Teori mimesis, realisme dan teori-teori lainnya dalam bidang kesenian.Full description
Termodinamika Senyawa Kompleks (4)Deskripsi lengkap
ikatan angin coy
Theory of Elasticity (Assignment)Full description
Deskripsi lengkap
Makalah Struktur Lewis Dan Teori Ikatan ValensiDeskripsi lengkap
orientasi foto udara
Konsep dasar operant conditioning, law of effect
Diktat Kimia Koordinasi Koordinasi
14
TEORI IKATAN DALAM KOMPLEKS Teori mengenai ikatan dalam senyawa kompleks mulai berkembang sekitar tahun 1930. Sampai dengan saat ini ada 3 teori yang cukup menonjol : •
Teori Ikatan Valensi (TIV) Teori ini menyatakan bahwa dalam senyawa terbentuk ikatan kovalen koordinasi antara ligan dengan atom dimana pasangan elektron bebas disumbangkan oleh ligan dan logam menyediakan orbital kosong untuk ditempati oleh !"# yang disumbangkan oleh ligan
•
Teori Medan Kristal $enu $enuru rutt teor teorii ini ini ikat ikatan an anta antara ra loga logam m dan dan liga ligan n dala dalam m seny senyaw awa a kompleks murni merupakan interaksi elektrostatik.
•
Teori Orbital Molekul %alam teori orbital molekul interaksi antara ligan dengan logam pusat dapat dapat berupa berupa interaksi interaksi ionik maupun pembentuk pembentukan an ikatan ikatan kovalen kovalen dengan menggunakan pendekatan mekanika gelombang
a. Teori Ikatan Valensi (Valence (Valence Bond Theory) Teori ini dikemuka dikemukakan kan oleh oleh &inus &inus !auling !auling sekitar sekitar tahun tahun 1931. Te Teori ini menya menyatak takan an bahwa bahwa ikatan ikatan antara antara ligan ligan dengan dengan logam logam merupa merupakan kan ikatan ikatan kovalen kovalen koordinas koordinasi i dengan dengan pasangan pasangan elektron elektron bebas bebas yang disumbang disumbangkan kan oleh oleh ligan. ligan. &ogam &ogam pusat pusat menye menyedia diakan kan orbita orbital'or l'orbit bital al kosong kosong yang yang telah telah mengalami hibridisasi untuk ditempati oleh !"# dari ligan. (enis hibridisasi orbital orbital menentukan menentukan bentuk geometris geometris senyawa senyawa kompleks kompleks yang yang terbentuk terbentuk.. !embentukan ikatan dalam senyawa kompleks juga dapat ditinjau sebagai reak reaksi si )sam'# sam'#as asa a &ewi &ewis s dima dimana na liga ligan n meru merupa paka kan n #asa #asa &ewi &ewis s yang yang memberikan !"#. Hibridisasi *
sp sp3 d*sp3 dsp* dsp3 sp3d*
Geometris Trigonal planar Tetrahedral 5ktahedral #ujur sangkar segi empat planar #ipiramida trigonal 5ktahedral
!emben !embentuk tukan an ikatan ikatan meliba melibatka tkan n bebera beberapa pa tahap tahapan an melipu meliputi ti promos promosii elektron; pembentukan orbital hibrida; dan pembentukan ikatan antara logam
Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks
Diktat Kimia Koordinasi Koordinasi
15
dengan dengan ligan ligan melalu melaluii overla overlap p antar antara a orbita orbitall hibrid hibrida a logam logam yang yang kosong kosong dengan orbital ligan yang berisi pasangan elektron bebas. !ada hibridisasi yang melibatkan orbital d ada dua macam kemungkinan hibridisas hibridisasi. i. (ika dalam hibridisasi hibridisasi orbital orbital d yang dilibatka dilibatkan n adalah orbital orbital d yang yang bera berada da di luar luar kuli kulitt dari dari orbi orbita tall s da dan p yang berhibridisas berhibridisasi i maka kompleks kompleks yang terbentuk terbentuk disebut sebagai sebagai kompleks kompleks orbital luar atau outer orbital orbital complex complex . Sebali Sebalikny knya a jika jika dalam dalam hibrid hibridisa isasi si yang yang diliba dilibatka tkan n adalah adalah orbita orbitall d di dalam dalam kulit orbita orbitall s da dan p yang p yang berhibridisasi maka kompleks ters terseb ebut ut dina dinama maka kan n komp komple leks ks orbi orbita tall dala dalam m atau atau inner inner orbita orbitall comple complex x .
+i752; memiliki struktur geometris tetrahedral i*=
: +)r 3d= s*
: +)r 3d=
s*
p0
"lektron pada orbital s mengalami promosi ke orbital 3d sehingga orbital s kosong dan dapat mengalami hibridisasi dengan orbital p membentuk orbital hibrida sp 3.
i*=
: +)r 3d=
s
p
hibridisasi sp3
5rbital hibrida sp 3 yang yang telah telah terbentu terbentuk k kemudian kemudian digunak digunakan an untuk untuk berikata berikatan n dengan ligan 75 yang masing'masing menyumbangkan pasangan elektron bebas
+i752
: +)r
Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks
Diktat Kimia Koordinasi
16 3d10
sp3
>arena semua elektron berpasangan maka senyawa bersi?at diamagnetik
+6e7283'; memiliki bentuk geometris oktahedral 6e*8
: +)r 3d8 s*
6e34
: +)r 3d s0
: + )r 3d
s1
p0
%ua buah elektron pada orbital d yang semula tidak berpasangan dipasangkan dengan elektron lain yang ada pada orbital d tersebut sehingga * orbital d yang semula ditempati oleh kedua elektron tersebut kosong dan dapat digunakan untuk membentuk orbital hibridal d *sp3
6e34
: +)r hibridisasi d*sp3
>arena orbital d yang digunakan dalam hibridisasi ini berasal dari orbital d yang berada disebelah dalam orbital s dan p maka kompleks dengan orbital hibrida semacam ini disebut sebagai kompleks orbital dalam inner orbital complex 2
+6e7283'
: +)r 3d8
d*sp3
5rbital hibrida d *sp3 yang terbentuk diisi oleh pasangan elektron bebas dari ligan 7'
%alam kompleks terdapat satu elektron yang tidak berpasangan sehingga kompleks bersi?at paramagnetik.
+i72*' memiliki bentuk geometris segiempat planar i*=
: +)r 3d= s*
: +)r 3d=
s*
p0
Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks
Diktat Kimia Koordinasi
i*4
17
: +)r membentuk orbital hibrida dsp 3
Salah satu elektron pada orbital d yang tidak berpasangan dipasangkan dengan elektron lain sehingga salah satu orbital d kosong dan dapat digunakan untuk membentuk orbital hibrida dsp3
+i72*'
: +)r 3d=
dsp3
Semua elektron dalam kompleks ini berpasangan sehingga kompleks bersi?at diamagnetik
Sebagian besar kompleks lebih memilih kon?igurasi kompleks orbital dalam karena energi yang diperlukan saat hibridisasi untuk melibatkan orbital d sebelah dalam lebih kecil dibandingkan energi yang diperlukan untuk melibatkan orbital d sebelah luar. $eskipun demikian jika dilihat dari pengukuran momen magnetnya beberapa kompleks ternyata berada dalam bentuk kompleks orbital luar.
7ontoh :
-on
+6e683'
memiliki
bentuk
geometris
oktahedral.
(ika
diasumsikan kompleks ini merupakan kompleks orbital dalam dengan hanya satu elektron yang tidak berpasangan maka seharusnya momen magnet senyawa adalah sebesar 1@3 #$. $enurut hasil pengukuran momen magnet ion +6e683' adalah sebesar 80 #$ yang akan sesuai jika terdapat lima elektron tidak berpasangan.
#erarti
ion
6e34
dalam
kompleks
mengalami
hibridisasi sp3d* dengan melibatkan orbital d sebelah luar dan disebut sebagai kompleks orbital luar outer orbital complex 2. 6e*8: +)r 3d8 s* 6e34: +)r 3d s0 : +)r 3d
s1 p0 d0 3 * membentuk orbital hibrida sp d
Elektronetralitas dan Backbonding
Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks
Diktat Kimia Koordinasi
18
%alam T-A reaksi pembentukan kompleks merupakan reaksi )sam #asa &ewis. )tom logam sebagai asam &ewis mendapatkan elektron dari ligan yang bertindak sebagai basa &ewis sehingga mendapatkan tambahan muatan negati?. %engan demikian densitas elektron pada atom logam akan menjadi semakin besar sehingga kompleks menjadi semakin tidak stabil. !ada kenyataannya senyawa kompleks merupakan senyawa yang stabil sehingga diasumsikan walaupun mendapatkan tambahan muatan negati? dari !"# yang didonorkan oleh ligan atom pusat memiliki muatan yang mendekati nol atau hampir netral. )da dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menerangkan hal ini :
(1)
Elektronetralitas &igan
donor
elektronegativitas
umumnya yang
tinggi
merupakan sehingga
atom atom
dengan
ligan
tidak
memberikan keseluruhan muatan negati?nya sehingga elektron ikatan tidak terdistribusi secara merata antara logam dengan ligan
(2)
Backbonding !ada atom
logam dengan tingkat oksidasi
yang
rendah
kerapatan elektron diturunkan melalui pembentukan ikatan balik backbonding2 atau resonansi ikatan partial. -onpusat memberikan kembali pasangan elektron kepada ligan melalui pembentukan ikatan phi π2.
Teori -katan Aalensi cukup mudah untuk dipahami dapat meramalkan bentuk geometris dari sebagian besar kompleks dan berkesesuaian dengan si?at kemagnetan dari sebagian besar kompleks. $eskipun demikian ada beberapa kelemahan dari Teori -katan Aalensi ini. Sebagian besar senyawa kompleks merupakan senyawa berwarna T-A tidak dapat menjelaskan warna dan spektra elektronik dari senyawa kompleks. Selain itu meskipun berkesesuaian dengan si?at kemagnetan senyawa T-A tidak dapat menjelaskan mengapa kemagnetan senyawa dapat berubah dengan kenaikan suhu. Teori -katan Aalensi tidak dapat memberikan penjelasan yang memuaskan mengapa sejumlah kompleks berada dalam
Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks
Diktat Kimia Koordinasi
19
bentuk kompleks orbital luar. >elemahan'kelemahan dari T-A ini dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh Teori $edan >ristal Crystal Field Teory 2.
b. Teori Medan Krista !Crystal Field Theory) Teori ini mula'mula diajukan oleh #ethe 19*92 dan Aleck 1931 B 1932 dan mulai berkembang sekitar tahun 191. Teori ini merupakan usaha untuk menjelaskan hal'hal yang menjadi kelemahan dari Teori -katan Aalensi. %alam Teori $edan >ristal T$>2
interaksi yang terjadi antara logam
dengan ligan adalah murni interaksi elektrostatik. &ogam yang menjadi pusat dari kompleks dianggap sebagai suatu ion positi? yang muatannya sama dengan tingkat oksidasi dari logam tersebut. &ogam pusat ini dikelilingi oleh ligan'ligan bermuatan negati? atau ligan netral yang memiliki pasangan elektron bebas !"#2. (ika
ligan merupakan suatau spesi netraltidak
bermuatan maka sisi dipol negati? dari ligan terarah pada logam pusat. $edan listrik pada logam akan saling mempengaruhi dengan medan listrik ligan. %alam Teori $edan >ristal berlaku beberapa anggapan berikut : a. ligan dianggap sebagai suatu titik muatan b. tidak ada interaksi antara orbital logam dengan orbital ligan c. orbital d dari logam kesemuanya terdegenerasi dan memiliki energi yang sama akan tetapi jika terbentuk kompleks maka akan terjadi pemecahan tingkat energi orbital d tersebut akibat adanya tolakan dari elektron pada ligan pemecahan tingkat energi orbital d ini tergantung orientasi arah orbital logam dengan arah datangnya ligan
Bentuk Orbitald >arena orbital d seringkali digunakan pada pembentukan ikatan dalam kompleks
terutama
dalam
teori T$> maka
adalah
penting
untuk
mempelajari bentuk dan orientasi ruang orbital d . >elima orbital d tidak identik dan dapat dibagi menjadi dua kelompok; orbital t *g dan eg. 5rbital' orbital t*g Bd Cy; d CD; dan dyD B memiliki bentuk yang sama dan memiliki orientasi arah di antara sumbu C y dan D. 5rbital'orbital eg BdC*'y* dan dD* B memiliki bentuk yang berbeda dan terletak di sepanjang sumbu.
Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks
Diktat Kimia Koordinasi
20
C
y
C
y
D
d#$
d#%
C
D
d
%$C
y
y
d#&'$&
d%&
Ko!"leks Oktahedral !ada kompleks oktahedral logam berada di pusat oktahedron dengan ligan di setiap sudutnya. )rah mendekatnya ligan adalah sepanjang sumbu C y dan D. >arena orientasi arah orbital d C*'y* dan dD* adalah sepanjang sumbu C; y; D dan menghadap langsung ke arah mendekatnya ligan maka kedua orbital tersebut mengami tolakan yang lebih besar dari ligan dibandingkan orbital d Cy; dCD dan dyD yang berada di antara sumbu'sumbu C; y; dan D. %engan demikian orbital d pada kompleks oktahedral mengalami pemecahan splitting 2 tingkat energi dimana orbital'orbital eg memiliki tingkat energi yang lebih besar dibandingkan orbital t*g.
/
dC*'y*
L
dD*
eg F L
L
M"
L
E dCD
L
08Go
dyD dC*'y* dD*
Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks L
dCy
dCD
t*g
dyD
Diktat Kimia Koordinasi
21
Go
dCy 0Go
a2
b2
Gambar a( kompleks oktahedral Gambar b( pemecahan energi yang terjadi pada orbital d menjadi orbital e g dan t*g
(arak antara kedua tingkat energi ini diberi simbol
∆0 atau
10%H. Setiap
orbital pada orbital t*g menurunkan energi kompleks sebesar 0∆0 dan sebaliknya setiap orbital pada orbital e g menaikkan energi kompleks sebesar 08∆0. Tingkat energi rata'rata dari kedua tingkat energi orbital t*g dan eg merupakan energi hipotetik dari orbital d yang terdegenerasi. #esarnya harga
∆o terutama
ditentukan oleh kuat atau lemahnya suatu
ligan. Semakin kuat medan suatu ligan makin besar pula pemecahan tingkat energi yang disebabkan sehingga harga