dapat juga diberi tanda X pada jawabannya. Misalnya :
1. ! '. 2. . ! 4. !
3. :. ! 9. . 10. !
Ada baiknya kun&i jawaban ini ditentukan terlebih dahulu sebelum menyusun soalnya, agar -
#apat diketahui imbangan antara jawab ! dan #apat diketahui letak atau pola jawaban ! dan !entuk tes betul-salah sebaiknya disusun sedemikian upa sehingga jumlah jawaban
! hamper sama banyaknya dengan jawaban , dan tidak dapat ditebak karena tidak diketahui pola jawabannya. un&i jawaban untuk tes bentuk ini dapat diganti kun&i skoring yang pembuatannya melalui langkah-langkah sebagai berikut Dangkah 1 enentukan letak jawaban yang betul. Misalnya : 1. ! - 2. ! - 4. ! - '. ! - . ! - Dangkah ' elubangi tempat-tempat lingkaran sedemikian rupa sehingga lingkaran yang dibuat oleh testee dapat dilihat. 1. ! - 2. ! - 4. ! - '. ! - . ! - Catatan : #engan pengalaman ini dapat kita ketahui bahwa lubang yang terlalu ke&il berakibat tertutupnya jawaban testee, sedangkan lubang yang terlalu besar akan saling memotong. 5leh karena itu, &ara menjawab dengan member tanda silang akan lebih baik daripada melingkari. #engan demikian maka tanda yang dibuat akan tampak jelas. #alam menentukan angka (skor) untuk tes bentuk !- ini kit adapt menggunakan ' &ara seperti telah disinggung didepan, yaitu -
;anpa hukuman atau tanpa denda #engan hukuman atau dengan denda
;anpa hukuman adalah apabila banyaknya angka yang diperoleh siswa sebanyak jawaban yang &o&ok dengan kun&i. edangkan dengan hukuman (karena diragukan adanya unsure tebakan), digunakan ' ma&am rumus, tetapi hasilnya sama. Pertama dengan rumus 87-> ingkatan dari 8 Score 7 8 Right > 8 Wrong kor yang diperoleh siswa sebanyak jumlah soal yang benar dikurangi dengan jumlah soal yang salah. Contoh : -
!anyaknya soal %ang betul %ang salah
8 10 buah 8 9 buah 8 ' buah
Angkanya adalah 9 - ' 8 3 Kedua dengan rumus
8 ; '> ; singkatan dari ;otal, artinya jumlah soal dalam tes. "ontoh diatas dihitung c.
!anyaknya soal 8 10 buah %ang salah 8 ' buah Angkanya adalah 8 10 (' @ ') 8 10 8 3 Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk jawaban singkat (Short answer test) ;es berbentuk jawaban singkat adalah bentuk tes yang menghendaki jawaban
berbentuk kata atau kalimat pendek. !entuk tes ini dapat digolongkan kedaam bentuk tes objektif. ;es bentuk isian ini, dianggap setaraf dengan tes jawaban singkat ini. #engan mengingat jawaban yang hanya satu pengertian saja, maka angka bagi tiap nomor soal mudah ditebak. /saha yang dikeluarkan oleh siswa sedikit, tetapi lebih sulit daripada tes bentuk betul-salah atau bentuk pilihan ganda. ebaiknya tiap soal diberi angka '. #apat juga angkah itu kita samakan dengan angka pada bentuk betul-salah atau pilihan ganda jika memang jawaban yang diharapkannya ringan atau mudah. ;etapi sebaliknya apabila jawabannya berariasi misalnya lengkap sekali, lengkap dan kurang lengkap, maka angkanya dapat dibuat berariasi pula misalnya ' 1,4 dan 1.
d. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk menjodohkan (Matching) Pada dasarnya tes ini adalah bentuk tes pilihan ganda, dimana jawabannya dijadikan satu, demikian pula pertanyaan-pertanyaannya. atu kesulitan lagi adalah bahwa jawaban yang dipilih dibuat sedemikian rupa sehingga jawaban yang satu tidak diperlukan bagi pertanyaan lain. un&i jawaban tes bentuk ini dapat berbentuk deretan jawaban yang dikehendaki atau deretan nomor yang diikuti oleh huruf-huruf yang terdapat didepan alternatie jawaban. ;elah dijelaskan bahwa tes bentuk menjodohkan ini adalah tes bentuk pilihan ganda yang lebih kompleks. aka angka yang diberikan sebagai imbalan juga harus lebih banyak. ebagai an&ar-an&ar dapat ditentukan bahwa angka untuk tiap nomor adalah '.
e. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk uraian (ssa! test) ebelum menyusun sebuah tes uraian sebaiknya kita tentukan terlebih dahulu pokok-pokok jawaban yang kita kehendaki. #engan demikian, akan mempermudah kita dalam mengoreksinya. Ada sebuah saran, langkah-langkah apa yang harus kita lakukan pada waktu kita mengoreksi dan member angka tes bentuk uraian. aran tersebut adalah sebagai berikut 1) emba&a soal pertama dari seluruh siswa untuk mengetahui situasi jawaban. #engan memba&a seluruh jawaban, kita dapat memperoleh gambaran lengkap tidaknya jawaban yang diberikan siswa se&ara keseluruhan. ') enentukan angka untuk soal pertam tersebut. misalnya jika jawaban itu lengkap diberi angka 4, kurang sedikit diberi angka , demikian seterusnya. 2) emberi angka bagi soal pertama ) emba&a soal kedua dari seluruh jawaban siswa untuk mengetahui situasi jawaban, dilanjutkan dengan pemberian angka untuk soal kedua 4) engulangi langkah-langkah tersebut bagi soal tes ketiga dan seterusnya hingga seluruh soal diberi angka 3) enjumlahkan angka-angka yang diperoleh oleh masing-masing siswa untuk tes bentuk uraian
#engan memba&a terlebih dahulu seluruh jawaban yang diberikan oleh ssiswa, kita menjadi tahu bahwa mungkin tidak ada seorang pun dari siswa yang menjawab dengan betul untuk sesuatu nomor soal. enghadapi situasi seperti ini, kita gunakan &ara pemberian angka yang relatif. isalnya untuk sesuatu nomor soal jawaban yang paling lengkap mengandung 2 unsur, padahal kita menghendaki 4 unsur, maka pada jawaban yang paling lengkap itulah kita berikan angka 4, sedangkan jika menjawab hanya ' atau 1 unsur, kita berikan angka lebih sedikit. ?ni adalah &ara memberikan angka dengan menggunakan atau mendasarkan pada norma kelompok. Apabila memberikan angka berdasarkan pada standar mutlak, maka langkah-langkahnya akan lain, yaitu 1) emba&a setiap jawaban yang diberikan siswa dan dibandingkan dengan kun&i jawaban yang telah kita susun ') embubuhkan skor disebelah kiri setiap jawaba. ?ni dilakukan per nomor 2) enjumlahkan skor-skor yang telah dituliskan pada setiap soal, dan terdapatlah skor untuk bagian soal yang berbentuk uraian #engan &ara kedua ini maka skor siswa tidak dibandingkan dengan jawaban yang paling lengkap yang diberikan oleh siswa lain, tetapi dibandingkan dengan jawaban yang sudah ditentukan oleh guru. Adakalanya kita dituntut untuk memberikan nilai terhadap prestasi belajar siswa tanpa memberikan skor terlebih dahulu. isalnya pada ujian lisan. Apabila nilai ujian diberikan terhadap setiap butir pertanyaan, &ukuplah memadai. !ahaya yang mengan&am kita dalah masuknya unsur subjektiitas dalam diri kita sehingga kita seringkali melakukan hal-hal diluar keadilan. /ntuk menguragi masuknya unsure subjektiitas dalam penilaian, kita dapat menentukan sendiri aspek-aspek yang menjadi bagian dari penilaian. isalnya untuk penilaian ujian skripsi a. utu skripsi yang tersusun, meliputi unsur metodologi dan pembahasan teoritik b. "ara dan kemampuan mempertahankan kebenaran pendapatnya
&. Duasnya materi pendukung yang digunakan untuk menjawab d. (untuk pembimbing) kemandirian dan kelan&aran dalam konsultasi /ntuk masing-masing aspek dapat ditentukan berapa nilainya, kemudian dijumlah dan ditentukan nilai akhir. #alam menentukan nilai terhadap tiap-tiap aspek ini pun kita dituntut untuk memberikan pertimbangan yang didasari oleh kebijaksanaan. ebenarnya kita dapat mengambil salah satu dari ' &ara dibawah ini, yaitu a. !ertitik tolak dari batas bawah, yaitu berfikir dari pekerjaan yang paling jelek diberi nilai berapa, kemudian membandingkan hasil pekerjaan yang kita hadapi dengan nilai batas bawah tersebut. dari batas bawah ini kita memberikan tambahan nilai sebanyak jarak antara nilai batas bawah dengan pekerjaan mahasiswa. 6adi kita berangkat dari bawah, lalu nik. enurut pengalaman, pemberian nilai dengan &ara ini &enderung menghasilkan nilai yang rendah. b. !ertitik tolak dari plafonCbatas atas. #engan &ari ini kita berfikir mengenai kesempurnaan pekerjaan tetapi diukur menurut ukuran mahasiswa, bukan diukur dengan kemampuan dosen atau ahli-ahli yang kita kagumi. elanjutnya berangkat dari nilai batas atas tersebut kita kurangkan sedikit-sedikit sejauh kesenjangan antara nilai batas dengan pekerjaan mahasiswa yang kita hadapi. 6adi berangkat dari atas kemudian turun. enurut pengalaman, pemberian nilai dengan &ara ini &enderung menghasilkan nilai yang tinggi. "ara ini juga bisa diterapkan untuk menilai tugas atau yang bersifat relatif, yang berupa unjuk kerja atau penampilan. *al lain yang harus diperhatikan adalah tepatnya waktu penyerahan nilai. ".
Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tugas
un&i jawaban untuk memeriksa tugas merupakan pokok-pokok yang harus termuat didalam pekerjaan siswa. *al ini menyangkut &riteria teentaang isi tugass. +amun sebagaai kelengkapan dalam pemberian skor, digunakan suatu tolok ukur tertentu. ;olok ukur yang disarankan dalam buku ini sebagai ukuran keberhasilan tugas adalah etepatan waktu menyerahkan tugas • !entuk fisik pengerjaan tugas yang menandakan keseriusan siswaCmahasiswa dalam •
• • •
mengerjakan tugas istematika yang menunjukkan alur keruntutan pikiran elengkapan isi menyangkut ketuntasan penyelesaian dan kepadatan isi utu hasil tugas, yaitu kesesuaian hasil dengan garis-garis yang sudah ditentukan oleh guruCdosen #alam mempertimbangkan nilai akhir perlu difikirkan peranan masing-masing
aspek kriteria tersebut, misalnya A1 - ketepatan waktu, diberi bobot ' A' - bentuk fisik, diberi bobot 1 A2 - sistematika, diberi bobot 2 A - kelengkapan isis, diberi bobot 2 A4 - mutu hasil, diberi bobot 2 aka nilai hasil akhir tugas tersebut diberikan dengan rumus +A; 8 ' @ A1 E A' E 2 @ A2 E 2 @ A E 2 @ A4 1' +A; adalah +ilai Akhir ;ugas.
#ari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa di satu pihak kita lihat adanya peranan penting yang diberikan kepada nilai-nilai sebagai simbol prestasi akademis siswa, tetapi di lain pihak kita melihat pula adanya kekurangan &ara pemberiannya.
!. Pedoman Penilaian Penilaian
#i dalam setiap kegiatan belajar-mengajar selalu dilakukan penilaian. *asil penilaian disajikan dalam bentuk nilai angka atau huruf. #alam hal ini, ada lembaga pendidikan yang menggunakan nilai angka dengan skala 0 sampai 100, dan ada pula yang menggunakan nilai angka itu dengan skala 0 sampai 10. #i perguruan tinggi umumnya digunakan nilai huruf, yaitu A, !, ", #, atau $ atau;D. 6ika nilai-nilai huruf itu akan digunakan untuk menentukan indeks prestasi mahasiswa pada akhir semester atau pada akhir suatu program pendidikan, nilai-nilai huruf itu di transfer ke dalam nilai angka dengan bobot masing-masing sebagai berikut A8, !82, "8', #81, dan F(;D)80 +ilai angka ataupun huruf itu umumnya merupakan hasil tes atau ujian yang diberikan oleh guru atau dosen kepada para siswa atau mahasiswanya setelah mereka mengikuti pelajaran selama jangka waktu tertentu. +ilai-nilai tersebut dimasukkan ke dalam buku laporan pendidikan atau daftar nilai lainnya. +ilai-nilai yang dimasukkan ke dalam buku rapor dan lain-lain itu merupakan hasil pengolahan dan skor mentah yang diperoleh dari pekerjaan siswa dalam tes atau mungkin juga merupakan hasil pengolahan dari nilai-nilai subsumatif, nilai tugas penyususnan makalah, dan nilai ujian akhir semester. Pengolahan nilai-nilai menjadi nilai akhir seorang siswa dapat dilakukan dengan menga&u pada kriteria atau patokan tertentu. #alam hal ini dikenal dengan adanya dua patokan yang umum dipakai dalam penilaian itu, yaitu Gpenilaian a&uan patokanH dan Gpenilaian a&uan normaH 1. Penilaian A&uan Patok (PAP) uatu penilaian disebut PAP jika dalam melakukan penilaian itu kita menga&u pada suatu kriteria pen&apain tujuan (instruksional) yang telah dirumuskan sebelumnya. +ilai-
nilai yang diperoleh siswa dihubungkan dengan tingkat pen&apaian penguasaan siswa tentang materi pengajaran sesuai dengan tujuan (instruksional) yang telah ditetapkan. ebagai &ontoh , misalkan untuk dapat diterima sebagai &alon penerbang di sebuah lembaga penerbangan, setiap &alon harus memenuhi syarat antara lain tinggi badan sekurang-kurangnya134 &m dan memiliki tingkat ke&erdasan (?I)serendah-rendahnya120 berdasarkan hasil tes yang diadakan oleh lembaga yang bersangkutan. !erdasarkan &riteria atau patokan itu , siapa pun &alon yang tidak memnuhi syarat-syarat tersebut dinyatakan gagal dalam tes atau tidak akan diterima sebagai siswa &alon penerbang. Perlu kiranya dijelaskan di sini bahwa &riteria atau patokan yang digunakan dalam PAP bersifat mutlak. Artinya, kriteria itu bersifat tetap-setidak-tidaknya untuk beberapa tahun atau jangka waktu tertentu-dan berlaku bagi semua siswa yang mengikuti tes di lembaga yang bersangkutan.
'. Penilaian A&uan +orma (PA+) e&ara singkat dapat dirumuskan bahwa penilaian a&uan norma adalah penilaian yang dilakukan dengan menga&u pada norma kelompok nilai-nilai yang diperoleh siswa diperbandingkan dengan nilai-nilai siswa yang lain yang termasuk di dalam kelompok itu. %ang dimaksud dengan GnormaH dalam hal ini adalah kapasitas atau prestasi kelompok, sedangkan yang dimaksud dengan GkelompokH disini adalah semua siswa yang mengikuti tes tersebut. 6adi, pengertian GkelompokH yang dimaksud dapat berarti sejumlah siswa dalam suatu kelas, sekolah, rayon, proinsi atau wilayah. ebagai &ontoh kongkret hasil /A+ untuk siswa P dan AC merupakan hasil penilaian dengan &ara PAP. Akan tetapi, setelah ternyata bahwa nilai-nalai /+ itu pada umunya sangat rendah sehingga tidak memnuhi syarat untuk dinyatakan lulus,
kemudian nilai /+ itu diolah ke dalam PA+ dengan menggunakan rumus tertentu dengan maksud agar nilai-nilai tersebut dapat diperbesar. 7umus yang digunakan adalah p + q + nR
(2+n )
eterangan P 8 nilai rapor semester lima J 8 nilai rata-rata subsumatif semester enam 78 +ilai /+ murni n 8 koefisien dari 7 #engan ketentuan bahwa rentangan harga atau koefisien 7 bergeral dari ' sampai 0,4. Adanya rentangan harga n ini dimaksudkan agar masing-masing proinsi dapat menggunakan nilai /+ disesuaikan dengan kondisi wila yahnya. Pengolahan nilai dengan &ara PA+ dapat pula dilakukan dengan statistik. #alam hubungan ini, penentuan norma kelompok besarnya prestasi kelompok yang merupakan a&uan penilaian (lihat kembali perumusan tentang PA+) menggunakan angka rata-rata (mean) atau median. 6ika hasil tes dari suatu kelompok menunjukkan kura yang mendekati normal, untuk menyatakan normal kelompok sebaiknya digunakan mean dan jika hasil tes itu ternyata menunjukkan kura yang miring positif atau negatif, lebih dapat menggunakan median sebagai norma atau prestasi kelompok. /ntuk menentukan lebar jarak skala nilai digunakan rentangan tertentu yang dihitung berdasarkan besarnya deisa standar-bagi penilaian yang menggunakan mean sebagai norma kelompok atau menggunakan rentangan persentilk-bagi penilaian yang menggunakan median sebagai norma kelompok.
Pengolahan nilai se&ara PA+ dapat pula dilakukan dengan statisti&. #alam hubungan ini, penentuan norma kelompok besarnya prestasi kelompok yang merupakan a&uan penilaian menggunakan angka rata-rata atau median. 6ika hasil tes suatu kelompok menunjukkan kura yang mendekati normal, untuk menyatakan norma kelompok sebaiknya digunakan mean dan jika ternyata hasil tes tersebut menunjukkan kura yang miring positif atau negatie, lebih dapat menggunakan median sebagai norma atau prestasi kelompok. /ntuk menentukan lebar jarak skala nilai digunakan rentangan tertentu yang dihitung berdasarkan besarnya deiasi standar-bagi penilaian yang menggunakan mean sebagai norma kelompok atau menggunakan rentangan presentik- bagi penilaian yang menggunakan median sebagai norma kelompok. eperti yang sudah disinggung sedikit tentang penggunaan PA+ dan PAP. #idalam PAP, siswa digantungkan dengan sebuah standar tertentu, yang dalam uraian sebelum ini, dibandingkan dengan standar mutlak, yaitu standar 100. Penggunaan standar mutlak ini terutama dipertahankan dalam penerapan prinsip tuntas. #alam penggunaan PA+, prestasi belajar seorang siswaa dibandingkan dengan siswa lain dalam kelompoknya. ualitas seseorang sangat dipengaruhi oleh kualitas kelompoknya. #asar pikiran dari penggunaan standar ini adalah adanya asumsi bahwa di setiap populasi yang heterogen, tentu terdapat "# elompok baik $# elompok sedang %# elompok kurang #imulai dengan bakat yang dibawa sejak lahir yang dalam hal ini tampak sebagai indeks ke&erdasan atau ?I, maka seluruh populasi tergambar sebagai sebuah kura normal. Apabila anak-anak itu belajar, maka prestasi atau hasil belajar yang diakibatkan itu pun akan tergambar sebagai kura normal.
kura normal
kura normal
?ntelligen&e Iuotient
prestasi belajar
Penggunaan penilaian dengan norma kelompok atau noma relatif ini untuk pertama kali dikemukakan pada tahun 109 ("ureton 1:1), dengan landaan dasara bahwa tingkat pen&apaian belajar siswa akan tersebar kura normal. #engan demikian maka penilaian berdasarkan kura normal merupakan hal yang tidak dapat dibantah lagi. Apabila standar relatif dan standar mutlak ini dihubungkan dengan pengubahan skor menjadi nilai, akan terlihat demikian a. #engan standar mutlak 1) Pengmbangan skor terhadap siswa, didasarkan atas pen&apaian siswa terhadap
tujuan yang ditentukan ') +ilai diperoleh dengan men&ari skor rata-rata langsung dari skor asal (skor mentah) Contoh :
-
#ari ulangan ke-1, memperoleh skor 30 (men&apai 30K tujuan) #ari ulangan ke-', memperoleh skor 90 (men&apai 90K tujuan) #ari ulangan ke-2, memperoleh skor 40 (men&apai 40K tujuan) 60 + 80 + 50
aka nilai siswa tersebut
3
=63,3
dibulatkan menjadi 32
b. #engan standar relatif 1) Pemberian skor terhadap siswa juga didasarkan atas pen&apaian siswa terhadap
tujuan yang ditentukan ') +ilai diperoleh dengan ' &ara a. engubah skor dari tiap-tiap ulangan lalu diambil rata-ratanya b. enjumlahkan skor tiap-tiap ulangan, baru diubah ke nilai
Persamaan dan Perbedaan Penilaian Acuan &orma 'PA dan Penilaian Acuan Patokan 'PAP#
Penilaian A&uan +orma dan Penilaian A&uan Patokan mempunyai beberapa persamaan sebagai berikut 1. Penilaian a&uan norma dan a&uan patokan memerlukan adanya tujuan ealuasi spesifik sebagai penentuan fokus item yang diperlukan. ;ujuan tersebut termasuk tujuan intruksional umum dan tujuan intruksional khusus '. edua pengukuran memerlukan sample yang relean, digunakan sebagai subjek yang hendak dijadikan sasaran ealuasi. ample yang diukur mempresentasikan populasi siwa yang hendak menjadi target akhir pengambilan keputusan. 2. /ntuk mandapatkan informasi yang diinginkan tenyang siswa, kedua pengukuran samasama nenerlukan item-item yang disusun dalam satu tes dengan menggunakan aturan dasar penulisan instrument. . eduanya mempersyaratkan perumusan se&ara spesifik perilaku yang akan diukur. 4. eduanya menggunakan ma&am tes yang sama seperti tes subjektif, tes karangan, tes penampilan atau keterampilan. 3. eduanya dinilai kualitasnya dari segi aliditas dan reliabilitasnya. :. eduanya digunakan ke dalam pendidikan walaupun untuk maksud yang berbeda. Perbedaan kedua penilaian adalah sebagai berikut 1. Penilaian a&uan norma biasanya mengukur sejumlah besar perilaku khusus dengan sedikit butir tes untuk setiap perilaku. Penilaian a&uan patokan biasanya mengukur perilaku khusus dalam jumlah yang terbatas dengan banyak butir tes untuk setiap perilaku. '. Penilaian a&uan norma menekankan perbedaan di antara peserta tes dari segi tingkat pen&apaian belajar se&ara relatif. Penilaian a&uan patokan menekankan penjelasan tentang apa perilaku yang dapat dan yang tidak dapat dilakukan oleh setiap peserta tes. 2. Penilaian a&uan norma lebih mementingkan butir-butir tes yang mempunyai tingkat kesulitan sedang dan biasanya membuang tes yang terlalu mudah dan terlalu sulit. Penilaian a&uan patokan mementingkan butir-butir tes yang relean dengan perilaku yang akan diukur tanpa perduli dengan tingkat kesulitannya.
. Penilaian a&uan norma digunakan terutama untuk surey. Penilaian a&uan patokan digunakan terutama untuk penguasaan. (. Prinsip-Prinsip Penilaian
ira-kira dua-tiga de&ade yang lalu, atau mungkin bahkan hingga kini, masih banyak orang berpendapat bahwa Gsiapa yang menguasai materi, dengan sendirinya bisa mengajarkannya dan (impli&it di dalamnya) siapa yang bisa mengajar, dengan sendirinya dapat pula melakukan penilaianH. Akan tetapi, parallel dengan berkembangnya teknologi pendidikan, termasuk di dalamnya teknologi pengukuran dan penilaian prestasi belajar siswa, dalil tersebut sudah mulai luntur, kini banyak orang- khususnya para guru atau pengajar mulai menyadari bahwa masalah pengukuran dan penilaian prestasi belajar siswa bukanlah pekerjaan yang mudah, yang dapat dilakukan se&ara intuitif atau se&ara trial and error saja. /ntuk dapat melakukan pengukuran dan penilaian se&ara efektif diperlukan latihan dan penguasaan teori-teori yang relean dengan tujuan dari proses belajar-mengajar sebagai bagian yang tidak terlepas dari kegiatan pendidikan sebagai suatu sistem. ehubungan dengan itu, dalam uraian berikut ini akan dibi&ar akan beberapa prinsip penilaian yang perlu diperhatikan sebagai dasar dalam pelaksanaan penilaian sesudah itu akan dibi&arakan pula tentang prosedur pemberian nilai. Adapun beberapa prinsip penilaian itu ialah sebagai berikut 1. Penilaian hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang komperhensif. ?ni berarti bahwa penilaian didasarkan atas sampel prestasi yang &ukup banyak, baik ma&amnya maupun jenisnya. /ntuk itu dituntut pelaksanaan penilaian se&ara sinambung dan penggunaan berma&am-ma&am teknik pengukuran. #engan ma&am dan jumlah ujian yang lebih banyak, prestasi siswa dapat diungkapkan se&ara lebih mantap meskipun
harus pula di&atat bahwa banyaknya ma&am dan jumlah ujian harus dibarengi dengan kualitas soal-soalnya, yang sesuai dengan fungsinya sebagai alat ukur. '. *arus dibedakan antara penskoran dengan penilaian. *al ini harus dibi&arakan dalam uraian terdahulu. Penskoran berarti proses pengubahan prestasi menjadi angka-angka, sedangkan dalam penilaian kita memproses angka-angka hasil kuantifikasi prestasi itu dalam hubungannya dengan GkedudukanH personal siswa yang memperoleh angkaangka tersebut didalam skala tertentu, misalnya skala tentang baik-buruk, bisa diterima-tidak bisa diterima, dinyatakan lulus-tidak lulus. #alam penskoran, perhatian terutama ditujukan kepada ke&ermatan dan kemantapan sedangkan dalam penilaian, perhatiannya terutama ditujukan kepada aliditas dan kegunaan. 2. #alam proses pemberian nilai hendaknya diperhatikan adanya dua ma&am orientasi, yaitu penilaian yang norms-referen&ed dan yang &riterion-referen&ed. +ormsreferen&ed adalah penilaian yang diorientasikan kepada suatu kelompok tertentu jadi, hasil ealuasi perseorangan siswa dibandingkan dengan kelompoknya. Prestasi kelompoknya itulah yang dijadikan patokan atau norm dalam menialai siswa se&ara perseorangan. Penilaian norms-referen&ed selalu bersifat kompetitif intrakelompok. "riterion-referen&ed ialah penilaian yang dioreientasikan kepada suatu standar absolute, tanpa dihubungkan dengan suatu kelompok tertentu. isalnya, oenilaian prestasi siswa yang didasarkan atas suatu kriteria pen&apaian tujuan instruksional dari suatu mata pelajaran atau bagian dari mata pelajaran yang diharapkan dikuasai oleh siswa setelah melalui sejumlah pengalaman belajar tertentu. Penilaian &riterionreferen&ed sangat relean bagi lembaga pendidikan yang telah menggunakan kurikulum yang berdasarkan kompetensi. . egiatan pemberian nilai hendaknya merupakan bagian integral dari proses belajarmengajar. ?ni berarti bahwa tujuan penilaian, disamping untuk mengetahui status siswa dan menaksir kemampuan belajar serta penguasaannya terhadap bahan pelajaran, juga
digunakan sebagai feedba&k, baik kepada siswa sendiri maupun bagi guru atau pengajar. #ari hasil tes, pengajar dapat menetahui kelebihan dan kelemahan siswa tertentu sehingga selanjutnya ia dapat melakukan koreksi terhadap kesalahan yang dibuatnya dan atau member reinfor&emen&e bagi prestasinya yang baik. !agi guru meskipun umumnya jarang dilakukan- seharusnya hasil penilaian para siswanya itu dipergunakan untuk Gmawas diriH sehingga ia dapat mengetahui dimana letak kelemahan atau kekurangannya. ungkin metode mengajar yang dipergunakannya kurang tepat, atau baha pelajaran terlalu sukar dan tidak sistematis &ara penyajiannya, atau sikap pengajar yang tidak selalu memburu-buru setiap tugas yang diberikan, atau mungkin juga alat ealuasinya yang tidak memenuhi syarat-syarat penyusunan soal dan tidak atau kurang relean dengan materi pelajaran yang telah diberikan. ?ni semua akan dapat dilakukan dengan baik jika guru benar-benar ikhlas dan beritikad baik untuk meningkatkan kualitas profesinya. ?a menyadari bahwa kegagalan siswa tidak automatis selalu merupakan tanggung jawab siswa, setidak-tidaknya menyadari bahwa kegiatan belajar-mengajar itu pada hakikatnya adalah suatu proses komunikasi dua arah, bahwa di dalam proses belajar-mengajar, baik siswa maupun pengajar sama-sama belajar. 4. Penilaian harus bersifat komparabel. Artinya, setelah tahap pengukuran yang menghasilkan angka-angka itu dilaksanakan, prestasi-prestasi yang menduduki skor yang sama harus memperoleh nilai yang sama pula. Atau, jika dilihat dari segi lain, penilaian harus dilakukan se&ara adil, jangan sampai terjadi penganakemasan atau penganaktirian. Penilaian yang tidak adil mudah menimbulkan frustasi pada siswa, yang selanjutnya dapat merusak perkembangan psikis siswa dan mahasiswa sehingga pembentukan afektif dirusak karenanya. 3. ystem penilaian yang dipergunakan hendaknya jelas bagi siswa dan bagi pengajar sendiri. umber ketidakberesan dalam penilaian terutama adalah tidak jelasnya system
penilaian itu sendiri bagi para guru apa yang dinilai ser ta ma&am skala pe nilaian yang dipergunakan dan makna masing-masing skala itu. Apa pun skala yang dipakai dalam penilaian, hendaknya dipahami benar-benar apa isi dan maknanya. eskipun untuk masing-masing sekolah dan lembaga pendidikan tinggi umumnya telah ditentukan &riteria bagi tiap skala penilaian yang dipergunakannya, kriteria yang hanya dinyatakan se&ara umum, seperti baik sekali-baik-&ukup-sedang-kurang-kurang sekali, belum dapat memberikan kejelasan yang memadai bagi keperluan penilaian yang lebih baik. #alam usaha merumuskan karakteristik siswa beserta prestasinya yang se&ara ideal menggambarkan tingkat nilai pada tiap anak, skala penilaian demi pengembangan sistem penilaian kiranya perlu dipertimbankan.
). Prosedur Pemberian &ilai
/ntuk dapat melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa dengan baik, perlu kita kaji beberapa prosedur penilaian dari yang sangat sederhana dan mengandung banyak kelemahan sampai kepada yang lebih rumit dan sophisti&ated. #engan pengkajian ini diharapkan kita dapat memahami kelemahaan-kelemaha maupun kebaikan yang terkandung di dalam setiap prosedur penilaian. 1. Prosedur penilaian yang paling sederhana atau mungkin juga dapat dikatakan paling tua dan banyak dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan kita, ialah prosedur yang tidak membedakan dengan jelas adanya dua fase yaitu fase pengukuran dan penilaian. Prosedur ini mengandung lebih banyak kelemahan dari pada kebaikan. #alam pelaksanaanya sering dika&aukan antara penskoran dan penilaian, atau yang lebih laLim lagi angka atau skor yang sebenarnya merupakan GbijiH, langsung dianggap sebagai
nilai, yang kemudian dipergunakan sebagai alat untuk menentukan onnis kepada siswa atau mahasiswa yang memperoleh GbijiH tersebut. seorang pengajar yang memberikan angka 3 pada pekerjan seorang siswa sudah impli&it di dalam benaknya mengatakan bahwa siswa tersebut GlulusH. 6adi, sambil memberi skor sekaligus pengajar itu menilai, dan nilainya itulah angka yang diperoleh dari penskoran. "ara demikian segera dapat kita lihat kelemahnnya, yakni bahwa angka 3 yang kemudian dikenakan sebagai nilai itu belum tentu mempunyai harkat yang sama dengan angka 3 yang dibuat oleh guru lain. Apalagi jika diingat bahwa rentangan nilai yang d ipergunakan guru-guru dalam angka 0-10 masih berbeda-beda. '. Prosedur ini dan berikutnya adalah prosedur yang telah memisahkan fase pengukuran dan fase penilaian dengan berbagai ariaso, mulai dari yang relatie sederhana sampai dengan yang lebih rumit dan sophis&ated. %ang pertama ialah prosedur penilaian dengan membuat peringkat skor-skor dalam bentuk table-tabel distribusi dengan membuat rentangan skor teoritis . jika kemudian skor-skor yang diperoleh siswa dimasukkan ke dalam rentangan skor teoritis itu , maka rentangan dan distribusi skorskor a&tual itu dapat diperiksa se&ara isual bagaimana bentuk distribusi frekuensinya sehingga sekaligus kita dapat melihat apakah tes itu terlalu mudah , terlalu sukar, atau sedang bagi kelompok siswa yang bersangkutan. #ari pemeriksaan se&ara isual demikian itulah penilai dapat menetapkan batas-batas penilaian sesuai dengan distribusi kelompok skor yang terlukis di dalam table. #alam hal ini , peran guru atau penilai dituntut tanggung jawab profesionalnya dalam menentukan batas persyaratan penguasaan minimal dari hasil tes yang telah ditabulasikan itu. *al ini yang perlu diperhatikan , dengan penggunaan prosdur Gdistribusi peringkat ini guru atau penilai sekaligus menerapkan kedua orientasi penilaian, yaitu penilaian normoriented dalam bentuk kompetisi intrakelompok dan penila &riterion oriented yaitu dari
segi penguasaan minimal yang diharapkan sesuai dengan kapasitas (prestasi a&tual) kelompok atau kelas masing-masing. 2. Prosedur penilaian dengan menggunakan persentase (K) banyak digunakan karena dianggap lebih sederhana dan praktis. Penilaian dengan persentase ini umumnya dikaitkan dengan skala penilaian 0-10 atau 0-100, dengan langsung mentransformasikan persentase yang dimaksud menjadi nilai. isalnya 40K benar sama dengan nilai 4 (dalam skala penilaian 0-10). Prosedur ini didasarkan atas anggapan bahwa proses pengukuran yang dipergunakan sebagai dasar untuk menghitung persentase itu telah mempergunakan alat-alat yang memadai dan dianggap baik.noleh karena itu , keandalan hasil penilaian dengan persentase ini sangat bergantung pada apakah GmeteranH yang dipakai sebagai dasar perhitungan persentase itu benar atau tidak. . Prosedur yang menggunakan teknik statistikk yang lebih kompleks, yaitu yang dinamakan
prosedur
perstandardisasian
dan
penormalisasian.
#ikatakan
penstandardisasian karena dalam mentransprmasikan skor-skor hasil pengukuran suatu kelompok siswa menggunakan rentangan yang disebut deiasi standar yaitu penyimpangan rata-rata yang di sebut mean. Proses penstandardisasian ini kemudian diteruskan dengan penormalisasian yaitu distribusi skor-skor itu dikonfrontasikan dengan distribusi kura normal. *al inilah yang menunjukan salah satu kelemahan dari prosedur penstandardisasian dan penormalisasian itu. elemahan lain ialah prosedur ini hanya dapat memberikan informasi kepada kita mengenai posisi atau kedudukan prestasi perseorangan di dalam kelompoknya, sebereapa jauh seorang siswa menyimpang dari prestasi rata-rata kelompoknya, tetapi sama sekali tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan persyaratan penguasaan minimal yang dikehendaki atau dengan penilaian yang bersifat &riterion-oriented. Prosedur penilaian yang menggunakan teknik statistik seperti diuraikan di atas &o&ok dan baik digunakan jika
1) Pan&aran skor-skor a&tual yang diperoleh mendekati pen&aran kura normal ') 6umlah kasus(siswa yang dites) &ukup besarminimal 40,atau lebih baik lagi jika 100 ke atas. 5leh karena itu, untuk penilaian terhadap hasil-hasil ujian akhir sekolah yang biasanya dilaksanakan se&ara rayonisasi,atau ujian masuk perguruan tinggi yang biasanya diikuti oleh sejumlah besar siswa, prosedur penilaian terakhir ini lebih dapat dipertanggungjawabkan penggunaannya. *al ini yang perlu juga disinggung dalam uraian tentang prosedur penilaian di sini ialah penilaian akhir yang didasarkan atas hasil penilaian-penilaian sebelumnya. isalnya penilaian terhadap prestasi seorang mahasiswa yang telah mengikuti beberapa ujian dan mengerjakan berbagai tugas di laboratorium, membuat makalah, dan sebagainya dalam suatu mata kuliah selama satu semester. Pada prinsipnya, semua informasi hasil penilaian terlebih dulu harus dikuantifikasikan, yaitu dinyatakan dalam bentuk angka-angka. /ntuk tes dengan soal-soal objektif hal ini dengan mudah dapat dilaksanakan, tetapi untuk soal-soal subjektif dan yang tidak berbentuk tes(karya tulis atau makalah, praktek di laboratorium, dan sebagainya) pengangkaannya dapat dilakukan dengan mengadakan GpembobotanH (weighting). enurut pelaksanaannya, nilai akhir seorang mahasiswa diperoleh dengan mengalikan skor-skor dari tes dan tugas-tugas dengan bobot bobot itu. Prinsip pembobotan ini sejalan dengan prosedur perhitungan ?ndeks Prestasi (P?) seperti yang biasa dikenakan terhadap mahasiswa pada akhir program studinya dilembaga yang bersangkutan.
#AF;A7 P/;AA Arikunto,uharsimi. '00:. #asar-#asar $aluasi %endidikan . 6akarta !ina Aksara Purwanto, +galim. 1:. %rinsip-%rinsip dan &eknik $aluasi %engajaran . !andung 7emaja 7osdakarya udijono, Anas. '00:. %engantar $aluasi %endidikan . 6akarta 7aja Mrafindo Persada