KUMPULAN SAMPERE SIAU, TAGULANDANG, BIARO, DAN MAKALEHI ‘SERATUS TEMAN LAMA” KOLEKSI REINHOLD DULAG KANSIL
EDITOR
MISTER GIDION MARU PAULIEN WENNY DULAG KANSIL
LEMBAH MANAH 2011
Katalog Dalam Terbitan (KDT) Perpustakaan Nasional Jakarta
KUMPULAN SAMPERE SIAU, TAGULANDANG, BIARO, DAN MAKALEHI ‘SERATUS TEMAN LAMA” KOLEKSI REINHOLD DULAG KANSIL Editor : MISTER GIDION MARU
PAULIEN WENNY DULAG KANSIL Penata letak : J Hendro Martono Desain cover : Y Sigit Supradah ISBN : 978-602-8794-39-8 Diterbitkan pertama kali : Februari 2011 Diterbitkan bersama oleh : 1. Penerbit LEMBAH MANAH Dusun Kersan RT 6/No. 1 (pojok) Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul Telp./Fax : (0274) 412 620 HP : 08522 890 7075 E-mail :
[email protected] 2. GERAKAN MORAL PUSASIMBUWA
WUSA (GMPW) TASUMARO & 3. DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA KABUPATEN SITARO
Dilarang mengkopi atau memperbanyak sebagian atau keseluruhan tanpa seizin tertulis dari penerbit.
Dicetak di Percertakan Kanisius, Yogyakarta Isi di luar tanggung jawab percetakan
ii
SAMBUTAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA KABUPATEN KEPULAUAN SIAU, TAGULANDANG DAN BIARO Malunsemahe, Ucapan syukur yang tak terhingga atas kasih dan anugrah Tuhan Yesus Kristus yang selalu setia bagi kita. Pada kesempatan yang berbahagia ini saya merasa sangat terhormat untuk menyapa dengan kasih bapak dan ibu serta saudara-saudara yang tergabung dalam Gerakan Moral Pusamsimbuwa Wusa (GMPW) Tasumaro yang dalam berbagai kesempatan telah menunjukan kepedulian dan kebersamaan bagi daerah kita yang tercinta kabupaten kepulauan Siau, Taguladang dan Biaro (Sitaro). Sungguh suatu hal yang patut diteladani. Dalam suasana bahagia pertemuan semua komponen dan simpatisan GMPW Tasumaro dari berbagai daerah di Nusantara ini, saya selaku kepala dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah raga kabupaten Kepulauan Sitaro mengapresiasi setinggi-tingginya atas kerja keras putra-putri Sitaro dalam kepanitiaan Temu GMPW ini yang telah dengan penuh kreatifitas melestarikan warisan luhur dari budaya kita lewat penerbitan buku kumpulan “Sampere” Siau, Tagulandang, Biaro dan Makalehi. Ini merupakan kekayaan dan identitas budaya yang telah kita warisi dari nenek moyang kita dan akan kita wariskan kepada para generasi penerus Sitaro. Dengan lahirnya buku ini juga saya menaruh harapan besar kepada para musisi dan intelektual Sitaro baik yang berdomisili di perantauan maupun iii
yang saat ini sedang menempuh studi diluar Sitaro untuk terus menggali dan mengembangkan serta mengemas unsur kebudayaan Sitaro hingga ke tingkat nasional bahkan internasional. Ini adalah kebanggaan kita bersama. Akhirnya, tak lupa, sekali lagi, seperti diawal sambutan ini, saya memberi penghargaan yang tulus atas usaha GMPW Tasumaro untuk musasimbuwa wusa membantu yang kesusahan dan mendukung kemajuan tanah kelahiran kita yang tercinta. Besar harapan saya kiranya GMPW Tasumaro terus diberkati untuk menjadi berkat bagi banyak orang sekaligus menginspirasi komponen anak bangsa yang lain untuk mengambil peran dalam pembangunan daerah seutuhnya. Teruslah berkarya GMPW. Terpujilah Tuhan. Terima kasih.
12 Februari 2011 Kadis Dikpora Kab.Sitaro Drs. Hans Kalangit,M.Si
iv
KATA PENGANTAR Puji Tuhan! Bersyukur kepada Allah Tritunggal, Bapa, Anak dan Roh Kudus. GMPW yang masih seumur jagung telah melakukan karya bagi sesama. Bahkan nama Tuhan pun dipuji dan dipermuliakan oleh anakanakNya yang membuat komitmen melalui komunitas ini. Sungguh merupakan satu penghargaan kepada kami masyarakat Sitaro yang berdomisili di Yogyakarta . Karena dengan ditetapkannya kota ini sebagai tempat penyelenggaraan acara temu GMPW Tasumaro 2011, tak lepas dari sebuah wujud kepercayaan dan kehormatan bagi kami semua. Sebagai ketua panitia saya mengucapkan selamat datang kepada semua peserta, selamat mengikuti dan menikmati setiap acara. GMPW adalah “ harta karun “ yang dikemas dalam format modern. Suatu nilai mulia yang dimiliki oleh para leluhur kita orang Sitaro ( Gaghurang I kite ) , yaitu semangat saling memberi dalam konteks tolong menolong. Semangat atau nilai inilah yang sudah “ dikelola “ oleh para pendiri dan pengurus serta anggota GMPW. Facebook yang sedang populer, dimanfaatkan untuk suatu kegiatan bernilai mulia. Kami berharap melalui acara ini akan dihasilkan banyak hal baru yang berguna, bukan hanya untuk GMPW tetapi sungguh berdampak luas. v
Sesuai tema “ Dipilih dan Diberkati untuk Memberkati “ artinya kita ada disini untuk menjadi berkat bagi dunia ini. Oleh karena semua gading pasti retak, maka atas nama panitia, saya mohon maaf sebesar-besarnya bila kami didapati melakukan banyak kesalahan dan kekurangan dalam penyelenggaraan acara ini. Allah yang adalah sumber kasih karunia dan damai sejahtera, menyertai, memimpin, memelihara dan memberkati kita semua. Terima kasih kepada semua peserta yang telah berusaha datang menghadiri acara ini. Terima kasih kepada semua panitia, donatur dan team doa di beberapa kota dan daerah. Bahkan kepada semua pihak yang telah turut serta membantu penyelenggaraan aktivitas ini. Khusus kepada bapak R D. Kansil yang telah menyusun buku pujian “ Khas daerah kita “ ( 100 teman lama ), kami memberi penghargaan dan ucapan syukur bagi kerja keras, ketekunan dan ketelitian beliau dalam penyusunan buku ini . Tuhan Yesus memberkati bapak dan semua keluarga. Biarlah segala sesuatu terlaksana hanya untuk puji, hormat bagi namaNya. Apang ko mapia i hengke i kite su koa u Mawu. Mawu mangalamate si kite kebi. Maju terus GMPW Tasumaro ! Yogyakarta, 12 Februari 2011 Ketua Panitia ( Cornelis Kailas Bidara ) vi
Sekapur Sirih R D Kansil Demikian sudah saya susun dengan baik, namun sebagai manusia yang penuh dengan kelemahan tentu saja sangat banyak kekurangannya. Karena itu saya mohon maaf setinggi - tingginya bila kumpulan lagu - lagu ini yang saya beri judul “SERATUS TEMAN LAMA” adalah leluhur yang sudah lama pergi dan tak terbukukan, sehingga saya sebagai penyusun tetap menemui kesulitan mengingat dan meluruskan ucapan yang sudah memasyarakat yang tidak sesuai dengan maksud lagu dan juga karena menempatkan nada dasarnya yang tepat untuk dapat dinyanyikan dengan baik. Saran dan kritik pemerhati adalah motivasi saya. Terimakasih
R. Dulag Kansil
vii
viii
DAFTAR ISI
Sambutan Dinas Pendidikan Kab Sitaro.......... Kata pengantar ............................................... Sekapur Sirih R D Kansil ................................ Daftar isi......................................................... Bab I Sampere Sebagai Refleksi Budaya dan Identitas Sitaro ............................. Bab II Asal Usul Musik Rakyat di Sangihe, Talaud dan Sitaro ................................ Bab III 100 Sampere ....................................... Sekilas GMPW Tasumaro ................................ Sekilas R D Kansil .......................................... Komentar Pembaca ......................................... Susunan Panitia GMPW ..................................
ix
iii v vii ix
1 7 17 73 77 79 81
x
Sampere Sebagai Refleksi Budaya dan Modal Pembangunan Sitaro Oleh : Mister Gidion Maru Lagu rakyat merupakan bagian integral dari masyarakat. Keberadaannya ditengah masyarakat telah turun temurun dari generasi ke generasi. Umumnya Lagu rakyat ditransmisikan dari mulut ke mulut atau tradisi oral. Oleh karena itu tidaklah mengherankan lagu-lagu rakyat yang berkembang dalam suatu masyarakat umumnya bersifat anonim atau tidak diketahui dengan pasti siapa penulisnya. Proses transmisi oral ini juga memungkinkan terjadi adisi, subtraksi atau subsititusi dimana pada dsarnya lagu rakyat ini diperkaya baik dari aspek bentuk, makna maupun fungsi. Ini berarti bahwa dalam proses transmisi tersebut dapat saja perubahan yang seiring dengan perkembangan budaya dimana lagu rakyat tersebut berkembang. Duncan Emrich (1972) berargumentasi bahwa lagu rakyat dalam konteks budaya masyarakat, selain bersirkulasi secara lisan, tunduk pada perubahan seiring dengan lajunya waktu. Dengan kata lain, pengalaman budaya yang dialami oleh masyarakat pendukung lagu rakyat tersebut akan membentuk dan memberi isi pada makna dan fungsi lagu rakyat dalam eksistensinya. Oleh karena itu, pemahaman lagu rakyat tidak hanya bermakna sebuah upaya pelestarian budaya berkesenian dan estetis tetapi juga dapat dilihat sebagai upaya untuk memahami nilai dan identitas budaya yang dimiliki oleh masyarakat dimana lagu rakyat itu tumbuh. 1
Ada refleksi budaya yang kuat dalam lagu rakyat. Dalam konteks ini Sampere sebagai lagu rakyat yang bertumbuh dan berkembang dilingkup masyarakat Siau, Tagulandang, Biaro dan Makalehi merupakan indeks budaya dimana dapat dipakai seperti halnya repertoire untuk memahami sudut pandang, pola dan identitas budaya dari masyarakat yang mendiami setiap pulau yang secara administratif saat ini berada diwilayah kabupaten kepulauan Siau, Tagulandang dan Biaro (Sitaro). Kranenburg dkk (2010) mengemukakan bahwa secara tradisional lagu rakyat (folk song) merupakan lagu yang umumnya dinyanyikan masyarakat pada saat sedang melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan sosial dan ritual keagamaan tertentu. Sebagai bagai bagian dari tradisi lisan, teks atau diksi dan bentuk dari lagu rakyat dipelajari melalui proses imitasi dari generasi sebelumnya dan partisipasi dalam suatu kegiatan tertentu. Secara tersirat postulasi ini menunjukan manfaat lagu rakyat untuk tujuan memahami budaya masyarakat. Oleh karena itu, melestarikan lagu rakyat seperti sampere dari masyarakat Sitaro ini bisa bermakna pada pelestarian nilai dan identitas budaya masyarakat Sitaro sendiri. Sampere sebagaimana lagu rakyat dari daerah yang lain juga tidak lahir dari kekosongan. Ini artinya Sampere yang lahir dari dalam masyarakat Sitaro tentunya menggunakan aspekaspek kultural maupun alam dari masyarakat ini sekaligus mencerminkan ekspresi komunal. Aspek kultural ini terkait dengan aspek linguistik, etnisitas dan ritual atau keagamaan. Dengan 2
demikian refleksi dari budaya masyarakarat Sitaro pada dasarnya dapat ditelusuri dengan mengamati dan memahami aspek-aspek tersebut. Kita ambil contoh dari aspek linguistik atau lebih spesifik lagi pada pilihan kata (diksi) yang dipakai untuk lirik dari Sampere ini dapat dipastikan akan mewakili perspektif kultural masyarakat Sitaro pada satu fenomena atau aktifitas kemasyarakatan tertentu. Hal itu sangat dimungkinkan dengan merujuk pada pemahaman bahwa setiap kata merepsentasi konsep dan makna tertentu. Dalam konteks ini tentunya, pemilihan kata yang digunakan dalam lirik Sampere akan mencerminkan konsep kultural yang dipelihara oleh masyarakat Sitaro sebagai penggunanya baik cara hidup, sudut pandang, mata pencaharian, alam maupun agama yang ada disekitar masyarakat dimana Sampere itu lahir atau dipelihara. Secara historis lagu rakyat seperti ini merupakan alat komunikasi baik horizontal dengan berupa menyebarkan berita/plakat, menceritakan kisah-kisah rakyat, rekreasi atau kenangan seorang tokoh atau peristiwa maupun secara vertikal berupa upaya berkomunikasi secara religious dengan pencipta dalam bentuk pujian atau syukur dan pengakuan akan kebesaran Tuhan. Dalam kerangka ini Sampere menjadi sebuah sumur yang kaya; tempat menimba pemahaman akan identitas dan budaya masyarakat Sitaro. Lebih jauh lagi, Sampere bisa dipakai sebagai media sosialisasi kekayaan dan keragaman budaya Sitaro. Disini makin terlihat betapa vitalnya eksistensi Sampere baik dari segi pemaknaan maupun fungsional bagi masyarakat. 3
Sama pentingnya dengan itu, Sampere sebagai produk budaya lisan Sitaro memiliki nilai misional untuk kehidupan bersama terutama bila dikaitkan dengan upaya untuk membangun kesadaran kolektif atau bersama. Lirik-lirik Sampere yang kaya makna budaya dan melekat pada cara hidup masyarakat adalah potensi yang layak diangkat untuk dikapitalisasi sebagai modal dalam membangun daerah. Nilai-nilai kebersamaan (Pusasimbuwa Wusa), semangat pantang menyerah, kejujuran dan keberanian serta keagamaan yang menjadi bahan baku dari berbagai Sampere Sitaro dapat memperlengkapi tiap individu dalam menghadapi tantangan yang menghadang proses pembangunan. Kesadaran bersama yang terbentuk dari nilai-nilai budaya yang luhur berfungsi sebagai modal sosial kultural yang kuat untuk ikut mempercepat pembangunan Sitaro. Masyarakat yang telah secara sadar melembagakan nilai-nilai budaya yang telah diturunkan oleh para nenek moyang lewat kegiatan berkesenian seperti Masamper akan menjelma menjadi sumber daya pembangunan yang tak bisa dipungkiri begitu saja perannya. Dalam kaitan ini, tak berlebihan bila Sampere dipandang sebagai cermin budaya Sitaro yang mencakup gambaran nilai, impian, harapan atau kekhawatiran bahkan media komunikasi dan interaksi masyarakat. Oleh sebab itu, Sampere mampu menegaskan identitas budaya sekaligus merekonstruksi visi masyarakat secara kolektif untuk mencapai tujuan bersama dalam payung pembangunan daerah secara utuh untuk kesejahteraan bersama. Dengan kata lain, Sampere 4
adalah kekayaan Sitaro yang patut dijaga dan dipelihara serta dilestarikan mengingat melimpahnya kandungan nilai-nilai budaya Sitaro didalamnya dan potensinya untuk membangun kesadaran kolektif sebagai modal sosial dalam percepatan dan kesuksesan pembangunan daerah.
Daftar Pustaka Brilman, D. Zending di Kepulauan Sangi dan Talaud. Tahuna: GMIST. 1986 Budianta, Eka. “Menimba Kekuatan Reruntuhan”. Kompas 19 Maret 2005. Elias,
dari
H.B. Sejarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia di Pulau Siau. Manado: Legium Veteran Manado.1973
Emrich, Duncan. Folklore on the American Land. Boston: Little,Brown and Company. 1972. Kranenburg, Peter Van et.al, “Collaboration Perspectives for Folk Song Research and Music Information Retrieval: The Indispensable Role of Computational Musicology”, Journal of interdisciplinary music studies spring 2010, volume 4, issue 1, art. 10040102, pp. 17-43 ---------, “Naskah dan Tradisi Lisan Sumber Visi Kultural”. Kompas,29 Juli 2005
5
6
LATAR BELAKANG DAN SEJARAH SINGKAT MUSIK RAKYAT MASAMPER DI SANGIHE, TALAUD, SITARO Oleh: Tony Mulumbot
A. PENDAHULUAN Salah satu dari sekian banyak seni tradisi di Indonesia adalah musik rakyat yang berasal dari kabupaten Kepulauan Talaud, Sangihedan Sitaro yang dikenal dengan nama musik rakyat masamper. Masamper jika kita menyebutnya dalam bahasa Indonesia atau dialek manado dan Masampere jika kita menyebut dalam bahasa daerah yang artinya menyanyi/bernyanyi bersama dengan cara berkelompok. Tradisi tersebut diwariskan dan diturunkan oleh nenek moyang secara (oral tradition) dari generasi ke generasi seperti yang ditulis oleh Daniel Brilman, dalam buku; Kabar Baik di Bibir Pasifik; Zending di Kepulauan Sangihe dn Talaud, judul aslinya adalah; Onze Zendingsvelden De Zending Op de Sangi-en Talaudeinlanden,terjemahan Tim Badan Pekerja Sinode Gereja Masehi Injili Sangihe Talaud. “Sebagai pengisi waktu dipesta-pesta keluarga seperti ulang tahun dan sejenisnya orang suka sekali menyanyi bersama-sama atau kelompok secara berbalas-balasan,sebab masyarakat sangat gemar menyanyi,juga pada saat pelayaran berdayung yang panjang orang saling merangsang melalui nyanyian dan si nelayan yang sendirian dilaut pada larut malam mengumandangkan 7
suaranya yang tinggi bersih lewat permukaan laut. Sekarang ini ganti nyanyian rakyat dahulu kala (sasambo) kaum muda memiliki serentetan nyanyian rohani, nyanyian muda-mudi, nyanyian cinta kasih dan lagu-lagu yang memuji-muji akan desanya sendiri. Menyanyikan lagu secara berkelompok baik yang dilakukan oleh org dewasa maupun anakanak muda di Sangihe bukan merupakan suatu hal yang baru. Tradisi yang diwariskan secara turun-temurun dengan cara lisan tersebut telah berlangsung lama sekali bahkan jauh sebelum masuknya orang-orang Eropa di kepuluan yang disebut juga “Nusa Utara” ini. Tradisi tersebut tetap bertahan karena berhubungan langsung dengan kehidupan sosial masyarakat dan sarat dengan arti dan makna filosofi. Hal tersebut dilakukan sebagai sarana untuk mengungkapkan isi hati, maupun perasaan baik dalam keadaan sukacita maupun dukacita.
B. ASAL USUL MUSIK RAKYAT MASAMPER DI SANGIHE DAN TALAUD SERTA SITARO Kekayaan seni-budaya masyarakat kabupaten Sangihe dan Sitaro pada jaman dahulu sangat banyak dan beragam. Ada tarian, seni lukis, seni tenun kain koffo dari bahan baku pisang (hotte) seni seni sastra. Seni musik tradisi yang dikenal dengan nama Masamper yang ada dan bertahan hingga saat ini berinduk pada cabang seni sastra. Seni sastra yang 8
dimaksud adalah seni sastra yang berlaku didaerah ini pada jaman dahulu dan bukan seni sastra yang berlaku secara umum di Indonesia. Sastra secara garis besar dibagi menjadi dua bagian. Pembagian tersebut didasarkan pada fungsi seni dilingkungan masyarakat sangihe. 1. Sastra daerah yang didendangkan (dinyanyikan) 2. Sastra daerah yang tidak didendangkan 1. Sastra Daerah yang didendangkan Seni satra daerah yang didendangkan pada waktu itu dibani menjadi lima bagian. Adapun kelima jenis sastra tersebut secara fungsional tidak saling terkait antara satu dengan yang lain sebab masing-masing jenis sastra tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda. a. b. c. d. e.
Kakumbaede Kakalanto Bawowo Kakalumpang Sasambo
a. Kakumbaede Kakumbaede biasanya dibawakan atau dinyanyikan pada saat pemberian gelar adat kepada individu yang dianggap berjasa bagi negara (kerajaan) dan masyarakat luas pada jaman dahulu. Saat ini penghargaan tersebut jarang diberikan kepada pribadi yang dianggap berjasa. Akan tetapi pemerintah daerah kabupaten Sangihe 9
dan Talaud pernah memberikan penghargaan gelar adat tersebut kepada bapak G.H. Mantik pada tanggal 25 Februari 1985 di Tahuna. Gelar tersebut diberikan pada saat beliau terpilih menjadi wakil ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR RI). Upacara pemberian gelar adat tersebut disertai dengan penyerahan Paporong atau ikat kepala khas daerah Sangihe dan Talaud. b. Kakalanto Kakalanto adalah semacam lagu doa yang dipersembahkan kepada ruata atau duata dalam konteks animisme. Dalam prakteknya nyanyian ini dibawakan secara terang-terangan, akan tetapi ketika agama-agama masuk praktek nyanyian pemujaan kepada ilah-ilah atau roh-roh tersebut dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi di desa-desa karena dianggap tabu untuk disebarluaskan. c. Bawowo Menurut fungsi bawowo dinyanyikan dalam rangka menidurkan dan mendiamkan bayi yang menangis pada malam hari (lullaby). Menurut tradisi yang dianut oleh para leluhur tersebut mengatakan bahwa jika seorang bayi menangis pada malam hari maka jin,hantu dan roh-roh halus yang mendengarkan akan datang untuk mengganggu si bayi. Hal tersebut menurut mereka dapat mendatangkan malapetaka bagi si bayi dan keluarganya. Malapetaka tersebut berupa sakit penyakit yang berbahaya bahkan dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, untuk menangkal semua hal tersebut di atas maka orang 10
tua si bayi diwajibkan untuk menyanyikan bawowo dengan maksud agar si bayi berhenti menangis dan cepat tidur. Dalam pelaksanaannya nyanyian bawowo dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Bawowo untuk bayi laki-laki 2. Bawowo untuk bayi perempuan 3. Bawowo untuk bayi piatu baik laki-laki maupun perempuan d. Kakalumpang Kakalumpang adalah sejenis nyanyian dalam bentuk pepata dan peribahasa yang sangat sarat dengan unsur-unsur pendidikan. e.Sasambo Menurut H.B. Ellias, sasambo merupakan embrio musik tradisi masamper yang pada saat itu masih menggunakan modus (sejenis tangga nada tapi tidak lengkap) atau tangga nada tradisional. Sasambo adalah naynyian yang sifatnya umum dan mengandung unsur-unsur seperti ; hiburan, dan nasehat. Genre ini sangat berbeda dengan keempat nyanyian sebelumnya, selain dinyanyikan secara bebas nyanyian tersebut juga dipakai sebagai iringan tari (tari gunde). Dalam pelaksanaannya sasambo dibagi menjadi tiga jenis. 1. Sambong Salai (nyanyian sebagai iringan tari) 2. Sambong Mesekaeng (nyanyian pada saat berada dilaut) 3. Sambong Kehude Wango (nyanyian pada saat memproses buah kelapa)
11
Sementara itu D. Manatar juga menambahkan bahwa sambong salai dalam fungsinya sebagai musik iringan tari dibagi menjadi empat jenis yang kesemuanya difungsikan untuk mengiringi tarian gunde. Keempat jenis irama yang dimaksud adalah: 1. Lagung bawine (jenis irama untuk wanita dengan tempo yang sangat lambat) 2. Lagung sonda (dibawakan dalam tempo sedang) 3. Lagung sasahola (dibawakan dalam tempo yang sangat cepat untuk menyatakan kegembiraan karena sebuah kemenangan) 4. Lagung balang (nyanyian ini dibawakan sebagai lagu penutup dlm rangkaian sambong salai). 2.Sastra Daerah yang tidak didendangkan Sastra daerah yang tidak didendangkan adalah: 1. Tatinggung; (sejenis perumpamaan dalam bahasa daerah) 2. Papantung; (pantun dalam bahasa daerah) 3. Sasalamate me kawing; (pidato dalam bahasa daerah) 4. Sasalamate u tulude; (pidato dalam bahasa daerah yang berhubungan dengan ucapan syukur telah memasuki tahun baru) 5. Manondong sakaeng gaghuwa/labo; (pidato dalam rangka meluncurkan perahu besar) 6. Manondong lepasi; (pidato dalam rangka meluncurkan perahu yang ukurannya lebih kecil pada saat itu namanya lepasi) 12
C. MASUKNYA PENGARUH MUSIK BARAT DI SANGIHE DAN TALAUD SERTA SITARO Masuknya pengaruh musik barat didaerah Sangihe dan Talaud adalah akibat tidak langsung dari kehadiran orang Spanyol, Portugis dan yang terakhir orang Belanda di Ambon, Seram dan lebih khusus Ternate, sebab secara geografis letak kepulauan Sangihe dan Talaud sangat dekat dengan Ternate. Pengaruh musik barat juga dibawa oleh para missionaris (dikalangan umat Katolik) dan Zending untuk umat Protestan. Kontak pertama terjadi pada tahun 1521 ketika rombongan pelaut Fernao de Magelhaes de (Magellen; menurut versi Philipina) yang bekerja pada raja Spanyol singgah didaerah ini. Kemudian pada tahun 1523 beberapa kapal spanyol dibawah pimpinan Marthin Inoques de Carquizano juga singgah didaerah ini. Perjalanan tersebut adalah dalam rangka mencari rempah-rempah yang pada waktu itu harganya seperti intan dan berlian dan puncaknya adalah dengan datangnya para utusan injil dari negeri Belanda yang juga dikenal dengan utusan Zending Sangi & Talaud Commitee yang dijuluki dengan nama zending-Zending tukang. Pengaruh yang dibawa oleh orang-orang Eropa dalam bidang musik adalah: 1. Masuknya Musik dengan sistematisasi standar yang menggunakan konvensional do atau C 2. Penggunaan pola ritme ala barat yang tidak ada sebelumnya di daerah kita, penggunaan pola ritme asli daerah adalah yang sederhana. 13
3. Pengunaan akor konvensional I – IV – V – II – III – Vi dan seterusnya,sebelumnya belum ada penggunaan akor krn masamper yang asli dinyanyikan secara monofonik. 4. Penggunaan interval (jarak antara nada) yang tidak sederhana dalam musik 5. Penggunaan bentuk musik yang sudah standar Eropa, musik tradisional biasanya tanpa ada bentuk yang jelas hal ini berbeda dengan musik eropa yang menggunakan standar bentuk misalnya bentuk; A – B atau A – A – B , atau A – B – C, dll.
14
DAFTAR PUSTAKA Brandon, James R., Theater in Southeast Asia, Massachusetts: Harvard University Press, 1967. Brilman, Daniel. Kabar Baik di Bibir Pasifik; Zending di Kepulauan Sangihe dan Talaud (terjemahan Badan Pekerja Sinode Gereja Masehi Injili Sangihe Talaud). Jakarta; Pustaka Sinar Harapan, 2000. Da Franca, Antonio Pinta. Pengaruh Portugis di Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar harapan, 2000. Danie J. Akun., Tadjudin Usup., J.A. KarisoNajoan., Margaret Liwoso. Geografik Dialek Bahasa Sangir, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: 1998. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Adat Istiadat Daerah Sulawesi Utara, Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, 1983. Makahanap, Nico. Mengenal Kepulauan SangiheTalaud, Jakarta: Yayasan Pelestarian Budaya Sangihe-Talaud, 1985.
15
16
BAB III 100 Sampere Puji - pujian
17
18
19
20
21
22
23
24
Pengeluhan / Pengakuan
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Kelahiran Tuhan Yesus
35
36
37
38
39
40
Sengsara Tuhan Yesus
41
42
43
44
45
46
47
Pengenangan Ayah Bunda
48
49
50
51
52
53
54
55
56
Pengenangan Diri / Perenungan
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
Karalo Kite
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
SEKILAS GERAKAN MORAL PUSASIMBUWA WUSA (GMPW) TASUMARO Gerakan Moral Pusasimbuwa Wusa Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro lahir dari rasa kepedulian dan kesetiakawanan serta kebersamaan dari teman-teman yang aktif di jejaring social Facebook . Pada awalnya gerakan ini hanya berupa respon spontan terhadap apa yang menimpa salah seorang sahabat, alumni SMANUS, yang terpaksa harus menjalani proses pengobatan di rumah sakit atas kecelakaan parah yang mereka alami. Himbauan untuk ikut membantu meringankan beban bagi sahabat yang terkasih baik lewat doa maupun dana mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat Sitaro yang aktif dalam jejaring Facebook baik yang alumni SMANUS maupun nonalumni. Momentum tersebut menjadi kegiatan awal dari GMPW Sitaro yang selanjutnya disebut GMPW Tasumaro lewat penyerahan bantuan dana bagi sahabat yang ditimpa kecelakaan tersebut. Melihat besarnya semangat kepedulian dan kebersamaan itu serta dengan mempertimbangkan manfaat dan dengan merujuk pada kondisi di Kabupaten Sitaro yang masih membutuhkan banyak peran dan partisipasi bersama menyangkut aspek kesejahteraan sosial utamanya kesehatan masyarakat, pengembangan sumber daya manusia sebagai penggerak pembangunan Sitaro dan peningkatan lapangan kerja, maka dengan melewati proses diskusi lewat jejaring Facebook digagaslah oleh beberapa sahabat antaralain Pauline Weni Dulag Kansil, Sista Lintuhaseng, 81
Esther Jeanne, Irwan Makikama, Jacobs R Jacobus, Hengky Tompoh, Dirno Kaghoo, Jener Lumonang dan Mister Gidion Maru (Putra Hekang) pembentukan wadah yang diharapkan mampu menggalang dan menyalurkan kepedulian dan kebersamaan masyarakat Sitaro diseluruh dunia untuk percepatan pencapaian kemajuan dan kesejahteraan warga Sitaro terutama lewat pengembangan tiga aspek yang disebut diatas. Menyangkut nama GMPW Tasumaro, pada awalnya GMPW memakai Sitaro namun dengan berbagai masukan dari sebagian besar komponen yang aktif dalam gerakan moral ini menyangkut perlunya ditambahkan bentuk abreviasi yang mencakupkan Makeli sebagai salah satu pulau utama di kabupaten baru ini dan secara budaya kata Tasumaro juga bermakna sesuatu yang lebih erat dalam budaya masayarakat yakni panen yang tak berkesudahan. Diharapkan dengan penambahan kata Tasumaro, selain benar-benar representasi dari semua komponen di kabupaten Siau, Tagulandang, dan Biaro serta Makalehi, kata tersebut menginspirasi setiap komponen GMPW untuk terus menyatu dalam kebersamaan dan kepedulian bagi daerah tanpa kesudahan dan terus menjadi berkat bagi semua orang sebagai buah dari pengenalan akan Kristus. Agenda Dengan kata lain GMPW Tasumaro adalah wadah kebersamaan dan kepedulian alumni masyarakat Sitaro yang aktif dalam jejaring sosial 82
Facebook (Facebookers) Seluruh Indonesia dengan tiga agenda emas (Golden Agenda) : 1. Membantu Kab. Sitaro facebookers dan warga Sitaro yang kurang mampu yang harus menanggung biaya perawatan Rumah Sakit yang mahal, yang mengalami kecelakaan bukan karena kesalahan sendiri dan yang mengalami bencana alam. 2. Membantu generasi muda Sitaro yang berprestasi dan berakhlak baik namun kurang mampu untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. 3. Memfasilitasi pemerolehan pekerjaaan bagi warga disegala bidang dengan cara berbagi informasi lowongan atau rektuitmen pekerjaan diseluruh Indonesia bahkan dseluruh dunia. Keanggotaan Keanggotaan GMPW Tasumaro bersifat suka rela dan tidak dibatasi pada umur, profesi, jenis kelamin dan tempat tinggal. Karena ciri utama dari gerakan ini adalah gerakan moral, maka keanggotaan GMPW Tasumaro juga bersifat terbuka bagi siapa saja yang terpanggil untuk menunjukan kepedulian dan kesetiakawanan sosial bagi warga Sitaro yang memerlukan bantuan sesuai dengan tiga agenda emas diatas. Pendaftaran formal tidak berlaku dalam GMPW Tasumaro sebab hati yang tulus dan peduli untuk mendukung secara moral agenda GMPW Tasumaro sudah cukup untuk menjadi bagian dari keluarga besar GMPW Tasumaro. Sampai saat ini berbagai elemen masyarakat Sitaro antaralain PNS, 83
Guru, Rohaniwan, TNI/Polisi, Dosen, Pelaut, Pers, Swasta, dan mahasiswa baik yang di perantauan maupun di Tasumaro telah banyak yang menyatakan diri menjadi komponen GMPW Tasumaro lewat keterlibatan mereka dalam doa dan dana. Donasi GMPW Tasumaro dalam pelaksanaan agendanya mengandalkan bantuan dana yang selama ini sering disebut sebagai janji iman. Setiap dana yang terkumpul atau disumbangkan oleh anggota akan dilaporkan lewat informasi facebook dan kolom khusus GMPW Tasumaro dalam www.beritasitaro. com ini demikian juga laporan pertanggung jawaban penggunaannya agar dapat diakses dan diketahui secara transparan dan bermanfaat. Adapun bagi para anggota atau masyarakat Sitaro ingin membantu dapat mengirimnya lewat rekening bendahara umum GMPW Sitaro: 3451-01-00560553-6 atas nama Paulien W.D.Kansil BRI unit Siau cabang Tahuna, dan selanjutnya segera menginformasikannya lewat no HP 081340328540 untuk dicatat dan dilaporkan lewat facebook dan website www.beritasitaro.com. Penutup Akhirnya, besar harapan GMPW Tasumaro untuk dapat terus menjadi saluran berkat bagi banyak orang khususnya warga Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro yang membutuhkan pertolongan dalam konteks tiga agenda emas diatas sebagai bentuk misi dan panggilan untuk memuliakan nama Tuhan Yesus Kristus,Amin. 84
Tentang Penyusun Koleksi Reinhold Dulag Kansil lahir di desa Dame 27 Agustus 1939. Tokoh Budaya Sitaro ini menyelesaikan pendidikan Sekolah Rakyat tahun 1954. Tiga tahun kemudian ia lulus SMP dan dilanjutkan ke SGA hingga tamat 1961. Pada tahun 1974 Ia menyelesaikan PGSLP. Sebelumnya Ia sudah diangkat sebagai guru SMPN Ulu Siau 1963-1989. Karirnya sebagai pendidik semakin menanjak sehingga tahun 19891992 Ia ditunjuk sebagai kepala sekolah SMPN Siau Barat sekaligus sempat ditunjuk juga sebagai Pelaksana Harian kepala sekolah SMP Kiawang. Tahun 1992-1999 saat ia pension. Pria yang dikenal penuh wibawa ini menjadi kepala Sekolah SMPN Ulu Siau. Selain itu Ia sempat menjabat sebagai wakil ketua Jemaat Ebenta dan Ketua Adat Kecamatan Siau Timur. Reinhold Dulag Kansil sangat dikenal sebagai 85
tokoh yang selalu aktif memimpin upacara-upacara budaya sejak kabupaten Sitaro masih bergabung dengan kabupaten Sangihe dan Talaud. Pengetahuannya akan budaya dan kesenian Sitaro bahkan Sangihe serta upayanya memelihara budaya tersebut menjadikannya pantas untuk mendapat penghormatan sebagai tokoh sekaligus pelestari budaya Sitaro. Buku Kumpulan Sampere ini didedikasikan untuk pengabdian dan kesungguhan hati seorang Reinhold Dulag Kansil dalam menjaga dan memelihara hasil karya kebudayaan Sitaro.
86
Komentar Pembaca Hengki B Tompo, Ketua Departemen Musik, Harvest Institute Theological Seminary. “Kita patut memberi acungan jempol serta apresiasi yang mendalam atas terbitnya buku Kumpulan Sampere ini. Karya ini merupakan terobosan produktif dan kreatif sebagai upaya untuk melestarikan seni budaya lokal Satas. Dengan adanya karya ini diharapakan dapat menggugah rasa empati generasi muda Satas terhadap budaya lokal sekaligus memperkuat jati diri di tengah terjangan arus budaya global yang hampir tak terbendung.
87
88
SUSUNAN PANITIA TEMU GMPW TASUMARO SENUSANTARA 12-14 FEBRUARI 2011, VILA TAMAN EDEN, YOGYAKARTA Ketua Umum Wakil Umum Ketua I Ketua II Ketua III Ketua IV Ketua V Sekertaris Umum Wakil Sekertaris Bendahara Umu Wakil Bendahara
: : : : : : : : : : :
Pdt. Cornelius Kailas Bidara Hengky Tompoh, M.Si Rizal Kabuhung Toni Malumbot, S.Mus, M.Hum Dirno Kaghoo,S.Sos Frenki Mugama, SE Piet Tompoh. S.Mus Mister Gidion Maru Pauline Weni D Kansil,S.Pd AKP Adrianus Bawimbang Sista Lintuhaseng,SE,M.Si
Kordinator Wilayah Jabodetabek, Banten, dan Bandung : Irwan PM Makikama Kordinator Wilayah Yogyakarta dan Jateng : Liefson Jakobus, S.Si Kordinator Wilayah Jawa Timur dan Bali : Lisbeth Djayanegara Kordinator Wilayah Papua : Jacob R Jacobus Kordinator Wilayah Sumatera : Thefils Widyanto Dame Kordinator Wilayah Kalimantan : Welmy Daloma Kordinator Wilayah Sulawesi : Jener Lumonang Kordinator Tim Doa : Ibu Ansye Porry 89
Kordinator Penerimaan Peserta : Drs.Ivert Kalangit Abram Sambalao,MA Seksi Humas : Agust Hari,SS (Kordinator) Drs Johanis Saul, M.Mus Etwin Tamepeku Lusy Djayanegara Jeanne Hanoch Sunarty Dingo Hanni Namangge Lerry Sasongke Sisca Manope Merry Makasenda Jolly Horonis Glen Kurenteng Seksi Usaha Dana : Pauline Weni Kansil S.Pd (Kordinator) & Semua Panitia Temu GMPW Sitaro Seksi Dekdok
Seksi Konsumsi (Kordinator)
: Sam Triyono, ST (Kordinator) Mariana Tahulending Rospin Olongsongke Mentari Bogar Stephani Siahaya Stevi Jacobus : Ny Nora Kailas Bidara
Ny . Yuni Malumbot Ny.Susi Kaaro Ny. Septianingsih Kahimpong Seksi Transportasi: Gerry Kailas Bidara (Kordinator) Joel Kailas Ferdi Pompadia Mikael 90
Biografi Editor Mister Gidion Maru Dilahirkan di Hekang basaha, kelurahan Tatehadeng, Siau Timur. Putra dari pegawai Kelurahan Tatehadeng, Alm Rein Maru dan pensiunan Guru SD, Monika Tadete ini tercatat sebagai dosen tetap pada Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Manado. Suami dari Rahel Kimbal, SP,ME ini menempuh sebagian besar studinya di Universitas Gadjah Mada (UGM). Studi S1 dimulai tahun 1994 ketika ia lolos masuk ke UGM lewat program Penjaringan Bibit Unggul Daerah (PBUD) utusan SMAN Ulu Siau dan lulus tepat empat tahun kemudian. Studi S2 mulai ditempuhnya tahun 2004 di Universitas yang sama dimana dia merupakan salah satu wisudawan terbaik pada wisuda April 2006 dengan Indeks Prestasi Kumulatif 4.00 dan lulusan tercepat dijurusannya yakni masa studi 18 bulan. Saat ini Ia tercatat sebagai mahasiswa pada program Doktor UGM. Ia juga merupakan alumni Fulbright Research Fellow 2010 di Bowling Green State University, Ohio, USA. Pengalamannya menulis ditandai dengan telah dimuatnya berbagai makalahnya di beberapa Jurnal Ilmiah Nasional dan dipresentasikan 91
dibeberapa konferensi internasional. Artikelartikelnya juga sempat mengisi Koran-koran lokal di Sulawesi Utara. Selain itu ia aktif dalam organisasi sosial antara lain Panitia GMPW Tasumaro 2011, Forum Pemantau Kinerja Pemerintahan/FPKP Sitaro (Ketua,2008-sekarang), Kerukunan Generasi Muda/Kagama Sitaro (Ketua, 2004-2007), Gerakan Bangun/Gerbang Sitaro (Sekertaris,2009-skrg), Keluarga Mahasiswa Siau Yogyakarta/KMSY (Ketua, 1996-1998) dan Jurnal E-CLUE UNIMA (Editor, 2006-skrg) serta Jurnal Manifest UGM (Editor, 2006-skrg).
92
Paulien Wenny Dulag Kansil dilahirkan di Ulu Siau pada 20 Maret 1974. Ia adalah anak kelima dari lima bersaudara. Saat ini ia merupakan guru di SMKN I Siau Timur. Seusai menamatkan studinya di SMAN I Ulu Siau tahun 1992, dia melanjutkan studi ke IKIP Negeri Manado hingga tamat tahun 1999. Selanjutnya Ia menjadi guru kontrak tahun 2000-2001 di SMP Bukide sekaligus di SMAN Ulu Siau. Tahun 2002 Ia diangkat sebagai PNS untuk formasi guru dan ditempatkan di SMAN I Ulu Siau hingga tahun 2009 sebelum sempat pindah ke SMAN Tagulandang tahun 2010. Putri dari R D Kansil ini aktif di berbagai kegiatan sosial dan kerohanian yakni Panitia GMPW Tasumaro 2011, Sekertaris Pemuda Resort Sitim (2006-2011), Sekertaris II Jemaat Ebenta (2006-2011), Wakil Ketua Pemuda Jemaat Ebenta (2001-2006), Wakil Sekertaris Pemuda Resort Sitim (2001-2006), Ketua Tim PI Jemaat Ebenta (2001-2006) dan pengurus LPM Kelurahan Tatehadeng (2001-skrg) serta Penanggung Jawab Taman Bacaan Jemaat Ebenta (2010-skrg).
93