BAB 1 PENDAHULUAN
Ledakan penduduk masih menjadi masalah di beberapa negara dan dan pengg penggun unaa aan n kont kontra rase seps psii merup merupak akan an sala salah h satu satu solus solusii untu untuk k memb membat atas asii kela kelahi hira ran. n. Peng Pengeta etahu huan an meng mengena enaii cara cara memi memilih lih jeni jenis s kont kontra ras sepsi epsi
yang yang
tepat epat
sanga angattlah lah
pent enting, ing,
tidak idak
hany hanya a
bag bagi
keberhasilannya dalam mencegah kehamilan tetapi juga hubungannya dengan kesehatan reproduksi pasangan itu sendiri, serta penurunan angka kejadian gangguan kesehatan akibat efek samping kontrasepsi. (8)
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Epidemiologi Perkembangan teknologi kontrasepsi dan peningkatan penjualan dari kontrasepsi yang efektif dan aman, menjarangkan kehamilan menjadi isu kesehatan yang secara signifikan mempengaruhi Amerika Serikat. Lebih dari 2,5 juta atau sekitar 49 % kehamilan yang tidak diharapkan terjadi dari seluruh kehamilan yang ada. Selama usia reproduksi, wanita akan mengalami setidaknya satu kali kehamilan yang tidak direncanakan. Dewasa muda dan wanita dewasa beresiko tinggi mengalami kehamilan yang tidak terencana (unplanned birth), saat mereka seharusnya focus pada pendidikan yang lebih tinggi, mendapatkan pelatihan, dan bekerja. (7) Di Amerika Serikat, lebih dari 98% wanita usia subur berusia sekitar 15-44 tahun menyatakan bahwa mereka telah menggunakan setidaknya satu jenis kontrasepsi. Pada faktanya, pada tahun 2002, 90% wanita usia subur mengaku memiliki partner seksual yang menggunakan kondom dan sekitar 82 % mengaku mengonsumsi kontrasepsi oral pada waktu tertentu. Meskipun angka-angka tesebut menyatakan angka yang tinggi pada tingkat kewaspadaan dan pengalaman
menggunakan
kontrasepsi,
sangat
disayangkan
hal
tersebut tidak mencerminkan jumlah pemakai kkontrasepsi yang tepat dan konsisten. (7) Untuk memasangkan pemakai dengan kontrasepsi yang paling tepat, penyedia atau konsultan harus mempertimbangkan usia, alasan pemakaian, kehidupan seksual, kemampuan keuangan, agama yang diyakini, riwayat reproduksi dan rencana ke depan, dan pastinya kesehatan pemakai secara menyeluruh. Selanjutnya, konseling yang adekuat adalah termasuk memberikan informasi mengenai bermacam kontrasepsi yang dapat digunakan, harganya, kemungkinan efek samping, dan kemungkinan keuntungan pada tubuh. Setelah pemakai
memilih salah satu kontrasepsi yang paling sesuai dengan life style dan status kesehatannya, kemudian informasi yang lebih lengkap diberikan. Pada akhirnya dijelaskan tanda-tanda yang mungkin dapat membahayakan pemakai kontrasepsi dan apa yang harus dilakukan sebagai tindakan emergensi. (7)
2.2 Definisi Kontrasepsi berasal dari kata Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut. (9) Menurut kamus besar
Dorland, kontrasepsi
secara umum
diartikan sebagai cara untuk mengurangi kemungkinan atau mencegah konsepsi, atau juga dapat berarti agen yang mencegah konsepsi. (Dorland)
2.3 Klasifikasi Kontrasepsi Pada umumnya metoda kontrasepsi dapat dibagi menjadi beberapa metode berikut: 1) Metoda efektif
jangka panjang, yaitu
AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim), susuk KB, dan kontrasepsi mantap;
2)
Metoda
mantap,
yaitu
metode
operasi
wanita
(MOW/Tubektomi) dan metode operasi pria (MOP/Vasektomi); 3) Metoda efektif, yaitu pil KB dan suntikan KB; 4) Metoda sederhana, yaitu dengan alat/obat berupa kondom, diafragma, krem, jelli dan cairan berbusa, tablet berbusa (vaginal tablet), dan intravag (tisu KB), serta dengan menggunakan alat/obat berupa koitus terputus dan pantang berkala. (9) Cara-cara kontrasepsi tersebut mempunyai tingkat efektifitas yang
berbeda-beda
dalam
memberikan
pencegahan
terhadap
kemungkinan terjadinya kehamilan, namun perlu diingat adanya 3 aksioma (asas) kontrasepsi, yaitu bahwa cara apapun yang dipakai
lebih baik daripada tidak memakai sama sekali, cara yang terbaik hasilnya adalah cara yang digunakan oleh pasangan dengan terusmenerus, dan penerimaan pasangan terhadap suatu cara adalah unsue yang paling penting untuk berhasilnya suatu kontrasepsi. (9) Dari metode penggunaan kontrasepsi tersebut, kontrasepsi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1.
Kontrasepsi sterilisasi
Kontrasepsi sterilisasi adalah pencegahan kehamilan secara permanen dengan melukan teknik tertentu pada alat reproduksi pria maupun wanita. 2.
Kontrasepsi teknik
Kontrsepsi
teknik
adalah
pencegahan
kehamilan
tanpa
menggunakan alat ataupun obat yang diatur sebelum koitus dilakukan. 3.
Kontrasespsi mekanik
Kontrasepsi mekanik adalah pencegahan kehamilan dengan menggunakan alat tanpa mengganggu sistem hormonal. 4.
Kontrasepsi hormonal
Kontrasepsi hormonal adalah pencegahan kehamilan dengan menggunakan
alat atau obat yang kerjanya memengaruhi
hormon wanita yang menggunakannya. (9)
2.3.1 Kontrasepsi sterilisasi Kontrasepsi sterilisasi digunakan dengan cara mengikat sel indung telur pada wanita (tubektomi) atau testis pada pria (vasektomi). Proses sterilisasi ini harus dilakukan oleh ginekolog. Cara ini efektif bila kedua pasangan memang ingin melakukan pencegahan kehamilan secara permanen, misalnya karena faktor usia. (9)
Meskipun sterilisasi tuba pertama kali telah ditunjukkan lebih dari 125 tahun yang lalu, butuh waktu yang lama untuk membuat metode ini diterima masyarakat. Pensterilan masa kini sederhana, aman, dan merupakan kontrasepsi jangka panjang yang efektif.
2.3.2 Kontrasepsi teknik Secara tidak terduga, jumlah pasangan yang menggunakan metode ini sangat tinggi. Target promosinya memang dewasa muda, tetapi secara umum juga digunakan oleh wanita di segala usia. Kontrasepsi dengan cara ini sangat penting untuk banyak pasangan yang religius, memegang kepercayaan, dan merupakan cara yang diterima oleh seluruh pihak. (7) Hanya wanita dengan siklus menstruasi yang teratur atau reguler yang paling cocok dengan teknik ini. Wanita dengan sindrom polikictik
ovarii
dan
gangguan
menstruasi
akibat
menyusui,
postpartum, serta perimenopause tidak dianjurkan untuk memilih kontrasepsi cara ini. Keberhasilannya tergantung persetujuan dari kedua belah pihak, suami istri, untuk absen melakukan koitus selama waktu yang beresiko tersebut. a. Coitus interuptus (koitus terputus) Merupakan teknik kontrasepsi dengan melakukan ejakulasi di luar vagina.
Tingkat
dibandingkan
efektifitasnya
dengan
alat
sekitar
75-80%.
kontrasepsi
(9)
mekanik,
Namun, angka
kegagalannya sangat tinggi. (7) Faktor kegagalan biasanya terjadi karena ada sperma yang sudah keluar sebelum ejakulasi, orgasme berulang, atau terlambat menarik penis keluar. (9) Di Amerika Serikat, hanya sekitar separuh dewasa muda yang memilih metode ini. Laporan tahun 2004 berdasarkan data tahun 2002 oleh National Survey of Family Growth menyatakan bahwa 47% wanita muda dan 46% pria muda pernah melakukan koitus interuptus dalam hidupnya. Pada usia 15-17 tahun, dengan adanya teknik ini, terjadi penurunan angka kebiasaan berhubungan seksual pada tahun 2002 dibandingkan tahun 1995, dimana pada laki-laki
menurun dari 43% menjadi 31% dan anak perempuan 38% menjadi 30%. (7) b. Sistem kalender (pantang berkala) Sesuai dengan namanya, teknik ini dimaksudkan agar pasangan tidak melakukan koitus pada masa subur. Perlu kedisiplinan dan pengertian antara suami dan istri karena sperma maupun sel telur (ovum)mampu bertahan hidup sampai 48 jam setelah ejakulasi. Efektifitasnya 75-80%. Faktor kegagalan karena salah menghitung masa subur (saat ovulasi) atau siklus haid tidak teratur sehingga perhitungan tidak akurat. (9) Banyak cara yang telah dikembangkan untuk mengidentifikasi masa subur. Pada sistem pantang berkala, diasumsikan bahwa sperma bertahan 1-3 hari untuk bertemu dengan sel telur yang dapat bertahan lebih dari 24 jam setelah ovulasi. Masa subur wanita setidaknya lima hari pada hari sebelum ovulasi dan setelahnya. Untuk menggunakan metode tradisional ini, perlu diketahui dengan jelas siklus menstruasi wanita, setidaknya selama 6 bulan. Hari pertama pantang berkala dijadikan hari patokan untuk pantang berkala selanjutnya pada siklus menstruasi pendek. Sedangkan hari terakhir masa subur wanita dihitung 11 hari dari siklus haid yang panjang. Berikut merupakan tabel masa subur wanita berdasarkan panjang siklus menstruasi:
Siklus terpend ek 21 22 23 24 25
Hari subur pertam a 3 4 5 6 7
Siklus
Hari
terpanja
subur
ng
terakhir
21 22 23 24 25
10 11 12 13 14
26 8 27 9 28 10 29 11 30 12 31 13 32 14 33 15 34 16 35 17 Tabel penghitungan masa subur (7)
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Teknik lain yang yang dapat digunakan untuk memprediksikan waktu ovulasi adalah dengan mengukur suhu tubuh basal. Pasien diinstruksikan untuk mengukur suhu tubuhnya pada waktu yang sama setiap bangun tidur.ovulasi ditandai dengan kenaikan suhu sekitar 0,4-0,8oF. Ketidakakuratan terjadi jika wanita tersebut tidur larut, mengalami infeksi, atau suhu tubuh yang dipengaruhi suhu lingkungan. Pengkalaan setidaknya diterapkan selama 3 hari adanya kenaikan suhu tubuh. Namun, hanya 80% wanita yang menunjukkan pola yang sesuai, sehingga teknik ini sebaiknya digunakan sebagai pendamping teknik lain yang dapat memprediksi masa ovulasi. (7) Cara lain yang agak lebih sulit adalah dengan mengenali jenis dan bentuk lendir serviks, baik dengan menggunakan kertas atau jari, yang dapat dikenali setidaknya 6-9 bulan. Metode ini disebut metode Billing’s. Lendir serviks dinilai dengan melihat karakter, kuantitas (jumlah), jenis mukus, dan warna sekret. Cara ini dapat gagal karena sekret dapat berubah dengan adanya infeksi atau terapi medikasi pada vagina. (7) Juga banyak metode lain, seperti metode dua hari (lendir hari ini
dan
kemarin),
teknik
perubahan
tanda
tubuh
(libido,
ketidaknyamanan, dll.), monitor pendeteksi ovulasi (menunjukkan warna yang menandakan hari aman atau tidak). (7) c. Prolonged lactation (menyusui)
Selama 3 bulan setelah melahirkan saat bayi hanya minum ASI dan menstruasi belum terjadi, otomatis wanita tersebut tidak akan hamil. Tapi begitu ibu hanya menyusui kurang dari 6 jam dalam sehari, kemungkinan terjadi kehamilan sangat besar. (9) Selama
periode
postpartum,
aksis
hipotalamus-pituitari-
ovarium ditekan. Selama masa menyusui, terjadi peningkatan prolaktin. Amenorea yang dipicu oleh breastfeeding selama 6 bulan pertama postpartum secara klinis sebagai penanda ditekannya ovulasi. (7)
2.3.3 Kontrasepsi mekanik a. Kondom Kondom adalah alat kontrasepsi yang popular. Sebagai tambahan, penggunaan kondom telah diatur oleh Pemerintah Amerika Serikat, sebagai
program
kesehatan,
yang
didesain
untuk
mencegah
penularan HIV dan infeksi penyakit menular seksual lainnya. Sejak 1986, dari laporan ahli bedah umum Amerika Serikat, penggunaan kondom untuk mencegah penyebaran AIDS dan kewaspadaan terhadap penggunaan kondom cenderung meningkat. Sebanyak 13% wanita usia subur memilih kondom sebagai alat kontrasepsi pasangannya di tahun 1988, kemudian meningkat hingga 20% sampai saat ini. Meskipun penggunaan kondom yang benar dan konsisten dapat mencegah AIDS dan PMS, tidak ada kontrasepsi yang efektif 100%. Cara terbaik untuk mencegah terinfeksi PMS adalah dengan tidak berganti-ganti pasangan, setia pada hubungan monogamy, pada pasangan yang diketahui tidak terinfeksi. (7) Kondom mencegah kehamilan dengan menciptakan barier atau pertahanan terhadap pergerakan sperma dan ini sangat efektif jika digunakan dari awal hingga akhir kontak seksual. (7) Jika digunakan secara tepat pada setiap sexual intercourse, hanya 2-3% pasangan yang mengalami kehamilan yang tidak diharapkan dalam tahun awal penggunaannya. Namun angka kegagalannya meningkat 15 %
pada pasangan yang tidak selalu menggunakan kondom. (7) Tingkat efektifitasnya berkisar 75-80%. (10) Berikut beberapa keuntungan penggunaan kondom, yaitu: •
Efektif dalam mencegah kehamilan jika digunakan dengan
benar dan konsisten •
Jika dibandingkan dengan barrier contraceptive yang lain,
kondom diyakini paling efektif dalam mencegah infeksi PMS dan HIV •
Harga yang terjangkau juga menjadi pertimbangan. Saat
ini harga kondom dirasa cukup terjangkau, bahkan beberapa institusi menwarkan dengan harga yang jauh lebih murah, sampai tanpa bayaran •
Relatif mudah didapat, mudah digunakan, dan dapat
dibeli di berbagai toko tanpa butuh resep dari dokter •
•
Tidak memiliki efek sistemik Menawarkan higienitas yang lebih baik karena semen
tersimpan dan terkumpulkan di dalam kondom jika digunakan hingga akhir sexual intercourse •
Dengan penekanan terhadap penyebaran gonoreae dan
PMS, wanita pasangannya juga terhindar dari peradangan rongga
panggul
dan
penyakit
tuba
yang
menyebabkan
infertilitas •
Dengan penurunan penularan Human Papiloma (HPV),
wanita terhindar dari kanker serviks •
Selama
penggunaan,
beberapa
pria
dapat
mempertahankan ereksinya lebih lama •
Kondom tersedia dalam banyak ukuran, warna, rasa, dan
gaya. (7)
Selain
menyajikan
berbagai
keuntungan,
kondom
juga
memiliki beberapa kelemahan, yaitu: Selama sexual intercourse, kerusakan kondom terjadi
•
sebanyak 2% Meskipun jarang terjadi, pemakaian yang salah malah
•
dapat meningkatkan angka PMS (2%) Efficacy terjadi pada penggunaan kondom berulang,
•
inkonsisten, tidak benar, dan penggunaan kondom latex dengan lubrikasi oil atau medikasi pada vagina Penggunaan kondom poliuritan dianjurkan untuk orang
•
yang alergi kondom latex Pria harus memakainya sesegera mungkin setelah ereksi.
•
(7) b. Spermatisida Spermatisida merupakan bahan kimia aktif untuk membunuh sperma yang berbentuk cairan, krim, atau tisu vagina yang dimasukkan ke dalam vagina 5 menit sebelum koitus. Efektivitasnya 70%. Sayangnya bisa menyebabkan reaksi alergi. Kegagalan sering terjadi karena waktu larut yang belum cukup, jumlah spematisida yang digunakan terlalu sedikit, atau vagina sudah dibilas dalam waktu kurang dari 6 jam setelah koitus. (9) Spermatisida relatif tidak mahal dan dapat ditemukan di banyak
tempat.
Seperti
metode
barier
lainnya,
keefektifan
kontrasepsi ini sangat tergantung pada kemampuan pemakai untuk menggunakannya
secara
konsisten
dan
benar.
Spermatisida
digunakan segera sebelum kontak seksual dan paling efektif 1 jam sebelumnya. Saat digunakan sendiri, spermatisida hanya menolong mencegah transmisi PMS dan tidak mencegah penularan infeksi HIV. Kontrasepsi ini paling efektif jika digunakan bersama kontrasepsi lain, seperti kondom, diafragma, atau cervikal caps.
Keuntungan spermatisida: •
Murah dan mudah ditemukan
•
Range pemakai yang luas dan jarang menyebabkan efek sistemik
•
Mudah dibawa dan siap digunakan kapan saja
•
Dapat berperan sebagai pelumas saat intercourse
•
Dapat digunakan bersama dengan kontrasepsi lain
•
Berguna untuk beberapa situasi berikut:
•
-
Dapat digunakan sambil menunggu metode lain
-
Selama menyusui
-
Setelah lupa meminum pil KB dalam satu siklus
-
Frekuensi seksual yang tidak teratur
Dapat berperan mencegah beberapa infeksi gonorrhea dan chlamydia Namun, spermatisida juga memberikan beberapa kerugian: •
Digunakan paling lama 1 jam setelah penetrasi
•
Angka
kegagalan
20-30%
(namun
berkurang
jika
digunakan bersama metode kontrasepsi lain) •
Beberapa pemakai mengeluhkan rasa dan ketidakpuasan
menyentuh vagina, menunggu waktu untuk lubrikasi •
Jika digunakan dua kali per hari, spermatisida dapat
merusak mukosa vagina meningkatkan angka penularan HIV pada beberapa penelitian •
Dapat menyebabkan iritasi pada vulva maupun vagina,
teruma pada frekeunsi yang tinggi
•
Berhubungan
dengan
peningkatan
kejadian
ISK,
vaginosis, dan vaginitis •
Meskipun terjadi, menurut beberapa penelitian, tidak ada
hubungan
antara
kematian
sperma
dengan
manfaat
spermatisida (7)
c. Vaginal diafragma (ring) Lingkaran cincin dilapisis karet fleksibel ini akan menutup mulut rahim bila dipasang dalam liang vagina 6 jam sebelum koitus. Efektifitasnya sangat kecil, sehingga harus digunakan bersama spermatisida untuk mencapai efektifitas 80%. Cara ini bisa gagal bila ukuran difragma tidak pas, tergeser saat koitus, atau terlalu cepat dilepas (kurang dari 8 jam) setelah koitus. (9) d. IUD (Intra Uterine Device) atau spiral IUD terbuat dari bahan polyethilene yang diberi lilitan logam, umumnya tembaga (Cu) dan dipasang di mulut rahim. Efektifitasnya 92-94%. Kelemahan alat ini yaitu bisa menimbulkan rasa nyeri di perut, infeksi panggul, perdarahan di luar menstruasi atau darah menstruasi lebih banyak dari biasanya. (9)
2.3.4 Kontrasepsi Hormonal Dengan fungsi utama untuk mencegah kehamilan (karena menghambat ovulasi), kontrasepsi ini juga biasa digunakan untuk mengatasi ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh. Hal yang harus diperhatikan adalah kontraindikasi pemakaian semua jenis obat yang bersifat hormonal, kontraindikasi mutlak (sama sekali tidak boleh diberikan), yaitu selama kehamilan, adanya
gejala
thromboemboli,
kelainan
pembuluh
darah
otak,
gangguan fungsi hati, atau adanya tumor dalam rahim, sedangkan kontraindikasi relatif (boleh diberikan dengan pengawasan dokter),
yaitu penderita Diabetes Melitus, hipertensi, pendarahan vagina yang berat, penyakit ginjal dan jantung. (9) Kontrasepsi hormonal bisa berupa pil KB yang diminum sesuai petunjuk hitungan hari yang ada pada setiap blisternya, suntikan, susuk yang ditanam untuk periode tertentu, koyo KB, atau spiral berhormon. (10) a. Pil kontrasepsi kombinasi (OC/Oral Contraseption) Berupa kombinasi dosis rendah estrogen dan progesteron. OC merupakan metode KB paling efektif karena bekerja dengan beberapa cara sekaligus, mencegah ovulasi (pematangan dan pelepasan sel telur), meningkatkan kekentalan lendir leher rahim sehingga menghalangi masuknya sperma, dan membuat dinding rongga rahim tidak siap menerima hasil pembuahan. (10) Bila
pasien
disiplin
meminum
OC-nya,
bisa
dipastikan
perlindungan kontrasepsi hampir 100%. Selain itu, OC merupakan metode yang paling reversibel, artinya bila pengguna ingin hamil bisa langsung berhenti minum pil dan biasanya bisa langsung hamil dalam 3 bulan. Selain berfungsi sebagai alat kontrasepsi, OC ternyata
juga
memberikan
manfaat
yang
tidak
langsung
berhubungan dengan efek kontrasepsi (non-contraceptive benefits) yaitu menyembuhkan atau mengurangi resiko terjadinya beberapa kelainan atau keluhan tertentu seperti: a.
Menyembuhkan kelainan menstruasi Pil kontrasepsi dapat menyembuhkan beberapa kelainan
menstruasi umum antara lain: 1)Siklus menstruasi yang tidak teratur (irregular cycle), 2) Darah yang keluar pada saat menstruasi terlalu banyak (hiper-menore), 3) Sindroma sebelum haid (premenstrual syndrome / PMS), dan 4) Haid dengan rasa nyeri hebat di perut (dismenore). Dengan mengkonsumsi OC, siklus haid menjadi teratur dan lebih ringan sehingga resiko terkena anemia dan defisiensi besi berkurang s/d 50%. (10)
b.
Mengatasi masalah hiper-androgenisme Dalam tubuh wanita diproduksi hormon reproduksi, yaitu
estrogen, progesteron, (testosteron) yang
dan androgen.
umum
disebut
Hormon
hormon
androgen
reproduksi
pria
dibutuhkan oleh wanita dalam jumlah sangat sedikit (± 0,5 mg / liter darah) untuk daya tahan tubuh dan gairah seksual (libido). (10) Wanita usia reproduktif (15-40 tahun) sering mengalami ketidakseimbangan hormonal dimana produksi hormon androgennya akan
meningkat
menyebabkan
sehingga
masalah
terjadi
pada
kulit
hiperandrogen dan
rambut
yang
bisa
berupa
kulit
berminyak, komedo, jerawat, ketombe (yang bisa menyebabkan kebotakan) atau hirsutisme (pola tumbuh rambut pada yang wanita yang menyerupai pria / male hair pattern) dan masalah ginekologis berupa gangguan siklus haid, PCOS (poly-cystic-ovarian-syndrome) yang bisa menyebabkan sulit punya anak, kegemukan (obesitas) dan abnormalitas metabolisme tubuh. (10) OC istimewa mengandung CPA (Siproteron Asetat), zat antiandrogen paling efektif saat ini yang bekerja khusus mengatasi masalah
hiper-androgen
dengan
menekan
produksi
androgen
(dalam tubuh) dan minyak (di bawah permukaan kulit) sehingga mencegah
timbulnya
komedo
dan
ketombe
bahkan
jerawat.
Berbeda dengan obat-obatan topikal dan antibiotik yang membunuh bakteri dan mengobati infeksi di permukaan kulit, CPA langsung bekerja pada akar masalah yaitu dengan mencegah produksi minyak yang berlebihan. Tetapi karena obat ini bekerja step-by-step dari dalam
tubuh
untuk
menormalkan
kadar
hormon
androgen,
perbaikan pada kulit wajah baru bisa dilihat setelah 1-3 bulan pemakaian. (10) Penggunaan OC mencegah infeksi organ reproduksi internal (50%), kanker ovarium dan endometrium (40%), benjolan jinak
payudara (40%), kista ovarium (80%), infertilitas primer (40%), dan kehamilan ektopik (90%).(10) OC harus diminum tiap hari dengan cara mengikuti petunjuk nama hari yang tertera di blisternya. Untuk memulai blister pertama dimulai dengan meminum pil pada hari pertama haid, misalnya mendapat haid pada hari Rabu maka ambil pil yang dibawahnya ada tanda Rabu. Lanjutkan minum pil setiap hari sampai habis (21 hari) yang pasti jatuh pada hari Selasa. Kemudian berhenti minum pil selama 7 hari (akan terjadi menstruasi). Setelah 7 hari bebas pil ini, lanjutkan minum pil dari kemasan yang baru pada hari Rabu lagi, jadi untuk blister ke-2 dst, selalu ikuti siklus 21 hari minum pil +7 hari bebas tablet. (9) b. Suntik Tersedia suntik 1 bulan (estrogen + progesteron) dan 3 bulan (depot progesteron, tidak terjadi haid). Cukup praktis tetapi karena memasukkan hormon sekaligus untuk 1 atau 3 bulan, orang yang sensitif sering mengalami efek samping yang agak berat. (9) c. Susuk KB (implan) Depot progesteron, pemasangan dan pencabutan harus dengan operasi kecil. (9) d. Koyo KB (patch) Ditempelkan di kulit setiap minggu, sayangnya bagi yang berkulit sensitif sering menimbulkan reaksi alergi. (9)
Dalam pemilihan kontrasepsi yang tepat, banyak hal yang perlu dinilai, di antaranya:
1.
Usia. Pemakai kontrasepsi dengan usia muda beresiko
tinggi terkena penyakit menular seksual dan beresiko rendah terserang penyakit yang serius. 2.
Alasan dan tingkat pengetahuan pemakai •
Termasuk inisiasi, implant, intraurine device (IUD), dan beberapa cara pensterilan
•
Kontrasepsi barier membutuhkan intervensi pada setiap cara berhubungan seksual
3.
Kemampuan financial pemakai •
Untuk
wanita
sexually
active,
pengeluaran
yang
berkepanjangan biasa lebih kurang disukai dibandingkan dengan pembayaran di awal untuk mencegah kehamilan 4.
Kesehatan
pemakai,
termasuk
kemungkinan
resiko
penyakit kardivaskuler akibat merokok, yang meungkin dapat terganggu akibat pemakaian kontrasepsi hormonal •
Kontraindikasi single progestin; penyakit hati yang aktif merupakan
kontraindikasi
penggunaan
kontrasepsi
mengandung single progestin dan single estrogen •
Estrogen plus progestin; masalah trombogenesis serta penyakit kardovaskular dan resiko tingginya sering menjadi kontraindikasi penggunaan estrogen plus progesterone
5.
Pemilihan
kontrasepsi
hormonal
yang
dapat
menyebabkan beberapa masalah kesehatan seperti gangguan perdarahan, jerawat, premenstrual syndrome (PMS), dismonorea, atau gejala perimenopause. 6.
Resiko
penularan
penyakit
menular
seksual
kebutuhan proteksi dengan menggunakan kondom. (7)
dan
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland, Ed. 29. Jakarta: EGC. (7) The Handbook of contraception (8)
Titiez
(http://piogama.ugm.ac.id/index.php/2009/02/kontrasepsi-
pilih-yang-paling-pas/) 2007, Buletin PIOGAMA, UGM (9)
Jow
Rocks
(http://www.scribd.com/makalah-
KONTRASEPSI/d/18753707), 2011 (10) (http://medicastore.com/oc/serbaserbi.htm)
Faktor penyebab kematian pas cedera kepala di ZA -jenis cedera kpla -keterlambatan penatalaksanaa Persentasi tingkat kematian berdasarkan Persentasi kesembuhan