KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI
Kualitas gambar dapat didefinisikan sebagai rasio antara signal dan noise Kualitas Gambar = Signal : Noise a.
Signal adalah informasi yang diperlukan dari sistem pencitraan, misalnya radiograf
b.
Signal dapat didefinisikan didefinisikan sebagai sebagai siza minimum minimum objek yang harus terlihat
c.
Noise adalah sesuatu yang dapat mengurangi signal pada gambaran
d.
Noise, dalam film / screen screen sistem konvensional, dapat didefinisikan sebagai
graininess gambar Eksposi dan proses pada film akan menghasilkan derajat dan pola penghitaman penghitaman film yang tergantung dari berbagai factor. Beberapa kualitas gambar yang dapat dilihat pada hasil gambaran radiografi ada lah a.
Densitas Radiografi
Menurut Stuart dan Michael, densitas radiografi adalah keseluruhan derajat penghitaman pada film radiografi radiografi yang telah telah dieksposi dan mengalami mengalami proses pencucian. pencucian. b.
Kontras Radiografi Radiografi
Menurut Stuart dan Michael, kontras radiografi biasanya melukiskan melukiskan jarak atau perbandingan hitam hitam dan putih pada pada gambaran gambaran radiografi. c.
Detail Radiografi
Detail radiografi adalah hasil gambaran radiografi yang mampu memperlihatkan struktur yang kecil dari organ yang difoto.
d.
Ketajaman
Ketajaman adalah hasil gambaran radiografi yang mampu memperlihatkan batas yang tegas bagian-bagian bagian-bagian obj ek yang difoto sehingga struktur organ terlihat dengan baik. Adapun pembahasan tentang: a.
Densitas Radiografi
Menurut The Collaboration for NDT Education. 2010. Radiography Densitas Radiography Densitas film adalah ukuran tingkat kegelapan dari suatu film. Secara teknik, hal ini disebut transmitted density yang terjadi pada film berbahan dasar transparan yangdiukur sejak saat cahaya ditransmisikan ditransmisikan melewati film. Densitas merupakanfungsi merupakanfungsi logaritma yang menjelaskan menjelaskan suatu perbandingan dari dua pengukuran,secara spesifik merupakan perbandingan antara intensitas cahaya yang masuk kefilm (I0) terhadap intensitas cahaya yang keluar melewati film (It). D=logI0It6 Densitas film diukur dengan alat yang disebut densitometer. Secara sederhana, sederhana, densitometer densitometer memiliki sensor fotoelektrik (photoelectric (photoelectric sensor) yang dapat menghitung banyaknya banyaknya cahaya yang ditransmisikan melewati selembar selembar film. Film diletakkan di antara sumber cahaya dengan sensor dan pembacaan densitas dilakukan oleh instrumen. b.
Kontras Radiografi Radiografi
Menurut The Collaboration for NDT Education. 2010.Radiography Kontras 2010.Radiography Kontras radiografi merupakan derajat densitas perbedaan antara dua area pada gambar radiografi. Kontras memudahkan memudahkan identifikasi ciri-ciri yang berbeda pada area inspeksi seperti goresan, patahan dan sebagainya. sebagainya. Gambar Gambar di bawah menunjukkan menunjukkan perbedaan perbedaan dua film hasil radiografi dengan obyek yang sama yaitu stepwedge. Gambar radiografi yang atas memiliki kontras yang lebih tinggi, t inggi, sedangkan gambar yang bawah memiliki kontras yang lebih rendah. Saat keduanya disinari pada material dengan ketebalan yang sama, gambar dengan kontras yang tinggi memberikan perubahan densitas radiografi yang mencolok. Pada kedua gambar terdapat lingkaran kecil dengan densitas yang sama. Lingkaran ini lebih mudah diamati pada gambar radiografi dengan kontras yang tinggi.
Gambar 1. Radiografi dengan kontras tinggi dan kontras rendah. Ada dua hal yang mempengaruhi kontras radiografi , yaitu subyek kontras dan detektor kontras atau film radiografi itu sendiri. 1)
Subjek kontras
Subyek kontras merupakan perbandingan intensitas radiasi yang ditransmisikan melewati area berbeda dari maerial yang diinspeksi. Hal ini tergantung pada kemampuan serapan material yang berbeda-beda, panjang gelombang radiasi dan intensitas radiasi serta hamburan balik radiasi (back scattering). Perbedaan material dalam menyerap radiasi, berakibat pada tingkat kontras film radiografi. Perbedaan ketebalan atau massa jenis material yang lebih besar, akan memberikan perbedaan densitas radiografi atau kontras yang semakin besar. Akan tetapi, dari satu obyek material bisa dihasilkan dua gambar radiografi dengan kontras yang berbeda. Sinar-X yang ditembakkan dengan kV yang lebih kecil akan menghasilkan gambar radiografi dengan kontras yang lebih tinggi. Hal ini terjadi karena energi radiasi yang rendah lebih mudah diserap oleh bahan, sehingga perbandingan foton yang ditransmisikan melewati material yang tebaldan tipis akan lebih besar dengan energi radiasi rendah.
Gambar 2. Visualisasi penyinaran radiasi stepwedge dengan kV berbeda Secara umum jika senstivitas tinggi, maka latitude akan rendah. Radiographic latitude merupakan jangkauan ketebalan material yang bias tergambar pada film. Hal ini berarti banyaknya area dari ketebalan yang berbeda akan tampak pada gambar. Gambar radiografi yang baik memiliki kontras dan latitude yang seimbang, artinya cukup kontras untuk mengidentifikasi ciri-ciri area inspeksi, tapi j uga menyakinkannya dengan latitude yang baik, sehingga seluruh area dapat diinspeksi dalam satu gambar radiografi. 1)
Film kontras
Kontras film merupakan perbedaan densitas yang dihasilkan oleh setiap ti pe film radiografi yang telah melalu proses radiografi (Chris Gunn, 2002:175). Penyinaran radiasi pada film untuk mendapatkan film dengan densitas yang lebih tinggi secara umum akan meningkatkan kontras pada gambar radiografi. Kurva karakteristik fi lm secara umum ditunjukkan padagambar di bawah. Kurva ini memberi gambaran tentang respon film terhadap jumlah penyinaran radiasi. Dari bentuk kurva dapat dili hat bahwa saat film tidak mengalami interaksi dengan foton, kurva memiliki tingkat kemiringan yangrendah. Pada daerah kurva ini, perubahan penyinaran radiasi yang besar hanya akan memberi sedikit perubahan densitas film, sehingga sensitivitas film relatif rendah. Menurut Plaast 1969, kurva karakteristik merupakan sebuah kurva yang memberikan hubungan antara nilai densitas dengan factor eksposi yang dihasilkan oleh serangkaian eksposi (Dalam Win Priantoro, 2009:7) , adapun fungsi dari kurva karakteristik yaitu: a)
Untuk mengetahui besar kecilnya fog level
b)
Untuk menilai kontras
c)
Untuk menilai besar kecilnya nilai latitude
d)
Untuk menilai densitas maksimum
e)
Untuk menilai daerah solarisasi
f)
Untuk membandingkan kecepatan film
Kurva ini pertama kali ditemukan oleh Hurteen dan Drifield pada tahun 1890, maka dari itulah kurva ini biasanya disebut juga dengan kurva H dan D.
Gambar 3. Kurva Karakteristik Dapat disimpulkan bahwa kontras radiografi memiliki unsur yang berbeda : ·
Kontras Objektif, perbedaan kehitaman ada seluruh bagian citra yang dapat dilihat
& dinyatakan dengan angka. Adapun penyebabnya : o Faktor radiasi ü Kualitas sinar primer ü Sinar hambur / scatter o Faktor film o Faktor processing ü Jenis & susunan bahan pembangkit
ü Waktu & suhu pembangkitkan ü Lemahnya cairan pembangkit ü Agitasi film ü Reducer66t ·
Kontras Subjektif, yaitu perbedaan terang di antara bagian film, jadi tidak dapat
diukur, tergantung dari pemirsa/pengamat a.
Ketajaman
Citra-radiografi merupakan bentuk bayangan; citra yang diperoleh sebagai akibat dari sinar x melalui tubuh, mirip dengan bayangan pada t embok bila melewatkan sinar matahari pada tubuh. Bayangan yang membentuk citra radiografi haruslah dengan bentuk yang jelas dan tajam, dimana tingkat pengaburannya berkurang. Pada praktek bentuk bayangan sering diikuti oleh pengaburan, dimana tingkat pengaburan itu disebabkan oleh beberapa hal, seperti: 1)
Faktor Geometrik; yang berhubungan dengan pembentukan citra (misal : ukuran,
jarak) 2)
Faktor Goyang; yang berhubungan dengan penderita (pasien) dan alat
3)
Faktor Fotografi atau intrinsik; yang berhubungan dengan bahan perekam citra.
4)
Layar Pendar terdiri dari kristal fosfor yang bila terkena sinar-x akan memendarkan
cahaya, ini menimbulkan ketidaktajaman bentuk. 5)
Efek Parallax pengamatan dari jarak tertentu dengan sudut yang berbeda.
6)
Emulsi film ”iradiation”, yakni menyebar/melebarnya cahaya yang tiba pada film,
menyebabkan ketidaktajaman bentuk citra Ketajaman Radiografi dimaksudkan untuk membedakan detail dari struktur yang dapat terlihat pada citra radiografi. Karena itu, semu faktor mengatur kontras (perbedaan densitas) juga mempengaruhi ketajaman. Faktor ini bersifat obyektif karena dapat diukur. Ketajaman dapatr juga dipengaruhi oleh faktor yang tidak obyektif yang disebut faktor subyektif, sangat bervariasi tidak dapat diukur, termasuk hal yang berada di luar. Citra
seperti k ondisi dari “viewer” boleh dikatakan bahwa ketajaman yang dimaksud adalah kualitas visual yang lebih bersifat subyektif. Adapun faktor yang dapat mempengaruhi ketajaman, yaitu: 1)
Faktor Citra Radiografi, meliputi:
a)
Ketajaman dan kontras objektif
b)
Tingkat eksposi
Bila citra radiografi berbatas/berbentuk jelas, benda densitas masih dapat diamati, walau tingkat densitasnya sedikit (ketajaman baik walau dengan kontras yang sangat rendah). Jika citra radiografi dengan perbedaan densitas tinggi, struktur masih dapat terlihat j elas walau dengan batas yang tidak begitu tegas (ketajaman masih dapat dilihat, walaupun detail struktur tidak optimal). Pada praktek radiografi, hal itu dapat kita temukan pada x-foto abdomen untuk melihat struktur dari janin, terlihat adanya perbedaan densitas yang kecil, namun bentuk janin terlihat jelas. Juga pada x-foto abdomen anak kecil tertelan uang logam terlihat adanya perbedaan densitas yang tinggi, ketajaman uang logam masih terlihat walau bentuknya tidak tegas (uang logam bergerak). Dengan demikian, batas yang tegas dari citra radiografi tidak hanya tergantung oleh ketajaman/kontras tetapi dari keduanya. Tingkat eksposi signifikan merubah kontras yang terlihat pada citra radiografi. Bila terjadi overexposure mak a densitas pada seluruh bidang film juga meningkat, tetapi “kontras obyektif” (overexposure tidak berlebihan) tidak berubah, karena perbedaan melewatkan cahaya dari seluruh bidang x-foto tetap ada dan dapat diukur. Karena densitas yang demikian besar, mata sudah tidak dapat lagi melihat, karena tidak ada lagi cahaya dari viewer yang dapat melaluinya. Oleh karena itu pemirsa mengatakan bahwa kontras visual berkurang karena overexposure, jadi kontras visual ini bersifat subyektif tidak dapat diukur. Pada underex posure dimana densitasnya sangat minim menyebabkan kontras obyektif dan subyektif menjadi kurang. 2)
Faktor Viewer/Illuiminator (alat baca x-foto)
Hubungannya terhadap detail (devinition) adalah dengan contras subyektif faktor viewer dapat dilihat dari segi: a)
Penerangan
Penerangan lampu viewer dapat dengan berbagai warna, intensitas, dan homogenitas; diluminator yang moderen denfgan dilengkapi dengan beberapa lampu TL yang memancarkan cahaya biru cerah dan homogen, dapat meningkatkan nilai kontras “kontras-fisual”. X-foto yang overexposure dengan menaikan intensitas penerangan illuminator akan meningkatkan kontras subyektif, sedangkan yang underexposure intensitas cahaya diturunkan hingga kontras visual dapat tercapai. Pada umumnya viewer dilengkapi dengan alat pengatur terangnya cahaya, sesuai dengan keadaan citra radiografi yang sedang ditayangkan. Ruang baca x-foto sebaiknya ruangan redup (watt rendah) sehingga cahaya yang keluar dari viewer dapat diamati dengan baik. b)
Penglihatan Pemirsa
Kontras citra radiografi oleh mata kelihatnaya dipengaruhi oleh tingkat penerangan yang diadaptasi, dan oleh silauny a cahaya viewer. Mata yang beradaptasi dengan cahaya terang tidak dapat mengamati perbedaan densitas pada tingkat gelap, dan detail. Juga bila viewer dengan x-foto densitas sedikit, melewatkan cahaya yang menyilaukan, menyebabkan kegagalan untuk melihat detail struktur. Untuk mencegah cahaya yang menyilaukan, viewer dilengkapi dengan semacam diagfragma yang dapat membatasi luas penerangan. Spot light yang berada di luar viewer gunanya untuk mengamati bagian tertentu dari film yang densitasnya gelap. b.
Distorsi
Merupakan perbandingan yang salah dari struktur yang direkam, bentuk serta hubungan dengan struktur lainnya kurang betul. Hasil yang benar diperoleh bila garis tengah struktur yang akan di x-foto berada sejajar dengan film yang tegak lurus dengan pusat sinar-x. Hal ini sering terlihat pada x-ray foto gigi, bila hal ini t erjadi, maka x-ray foto gigi akan terlihat bertumpuk satu sama lain, dapat lebih panjang atau lebih pendek. c.
Ukuran Citra Radiografi
Karena sinar-x yang memencar dari focus sifatnya divergen mengaklibatkan ukuran citra radiografi boleh disebut menjadi lebih besar dari ukuran sebenarnya. Adapun pembesaran yang terjadi disebabkan oleh jarak focus ke film (FFD), jarak film ke objek (FOD), garis tengah struktur sejajar film dan tegak lurus dengan pusat sinar x. Menghitung besarnya pembesaran :
ukuran sebenarnya = (ukuran citra x FOD) : FFD d.
Detil dan Ukuran Objek
Obyek di dalam tubuh terdiri dari berbagai macam ukuran. Semakin kecil ukuran obyek maka semakin detil gambar anatomi yang harus didapatkan. Sebagai contoh, bila ukuran obyek besar maka detil yang dihasilkan dapat diamati (tidak mengalami kekaburan), begitu pula bila ukuran obyek diperkecil, maka detil yang dihasilkan juga dapat diamati (tidak mengalami kekaburan). Jadi ketika tidak terjadi kekaburan maka baik obyek yang besar maupun yang kecil dapat kita amati. Sekarang bagaimana kalau obyek tersebut kita kaburkan? Kekaburan mempunyai batas untuk mampu dilihat pada bayangan yang kecil. Sehingga kekaburan itu mengakibatkan keterbatasan penglihatan detil gambar. Ada tiga pengaruh dari kekaburan, yaitu: 1)
Kekaburan mengakibatkan penurunan kemampuan untuk memperlihatkan detil
anatomi obyek. Padahal hal tersebut sangat penting dalam penggambaran citra medik. 2)
Kekaburan menurunkan nilai ketajaman (sharpness) struktur dan obyek citra medik.
Sehingga ketidaktajaman (unsharpness) sering digunakan sebagai pengganti istilah kekaburan (blurring). 3) Kekaburan menurunkan karakteristik citra medik yang disebut resolusi bagian (spatial resolution). Resolusi adalah pengaruh dari kekaburan yang dapat diukur dengan mudah dan digunakan untuk mengevaluasi dan menentukan karakteristik kekaburan dari system dan komponen citra medik. Resolusi digambarkan sebagai banyaknya jumlah pasang garis (LP) yang tampak dalam setiap satuan mm. Menaikkan nilai LP/mm biasanya berhubungan dengan menaikkan detil citra medik. Oleh sebab itu resolusi bagian yang tinggi (baik) menandakan kenampakan (visibility) detil anatomi yang akurat.
Film rontgen adalah film yang digunakan sebagai tempat terciptanya gambar radiograf dalam ilmu radiologi. Adapun jenis-jenis film sinar x terbagi atas:
1. Jenis film menurut lapisannya. 2. Jenis film menurut sensitivitasnya. 3. Jenis film menurut butir emulsi.
A. Jenis Film Menurut Lapisannya
Film sinar x tersusun atas: • Base (dasar film) • Subratum (perekat film) • Emulsi • Supercoat (pelindung film)
Adapun Jenis film sinar x menurut lapisannya dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Single Side
Single side adalah film sinar x dengan satu lapisan emulsi dimana lapisan perekat dan lapisan emulsi dioleskan hanya pada satu sisi dasar film (base) saja.
Karena emulsi hanya pada satu sisi dari dasar film (base) setelah film diproses dan kering terlihat film menjadi melengkung ke arah emulsi dan hal ini sa ngat mengganggu. Untuk mencegah hal ini baik film yang flat atau datar dan rol diperlukan bahan lain “gelatin” yang direkatkan pada sisi lain dasar yang sifatnya
mengkerutan film ke arah berlawanan bahan tersebut dikenal dengan non curl backing.
Contoh dari film single side adalah mamography film. Pada awal dilakukannya pemeriksaan mammografi yaitu menggunakan film dengan kaset non screen. Dengan menggunakan kaset non screen pada pemeriksaan mammografi, radiasi sinar-X yang setelah menembus obyek langsung menembus pada film tanpa melewati intensifying screen terlebih dahulu. Untuk mendapatkan gambaran dari mammae yang optimal dibutuhkan dosis radiasi yang tinggi. Namun kualitas gambar dari gambaran mamae yang dihasilkan rendah. Pada tahun 1970 diperkenalkan oleh perusahaan Du Pont dan Kodak yaitu penggunaan kombinasi film dan screen pada pemeriksaan mammografi. Film yang digunakan untuk pemeriksaan mammografi adalah film yang single emulsi dan kaset yang digunakan adalah kaset dengan single screen. Penggunaan jenis film tertentu memiliki tujuan untuk kualitas gambaran yang di harapkan agar dapat memberikan informasi mengenai keadaan suatu objek yang diperiksa, sehingga membantu proses tindakan medis selanjutnya berdasarkan klinis pemeriksaan. Mammografi merupakan pemeriksaan radiografi yang di lakukan secara khusus untuk mendeteksi keadaan patologi dari organ pa yudara. Penggunaan film pada mammografi berperan sebagai pencetak bayangan dengan adanya perpindahan informasi dari sumber sinar – x hingga hasil berupa gambaran sampai ke radiolog.
2. Double Side
Double side adalah film sinar x dengan dua lapisan emulsi, dimana la pisan perekat dan lapisan emulsi dioleskan pada kedua sisi dari dasar film (base).
Beberapa keuntungan film Double Side :
1. Meningkatkan kepekaan Karena emulsi pada kedua permukaan dasar film →gambar terjadi bersamaan pada dua lapis emulsi dan bila dilihat dengan viewer kedua gambar bertumpuk menjadi satu → sehingga penghitaman oleh atom perak juga menjadi dua kali.
Meningkatnya kepekaan dapat mengurangiu waktu eksposi & mengurangi kemungkinan pengaburan karena faktor bergeraknya pasien, sehingga dapat mengurangi dosis radiasinya juga.
2. Peningkatan nilai kontras Kontras adalah perbedaan derajat hitam terhadap putih (gelap terhadap terang). Dengan dua emulsi nilai kontras juga menjadi dua kali dibanding dengan satu lapis emulsi.
B. Jenis Film Menurut Sensifitasnya
Salah satu perkembangan teknik radiografi yang sangat revolusioner dan dapat mengurangi dosis radiasi pada pasien adalah ditemukan intesifying screen yang tergantung dari jenis screen dan jenis film yang dipakai, dapat mengurangi dosis radiasi sebesar faktor 15 – 500, dimana jenis intensifying rare earth screen
(gadolinium dan lanthanum) menunjukkan effisiensi dosis 3 sampai 5 kali lebih baik dibanding dengan calcium tungstate screen.
Adapun jenis film menurut sensifitasnya
1. Green Sensitive Green sensitive adalah jenis film sinar x yang sensitif terhadap cahaya hijau. Green sensitive ini mempunyai kualitas yang bagus sehingga harganya pun relatif mahal. Dampak lain dar1i penggunaan green screen adalah pengurangan pemakaian faktor exposi, sehingga selain rendahnya dosis yang diterima pasien, juga menyebabkan beban terhadap X-ray tube menurun sehingga automatis akan memperpanjang masa hidup / usia dari X-ray tube.
green sensitive 2. Blue sensitive
Blue sensitive adalah jenis film sinar x yang sensitif terhadap cahaya biru. Blue sensitive ini mempunyai kualitas yang kurang bagus sehingga harganya pun relatif lebih murah. Dampak lain dari penggunaan blue sensitive adalah bertambahnya pemakaian faktor exposi, sehingga selain tingginya dosis yang diterima pasien, juga menyebabkan beban terhadap X-ray tube meningkat sehingga automatis akan memperpendek masa hidup / usia dari X-ray tube.
blue sensitive Perbedaan film menurut sensitivenya dapa di lihat pada tabel di bawah ini :
C. Jenis Film Menurut butir emulsi
Emulsi merupakan bahan film sinar-x yang rentan terhadap cahaya, yang bila terkena cahaya / x-ray akan berubah dan membentuk warna hitam.
Emulsi setiap bahan untuk fotografi mempunyai sifat tertentu:
1. Kecepatan Perbandingan kecepatan dari suatu bahan terhadap bahan lain untuk mutu gambar yang sama dipengaruhi oleh: • Ukuran Perak Halogen (Grain) • Tahapan proses pembuatan emulsi • Sifat radiasi yang digunakan • Masa pembangkitan
Suatu emulsi dikatakan cepat jika emulsi tersebut membutuhkan sedikit cahaya dibandingkan dengan emulsi yang banyak membutuhkan cahaya untuk menghitamkannya.
2. Kontras Kontras adalah perbedaan derajat hitam terhadap putih (gelap terhadap terang) yang dipengaruhi oleh: • Penempatan, kerentanan perak halogen • Masa pembangkitan
Adapun jenis film sinar x menurut butir emulsi dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Butir emulsi ukuran besar Pada butir emulsi ukuran besar bahan fotografinya yaitu perak halogen (grain) pada emulsi berukuran besar. Dengan ukuran butir perak halida yang besar, maka jarak antara butir perak halida yang satu dengan yang lain lebih renggang. Hal ini mengakibatkan emulsi mendapatkan sedikit cahaya karena cahaya lebih banyak yang diteruskan. Emulsi jenis ini mempunyai sifat nilai kontras yang rendah tapi kecepatannya cepat karena emulsi mendapatkan sedikit cahaya.
besar 2. Butir emulsi ukuran sedang Pada butir emulsi ukuran sedang bahan fotografinya yaitu perak halogen (grain) pada emulsi berukuran sedang.
sedang Dengan ukuran butir yang sedang ini maka sinar-x / cahaya yang menembus emulsi akan lebih sedikit karena banyak dihalangi butiran perak halida yang jaraknya tidak terlalu renggang. Emulsi jenis ini mempunyai sifat nilai kontras yang cukup tinggi tapi kecepatannya lebih lambat karena emulsi mendapatkan cukup banyak cahaya.
3. Butir emulsi ukuran kecil
Pada butir emulsi ukuran kecil bahan fotografinya yaitu perak halogen (grain) pada emulsi berukuran kecil.
kecil Dengan ukuran butir yang kecil mengakibatkan jarak / celah antara butir perak halida agak rapat. Sinar x / cahaya akan lebih banyak mengenai butiran perak halida dan sedikit sinar yang diteruskan. Emulsi jenis ini mempunyai sifat n ilai kontras yang tinggi tapi kecepatannya lambat karena emulsi mendapatkan banyak cahaya. Labels: Kaset Film Radiologi
1.PENGERTIAN Merupakan kotak segi empat panjang yang mempunyai berbagai ukuran seperti 18 x 24 cm2, 24 x 30 cm2, 30 x 40 cm2, 35 x 35 cm2, 35 x 43 cm2. Kaset berfungsi sebagai alat transport film dari kamar gelap ke ruang foto sinar-x (unexposed) atau ruang foto sinar-x
ke kamar gelap. Kaset terbagi 2 bagian yang dihubungkan oleh engsel :
a.Bagian Depan Kaset • Bahan yang mudah ditembus oleh sinar -x. • Aluminium, plastik dengan bingkai dari logam kuat. • Tersedia ruang untuk screen/layar pendar.
b. Bagian Belakang Kaset 1) Lead lining Terbuat dari logam kuat, bagian dalam diberi cat timbal untuk mencegah/menyerap back scatter.
2) Lead backing Logam dengan lempeng timbal yang berfungsi menyerap sinar primer.
3) Non lead lining Terbuat dari bahan yang mudah ditembus sinar x yang digunakan untuk radio flouroskopi
Ketiga jenis tersebut diberi bantalan yang letaknya menempel pada cat timbal/langsung pada bagian belakang yang berguna untuk menekan screen berhimpit dengan film. Semua jenis tersebut terbuat dari bahan “felt” & busa/karet.
2. CIRI KASET BAIK • Ringan dan mudah dibawa. • Struktur kuat. • Tidak mudah rusak. • Bagian depan harus memiliki kesamaan radiolusen untuk menghilangkan artefak. • Bagian belakang terdapat lembaran timbal untuk menyerap sinar hambur. • Memiliki busa penekan untuk merapatkan film dengan screen. • Bentuk sedemikian rupa sehingga pemakaian mudah & tidak melukai pasien.
3. BENTUK / JENIS KASET
1) Konvensional Kaset yang sering digunakan seperti 18 x 24 cm2, 24 x 30 cm2, 30 x 40 cm2, 35 x 35 cm2, 35 x 43 cm2.
2) Bentuk Kurva Kaset yang digunakkan untuk memotret bagian tubuh karena anatomi / patologi tidak lurus, seperti rahang, lutut, bahu.
3) Film Changer Mempunyai bentuk & ukuran lebih besar agar dapat memuat hingga 5 buah kaset. Bagian atas terbuat dari bahan yang mudah ditembus sinar-x & dilengkapi grid/lisolom. Digunakan untuk pemeriksaan secara berurutan tanpa henti (sekon)seperti pembuluh darah dan jantung. Bagian bawah kaset dilengkapi pegas untuk mendorong kaset naik ke atas.
4) Kaset Foto Timer
a) Foto electric cells Jika densitas (nilai kehitaman) pada daerah yang diperlukan sudah mencapai takaran tertentu, maka alat ini akan menghentikan eksposi b) Ionization chamber Jika jumlah radiasi pada daerah yang dituju sudah tercapai, maka alat ini akan menghentikan eksposi
Kedua jenis ini merupakan automatic exposure dan terletak sensor alat ini terletak di belakang kaset. Pada bagian depan & belakang harus radiolusen.
5) Kaset dengan Grid / Lisolom • Menjadi satu dengan kaset • Berat • Mahal • Kurang populer
6) Kaset Fleksibel
Pada bidang Industri digunakan untuk potret pipa/saluran dan pada bidang kesehatan digunakan untuk panoramik gigi, opg (rahang).
7) Kaset Non Screen (Amplop) 8) Kaset Mammografi 9) Kaset CT Scan 10) Kaset Kedokteran Nuklir 11) Imaging Plat 12) Dental Film
4. PEMERIKSAAN KASET BERKALA Bagian yang harus diperiksa pada kaset secara berkala adalah Engsel, kuncian, jepitan ID pasien, screen, kedudukan screen, dan bantalan. Kebersihan kaset bagian luar dapat dibersihkan dengan alkohol atau perihidariol.
5. PEMELIHARAAN KASET • Saat pemasukan/pengambilan film dari kaset, jangan terlalu terlalu terbuka untuk menghindari debu masuk ke kaset dan kaset dibuka sekitar 6-8 cm. • Kaset disimpan seperti buku & kosong dari f ilm. • Jaga kebersihan dari debu, benda asing, dan cairan kimia. • Hindari kaset jatuh. • Hindari bagian dalam dari goresan debu, benda tajam, kuku, percikan cairan bahan pemroses film (seperti develpoer / fixer).
6. KEBERSIHAN KASET a. Luar • Bagian luar harus dibersihkan tiap hari. • Gunakan Alkohol untuk membunuh kuman penyakit pada kaset. • Gunakan Perihidariol untuk membersihkan noda darah pada kaset. • Hindari timbulnya artefak pada film.
b. Dalam • Bahan yang digunakan adalah sikat halus, sabun mandi, atau cotton wool. • Gosokan cotton wool (basah) yang sudah bersabun dengan gerakan angka “8” pada
permukaan screen. • Gosokan cotton wool (kering) untuk bersihkan screen hingga kering. • Sementara kaset dengan posisi berdiri di meja kamar gelap. • Jika screen digosok dengan gerakan searah akan menimbulkan “elektrostatis”. • Jangan dibersihkan dengan air pam / larutan pembersih sembarangan. Bersihkanlah kaset hingga tidak ada noda mineral, tidak lengket, dan tidak elektrostatik.
7. PELEKATAN SCREEN PADA KASET Bila ingin merekatakn screen baru, sisi pinggir harus telah dilengkapi strip perekat. Kemudian kaset bagian dalam dibersihkan. Proses yang pertama screen dilekatkan dan bagian depan screen berhadapan dengan kaset bagian belakang. Setelah itu penutup perekat dilepas sehingga menempel. Bila screen lama terlepas, harus dilekatkan kembali dengan kedudukan yang benar. Gunakan lem pelekat yang aman terhadap fosfor screen yang tidak mengandung bahan kimia / radioaktif.
8. MENGOSONGKAN FILM DARI KASET • Letakan kaset di atas meja dalam. front kaset menghadap meja. • Lepaskan kunci kaset dan back kaset menempel meja. • Front kaset dinaikan sedikit agar film dapat keluar/lepas. • Salah satu pojok film dipegang (jangan dengan kuku), dicetak ID pasien pada film. • Kemudian film dimasukan ke alat automatik (Automatik). • Dijepitkan pada hanger (manual). • Kaset ditutup, letakan pada tempatnya.
9. MENGISI FILM DARI KASET • Front kaset menghadap meja. • Kunci dilepas, back kaset menghadap meja. • Box film dibuka, ambil film, arahkan film terbaring di atas screen. • Back kaset ditutup & dikunci. • Box film ditutup kembali.
10. TES KEBOCORAN KASET TERHADAP CAHAYA Metode I 1. Kaset yang dicurigai bocor diisi film.
2. Setiap sisi kaset dihadapkan pada lampu dop 100 W dengan jarak 122 cm selama 15 menit hingga 6 sisi kaset. 3. Film diproses dan bila ada kehitaman pada film berarti kaset bocor.
Metode II 1. Masukan selembar film unexposed ke kaset yang dicurigai. 2. Letakan kaset tersebut di tempat terang (sinar matahari). 3. Proseslah film tersebut, sebelumnya ditandai dimana letak engsel (h), bagian atas (t), bagian yang terbuka (o). 4. Film yang telah kering, periksalah tingkat kekabutan/kehitaman, tandai bila terlihat kabut. 5. Jika lebarnya kurang dari 0,5 cm sepanjang sisi bagian tersebut maka dapat diabaikan. 6. Tetapi kaset tersebut diawasi, jikalau terjadi kerusakan yang berarti. 7. Jika fog/kabut yang timbul besar, perbaiki kerusakan tersebut. kalau tidak bisa dapat diganti dengan kaset baru. 8. Jika kaset pengganti sulit, gunakan kaset tersebut dengan m embiarkan tidak terisi sampai saat akan digunakan.