APORAN KERJA P AKTEK I
SISTEM PENG WASA
DAN M NITOR NG SPE TRUM
REKUE SI RAD O DI BALAI MO ITORING FRE UENSI
ADIO D N ORBI SATEL T II BA DUNG
Disusu untuk meme uhi persyarata n akademis da am menempuh Program Strat Satu Jurusan eknik Elektro Institut Tekno logi Nasional andung
Oleh : Dim s Rio Maulana 11-2003-002
KONSE TRASI T KNIK TE EKOMU IKASI URUSAN TEKNIK ELEKTRO FA ULTAS TEKNOLO I INDUSTRI IN TITUT TEKNOLOG NASION L ANDUNG 2009
I. LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK 1
SISTEM PENGAWASAN DAN MONITORING SPECTRUM FREKUENSI RADIO DI BALAI MONITORING FREKUENSI RADIO DAN ORBIT SATELIT II BANDUNG
MEGESAHKAN, BANDUNG,
KEPALA SEKSI
2009
PEMBIMBING LAPANGAN
MONITORING DAN PENERTIBAN
DRAJANTI DIANA
ADE SOPIAN
NIP. 196204161989032002
NIP. 19590919186031006
Mengetahui, KEPALA BALAI MONITORING SPECTRUM FREKUENSI DAN ORBIT SATELIT KELAS II BANDUNG
Drs. SARJONO ,MMT NIP. 196208101987031001
I. LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK 1
SISTEM PENGAWASAN DAN MONITORING SPECTRUM FREKUENSI RADIO DI BALAI MONITORING FREKUENSI RADIO DAN ORBIT SATELIT II BANDUNG
MEGESAHKAN, BANDUNG,
KEPALA SEKSI
2009
PEMBIMBING LAPANGAN
MONITORING DAN PENERTIBAN
DRAJANTI DIANA
ADE SOPIAN
NIP. 196204161989032002
NIP. 19590919186031006
Mengetahui, KEPALA BALAI MONITORING SPECTRUM FREKUENSI DAN ORBIT SATELIT KELAS II BANDUNG
Drs. SARJONO ,MMT NIP. 196208101987031001
II. LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK 1
SISTEM PENGAWASAN DAN MONITORING SPECTRUM FREKUENSI RADIO DI BALAI MONITORING FREKUENSI RADIO DAN ORBIT SATELIT II BANDUNG
MEGESAHKAN, BANDUNG,
2009
Dosen Pembimbing KP 1
Lita Lidyawati, S.T, M.T.
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL BANDUNG 2009
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji & syukur ke hadirat ALLAH SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek I ini. Kerja praktek dan penyusunan laporan kerja praktek ini merupakan salah satu persyaratan yang harus ditempuh oleh penulis untuk menyelesaikan program pendidikan strata 1 di fakultas Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional Bandung.. Banyak dorongan, saran, kritik, bantuan serta bimbingan yang didapatkan oleh penulis, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargan yang sebesar-besarnya sebesar-besarnya untuk: 1. Allah SWT atas karunia-Nya. 2. Bapak Ade Sopian selaku pembimbing kerja praktek I di Balai monitoring spektrum dan frekuensi yang telah memberikan informasi, saran dan bimbingan kepada penulis. penulis. 3. Ibu Lita Lidyawati, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing pembimbing kerja praktek I Jurusan Teknik Elektro Konsentrasi Telekomunikasi di Institut Teknologi Nasional Bandung yang telah memberikan saran, masukan dan bimbingan kepada penulis. 4. Ahmad Geohansa sebagai rekan kerja dalam melaksanakan kerja praktik di Balai monitoring spektrum dan frekuensi. 5.
Mohammad Nurdin yang telah banyak sekali
membantu dan
memberikan semangat dalam mengerjakan Kerja Praktek ini.
i
6. Icha atas stimulasi semangat dan doa yang senantiasa memotivasi penulis untuk menjadi orang yang lebih baik lagi di kemudian hari. 7. Teman-teman di Himpunan Mahasiswa ITENAS: Dikko, Nurdin, Zaqi, Sintha, Shofa, Pasman, Ranindihta, Yudha, Intan, Andri, Taufik, Dicka, Ryan, Rizma, Edwin, Maurice, Bayu, Arie, Indra, Filco, Abraham, Adi Brekele, Soleh, Anak-anak Padang serang, MXPRX squad dan semua anggota seumur hidup lainnya.
Akhir kata penulis mengharapkan laporan kerja praktek ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang memerlukannya. Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada laporan ini, oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik membangun atas laporan ini.
Bandung, Agustus 2009
Dimas Rio Maulana
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………….. KATA PENGANTAR………………………………………………………..
i
DAFTAR ISI………………………………………………………………….
iii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………
v
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….
vi
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….
1
1.1. Latar belakang masalah……………………………………………………
1
1.2. Tujuan penulisan…………………………………………………………..
2
1.3. Pembatasan masalah……………………………………………………….
2
1.4. Cara memperoleh data…………………………………………………….
3
1.5. Waktu dan tempat kerja praktek…………………………………………..
3
1.6. Sistematika penilisan………………………………………………………
3
BAB II TINJAUAN UMUM BALAI MONITORING FREKUENSI RADIO DAN ORBIT SATELIT…………………………………………….
5 2.1. Sejarah singkat Balai Monitoring…………………………………………. 5 2.2. Tugas dan Tanggung Jawab Balai Monitoring……………………………
6
2.2.1. Tugas Stasiun Monitoring Radio…………………………………...
6
2.2.2. Tanggung Jawab Stasiun Monitoring Radio………………………..
7
2.3. Teknis Operasional Balai Monitoring……………………………………..
8
2.4. Jenis Stasiun Monitoring..............................................................................
9
2.5. Struktur Organisasi Balai Monitoring……………………………………..
10
2.6. Perlengkapan Stasiun Monitoring Frekuensi Radio……………………….
12
BAB III MONITORING FREKUEN……………………………………….
15
3.1. Pendahuluan……………………………………………………………….
15
3.2. Stasiun Monitoring………………………………………………………...
17
3.2.1. Stasuin Monitoring Tetap ( fixed )………………………………….
17
3.2.2. Stasiun Monitoring Bergerak……………………………………….
18
3.3. Kriteria Pelanggaran Penggunaan Frekuensi Radio……………………….
19
3.4. Sistem Tranmisi Radio VHF/UHF………………………………………..
19
3.5. Frekuensi…………………………………………………………………..
20
3.5.1. Gelombang………………………………………………………….
20
3.5.2. Alokasi Frekuensi…………………………………………………...
22
3.5.3. Penjatahan dan Penetapan Kanal Frekuensi Radio…………………
23 iii
3.5.4. Propagasi……………………………………………………………
24
3.6. Gangguan Frekuensi Radio………………………………………………..
25
3.6.1. Ketidak teraturan Ionosferik..............................................................
25
3.6.2. Pengertian Interferensi……………………………………………...
26
3.7. Antena VHF/UHF…………………………………………………………
30
3.8. Modulasi Digital…………………………………………………………...
33
BAB IV METODE PERANGKAT MONITORING ………………………
36
4.1. Monitoring dan Pengukuran Frekuensi……………………………………
36
4.2. Metode Pencarian Lokasi Pemancar………………………………………
37
4.2.1. Metode Mapping atau Fixed ………………………………………..
37
4.2.2. Metode Relative Homing……………………………………………
39
4.3. Perangkat Pelacakan……………………………………………………….
40
4.3.1. RAMS ( Remote Automatic Monitoring Systems )…………………...
40
4.3.2. Pesawat Penerima Miniport Tipe EB100...........................................
42
4.3.3. Direction Finder THOMSON-CSF TRC-8911……………………..
43
BAB V PENUTUP……………………………………………………………
48
5.1. Kesimpulan………………………………………………………………..
48
5.2. Saran……………………………………………………………………….
49
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
2.1
Struktur Organisasi Balai Monitoring Bandung………………………
10
2.2
RME ( Radio Monitoring Equipment ).............................................................
12
2.3
ARFSR ( Automatic Radio Frequency Spektrum Recorder )...........................
13
2.4
DF ( Direction Finder )....................................................................................
13
2.5
Mini port reciver EB 200................................................................................
14
2.6
Spectrum analyzer..........................................................................................
14
2.7
VSWR............................................................................................................
14
2.8
DF portable....................................................................................................
14
3.1
Grafik Amplituda terhadap Frekuensi…………………………………
19
3.2
Antena Omnidirectional......................................................................... 28
3.3
Antena Omnidirectional Discone……………………………………...
29
3.4
Antena Log Periodic………………………………………………….
29
3.5
Antena GPS……………………………………………………………
30
3.6
Modulasi ASK………………………………………………………… 31
3.7
Modulasi FSK…………………………………………………………
32
3.8
Modulasi PSK…………………………………………………………
33
4.1
Metoda occupied Bandwith……………………………………………
35
4.2
Tempat Peletakan lokasi Direction finder .............................................
36
4.3
Metoda Mapping atau fixed ...................................................................
36
4.4
Mekanisme pencarian arah sinyal datang pada DF...............................
38
4.5
Antena Dipole array 20-2700 MHz…………………………………..
42
v
DAFTAR TABEL
3.1
Contoh Pengalokasian Band Frekuensi………………………………..
20
3.2
Contoh Penjatahan dan Penetapan Kanal Frekuensi Radio…………...
21
3.3
Sifat propagasi…………………………………………………………
23
vi
BAB I Pendahuluan
1.1
Latar Belakang Masalah
Dewasa ini seiring dengan perkembangan teknologi terutama di bidang informasi yang semakin pesat. Kebutuhan akan cepatnya akses informasi, tersedianya berbagai macam informasi, memperlihatkan bahwa perlu adanya suatu organisasi atau lembaga yang mengatur masalah-masalah ini. Salah satu bagian dari sistem telekomunikasi adalah energi dalam bentuk gelombang yang menjadi bagian utama dari proses informasi dewasa ini. Sifat dari energi sinyal radio ini adalah dapat merambat ke segala arah tanpa mengenal batas wilayah. Oleh karena itu, sumber daya alam ini perlu dikelola dan di atur pengalokasian spektrumnya guna diperoleh manfaatnya, tetapi juga perlu memperhatikan hukum-hukum yang telah ditetapkan bersama, baik nasional maupun internasional. Lembaga yang menangani masalah telekomunikasi internasional adalah ITU
(International Telecommunication Union) yang
merupakan lembaga khusus PBB dalam bidang telekomunikasi. Pengaturan ini diperlukan untuk mendapatkan kualitas telekomunikasi yang baik dan menghindari interferensi yang mengganggu kanal-kanal radio yang berdekatan, karena komunikasi radio tergantung pada kanal transmisi sebuah medium bersama. Suatu bandwith tidak boleh melebihi batas yang telah ditentukan agar tidak menimbulkan interferensi yang mengganggu, terutama komunikasi stasiun monitor begerak, penerbangan atau yang menyangkut kehidupan orang banyak. Di Indonesia sendiri pengelolaan dan pengawasan spektrum radio dan orbit satelit di atur dalam undang-undang nomor 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi dan Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun 2000 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit.
Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka Pemerintah Republik Indonesia
membentuk
suatu
badan
yang
khusus
menangani
masalah
pengalokasian dan monitoring spektrum frekuensi radio dan orbit satelit, yaitu Balai Monitoring Spektrum Frekuensi dan Orbit Satelit. Balai Monitoring Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit merupakan UPT (Unit Pelaksanaan Teknis) dari Jakarta untuk melakukan kegiatan monitoring di atas dan penertiban terhadap frekuensi liar, ilegal maupun legal.
1.2
Tujuan Penulisan
Tujuan kerja praktek I ini adalah : a. Mengenal, mengamati, dan mempelajari cara kerja system monitoring spectrum frekuensi radio di Balai Monitoring Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit kelas II Bandung. b. Menambah wawasan mengenai manajemen frekuensi, pengukuran Emisi, Bandwith, Radio Regulation, dan system monitoring
otomatis. c. Memahami penggunaan perangkat elektronik yang mendukung proses monitoring, serta pengenalan system penanganan kasus atau penertiban di bidang pemancar dan sinyal frekuensi. d. Mengetahui pengalokasian spectrum frekuensi radio dan orbit satelit.
1.3
Pembatasan Masalah
Dalam penulisan laporan kerja praktek ini, dibatasi hanya pada masalah pengenalan dan pengertian dari alat, mempelajari cara kerja system monitoring spektrum frekuensi radio di Balai Monitoring Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit kelas II Bandung.
2
1.4
Cara Memperoleh Data
Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini, diperoleh data-data yang bersumber dari : 1. Materi yang diberikan oleh pembimbing di lapangan berupa handout . 2. Diskusi ilmiah dengan pembimbinng lapangan di sertai tanya jawab. 3. Studi literatur di Balai Monitoring maupun perpustakaan ITENAS.
1.5
Waktu dan Tempat Kerja Praktek
Kerja Praktek dilaksanakan di Balai Monitoring Frekuensi Radio dan Orbit Satelit II Bandung terhitung tanggal 17 Juni – 4 Agustus 2009.
1.6
Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan, laporan ini disusun dengan sistematika sebagai berikut : Bab I
: Pendahuluan Memaparkan
latar
belakang,
maksud
dan
tujuan
dan
sistematika dari laporan. Bab II
: Tinjauan umum Balai Monitoring Frekuensi Radio dan orbit Satelit. Membahas tentang sejarah singkat dan Struktur Organisasi UPT Balai Monitoring Frekuensi Radio dan Orbit Satelit, serta system Organisasi.
Bab III
: Monitoring Frekuensi Berisi tentang teori dasar monitoring dan jenis – jenis gangguan yang ada dalam pemanaran.
Bab IV
: Metoda dan Cara Kerja Perangkat Monitoring Membahas tentang standard operating system perangkat monitoring. Pembahasan dalam bab ini menerangkan mengenai prinsip dan cara kerja dari alat yang terdapat pada Balai Monitoring Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit.
3
Bab V
:
Penutup Bab ini berisi kesimpulan dari Laporan Kerja Praktek I di Balai Monitoring Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Bandung.
4
BAB II TINJAUAN UMUM BALAI MONITORING FREKUENSI RADIO DAN ORBIT SATELIT
2.1
Sejarah Singkat Balai Monitoring
Pada tahun 1980, di Negara Indonesia berdiri suatu badan yang bernama Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pariwisata yang berdiri dari tahun 1980 hingga tahun 1983. Pada saat itu, uraian tugas dari Direktorat Jendral Pariwisata ini hanyalah
satu,
yaitu
mengatur
semua
hal
yang
berhubungan
dengan
kepariwisataan. Pada tahun 1984 sampai tahun 1998, Dirjen Pariwisata mengalami perubahan nama menjadi Direktorat Jendral Pariwisata Pos dan Telekomunikasi yang disingkat menjadi Dirjen Parpostel. Sesuai dengan namanya, badan ini tidak lagi hanya bergerak dalm bidang pariwisata saja, tetapi juga bertugas untuk mengawasi segala sesuatu yang berhubungan dengan bidang Pos dan Telekomunikasi. Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, badan ini di bagi menjadi beberapa seksi dan salah satunya ialah seksi monitoring frekuensi dan telekomunikasi. Tidak lama berselang setelah diberlakukannya otonomi daerah di Negara Indonesia, pada tahun 1998 Dirjen Parpostel di gabungkan menjadi salah satu bagian dari Departemen Perhubungan yang terbagi menjadi 3 seksi, yaitu : -
Frekuensi
-
Pos dan Telekomunikasi (POSTEL)
-
Pos dan Filateli
Untuk Membantu tugas badan pengawas daerah pusat di daerah, pada tahun 2000 didirikanlah Unit-unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah pengawasan Dirjen Postel. Unit-unit Pelaksana Teknis sendiri terbagi menjadi 3 garis besar, yaitu : 1. Balai 2. Loka 3. Satuan Kerja (Satker) Dimana masing-masing bagian memiliki tugas dan wewenang yang sama, dengan perbedaan yang hanya terletak pada luas wilayah kerjanya saja.
Di Bandung sendiri didirikan Balai Monitoring Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit. Untuk Seksi Pos dan Telekomunikasi dan seksi Filateli diserahkan ke Direktorat Jendral Perhubungan. UPT memiliki hubungan kerja, dimana setiap UPT akan melaksanakan monitoring dan operasi penertiban frekuensi radio dengan instansi terkait di daerah yang bersangkutan yang dapat dilakukan secara langsung, dimana hasil pengendalian ini akan di sampaikan ke Dirjen Postel Jakarta dalam rangka pembinaan dari frekuensi radio. Apabila dahulu UPT masih berada dalam aturan daerah, tetapi sekarang ini langsung terhadap Dirjen Postel Jakarta.
2.2
Tugas dan Tanggung Jawab Balai Monitoring
Mengacu kepada keputusan DIRJEN POSTEL No. 131/dirjen/1999, tugas Balai Monitoring adalah memonitor dan mengamati spektrum frekuensi radio serta menidentifikasi stasiun-stasiun radio untuk dibuat sebuah catatan atas kegiatan penyiaran tersebut.
2.2.1
Tugas Stasiun Monitoring Radio
Stasiun Monitoring Radio bertugas untuk melakukan monitoring dan pengukuran frekuensi radio yang meliputi: a. Memonitor emisi-emisi nasional. b. Memonitor pendudukan spektrum frekuensi. c. Penyelidikan dan penghilangan interferensi. d. Mencari dan menghentikan aktifitas radio yang tidak terdaftar. e. Melindungi frekuensi-frekuensi tertentu yang digunakan secara khusus dalam suatu peristiwa-peristiwa penting. f.
Memonitor kuat medan atau level dari suatu dinas pelayanan, apakah telah memenuhi level minimum ketentuan yang berlaku.
g. Melakukan observasi suatu band frekuensi tertentu dalam rangka penyelidikan-penyelidikan masalah teknik maupun yang bersifat ilmiah. h. Melakukan monitoring alas permintaan dart negara lain.
6
Sejak pada tahun 1984, Indonesia telah memiliki 3 (tiga) fase pengadaan perangkat monitoring dan pengukuran : a. Fase I, tahun 1984 untuk LHF dan VHF/UHF (di Balai Monitoring seluruh Indonesia). b. Fase II. tahun 1990 untuk LHF dan VHF. Pada saat ini fase I dan II sudah jarang digunakan. c. Fase III, tahun 1996 untuk LHF (di Balai Monitoring Kupang, Maroko, Bengkulu), V/UHF bergerak (di Balai Monitoring Jakarta
dan Bandung), V/UHF tetap (di Balai Monitoring
Jakarta dan Medan).
2.2.2
Tanggung Jawab Stasiun Monitoring Radio
Tanggung Jawab Balai Monitoring Arcamanik Bandung adalah sebagai berikut: 1. Menertibkan pengguna frekuensi yang ilegal maupun legal yang melanggar peraturan dan dilakukan penegakan hukum sesuai pelanggaran penggunaan frekuensi radio menurut undangundang yang berlaku. 2. Pelaksanaan
operasional
sehari-hari,
Balai
Monitoring
mempunyai tugas untuk melaksanakan kegiatan monitoring dan observasi frekuensi radio sesuai ketentuan yang berlaku baik
yang bersifat rutin, atas permintaan maupun dalam rangka peristiwa tertentu. 3. Melakukan pengukuran frekuensi radio secara periodik terhadap pemancar yang memiki izin untuk kuat medan guna dianalisa besaran daya pancar, harmonisa atau pancaran spurious lainnya yang tidak diinginkan. 4. Pemeliharaan dan perbaikan sarana serta prasarana yang terdapat di Balai Monitoring. Dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dilakukan oleh beberapa petugas yang terdiri dari Koordinator lapangan penanganan
7
gangguan Operator, Teknisi, PPNS (Penyidik Pegawai Negen Sipil), Administrasi dan Pengemudi.
2.3
Teknis Operasional Balai Monitoring
Tugasnya adalah menyusun dan mengusulkan ke Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi sebagai berikut: 1. Kebutuhan dukungan
logistik dan rencana kegiatan monitoring,
observasi dan penertiban.
2. Kebutuhan dukungan logistik dan rencana kegiatan pemeliharaan dan perbaikan sarana dan prasarana stasiun monitoring frekuensi radio. 3. Rencana kegiatan koordinasi yang bersifat nasional dan internasional. Pelaksana kegiatan di balai, loka, satker terdiri dari : 1. Operator 2. Teknisi 3. Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) 4. Administrator 5. Pengemudi Tugas dari pelaksana kegiatan di balai, loka dan satuan kerja adalah sebagai berikut: 1. Operator, memiliki tugas : Mengamati spektrum frekuensi radio. Mengidentifikasi stasiun radio dan mencari sumber pancaran serta membuat catatan-catatan atas kegiatan tersebut. 2. Teknisi memiliki tugas menyiapkan sarana dan prasarana stasiun monitoring frekuensi radio agar dapat berfungsi secara optimal. 3. PPNS, bertugas melakukan penegakan hukum terhadap pelanggaran penggunaan frekuensi radio sesuai dengan perundang-undangan. 4. Administrator, bertugas melakukan pencatatan surat masuk dan keluar di lingkungan operator, menyusun dan menyiapkan arsip serta pengetikan dan tugas administratif lainnya bagi kepentingan kelancaran operator.
8
5. Pengemudi, bertugas mengemudikan stasiun bergerak, pemeliharaan kebersihan dan menjaga keamanan stasiun monitoring bergerak.
Seksi Penertiban memiliki tugas sebagai berikut: 1. Bertanggung jawab atas kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan monitoring bidang frekuensi radio. 2. Bertanggung jawab dalam mengendalikan pelaksanaan penertiban bidang frekuensi radio. 3. Dalam pelaksanaan kegiatan penertiban frekuensi radio dapat melibatkan instansi terkait sesuai dengan ket entuan yang berlaku.
2.4
Jenis Stasiun Monitoring
Pada dasarnya, dalam Balai Monitoring, stasiun monitoring dibagi menjadi tiga jenis,yaitu: 1. Stasiun monitoring tetap (Monitap) atau disebut juga fixed monitoring station. Stasiun ini terbagi lagi menjadi dua bagian
berdasarkan band-band frekuensi, dimana Monitap pertama merupakan Monitap untuk band LF-HF (10 kHz - 30 kHz) dan Monitap kedua adalah Monitap untuk band VHF-UHF (25 MHz 1 GHz). 2. Stasiun monitoring semi tetap (semifixed monitoring station). Stasiun ini digunakan untuk band LF-HF (10 kHz - 30 MHz). 3. Stasiun monitoring bergerak (Monirak) atau disebut juga mobile monitoring station. Stasiun ini juga terbagi menjadi dua jenis, yaitu
Monirak untuk band LF-HF (10 kHz - 30 MHz) dan Monirak untuk band VHF-UHF (25 MHz - 2,7 GHz).
9
2.5
Struktur Organisasi Balai Monitoring
Struktur Organisasi
Kepala Balai Monitoring
Kasubbag Tata Usaha dan Rumah Tangga
Tata Usaha
Seksi Operasi Pemeliharaan dan Perbaikan
Keuangan
Kepegawaian
Koordinator Fungsional dan pengendali Frekuensi
Pelayanan Masyarakat
Kepegawaian
Seksi Monitoring dan Penertiban
Penyidik Pegawai Negri Sipil
Pemeliharaan dan Perbaikan
Gambar2.1 Struktur Organisasi Balai Monitoring Bandung Kegiatan yang dilakukan oleh Balai Monitoring dimana pelaksanaan tugas dan tanggung-jawabnya dilakukan oleh bagian organisasi di atas adalah: 1. Monitoring, yaitu kegiatan pengawasan atau pemantauan terhadap spektrum frekuensi radio dan pengembangan frekuensi radio baik menggunakan perangkat monitor maupun dengan mata telanjang. Bagian Monitoring tugasnya adalah sebagai berikut: •
Melaksanakan pengamatan penggunaan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit.
•
Menemukan dan mengidentifikasi sumber pancaran pengguna frekuensi radio ilegal.
10
•
Memonitor secara rutin frekuensi berbahaya dari dinas tertentu untuk keselamatan jiwa manusia.
•
Mengamati dan mencatat pendudukan spektrum frekuensi radio untuk kepentingan perencanaan penetapan frekuensi.
•
Memonitor pancaran frekuensi radio dari luar negeri yg bekerja pada frekuensi sesuai dengan daftar edaran terhadap timbulnya gangguan komunikasi dalam negeri atau sebaliknya.
•
Melakukan pengamatan frekuensi radio yang akan ditetapkan alokasi penggunaannya.
•
Menemukan dan mengidentifikasi pancaran frekuensi radio yang merugikan dari sumber pancaran baik dalam negeri maupun luar negeri.
•
Melakukan pengamatan frekuensi radio tertentu atas permintaan, baik dalam negeri maupun luar negeri dan melakukan kerja sama monitoring internasional.
2. Observasi, yaitu kegiatan pengamatan atau penelitian terhadap suatu pita spektrum frekuensi radio dengan menggunakan perangkat radio. 3. Pemeliharaan, yaitu kegiatan yang meliputi tahap-tahap sebagai berikut: a. Menjaga kebersihan dan ruang perangkat. b. Menghindari kerusakan oleh benda-benda asing dan alat ukur sesuai dengan prosedur. Pemeliharaan mempunyai 3 tingkatan, yaitu: 1. Tingkatan ringan Pemeliharaan dan perbaikan yang dilaksanakan untuk mempertahankann perangkat agar siap pakai secara sistematis. 2. Tingkat sedang Pemeliharaan dan perbaikan yang dilaksanakan untuk mengembalikan atau memulihkan pada kegiatan siap pakai yang menyebabkan kerusakan mutu di bawah standar. 3. Tingkat berat Pemeliharaan yang membutuhkan perbaikan secara menyeluruh termasuk perakitan dan pembuatan komponen-komponennya.
11
2.6
Perlengkapan Stasiun Monitoring Frekuensi Radio
Dalam rangka melaksanakan tugas dan kewajibannya, Balai Monitoring didukung oleh pertengkapan-perlengkapan monitoring dan perlengkapan pendukung. Adapun perlengkapan-perlengkapan itu adalah: 1.
RMP ( Radio Monitoring Position)
RMP merupakan sepcrangkat peralatan monitoring yang berfungsi untuk identifikasi secara aural (pendengaran). 2.
RME ( Radio Monitoring Equipment ) RME pada dasarnya memiliki fungsi yang sama dengan RMP, tetapi perangkat ini memiliki ketelitian yang lebih teliti, baik secara aural, maupun dengan alat-alat ukur lainnya.
Gambar 2.2 RME ( Radio Monitoring Equipment )
12
3.
ARFSR ( Automatic Radio Frequency Spektrum Recorder )
ARFSR merupakan perangkat monitoring yang digunakan untuk merekam spektrum frekuensi dan distribusi waktunya.
Gambar 2.3 ARFSR ( Automatic Radio Frequency Spektrum Recorder )
4.
DF ( Direction Finder ) DF merupakan alat pencari arah pancaran s uatu frekuensi radio.
Gambar 2.4 DF ( Direction Finder )
13
5.
Perangkat-perangkat lainnya Perangkat ini merupakan perangkat-perangkat yang digunakan untuk keperluan pemeliharaan perangkat-perangkat yang telah disebutkan di atas atau juga perangkat yang digunakan untuk meningkatkan dan menunjang daya guna perlengkapan tersebut.
Gambar 2.5 Mini port reciver EB 200
Gambar 2.6 Spectrum analyzer
Gambar 2.7 VSWR
Gambar 2.8 DF portable
14
BAB III
MONITORING FREKUENSI
3.1 Pendahuluan
Monitoring dan pengukuran merupakan kegiatan pengawasan atau pemantauan terhadap pemakaian spektrum frekuensi radio dan perkembangan spektrum frekuensi radio termasuk pengukuran parameter teknis, pendeteksian pancaran dengan menggunakan sarana dan prasarana sistem stasiun monitoring frekuensi radio, baik stasiun tetap maupun bergerak yang telah ditetapkan Dirjen Postel kepada suatu instansi, perusahaan atau perorangan. Tujuannya adalah: •
Agar frequency tersebut benar-benar digunakan secara efektif dan efisien serta tidak melanggar dari izin yang telah ditentukan.
•
Mendapatkan gambaran nyata tentang kepadatan spektrum pada daerah sekitar pengawasan. Baik yang disebabkan pancaran-pancaran dari dalam negeri, luar negeri, stasiun legal maupun ilegal.
•
Mengawasi pemakaian spektrum dan pemancar-pemancar yang tidak sah dan tanpa izin.
•
Menangani masalah-masalah gangguan yang biasanya bersumber dari laporan atau pengaduan dari masyarakat atau pengguna jasa komunikasi maupun permintaan dari stasiun monitoring lainnya (dalam negeri maupun luar negeri).
•
Membantu dalam pengalokasian frekuensi baru.
•
Mendeteksi pemancar radio gelap yang berkomunikasi secara illegal atau pemancar radio yang mengganggu pemancar radio resmi.
•
Penentuan lokasi pemancar mulai dari jarak dekat sampai menengah dengan bantuan antena Direction Finder manual dan menggunakan beberapa pesawat penerima.
•
Mendeteksi pancaran yang tidak diinginkan atau interferensi frekuensi radio yang disebabkan oleh semua jenis alat.
Pengaturan bandwith diperlukan untuk mendapatkan hasil komunikasi yang baik dan menghindari interferensi terhadap kanal-kanal radio yang berdekatan. sebab komunikasi radio tergantung pada kanal transmisi dalam sebuah medium bersama yang disebut "angkasa". Saat permintaan akan kebutuhan komunikasi radio semakin kecil, pengaturan yang teliti tidak lagi menjadi hal utama dalam interferensi terhadap kanal-kanal radio yang berdekatan. Occupied Bandwidth (Lebar Pita yang diperlukan) yaitu digunakan untuk
menyatakan sifat-sifat dari spektrum suatu emisi atau kelas emisi dalam penggunaan Bandwidth. Definisi ini tidak hanya mencakup pertimbangan dari keseluruhan masalah spektrum radio dan juga peraturan-peraturan
tentang
pembalasan penggunaan Bandwidth oleh suatu emisi. Prinsip-prinsip Occupied Bandwidth adalah sebagai berikut: 1. Bandwidth yang diperlukan harus ditentukan pada nilai yang minimal. Dalam hal ini dipakai komponen-komponen elektronika yang sesuai dengan nilai bandwith, baik pada pesawat pengirim dan penerima untuk menjamin komunikasi dengan hasil yang lebih baik oleh kedua koresponden (misalnya batas frekuensi yang diperbolehkan dalam hubungan telepon dan telegraf) pada keadaan teknis tertentu. 2. Bandwidth yang digunakan oleh dinas dan organisasi nasional maupun intemasional yang beroperasi diawasi oleh Balai Monitoring. Emisi bandwidth yang diduduki tidak boleh melebihi dari yang telah ditentukan agar tidak menimbulkan interferensi. Penggunaan konsep ini merupakan cara yang sangat berguna untuk menjamin pembatasan pancaran energi di luar bandwidth yang diperlukan. 3. Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam penggunaan Bandwidth, adalah sebagai berikut: a. Pentingnya
membatasi
interferensi terhadap
kanal-kanal
yang
berdekatan sekecil mungkin. b. Faktor-faktor teknis dan praktis dari rekayasa pemancar.
16
c. Pembatasan bentuk atau distorsi dari sinyalnya sesuai dengan nilai yang diizinkan.
3.2. Stasiun Monitoring
Stasiun monitoring mempunyai tugas untuk memonitor dan mengamati spektrum frekuensi radio, serta ,mengidentifikasi stasiun-stasiun radio untuk dibuat sebuah catatan atas kegiatan penyiaran stasiun tersebut. Pengoperasian dari alat ini tergantung dari pengaduan masyarakat ataupun rutinitas dari Balai Monitoring Bandung. Stasiun monitoring dan pengukuran frekuensi radio dibagi menjadi dua bagian. yaitu:
3.2.1 Stasiun Monitoring Tetap (fixed)
Merupakan stasiun monitoring yang melakukan monitoring dan pengukuran dengan tidak berpindah-pindah atau diam. Stasiun tetap biasanya ditempatkan di Balai Monitoring Frekuensi Radio. Keuntungan cara monitoring dan pengukuran dengan menggunakan stasiun tetap adalah sebagai berikut: 1. Pengoperasian alat bisa diatur secara komputerisasi dan otomatis. 2. Stasiun tetap memiliki perangkat yang lebih lengkap dibandingkan jenis Stasiun Monitoring lainnya. Stasiun ini dilengkapi dengan RMP, RME,ARFSR dan DF. 3. Jangkauan penerimaan frekuensi lebih luas.
Kelemahan cara monitoring dan pengukuran dengan mengunakan stasiun tetap : 1. Daerah jangkauannya luas tetapi tidak dapat menentukan letak dari lokasi pemancar baik yang terganggu maupun tidak terganggu. 2. Tidak dapat menentukan secara pasti penyebab dari gangguan yang terjadi pada pemakaian frekuensi.
17
3.2.2 Stasiun Monitoring Bergerak
Merupakan stasiun monitoring dan pengukuran yang dapat dipindah pindahkan dengan mengunakan unit mobil. Sehingga pengukuran dapat dilakukan pada tempat yang berbeda-beda. Fungsi utama dari Stasiun Monitoring Bergerak terutama untuk monitoring karakteristik-karakteristik pancaran yang tidak dapat dikerjakan dengan mudah oleh stasiun tetap, baik jumlah parameter yang akan diukur atau kepadatan spektrum. Ini dipakai terutama untuk monitor frekuensi diatas 30 Mhz, dimana pemancar dengan power rendah, antena diarahkan dan karakteristik propagasi tcrtentu yang tidak mungkin diukur secara efektif oleh stasiun tetap. Stasiun bergerak dibagi menjadi dua unit , yaitu unit monitoring pengukuran dan unit Direct Finder (pencari lokasi).
Tugas unit monitoring dan pengukuran dan stasiun bergerak adalah : a. Mengamati pancaran-pancaran frekuensi radio didaerah masingmasing sesuai dengan kemampuan pengamatan terhadap daerah spektrum frekuensi dari stasiun mobil yang bersangkutan. b. Mendeteksi pancaran-pancaran radio tertentu. c. Mengadakan penelitian-penelitian terhadap frekuensi yang diamati. d. Mengadakan penelitian propagasi frekuensi radio. Kekurangan stasiun Monitor Bergerak terutama untuk pengukuran sebagai berikut: • Pengukuran Kuat Medan ( Field Stength) Stasiun bergerak tidak dapat digunakan untuk mengukur keadaan elektromagnetik dikarenakan keterbatasan pada alat ukur. • Menentukan Lokasi Pemancar Tak Dikenal
Stasiun bergerak mengalami kesulitan pada daerah yang jarak spektrumnya berdekatan dan pemancar ilegal tidak beroperasi secara terus menerus.
18
• Monitor Dinas Bergerak Dinas stasiun bergerak yang menggunakan power rendah dan selalu berpindah tempat dan kondisi operasinya, maka sangat sulit untuk dimonitor emisinya oleh stasiun tetap.
3.3 Kriteria Pelanggaran Penggunaan Frekuensi Radio
Suatu pemancar frekuensi radio dinyatakan melanggar aturan yang berlaku apabila : a. Tidak memiliki izin operasi. b. Memiliki izin frekuensi tetapi: •
Frekuensi yang digunakan melebihi batas frekuensi yang telah ditetapkan.
•
Daya pancar yang digunakan tidak sesuai dengan izin operasi.
•
Kesalahan operasi yang disebabkan karena penggunaan frekuensi dan kelas emisi yang salah. Pemancar yang dalam pengoperasiannya mengganggu pemancar lain yang
•
sah karena adanya kerusakan perangkat atau gangguan lainnya. Untuk Jenis pemakaian Frequency Share, pengoperasian penangkal diluar
•
jam operasi atau izin lokasi yang telah ditetapkan. •
Bandwidth yang digunakan melebihi batas yang telah ditentukan.
3.4 Sistem Transmisi Radio VHF/UHF
Rambatan pada jalur-jalur VHF dan UHF diantara 30 MHz dan 3GHz terjadi dalam ragam troposferik. Penggunaan utama dari komunikasi dua arah pada jalur-jalur VHF dan UHF adalah komunikasi antara sebuah stasiun induk (base stasion) dan beberapa unit mobil yang ditempatkan pada kendaraankendaraan, kapal-kapal atau pesawat terbang pada jalur frekuensi 30-470 kHz. Penerapan-penerapan khas adalah komunikasi antara menara pengawas dengan
pesawat
udara,pemadam
udara
(Control-Tower-to-Aircraft) pada
kebakaran,
pengawasan
kapal
di
bandar-bandar
pelabuhan-pelabuhan,
kepolisian, operasi medan bagi angkatan bersenjata, dan lain-lain. Oleh karena sistem ini bekerja pada frekuensi di atas 30 MHz, jangkauan kerjanya terbatas
19
pada garis pandang dan stasiun induk atau ditambah lagi sejauh itu jika digunakan sebuah stasiun pengulang. Halangan-halangan yang besar seperti misalnya bukit-bukit atau gedunggedung yang tinggi didaerah perkotaan akan menimbulkan bayangan-bayangan dan pola-pola pemantauan yang aneh, sehingga membuat lingkupan menyeluruh untuk daerah itu dan kemudian akan menyulitkan stasiun induk. Untuk memperluas horizon secara teknis, antena stasiun induk ditempatkan di puncak suatu bukit atau gedung yang tinggi untuk mendapatkan tinggi tambahan. Di dalam spektrum tersedia
sejumlah saluran-saluran terbatas yang
ditetapkan, umumnya terletak pada jalur 148 MHz, 174 MHz, 450 MHz sampai 470 MHz. Pengoperasian FM biasanya lebih disukai dan jarak antara saluran maksimum yang diizinkan untuk fasilitas ini secara berangsur-angsur telah dikurangi dari 120 kHz sampai yang 150 kHz, sehingga lebih banyak saluran yang dapat ditempatkan. Untuk mengatasi sempitnya jalur yang digunakan, maka pemancar-pemancar dan penerima-penerima harus sangat stabil dan menjaga frekuensi kerjanya dalam batas ± 5 bagian persejuta. 3.5. Frekuensi 3.5.1 Gelombang
Sebelum kita meninjau pengertian dari frekuensi, akan lebih baik jika kita meninjau pengertian dari gelombang yang banyak terdapat pada gejala alam dalam kehidupan kita sehari-hari. Pada dasarnya, gelombang ialah merupakan getaran yang merambat. Berdasarkan arah perambatannya, gelombang dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: 1. Gelombang Transversal. Merupakan gelombang yang arah getarannya tegak lurus terhadap arah perambatannya. 2. Gelombang Longitudinal Merupakan gelombang yang arah getarannya searah dengan arah perambatannya.
20
Pada Gambar 3.1, terlihat bahwa dalam satu perioda (T) akan terdapat sebuah lembah dan sebuah gunung. Jarak yang ditempuh oleh gelombang dalam waktu satu perioda (T) dinamakan panjang gelombang ( ℓ). Jika kita misalkan cepat rambat gelombang adalah E, maka dengan menggunakan rumus jarak: s = v t diperoleh: ℓ =
VT
atau V = ℓ / T dengan
v = cepat rambat gelombang (m/s) ℓ =
panjang gelombang (m)
T = perioda (s) Adapun frekuensi memiliki satuan Hz, dimana 1 Hz = 1 /s, sehingga diperoleh : f = 1 /T dengan f = frekuensi (Hz) T = perioda (s)
Dari persamaan dapat disimpulkan bahwa frekuensi adalah banyaknya gelombang dalam satu sekon.
Gambar 3.1 Gratik Amplituda terhadap frekuensi
21
3.5.2.
Alokasi Frekuensi
Istilah frekuensi dalam komunikasi radio digunakan terhadap banyaknya Jumlah variasi sebuah gelombang sinusoida dalam satu detik atau perubahan langkah pada sebuah sinyal output dalam satu detik. Alokasi frekuensi yaitu pencantuman pita (band) frekuensi tertentu dalam daftar alokasi frekuensi dengan maksud untuk penggunaan oleh satu atau lebih dinas komunikasi radio teresterial, dinas komunikasi radio ruang angkasa atau dinas radio astronomi berdasarkan persyaratan tertentu. Alokasi juga dapat diberlakukan untuk pembagian lebih lanjut band frekuensi tersebut untuk setiap jenis band -nya.
Dinas atau Keperluan
Alokasi Frekuensi
Siaran AM
526,5 – 1.606,5 kHz
Siaran FM
87 – 108 MHz
Penerbangan
108 – 137 MHz
AMPS (uplink)
835 – 845 MHz
AMPS (downlink}
880 – 890 MHz
GSM (uplink)
890 – 915 MHz
GSM (downlink)
935 – 960 MHz
Tabel 3.1 Contoh Pengalokasian Band Frekuensi
22
3.5.3
Penjatahan dan Penetapan Kanal Frekuensi Radio
Penjatahan dari kanal frekuensi radio merupakan pencatuman kanal-kanal frekuensi tertentu dalam suatu rencana yang disetujui dan disahkan oleh pihak yang berwenang untuk dipergunakan oleh satu atau lebih administrasi dinas komunikasi radio teresterial atau dinas komunikasi radio ruang angkasa dalam suatu Negara atau lebih atau daerah yang tercantum dalam rencana tersebut dan berdasarkan persyaratan tertentu. Instansi yang telah diberi jatah memiliki otoritas terhadap penggunaan frekuensi berdasarkan persyaratan t ertentu.
Dinas atau Instansi
Paramuda FM Satelindo
Jatah Frekuensi
93,7 MHz 890-900 MHz (Uplink) 935-945 MHz (Downlink)
Telkomsel
900-907,5 MHz (Uplink) 945-952,5 MHz (Downlink)
Excelcom
907,5-915 MHz (Uplink) 952,5-960 MHz (Downlink)
Tabel 3.2 Contoh Penjatahan dan Penetapan Kanal Frekuensi Radio
23
3.5.4
Propagasi
Propagasi gelombang radio adalah merupakan masalah yang sangat penting dan kompleks sekali, khususnya dalam merencanakan suatu perhubungan komunikasi radio karena sangat menentukan kualitas dari perhubungan. Gelombang radio dibagi dalam beberapa band yang mempunyai sifat propagasi berbeda untuk tiap-tiap band tersebut. ⇒
Jenis Propagasi :
a. Ground wave
: 1. Direct wave 2. Ground Reflected wave 3. Surface wave 4. Diffracted wave 5. Space wave
b. Tropospheric Wave : 1. Tropospheric reflection wave 2. Tropospheric refraction wave 3. Tropospheric scattered wave
c. Ionospheric Wave
: 1. Reflected wave by Ionosphere 2. Scattered wave by Ionosphere
24
Tabel Sifat Propagasi :
No. Band
Simbol
Batas
Panjang
Sifat
Frekuensi
Gelombang
Propagasi
100-10 km
Gelombang
4
VLF
3-30 kHz
5
LF
30 – 300 kHz 10-1 km
6
MF
0,3 – 3 MHz
1000-100 m
7
HF
3 – 30 MHz
100-10 m
8
VHF
30 – 300 MHz 10-l m
Gelombang
9
UHF
0,3 -3 GHz
100-10 cm
darat dan
10
SHF
3-30 GHZ
10 – 1 cm
11
EHF
30-300 GHz
10-1 mm
Gelombang
12
EHF
0,3 – 3 THz
1 -0,1 mm
langsung
merambat dan Ionosphere
Troposphere
Tabel 3.3 Sifat propagasi Keterangan tabel :Nomor Band N diperoleh dari 0,3 _ 10 Hz s.d 3_10 Hz.
3.6 . Gangguan frekuensi Radio 3.6.1 Ketidakteraturan lonosferik Model ionosfer dapat diilustrasikan, dimana elektron berubah perlahan
dan merata sedangkan perubahan-perubahan harian dan musiman misalkan dapat diramalkan. Perhitungan-perhitungan MUF
(Maximum Usable frequency).
ketinggian semu dan lainnya yang didasarkan pada model ini hanya meberikan suatu perkiraan rata-rata. Dalam prakteknya, ionosfer menunjukkan
ketidakteraturan pada kerapatan elektron di berbagai lapisan, dimana tingkatnya dapat berkisar dari kurang 100 m sampai beberapa beberapa ratus kilometer. Beberapa ketidakteraturan berjalan melaui ionosfer dengan suatu komponen kecepatan mendatar yang berkisar dari beberapa meter per detik hingga
25
lebih besar dari 1 km/det. ini dikenal sebagai gangguan-gangguan ionosferik berjalan TID (Travelling Ionospheric Disturbances) yang dapat berpengaruh buruk pada ketelitian alat-alat pencari arah berfrekuensi tinggi HFDF (High frequency Direction Finder).
Beberapa penyebab-penyebab gangguan ionosferik belum diketahui dengan baik, dimana beberapa dari faktor-faktornya adalah gelombanggelombang gaya berat (gravity wave) besar-besaran yang terjadi dalam atmosfer, ketidak stabilan arus-arus listrik dan plasma dalam ionesfer, dan terutama kegiatan matahari (solar activity). Telah diamati bahwa semburan-semburan matahari (solar flares) selalu diikuti oleh atenuasi yang hebat atau menghilangkan sama
sekali sinyal-sinyal radio.
3.6.2. Pengertian Interferensi
Gangguan disebut juga dengan interferensi. Interferensi disebabkan oleh energi yang tidak dikehendaki karena suatu emisi, radiasi atau indikasi terhadap penerimaan suatu sistem komunikasi radio. Hal ini ditunjukkan dengan adanya suatu penurunan mutu, salah pengertian, atau hilangnya informasi yang dapat peroleh kembali jika energi yang tidak dikehendaki tersebut dihilangkan. Interferensi
yang
diperbolehkan
(permissible
interference) adalah
interferensi yang diamati atau diperkirakan tetapi masih sesuai dengan besarnya interferensi dan kriteria penggunaan bersama (Sharring) yang tercantum dalam peraturan radio. Interferensi yang dapat diterima (Accepted Interference) yaitu interferensi yang nilainya lebih tinggi dari interferensi yang diperbolehkan dan telah disetujui oleh dua administrasi atau lebih tanpa merugikan administrasi lainnya. Interferensi yang merugikan (harmful interference) adalah interferensi yang membahayakan fungsi dari suatu dinas navigasi radio atau dinas-dinas keselamatan
lainnya.
Interferensi
ini
sangat
menurunkan
mutu
sinyal,
menghalangi ataupun berulangkali memutuskan hubungan suatu dinas komunikasi radio yang beroperasi berdasarkan Peraturan Radio.
26
Syarat Pengaduan Terhadap Gangguan
Suatu dinas atau stasiun radio boleh mengadukan gangguan yang dialaminya apabila memenuhi syarat-syarat berikut: •
Dinas tersebut harus mempunyai izin frekuensi.
•
Dinas tersebut beroperasi sesuai dengan ketentuan pada izin frekuensi.
Sumber-Sumber Gangguan dalam Komunikasi Radio
Ada bermacam-macam sumber gangguan, antara lain : 1 . Interferensi Kanal Berdekatan ( Adjacent Channel Interference) Sejumlah besar komunikasi radio masih menggunakan perangkat lama yang tidak sesuai dengan standar baru. Frekuensi-frekuensi perangkat lama ini tidak stabil dan mengakibatkan penyimpangan yang cukup besar dan frekuensi yang ditentukan. Hal ini menimbulkan gangguan pada stasiun yang bersebelahan yang menggunakan spektrum frekuensi yang berdekatan. Sinyal dari salah satu kanal jatuh dalam kanal yang berdekatan. Interferensi kanal berdekatan ada dua macam, yaitu:
• In Band Adjacent Channel Interference
Terjadi jika frekuensi tengah dari spektrum sinyal peng-interfernsi jatuh dalam spektrum sinyal yang diinginkan. Untuk mengatasinya dengan membuat bandwidth kanal yang cukup lebar dengan spasi antar kanal berdekatan jadi lebih lebar.
• Out Band Adjacent Channel Interference
Terjadi jika frekuensi tengah dari spektrum sinyal peng-interferensi jatuh diluar spektrum sinyal yang diinginkan. Untuk mengatasinya dengan strategi alokasi kanal frekuensi pada setiap stasiun yaitu dengan membuat jarak pemisahan kanal bersebelahan dalam satu stasiun menjadi lebih dekat.
27
2 . Interferensi Kanal Sama ( Co-Channel Interference )
Interferensi kanal sama sering terjadi pada sistem seluler yaitu karena adanya refuse frekuensi (pengulangan penggunaan frekuensi). Sinyal yang diterima oleh penerima bukan hanya berasal dan pemancar di pusat seluler, dimana penerima tersebut berada tetapi juga dari pemancar yang berasal dari sel yang menggunakan kanal frekuensi yang sama. Selain teriadi pada sistem seluler, interferensi kanal sama juga dapat terjadi karena penggunaan frekuensi yang sama oleh pemancar/stasiun yang sah lainnya dari dalam atau pun luar negeri.
3. Interferensi Kanal Bayangan ( Image Channel Interference)
Setiap penyetelan frekuensi pada receiver super heterodyne akan selalu menimbuikan frekuensi lain yang juga menghasilkan frekuensi menengah (intermediate frequency). Frekuensi lain ini disebut dengan frekuensi bayangan (image frequency).
4. Emisi Tersebar (Spurious Emission ) Spurious emission adalah emisi pada suatu frekuensi atau frekuensi-
frekuensi yang muncul diluar pita yang diperiukan yang levelnya dapat dikurangi tanpa mempengaruhi penyaluran informasi. 5. Intermodulasi Intermodulasi adalah hasil dari dua frekuensi atau lebih pada
perangkat yang tidak linier yang berupa gelombang-gelombang baru yang frekuensinya berbeda termasuk harmonisa gelombang masukan tersebut.
6. harmonisa Harmonisa adalah gangguan yang disebabkan adanya kenaikan
frekuensi secara tiba-tiba. Kenaikan frekuensi ini biasanya sebesar kelipatannya. Harmonisa disebabkan oleh karena filter yang dipakai pada pemancar kurang bagus. Untuk menghindari hal itu maka nilai kelipatan
28
dari frekuensi yang dioperasikan sengaja dikosongkan dengan maksud memberi ruang bila terjadi harmonisa.
7. Noise Buatan Manusia (man-made noise) Noise merupakan gangguan yang berasal dari pemakaian peralatan
:
perangkat dan instalasi listrik secara luas. Pemakaian perangkat radio frekuensi untuk tujuan komunikasi Juga dapat menimbulkan noise yang cukup besar.
8. Fading
Fading didefinisikan sebagai fluktuasi daya di penerima yang disebabkan karena interferensi atau superposisi gelombang-getombang multipath di penerima yang memiliki fasa yang berbeda-beda. Ada dua
macam fading, yaitu; •
Log Normal Fading Terjadi pada daerah berbukit-bukit atau banyak
gedung-gedung tinggi. •
Rayleighl Fading
Terjadi karena sinyal yang dalang dari pemancar ke penerima melalui lebih dari satu lintasan (misalnya untuk daerah perkotaan).
29
3.7 Antena VHF/UHF
Antena didefinisikan sebagai suatu transformator antara gelombang terbimibing dengan gelombang ruang bebas atau sebaliknya. Macam-macam antena VHF/UHF digolongkan sebagai berikut:
a. Antena Omnidirectional
Antena Omnidirectional adalah antena yang memiliki pola radiasi yang terpancar ke segala arah namun arah pancarannya tidak berupa bola, melainkan hanya terpancar pada arah horizontal atau vertikal saja tergantung dari penggunaan antena yang diinginkan
y
x
a.
b. Gambar 3.2
Antena Omnidirectional (a) bentuk fisik (b) pola radiasi
30
a.
b. Gambar 3.3
Antena Omnidirectional discone (a) bentuk fisik (b) pola radiasi
Antena Omnidirectional dapat memancarkan gelombang yang besarnya sama rata ke segala arah. Antena ini mempunyai proteksi terhadap interferensi yang kecil, sehingga cocok untuk trafik yang tinggi.
a.
b. Gambar 3.4
Antena log periodic (a) bentuk fisik (b) pola radiasi
31
a.
b Gambar 3.5
Antena GPS (a) bentuk fisik (b) Pola radiasi
b. Antena Directional
Antena Directional adalah antena yang memiliki pola radiasi yang terpancar pada suatu arah tertentu. Antena Directional ada bermacammacam, antara lain: 1. Antena Parabola 2. Antena Yagi dan Log Periodik 3. Antena Horn 4. Antena Lensa
32
3.8. Modulasi Digital
Sama halnya dengan teknik modulasi analog, sinyal pembawanya adalah sinyal analog. Namun pada teknik modulasi digital sinyal informasi yang akan memodulasi sinyal pembawa berupa sinyal digital. Ada beberapa teknik modulasi digital, antara lain:
1. Modulasi ASK (Amplitude Shift Keying)
Modulasi ASK dapat dipandang sebagai modulasi amplitude dengan pemodulasi sinyal yang merupakan data biner (bit 0 dan bit 1). Seperti halnya pada modulasi AM. Jadi sinyal ASK- merepresentasikan sinyal data biner dengan level amplitude yang berbeda.
(b)
Gambar 3.6 Modulasi ASK (a) sinyal masukan (b) sinyal ASK
33
2. Modulasi FSK (Frequency Shift Keying)
Pada modulasi FM, frekuensi sinyal pembawa diubah-ubah harganya mengikuti sinyal pemodulasinya dengan harga amplitude pembawa yang tetap. Jika sinyal yang memodulasi tersebut hanya mempunyai dua harga tegangan "0" dan "I" (biner/digital), maka proses modulasi tersebut dapat diartikan sebagai proses penguncian frekuensi sinyai. Hasit gelombang FM yang dimodulasikan oleh data biner ini disebut Frequency Shift Keying.
(b) Gambar 3.7 Modulasi FSK (a) sinyal masukan (b) sinyal FSK
34
3. Modulasi PSK (Phase Shift Keying)
Pada teknik modulasi PSK. fasa dari sinyal pembawa akan diubah-ubah menurut sinyal pemodulasinya (data biner).
Gambar 3.8 Modulasi PSK (a) Sinyal masukan (b) sinyal PSK
Gambar 3.9 Bentuk Modulasi dari sistem komunikasi digital
35
BAB IV
METODE PERANGKAT MONITORING
4.1 Monitoring dan Pengukuran Frekuensi
Monitoring dapat dilakukan di stasiun tetap (fixed station) maupun stasiun bergerak. Namun umumnya monitoring frekuensi dilakukan di stasiun tetap dan dilakukan secara rutin, terus-menerus setiap hari, tujuannya adalah menjaga ketertiban pengguna spektrum frekuensi. Monitoring Penggunaan Spektrum Frekuensi
Monitoring frekuensi dilakukan dengan cara mengamati seluruh spektrum frekuensi radio yang sedang digunakan pada suatu alokasi band frekuensi radio. Sebagai contoh jika kita mengamati seluruh spektrum frekuensi pada band FM komersial yaitu pada bandwidth antara 87 - 108 MHz, maka akan kita dapatkan sejumlah frekuensi yang sedang digunakan. Parameter-parameter yang diamati pada saat monitoring adalah sebagai berikut: 1. Frekuensi kerja yang dimonitor Pengamatan frekuensi kerja dilakukan berdasarkan ketentuan alokasi band frekuensi untuk tiap-tiap instansi atau dinas. Frekuensi yang terpantau kemudian
dicocokan
dengan
data
frekuensi
yang
terdapat
dibalai
monitoring. Jika terdapat suatu frekuensi yang terpantau namun tidak terdapat dalam daftar frekuensi, maka dapat dinyatakan pengguna frekuensi tersebut ilegal dan akan dilakukan tindakan lebih lanjut. 2. Level Daya Penerimaan Pengamatan level daya penerimaan dilakukan untuk mengetahui level penerimaan sinyal oleh perangkat monitoring pencari arah (direction finder). 3. Bandwidth
Pengukuran bandwidth bertujuan untuk mengetahui bandwidth suatu frekuensi tertentu. Metode yang digunakan adalah metode occupied bandwidth yaitu dengan mengukur pada bagian frekuensi rendah dan pada
bagian frekuensi tinggi sehingga didapat lebar band-nya.
Dimana: Bw = Bandwidth (Hz) Fh = bagian frekuensi tinggi (Hz) FL = bagian frekuensi rendah (Hz) FC FL
Fh
FL
FC
Fh
Gambar 4.1 metoda occupied Bandwith
4. Identitas suatu stasiun radio Identitas suatu stasiun radio dapat dikenali dengan mendengarkan isi siaran suatu stasiun radio. Identitas suatu stasiun radio dapat berupa nama stasiun radio dan lokasi stasiun radio. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pencarian dan pelacakan lokasi pemancar tersebut.
4.2 Metode Pencarian Lokasi Pemancar 4.2.1
Metode Mapping atau Fixed
Metode ini digunakan untuk mendeteksi dan mencari arah pancaran gelombang radio suatu stasiun radio yang tidak setiap saat memancarkan gelombang radio pada periode monitoring ( On / Off Broadcasting). Tujuan dari metode mapping atau ftxed ini adalah untuk mempersempit daerah pencarian letak pemancar frekuensi radio yang hendak dilacak. Dalam metode ini sinyal diukur minimal ditiga tempat. seperti terlihat pada Gambar 4.2. Pengukuran dan pencarian arah pancaran gelombang dapat dilakukan dengan menggunakan alat Direction Finder THOMSON-CSF TRC-8011 atau Miniport tipe EB100
37
Gambar 4.2 Tempat Peletakan lokasi Direction finder
Gambar 4.3 Metoda Mapping atau fixed
Keterangan Gambar :
: Tempat dioperasikannya Direction Finder (DF). : Daerah pencarian lokasi pemancar frekuensi radio. : Arah yang ditunjuk oleh Direction Finder
θ1,θ2,θ3
: Sudut yang ditunjuk oleh Direction Finder berdasarkan arah referensi utara bumi.
38
Penggunaan metode mapping atau fixed ini ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu:
Pengukuran dilakukan ditempat yang terbuka, tidak terhalang oleh bukit dan tidak terhalang oleh obstacle (menara antena, gedung-gedung yang tinggi, atap yang terbuat dari logam, pohon-pohon yang besar) sehingga pengukuran dan deteksi arah pancaran tidak dipengaruhi oleh sinyal pantulan.
Hindari aliran listrik tegangan tinggi dan latu lintas kendaran yang ramai.
Metoda ini memiliki beberapa kelemahan yaitu :
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengukuran dan pelacakan relatif lama, karena sinyal yang akan dideteksi tidak dipancarkan secara terus-menerus sehingga dibutuhkan kesabaran dan ketelitian dalam pembacaan nilai yang ditunjuk oleh alat ukur.
Hasil yang didapat dari pengukuran tidak menunjukan lokasi suatu pemancar frekuensi radio melainkan hanya penyempitan daerah pelacakan.
4.2.2
Metode Relative Homing
Metode ini digunakan untuk mendeteksi dan mencari arah pancaran gelombang radio suatu stasiun radio yang s etiap saat memancarkan gelombang radio (Continuous Broadcasting). Pada metoda ini yang diperhatikan adalah kuat level penerimaan dari alat pencari arah Direction Finder (DF) dan arah pancaran yang ditunjukan oleh Direction Finder. Alat
ini
bergerak
mengikuti
arah
datangnya
sinyal
sampai
ditemukannya lokasi pemancar frekuensi radio yang dilacak tersebut. Pelacakan dan pencarian lokasi pemancar dengan menggunakan metode ini lebih cepat dibanding dengan menggunakan metode mapping atau fixed, karena operator hanya perlu mengikuti arah datangnya sinyal. Kesulitan penggunaan metode ini adalah tata letak kota dan jalan yang dapat dilalui oleh kendaran dinas. Dalam praktek pelacakan, penggunaan Direction Finder THOMSONCSF TRC-801I atau Miniport lipe EBIOO adalah suatu kombinasi yang ideal
untuk pelacakan tersebut. Karena sifat dari Miniport tipe EB 1OO yang portabel sehingga memungkinkan untuk digunakan dijalan yang sempit dan
39
pengamatan lokasi dapat langsung diamati oleh operator dengan melihat fisik antena pemancar frekuensi radio tersebut.
Keterangan :
=
Arah datang nya sinyal gelombang radio
DF
Gambar 4.4 Mekanisme pencarian arah sinyal datang pada DF
Untuk lebih mengefektifkan kegiatan monitoring, antara metode maping atau fixed monitoring dan relative homing harus dipadukan.
Pada maping/flxed memerlukan 3 titik pengukuran, oleh karena itu diharapkan untuk memasang alat pemantau di titik yang strategis di wilayah yang dimonitoring. seandainya memerlukan data, akan langsung mendapatkan dari alat monitoring tersebut. Hal ini akan mempermudah melacak suatu pemancar tertentu. Pada relative homing, permasalahan yang muncul adalah masalah jalan. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan teknologi GPS, Dan untuk mempermudah pelacakan, dapat menggunakan suatu strategi dengan membuat jaiur-jalur monitoring utama
untuk pelacakan. Jalur-jaiur ini dipilih
berdasarkan jangkauan penerimaan frekuensi, yang harus diperhatikan adalah keadaan daerahnya agar line of sight misalnya, dan parameter lain adalah jalur jalan yang mudah dilalui.
4.3 Perangkat Pelacakan 4.3.1
RAMS (Remote Automatic Monitoring Systems)
Pesawat penerima RAMS (Remote Automatic Monitoring Systems) adalah pesawat penerima VHF/UHF yang dapat dikontrol jarak jauh {remote) atau secara manual {heal conlml). Metode pengontrolannya ada dua macam
40
dengan menggunakan sinyal DTMF pada pesawat telepon atau dengan menggunakan modem dan dioperasikan melalui komputer.
Mekanisme Penggunaan RAMS
( Remote Automatic Monitoring
Systems) 1. Monitoring frekuensi dilakukan dengan cara memeriksa seluruh spektrum frekuensi yang ada dengan memutar tombol tuning pada bagian penerima sehingga didapat sejumlah frekuensi yang sedang digunakan. Band frekuensi yang akan dimonitor terlebih dahulu diset sesuai dengan band yang diinginkan. Kita dapat memonitor suatu frekuensi dengan memasukan input frekuensi yang kita inginkan untuk dilakukan monitoring. 2. Pengukuran bandwidth dilakukan dengan metoda occupied bandwidth, seperti yang terdapat pada Gambar 4.1. namun karena tidak dilengkapi spectrum analyzer pada pelaksanannya kita mencoba untuk memprediksi
secara kasar dengan cara mendengarkan isi siaran dan memperhatikan level penerimaan sampai tidak bisa diterima / dideteksi oleh atat baik
pada sisi frekuensi tinggi dan sisi frekuensi rendah. 3. Menentukan
mode penerimaan
sesuai
yang
dibutuhkan
untuk
monitoring, mode yang dipilih adalah : •
SSB (LSB dan USB), digunakan untuk mendeteksi sinyal hasil modulasi pada satu sisi band saja LSB atau USB.
•
AM, digunakan untuk mendeteksi sinyal dengan modulasi amplituda.
•
AM/W, digunakan untuk mendeteksi sinyal AM dengan pass band lebih lebar antara 16-300 kHz.
•
FM, digunakan untuk mendeteksi sinyal dengan modulasi frekuensi.
•
FM/W, digunakan untuk mendeteksi sinyal AM dengan pass band yang lebih lebar antara 16 – 300 kHz.
4. RAMS (Remote Automatic Monitoring Systems) dilengkapi dengan Direction Finder yang bekeria secara otomatis dan berguna untuk
mengetahui arah pancar suatu gelombang radio.
41
5. Untuk keperluan identifikasi, alat ini juga dilengkapi dengan headphone atau speaker untuk mendengarkan isi siaran yang dapat direkam dengan menggunakan tape recorder, dapat diset pada mode auto/input Pada mode auto, tape recorder hanya akan merekam isi siaran suatu stasiun
radio ketika ada sinyal audio masuk sedangkan mode input akan merekam setiap saat baik ada maupun tidak ada sinyal audio yang masuk. 4.3.2
Pesawat Penerima Miniport Tipe EB100
Pesawat Penerima Miniport Tipe EB1OO adalah pesawat penerima VHF/UHF, dapat dibawa-bawa dan bersumber listrik pada baterai. Pesawat penerima ini mempunyaijangkauan daerah frekuensi dari 20 sampai 1000 MHz. Penggunaan pssawat penerima Miniport Tipe EBIOO ini sangat tepat untuk digunakan pada daerah yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan dinas. Karena ukurannya yang kecil, ringan dan dikemas dengan kemasan alumuniuin yang kuat dan juga dilengkapi dengan sabuk pembawa sehingga sangat memudahkan operator dalam operasi pelacakan suatu frekuensi radio.
Mekanisme Peaggunaan Miniport Tipe EB 1OO
Dengan alat ini, penentuan arah pancaran gelombang mdio dilakukan dengan menggunakan antena lerarah aktif tipe HF 100 (antena loop) yang digunakan untuk pencarian secara relative homing (mengikuti arah pancar), Antena HF 100 memiliki jangkauan frekuensi yang bcrvariasi, 20 - 200 MHz, 200 - 500 MHz dan 500 -1000 MHz. Prosedur penggunaan alat tersebut adalah sebagai berikut: 1. Saklar dipindah ke posisi level tone. 2. Mencari daerah frekuensi dengan pemilihan frekuensi yang diinginkan, dengan lebar step pengukuran dari 1 kHz sampai 9,999 MHz. 3. Penunjukan diatur pada posisi tengah skala Power Level Meter yang diperluas dengan mengatur kontrol batas ambang penerimaanya Pada saat ini akan terdengar siulan / bunyi dengan nada tinggi, yang merupakan ukuran relatlif dari level penerimaan.
42
4. Arah asal sumber sinyal ditentukan dengan mengatur arah antena agar didapat simpangan tertinggi pada Power Level Meter atau nada siulan tertinggi. 4.3.3 Direction Finder THOMSON-CSF TRC-8911 Direction
Finder
THOMSON-CSF
TRC-8011 adalah
stasiun
monitoring bergerak yang merupakan unit pencari arah yang beroperasi pada frekuensi 20 sampai 2700 MHz. Direction Finder THOMSON-CSF TRC-8011 menggunakan pengukuran dan teknik pengaturan atas dasar Direction Finder Processor.
Dengan karakteristik tersebut menjadikan alat ini sangat tepat untuk pelacakan dan pencarian lokasi. Fungsi dari alat ini sama dengan miniport Tipe EB1OO, tugas dari peralatan ini adalah untuk mencari arah pancaran dari
suatu pemancar frekuensi radio. Direction Finder THOMSON-CSF TRC-8011 dilengkapi dengan
peralatan yang merupakan kesatuan dari seluruh sistem tersebut adalah sebagai berikut: •
Receiver TRC 8021 Thomson yang berfimgsi untuk memonitor
frekuensi dengan jangkauan 20 sampai 2700 MHz dan memliki kepekaan penerima sampai dengan -120 dBm. •
IF/intermediate Frequency Panoramic Adapter (TRC 8030) yang
merupakan spectrum analyzer, berhubungan dengan perangkat untuk menampilkan spektrum frekuensi. •
Gain atau penguatan dari antena, dapat diatiir sesuai penguatan yang
diinginkan. Antena yang digunakan pada perangkat monitoring dan pengukuran adalah sebagai berikut: - Dipole array dengan Jangkauan frekuensi 20 - 500 MHz (1 & 3). - Dipole array dengan jangkauan frekuensi 500 - 2700 MHz (2 & 4).
43
ambar 4.5 Antena Dipole array 20-2700 MHz
Mek anisme Penggunaan Direction Finder TH OMSON-C F TRC-
8011 •
Met de Mappin g atau Fixed
Pada metode mi, arah yan g ditunjuk oleh direction finder berdasarkan derjat azimuth
engan refe ensi 0° ad lah arah u ara bumi dan putaran
derajat searah
engan jaru jam (sta dar Navigasi). Namim pada saat
plov ing di peta nilai yang digunakan dalah sudu putaran tri gonometri.
Jadi, nilai yang itiinjukan irection fin er harus di bah lerlebi dahulu ke dala
trigonom tri menggu akan rumu :
arah Plotting = 60° - (arah Direction F inder)0. •
Met de Relativ Homing
Pada metode in i, referensi 0° berdasa kan arah u tara binni idak aktif, nam n referensi arah adalah arah kepala mobil direction finder.
Modifikasi Par meter Pen ukuran dan Pelacakan
1. Tekan “F7” untuk me ulai modif ikasi param ter. 2. Pilih para eter yang ingin diubah dengan
enggunakan
tanda
panah pada keyboard, kemud an memasukan bebe rapa nilai parameter baru yang i gin diubah, yaitu : •
F ekuensi ya g ingin dil cak (daera jangkauan yaitu 20 2 00 MHz).
44
•
Tuning step /frequency increment (0,1 kHz ; 1 kHz ; 12,5
kHz ;25 kHz; 100 kHz ;1 MHz ; 10 MHz atau 100 MHz). •
Filter (4 kHz, 8 kHz, 15 kHz, 30 kHz, 100 kHz atau 300
kHz). •
Rx Gain {high sensilivty', good linear atau normal).
•
Detection Threshold (120 -OdBm).
•
Mode (A3E untuk modulasi amplitude, F3E untuk arah perambatan frekuensi dan G3E unluk modulasi fasa).
•
Squelch (On / Off).
•
Squelch Threshold (-120 ~ 0 dBm).
3. Tekan "enter" untuk validasi nilai parameter yang ingin diukur. 4. Tekan "'esc" untuk menghentikan proses validasi. Setelah memasukan parameter ini akan didapatkan hasil pengukuran berupa: • Level daya penerimaan (dBm). • Arah Pancaran Gelombang Radio.
45
Blok Diagram : Daftar prioritas pengamatan
Sarana yang digunakan Kanal yang tidak digunakan
Penggunaan kanal
Pendudukan…%
Masukkan untuk alokasi frek. baru
Analisa Tidak sesuai data base perizinan
Sesuai data base perijinan
Direkam sebagai target operasi penertiban
Laporan
Parameter -parameter kinerja sistem :
Alokasi frekuensi radio Rentang pita frekuensi ( band frekuensi) yang digunakan Penetapan (assignment ) pita frekuensi radio / penetapan kanal Penyimpangan frekuensi ( deviasi frekuensi) Bandwidth (lebar pita) Kuat medan (field strength)
46
Effective Radiated Power (ERP) Analisa :
Contoh pengukuran radio siaran FM Rentang pita frekuensi radio 87,5 - 108 MHz Pengkanalan yang digunakan kelipatan 100 kHz Deviasi maksimum ± 75 kHz Level emisi minimum dibawah 60 dB
47
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil pembahasan mengenai Metode dan Penggunaan Perangkat Monitoring Frekuensi pada BALMON Bandung, adalah sebagai berikut: 1.
Stasiun Monitoring Tetap (fixed) memiliki perangkat pelacakan yang lebih lengkap dan jangkauan frekuensi yang lebih luas, tetapi tidak dapat menentukan secara pasti letak dari pemancar ilegal.
2.
Stasiun monitoring Bergerak (mobile) digunakan untuk memonitor frekuensi pemancar yang tidak bisa dilakukan oleh Stasiun Monitoring Tetap, baik parameter atau kepadatan spektrum.
3.
Metode pencarian lokasi pemancar pada BALMON Bandung, yaitu :
Metode Mapping atau Fixed
Metode Relative Homing
4.
Perangkat pelacakan lokasi pemancar pada BALMON Bandung, yaitu:
RAMS ( Remote Automatic Monitoring System)
Pesawat Penerima Miniport Tipe EB100
Direction Finder THOMSON-CSF TRC-801I
Dari ketiga perangkat petacakan tersebut, yang sering dipakai adalah Direction Finder THOMSON-CSF TRC-8011 karena memiliki jangkauan
frekuensi yang lebar dan juga dan teknik pengaturan atas dasar Direction Finder Processor.
5.2
Saran
Untuk lebih mengefektifkan kegiatan monitoring, antara metoda maping atau fixed monitoring dan relative homing harus dipadukan. Pada maping/flxed memerlukan 3 titik pengukuran, oleh karena itu diharapkan untuk memasang alat pemantau di titik yang strategis di wilayah yang dimonitoring. seandainya kita memerlukan data, kita akan langsung mendapatkan dari alat monitoring tersebut. Hal ini akan mempermudah melacak suatu pemancar tertentu. Pada relative homing, permasalahan yang muncul adalah masalah jalan. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan
teknologi GPS, Dan untuk
mempermudah pelacakan, dapat menggunakan suatu strategi yang membuat jaiur jalur monitoring utama untuk pelacakan. Jalur-jaiur ini dipilih berdasarkan jangkauan penerimaan frekuensi, diperhatikan adalah keadaan daerahnya agar line of sight misalnya, dan parameter lain adalah jalur jalan yang mudah dilalui. Dari ketiga alat yang digunakan yang paling efektif adalah directional finder.
49