KTI bayi baru lahir normal bab I, bab II Sabtu, 01 Maret 2014
KTI bayi baru lahiir normal Bab I Bab II BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa neonatal masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesudah kelahiran. Bayi adalah anak yang belum lama lahir. Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2.500-4000 gram. Bayi adalah individu baru yang lahir di dunia. Dalam keadaannya yang terbatas, maka individu baru ini sangatlah membutuhkan perawatan dari orang lain. Bayi Baru Lahir adalah janin yang lahir melalui proses persalinan dan telah mampu hidup di luar kandungan. Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faali. Bayi Baru Lahir memerlukan asuhan yang segera yang cepat, tepat, aman dan bersih. Hal tersebut merupakan bagian esensial bayi baru lahir. Sebagian besar proses persalinan terfokus pada ibu, tetapi sehubungan dengan proses pengeluaran hasil kehamilan (bayi) maka penatalaksanaan persalinan baru dikatakan berhasil jikalau ibu dan bayinya dalam kondisi yang optimal, sehingga selain ibunya bayi yang dilahirkan juga harus dalam keadaan sehat Bayi Baru Lahir kecil atau yang mempunyai masalah berat yang mengancam kehidupannya (dalam keadaan emergency) memerlukan diagnosa dan pengelolaan
segera. Terlambat dalam pengenalan masalah atau managemen yang tidak tepat akan mengakibatkan kematian. Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, kurangnya perawatan bayi baru lahir. Kalau ibu meninggal pada waktu melahirkan, si bayi akan mempunyai kesempatan hidup yang kecil. Setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada bulan pertama kehidupannya, 2/3nya meninggal pada minggu pertama. Penyebab utama kematian pada minggu pertama adalah komplikasi kehamilan dan persalinan seperti : asfiksia, sepsis neonatorum, dan komplikasi BBLR. Kurang lebih 98% kematian ini terjadi di negara berkembang dan sebagian besar kematian dapat dicegah dengan pengenalan dini dan pengobatan yang tepat. Sebenarnya penggunaan peralatan canggih tidak diperlukan untuk menolong sebagian besar bayi ini, melainkan pelayanan dan penanganan yang cepat, tepat, dan aman.. Bayi baru Lahir dalam hari-hari pertamanya merupakan masa kehidupan yang rentan dan berisiko tinggi mengalami berbagai komplikasi atau gangguan kesehatan. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu diketahui berbagai perubahan/adaptasi BBL terhadap kehidupan di luar uterus, rawat gabung dan pencegahan infeksi pada BBL. Untuk mampu mewujudkan koordinasi dan standar pelayanan yang berkualitas maka petugas kesehatan dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk dapat melaksanakan pelayanan essensial neonatal B. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN Ruang lingkup pembahasan karya tulis ilmiah ini adalah penerapan Asuhan Kebidanan bayi baru lahir normal C. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan umum Agar mampu menerapkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru lahir normal
2. Tujuan khusus a. Mengidentifikasi data dasar pada bayi bayi baru lahir normal b. Mengidentifikasi diagnosa/ masalah aktual pada bayi baru lahir normal c. Mengantisipasi diagnosa/ masalah potensial pada bayi baru lahir normal d. Melakukan tindakan segera dan kolaborasi pada bayi baru lahir normal e. Menyusun rencana tindakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal f. Mengimplementasikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal g. Mengevaluasi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal h. Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal D. MANFAAT PENULISAN 1. Manfaat Institusi Pendidikan Dapat menjadi acuan bagi institusi pendidikan pada masa yang akan datang sebagai bahan masukan bagi pihak lain yang ingin menulis tentang manajemen asuhan kebidanan bayi baru lahir normal 2. Manfaat Bagi Rumah Sakit Dapat menjadi masukan kepada RSUD………………. dalam meningkatkan pelayanan khususnya pada bayi baru lahir normal 3. Manfaat Bagi Penulis a) Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma Tiga (DIII) kebidanan dan memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan di Akademi Kebidanan Makassar. b) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam asuhan kebidanan pada bayi bayi baru lahir normal
E. METODE PENULISAN Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini secara sistematis meliputi: 1. Studi Kepustakaan Dengan membaca dan mempelajari berbagai buku dan literature, dan data dari internet yang berhubungan dengan bayi baru lahir normal.
2. Studi Kasus Dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah dalam asuhan kebidanan yang meliputi: identifikasi data dasar, identifikasi diagnosa/ masalah aktual, antisipasi diagnosa/ masalah potensial, tindakan segera/ kolaborasi, rencana asuhan kebidanan, implementasi asuhan kebidanan, evaluasi asuhan kebidanan, dan pendokumentasian asuhan kebidanan dengan menggunakan metode: a) Wawancara Penulis melakukan wawancara dengan keluarga pasien dan bidan b) Observasi Penulis memperoleh data dengan melihat dan melakukan pemantauan secara langsung pada pasien. c) Pemeriksaan fisik Penulis melakukan pemeriksaan fisik pada pasien melalui inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi secara sistematis dari kepala sampai kaki. 4. Studi Dokumentasi Dengan membaca dan mempelajari status serta menginterpretasikan data yang berhubungan dengan pasien baik yang bersumber dari catatan dokter, bidan maupun sumber lain yang menunjang. 5. Diskusi Diskusi dengan tenaga kesehatan yakni dokter, bidan maupun dengan pembimbing karya tulis ilmiah serta sumber lain yang menunjang. F. SISTEMATIKA PENULISAN Untuk memperoleh gambaran umum tentang karya tulis ilmiah ini maka penulis menyusun dengan sistematis sebagai berikut : BAB I
: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang B. Ruang Lingkup C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum 2. Tujuan Khusus D. Manfaat Penulisan E. Metode Penulisan
F. Sistimatika Penulisan BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Teori Bayi baru lahir normal a. Pengertian bayi baru lahir normal b. Patofisiologi bayi baru lahir normal c. Ciri- cirri bayi baru lahir normal d. Komplikasi bayi baru lahir normal e. Pemeriksaan diagnostic bayi baru lahir normal f. Penanganan segera bayi baru lahir normal B. Tinjauan Manajemen Asuhan Kebidanan 1. Pengertian Manajemen Kebidanan 2. Tahap Manajemen Asuhan Kebidanan 3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP) BAB III : TINJAUAN KASUS BAB IV : PEMBAHASAN Pada bab ini membahas tentang kesenjangan antara teori dengan hasil pengkajian yang ada, dibahas secara sistematis mulai tanggal ……………….. BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II PEMBAHASAN A. KONSEP DASAR TEORI 1.
1.
Pengertian bayi baru lahir normal Pengertian bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu, memiliki berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir dengan umur kehamilan 37-42 minggu,lahir melalui jalan lahir dengan presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, nafas secara spontan dan teratur,berat badan antara 2500-4000 gram serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat Bayi baru lahir adalah bayi segera setelah lahir sampai dua puluh delapan hari. Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan, melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil. Bayi baru lahir (BBL) adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri ke kehidupan ekstra uterin Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram. Pengertian bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai dengan 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gr sampai dengan 4000 gr 2. Patofisiologi bayi baru lahir normal Segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna (dalam kandungan Ibu)yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.
Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernafasannya sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit. Periode adaptasi terhadap kehidupan di luar rahim disebut Periode Transisi. Periode ini berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem tubuh. Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi, sistem termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta menggunakan glukosa. Perubahan Sistem Pernafasan. Dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi : 1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak. 2) Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan yang merangsang masuknya udara kedalam paru-paru secara mekanis. Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler dan susunan syaraf pusat menimbulkan pernafasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan. Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk : 1) Mengeluarkan cairan dalam paru-paru. 2) Mengembangkan jaringan alveolus dalam paru-paru untuk pertama kali. Perubahan Dalam Sistem Peredaran Darah. Setelah lahir darah bayi harus melewati paru untuk mengambil O2 dan mengantarkannya ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim harus terjadi 2 perubahan besar : 1) Penutupan foramen ovale pada atrium jantung 2) Penutupan ductus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah tekanan dengan cara mengurangi dan meningkatkan resistensinya hingga mengubah aliran darah. Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah : 1) Pada saat tali pusat dipotong. Tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan. Kedua hal ini
membantu darah dengan kandungan O2 sedikit mengalir ke paru-paru untuk oksigenasi ulang. 2) Pernafasan
pertama
menurunkan
resistensi
pembuluh
darah
paru-paru
dan
meningkatkan tekanan atrium kanan. O2 pada pernafasan pertama menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem pembuluh darah paru-paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium kanan dan penurunan tekanan atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup. Dengan pernafasan, kadar O2 dalam darah akan meningkat, mengakibatkan ductus arteriosus berkontriksi dan menutup. Vena umbilikus, ductus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung 2-3 bulan. Sistem pengaturan Suhu, Metabolisme Glukosa, gastrointestinal dan Kekebalan Tubuh. 1) Pengaturan Suhu Suhu dingin lingkungan luar menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit sehingga mendinginkan darah bayi. Pembentukan suhu tanpa menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya melalui penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Lemak coklat tidak diproduksi ulang oleh bayi dan akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. 2) Metabolisme glukosa Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Pada BBL, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam). BBL yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen dalam hal ini terjadi bila bayi mempunyai persediaan glikogen cukup yang disimpan dalam hati. 3) Perubahan Sistem Gastrointestinal Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk pada saat lahir. Sedangkan sebelum lahir bayi sudah mulai menghisap dan menelan. Kemampuan menelan dan mencerna makanan (selain susu) terbatas pada bayi.
Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang berakibat gumoh. Kapasitas lambung juga terbatas, kurang dari 30 cc dan bertambah secara lambat sesuai pertumbuhan janin. 4) Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh Sistem imunitas BBL belum matang sehingga rentan terhadap infeksi. Kekebalan alami yang dimiliki bayi diantaranya. a) Perlindungan oleh kulit membran mukosa. b) Fungsi jaringan saluran nafas. c) Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus. d) Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung. Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel oleh sel darah yang membantu membunuh organisme asing. ( Reni handayani, 2013) 3. Ciri-ciri bayi baru lahir normal Seorang bayi baru lahir dikatakan normal apabila memiliki ciri-ciri berikut: a) Bayi baru lahir normal memiliki berat badan 2,5 – 4 Kg b) Panjang badan 48 – 52 cm c) Lingkar dada 30 – 38 cm d) Lingkar kepala 33 – 35 cm e) Frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit f) Pernafasan ± – 60 40 kali/menit g) Kulit bayi baru lahir terlihat kemerahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup h) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna i)
Kuku agak panjang dan lemas
j) Genitalia; untuk perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora dan untuk lakilaki testis sudah turun, skrotum sudah ada k) Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik l)
Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
m) Reflek graps atau menggenggam sudah baik n) memiliki eliminasi yang baik, mekonium untuk bayi baru lahir akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan (Ria puspita, 2011) 4. Komplikasi bayi baru lahir normal Proses rujukan bayi baru lahir dengan komplikasi
1. Kasus yang termasuk ke dalam kelompok bayi baru lahir dengan komplikasi sakit berat, yaitu: a) Penyakit sangat berat
Infeksi berat / Sepsis
Kejang
Gangguan Nafas Berat
Hipotermiberat
b) Bayi Kuning
Ikterus Patologis
Asfiksia atau Asfiksia tidak teratasi
BB lahir < 2000 g ATAU BB lahir < 2500 g dengan komplikasi
Bayi baru lahir dengan kelainan congenital
Diare / Dehidrasi
DehidrasiBerat
2. Kasus yang termasuk ke dalam kelompok bayi baru lahir dengan komplikasi sakit sedang, yaitu: a) Hipotermia Ringan b) Berat badan tidak naik, masalah menetek c) BBLR dengan BB lahir > 2000 gram tanpa komplikasi 3. Kasus yang termasuk ke dalam kelompok bayi baru lahir dengan komplikasi sakit ringan, yaitu: a) Infeksi bakteri local b) Ompalitis Ringan c) Konjungtivitis Ringan d) Infeksi Kulit Ringan
4. Alur Pelayanan Bayi Baru Lahir dengan Komplikasi:
5. Detail Pelayanan Bayi Baru Lahir dengan Komplikasi: Jika pada kunjungan pertama, bayi mengalami KEJANG atau HENTI NAPAS atau SIANOSIS, lakukan Tindakan sebelum melakukan Penilaian dan RUJUK SEGERA ( kebijakan kesehatan Indonesia, 2014) 5. Pemeriksaan diagnostic bayi baru lahir normal A. Pemeriksaan Fisik pada saat Bayi Lahir Pemeriksaan pertama pada bayi baru lahir harus dilakukan di kamar bersalin. Perlu mengetahui riwayat keluarga, riwayat kehamilan sekarang dan sebelumnya dan riwayat persalinan. Pemeriksaan dilakukan bayi dalam keadaan telanjang dan dibawah lampu yang terang. Tangan serta alat yang digunakan harus bersih dan hangat.
Tujuan pemeriksaan ini adalah : a) Menilai gangguan adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan dalam uterus ke luar uterus yang memerlukan resusitasi. b) Untuk menemukan kelainan seperti cacat bawaan yang perlu tindakan segera. c) Menentukan apakah bayi baru lahir dapat dirawat bersama ibu (rawat gabung) atau tempat perawatan khusus. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain : 1) Menilai APGAR (Wikimedia, 2014) Nilai APGAR merupakan suatu metode penilaian cepat untuk menilai keadaan klinis bayi baru lahir pada usia 1 menit dan 5 menit. Pada tahun 1952 dr.Virginia Apgar mendesain sebuah metode penilaian cepat untuk menilai keadaan klinis bayi baru lahir. Nilai Apgar dapat digunakan untuk mengetahui keadaan bayi baru lahir dan respon terhadap resusitasi. Perlu kita ketahui nilai Apgar suatu ekspresi keadaan fisiologis bayi baru lahir dan dibatasi oleh waktu. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai Apgar, antara lain pengaruh obat-obatan, trauma lahir, kelainan bawaan, infeksi, hipoksia, hipovolemia dan kelahiran prematur. Nilai Apgar dapat juga digunakan untuk menilai respon resusitasi. Cara menentukan nilai apgar skor Lima kriteria Skor apgar:
Nilai 0
biru
Denyut jantung
Warna
warna
Respons refleks
kaki
tidak ada tidak
ada
respons
Akronim
kulit
lemah/tidak ada
tidak ada
dan
tubuh, kaki
kebiruan normal merah muda,
(akrosianosis)
tidak ada sianosis
<100 kali/menit
>100 kali/menit
Appearance
Pulse
meringis/menangis meringis/bersin/batuk lemah
terhadap stimulasi
Pernapasan
Nilai 2
seluruhnya tetapi tangan dan tangan,
Warna kulit
Tonus otot
Nilai 1
ketika saat stimulasi saluran Grimace
distimulasi
napas
sedikit gerakan
bergerak aktif
lemah atau tidak teratur
menangis
Activity
kuat,
pernapasan baik dan Respiration teratur
Tes ini umumnya dilakukan pada waktu satu dan lima menit setelah kelahiran, dan dapat diulangi jika skor masih rendah.
Jumlah sko r
Interpretasi
7-10
Bayi normal
4-6
Agak rendah
Catatan[3]
Memerlukan
tindakan
medis
segera
seperti
penyedo
menyumbat jalan napas, atau pemberian oksigen untuk mem
0-3
Sangat renda h
Memerlukan tindakan medis yang lebih intensif
Jumlah skor rendah pada tes menit pertama dapat menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir ini membutuhkan perhatian medis lebih lanjut[4] tetapi belum tentu mengindikasikan akan terjadi masalah jangka panjang, khususnya jika terdapat peningkatan skor pada tes menit kelima. Jika skor Apgar tetap dibawah 3 dalam tes berikutnya (10, 15, atau 30 menit), maka ada risiko bahwa anak tersebut dapat mengalami kerusakan syaraf jangka panjang. Juga ada risiko kecil tapi signifikan akan kerusakan otak. Namun demikian, tujuan tes Apgar adalah untuk menentukan dengan cepat apakah bayi yang baru lahir tersebut membutuhkan penanganan medis segera; dan tidak didisain untuk memberikan prediksi jangka panjang akan kesehatan bayi tersebut. 2) Mencari Kelainan Kongenital Pemeriksaan di kamar bersalin juga menentukan adanya kelainan kongenital pada bayi terutama yang memerlukan penanganan segera pada anamnesis perlu ditanyakan apakah ibu menggunakan obat-obat teratogenik, terkena radiasi atau infeksi virus pada trimester pertama. Juga ditanyakan adakah kelainan bawaan keluarga disamping itu perlu diketahui apakah ibu menderita penyakit yang dapat menggangu pertumbuhan janin seperti diabetes mellitus, asma broinkial dan sebagainya. 3) Memeriksa cairan amnion Pada pemeriksaan cairan amnion perlu diukur volume. Hidramnion ( volume > 2000 ml ) sering dihubungkan dengan obstruksi traktus intestinal bagian atas, ibu dengan diabetes atau eklamsi. Sedangkan oligohidramnion (volume < 500 ml) dihubungkan dengan agenesis ginjal bilateral. Selain itu perlu diperhatikan adanya konsekuensi oligohidramnion seperti kontraktur sendi dan hipoplasi paru. 4) Memeriksa tali pusat Pada pemeriksaan tali pusat perlu diperhatikan kesegaranya, ada tidaknya simpul dan apakah terdapat dua arteri dan satu vena. Kurang lebih 1 % dari bayi baru lahir hanya mempunyai satu arteri umbilikalis dan 15 % dari pada mempunyai satu atau lebih kelainan konginetal terutama pada sistem pencernaan, urogenital, respiratorik atau kardiovaskuler.
5) Memeriksa plasenta Pada pemeriksaan plasenta, plasenta perlu ditimbang dan perhatikan apakah ada perkapuran, nekrosis dan sebagainya. Pada bayi kembar harus diteliti apakah terdapat satu atau dua korion (untuk menentukan kembar identik atau tidak). Juga perlu diperhatikan adanya anastomosis vascular antara kedua amnion, bila ada perlu dipikirkan kemungkinan terjadi tranfusi feto-fetal. 6) Pemeriksaaan bayi secara cepat dan menyeluruh. 7) Menimbang berat badan dan membandingkan dengan masa gestasi. Kejadian kelainan congenital pada bayi kurang bulan 2 kali lebih banyak dibanding bayi cukup bulan, sedangkan pada bayi kecil untuk masa kehamilan kejadian tersebut sampai 10 kali lebih besar. 8) Pemeriksaan mulut Pada pemeriksaan mulut perhatikan apakah terdapat labio-palatoskisis harus diperhatikan juga apakah terdapat hipersalivasi yang mungkin disebabkan oleh adanya atresia esofagus. Pemeriksaan patensi esophagus dilakukan dengan cara memasukkan kateter ke dalam lambung, setelah kateter di dalam lambung, masukkan 5 - 10 ml udara dan dengan stetoskop akan terdengar bunyi udara masuk ke dalam lambung. Dengan demikian akan tersingkir atresia esophagus, kemudian cairan amnion di dalam lambung diaspirasi. Bila terdapat cairan melebihi 30 ml pikirkan kemungkinan atresia usus bagian atas. Pemeriksaan patensi esophagus dianjurkan pada setiap bayi yang kecil untuk
masa
kehamilan,
ateri
umbulikalis
hanya
satu,
polihidramnion
atau
hipersalivasi. Pada pemeriksaan mulut perhatikan juga terdapatnya hipoplasia otot depresor aguli oris. Pada keadaan ini terlihat asimetri wajah apabila bayi menangis, sudut mulut dan mandibula akan tertarik ke bawah dan garis nasolabialis akan kurang tampak pada daerah yang sehat (sebaliknya pada paresis N.fasiali). Pada 20 % keadaan seperti ini dapat ditemukan kelainan congenital berupa kelainan kardiovaskular dan dislokasi panggul kongenital. 9) Pemeriksaan anus Perhatikan adanya adanya anus imperforatus dengan memasukkan thermometer ke dalam anus. Walaupun seringkali atresia yang tinggi tidak dapat dideteksi dengan cara ini. Bila ada atresia perhatikan apakah ada fistula rekto-vaginal.
10) Pemeriksaan garis tengah tubuh Perlu dicari kelainan pada garis tengah berupa spina bidifa, meningomielokel dan lainlain. 11) Pemeriksaan jenis kelamin Biasanya orang tua ingin segera mengetahui jenis kelamin anaknya. Bila terdapat keraguan misalnya pembesaran klitoris pada bayi perempuan atau terdapat hipospadia atau epispadia pada bayi lelaki, sebaiknya pemberitahuan jenis kelamin ditunda sampai dilakukan pemeriksaan lain seperti pemeriksaan kromosom. B. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir Pemeriksaan ini harus dilakukan dalam 24 jam dan dilakukan setelah bayi berada di ruang perawatan. Tujuan pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan yang mungkin terabaikan pada pemeriksaan di kamar bersalin. Pemeriksaan ini meliputi : 1.
Aktifitas fisik Inspeksi Ekstremitas dalam keadaan fleksi, dengan gerakan tungkai serta lengan aktif dan simetris.
2. Pemeriksaan suhu Suhu diukur di aksila dengan nilai normal 36,5 0C– 37 0C. 3.
Kulit Inspeksi Warna tubuh kemerahan dan tidak ikterus. Palpasi Lembab, hangat dan tidak ada pengelupasan.
4. Kepala Inspeksi Distribusi rambut di puncak kepala. Palpasi Tidak ada massa atau area lunak di tulang tengkorak. Fontanel anterior dengan ukuran 5 x 4 cm sepanjang sutura korona dan sutura segital. Fortanel posterior dengan ukuran 1 x 1 cm sepanjang sutura lambdoidalis dan sagitalis.
5. Wajah Inspeksi Mata segaris dengan telinga, hidung di garis tengah, mulut garis tengah wajah dan simetris. 6. Mata Inspeksi Kelompak mata tanpa petosis atau udem. Skelera tidak ikterik, cunjungtiva tidak merah muda, iris berwarna merata dan bilateral. Pupil beraksi bila ada cahaya, reflek mengedip ada. 7.
Telinga Inspeksi Posisi telinga berada garis lurus dengan mata, kulit tidak kendur, pembentukkan tulang rawan yaitu pinna terbentuk dengan baik kokoh.
8.
Hidung Inspeksi Posisi di garis tengah, nares utuh dan bilateral, bernafas melalui hidung.
9. Mulut Inspeksi Bentuk dan ukuran proporsional dengan wajah, bibir berbentuk penuh berwarna merah muda dan lembab, membran mekosa lembab dan berwarna merah muda, palatom utuh, lidah dan uvula di garis tengah, reflek gag dan reflek menghisap serta reflek rooting ada. 10. Leher Inspeksi Rentang pergerakan sendi bebas, bentuk simestris dan pendek. Palpasi Triorid di garis tengah, nodus limfe dan massa tidak ada. 11. Dada Inspeksi Bentuk seperti tong, gerakan dinding dada semetris. Frekuensi nafas 40 – 60 x permenit, pola nafas normal. Palpasi
Nadi di apeks teraba di ruang interkosa keempat atau kelima tanpa kardiomegali. Auskultasi Suara nafas jernih sama kedua sisi. frekuensi jantung 100- 160 x permenit teratur tanpa mumur. Perkusi Tidak ada peningkatan timpani pada lapang paru. 12. Payudara Inspeksi Jarak antar puting pada garis sejajar tanpa ada puting tambahan. 13. Abdomen Inspeksi Abdomen bundar dan simetris pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena berwarna putih kebiruan. Palpasi Abdomen Lunak tidak nyeri tekan dan tanpa massa hati teraba 2 - 3 cm, di bawah arkus kosta kanan limfa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri. Ginjal dapat di raba dengan posisi bayi terlentang dan tungkai bayi terlipat teraba sekitar 2 - 3 cm, setinggi umbilicus di antara garis tengah dan tepi perut. Perkusi Timpanni kecuali redup pada hati, limfa dan ginjal. Auskultasi Bising usus ada. 14. Genitalia eksterna Inspeksi (wanita) Labia minora ada dan mengikuti labia minora, klitoris ada, meatus uretra ada di depan orivisium vagina. Inspeksi (laki-laki) Penis lurus, meatus urinarius di tengah di ujung glans tetis dan skrotum penuh. 15. Anus Inspeksi Posisi di tengah dan paten (uji dengan menginsersi jari kelingking) pengeluaran mekonium terjadi dalam 24 jam.
16. Tulang belakang Bayi di letakkan dalam posisi terkurap, tangan pemeriksa sepanjang tulang belakang untuk mencari terdapat skoliosis meningokel atau spina bifilda. Inspeksi Kolumna spinalis lurus tidak ada defek atau penyimpang yang terlihat. Palpasi Tulang belakang ada tanpa pembesaran atau nyeri. 17. Ekstremitas Ekstremitas atas Inspeksi Rentang pergerakan sendi bahu, klavikula, siku normal pada tangan reflek genggam ada, kuat bilateral, terdapat sepuluh jari dan tanpa berselaput, jarak antar jari sama karpal dan metacarpal ada dan sama di kedua sisi dan kuku panjang melebihi bantalan kuku. Palpasi Humerus radius dan ulna ada, klavikula tanpa fraktur tanpa nyeri simetris bantalan kuku merah muda sama kedua sisi. Ekstremitas bawah Panjang sama kedua sisi dan sepuluh jari kaki tanpa selaput, jarak antar jari sama bantalan kuku merah muda, panjang kuku melewati bantalan kuku rentang pergerakan sendi penuh : tungkai, lutut, pergelangan, kaki, tumit dan jari kaki tarsal dan metatarsal ada dan sama kedua sisi reflek plantar ada dan sismetris. 18 Pemeriksaan reflek a) Berkedip cara
: sorotkan cahaya ke mata bayi.
normal : dijumpai pada tahun pertama. b) Tonic neck cara : menolehkan kepala bayi dengan cepat ke satu sisi. normal :
bayi melakukan
perubahan posisi jika kepala di tolehkan ke satu sisi, lengan dan tungkai ekstensi kearah sisi putaran kepala dan fleksi pada sisi berlawanan, normalnya reflex ini tidak terjadi setiap kali kepala di tolehkan tampak kira–kira pada usia menghilangkan pada usia 6 bulan.
2 bulan dan
c) Moro cara : ubah posisi dengan tiba-tiba atau pukul meja /tempat tidur. normal : lengan ekstensi, jari–ari mengembang, kepala mendongak ke belakang, tungkai sedikit ekstensi lengan kembali ke tengah dengan tangan mengenggam tulang belakang dan ekstremitas bawah eksteremitas bawah ekstensi lebih kuat selama 2 bulan dan menghilang pada usia 3 - 4 bulan. d) Mengenggam cara : letakan jari di telapak tangan bayi dari sisi ulnar, jika reflek lemah atau tidak ada beri bayi botol atau dot karena menghisap akan menstimulasi reflek. normal : jari–jari bayi melengkung melingkari jari yang di letakkan di telapak tangan bayi dari sisi ulnar reflek ini menghilangkan pada usia 3 - 4 bulan. e) Rooting cara : gores sudut mulut bayi melewati garis tengah bibir. normal : bayi memutar kearah pipi yang diusap, reflek ini menghilangkan pada usia 3 - 4 bulan tetapi bisa menetap sampai usia 12 bulan terutama selama tidur f) Menghisap cara : beri bayi botol dan dot. normal :
bayi menghisap dengan kuat dalam berepons terhadap stimulasi reflek ini
menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur tanpa stimulasi. g) Menari / melangkah cara : pegang bayi sehingga kakinya sedikit menyentuh permukaan yang keras. normal :
kaki akan bergerak ke atas dan ke bawah jika sedikit di sentuh ke
permukaan keras di jumpai pada 4 - 8 minggu pertama. 19
Pengukuran atropometrik
a) Penimbang berat badan Alat timbangan yang telah diterakan serta di beri alas kain di atasnya, tangan bidan menjaga di atas bayi sebagai tindakan keselamatan . BBL 2500 - 4000gram. b) Panjang badan Letakkan bayi datar dengan posisi lurus se bisa mungkin. Pegang kepala agar tetap pada ujung atas kita ukur dan dengan lembut renggangkan kaki ke bawah menuju bawah kita.
PB : 48/52cm. c) Lingkar kepala Letakakan pita melewati bagian oksiput yang paling menonjol dan
tarik
pita
mengelilingi bagian atas alis LK : 32 - 37 cm. d) Lingkar dada Letakan pita ukur pada tepi terrendah scapula dan tarik pita mengelilingi kearah depan dan garis putih. LD : 32 – 35 cm. C. Pemeriksaan Fisik pada Bayi waktu Pulang Pada waktu memulangkan dilakukan lagi pemeriksaan untuk menyakinkan bahwa tidak ada kelainan kongenital atau kelainan akibat trauma yang terlewati perlu di perhatikan : a) Susunan saraf pusat : aktifitas bayi, ketegangan, ubun-ubun. b) Kulit : adanya ikterus, piodermia. c) Jantung : adanya bising yang baru timbul kemudian. d) Abdomen : adanya tumor yang tidak terdektesi sebelumnya. e) Tali pusat : adanya infeksi. di samping itu perlu di perhatikan apakah bayi sudah pandai menyusu dan ibu sudah mengerti cara pemberian ASI yang benar. (dr jony, 2012) 6. penanganan bayi baru lahir normal Menurut JNPK-KR/POGI, APN, (di akses reddit, 2010) asuhan segera, aman dan bersih untuk bayi baru lahir ialah : 1. Pencegahan Infeksi a) Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi b) Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan c) Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting, penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril. d) Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikin pula dengan timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop.
2. Melakukan penilaian a) Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan b) Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap – megap atau lemah maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir. 3. Pencegahan Kehilangan Panas
Mekanisme kehilangan panas
a) Evaporasi Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. b) Konduksi Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin, co/ meja, tempat tidur, timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi bila bayi diletakkan di atas benda – benda tersebut c) Konveksi Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin, co/ ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi, atau pendingin ruangan. d) Radiasi Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda – benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi, karena benda – benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung)
Mencegah kehilangan panas Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut :
a) Keringkan bayi dengan seksama Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai pernapasannya. b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan selimut atau kain yang baru (hanngat, bersih, dan kering) c) Selimuti bagian kepala bayi Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yg relative luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup. d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu (1) jam pertama kelahiran e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya, sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti
dikurangi
dengan
berat
pakaian/selimut.
Bayi
sebaiknya
dimandikan sedikitnya enam (^) jam setelah lahir.
Praktik memandikan bayi yang dianjurkan adalah :
1) Tunggu sedikitnya 6 jam setelah lahir sebelum memandikan bayi (lebih lama jika bayi mengalami asfiksia atau hipotermi) 2) Sebelum memandikan bayi, periksa bahwa suhu tubuh stabil (suhu aksila antara 36,5º C – 37º C). Jika suhu tubuh bayi masih dibawah 36,5º C, selimuti kembali tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian kepala dan tempatkan bersama ibunya di tempat tidur atau lakukan persentuhan kuli ibu – bayi dan selimuti keduanya. Tunda memandikan bayi hingga suhu tubuh bayi tetap stabil dalam waktu (paling sedikit) satu (1) jam. 3) Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami masalah pernapasan 4) Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruangan mandinya hangat dan tidak ada tiupan angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tubuh bayi dan siapkan beberapa lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk menyelimuti tubuh bayi setelah dimandikan. 5) Memandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat 6) Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering
7) Ganti handuk yang basah dengan selimut bersih dan kering, kemudian selimuti tubuh bayi secara longgar. Pastikan bagian kepala bayi diselimuti dengan baik 8) Bayi dapat diletakkan bersentuhan kulit dengan ibu dan diselimuti dengan baik 9) Ibu dan bayi disatukan di tempat dan anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya f) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat g) Idealnya bayi baru lahir ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya, untuk menjaga bayi tetap hangat dan mendorong ibu untuk segera memberikan ASI 4. Membebaskan Jalan Nafas nafas Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut : a) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat. b) Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang. c) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan jari tangan yang dibungkus kassa steril. d) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar. e) Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya yang steril, tabung oksigen dengan selangnya harus sudah ditempat f) Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung g) Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar Score) h) Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus diperhatikan. 5. Merawat tali pusat a) Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat atau jepitkan klem plastik tali pusat pada puntung tali pusat. b) Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klonin 0,5 % untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya. c) Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi d) Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau kain bersih dan kering.
e) Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunakan benang disinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik tali pusat (disinfeksi tingkat tinggi atau steril). Lakukan simpul kunci atau jepitankan secara mantap klem tali pusat tertentu. f) Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat dan dilakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian tali pusat pada sisi yang berlawanan. g) Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klonin 0,5% h) Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup dengan baik..(Dep. Kes. RI, 2002, di akses raddit, 2010) 6.
Mempertahankan suhu tubuh bayi Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus di bungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolok ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi harus dicatat (Prawiroharjo, di akses raddit 2010). Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah. Bayi yang mengalami kehilangan panas (hipotermi) beresiko tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal, jika bayi dalam keadaan basah atau tidak diselimuti mungkin akan mengalami hipoterdak, meskipun berada dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah sangat rentan terhadap terjadinya hipotermia.
Pencegah terjadinya kehilangan panas yaitu dengan :
a) Keringkan bayi secara seksama b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat c) Tutup bagian kepala bayi d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya e) Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian f)
Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. (Dep. Kes. RI, di akses raddit 2010)
7. Pencegahan infeksi a) Memberikan vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir normal atau cukup bulan perlu di beri vitamin K per oral 1 mg / hari selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi di beri vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg IM. b) Memberikan obat tetes atau salep mata Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual) perlu diberikan obat mata pada jam pertama persalinan, yaitu pemberian obat mata eritromisin 0.5 % atau tetrasiklin 1 %, sedangkan salep mata biasanya diberikan 5 jam setelah bayi lahir. Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini dapat dikerjakan setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau neosporin dan langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah lahir Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi, pastikan untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi berikut ini : a) Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak dengan bayi. b) Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan. c) Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat telah didinfeksi tingkat tinggi atau steril, jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru. d) Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi telah dalam keadaan bersih. e) Pastikan bahwa timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop dan benda-benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setiap setelah digunakan). (Dep.kes.RI, di akses raddit 2010) 8. Identifikasi bayi a) Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu di pasang segera pasca persalinan. Alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada bayi setiap bayi baru lahir dan harus tetap ditempatnya sampai waktu bayi dipulangkan. b) Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat penerimaan pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat bayi c) Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas
d) Pada alat atau gelang identifikasi harus tercantum nama (bayi, nyonya), tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu e) Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor identifikasi. (Saifudin,, di akses raddit, 2010)
B. Tinjauan Manajemen Asuhan Kebidanan 1. Pengertian Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan adalah Teori yang ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisir pikiran serta tindakan berdasarkan tahapan untuk mengambil keputusan yang berfokus pada klien. (puji lestari, 2011) Manajemen Kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah kesehatan ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan di dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat. Manajemen kebidanan bagi bidan dapat juga diartikan sebagai alat yang digunakan seorang bidan untuk memecahkan masalah kesehatan ibu dan anak. ( alfihusna, 2012) 2. Tahap Manajemen Asuhan Kebidanan Tahapan manajemen asuhan kebidanan terdiri dari 7 langkah yaitu rangkaian pada waktu tertentu dapat diperbaharui. Hal ini dimulai dengan mengumpulkan data dasar dan akhiri dengan evaluasi. Ketujuh step terdiri keseluruhan kerangka kerja yang dapat dipakai dalam segala hal situasi. Setiap langkah dapat diubah untuk sebagai batas tugas dan kewajiban dan ini sangat bervariasi sesuai dengan bagaimana kondisi klien saat itu. Rangkaian 7 langkah itu adalah sebagai berikut : 1. Langkah I. Pengumpulan Data Dasar Identifikasi dan analisa data adalah pengumpulan data untuk menilai kondisi klien. Yang termasuk data dasar yaitu riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, serta catatan
tentang kesehatan lalu dan sekarang serta hasil pemeriksaan laboratorium. Data yang dapatkan harus saling berhubungan dan menggambarkan kondisi yang sebenarnya. 2. Langkah II. Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual Mengindentifikasi data kedalam suatu rumusan diagnosa kebidanan dan masalah. Kata diagnosa dan masalah digunakan kedua-duanya karena mempunyai pengertian yang
berbeda.
Masalah
lebih
sering
berhubungan
dengan
bagaimana
klien
menceritakan keadaan yang dialaminya, sedangkan diagnosa lebih sering diindetifikasi oleh bidan yang difokuskan pada apa yang dialami oleh klien. 3. Langkah III. Identifikasi Adanya Diagnosa / Masalah Potensial Dari masalah dan diagnosa, identifikasi faktor-faktor potensial yang memerlukan antisipasi segera, pencegahan kemungkinan sambil mempersiapkan pelayanan untuk masalah yang mungkin terjadi. 4. Langkah IV. Perlunya Tindakan Segera/ Kolaborasi Proses manajemen dilakukan secara terus menerus kepada klien dalam perawatan bidan. Proses terus menerus ini menghasilkan data baru untuk segera dinilai. Data yang muncul dapat menggambarkan suatu keadaan darurat dimana bidan harus segera bertindak untuk menyelamatkan klien. 5. Langkah V. Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan Dikembangkan berdasarkan intervensi saat sekarang dan antisipasi diagnosa dan problema serta meliputi data-data tambahan setelah data dasar. Rencana tindakan harus disetujui oleh klien, karena harus didiskusikan dengan klien. Semua tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional dan diakui kebenarannya serta harus dianalisa secara teoritis. 6. Langkah VI. Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan Melaksanakan rencana tindakan serta efisien dan menjamin rasa aman klien. Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan ataupun bekerja sama dengan tim kesehatan lain. Bidan harus melakukan implementasi yang efisien dan akan mengurangi waktu perawatan dan biaya serta meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan klien. 7. Langkah VII. Evaluasi Tindakan Asuhan Kebidanan
Mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan yang diberikan. Selain terhadap permasalahan klien, bidan juga harus mengenal apakah rencana yang telah ditetapkan dapat dilakukan dengan baik atau mungkin timbul masalah baru.
3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP) Menurut Helen Varney, alur berpikir bidan saat menghadapi klien meliputi tujuh langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berpikir sistematis, maka dilakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP yaitu: a. Subjektif (S) Apa yang dikatakan, disampaikan, dikeluarkan oleh klien. b. Objektif (O) Apa yang dilihat dan diraba, dirasakan oleh bidan pada saat melakukan pemeriksaan dan dari hasil pemeriksaan laboratorium. c. Assessment (A) Kesimpulan apa yang dibuat berdasarkan data subjektif dan objektif sebagai hasil pengambilan keputusan klinik terhadap klien tersebut. d. Planning (P) Apa yang dilakukan berdasarkan hasil kesimpulan dan evaluasi terhadap keputusan klinis yang diambil dalam rangka mengatasi masalah klien / memenuhi kebutuhan klien