STUDIO PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KOTA
DISUSUN OLEH: KELOMPOK III Bethesda Bakara Wawa Patricia Sarah Amanda Safira Petty Suryani Suryan i Aulia Maulana Friska J.B.T.
D1031151010 D1031151014 D1031151014 D1031151017 D1031151025 D1031151028 D1031151031 D1031151031
Zarima Mudiatama M. Ardi Fathurrahman Fathurrahman Neri Nuranita Eko Wibowo Rudianto Raka Maulana Saskia Oktrifani Sinaga
SEPTEMBER 13, 2017 UNIVERSITAS TANJUNGPURA
D1031151035 D1031151039 D1031151039 D1031151040 D1031151047 D1031151049 D1031151050 D1031151050
DAFTAR ISI 1.
................................................................................................................................ 2 PENGANTAR. ................................................................................................................................ ........................... 2
................................................................................................................... .................................................................. ................................................. 2 .............................................................................................................................. .................................................................. ............................................................ 3 2.
DINAMIKA EKONOMI DAN EKOLOGI ...................................................................................... 3
............................................. 3 . ................................................................................................................................... ................................................................................................................................... 4 .................................................................................................................................. ...................................................................... ............................................................ 4 ............................................................................................................................. ................................................................. ............................................................ 5 ................................................ ............................................... 6 ...................................................... 6 ............................................................................................................................. ................................................................. ............................................................ 7 3.
DINAMIKA POLITIK DAN EKOLOGI
......................................................................................... .............................................................. ........................... 8 .................................................. 8 ................................................ 8
4.
...................................................................................... ......................... 14 DINAMIKA BUDAYA DAN EKOLOGI ............................................................. .............................................. 14 ................................................... 15 . ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. 16 . .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. 17 ............................................................................................................................... .............................................................................................................................. 17 ........................................................................................................................... ................................................................. .......................................................... 17
............................................................. ... 18 Contoh kajian terkait mengenai “Kota Sebagai Proses” ..........................................................
1
1. PENGANTAR
Proses sering kurang diperhatikan karena bersifat “abstrak”, sedangkan ‘produk buatan’ bersifat konkret (fisik). Padahal sama pentingnya Watak utama kehidupan perkotaan adalah kenyataan ‘perubahan. Berubah jika diberikan waktu : tingkat ambisi, kondisi ekonomi, fungsi-fungsi, serta cara hidup. Kota adalah tempat perubahan berlangsung terus menerus. Peranacanaan kota yang dikatakan berhasil karena memberikan konsentrasi secara bentuk dan struktural. Pada suatu sistem yang berjalalan di dalam ruang dan waktunya yang bersifat dunamis. Dengan demikian, dua hal berikut menjadi jelas:
-
Bentuk sebuah kota tidak akan pernah ‘selesai’ Suatu perancangan kota yang berfokus pada bentuk kota yang terakhir sudah dapat dianggap gagal karena sebuah bentuk kota akan terus menerus dilanjutkan.
-
Bentuk sebuah kota tidak akan pernah ‘sempurna’ Perancangan kota yang berfokus pada bentuk kota yang komplet akan mengalami kegagalan karena sebelum bentuk kota akan terus menerus dikebangkan.
Para perancang kota tidaklah bersifat abstrak karena kota bersifat kokret dan nyata. Seorang perancang sangat bergantung pada ilmu-ilmu yang meneliti morfologi. Kehidupan kota sering disamakan dengan ekologi kota. Tiga dinamika kota yang memiliki hubungan erat dengan ekologinnya Ekonomi Kota
Dinamika
Politik Kota
Ekologi Kota
Buda a Kota
Ketiga hal tersebut tidak bersifat statis
Krisis yang di akibatkan oleh pemahaman tentang nilai-nilai estetika kota, Taman Kota misalnya yang berfungsi sebagai rekreatif dan tidak dipahami secara ekologis sebagai tempat holikultura. Ekosistem bersifat tertutup karena hanya 2
memungkinkan perubahan zat yang sudah berada di dalamnya. Hal nya dengan kota modern, sistem yang di langsungkan dianggap terbuka. Sistem masyarakat perkotaan tradisional bersifat tertutup dengan hanya beberapa sub-perhimpunan dan lokasi tempatnya terbatas. Sedangkan masyarakat perkotaan modern bersifat multi-perhimpunan tanpa banyak perhatian terhadap pembatasan lokasi secara fisik. Pembentukan struktur-struktur perkotaan dapat dilihat dari pembentukan wajah kota hanya sebagai faktor yang sekunder karena sifatnya yang lahiriah dan selalu berubah. Yang perlu di perhatikan hubungan antara bentuk dan struktur, karena dua hal tersebut tidak boleh dibedakan begitu saja perlu dilihat sebgai dua sisi dari sebuah logam yang sama. Sebuah struktur hanya boleh dianggap baik jika terwujud dalam bentuk yang baik. Wajah kota lebih fleksibel dan dinamis daripada tulang kota (Struktur) yang bersifat agak tetap dan statis. Pendekatan yang menganggap proses perancangan kota yang baik formal maupun struktural hanya sebagai sesuatu yang abstrak saja tidak akan berhasil, karena kota bersifat sangat konkret yang perlu di tangkap indra.
Pembuatan sebuah produk membutuhkan suatu proses. Didalam proses tersebut, penting jumlah dan lingkup. Didalam proses tersebut perlu diperhatikan watak kota sebagai jaringan yang bersifat struktural, dimana semua parameter saling mempengaruhi arus balik itulah dinamika yang bersifat ekologis. Di dala dunia alam, proses yang bersifat Ekologis tersebut terjadi secara alamiah. Namun tidak demikian halnya didalam kota yang bersifat artefak(buatan). Berapa jauh perbedaan antara sistem alam dan sistem artefak? Sistem artefak akan merusak alam dengan akibat bahwa sistem alam yang rusak akan merusak sistem artefak. Begitu logika ekosistem: jika alam dihancurkan maka alam akan mengkhancurkan manusia. Penerapan ekologi tidak bersifat suka / tidak suka.
2. DINAMIKA EKONOMI DAN EKOLOGI
Berdasarkan pada ‘sistem hidup’ yang secara dasar ada di mulai dengan perhatian pada system ‘dari dalam kea rah luar’. Alasannya bukan bukan karena pada masa kini cara hidup makin lama makin materialistik. Untuk hidup lebih bermakna, manusia memerlukan arti kehidupan nya yang dengan tepat di dasarkan pada realitas spiritual. Untuk menjalankan pengelolaan hidup tersebut, dibutuhkan sebuah “cara hidup” yang bersifat tradisi atau budaya, kalau istilah tersebut dipakai dalam lingkup luas. System hidup masyarakat tersebut dijalankan dalam 2 situasi yang berbeda, yaitu dalam lingkungan pedesaan (rural ) serta lingkungan perkotaan (urban ). 3
Lingkungan desa berjalan lebih “alamiah” dimana akibat pengaruh kegiatan masyarakat lebih sedikit terhadap keseluruhannya. Lain halnya dengan lingkungan kota yang bersifat lebih “sintetis”, dimana akibat kegiatan masyarakat yang banyak bisa mempengaruhi tempatnya sampai ke dimensi global, sehingga makin lama makin banyak ahli di berbagai macam bidang mengingatkan untuk memperhatikan pengaruh-pengaruh lingkup perkotaan. Pada zama ini, arsitektur yang disamakan dengan urbanisme adalah salah satu bidang keahlian yang paling penting bagi setiap ekonomi nasional, karena dinamika ekonomi perkotaan sudah menjadi masalah yang paling strategis (bagi bangsa maupun para individu) untuk diusahakan dengan baik. Pada dasarnya, dalam dinamika ekonomi kota bisa diamati antara lain 3 faktor pokok yang masing-masing memiliki polarisasi.
Pertama-tama, di dalam perancangan kota perlu diperhatikan bahwa kota sebagai artefak (buatan) didirikan di atas tanah yang bersifat lahan alam. Status tanah sangat tergantung pada potensi kemungkinan penggunaannya. Secara umum alam pada dirinya sendiri tidak dianggap memiliki hak apapun yang perlu dilindungi oleh system hukum, bahkan alam memiliki status sebagai property yang hanya akan dilindungi sejau mendukung system kepentingan ekonomi. Para ahli bertugas memahami dengan baik dinamika ekonomi kota, kemudian memulai mengharmoniskan dinamika tersebut dengan ekologinya. Untuk itu dibutuhkan pengetahuan yang Egenter namakan sebagai anthropology of territoriality. Istilah “teritorium” berfokus pada tanah, sedangkan “antropologi” berfokus pada manusia. Kedua-duanya perlu diintegrasikan, dimana status tanah bergantung pada 2 faktor, Situasi topografi Pembentukan tanah secara alami tidak sama disetiap tempatnya. Tanah alam memiliki potensi ekonomi yang berbeda pula.
-
Interfensi manusia Interfensi manusia terhadap tanah juga perlu diperhatikan. Kebanyakan faktor yang menentukan status tanah secara ekonomi diciptakan, diurus, serta dikontrol oleh manusia sediri, misalnya penentuan dimana diletakkan jalur pergerakan/perdagangan serta penghubungannya, lalu bagaimana tata guna lahan, dimana pusat-pusatnya dan seterusnya.
-
Biasanya di bidang ekonomi nilai-nilai dibagi dalam 2 pendekatan dasar, yaitu nilai pakai (use value ) dan nilai tukar (exchange value ).
4
Nilai pakai (use value ) Pendekatan ekonomi ini berfokus pada semua kriteria yang berhubungan dengan nilai penggunaan sebuah tempat secara langsung, misalnya rumah sebagai tempat huni. Nilai tukar (exchange value ) Perlu diperhatikan dinamika ekonomi yang mementingkan pendekatan tersebut, karena keuntungan finansial yang bisa dihasilkan secara langsung biasanya selalu lebih tinggi, kalau nilai tukar lebih diperhatikan daripada nilai pakai, sehingga muncul sebuah hierarki nilai-nilai yang sering mengakibatkan ketegangan di dalam realitas konteks perkotaan.
Setiap dinamika ekonomi kota berjalan di dalam 2 tingkat yaitu tingkat lokal dan global. Dalam menjalankan proses pembangunan kota dibutuhkan sumbersumber (resources ), baik dari segi bahan mentah, teknik, maupun energi, maka para perancang kota juga perlu mengetahui system produksi bangunan ( building production ) yang ada di dalam kota modern dan bagaimana pengaruhnya terhadap lingkungan. Tingkat lokal Di setiap daerah dikembangkan cara pembangunan sesuai kondisi iklim dan lingkungannya, maka dapat diistilahkan dengan kata “tradisi pembangunan” (sustainable, vernacular building ) di dalam daerah tersebut. Masih ada banyak manfaatnya jika rumah/kota tradisional diteliti dengan baik tidak hanya dari aspek sejarah dan antropologi, melainkan juga prinsip-prinsip yang berfungsi di dalamnya secara arsitektural. Tingkat global Dalam pembangunan kota ada naggapan bahwa tingkat global lebih ekonomis daripada tingkat lokal. Jika semua diperhatikan anggapan tersebut tidaklah benar. Jaman modern memperkenalkan 3 sistem baru yang semuanya bersifat global, yaitu : 1. 2. 3.
sistem sistem sistem
baru baru baru
Kelompok sistem tersebut hanya dianggap ekonomis karena dilangsungkan dalam skala besar dan luas. Sudah tiba saatnya untuk menerapkan pembangunan kota secara lebih efektif dan ekonomis dengan memprhatikan sumber serta ekosistemnya. Dalam hal ini sangat
5
dibutuhkan penyesuaian sistem global sesuai kriteria jelas yang disamakan dengan tingkat lokal secara terpadu.
Efisien ≠ Efektif
Tepat/sesuai untuk mengerjakan sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, biaya. →
→
Sebuah akibat/pengaruh.
Dalam proses perancangan kota tidak cukup jika hanya fokus pada proses efisien malainkan diperlukan juga sebuah keefektifan. Dengan kata lain dalam sebuah proses prancanga tersebut telah mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dimasa mendatang.
Dinamika hubungan antara potensi pengambilan keputusan dan perkembangan biaya. Hubungan kedua faktor tersebut bersifat resiprok yang dimana pada awal proyek kemungkinan untuk mengambil keputusan lebih tinggi dari pengeluaran biaya dan sebaliknya. Dampak dari proses tersebut memang telah diakui tetapi hasil produk dari proses ini sering kurang efektif. Biasanya proses tersebut hanya menekankan jangka waktu dari permulaan perencanaan proyek sampai dengan penyelesaian. Lingkup proses pada tahap tersebut belum selesai baik dalam segi ekonomi maupun ekologi. Untuk pembahasan lingkup yang lebih luas ini berfokus pada keseimbangan (sustainability ) sebuah produk. Kesinambungan memperhatikan implikasi pembuatan produk baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya. Dalam dinamika tersebut, tahap keputusan-keputusan yang diambil sebelum suatu proses perencanaan dan perancangan dimulai sangatlah strategis karena pengaruhnya terhadap proses selanjutnya paling besar saat ini, sementara biaya yang dibutuhkan masih sangat kecil. Oleh karena itu, efeknya untuk masa depan paling besar justru pada saat memperhatikan kesinambungan proyek. Tahap strategis tersebut diberikan istilah “Tahap 0” (nol). Bedasarkan dinamika tersebut, ahli tata kota Per Krusche mengembangkan teori baru mengenai pembangunan kota secara efektif yang sekaligus ekonomis dan ekologis. Teori tersebut berfokus pada (urban sustainable network ). Konsep di dalam strategi tersebut menarik karena kota dipahami secara efektif sebagai (self regulating network system ).
6
Subsistem-subsistem membutuhkan sistem perancangan kota yang memperhatikan banyak pengetahuan dari berbagai bidang secara terpadu. Tetapi pada kenyataanya, sering terjadi bahwa para ahli menjadi buta terhadap proses mengoptimalkan sistem-sistem, karena kurang mampu berpikir secara terpadu. Maka, sangat dibutuhkan prancangan kota secara interdisipliner. Menurut Krusche, usaha membangun kota dengan cara tersebut tidak bergantung pada potensi keuangan, melainkan pada inteligensi yang terwujud dalam rasa kebersamaan manusia-manusia yang terlibat dan disertai dengan kemauannya yang keras.
Semakin lama, banyak investor/developer mengamati kompleksitas dinamika pembangunan ekonomi kota, karena efisiensi proses pembamgunan sering terwujud dengan pola yang belum efektif karena kurangnya diperhatikan dinamika ekologi kota. Pihak yang hanya berfokus pada spekulasi, mengingkari masalah tersebut dengan mementingkan keuntungan sendiri. Tingkah laku tersebut sudah terbukti sering gagal dan berbahaya karena sikap seperti itu sering menghasilkan kualitas yang rendah. Karena pengalaman yang pahit ini, pihak invertor/developer siap memperhatikan efektivitas sebuah proyek dalam jangka waktu yang lebih panjang dan mulai sadar bahwa dibutuhkan gagasan baru serta pendekatan-pendekatan nonkonvensional untuk mengatasi masalah di dalam dinamika pembangunan perkotaan. Semakin lama, semakin banyak perusahaan industry banguna mengakui adanya keuntungan dari pembuatan desain yang berkualitas tinggi. Mereka lebih siap mengerjakan para ahli yang bermutu tinggi karena pembangunan kota dalah bisnis besar yang membutuhkan pengetahuan luas dalam tingkat mikro (bangunan) maupun makro (kota). Tantangan tantangan itulah yang akan dihadapi oleh ahli perancangan kota utnuk menyiapkan pengetahuan serta keterampilan yang luas kepada mereka yang semakin lama semakin banyak membutuhkan.
7
3. DINAMIKA POLITIK DAN EKOLOGI
Perbedaan motivasi ekonomi perkotaan memunculkan banyak perbedaan kriteria yang akan menyebabkan ketegangan antara masing-masing kriteria tersebut. Jadi, sudah jelas bahwa kemampuan dinamika sangt terbatas untuk ditasi oleh diri sendiri, karena masing-msing akan tergantung pada setiap peran yg terlibat, dan akan sering tidak seimbang. Oleh karena itu, butuh suatu sistem yg lebih luas pandangannya terhadap masalah tersebut dengan memperhatikan peran yang terlibat. Sistem pengelolaan ini disebut “politik”. Istilah “politik” dapat dirumuskan dengan arti ‘kebijakan; cara bertindak dalam menghadapi atau menangani suatu masalah’. Ini sangat dibutuhkan dalam pembangunan kota karena proses tersebut adalah pelaksanaan keputusan dari individu atau kelompok . Pembangunan kota adalah tugaas yg bersifat politis. Pelaksana tugas tersebut tidak hanya dikerjakan oleh badan eksekutif saja tetapi dengan mendukung berbagai kecenderungan yang positif. Ahli kota berpandangan bahwa orientasi yang dibutuhkan didalam pembangunan kota adalah politik berdasarkan ekologi kota. Pada abad ke-21 dunia akan menghadapi dua tantangan utama yaitu kemiskinan serta polusi. Jika demikian, lebih baik dilaksanakan politik yang berorientasi pada ekologi kota, baik dari segi dinamika sosialnya maupun dinamika alam seluas luasnya.
Pelaksanaan pembangunan kota yang baik memerlukan sebuah pelaksanaan perancangan kota yang baik juga. Dalam pelaksanaan perencanaan kota secara baik dan bersifat sangat abstrak perlu didampingi oleh perancangan yang memperhatikan kota secara fisik. Agar pelaksanaan pembangunan kota berlangsung secara efektif, maka memerlukan pendekatan dengan efektif. Ada tiga aspek yang paling pokok di dalam kota, yaitu : 1. : rupa dan struktur kota yang ersifat fisik 2. : sistem dan proses kehidupan perkotaan 3. : keberadaan dan kegiatan manusia perkotaan Manfred Konukiewitz menegaskan untuk melaksanakan suatu politik yang efektif di dalam pembangunan kota dibutuhkan perubahan pendekatan terhadap tiga aspek pokok, yaitu : 1. Hardware nya perlu diubah. Rupa dan struktur perkotaan massanya perlu di modifikasi dengan lebih efektif dengan memperhatikan dinamika yang berada didalam kota. 8
2. Software nya perlu diubah. Pelaksanaan cara kehidupan kota perlu diarahkan pada perancangan dan pengelolaan pembangunan yang lebih efektif dengan memperkenalkan suatu ekonomi kota sesuai dengan ekologi kota. 3. Sikap para pelakunya perlu diubah. Memerlukan sikap baru terhadap sumbernya serta memahami dengan jelas impilkasi-implikasi pemakaian sumber tersebut bagi individu maupun masyrakat. Oleh sebab itu, pemerintah harus sadar bahwa mereka tak dapat melakukan hal tersebut sendiri, melainkan harus menerapkan secara tegas suatu strategi katalisator yang memperhitungkan potensi oihak swasta, baik bagi investor formal dan informal, dengan mengerjakan sesuatu lingkungan yang menarik bagi mereka untuk diterapkan. Agar dapat berjalan dengan efektif maka dibutuhkan suatu pelaksanaan yang progresif dengan memperhatikan tiga kriteria pokok, yaitu : , yaitu sikap terhadap pelaksanaannya. Artinya tujuan serta strategi harus jelas sebelum pelaksanaannya dimulai. Dalam realitas pelaksanaan, diamati dua masalah yaitu : Tujuan perencanaan kurang jelas mengakibatkan pelaksanaannya pembangunannya bersifat liar. Tujuan perencanaan sudah jelas, tetapi strategi pelaksanaannya kurang jelas sehingga di lampaui oleh dinamika tujuan lain.
Jadi diperlukan sikap aktif yang melaksanakan suatu strategi secara efektif untuk menghasilkan tujuan-tujuan perencanaan tertentu. Sikap aktif secara khusus perlu diambil pada lima parameter, yaitu :
-
Tata guna tanah (land-use) Bentuk bangunan dan sisa lahan (building form and missing) Prasarana teknis dan sosial (technical and social infrastructure) Lalu lintas, sirkulasi, parkir, pedetrian (traffic, parking) Ruang publik (public space)
Ada lima pedoman yang perlu diperhatikan dalam perkembangan pembangunan kota :
-
Persiapan ruang gerak untuk perkembangan kemasyarakatan Pemakaian sumber (resources) yang dipertanggungjawabkan Penguatan tipologi kegiatan/penggunaan yang bersifat lokal Interaksi antara berbagai perbedaan guna tanah Perlindungan terhadap tipologi guna tanah yang terancam
, Eko Budihardjo mengutip tentang tiga kategori wahana produksi pokok yang berada didalam pembangunan kota, sebagai berikut:
9
-
-
-
Industrial: mengacu pada kegiatan pembangunan secara masal dan padat modal, dengan hubungan antara konsumsi dan produksi yang ditentukan oleh mekanisme pertukaran komersial dan harga pasar. Manufakturing: mengacu pada aktivitas berskala terbatas, yang merupakan percampuran antara investasi/modal dan pemanfaatan tenaga secara padat karya. Artisanal: merupakan aktivitas padat karya yang berwawasan lokal, dimana sering kali konsumen sekaligus merangkap juga sebagai produsen.
Pada dinamika terseut pelaksanaan yang efektif perlu diperhatikan secara kualitatif misalnya dinegara-negara berkembang 70% unit rumah dibangun oleh ektor informal. Keterbatasan perhatian sering terjadi dalam perancangan kota. Karena perkembangan kota diutamakan secara industrial. Dinamika tersebut diakibatkan oleh jumlah biaya yang bersifat resiprokatif. Tujuan intervensi politis serta cara pelaksanaan pembangunan kota akan sangat berbeda sesuai konteks formal atau informal. Intervensi politis didalam pelaksanaan sekotr formal difokuskan pada empat penekanan: 1. Persyaratan sistem susunan pembangunan yang memiliki kaitan yang baik didalam lingkukan makro. 2. Pengawasan sistem dan lingkup prasarana serta implikasi pada konteknya. 3. Dukungan sistem teknik pembangunan yang tepat guna dan ekologis. 4. Pengurusan sistem keseimbangan dampak keuntungan atau kerugian perkotaan antara pihak swasta dan negri. Penekanan dalam sektor informal difokuskan pada empat intervensi: - Menyusun sistem ruang atau masa secara minimal tetapi jelas - Persiapan sistem prasarana yang minimal tetapi efektif - Dukungan sistem teknik pembangunan tepat guna dan lokal - Bantuan sistem pemberian modal yang tepat - Motivasi untuk memperbaiki wawasan kota tergantung pada rasa ‘memiliki masa depan yang baik’. Pelaksanaan pembangunan kota secara efektif memerlukan suatu pelaksanaan perancangan kota yang bertindak dinamis dan memperhatikan aspek secara terpadu.
Berfokus pada suatu control desain dengan memperhtikan batasan-batasan pembangunan dengan kriteria minimal atau maksimal.
10
Secara umum pelaksanaan diatur dalam empat rencana peraturan-peraturan antara lain. -
Rencana Rencana Rencana Rencana
tata guna lahan (pen-zoning-an) lalu lintas prasarana bentuk bangunan
Tujuan system control perancangan kawasan kota dan bangunan.
-
Ketinggian bangunan Fungsi bangunan Kepadatan massa/ruang Akibat lalu lintas Pencahayaan dan ventilasi ruang public Keamanan Gangguan lingkungan
1. Pengertian terhadap ruang perkotaan Banyak aparat pelaksana perancangan kota menganggap perhatian dan tekanan terhadap ruang perkotaan sebagai sesuatu yang tidak penting. Konsep pemahaman terhadap untuk mengintegrasikan watak regional tertentu didalam perancangan perkotaan. Ungkapan seperti ini yang menjadi perhatian bagi para perancang dan pengelola perkotaan di Asia Tenggara untuk memahami konsep ruang didaerah ini sebagai landasan yang baik dan potensial bagi perkembangan perkotaan. 2. Pemakaian Ruang Perkotaan Dibutuhkan pendekatan lain yang memperhatikan secara mendalam pemakaian ruang perkotaan karena suatu rancangan perlu menjawab secara fisik dinamika-dinamika dari kebutuhan lingkungan. 3. Pembentukan Ruang Perkotaan Kehidupan dikota seperti dikehidupan lain dibumi ini berlangsung didalam dimensi ruang dan waktu, oleh karna itu tidak boleh dianggap statis. Dibutuhkan pendekatan dinamis yang mampu mengintegrasikan perubahan yang inovatif bukan sebagai sesuatu yang merusak lingkungan melainkan fungsi sebagai interaksi dan penambahan arti bagi lingkungan secara baik. 4. Pelaksanaan didalam Ruang Perkotaan Berfokus pada pelaksanaan perancangan dan pengelolaan tertentu kedalam realitasnya , hanya bersifat sebagai suatu keinginan saja jikalau rancangannya tidak dapat diterapkan didalam realitasnya. Oleh karna itu 11
dinegara Indonesia banyak perancang dan pengelola kota dipengaruhi oleh para investor dan politikus. Terdapat Empat kriteria yang paling penting dalam perancangan dan pengelolaan kota sesuai kompleksitasnya : A. Kriteria 1: Istilah ‘tipologi’ secara arsitektural biasanya dipakai pada tingkat makro, yaitu tipologi bangunan, secara tipologis dibedakan bangunan secara fungsional, misalnya rumah sakit museum, rumah tinggal, dll). Sedangkan tipologi arsitektural pada tingkat makro yaitu tipologi perkotaan. B. Kriteria 2: Morfologi dirumuskan secara luas sebagai penataan/susunan atau pembentukkan objek atau system. Artinya didalam lingkungan perkotaan, kawasan kota sebagai objek yang besar perlu dipahami sistemnya, baik dari luar maupun dari dalam secara arsitektural. Dengan kata lain morfologi sebagai kriteria yang menekankan tata ruang perkotaan dan massanya serta aspek-aspek hubungannya. C. Kriteria 3: kriteria yang mencangkup hubungan perkotaan, baik mikro maupun makro.
dengan
segala
aspek
D. Kriteria 4: Identitas berfokus pada jati diri kawasan perkotaan. a. Identitas individu (gedung) sebagai objek yang kecil. b. Identitas individu (kawasan) sebagai bagian objek yang besar. Empat tahap dalam pelaksanaan perancangan. A. B. C. D.
Tahap 1. Tahap 2. Tahap 3. tahap 4.
strategi dasar di dalam proses pelaksanaan perancangan kota antara lain: 1.
sering dipakai di daerah suburban atau daerah di mana kebanyakan kawasan akan dibongkar atau belum dibangun. 2. strategi ini sering dipakai di pusat kota atau daerah, di mana kebanyakan kawasan sudah 12
dibangun dan tidak dapat dibongkar secara langsung atau secara keseluruhan sehingga lebih cenderung pada renovasi kawasan (khususnya di pusat). Cara pendekatan atau metode perencanaan menurut antara lain : a. atau peremajaan menyeluruh mulai dari pembongkaran sarana dan prasarana. b. yakni upaya peningkatan kualitas lingkunganya tanpa menimbulkan perubahan yang berarti dari struktur fisik kawasan tersebut. c. , upaya untuk memelihara suatu tempat (lahan, kawasan, gedung, atau kelompok gedung berserta lingkungannya) sehingga makna tempat tersebut dapat dipertahankan. d. upaya untuk mengembalikan kondisi suatu bangunan atau kawasan yang telah mengalami kerusakan sehingga dapat berfungsi kembali. e. upaya untuk memelihara dan melestarikan monument, bangunan atau lingkungan serta mencegah terjadinya proses kerusakan. f. upaya mengubah beberapa bagian dari bangunan agar berfungsi sesuai dengan kebutuhan. g. mengembalikan/memasang unsur-unsur yang telah ada ke unsur asli. h. , mengembalikan kondisi yang rusak parah ke wujud semula. 3. dalam arti luas yaitu tambahan penghasilan yang diberikan untuk memperbesar gairah kerja.
13
4. DINAMIKA BUDAYA DAN EKOLOGI
Walaupun bermacam macam budaya akan berlangsung dalam satu kota, namun secara global dan lokal pada dasarnya kota memiliki tiga arti
Kampung halaman
Kota sebagai tempat Bengkel / warung
Panggung
Sebuah kota harus memiliki potensi yang kuat untuk tiga aspek perkotaan, yaitu
Memiliki potensi identitas yang kuat sebagai tempat hidup bagi penghuni yang banyak, Sebagai tempat yang memungkinkan kegiatan perkotaan yang banyak dan bermacam macam Sebagai tempat yang baik untuk kerja dan jual beli
Untuk mencapai sebuah kota yang memiliki semua potensi tersebut, dibutuhkan lingkungan yang sehat berdasarkan asas asas ekologis yang memungkinkan kualitas hidup yang baik secara menyeluruh untuk saat ini dan masa depan. Dalam proses pembangunan lingkungan yang baik, menurut Shadrach Woods, pada dasarnya dibutuhkan tiga langkah berikut: 1. Penciptaan lingkungan yang baik dimulai dengan memikirkan kriteria atau tempat tertentu pada waktu tertentu. 2. Kemudian, pelaksanaan penyusunan tersebut dilangsungkan berdasarkan yang berlaku secara baik dan jelas. 3. Akhirnya perwujudan sistem hubungan tersebut akan dibentuk melalui , yaitu melalui massa dan ruang.
14
Implikasi masalah lingkup informasi dan parameter kriteria perlu dipahami secara baik sehingga bisa diambil cara pikir terhadap penyusunan kota secara benar dan sehat berdasarkan sistem ekologi yang luas.
Memberikan perhatian pada morfologi kota dari segi budaya dan alam serta bagaimana pemakaian alat ‘bahasa struktural’ di dalam perancangan kota merupakan hal yang penting. Christoper Alexander telah memberikan dua kontribusi ilmiah yang sudah menjadi sebuah teori klasik didalam bidang perancangan kota, yaitu:
The city is not a tree (kota bukan pohon) Setiap perancangan kota perlu difokuskan pada struktur yang luas dan rumit, agar sistem kehidupan yang akan dijalankan di dalamnya lebih efektif dan tepat. A pattern language (bahasa berpola) Alexander tidak menawarkan suatu teori perancangan kota yang baru, melainkan hanya suatu bahasa beserta polanya yang memungkinkan mengembangkan teori teori yang tepat sesuai konteks dan tujuan konkret yang hendak dicapai.
Setelah sistem hubungan dibahasakan dengan memakai bahsa struktur (language of structure) akhirnya sistem hubungan tersebut akan dibentuk melalui ekspresi yang konkret, yaitu melalui massa dan ruang. Cara membangun massa perkotaan (dinamika alam). Kota yang sifatnya ekologis memperhatikan teknologi pembangunannya yang menggunakan bahan bahan dan energi secara efektif. Pembangunan perkotaan yang bersifat ekologis akan memperhatikan ekosistem yang berlangsung baik, baik pada materi maupun energi. Cara membangun ruang perkotaan (dinamika sosial). Kota yang bersifat ekologis memperhatikan sosiologi pembangunannya yang menggunakan ruang secara efektif.
Ada yang berfikir bahwa proses Perancangan dimulai pada saat semua Ide dan pikiran terhadap Masalah tertentu cukup terwujud, sehingga tugas Perancangan hanya Fokus pada Penerapan Ide dan Pikiran kedalam Desain.
15
Bahwa biasanya para Ahli Perancangan tidak mungkin berada dalam posisi yang kuat untuk mendiktekan sesuatu karena dia hanya ditugaskan oleh pihak lain. Akan tetapi agak Naif bahwa pihak Penguasa yang belum mengerti dimensi Perancangan akan mampu memberikan Landasan yang baik itulah tugas para ahli perancangan dalam kerja sama dengan pihak penguasa untuk menemukan Landasan yang benar.
Chombart de lauwe menjelaskan untuk saat tidak ada Antropologi dan Arsitektur yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Perkotaan dimasa depan. Dinamika perkembangan hubungan antara manusia dan ruang ternyata merupakan upaya bersifat interdisipliner. a. Penelitian Memahami Masalah Menemukan Solusinya
b. Pendidikan Mengkomunikasikan masalah Mengajarkan Solusinya kepada orang lain
c. Pengabdian Menangani masalah Membantu orang lain menerapkan solusinya
Mengamati bahwa sejak tahun 1970 Ilmuwan dari disiplin ilmu social psikologi dan social antropologi banyak menyumbangkan pikiran yang berguna. Memang sudah ada Arsitek yang terlibat dalam penelitian ,namun sampai saat ini kebanyakan penelitian arsitektur dilakukan dalam bidang sejarah Arsitektur dan bidang sejarah kesenian arsitektural. Sebagai seorang antropolog dan arsitek, Mold Egenter mengamati bahwa ilmu arsitektur belum mengembangkan bidang penelitian berdasarkan ilmu arsitektur sendiri. Para Arsitek harus melihat kota dari dua sisi, harus beranjak modern tapi tetap mempertahankan akar budaya. Munculnya Modernisasi tidak bisa dihindari, karena penemuan bangunan dan teknologi baru harus dirangkul. Namun ,akar warisan budaya harus kuat. Aritektur sebagai warisan budaya tidak sekedar wujud fisik, tapi punya akar budaya sebagai jenius local. Menurut Georg banz memberikan alasan ia mengamati bahwa setiap keputusan yang diambil oleh manusia berkembang dari pengalaman terlebih dahulu.
16
Artinya jumlah artefak perkotaan adalah akibat akumulasi keputusan individu atau kelompok yang telah disetujui. Kontribusi tersebut didasarkan pada hubungan yang ada dalam kota karena semua penelitian ilmiah bermula dari mencari pola. Amos Rapoport mengingatkan bahwa dalam konteks arsitektur, hubungan yang relavan adalah bersifat lateral dan bukan linear.
Nold Egenter mengamati bahwa ahli arsitektur tidak dilatih dan menguasai kapasotas ilmunya. Menurutnya kebanyakan mahasiswa arsitektur hanya diajar untuk Menggambar,merancang, serta menciptakan . Masalahnya kecenderungan didalam system pengajaran yang memberikan solusi atas suatu hal ,sementara para pelajar belum siap untuk menanyakannya. Akibat ,para pelajar hanya akan menerima banyak pengetahuan tanpa pengertian implikasi didalam konteks pikiran pribadinya. Jika demikian, tantangan dalam system mengajar/belajar dibidang arsitektur perkotaan tidak terletak pada suatu system yang memberikan sebanyak mungkin informasi dan komunikasiterhadap pengetahuan.
Penelitian dan Pendidikan tidak dilakukan untuk diri sendiri saja melainkan untuk memahami lingkungan dunia lewat sumber masing-masing. Potensi perguruan tinggi secara umum belum dimanfaatkan secara optimal dalam lingkungan karna konsep dan strategi yang diterapkan dalam pengabdian sering sempit. Bagaimana mungkin dapat membantu masyarakat melalui bidang arsitektur kota? 1. 2. 3. 4.
Lingkup bantuan Pendekatan bantuan Pelaksanaan bantuan Strategi bantuan
Budaya tidaklah independen atau berdiri, melainkan bahkan berlangsung dalam ekosistem. Budaya tidak memiliki sumber dari diri sendiri, melainkan berdasarkan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Dengan demikian, para perancang kota membutuhkan pemahaman yang baik terhadap implikasi budaya dalam pembangunan perkotaan terkait criteria, system dan ekspresi perkotaan.
17
Contoh kajian terkait mengenai “Kota Sebagai Proses”
Hubungan ekonomi kota dengan ekologi kota Status tanah Situasi topografi dan Interfensi manusia pada awal mula terciptanya venesia: Venesia terletak di tengah-tengah laguna di ujung barat laut Laut Adriatik, menghubungkan sebanyak 118 pulau. Sungai-sungai yang mengalir ke laut di dekatnya membawa banyak endapan lumpur ke perairan yang dangkal di pesisir. Pasang surutnya gelombang dan arus di tempat ini menyebabkan terbentuknya serangkaian beting pasir yang melingkungi laguna yang tenang. Panjang laguna ini kira-kira 51 kilometer dan lebarnya 14 kilometer. Tiga celah sempit di antara beting-beting pasir ini memberi jalan untuk lewatnya gelombang pasang setinggi satu meter dan untuk lalu lintas laut. ”Selama berabad-abad,” kata sebuah sumber, ”laguna itu menjadi terminal untuk lalu lintas perdagangan yang ramai bagi kapal-kapal yang berlayar di Laut Adriatik atau yang turun dari Eropa Tengah atau Utara melalui sungai atau rute kafilah.” -
Para pakar berpendapat bahwa kota itu sudah ada antara abad kelima dan ketujuh M, pada waktu gelombang-gelombang penyerbuan orang barbar menyapu dari utara, membakar rumah dan menjarah penduduk di daratan utama. Orang-orang melarikan diri dari para penjarah, banyak yang bersembunyi di pulau-pulau laguna yang sulit dijangkau tetapi lebih aman. Dokumen-dokumen kuno menunjukkan bahwa pembangunan pertama di tempat ini dilakukan di atas fondasi tiang-tiang yang dipancangkan ke dalam lumpur dan diikat dengan anyaman ranting-ranting atau buluh. Belakangan, orang-orang Venesia membangun rumah-rumah batu di atas fondasi ribuan tiang kayu. Sementara itu, Kepulauan Rialto di laguna itu, yang belakangan menjadi pusat kota, sering terendam air dan tidak cukup kuat ataupun cukup besar untuk menampung arus pemukim. Air harus dikeluarkan dari kepulauan itu dan daratan diperluas dengan menggunakan sistem reklamasi tanah yang primitif. Jadi, penduduknya menggali terusan untuk lintasan perahu mereka dan memperkuat kepulauan tersebut agar gedung-gedung yang lebih memadai dapat dibangun. Jembatan-jembatan dibangun di atas kanal-kanal untuk mempermudah para pejalan kaki melintas dari satu pulau ke pulau lain. 18
Hierarki nilai Setelah Imperium Romawi di Barat jatuh, kepulauan di laguna tersebut berada di bawah kendali Imperium Bizantium yang ibu kotanya Konstantinopel, sekarang Istambul. Akan tetapi, penduduk laguna memberontak dan memproklamasikan kemerdekaan mereka. Alhasil, Venesia menjadi apa yang digambarkan sebagai ”daerah merdeka kecil” yang istimewa, ”yang terletak di antara dua imperium besar”, Imperium Frank dan Imperium Bizantium. Situasi yang unik tersebut memungkinkan kota ini berkembang dan menjadi makmur sebagai penyedia ”jasa perantara jual-beli” besar-besaran. Tingkat struktur Venesia merupakan salah satu kota yang direncanakan pembangunannya. Menurut Pierre Lavedan, created city atau ville cree merupakan kota yang didefinisikan menurut cara pandang penguasa sejak periode klasik hingga abad 19. Kota tersebut ditujukan untuk kepentingan pertahanan, hegemoni kekuasaaan, kesenangan, dll, sesuai kebutuhan penguasa. Semenjak runtuhnya kekaisaran Romawi, seluruh kehidupan perkotaan punikut hancur dan digantikan dengan kembalinya budaya pedesaan. Maka dari itu hingga abad 11 perencanaan tidak dibutuhkan lagi. Di akhir abad 10, keadaan pedesaan mulai tidak aman dan para budak menuntut para bangsawan untuk melindungi mereka pada benteng-benteng pertahanan. Semenjak itu kegiatan perekonomian bangkit kembali. Setiap kota menjadi pusat-pusat kegiatan ekonomi. Para bangsawan dan pimpinan gereja melihat peluang dengan adanya pusat-pusatkegiatan ekonomi tersebut. Sehingga di abad pertengahan (11,12,13) semua kota dibangun dan berhubungan dengan kegiatan perdagangan, pemasaran, danpertahanan. Mulai dari abad 8 hingga 12, sebagian besar kota-kota berpusat pada gereja. Di abad 15, terjadilah zaman Renaissance yang merupakan suatu zaman kebangkitan kembali budaya klasik Yunani dan Romawi kuno. Perhatian akan seni dan kemanusiaan sangat terlihat di zaman ini, yaitu melalui desain-desain arsitektu rbangunannya. Namun perencanaan kotanya hanya sebatas bersifat artistik saja. Bentuk dan pola masih tetap sama, namun keindahan kotanya lah yang paling ditonjolkan. Pada masa Renaissance muncul beberapa konsep perencanaan kota. Salah satu yang paling mrnonjol adalah desain kota dengan konsep gaya sumbu. Suatu kota harus memiliki garis tengah sebagai pengatur. Maka dari itu penggunaan lapangan umum dan alun-alun sangat dianjurkan oleh para perencana. Salah satu contohnya adalah Piazza San Marco di Venesia. Pertumbuhan kota Venesia dapat dilihat dari bangunan-bangunan bertingkat yang pembangunannya kearah vertical. Salah satu bangunan di Venesia yang
19
memiliki lantai banyak yaitu Bell tower, gereja dan Istana Doge serta San Marco square.
Hubungan politik kota dengan ekologi kota
Periode I: masa dimana Venesia masih berada di dalam Zaman Klasik dan baru pertama kali ditempati oleh para imigran yang mengungsi ke daerah Rialto, Venesia. Aspek dominan yang muncul pada saat ini adalah peperangan. Periode II: Setelah tiga abad kemudian, Venesia mulai dikuasai oleh Bizantium dan mengalami pekembangan dalam infrastruktur kotanya, yaitu pelabuhanpelabuhan. Semenjak itu, Venesia memiliki pusat-pusat perdagangan baru. Periode III: di abad ke-9, kegiatan perdagangan semakin terfasilitasi oleh keberadaan jembatan-jembatan yang menghubungkan antar daratan di Venesia. Oleh karena itu, aspek dominan yang mempengaruhi pada periode ini adalah transpotasi. Periode IV: Memasuki Zaman Renaisans, perkembangan kota didominasi kembali oleh pengaruh politik sehingga membuat bentuk kota manjadi lebih terstruktur, mengikuti gereja-gereja yang ada. Perkembangan selanjutnya, gereja-gereja tersebut menjadi daya tarik wisata bagi para wisatawan.
Setelah meninjau dari keempat periode perkembangan Kota Venesia tersebut, dapat diketahui bahwa secara garis besar aspek dominan yang menentukan perkembangan kota ini adalah politik. Hal ini dikarenakan, pada setiap periode selalu ada unsur politik kekuasaan yang memberi efek pada perluasan wilayah serta aktivitas masyarakat kotanya. Hingga pada akhirnya, bentuk kota beralih berdasarkan pengaruh dari pemimpin kota pada masa itu. Hal ini pula yang menyebabkan pola jalan di Venesia yang mulanya memiliki pola jalan yang irregular menjadi grid akibat semakin terpolanya bentuk kota serta beragamnya transportasi air di kota venesia setelah memasuki Zaman Renaisans.
Sebagian besar, masyarakat yang tinggal di kota Venesia bermata pencaharian sebagai pedagang. Adanya sungai-sungai tersebut membantu masyarakat kota Venesia untuk melakukan kegiatan perdagangan. Venesia sendiri merupakan pusat perdagangan paling makmur dan kaya di peradaban, sehingga dapat dipastikan bahwa kegiatan perdagangan sebagai sumber penyumbang perekonomian terbesar di kota ini. Kebudayaan yang ada di Venesia salah satunya mencakup perkembangan di bidang sastra dan seni yang berdasarkan sumber-sumber klasik. Selain itu, adanya 20
panutan paham yang menganggap segala sesuatunya anggun, perkembangan gaya perspektif dalam seni lukis, dan kemajuan ilmu pengetahuan semakin memperkuat dari perkembangan seni dan sastranya. Banyaknya gereja katedral di kota ini menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Venesia beragama protestan maupun katolik. Banyaknya Bangunan keagamaan dan GerejaGereja membuktikan pentingnya kehadiran dan praktik keagamaan dan tindakan Dari ordo monastik di Venesia. Secara keseluruhan mayoritas penduduk Venesia adalah Katolik Roma Ortodoks. Kota Venice adalah ibukota provinsi Veneto, Italia. Hal ini diberi julukan dari “Ratu Adriatik”. Sembilan puluh persen dari rakyat Venesia beragama Katolik Roma. Sisanya terdiri dariorang Yahudi, Muslim, Ortodoks dan Katolik Ritus Timur. Keyakinan di Venesia merupakan supranatural umum dari Gereja Katolik sebagai kepercayaan yanglebih tua. Pada akhir abad ke-19, kehidupan di Venesia sangat menarik, banyak industriindustri yang berkembang, perluasan perdagangan melalui laut, jembatan kereta api yang menghubungkan daratan, memperluas kanal-kanal sungai, membangun jalan di pusat kota serta pertumbuhan pariwisata yang begitu pesat, karena memang Venesia menjadi rujukan wisatawan setiap tahunnya. Namun hal yang sangat disayangkan oleh penduduk setempat, adalah kebersihan kota mereka yang semakin memburuk setiap tahunnya, banyak turis wisatawan asing yang membuang sampah sisa hasil makanan dan minuman secara sembarangan dan tidak pada tempatnya, sehingga menyebabkan penduduk setempat turuntangan untuk membersihkan sampah mereka, itu sangat tidak sesuai denganbanyaknya wisatawan yang masuk setiap tahunnya Pada abad ke-20, perindustrian lebih banyak difokuskan ke daerah daratan. Setelah Perang Dunia ke-2, kilang minyak, material logam, plastik dan pabrik kimia yang dibangun di daerah Marghera menciptakan ribuan lapangan kerja bagi masyarakat Venesia. Banyak tenaga kerja yang terserap akibat dari persebaran industri yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi Venesia meningkat.
21