2.3
Konsep ADL (Activity Daily Living)
2.3.1 Pengertian ADL (Activity Daily Living) ADL (Activity Daily Living )adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari hari. ADL merupakan aktivitas pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi antara lain : ke toilet, makan, berpakaian (berdandan), mandi, dan berpindah tempat (Hardywinito & Setiabudi, 2005). Sedangkan menurut Brunner & Suddarth (2002), ADL adalah aktifitas perawatan diri yang harus pasien lakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-hari. ADL adalah ketrampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang sehari-harinya dengan tujuan untuk memenuhi atau berhubungan dengan perannya sebagai pribadi dalam keluarga dan masyarakat (Sugiarto, 2005). Istilah ADL mencakup perawatan diri (seperti berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias, juga menyiapkan makanan, memakai telephone, menulis, mengelola uang dan sebagainya) dan mobilitas (seperti berguling di tempat tidur, bangun dan duduk, transfer atau bergeser dari tempat tidur ke kursi atau dari satu tempat ke tempat lain) (Sugiarto, 2005). 2.3.2
Klasifikasi ADL (Activity Daily Living)
1) ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar
8
9
dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto, 2005). 2) ADL instrumental, yaitu ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat atau benda penunjang kehidupan sehari-hari seperti menyiapkan makanan, menggunakan telefon, menulis, mengetik, mengelola uang (Sugiarto, 2005). 3) ADL vokasional, yaitu ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan sekolah. 4) ADL non vokasional, yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan mengisi waktu luang. 2.3.3 Cara Pengukuran ADL ADL mencakup kategori yang sangat luas dan dibagi-bagi menjadi sub kategori atau domain seperti berpakaian, makan minum, toileting atau higieni pribadi, mandi, berpakaian, transfer, mobilitas, komunikasi, vokasional, rekreasi, instrumental ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan dan minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto, 2005). Pengkajian ADL penting untuk mengetahui tingkat ketergantungan atau besarnya bantuan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Pengukuran kemandirian ADL akan lebih mudah dinilai dan dievaluasi secara kuantitatif degan sistem skor yang sudah banyak dikemukakan oleh berbagai penulis ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang
10
untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto, 2005). Tabel 2.1 Beberapa Indeks Pengukuran ADL (Activity Daily Living) menurut sugiarto, 2005. Skala
Kehandalan, Kesahihan & Sensivitas Indeks barthel Skala ordinal Sangat handal & dengan skor 0 sangat sahih, dan (total dependent)- cukup sensitif. 100(total independent) : 10 item : makan, mandi, berhias, berpakaian, kontrol kandung kencing,dan kontrol anus, toileting, ransfer kursi atau tempat tidur, mobilitas dan naik tangga. Indeks Katz
Deskripsi & Jenis skala
Waktu & Pelaksanaan
Komentar
< 10 menit, sangat sesuai untuk skrining, penilaian formal, pemantauan & pemeliharaan terapi.
Skala ADLyang sudah diterima secara luas, kehandalan dan kesahihan sangat baik.
Merupakan Kehandalan & < 10 menit, penilian kesahihan cukup; sangat sesuai kemandirian yang kisaran ADL sangat untuk skrining, diukur dependensi terbatas (6 item) penilaian yang hierarkis : formal, mandi, berpakaian, pemantauan & toileting, berpindah pemeliharaan tempat, dan terapi. makan.Penilaian dari A (mandiri pada kelima item) sampai G
Skala ADLyang sudah diterima secara luas, kehandalan dan kesahihan cukup, menilai keterampilan dasar, tetapi tidak menilai berjalan & naik tangga
11
(dependent pada kelimam item). FIM Skala ordinal (Functional dengan 18 item, 7 Independence level dengan skor Measure) berkisar antara 18126; area yang dievaluasi; perawatan diri, kontrol stingfer, transfer, lokomosi, komunikasi, dan kognitif sosial.
Kehandalan & kesahihan baik, sensitif dan dapat mendeteksi perubahan kecil dengan 7 level.
< 20 menit, sangat sesuai untuk skrining, penilaian formal, pemantauan & pemeliharaan terapi serta evaluasi program.
Skala ADLyang sudah diterima secara luas. Pelatihan untuk petugas pengisi lebih lama karena item banyak.
1) Indeks Barthel (IB) Indeks Barthel merupakan suatu instrument pengkajian yang berfungsi mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas serta dapat juga digunakan sebagai kriteria dalam menilai kemampuan fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan keseimbangan. menggunakan 10 indikator, yaitu : Tabel 2.2 Instrument Pengukuran ADL (Activity Daily Living) dengan Indeks Barthel menurut Sugiarto, 2005). No. Item yang dinilai Skor 1. Makan (Feeding) 0 = Tidak mampu 1 = Butuh bantuan memotong, mengoles mentega dll. 2 = Mandiri 2. Mandi (Bathing) 0 = Tergantung orang lain 1 = Mandiri
Nilai
12
3. Perawatan diri (Grooming) 4. Berpakaian (Dressing) 5. Buang air kecil (Bowel)
6. Buang air besar (Bladder)
7. Penggunaan toilet
8. Transfer
9. Mobilitas
10. Naik turun tangga
0 = Membutuhkan bantuan orang lain 1 = Mandiri dalam perawatan muka, rambut, gigi, dan bercukur 0 = Tergantung orang lain 1 = Sebagian dibantu (misal mengancing baju) 2 = Mandiri 0 = Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak terkontrol 1 = Kadang Inkontinensia (maks, 1x24 jam) 2 = Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7 hari) 0 = Inkontinensia (tidak teratur atau perlu enema) 1 = Kadang Inkontensia (sekali seminggu) 2 = Kontinensia (teratur) 0 = Tergantung bantuan orang lain 1 = Membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan beberapa hal sendiri 2 = Mandiri 0 = Tidak mampu 1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2 orang) 2 = Bantuan kecil (1 orang) 3 = Mandiri 0 = Immobile (tidak mampu) 1 = Menggunakan kursi roda 2 = Berjalan dengan bantuan satu orang 3 = Mandiri (meskipun menggunakan alat bantu seperti, tongkat) 0 = Tidak mampu 1 = Membutuhkan bantuan (alat bantu) 2 = Mandiri
Interpretasi hasil : 20
: Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan 9-11
: Ketergantungan Sedang
5-8
: Ketergantungan Berat
13
0-4
: Ketergantungan Total
2) Indeks Kats Indeks katz adalah suatu instrument pengkajian dengan sistem penilaian yang didasarkan pada kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Penentuan kemandirian fungsional dapat mengidentifikasikan kemampuan dan keterbatasan klien sehingga memudahkan pemilihan intervensi yang tepat (Maryam, R. Siti, dkk, 2011). Pengkajian ini menggunakan indeks kemandirian Katz untuk aktivitas kehidupan sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau bergantung dari klien dalam hal 1) makan, 2) kontinen (BAB atau BAK), 3) berpindah, 4) ke kamar kecil, 5) mandi dan berpakaian (Maryam, R. Siti, dkk, 2011). Tabel 2.3 Penilaian Indeks Katz menurut Maryam, R. Siti, dkk, 2011. Skore A
Kriteria Kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAB atau BAK), berpindah, ke kamar kecil mandi dan berpakaian.
B
Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut.
C
Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan.
D E
Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan. Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan.
F
Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.
G
Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut.
Lain – Lain
Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F
14
Keterangan: Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari orang lain. Seseorang yang menolak melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun sebenarnya mampu. (1) Mandi Mandiri: bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti punggung atau ekstermitas yang tidak mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya. Bergantung: bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk dan keluar dari bak mandsi, serta tidak mandi sendiri. (2) Berpakaian Mandiri: mengambil baju dari lemari, memakai pakaian, melepaskan pakaian, mengancingi atau mengikat pakaian. Tergantung: tidak dapat memakai baju sendiri atau baju hanya sebagian. (3) Ke Kamar Kecil Mandiri: masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian membersihkan genitalia sendiri. Tergantung: menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan menggunakan pispot. (4) Berpindah Mandiri: berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk, bangkit dari kursi sendiri. Tergantung: bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi, tidak melakukan satu, atau lebih berpindah.
15
(5) Kontinen Mandiri: BAK dan BAB seluruh dikontrol sendiri. Tergantung: Inkontinensia parsial atau lokal; penggunaan kateter, pispot, enema, dan pembalut (pampres). (6) Makan Mandiri: mengambil makanan dari piring dan menyuapinya sendiri. Bergantung: bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan makan parenteral (NGT). Tabel 2.4 Modifikasi Indeks Kemandirian Katz Menurut Maryam, R. Siti, dkk, 2011. No. 1
Aktivitas
Mandi di kamar mandi (menggosok, membersihkan, dan mengeringkan badan). 2 Menyiapkan pakaian, membuka, dan menggunakannya. 3 Memakan makanan yang telah disiapkan. 4 Memelihara kebersihan diri untuk penampilan diri (menyisir rambut, mencuci rambut, mengosok gigi, mencukur kumis). 5 Buang air besar di WC (membersihkan dan mengeringkn daerah bokong). 6 Dapat mengontrol pengeluaran feses (tinja). 7 Buang air kecil di kamar mandi (membersihkan dan mengeringkan daerah kemaluan). 8 Dapat mengontrol pengeluaran air kemih. 9 Berjalan di lingkungan tempat tinggal atau ke luar ruangan tanpa alat bantu, seperti tongkat. 10 Menjalankan agama sesuai agama dan kepercayaan yang dianut. 11 Melakukan pekerjaan rumah, seperti: merapikan tempat tidur, mencuci pakaian, memasak, dan membersihkan ruangan. 12 Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau
Mandiri Nilai (1)
Tergantung (Nilai 0)
16
kebutuhan keluarga. 13 Mengelola keuangan (menyimpan dan menggunakan uang sendiri). 14 Mengguanakan sarana transfortasi umum untuk berpergian. 15 Menyiapkan obat dan minum obat sesuai dengan aturan (takaran obat dan waktu minum obat tepat). 16 Merencanakan dan mengambil keputusan untuk kepentingan keluarga dalam hal penggunakan uang, aktivitas sosial yang dilakukan dan kebutuhan akan pelayanan kesehatan. 17 Melakukan aktivitas di waktu luang (kegiatan keagamaan, sosial, rekreasi, olah raga dan menyalurkan hobi. JUMLAH POIN MANDIRI Analisi Hasil : Point : 13 – 17 : Mandiri Point : 0 – 12
: Ketergantungan
2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ADL ADL (Activities Daily Living) terdiri dari aspek motorik yaitu kombinasi gerakan volunter yang terkoordinasi dan aspek propioseptif sebagai umpan balik gerakan yang dilakukan. Menurut Sugiarto (2005), ADL dasar dipengaruhi oleh : 1) ROM sendi 2) Kekuatan otot 3) Tonus otot 4) Propioseptif 5) Persepti visual
17
6) Kognitif 7) Koordinasi 8) Keseimbangan tubuh yang jelek Menurut Hadiwynoto (2005), faktor yang mempengaruhi penurunan ADL (Activities Daily Living) adalah: 1) Kondisi fisik misalnya penyakit menahun, gangguan mata dan telinga 2) Kapasitas mental 3) Status mental seperti kesedihan dan depresi 4) Penerimaan terhadap fungsinya anggota tubuh 5) Dukungan anggota keluarga Menurut Hadiwynoto (2005), faktor yang mempengaruhi penurunan ADL (Activities Daily Living) adalah: 1) Kurangnya bergerak (Immobilisasi) 2) Kepikunan yang berat (Dementia) 3) Beser buang air kecil atau buang air besar (Inkontinensia) 4) Asupan makanan dan minuman yang kurang 5) Lecet dan borok pada tubuh akibat berbaring yang lama (Decubitus) 6) Patah tulang 7) Persendian yang kaku 8) Pergerakan yang terbatas 9) Waktu beraksi yang lambat, keadaan tidak stabil bila berjalan 10) Keseimbangan tubuh yang jelek 11) Gangguan peredaran darah
18
12) Gangguan penglihatan, gangguan pendengaran 13) Gangguan pada perabaan 14) Gangguan status mental seperti kesedihan atau depresi 2.3.5 Pengertian Kemandirian Kemandirian pribadi
yang
berarti
masih
tanpa
aktif.
pengawasan,
Seseorang
pengarahan
lansia
yang
atau
menolak
bantuan untuk
melakukan fungsi dianggap sebagai tidak melakukan fungsi, meskipun dianggap mampu (Maryam, 2011). Kemandirian berarti hal atau keadaan seseorang yang dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Kata kemandirian berasal dari kata dasar diri yang mendapat awalan ke dan akhiran an yang kemudian membentuk suatu kata keadaan atau kata benda (Bahara, 2008). Menurut Mu’tadin (2002), kemandirian mengandung pengertian yaitu suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi, memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan dilakukan.
tugas-tugasnya, Lebih
lanjutnya
bertanggung Mu’tadin
jawab (2002),
terhadap
apa
menyebutkan
yang bahwa
kemandirian merupakan suatu sikap dimana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi dilingkungan sehingga individu pada akhirnya akan mampu berpikir dan bertindak sendiri. 2.3.6 Fungsi Kemandirian
19
Fungsi
kemandirian
pada
lansia
mengandung
pengertian
yaitu
kemampuan yang dimiliki oleh lansia untuk tidak tergantung pada orang lain dalam melakukan aktivitasnya, semuanya dilakukan sendiri dengan keputusan sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhannya (Hidayat, 2004). 2.3.7 Aspek Kemandirian Menurut
Steinberg
(2002),
kemandirian
merupakan
kemampuan
individu untuk bertingkah laku secara seorang diri. Untuk mencapai kemandirian melibatkan tiga aspek yaitu: 1) Aspek kemandirian
kemandirian yang
emosional
berkaitan
(emotional
dengan
autonomy),
perubahan
yaitu
hubungan
aspek
individu,
terutama dengan orang tua. 2) Aspek
kemandirian
bertingkah
laku
(behavioral
autonomy),
yaitu
kemampuan untuk membuat suatu keputusan sendiri dan menjalankan keputusan tersebut. 3) Aspek kemandirian nilai (value autonomy), yaitu memiliki seperangkat prinsip-prinsip tentang mana yang benar dan mana yang salah, mengenai mana yang penting dan mana yang tidak penting. 2.3.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian orang lanjut usia meliputi: 1) Kondisi Kesehatan Lanjut usia yang memiliki tingkat kemandirian tertinggi adalah mereka yang secara fisik dan psikis memiliki kesehatan yang cukup prima. Prosentase yang paling tinggi adalah mereka yang mempunyai kesehatan baik. Dengan kesehatan
20
yang baik mereka bisa melakukan aktivitas apa saja dalamkehidupannya seharihari seperti : mengurus dirinya sendiri, bekerja dan rekreasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Mu’tadin, (2002) bahwa kemandirian bagi orang lanjut usia dapat dilihat dari kualitas kesehatan sehingga dapat melakukan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari. Dengan menurunnya kondisi kesehatan seseorang secara bertahap dalam ketidak mampuan secara fisik mereka hanya tertarik pada kegiatan yang memerlukan sedikit tenaga dan kegiatan fisik (Hurlock, 1994). 2) Kondisi Ekonomi Pada kondisi ekonomi responden yang mandiri memiliki kondisi ekonomi sedang. Responden dengan kondisi ekonomi sedang berusaha tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya agar tidak tergantung pada anak atau keluarga lain. Dengan bekerja mereka akan memperoleh beberapa keuntungan yaitu selain mendapatkan penghasilan mereka dapat mengisi waktu senggang dengan kegiatan yang berguna, sehingga aktifitas fisik dan psikis tetap berjalan. Keterlibatan lanjut usia dalam aktivitas produktif akan menunjang kemandirian mereka dalam rumah tangga. 3) Kondisi Sosial Mereka yang beragama Islam aktif dalam perkumpulan keagamaan, seperti Yasinan yang dilakukan tiap minggu dan pengajian setiap bulan, yang beragama Kristen/Katolik aktif dalam Kebaktian. Kegiatan ini dihadiri tidak hanya oleh orang lanjut usia saja tetapi juga dihadiri oleh bapak/ibu yang masih muda, dan pra lanjut usia. Mereka berkumpul bersama untuk melakukan kegiatan tersebut. Kegiatan ini didukung teori pertukaran sosial dimana mereka melakukan kegiatan
21
yang cara pencapaiannya dapat berhasil jika dilakukan dengan berinteraksi dengan orang lain.