KONSEP DAN ASKEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN
OLEH KELOMPOK V : I WAYAN JELIH SURYANATA KURNIA HARIANI LAILY FATHIANTY LANI INGGA BUDIARSIH LELI AGUSTINA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MATARAM PROGRAM B TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas berkat dan rahmatNya
tugas “Konsep dan askep aktivitas dan latihan” ini
dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.
Harapan kami
atas
selesainya makalah ini adalah agar masyarakat mendapat pengetahuan baru dan informasi yang lebih luas khususnya tentang aktivitas dan latihan. Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen yang telah memberikan bimbingan dalam penyelesaian tugas ini. Kami menyadari walaupun sudah berusaha semampu kami dalam menyusun tugas ini masih banyak kekurangan baik dari segi bahasa, pengolahan maupun dalam penyusunan Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca demi tercapainya kesempurnaan dalam makalah ini.
Mataram, Desember 2017
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Mekanika tubuh merupakan usaha koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan keseimbangan dengan tepat. Pada dasarnya, mekanika tubuh adalah cara menggunakan tubuh secara efisien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, berkoordinasi serta aman dalam mengerakkan dan mempertahankan keseimbangan selama beraktivitas (Alimul A. Aziz.2006. p.96). Mekanika tubuh meliputi 3 elemen dasar yaitu : 1. Body Aligment (postur tubuh) 2. Balance/Keseimbangan 3. Koordinated
body
movement
(gerakan
tubuh
yang
terkoordinir). Mekanika
tubuh merupakan hal yang penting bagi perawat
maupun klien. Karena hal ini akan mempengaruhi tingkat kesehatan
mereka.
Mekanika
tubuh
diperlukan
untuk
mendukung kesehatan dan mencengah kecacatan. B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis dapat menyimpulkan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa pengertian aktivitas dan latihan?
2. Bagaimana fisiologi aktivitas dan latihan ? 3. Apa yang dimaksud dari prinsip-prinsip aktivitas dan latihan tubuh? 4. Bagaimana
teknik
dan
prosedur
pelaksanaan
asuhan
keperawatan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas dan latihan? C. Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas menyimpulkan tujuan penulis sebagai berikut:
penulis
dapat
1. Untuk mengetahui apa pengertian aktivitas dan latihan. 2. Untuk mengetahui fisiologi aktivitas dan latihan 3. Untuk mengetahui maksud dari prinsip-prinsip aktivitas dan latihan 4. Untuk
mengetahui
bagaimana
teknik
dan
prosedur
pelaksanaan asuhan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas dan latihan D. Manfaat
Berdasarkan tujuan di atas penulis dapat menyimpulkan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi institusi Pendidikan, hasil makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan di bidang kesehatan sebagai bahan informasi. 2. Bagi penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam mengembangkan keterampilan membaca yang efektif dan mampu
berfikir
logis,
kritis
dalam
mengidentifikasi fenomena respon manusia.
menelaah
dan
3. Bagi pembaca dapat mengetahui dan memahami mengenai materi konsep dan prinsip kebutuhan aktivitas dan latihan.
BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja.Dengan beraktivitas tubuh akan menjadi sehat, system pernapasan dan sirkulasi tubuh akan berfungsi dengan baik, dan metablisme tubuh dapat optimal. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan muskuloskeletal.Aktivitas fisik yang kurang memadai dapat menyebabkan berbagai gangguan pada system musculoskeletal seperti atrofi otot, sendi menjadi kaku dan juga menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya. Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan untuk menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh.Latihan dapat memelihara pergerakan dan fungsi sendi sehingga kondisinya dapat setara dengan kekuatan dan fleksibilitas otot. Selain itu, latihan fisik dapat membuat fungsi gastrointestinal dapat bekerja lebih optimal dengan meningkatkan selera makan orang tersebut dan melancarkan eliminasinya karena apabila seseorang tidak dapat melakukan aktifitas fisik secara adekuat maka hal tersebut dapat membuat otot abdomen menjadi lemah sehinga fungsi eliminasinya kuang efektif. Aktivitas sehari-hari (ADL) latihan
aktif
pada
seseorang
merupakan salah satu bentuk termasuk
didalamnya
adalah
makan/minum, mandi, toileting, berpakaian, mobilisasi tempat tidur, berpindah dan ambulasi/ROM. Pemenuhan terhadap ADL ini dapat meningkatkan harga diri serta gambaran diri pada seseorang, selain itu ADL merupakan aktifitas dasar yang dapat mencegah individu tersebut dari suatu penyakit sehingga tindakan yang menyangkut pemenuhan dalam mendukung pemenuhan ADL pada klien dengan intoleransi aktifitas harus diprioritaskan. Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kesehatannya.Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas dan sebagainya. B.
FISIOLOGI
AKTIVITAS
DAN
LATIHAN
(MUSKULOSKELETAL DAN METABOLISME ENERGI)
Untuk mampu memenuhi kebutuhan akan aktivitas dan latihan, maka diperlukan serangkaian proses fisiologis yang kompleks yang melibatkan metabolism dari sel-sel tubuh dan terutama sistem lokomotorik yaitu sistem otot dan sistem rangka. Aktivitas dan pergerakan memerlukan energy.Energi untuk selsel tubuh manusia adalah dalam bentuk Adenosin Trifosfat (ATP) yang diperoleh dari katabolisme glukosa dalam sel-sel tubuh. Glukosa akan dipecah menjadi energy dan hal ini terutama ditentukan oleh suplai oksigen. Ketika oksigen terpenuhi maka glukosa akan melalui katabolisme aerobic di sitoplasma dan mitokondria sel melalui 4 proses
: glikolisis, dekarboksilasi oksidatif asam piruvat, siklus asam sitrat, dan transport elektron dengan hasil akhir ATP, karbondioksida , dan uap air. Jika oksigen tidak terpenuhi, maka katabolisme energy akan dilakukan secara anaerobic dengan produk akhir ATP, asam laktat dan NADH. Namun produksi ATP dari metabolism anaerobic jauh lebih sedikit dibanding metabolism aerobic, yaitu sekitar 1/18 kalinya (36 ATP berbanding 12 ATP).Karena oksigen amat penting bagi konservasi energy tubuh, maka aktivitas dan latihan pada manusia terkait erat dengan kerja sistem kardiovaskuler, respirasi, dan hematologi untuk penyediaan
oksigen
dan
pembuangan
karbondioksida
dan
uap
air.Beberapa kondisi seperti anemia, syok hipovolemik, hipertensi, penyakit jantung, dan penyakit pernapasan dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas dari manusia. Aktivitas dan latihan adalah proses gerakan tubuh manusia yang melibatkan sistem lokomotorik yaitu tulang dan otot. Tulang berperan sebagai alat gerak pasif, memberikan kesetabilan dalam postur tubuh dan memberi bentuk tubuh.Sedangkan otot berperan sebagai alat gerak aktif dimana tendon-tendon otot melekat pada tulang dan berkontraksi untuk menggerakkan tulang. Tulang merupakan jaringan ikat yang tersusun oleh matriks organik dan anorganik.Tulang secara histologist dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu jaringan tulang keras (osteon) dan jaringan tulang rawan (kartilago).Yang membedakan osteon dan kartilago adalah bahwa kartilago lebih elastic dan lebih tahan terhadap adanya tekanan sehingga cenderung lebih tidak mudah patah, dan osteon cenderung lebih eras tapi mudah patah.Jaringan tulang rawan dapat dibagi menjadi 3 yaitu : kartilago hialin, kartilago
fibrosa, dan kartilago elastic. Tiap-tiap tipe tulang rawan membentuk bagian tubuh yang berbeda.Tulang rawan hialin terutama menyusun bagian persendian tulang sebagai sistem bantalan untuk melindungi dari friksi jika terjadi pergerakan.Kartilago fibrosa terutama menyusun bagian diskus intervertebralis, sedangkan kartilago elastic menyusun daun telinga.Matriks organik terdiri atas sel-sel tulang osteoblast, osteosit, kondroblast, kondrosit, dan osteoklas yang tersimpan pada sistem haverst.Sistem haverst adalah suatu saluran yang didalamnya terdapat pembuluh darah, limfa, dan urat saraf untuk fisiologi tulang.Matriks anorganik tulang tersusun oleh mineral-mineral terutama kalsium dan phospat. Matrisk anorganik inilah yang memberikan massa dan kekuatan pada tulang, sehingga kondisi yang mengganggu kandungan
kalsium
dan
fosfor
dalam
jaringan
tulang
akan
menyebabkan tulang kehilangan kepadatannya dan mudah patah. Faktor lain yang mempengaruhi kepadatan tulang adalah sistem endokrin terutama hormone kalsitonin dan paratirohormon, serta metabolisme vitamin D. Hormon
kalsitonin
dan
paratirohormon
bekerja
saling
berlawanan dan bekerjasama untuk mengendalikan kadar kalsium dalam darah. Kalsitonin atau disebut juga tirokalsitonin dihasilkan oelh sel parafolikular kelenjar tiroid dan bekerja untuk menurunkan kadar kalsium dalam darah, terutama dengan meningkatkan penyimpanan kalsium dalam matriks anorganik jaringan tulang, menghambat aktivitas osteoklas dalam meresorpsi kalsium tulang, menghambat reabsorpsi kalsium dari tubulus ginjal, menghambat absorpsi kalisum dari saluran cerna. Sedangkan paratirohormon dihasilkan oleh kelenjar paratiroid
dan bekerja dengan meningkatkan kadar kalsium dalam darah, terutama dengan meningkatkan absorpsi kalsium dalam saluran cerna, dan meningkatkan resorbsi kalsium dari tulang melalui jalur aktivasi osteoklas, dan meningkatkan reabsorpsi kalsium pada ginjal. Vitamin D sangat penting sebagai kofaktor dalam proses absorpsi kalsium dalam saluran cerna. proses aktivasi vitamin D dijaringan kulit. Vitamin D adalah vitamin larut lemak yang memiliki struktur molekul steroid. Vitamin ini dibentuk di kulit dari precursor kolesterol (7,8-dehydrocholesterol) atau precursor Vitamin D3. Pajanan ultraviolet
dari
sinar
matahari
terhadap
epidermis
kulit
akan
menyebabkan transformasi 7,8-dehydrocholesterol ke vitamin D3 (cholecalciferol ). Vitamin D3 yang terbentuk dikulit selanjutnya akan dimetabolisme di hepar menjadi 25-hydroxyvitamin D (calcidiol) dan di ginjal menjadi bentuk hormone aktif yaitu 1,25-(OH)2D (calcitriol). Reaksi ini terjadi pada paparan radiasi ultraviolet dengan panjang gelombang 290-300 nm atau disebut UVB.Vitamin D yang terbentuk berperan penting dalam berbagai fungsi fisiologis tubuh yang salah satunya untuk membantu penyerapan kalsium di intestinal. Adanya gangguan dalam membentuk vitamin D ataupun kondisi defisiensi vitamin D akan mengganggu proses mineralisasi tulang sehingga pada akhirnya berdampak pada sistem pergerakan tubuh. Jaringan otot merpakan sistem yang berperan sebagai alat gerak aktif.Hal ini karena kemampuan jaringan otot untuk berontraksi dan relaksasi. Di balik mekanisme otot yang secara eksplisit hanya merupakan gerak mekanikitu, terjadilah beberapa proses kimiawi dasar
yang berseri demi kelangsungankontraksi otot. Otot pengisi atau otot yangmenempel pada sebagian besar tulangkita (=skeletal) tampak bergaris-garisatau berlurik-lurik jika dilihat melalui mikroskop. Otot tersebut terdiri daribanyak kumpulan (bundel) serabutparalel panjang dengan diameterpenampang 20-100μm yang disebutserat otot. Panjang serat otot ini mampumencapai panjang otot itu sendiri dan merupakan sel-sel berinti jamak(=multinucleated cells). Serat ototsendiri tersusun dari kumpulankumpulanparalel seribu myofibril yang berdiameter 12μm danmemanjang sepanjang sebuahserat otot. Dalam tiap-tiap myofibril, tersusun oleh protein-protein kontraktil otot yang terdiri dar 4 jenis :aktin, myosin, tropomin, dan tropomiosin. Mekanisme kontraksi otot memerlukan peran aktivitas dari keempat tipe protein. Mekanisme kontraksi otot dijelaskan melalui proses pergeseran aktomiosin dimana aktin berperan sebagai rel kereta dan myosin berperan sebagai kereta. Ketika terjadi kontraksi otot, maka myosin akan bergeser di sepanjang aktin sehingga terjadilah pemendekat myofibril. Agar terjadi pergeseran ini maka ikatan troponin pada aktin dan myosin harus hlang dan hal ini memerlukan peran aktomiosin.Aktivitas aktomiosin ini dpengaruhi oleh adanya
ion
kalisum
dan
neurottansmitter
asetilkolin.
Adanya
kekurangan kalsium dalam tubuh akan berdampak pada gangguan kontraksi otot. Begitu juga adanya gangguan trasnmiss kolinergik pada pertatan neuromuscular akan berdampak pada gangguan kontraksi otot. C. FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
AKTIVITAS
DAN LATIHAN
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas dan latihan antara lain :
1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Status nutrisi 4. Budaya 5. Penyakit terutama yang menyerang Sistema nervosa, sistema musculoskeletal 6. Penyakit kardsiovaskuler dan pulmonary 7. Kondisi psikologis D. DAMPAK IMOBILISASI
Mobilisasi sangat penting untuk kesehatan. Imobolisasi yang berkepanjangan dan bedrest akan menyebabkan serangkaian komplikasi pada berbagai sistem tubuh antara lain : 1. Kontraktur : Jaringan ikat kolagen pada otot dan persendian akan digantikan oleh jaringan fibrosa yang tidak elastis sehingga akan menyebabkan kekakuan pada pergerakan persendian. Hal ini karena untuk sintesis kolagen diperlukan rangsangan pergerakan 2. Disuse Atrofi : Atrofi otot adalah berkurangnya massa otot karena berkurangnya lapisan aktin dan myosin pada myofibril. 3. Konstipasi : Imobilisasi menyebabkan peristaltik menurun sehingga menyebabkan absopsi cairan berlebihan pada intestinum. 4. Pressure Ulcer : Pasien imobilisasi berisiko untuk mengalami luka tekan sebagai akibat adanya penekanan pada tulang menonjol (bony prominen), keringat, lembab, deficit self care, dan friksi dengan tempat tidur. 5. Gastritis : Selama bedrest, sekresi bikarbonat lambung menurun sehingga meningkatkan keasaman pada lambung
6. Ketidakseimbangan mineral dan elektrolit : Imobilisasi dan bedrest yang laka erhubungan dengan duresis dan kehilangan sodium, potassium, zinc, phosphor, sulfur, dan magnesium. Hal ini berhubungan dengan penurunan sekresi antidiuretik hormone selama bedrest 7. Kehilangan mineral tulang : Immobilisasi dan bedrest berhubungan dengan
demineralisasi
tulang
akibat
aktivasi
osteoklas
peningkatan kadar kalsium darah. E. NILAI-NILAI NORMAL
Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut : Tingkat
aktivitas
/
Kategori
mobilitas Tingkat 0
Mampu merawat diri sendiri secara
Tingkat 1
penuh
Tingkat 2
Memerlukan penggunaan alat Memerlukan
Tingkat 3
bantuan
atau
pengawasan orang lain Memerlukan bantuan, pengawasan
Tingkat 4
orang lain dan peralatan Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan
dan
Keadaan postur yang seimbang sesuai dengan garis sumbu dengan sentralnya adalah gravitasi. Kemampuan tubuh dalam mempertahankan keseimbangan seperti kemampuan mangangkat beban, maksimal 57 %. Nilai Kekuatan Otot adalah sebagai berikut : No.
Nilai Kekuatan Otot
Keterangan
1.
0 (0%)
Paralisis, tidak ada kontraksi otot sama sekali
2.
1 (10%)
Terlihat
atau
teraba
getaran
kontraksi otot tetapi tidak ada gerak sama sekali 3.
2 (25%)
Dapat menggerakan anggota gerak tanpa gravitasi
4.
3 (50%)
Dapat
menggerakkan
gerak
untuk
menahan
anggota berat
(gravitasi) 5.
4 (75%)
Dapat menggerakkan sendi dengan aktif dan melawan tahanan
6.
5 (100%)
Kekuatan normal
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN
I.
PENGKAJIAN
Pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan adalah sebagai berikut: 1. Riwayat keperawatan sekarang Pengkajian ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi gangguan kebutuhan aktivitas dan latihan. 2. Riwayat keperawatan penyakit yang pernah diderita Pengkajian ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas. 3. Kemampuan fungsi motorik Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan dan kaki baik kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan, atau spastic. 4. Kemampuan aktivitas Pengkajian ini untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan. 5. Kemampuan rentang gerak
Pengkajian ini dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.
6. Perubahan intoleransi aktivitas Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan pada system pernafasan, antara lain: suara nafas, analisa gas darah, gerakan dinding thorak, adanya mukus, batuk yang produktif diikuti panas, dan nyeri saat respirasi. Sedangkan yang berhubungan dengan perubahan system kardiovaskuler, seperti nadi dan tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer, adanya thrombus, serta perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas atau perubahan posisi. 7. Kekuatan otot dan gangguan koordinasi Kekuatan otot dapat dikaji secara bilateral atau tidak. 8. Perubahan fisiologis Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan aktivitas dan iaktivitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme koping, dan lainlain. II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan
aktivitas
fisik
berhubungan
dengan
kehilangan
integritas struktur tulang akibat fraktur, dan nyeri. 2. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik (neglected fraktur tibia fibula dekstra)
3. Kurangnya perawatan diri (self care deficit) : toileting, bathing, dressing/grooming,
feeding
berhubungan
dengan
gangguan
muskuloskeletal, dan kelemahan.
III. INTERVENSI KEPERAWATAN Diagnose keperawatan
Rencana keperawatan Tujuan dan kriteria
Intervensi
hasil
1. Gangguan aktivitas fisik berhubungan
dengan
NOC :
NIC :
a. Mobility Level
Exercise
integritas b. Self care : ADLs struktur tulang akibat c. Transfer performance fraktur, dan nyeri kehilangan
Kriteria Hasil :
Definisi :
dalam a.
a. Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan
dan
lihat
pasien
saat
meningkat
respon
kebebasan untuk pergerakan
dalam
aktivitas
latihan
fisik tertentu pada bagian
fisik
tubuh atau satu atau lebih b.
Mengerti
ekstremitas
dari
secara
mandiri
Batasan karakteristik : a. Postur tubuh yang tidak stabil selama melakukan
b. Ajarkan pasien atau tujuan
peningkatan
mobilitas
dan terarah c.
:
ambulation
Klien
Keterbatasan
therapy
tentang
teknik
ambulasi
Memverbalisasikan perasaan
tenaga kesehatan lain
dalam
meningkatkan
c. Kaji
kemampuan
pasien mobilisasi
dalam
kegiatan rutin harian
kekuatan
b. Keterbatasan kemampuan untuk
melakukan
keterampilan
motorik
kasar
d.
untuk
melakukan
keterampilan
d. Latih pasien dalam
kemampuan
pemenuhan
berpindah
kebutuhan
Memperagakan
secara mandiri sesuai
penggunaan
c. Keterbatasan kemampuan
dan
Bantu
alat
ADLs
kemampuan
untuk
e. Dampingi dan Bantu
mobilisasi (walker)
pasien saat mobilisasi
motorik
dan
halus
bantu
penuhi
kebutuhan ADLs ps.
d. Keterbatasan ROM
f. Berikan
e. Usaha yang kuat untuk
alat
jika
perubahan gerak
Bantu klien
memerlukan.
Faktor yang berhubungan : a. Kurang
pengetahuan
tentang
kegunaan
Ajarkan pasien bagaimana merubah berikan
pergerakan fisik
posisi
dan
bantuan
jika
diperlukan
b. Tidak nyaman nyeri c. Kerusakan muskuloskeletal
dan
neuromuskuler d. Intoleransi aktivitas/penurunan kekuatan dan stamina
2. Nyeri akut Definisi :
NOC :
NIC :
a. Pain Level,
a.Lakukan
pengkajian
Sensori
yang
tidak b. pain control,
menyenangkan
dan
nyeri
c. comfort level
pengalaman emosional yang Setelah muncul secara aktual atau tinfakan
secara
komprehensif
dilakukan
lokasi,
karakteristik,
keperawatan
durasi,
frekuensi,
potensial kerusakan jaringan selama …. Pasien tidak
kualitas
atau menggambarkan adanya
mengalami
presipitasi
kerusakan
dengan kriteria hasil:
(Asosiasi
Nyeri
Studi
nyeri,
Internasional): a. Mampu mengontrol
serangan pelan
termasuk
mendadak
atau
nyeri (tahu penyebab
intensitasnya
dari
nyeri,
dan
faktor
b.Observasi
reaksi
nonverbal
dari
ketidaknyamanan
mampu c.Bantu
pasien
dan
ringan sampai berat yang
menggunakan tehnik
keluarga untuk mencari
dapat
nonfarmakologi untuk
dan
akhir yang dapat diprediksi
mengurangi
dukungan
dan dengan durasi kurang
mencari bantuan)
diantisipasi
dengan
dari 6 bulan.
nyeri,
b. Melaporkan
menemukan
d. Kontrol lingkungan yang
bahwa
dapat
berkurang
nyeri
mempengaruhi
Batasan karakteristik :
nyeri
a. Laporan
dengan menggunakan
ruangan,
manajemen nyeri
dan kebisingan
secara
verbal
atau non verbal b. Fakta dari observasi
c. Mampu nyeri
d. Tingkah laku berhati-hati
intensitas,
e. Gangguan
dan tanda nyeri)
(mata
sayu, tampak capek, sulit atau
gerakan
kacau,
menyeringai) f. Fokus
(skala,
faktor
presipitasi nyeri
frekuensi f. Kaji tipe dan sumber
d. Menyatakan
nyeri untuk menentukan rasa
intervensi
nyaman setelah nyeri g. Ajarkan tentang teknik berkurang
menyempit
suhu
pencahayaan
mengenali e.Kurangi
c. Gerakan melindungi
tidur
seperti
e. Tanda
vital
non farmakologi: napas dalam
dala, relaksasi, distraksi,
(penurunan
persepsi
waktu, kerusakan proses berpikir,
penurunan
interaksi dengan orang dan lingkungan)
rentang normal f.Tidak
kompres hangat/ dingin
mengalami h. Berikan analgetik untuk
gangguan tidur
mengurangi
nyeri:
……... i. Tingkatkan istirahat
g. Perubahan dalam nafsu makan dan minum
j. Berikan tentang
informasi nyeri
seperti
penyebab nyeri, berapa lama
nyeri
akan
Faktor yang berhubungan :
berkurang dan antisipasi
Agen injuri (biologi, kimia,
ketidaknyamanan
fisik, psikologis)
prosedur
DS:
k. Monitor
a. Laporan secara verbal DO: a. Posisi
dan
pemberian untuk
menahan
nyeri b. Tingkah laku berhati-hati c. Gangguan
tidur
(mata
sayu, tampak capek, sulit atau
sebelum
vital
gerakan
kacau,
menyeringai) d. Terfokus pada diri sendiri e. Fokus (penurunan
menyempit persepsi
waktu, kerusakan proses
pertama kali
dari
sign sesudah
analgesik
berpikir,
penurunan
interaksi dengan orang dan lingkungan) f. Tingkah contoh
laku :
menemui
distraksi, jalan-jalan,
orang
lain
dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang) g. Respon autonom (seperti diaphoresis,
perubahan
tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil) h. Perubahan
autonomic
dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku) i. Tingkah
laku
ekspresif
(contoh : gelisah, merintih, menangis,
waspada,
iritabel,
nafas
panjang/berkeluh kesah) j. Perubahan
dalam
nafsu
makan dan minum 3. Kurangnya perawatan
NOC :
NIC :
a. Self care : Activity Self
Care
assistane
:
Berhubungan
of
dengan : penurunan
(ADLs)
atau
kurangnya
ADLs
a. Monitor kemempuan
Setelah
dilakukan
lingkungan,
selama
kerusakan
perawatan diri teratas
klien untuk alat-alat
muskuloskeletal,
dengan kriteria hasil:
bantu
kerusakan
a. Klien terbebas dari
kebersihan
kognitif,
kelemahan
dan
untuk
ketidakmampuan berpakaian, untuk
ketidakmampuan
untuk toileting
kenyamanan
kebutuhan
untuk diri, berhias,
c. Sediakan
bantuan
sampai klien mampu
kemampuan
untuk
c. Dapat
melakukan
ADLS
dengan
bantuan
b. Monitor
toileting dan makan.
melakukan ADLs
DO :
diri yang mandiri.
berpakaian,
terhadap
kelelahan.
ketidakmampuan
Defisit
bau badan
kecemasan,
untuk
….
kerusakan b. Menyatakan
persepsi/
ketidakmampuan
keperawatan
klien untuk perawatan
tindakan
nyeri,
makan,
Living
motivasi, hambatan
neuromuskular,
mandi,
Daily
secara
utuh
untuk
melakukan self-care. d. Dorong klien untuk melakukan
aktivitas
sehari-hari
yang
normal
sesuai
kemampuan
yang
dimiliki. e. Dorong
untuk
melakukan mandiri,
secara tapi
beri
bantuan ketika klien tidak
mampu
melakukannya.
f. Ajarkan
klien/
keluarga
untuk
mendorong kemandirian,
untuk
memberikan bantuan hanya
jika
pasien
tidak mampu untuk melakukannya. g. Berikan rutin
aktivitas sehari-
hari
sesuai kemampuan. h. Pertimbangkan
usia
klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.
BAB IV REVIEW JURNAL
Judul Pengaruh mobilisasi dini terhadapa proses pnyembuhan luka dan lama hari rawat pada pasien post pembedahan Sectio Caesaria di Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang Jurnal Tahun Penulis
Jurnal Majalah Kesehatan FKUB 2012
Reviewer
I wayan jelih suryanata, Kurnia hariani, Lani Ingga Budiarsih, laily Fathianty, leli agustina 25 Desember 2017
Tanggal
Tujuan Penelitian
Subjek Penelitian
Kuswantoro Rusca.P, Dina Dewi SLI., Mubin Barid
Untuk mengetahui adanya pengaruh mobilisasi dini terhadap proses penyembuhan luka dan lama hari rawat pada pasien post pembedahan Sectio caesarea. seluruh penderita yang menjalani pembedahan SC pada ruang Brawijaya di RSUD Kanjuruhan Malang Berdasarkan hasil studi pendahuluan, rata-rata populasi dalam 2 tahun terakhir berjumlah 443 klien per
tahun. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan quasi-eksperimen research, yaitu penelitian yang mengungkapkan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok eksperimen yang dipilih dengan tidak menggunakan teknik acak (Notoatmodjo, 2010). Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Posttest Only Control Group Design kelompok eksperimen diberi perlakuan, sedangkan kelompok kontrol tidak, pada kedua kelompok setelah pemberian perlakuan diadakan pengukuran.
Definisi Operasional Variabel Dependen
variabel dependen dalam penelitaian ini adalah proses penyembuhan luka dan lama hari rawat.
Definisi Operasional Variabel Independen Hasil Penelitian
Variabel independen dalam penelitian ini adalah intervensi mobilisasi dini
1. Pelaksanaan mobilisasi dini dapat mempercepat proses penyembuhan luka yang baik pada kelompok perlakuan 2. Pelaksanaan mobilisasi dini dapat mengurangi lama hari rawat pada kelompok perlakuan 3. Ada perbedaan yang signifikan hasil identifiksi proses penyembuhan luka kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah dilakukan mobilisasi dini, berdasarkan hasil
perhitungan didapatkan ratarata skor proses penyembuhan luka pada kelompok perlakuan (Xp=0,9) lebih kecil bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (Xk=1,55), berarti ada pengaruh mobilisasi dini dalam mempercepat proses penyembuhan luka pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol 4. Ada perbedaan yang signifikan hasil identifiksi lama hari rawat pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah dilakukan mobilisasi dini, berdasarkan hasil perhitungan didapatkan rata- rata lama hari rawat pada kelompok perlakuan (Xp =3,15) lebih pendek bila dibandingkan dengan kelompok (Xk =3,6), berarti ada pengaruh mobilisasi dini dalam mengurangi lama hari rawat. Kekuatan Penelitian
Kekuatan penelitian ini adalah peneliti dapat memilih variabel dan variabel dapat di kontrol secara ketat sehingga validitas dapat terjamin.
Kelemahan Penelitian
Kelemahan
dari penelitian eksperimen adalah ketika digunakan dalam penelitian-penelitian sosial, desain eksperimen yang digunakan akan sulit mendapatkan hasil yang akurat, karena banyak variabel luar yang berpengaruh dan sulit untuk mengontrolnya.
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN
Mekanika tubuh adalah koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan keseimbangan yang tepat. Mekanisme tubuh dan ambulasi merupakan cara menggunakan tubuh secara efisien yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi serta aman dalam menggerakkan dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas.
Pengetahuan tentang bagaimana dan mengapa kelompok otot tertentu digunakan untuk menghasilkan dan mempertahankan gerakan secara aman. Dalam menggunakan mekanika tubuh yang tepat perawat perlu mengerti pengetahuan tentang pergerakan, termasuk bagaimana mengoordinasikan gerakan tubuh yang meliputi fungsi integrasi dari system skeletal, otot skelet, dan system saraf. Selain itu, ada kelompok otot tertentu yang terutama digunakan unutk pergerakan dan kelompok otot lain membentuk postur/bentuk tubuh B. SARAN Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat menambah pengetahuan serta lebih bisa
memahami tentang pokok bahasan makalah ini bagi para pembacanya dan khususnya bagi mahasiswa yang telah menyusun makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.
Daftar pustaka
1. Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. 2. Elis J.R, Nowlis E.A. 1985. Nursing a Human Needs Approach. Third Edition. Houghton Mefflin Company. Boston. 3. Johnson, M., Maas, M., Moorhead, S. 2008. Nursing Outcomes Classification Fifth Edition. Mosby, Inc : Missouri. 4. McCloskey, J.C., Bulechek, G.M. 2008. Nursing Intervention Classification Fifth Edition. Mosby, Inc : Missouri 5. Mubarak, W.I., Chayatin, N. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan
Aplikasi dalam praktik . EGC: Jakarta
6. North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing Diagnoses Philadelphia.
:
Definition
&
Classification
2012-2014.